SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Fathi Maulawi
109018300044
JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
pernapasan manusia”. Skripsi, Progran Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pernapasan manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SDN Cinangka 02 Sawangan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 40 siswa dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 40 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajarkan dengan pendekatan CTL, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajarkan secara konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan pendekatan CTL diperoleh nilai thitung sebesar 3.38 dan ttabel sebesar 1,99. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar siswa.
ii
Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teahing, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
This study aims to determine the effect of the approach Contextual Teaching and Learning (CTL) to the learning outcomes of students respiratory system in humans. The method used is a quasi-experimental methods. This study was conducted in SDN Cinangka 02. The sample in this study consisted of two groups: the experimental group numbering 40 students and the control group were also numbered 40 students. The experimental group is the group that CTL approach, while the control used approach conventional group. The research instrument used was a test instrument. Based on data analysis using t-test conducted on the level of 95% indicates that the learning outcomes of students who are taught science approach CTL obtained tcount of 3.38 and ttable of 1.99. It
can be concluded that there is significant relationship between learning approach Contextual Teaching and Learning on student learning outcomes.
iii
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Contextual Teachingand Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”.
Salawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad S.A.W yang telah menjadi uswah bagi pengikutnya,
sehingga dapat melahirkan peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban
Islam yang tidak pernah lekang oleh zaman.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat
pencapaian gelar Sarjana Pendidikan Islam (SP.d.) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Prof.Dra.Nurlena Rifai,Ph.D,M.A.,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta.
2. Fauzan M.A., Ketua Jurusan/Prodi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II.
3. Dra.Raudah.M.A Dosen Penasehat Akademik Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya.
4. Meiry Fadilah Noor, M.Si., dosen pembimbing Skripsi I, yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah SD Negeri Cinangka 02 Sawangan Bapak Aska yang telah
iv
memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan
ini dengan sebaik-baiknya.
8. Terisitimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Matnuh dan Ibunda,Siti
Saforuh S.Pd., yang selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayang, semangat serta dukungan yang tiada henti-hentinya.
9. Adik-adik tersayang, Sahid, Fajar Rahmattulloh, Faiz Biamrilah yang selalu
setia memberikan dukungan dan do’anya disetiap saat.
10. Kakak-kakak tersayang, Dewi Nuzulah, Neneng dan Ferdi kosasih yang
selalu setia memberikan dukungan dan do’anya disetiap saat.
11. Teman-teman sepejuangan PGMI: Deni, Agi, Imam, Agus, Maulana, Akbar,
Surur, Adit, Herey, Eko, Izet, Wajito, Angga dan Wahyu
12. Keluarga Besar ANEX yang selalu setia membantu dalam mengerjakan
skripsi
13. Kelurga Besar HIMATAI yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman
berharga kepada penulis.
14. Sahabatku di PGMI 2009 yang selalu setia memberikan semangat serta
perhatian yang tak terhingga, saat bersama kalian merupakan saat yang tidak
akan pernah terlupakan dalam hidup ini dan semoga kehangatan kita tidak
berhenti sampai di sini.
15. Fahrudin, Solihin, Bangga, Zainal, Fauzi, Dani, Imam dan Hendra terima
kasih atas tempat kosannya yang selalu saya singgahi untuk mengerjakan
skripsi.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga
bantuan, bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang diberikan pada penulis di balas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
v
Jakarta, 03 Maret 2014
iv
ABSTRAK --- i
ABSTRACT --- ii
KATA PENGANTAR --- iii
DAFTAR ISI --- iv
DAFTAR TABEL --- vii
DAFTAR GAMBAR --- viii
DAFTAR LAMPIRAN --- ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. ManfaatPenelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP ... 7
A. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ... 7
1. Pengertian Pendekatan Pembelaajaran(CTL) ... 7
2. Komponen-komponen CTL ... 9
3. Penerapan Pendekatan Kontextual di kelas ... 13
4. Perbedaan Pola pembelajaranKontextual dengan Pembelajaran Konvensioal 5. Menyusun Rencana Pelakasaan Pembelajaran Kontektual ... 16
B. Hasil Belajar... 17
1. Pengertian Hasil Belajar ... 17
2. Domain Hasil Belajar . ... 18
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 19
C. Hakikat IPA ... 17
v
1. Alat-alat pernapasan pada Manusia... 24
2. Proses pernapasan Pada Manusia ... 25
3. Ganguan-ganguan Pernapasan Pada Manusia. ... 26
E. Hasil Relavan ... 27
F.Kerangka Pikir ... 30
G.Pengajuan Hipotesis ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33
B. Metode dan Desain Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel... 34
D. VariabelPenelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Instrumen Penelitian ... 35
G. Uji Coba Instrumen Tes... 36
a. Daya Pembeda ... 37
b. Validitas Instrumen Pilihan Ganda ... 38
c. Reliabilitas Instrumen ... 39
d. Taraf Kesukaran ... 40
H. Teknik Analisis Data ... 34
1.Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif ... 41
a.Uji Normalitas ... 41
b.Uji Homogenitas ... 43
2.Pengujian Hipotesis ... 45
a.Hipotesis Statistik ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Deskripsi Proses Pembelajaran. ... 46
vi
C. Hasil Analisis Data Tes ... 48
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 48
a. Uji Normalitas Pretest ... 49
b. Uji Normalitas Postest ... 49
c. Uji Homogenitas Pretest ... 50
d. Uji Homogenitas Postest……… 2. Pengujian Hipotesis ... 51
a. Uji Hipotesis Prestest Kelompok Eksperimen danKontrol ... 51
b. Uji Hipotesis Postest Kelompok Eksperimen danKontrol ... 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
vii Tabel
3.1 Nonrandomized Control Group Pretest and Posttest Design ... 28
3.2 InstrumenKisi-Kisi Soal ... 31
3.3 Interprestasi Reliabilitas ... 33
3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 34
3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 35
3.6 RekapituasiAnalisisButirInstrumen ... 36
3.7 Contoh Tabel Uji Liliefors……… 4.1 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 42
4.2 Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 43
4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 44
4.4 Hasil Uji Normalitas Postest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 44
4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest kelompok Eksperimen dan Kontrol. ... 45
4.6 Hasil Uji Homogenitas Postest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 45
4.7 Hasil Uji-t data Pretest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... .46
viii Gambar
ix
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen. ...
