• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

1

Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 pada Majalah Noor

No.12 Edisi Khusus Fashion 2012

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Cahaya Kusumawati

207051000095

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Analisis Wacana Tren Fashion 2012 pada Majalah Noor No.12

Edisi Khusus Fashion 2012

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Cahaya Kusumawati

NIM 207051000095

Dosen Pembibing:

NIP : 19670906 1994031 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Cahaya Kusumawati

NIM : 207051000095

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Mei 1989

Alamat : Jl. Dewi Sartika No.15 Rt. 06 Rw. 018 Ciputat Kedaung – Tangerang Selatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Wacana

Rubrik Tren Fashion 2012 pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion

2012”

1. Skripsi ini adalah benar karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Kecuali kutipan-kutipan yang tersebut sumbernya. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Selain itu, jika di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat berakibat pembatalan gelar sarjana saya, maka saya siap menanggung resikonya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh rasa tanggung jawab.

Jakarta, 29 Januari 2014 Yang membuat Pernyataan

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul : Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 Pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012 , telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Rabu tanggal 29 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 29 Januari 2014 Sidang Munaqasah

Ketua Sekretaris

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA Ahmad Fatoni, S. Sos. I Nip: 19710412220003201

Anggota

Penguji I Penguji II

Ade Masturi, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA Nip: 197506062007101001 Nip: 19710412220003201

Dosen Pembimbing

(5)

ABSTRAK

Cahaya Kusumawati

Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 Pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012

Fashion adalah industri yang berkembang sejalan tuntutan perubahan jaman dan gaya hidup. Industri ini tidak hanya memproduksi pakaian beserta atributnya untuk melindungi atau menutupi tubuh, namun juga menciptakan citra, identitas, atau status sosial bagi pemakainya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana model Teun A Van Djik. Van Djik lebih menekankan pada tiga dimensi yakni, teks, kognisi sosial, dan konteks sosial menjadi sebuah kesatuan. Untuk dimensi teks analisis wacana model Van Dijk terdiri atas tiga struktur yakni struktur makro, superstruktur, struktur mikro.Ketiga struktur tersebut masing-masing memiliki elemen-elemen yang saling mendukung satu sama lain.

Penelitian ini dilakukan pada majalah Noor, adapun alasan penulis mengambil majalah Noor sebagai penelitian,karena pertama, majalah ini sering kali menyajikan sesuatu baik itu artikel maupun berita secara panjang lebar dan mendalam, majalah seperti halnya media cetak lainnya pesan-pesan yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari, serta memiliki daya persuasi yang lebih tinggi. Kedua, setiap tulisan yang terdapat di majalah Noor merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga pembaca tidak hanya mendapat bacaan yang memberikan informasi terkini melainkan belajar tentang Islam.

Objek dalam penelitian ini adalah rubrik tren fashion di majalah Noor pada edisi khusus fashion 2012. Adapun pemilihan subjek dalam penelitian ini dikarenakan pada majalah Noor, peneliti melihat sebagian besar isi majalah tersebut khususnya pada rubrik tren fashion lebih menekankan modernisasi fashion yang menjadi tren di tahun 2012. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian lapangan dan wawancara kepada beberapa responden pembaca tetap majalah Noor yang berguna sebagai pembanding data penelitian ini. Selain wawancara pembaca Noor, peneliti juga mewawancarai pemimpin redaksi majalah Noor dan tim redaksi majalah Noor.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwasanya rubrik tren fashion pada majalah Noor berperan sebagai alat modernisasi fashion saat ini agar masyarakat urban khususnya para fashionista lebih berani mengekspresikan gaya berbusananya dan tidak melebihi dari kaidah-kaidah syariat Islam. Fashion Islam terkini sangat menarik, karena fashion Islam saat ini lebih berwarna tidak monoton, lebih banyak variasinya dan dapat menarik simpatik bahwa hijab itu tidak sekuno yang dibayangkan. Modernisasi fashion saat ini sangat mengispirasi semua wanita yang ingin tampil beda dan menarik disetiap kesempatan.

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini yang sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar. Izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Terimakasih sedalam-dalamnya kepada Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Wakil Dekan 1 Dr. Suparto, M.Ed, MA, Wakil Dekan 2 Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan 3 Bapak Drs. Wahidin Saputra,MA.

2. Almarhumah Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum selaku Ketua Kordinator Program Non Reguler Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.

3. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA, selaku sekretaris Program Non Reguler Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dan H. Ahmad Fatoni, S.Sos.I sebagai staff Administrasi.

4. Terimakasih kepada Bapak Dr. suhaimi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dalam membimbing penulisan skripsi ini.

5. Para Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pemimpin Redaksi Majalah Noor ibu Jetti R Hadi dan Redaksi Fashion Majalah Noor mbak Putri Wulan M yang sudah bersedia menyempatkan penulis untuk berkunjung ke kantor Majalah Noor dan di wawancarai. 7. Orang Tua tercinta Ayahanda Hartono dan Ibunda Ida Mulyana yang telah

bekerja keras dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak-anaknya, serta dorongan yang diberikan tiada henti.

(7)

8. Keluarga tercinta adik Putri Handayani, Kakek, Nenek, Tante, Om, dan Sepupu-sepupu yang selalu memberikan keceriaan disaat penulis down dan memberikan dukungan, baik moril maupun materil.

9. Yang tersayang Sulistiono Taufik, SH, yang selalu setia tulus mendampingi, membimbing, menyemangati, mendoakan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Many thanks for everythings, you are the best ever.

10.Kawan-kawan angkatan 2007 dan 2008 KPI Non Reguler, terima kasih atas semuanya.

11.Para responden pembaca Noor yang telah bersedia membantu penulis dan menyempatkan waktunya untuk diwawancarai.

Akhirnya, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah mereka berikan.

Mudah-mudahan penelitian skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan. Amin

Jakarta, 25 Januari 2014

Cahaya Kusumawati

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL……….... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Batasan Dan Perumusan Masalah………... 3

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………... 4

D. Metodologi Penelitian………... 5

E. Tinjauan Pustaka……… 8

F. Sistematika Penelitian………... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Fashion Style………... 13

B. Pakaian Menurut Islam………. 15

C. Fashion Sebagai Budaya Massa Dan Simbol Gaya Hidup.. 19

D. Pengertian Rubrik………... 22

E. Pengertian Analisis………... 23

F. Analisis Wacana Model Teun A Van Dijk……... 26

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAJALAH NOOR A. Sejarah Singkat Majalah Noor………... 29

B. Visi Dan Misi Majalah Noor………... 32

C. Struktur Redaksi Majalah Noor………... 33

D. Sekilas Tentang Rubrik Tren Fashion………... 36

(9)

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISA DATA

A. Analisis Teks Dalam Rubrik Tren Fashion Majalah Noor Edisi

Khusus Fashion 2012... 38

1. Struktur Makro (Tematik)………... 38

2. Superstruktur (Skematik)………... 41

3. Struktur Mikro………... 45

1) Semantik………... 46

2) Sintaksis………... 50

3) Stilistik………... 53

4) Retoris………... 54

B. Analisis Konteks Sosial Dalam Rubrik Tren Fashion Majalah Noor Edisi Khusus Fashion 2012………. 55

C. Analisis Kognisi Sosial Dalam Rubrik Tren Fashion Majalah Noor Edisi Khusus Fashion 2012………. 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………... 59

B. Saran………... 61

DAFTAR PUSTAKA……… 64 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel I Struktur Teks... 27 Tabel II Struktur Redaksi Majalah Noor... 33 Tabel III Rubrikasi Majalah Noor... 35

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi komunikasi informasi yang belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, termasuk perkembangan teknologi media cetak dan elektronik seperti perkembangan media komunikasi sekarang tidak lepas dari televisi, surat kabar, majalah, radio maupun internet membuat segalanya semakin mudah diakses.

Perkembangan media cetak di Indonesia, memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat, karena dalam media cetak terdiri atas rubrik-rubrik yang bisa dijadikan sebagai inspirasi, tidak terkecuali bagi media cetak nasional, sepaerti majalah Noor yang memuat tren fashion 2012 dan dijadikan inspirasi bagi perempuan masa kini.

Fashion atau mode adalah industri yang berkembang sejalan tuntutan perubahan jaman dan gaya hidup. Industri ini tidak hanya memproduksi pakaian beserta atributnya untuk melindungi atau menutupi tubuh, namun juga menciptakan citra, identitas, atau status sosial bagi pemakainya. Negara-negara Barat, yang dianggap maju dalam industri ini ditempatkan sebagai standar siklus mode bagi negara-negara lainnya.