2. Rencana Pelakanaan pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol. ...
3. Kisi-kisi Istrumen Tes Hasil Belajar. ...
4. Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar. ...
5. Soal Instrumen Penelitian Pretest dan Postest. ...
6. Lembar Kerja Siswa. ...
7. Daftar Nilai Kelompok Kontrol. ...
8. Daftar Nilai kelompok Eksperimen. ...
9. Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol ...
10. Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen ...
11. Normalitas Data Skor Kelompok Kontrol...
12. Normalitas Data Skor Kelompok Eksperimen. ...
13. Uji Homogenitas prestest. ...
14. Uji Homogenitas postest. ...
15. Uji Hipotesis prestest. ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai satu lembaga pendidikan formal, sekolah sebagai pusat pendidikan
formal merupakan perangkat masyarkat yang diserahi kewajiban pemberian
pendidikan dan bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar
berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan memecahkan berbagai masalah
yang dihadapinya. Sekolah tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan masyarakat
dan mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi
maupun sebagai calon masyarakat. Pembelajaran yang dilakukan guru terhadap
siswa dalam bentuk apapun merupakan aktivitas yang akan membantu dalam
menyelenggarakan pendidikan sekolah dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.1
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang unsur-unsurnya saling
berinteraksi.Keberhasilan pembelajaran antara lain ditentukan oleh
keterampilan guru dalam memilih dan menerapkan metode yang tepat dan
strategi pembelajaran yang digunakan untuk peserta didik.2Belajara dalah
proses berpengalaman secara langsung, melalui proses berpengalaman itu
diharapkan perkembangan siswa secara utuh, yang tidak hanya
berkembang dalam aspek kogniti fsaja, tetapi juga aspek ekafektif dan juga
psikomotor.3 Pendidikan sebagai usaha suatu bentuk kegiatan manusia dalam
kehidupnya juga menepatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai,baik
tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang
1
M Alisuf Sabri.Pengantar Ilmu Pendidikan.(Jakarta:UIN Press).2005 hal 26 2
Noor Alfu Laila. PengaruhP endekatan CTL(Contextual Teaching and Learning) Terhadap
Hasil Belajar Membaca Pemahaman B ahasa Indonesia Siswa kelas IV SD.Cakrawala
Pendidikan. no 3. 2009. 3
WinaSanjaya.StrategiPembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana.hal
dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuanyang lebih tinggi.
Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap
perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang merupakan
masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.
Sejauh ini, pembelajaran masih didominasi pemandangan bahwa
pengetahuan sebagai fakta untuk dihapal. Pembelajaran tidak hanya difokuskan
pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis
saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu
senantiasa terkait dengan permasalah-permasalahan yang terjadi di
lingkunganya.
Pembelajaran konvesional yang beorintasi pada penguasaan materi dianggap
gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. peserta didik
terlihat bosan mengikuti pembelajaran, siswa hanya mengahafal tanpa memahami
benar isi pelajaran, dan guru kurang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berinteraksi sesama siswa yang lain.Pesertadidik berhasil mengingat
jangka pendek,tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan
persoalan dalam kehidu panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan pendekatan
pembelajaran, yang lebih bermakna sehingga dapat membekali pesertadidik dalam
menghadapi permasalahan hidup yang dihadapai sekarang maupun yang akand
atang.
Mata pelajaran Ilmu PengetahuanAlam (IPA) dalam kurikulum KTSP
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikanSD/MI.Hal ini dikarenakan
dalam pembelajaran IPA banyak memberikan latihan dalam mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Dalam prakteknya mata pelajaran IPAseringkali mengalami
kendala. Kendala tersebut kebanyakan mengarahpada kegiatan pembelajaran
yang cenderung monoton akibat model pembelajaran konvensional. Halini
dianggap siswa kurang menarik dan membosankan.Dan diketahui perolehan
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) peserta didik masih rendah, Oleh
karenaitu guru harus menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai
secara optimal.