Secara alami manusia memerlukan pakaian/busana. Pakaian tersebut baik berfungsi sebagai melindungi tubuh atau badan dari panas dan dingin, ataupun sebagai estetika, memperindah dan mempercantik orang yang memakainya, bahkan dapat meningkatkan status sosial, sesuai dengan jenis pakaian yang

(12)

dikenakan. Di dunia muslim, busana bisa mencerminkan identitas, selera, pendapatan, pola perdagangan regional, dan religiusitas pemakainya. Busana dan pemakainya bervariasi menurut jenis kelamin, usia, status perkawinan, asal geografis, pekerjaan, dan bahkan aliran politik.

Kita peduli terhadap busana wanita muslimah ini sekarang sudah banyak dirusak oleh kita sendiri dengan memodifikasi trend masa kini bukannya dengan ketentuan syariat Islam yang ditetapkan dalam Al-Qur’an.1

Di dunia modern, banyak wanita mengalami alienasi (keterasingan diri). Mereka mencari identitas dengan menampilkan pakaian-pakaian yang sedang “in” atau sedang menjadi mode pada zamannya. Bahkan seorang wanita tiba-tiba naik pada posisi tinggi mengalami krisis identitas. Dan untuk memperteguh identitas dirinya ia akan mencari busana yang melambangkan statusnya.2

Busana muslim dapat memiliki makna tertentu. Ia dapat mengungkapkan pertentangan terhadap rezim tertentu atau mencerminkan kenggotaan dalam gerakan Islam. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, ketika jilbabisasi merambah keluarga kelas menengah atas, berbondong-bondong anak, isteri pejabat, dan pengusaha mengenakan jilbab. Sejak itulah busana muslim menjadi trendi dan memakai jilbab mulai mencapai prestise tertentu. Jilbabisasi dinggap merupakan suatu tanda globalisasi, suatu lambang identifikasi orang Islam di Indonesia dengan umat Islam di negara-negara lain di dunia modern.

Majalah Noor dirancang khusus untuk kaum wanita membahas tentang tren fashion 2012. Tetapi majalah Noor juga membahas mengenai salam Noor, surat pembaca, campur sari, makna kata, sampul kita, lintas zaman, tren fashion,

1 Abdurrahman Al-Baghdadi, Da’wah Isla da Masa Depa U at, (Bangil: Al-Izzah,

1997), cet.1. h.1

2

Jalaludin Rakhmat, Islam Alternatif, (Bandung:Mizan, 1997), Cet. Ke-8, h.140

(13)

fashion note, doa, tren warna, tren rias, tren aksesori dan jilbab, fikih fashion, info media, lensa Noor, hadis, silaturahim, refleksi, indeks. Rubrik tren fashion merupakan salah satu rubrik yang diangkat dalam edisi khusus fashion 2012.

Rubrik ini membahas mengenai tren fashion yang semakin modern. tidak hanya itu, busana disini akan dibahas dan selalu dihubungkan dengan ayat yang ada dalam Al-qur’an atau dengan hadits. Oleh karena itu, penulis berfokus menganalisa rubrik tersebut dengan menggunakan analisis wacana sebagai metode penelitian. Dengan menggunakan metode analisis wacana, tidak hanya akan mengetahui isi teks tersebut, tetapi juga bagaimana teks atau pesan tersebut diproses hingga sampai kepada pembaca.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk mengetahui lebih jauh mengenai rubrik tren fashion pada majalah Noor dengan menggunakan metode analisis wacana penulis bermaksud mengangkat judul skripsi, Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012.

B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini pada segi teks analisis wacana model Teun A.Van Dijk yang ada pada rubrik Tren fashion majalah Noor Edisi Khusus Fashion 2012

(14)

seringkali menyajikan sesuatu baik itu artikel maupun berita secara panjang lebar dan mendalam, majalah seperti halnya media cetak lainnya pesan-pesan yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari, serta memiliki daya persuasi yang lebih tinggi. Kedua, setiap tulisan yang terdapat di majalah Noor merujuk pada AlQur’an dan Hadits. Sehingga pembaca tidak hanya mendapat bacaan yang memberikan informasi terkini melainkan belajar tentang Islam. Sebab, Islam itu merupakan rahmat bagi seluruh alam yang memiliki nilai-nilai universal dan berlaku untuk semua.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk menganalisis wacana dalam rubrik tren fashion yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan metode dari Teun Van Dijk.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis

(15)

Memberikan kontribusi positif dalam studi tentang media massa, khususnya mengenai analisis wacana yang biasa digunakan untuk menganalisis pesan dalam media selain metode analisis isi maupun analisis semiotik. Dan menjadi tambahan referensi mengenai penyampaian pesan dakwah melalui majalah.