Dalam rangka upaya meningkatkan hasil belajar Ilmu pengetahuan alam
(IPA) dan tercapainya tujuan pembelajaran, guru harus menggunakan
pendekatan dan metode yang tepat, salah satu upaya dan metode yang tepat,s
alah satu upaya pendekatan untuk menyiapkan kondisi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep IPA melalui
pendekataan Contextual teaching and laerning (CTL).Kelebihan pendekatan kontestual salah satu adalah siswa akan belajar bermakna dengan cara berkerja
sama dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menerapkan idenyasendiri.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suciastini
menyatakan menyatakan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV
SD karena penggunan pendekatanContextual teaching and laerning (CTL)peserta didik dapat berkejasama untuk memecah kanmasalah yang dihadapi.4
Penelitian yang sama juga pedekatan CTL terhadap hasil belajar oleh siswa
juga pernah dilakuk anoleh TifaNasrulAfif. Dia mengungkapkan berbagai
masalah yang terdapat di dalam proses pembelajaran IPA, pembelajaran masih
cenderung menonton hanya mengunakan metode ceramah dan tanya jawab
menyebabkan siswa kurang menarik dan membosankan. Setelah melakukan
penelitian siswa lebih mudah mengingatiformasi lebih baik. Dari penelitianini, ia
menyimpulkan bahwa pendekatan CTL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.5
Contextual Teaching And Learning(CTL) merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
4
Suciastinidkk.Pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching And Learning
terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Gugus III Kecematan Sukasada. e-Journal Program Pasca sarjan aUniversitas Pendidikan Ganesha.Volume 8 tahun 2013.
5
Tifa Nasrul Afif dkk. Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning terhadap Hasil
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.6Melalui landasan filosofis konstruktivisme CTL dipromosikan
menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL siswa
diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.7 Oleh karena itu, guru
harus mampu mengaitkan atau menghubungkan materi yang diajarkan dengan apa
yang sudah dimiliki siswa sebelumnya, disinilah pentingnya guru melakukan
apersepsi. Sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menerapkan pengetahuannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang mengarahkan siswa
mengkonstruk pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.CTL
juga mengorganisir pengetahuan yang dimiliki siswa, sehingga siswa dapat
berfikir secara efektif untuk memadukan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan yang baru. Selain itu pembelajaran menggunakan proses pemecahan
masalah yang merupakan salah satu upaya CTL untuk melatih emosi siswa dalam
menghadapi kehidupan nyata. Belajar dengan pengalaman sendiri merupakan
proses pembelajaran yang utama, dengan pengalaman sendiri siswa dapa
tmenangkap konsep pembelajaran sesuai dengan pola berpikirmasing-masing
siswa sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pembelajaran dengan
memberikan pengalaman kepada siswa juga dapat memberikan pengetahuan yang
bermakna bagi siswa.
Dengan demikian, inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi
atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa
dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara
langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian
ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainya, yang memang
baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan
pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain lebih menarik,
6
Zaenal Aqib. Model-model Media Dan Strategi Pembelajaran (Inovatif),(Bandung:Yrama
Widya).hal 45 7
Yatim Riyanto,Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik dalam
juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang
dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Semua ini terjadi karena proses pembelajaran yang diberikan selama
iniadalah penghafalan materi bukan berdasarkan pengalaman sehari-hari seperti
yang diterapkan pada pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran guru
lebih sering melakukan ceramah dan menyajikan materi, guru enggan untuk
menunjukan benda-benda dalambentuk aslinya/nyata, guru lebih sering
menampilkanbenda-benda yang berhubungandengan materi hanya melalui gambar
yang sudah ada pada buku paket saja tanpa kreatifikas yang diciptakanoleh guru.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “PENGARUH
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VSD/MI PADA KONSEP
PERNAPASAN MANUSIA.
B. Identifikasi masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Metode pembelajaran Konvesional( Ceramah) yang digunakan oleh guru
membuat siswa hanya mampu mengingat dalam jangka pendek.
2. Siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isipelajaran.
3. Hasil belajar IPA masih rendah.
.
C. Pembatasan Masalah
Sehubung dengan luasnya permasalah yang muncul dalam topik kajian
yangdilakukan, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil belajar yang di ukur ranah Kognitifpadatingkat C1 (Mengingat) ,C2
(Memahami) dan C3 (Menerapkan).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian Masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: ”Apakah pendekatanContextual Teaching And Learning (CTL) dapat mempengaruhi hasil belajar Siswa PadaKelas V SD/MI?
E. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraiakan diatas,maka tujuan yang
ingin dicapai dalampenelitian iniadalah: “Untuk mengetahui hasil belajar dengan
mengunakan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan pada mata pelajaran IPA di SD”
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun secara, guru dansekolah adapun manfaat dari penelitian
sebagai berikut:
1.Bagi Siswa dengan membelajarkan IPA melalui model CTL maka
pembelajaran lebih ditekankan pada pemberian pengalaman belajar
bermakna dengan mengaitkan materi konteks pelajaran dengan
pengalaman nyata dalam kehidupansehari-hari sehingga dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir, berkerja dan bersikap ilmiah untuk
meningkatkan kegiatan belajar secara klasikal maupun individual.
Dengandemikian, siswa semakin bersemangat dalambelajar sehingga
diharapkan prestasi belajar siswa akan meningkat.
2.Bagi Guru dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam
memberikan proses pembelajaran pada siswa menjadi lebihvariasi.
3.Bagi SekolahPeningkatanMutupendidikansekolah yang ditandai dengan
keberhasilan yang dicapai melalui penggunaanpendekataandan metode
yang sesuai untuk mencapai suatu prestasi sehingga akan lebih menambah
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A.Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL )
1. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan nyata. Dan bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih penting dari pada hasil.1 Sedangkan menurut Teori
Pembelajaran Kontekstual, bahwa belajar hanya terjadi ketika murid (pelajar)
memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian sehingga informasi atau
pengetahuan tersebut dipahami mereka dalam kerangka acuan memori,
pengalaman dan respon mereka sendiri.2
CTL adalah sebuah sistem yang meransang otak untuk menyusun
pola-pola yang menwujudkan makna. Lebih lanjutnya Elaine mengatakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem pembelajaran yang cocok dengan
otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan
konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.3 Jadi, pembelajaran kontekstual adalah
usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi
dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus
menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.4
1
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendiidkan.
(Jakarta;Kencana ). 2010, hal 255. 2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif konsep landasan,dan
Implementasi pada kurikkulum Tingkat satuan pendidikan.(Jakarta:Kencana Prenada Media Group). 2009.hal .104
3
Elaine B.Johnson.Contextual Taeching And Learning(Bandung:MLS) 2009. Hal 57
4
Rusman, Model-model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru.(Jakarta: PT
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi yang
diajarkan.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan anatara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman disekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu
akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari hari. Materi pelajaran dalam
konteks CTL bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.5
Menurut University of wangshington pengajaran kontekstual adalah
pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai SMU untuk
menguatkan, memperluas, dan merapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan.6
Dalam kelas CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi
baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari “ menemukan diri “ bukan dari
“apa kata guru“. Begitu peran guru dikelas yang dikelola dengan pendekatan
CTL.7
Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian
pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, akan tetapi
bagaimana agar pengalaman belajar yang dimilki oleh siswa senantiasa terakait
dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi dilingkungannya. Dengan
demikian inti dari pedekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata. Untuk mengaitkannya bisa
dilakukan dengan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari
secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan
pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainya, yang
memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait dengan
pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih
menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa
yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Sehubung dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang mengunakan pendekatan CTL
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan
yang diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan
satu sama lain.
b. Pembelajaran yang CTL adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan yang baru (acquiring kwonledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami daan diyakin, misalnya
7
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Refrensi Bagi Guru/pendidik dalam
dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang
diperoleh dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku
siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
dan penyempurnaan strategi.8
2. Komponen komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas –asas
ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan mengunakan pendekataan
CTL. Seringkala asas ini disebut juga komponen komponen CTL. Selanjutnya
ketujuh asas ini dijelaskan dibawah ini.
a. Konstruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif anak berdasarkan pengalaman. Menurut
konstruktivisme, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang
menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasikan
objek tersebut. Kedua faktor tersebut sama penting,dengan demikian pengetahuan
itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat
dan mengkonstruksinya.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan dibanngun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnyadiperluas melalui konteks yang
terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta- fakta konsep atau kaidah yang
8
siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengatahuan dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.9
b. Menemukan ( Inquiry)
Menemukan adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk
dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri
pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.10 Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL, pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang merunjuk pada kegiatan menemukan.11
Adapun langkah- langkah dalam kegiatan menemukan ( inqury) : 1) Merumuskan masalah.
2) Mengamati atau melakukan observasi.
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambaran laporan,
bagan, tabel, atau karya lainya.
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru atau audiensi yang lain.
c.Bertanya ( Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berpikir.12 Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan
sangat berguna untuk ;
1) Menggali informasi baik adminstrasi maupun akademis.
2) Mengecek pemahaman siswa.
3) Membangkitkan respons kepada siswa
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
5) Mengetahui hal- hal yang sudah diketahui siswa.
6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siwa
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.13
d.Masyarakat Belajar ( Learning Community )
Masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar formal maupun dalam
lingkungan yang terjadi secara alamiah.14
Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain
bisa menjadi sumber belajar dan ini berarti setiap orang akan kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman. Praktik metode ini dalam pembelajaran terwujud
dalam :
1)Pembentukan kelompok kecil.
2)Pembentukan kelompok besar
3)Mendatangkan ahli ke kelas.
4)Berkerja dengan kelas sederajat
5) Berkerja kelompok dengan kelas diatasnya.
6) Berkerja dengan masyarakat.
e.Permodelan (Modeling)
Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
yang dapat dicontoh siswa. Yang dimasksud dengan asas modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru
oleh setiap siswa. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis dan sebagainya.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu – satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa sesorang siswa ditunjuk untuk memberikan
13
Rusman.Op.cit.hal 195. 14
contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Contoh itu, disebut sebagi model.
Siswa lain dapat mengunakan model tersebut sebagi standar kompetensi yang
harus dicapainya.15
f.Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu.
Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur
kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimiliki. Bisa jadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan
yang telah dibentuk, atau menambah khazanah pengetahuan.
g.Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment )
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam CTL, keberhasilan
Pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual
saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu,penelian
keberhasilan tidak hanyaditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi
juga dari kegiatan nyata yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran.16
Penilaian auntentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang
bermakna.Maka Penilaian tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti
pada kegiatan evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan bersama dengan secara
terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.17 Adapun hal- hal yang bisa digunakan
sebagi dasar menilai prestasi siswa adalah : Proyek, Perkerjaan Rumah (PR),
Kuis, Karya siswa, Prestasi atau penampilan siswa, Demostrasi, Laporan, Jurnal,
Hasil tes tulis dan Karya tulis.
3. Langkah-langkah pendekatan kontekstual di kelas
Langkah – langkah yang harus di tempuh guru dalam menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan kontektual adalah :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
berkerja sendiri, menemukan sendiri, dan menkontruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan “ masyarkat belajar “ ( belajar dalam kelompok kelompok kecil )
e. Hadirkan “model” sebagi contoh pembelajaran
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Lakukan penilain yang sebenarnya dengan berbagi cara.18
4. Perbedaan Pola Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran
Konvesional
Ada beberapa perbedaan antara CTL dengan pembelajaran konvensional
perbedaan tersebut antara lain tertera dalam tabel dibawah ini.
a. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif
dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali
sendiri materi pelajaran. Sedangkan , dalam pembelajaran konvesional siswa
ditempatkan sebagi objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi
secara pasif
b. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok seperti
kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam
pembelajaran konvesional lebih banyak belajar secara individual dengan
menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
c. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil;
sedangkan dalam pembelajaran konvesional, pembelajaran bersifat teoretis
dan abstrak.
18
d. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam
pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan–latihan.
e. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri,
sedangkan dalam pembelajaran konvesional, tujuan akhir adalah nilai atau
angka.
f. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri,
misalnya individu tidak melakukan perilaku itu merugikan dan tidak
bermanfaat, sedangkan dalam pembelajaran konvesional, tindakan atau
perilaku individu didasarkan oleh faktor luar dirinya, misalnya individu tidak
melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh
angka atau nilai dari guru.
g. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang
sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa
terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam pembelajaran konvesional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran
yang dimilki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonsruksi
oleh orang lain.19
h. Dalam CTL, siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan
mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. Sedangkan dalam
pembelajaran konvesional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
i. Dalam CTL, siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut
keliru dan merugikan, sedangkan dalam pembelajaran konvesional siswa tidak
melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
j. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam
konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan dalam pembelajaran konvesional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
Beberapa perbedaan pokok dasar di atas, menggambarkan bahwa CTL
memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaanya.
19
5. Menyusun Rencana Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiataan kelas yang dirancang guru. Rencana pembelajaran berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya
sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan, materi
pembelajaran,langkah-langkahnya pembelajaran dan aunthentic assesment. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.20
a. Nyatakan kegiatan utama pembelajaranya, yaitu sebuah pernyataan kegiataan
siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan
indikator pencapain hasil belajar.
b. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarnya.
c. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan
digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
d. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiataan siswa.
e. Nyatakan authentic assesmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara format program
pembelajaran konvesional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini.
Adapun yang membedakannya, terletak pada penekanaanya, dimana pada model
pembelajaran konvesional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai, sementara program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada
skenario pembelajaran, yaitu kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru
dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.21
20
Zaenal Aqib. Model-model media dan strategi pembelajaran kontektual (Inovatif).
(Bandung:Yrama Widya). 2011. Hal 8. 21
B.Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan,meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku,sikap dan
mengokohkan kepribadian.22 Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.23 Belajar adalah
suatu proses usahayang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.24 Peristiwa belajar sendiri adalah alat ukur
untuk mencapai tujuan pengajaran. Sehingga Ada beberapa pendapat yang melihat
peristiwa belajar yakni, a.melihat belajar sebagai proses, b.melihat belajar sebagai
hasil dan c. melihat belajar sebagai fungsi.25
Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori
yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan
skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan
menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori .
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar
dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil”
dan ” belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena
adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus
input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
22
Suyono &hariyanto.belajar dan pembelajaran. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya). 2011.h 9 23
Slameto.Belajar dan faktor-faktor and Strategy.(Jakarta : Rineka Cipta). 2003. Cet 4. h.2. 24
ibid. hal 2. 25
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar-mengajar, setelah
mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.
Bagi kaum konstruktivitis, pembelajaran efektif menghendaki agar guru
mengetahui bagaimana peserta didik memandang fenomena yang menjadi subyek
pembelajaran. Pembelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada
itu, berakhir pada gagasan yang telah mengalami penguatan dan modifikasi.26
2. Domain Hasil Belajar
Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan
diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain:
kognitif, afektif, psikomotorik yaitu :
a. Hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiataan sejak
dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan
dalam otak menjadi informasi sehingga pemanggilan kembali informasi ketika
diperlukan untuk menyelesaikan masalah.27 Pada ranah kognitif terdapat enam
jenjang proses berpikir mulai dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi,
yakni : Pengetahuan atau ingatan, Pemahaman, penerapan, analisis, sistesis,
evaluasi.28
b. Hasil belajar afektif
Penilaian ranah efektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, atau nilai. Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan seseorang,
sebagai contoh, siswa yang tidak mempunyai minat. 29
Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu
peneriman, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.30
26
I Made ali Mariana.Hakikat IPA Dan Pendidikan IPA Untuk Guru SD. (Jakarta:PPPTKIPA).
2009. h al 44. 27
Purwanto.evaluasi hasil belajar.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar). 2011 hal 50 28
Ahmad Sofyan dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.(Jakarta: UIN Jakarta
Press). 2006. Hal 14 29
Ibid.hal 23 30
c. Hasil belajar psokomotorik.
Hasil belajar ini merupkan ranah yang berkaitan dengan ketrampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Harrow hasil belajar psikomotrik
dapat diklasifikasikan menjadi enam : gerakan refleks, gerakan
fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerekan
ketrampilan dan komunikasi tanpa kata.31
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor
yang berasal daari dirinya (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya
(eksternal). Oleh karena itu, pengenalan orang tua terhadap factor yang dapat
mempengaruhi aktifitas belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka
membantu siswa dalam aktifitas belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor yang berasal dari dirinya sendiri (internal)
1) Faktor jasmani (fisiologi), kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihat,juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya
yang disajikan dikelas.32
2) Faktor psikologis,ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis
adalah: inteligensi,perhatian,minat,bakat,motif kematangan dan kelelahan33.
b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)
1) Faktor Lingkungan sosial,seperti para guru, para staf adminnistrasi,dan teman-
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar pada diri siswa.34
31
Ahmad Sofyan dkk.Op.cit. hal 23 32
Muhibbin syah.Psikologi Belajar.(Jakarta:Pt Logos Wancana Ilmu).199 9. hal 131
33
Slameto.Op.cit. hal 55 34
2). Faktor Keluarga,siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa:
a) Cara orang tua mendidik,orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan
pendidikan anak,misalnya mereka acauh tak acuh terhadap belajar
anaknya,tidak mengatur waktu belajarnya,tidak menyediakan tau
melengkapi alat belajarnya. Hasil yang didapat,nilai atau hasil belajarnya
tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
b).Relasi antara anggota keluarga,relasi antar anggota keluarga yang
terpenting relasi anak dengan orang tua. Selain itu relasi anak dengan
saudara atau anggota kelurga yang lain pun turut mengpengaruhi belajar
anak. Wujud relasi bisa berupa hubungan itu penuh dengan kasih sayang
atua pengertian atau kebencian.
c). Keadaan ekonomi keluarga.keadaan ekonomi erat hubungan dengan belajar
anak.Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebuthan
pokok,misal makanan,pakaian,perlindungan kesehatan dan lain-lain.
3). Faktor Masyarakat,faktor msayarakat yang mempengaruhi belajar siswa
seperti :
a). Teman bergaul siswa,teman bergaul dapat mempengaruhi sikap siswa dan
mempengaruhi hasil belajar. 35
b). Bentuk kehidupan bermasyrakat,masyrakat terdiri dari orang-orang yang
tidak belajar,penjudi,suka mencuri dan mempunyai sikap yang tidak
baik,akan berpengaruh jelek kepada anak(siswa) yang ada disitu.sebalik
jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik-baik dan
mendidik dam menyekolahkan anak-anaknya.anak atau siswa terpengaruh
juga ke hal-hal yang dilakukan orang-orang dilingkungannya
c). kegiatan siswa dalam bermasyarakat.kegiatan siswa dalam bermasyarakat
dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya 36
35
Slameto.Op.cit.hal 60. 36
C.Hakikat IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam )
1. Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Ilmu Pengatahuan Alam merupakan terjemahan kata – kata dalam bahasa
inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkutan paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan, jadi ilmu pengetahan alam (IPA) atau science itu pengertian dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa
yang terjadi di alam ini.37
Sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri
yang dilanjutkan dengan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus,
merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan dan
strategi memanipulasi dan menghitung yang dapat diuji kembali kebenarnya yang
dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity), keteguhan hati (courage),
ketekunan (Peristence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia
alam semesta.38
Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, “mata pelajaran IPA perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar adalah untuk
membekali peserta didik cara memenuhi kebutuhan manusia dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah”.39 Dari pernyataan di atas terlihat
dengan jelas bahwa pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam
menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan memerlukan keterampilan kerja
siswa dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, dalam bukunya The Nature Of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam, Nash juga
menjelaskan bahwa IPA mengamati dunia ini bersifat anlisis, lengkap, cermat,
37
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di sekolah dasar (Jakarta:PT Indeks Permata Puri
Media) . 2010.h.al 2-3 38
I Made Alit Mariana.Op.cit.hal 18. 39
serta menghubungkannya antara suatu fenomena lain, sehingga keseluruhanya
membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati.
IPA membahas tentang gejala–gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukan oleh Powler bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi
dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu
sistem, tidak terdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling
menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan
berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau seseorang atau
beberapa orang dengan cara eksperimental yang sama akan memperoleh hasil
yang sama atau konsisten. Selanjutnya Winaputra mengemukan bahwa tidak
hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup,
tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.40
Hakikat IPA terdiri atas beberapa aspek sebagai berikut :
a. Produk, merujuk pada sekumpulan peda sekumpulan pengetahuan berupa
fakta,konsep,prinsip,teori dan hukum.
b. Proses, proses sains merujuk pada proses-proses pencaian yang dilakukan para
ahli disebut science as the process of inquiry.
c. Sikap, selain menggunakan metode ilmiah, para ilmuawan IPA perlu memilki
sikap ilmiah(scientific attittudes), agar hasil yang dicapai itu sesuai dengan harapannya.sikapnya antara lain; obyektif terhadap fakta atau kenyataan, tidak
tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, berhati terbuka dan dapat
membedakan antara fakta dan pendapat.
d. Aplikasi, aspek aplikasi merujuk pada dimensi aksiologis IPA sebagai suatu
ilmu, yaitu penerapan pengetahuan tentang IPA dalam kehidupan.41
40
Usman Samatowa.Op.cit.h al 3. 41
2. Karakteristik Belajar IPA
Berdasarkan Karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep –konsep atau prinsip
prinsip saja tetapi juga proses penemuan. Pemahaman tentang Karakteristik IPA
ini berdampak pada proses IPA di sekolah.
Uraian Karakteristikbelajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut :
a. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua Indera ,seluruh proses berpikir
dan bermacam gerakan otot.
b. Belajar IPA dilakuakan dengan berbagai macam cara (teknik ). Misalnya
observasi,ekspolasi,dan eksperimentasi.
c. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena alat indera manusia terbatas. Selain itu
ada hal- hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengematan
dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA
mengutamakn obyektivitas.
d. Belajar IPA sering kali melibatkan kegiatan – kegiatan temu ilmiah (misal
seminar, konferensi,atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu
objek, penyusunan Hipotesis dan yang lainya. Kegiatan tersebut kiat lakukan
untuk semata mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran
temuan yang benar – benar obyektif.
3. Tujuan Mempelajari Sains
Tujuan mempelajari sains yang ingin dicapai yaitu:
a. Memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang dunia tempat kita hidup.
b. Menanamkan suatu sikap hidup yang almiah.
c. Memberikan ketrampilan .
d. Mendidik anak-anak agar dapat menghargai penemu-a sains, pekerja-pekerja
yang telah banyak berjasa bagi dunia dan kemanusian.
f. Memiliki pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah
Tsanawiyah (MTS).42
D. Konsep IPA Mengenai Organ Pernapasan Pada Manusia
Konsep organ pernapasan pada manusia terdapat di kelas V semester 1
adapun standar kompetensi mengenai mengidentifikasi fungsi organ tubuh
manusia dan hewan dengan kompetensi dasar adalah mengindentifikasi fungsi
organ pernapasan manusia,mengindentifikasi fungsi organ pernapasan hewan
misalnya ikan dan cacing tanah, mengindentifikasi fungsi organ pencernaan
manusia dan hubungan dengan makanan dan kesehatan, mengindentifikasi organ
peredaran darah manusia dan mengindentifikasi gangguan pada organ peredaran
darah manusia.
Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara.
Udara mengandung berbagai komponen gas, salah satunya adalah oksigen (O2).
Oksigen inilah yang diperlukan oleh tubuh. Oksigen masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan.Selanjutnya, pernapasan menghasilkan karbon dioksida (CO2)
yang dikeluarkan daridalam tubuh.ketika menghirup udara,oksigen masuk melalui
hidung,kemudian masuk ke pangkal tenggorokan,setelah itu oksigen melewati dua
saluran yang berukuran lebih kecil dari tenggorokan.dua saluran ini disebut
bronkus, setelah melewati bronkus udara masuk ke paru-paru.43
1. Alat - alat pernapasan pada manusia
Berikut ini adalah bagian-bagian alat pernapasan pada manusia sebagai
berikut :
a. Hidung, adalah tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara masuk
melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Didalam rongga hidung
42
Sukarno dkk.dasar-dasar pendidikan sains.( Jakarta:Bhatara karya aksara).1981.h 26 43
Choiril Azmiyawati dkk. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. (Jakarta: Departemen
terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selamput lendir
berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman44
b. Tenggorokan (Trakea), merupakan sebuah saluran panjang nya kira-kira 9 cm. pada tenggorokan terdapat bulu-bulu halus. Bulu-bulu halus berfungsi
menyaring udara dari kotoran yang masih dapat lolos ke tenggorokan.
c. Cabang Tenggorokan (Bronkus), merupakan cabang dari trekea, setiap
bronkus menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Bronkus tersusun dari pipa-pipa kecil yang disebut dengan Bronkiolus
d. Alveolus, merupakan gelembung yang sangat tipis, gelembung tersebut diselimuti kapiler darah. Pada alveolus terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, pada saat udara kita hirup samapi di alveolus oksigen melewati dinding kapiler darah.oksigen diikat oleh hemoglobin (Hb) darah. Setelah itu darah
akan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Didalam tubuh oksigen
digunakan untuk proses pembentukan energi.
e. Paru-paru, terdapat didalam rongga dada diatas diafragma. Diafragma adalah
sekat antara rongga dada dan rongga perut. Paru-paru ada dua buah yaitu kiri
dan kanan. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir sedangkan paru-paru
kiri terdapat 2 gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang
disebut pleura. Dan dalam paru-paru terdapat cabang-cabang bronkus yang disebut dengan Brounkiolus
2. Proses Pernapasan Pada Manusia
Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang diisap
pada waktu menarik nafas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung
(nares) kiri dan kanan selain melalui mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang hidung. Pada waktu menarik
napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma melengkung
keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal
ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma,
44
S.Rositawaty.Ilmu pengetahuan Alam untuk kelas 5 SD/Mi.(jakarta;Dapertemen pendidikan
otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini
disebut pernapasan dada.45
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada
menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya
melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga
paru-paru mengembang.Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke
kerongkongan bagian atas (naro-pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx).Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang
tenggorok atau trachea, dari sana diteruskan ke saluran yang bernama bronchus
atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari beberapa tingkat percabangan dan
akhirnya berhubungan di alveolus di paru-paru.Udara yang diserap melalui alveoli
akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya dialirkan ke vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Gas oksigen diambil oleh darah. Dari sana darah akan
dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya.
Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan
dikeluarkan melalui hidung kembali. Pengeluaran napas disebabkan karena
melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan
berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang
rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam, akibatnya rongga dada
mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya tekanan
dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran
pernapasan.
3. Ganguan Pernapasan Pada Manusia
a. Influenza, Influenza adalah peradangan pada selaput rongga hidung yang
disebabkan oleh infeksi virus influenza.
b. Asma, Asma merupakan ganguan proses pernapasan karena adanya
penyempitan saluran pernapasan. Penyebabnya adalah alergi, bahan yang dapat
menyebabkan alergi antara lain rambut dan bulu hewan.
45
c. TBC (Tuberkulosis), TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Penderita TBC, paru-parunya terdapat bintil-bintil kecil pada dinding
alveolusnya sehingga menggangu proses penyerapan oksigen. Penyakit ini
dapat menular melalui benda-benda yang digunakan bersama, seperti sendok,
gelas dan sikat gigi. Untuk menghidari penularan TBC sebaiknya penderita
menggunakan peralatan makan dan sikat gigi tersendiri.
d. Merokok, Rokok banyak mengandung zat kimia berbahaya yang terkandung
dalam rokok dan asap rokok, rokok tidak hanya berbahaya bagi si perokok
tetapi juga orang-orang yang disekitarnya. Merokok dapat menyebabkan
kanker paru-paru, serangan jantung, ganguan kehamilan bagi wanita dan
lain-lain. Ganguan paling ringan yang disebabkan asap rokok adalah batuk-batuk
dan sesak napas.46
E.Hasil Penelitian Relevan
Peneliti Mendapatkan data berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya,bahasanya CTL dapat meningkatkan Hasil Belajar :
“Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning terhadap Hasil Belajar IPA Materi Gaya. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukan thitung 4,57 dan ttabel 2.00, sehinggal Ho ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh hasil belajar menggunakan
model contextual Teaching And Learning.47
Wit Laili Darmayanti Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattulah(2012)
dalam skripsinya yang berjudul “ Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya (di SDN
Cipayung II Tangerang selatan)”. Penelitian ini mengunakan pendekatan Quasi
Eksprimen, Instrumen peneliitian yang digunakan adalah instrumen tes dan
lembar observasi. Berdasarkan analisis data mengunakan uji-t yang dilakukan
46
Heri Sulistyanto &Edy Wiyono. Ilmu pengetahuan alam 5.(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional). 2008.h al 9.
47
Tifa Nasrul Afif dkk. Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning terhadap Hasil
pada taraf kepercayaan 95% menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa yang
diajarkan pendekatan CTL di peroleh nilai thitungsebesar 4,24 dan ttabel sebesar
1,66. Dpaat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
pendekatan contextual terhadap hasil belajar siswa.48
Rindang Wijayanti Raharjo Universitas Muhammaadiyah
Prof.DR.Hamka (2011) dalam skripsinya yang berjudul” Pengaruh Pendekatan contextual Teaching And Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDIT Nurul Falah Pagi Cilincing Jakarta Utara.Penelitian ini menggunakan quasi
eksperimen yang sampel terdiri 26 siswa di kedua kelas dan di peroleh thitung=5,08
dan ttabel=2,031 ternyata thitung=5,08> ttabel=2,031 maka disimpulkan ada pengaruh
hasil belajar ipa menggunakan pendekatan contextual.”49
“Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teachinng And Learning) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Sidoarjo jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparasi menggunakan analisis
regresi sederhana,setelah diuji regresi diperoleh 12% mempengaruhi hasil peserta
didik menggunakn pendekatan CTL. Sedangkan sisa dipengaruhi oleh faktor
faktor lain.50
“Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning(CTL) Pada Materi Usaha Dan Energi Dikelas XI SMA N 1. rancangan penelitian yang digunakan adalah the one shot case study. dan menggunakan intrumen berupa silabus LKS dan Rpp.51
“Pengaruh Pendekatan CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) Melalui Permodelan Media Sederhana Terhadap Hasil Belajar Matematika
48
Wit Laili Darmayanti. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL )
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya di SDN Cipayung II . Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattulah.2012.
49
Rindang Wijayanti Raharjo. Pengaruh Pendekatan contextual Teaching And Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDIT Nurul Falah Pagi Cilincing Jakarta Utara. Universitas Muhammaadiyah Prof.DRHamka. (2011)
50
Wili afdin oktiviansa. Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teachinng And
Learning) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Sidoarjo. JPTM. Vol 02 No 01 Tahun 2013.
51
Mutaini dkk.Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis
Lesson Study Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMP Negeri Kota Padang