Memberikan masukan pada dunia penelitian dan menambah kajian ilmiah bagaimana majalah Islam merepresentasikan modernisasi fashion khususnya busana. Penelitian ini diharapkan juga memberikan masukan bagi penelitian sejenis untuk menguji efektifitas penyebaran budaya pop melalui media terhadap remaja.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan motivasi untuk lebih berkreatifitas dan mengembangkan dakwah melalui beberapa media sebagai jalan dakwah yang salah satunya melalui majalah dan menjadi bahan pertimbangan bagi para pecinta fashion, khususnya para pembaca majalah Noor.

D. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan majalah Noor yang beralamat di: JL. Karang Pola VI No.7A, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540. Telp (021) 789 1951 Email: majalahnoor@yahoo.co.id

(16)

b. Waktu Penelitian

Pada awalnya peneliti sudah melakukan survey diawal untuk mengetahui program yang akan dijadikan studi kasus pada penelitian pada tanggal 23 Mei 2012, namun peneliti menentukan pada tanggal 10 Juni 2012 melakukan permohonan izin kepada mbak Riri sekretaris majalah Noor dan diberikan jadwal untuk mewawancari ibu Jetti R Hadi selaku Pemimpin Redaksi Majalah Noor beserta Mbak Putri Selaku stylist redaksi majalah Noor. Kemudian pada tanggal 6 September 2012 peneliti melakukan wawancara pribadi dengan ibu Jetti R Hadi pemimpin malajah Noor setelah itu dilanjutkan dengan mewawancarai mbak Putri selaku stylist redaksi majalah Noor. Sebulan kemudian tepatnya tanggal 20 Oktober 2012 peneliti kembali ke majalah Noor untuk mengambil sura keterangan dari majalah Noor dan bertemu dengan mbak Riri sekretaris majalah Noor. Peneliti juga meklakukan wawancara dengan 3 responden pembaca tetap majalah Noor pada tanggal 18,20,21 Oktober 2012

Peneliti melakukan penelitian turun lapangan untuk mengamati dan mewawancarai serta dokumentasi yaitu dalam 5 bulan dimulai pada bulan Juni sampai 20 oktober 2012 seperti tanggal 10 Juni 2012, 6 September 2012 mulai pukul 13.47 – sampai dengan 15.06 WIB, 18 oktober pukul 17.56 WIB, 20 Oktober 2012 pukul 13.18 sampai pikul 15.15 WIB, dan tanggal 21 Oktober 2012 pukul 11.45 WIB

2. Pendekatan Penelitian

(17)

lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan suatu yang sulit dipahami secara memuaskan.3 Dengan pendekatan ini peneliti dapat memperoleh data-data yang akurat dan lengkap berdasarkan fakta yang ada dilapangan.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan jenis pendekatan analisa deskriptif, maka metode pengumpulan data diperoleh dengan langkah sebagai berikut:

a. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan mengambil langsung terhadap objek atau penggantinya (misal: film, rekonstruksi, video, dan sejenisnya). Pengamatan ini dengan melihat langsung serta mencermati setiap teks pada objek penelitian yakni rubrik tren fashion yang terdapat pada majalah Noor.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan menggunakan perekam camera digital. Pada penelitian ini penulis

3

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke-10 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), h. 3

(18)

mewawancarai Ibu Jetti Rosila Hadi selaku pemimpin redaksi majalah Noor dan Putri Wulan M selaku Stylist Redaksi Majalah Noor dan 3 informan pembaca majalah Noor

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang terdapat diperpustakaan. Internet atau instansi lain yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini. Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian berupa rubrik tren fashion yang terdapat pada majalah Noor.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun di perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, perpustakaan UI FIKOM. Selain dari buku-buku yang dijadikan rujukan utama, data-data yaang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada rubrik tren fashion yang terdapat pada majalah Noor. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat ini hanya menemukan, yaitu:

(19)

menggunakan analisis yang berbeda, yaitu analisis wacana model Van Dijk. Fokus penelitian Van Dijk lebih menekankan pada tiga dimensi yakni, teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Penulis melakukan penelitian pada objek rubrik tren fashion yang terdapat pada majalah Noor. 2. Selain itu penulis juga menjadikan skripsi Patrecia Yohana Hutabarat Mahasiswi Broadcast, Universitas Indonesia Jakarta pada tahun 2009, yang berjudul “imperialisme budaya pada rubrik fashion (studi analisa

semiotika imperialisme budaya pada rubrik fashion di majalah gogirl!)”. pada skripsi ini membahas tentang bagaimana majalah gogirl! Khususnya pada rubrik fashion mengadaptasi kebudayaan Barat pada setiap busana yang ditampilkan. Peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana imperialisme budaya dalam rubrik di majalah gogirl!. Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika. Analisis semiotika yang dipakai pada penelitian ini menggunakan metode menurut Rolland Barthes. Objek dlm penelitian ini adalah rubrik fashion “hollitrend” di majalah gogirl! Pada bulan Februari-Juli 2009. Pada skripsi ini juga terdapat perbedaan antara teori dan objek penelitiannya. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan analisis yang berbeda, yaitu analisis wacana model Van Dijk. Penulis melakukan penelitian pada objek rubrik tren fashion yang terdapat pada majalah Noor.

3. Penulis juga menambahkan satu judul skripsi lagi, yaitu “Analisis Semiotika Dalam Foto-Foto Busana Muslimah Paras Edisi Juli Dan

(20)

Sama seperti skripsi-skripsi yang diatas, terdapat perbedaan objek penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan, penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan analisis yang berbeda, yaitu analisis wacana model Van Dijk. Fokus penelitian Van Dijk lebih menekankan pada tiga dimensi yakni, teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Penulis melakukan penelitian pada objek rubrik tren fashion yang terdapat pada majalah Noor.

Meskipun ada beberapa kesamaan dari penelitian terdahulu dalam membahas fashion, namun penelitian skripsi ini lebih membahas bagaimana kapitalisme global yang semakin kuat menyebabkan adanya penyeragaman gaya hidup manusia, termasuk dalam hal fashion. Tren fashion sendiri dalam konteks ilmu sosial dikategorikan sebagai budaya massa atau budaya pop. Budaya pop yang berlabel Negara barat dijadikan standar yang berlaku secara global. Kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia. Sebagai Negara dunia ketiga, Indonesia dapat dikatakan sebagai pasar potensial produk kapitalisme yang terbungkus dalam propaganda gaya hidup, termasuk soal tren fashion. Fashion berstandar barat dan disebarluaskan oleh media kerap dilakukan demi menyejajarkan diri dengan Negara-negara barat dalam hal penampilan yang modern. Padahal, fashion barat seringkali bertentangan dengan adat ketimuran serta norma agama mayoritas di Indonesia, agama islam.

(21)

terlihat dari busana muslim yang sekarang berkembang pesat tidak hanya di Indonesia saja, akan tetapi sudah merajai ke Negara-negara lainnya.

Majalah Noor dalam hal ini dipandang sebagai majalah yang menempatkan fashion busana muslim sebagai selling pointnya, khususnya rubrik tren fashion.

Penelitian ini akan memaparkan bagaimana Analisis Wacana Rubrik Tren Fashion 2012 Pada Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012, ditinjau dari teks, praktik wacana (produksi dan konsumsi teks) dan konteks sosial budaya yang mendukung fashion terhadap manusia melalui media massa.

F. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan pada skripsi ini sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Pendahuluan. Membahas latar belakang masalah, Batasan dan perumusan masalah, Tujuan dan kegunaan penelitian, Tinjauan pustaka, kerangka konsep, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN TEORI

Bab ini membahas pengertian fashion style, pakaian menurut Islam, fashion sebagai budaya massa dan simbol gaya hidup, majalah, pengertian rubrik, pengertian analisis, analisis wacana model Teun A Van Dijk

(22)

Bab III GAMBARAN UMUM MAJALAH NOOR

Bab ini membahas tentang sejarah majalah Noor, visi dan misi majalah Noor, Struktur Redaksi Majalah Noor, Sekilas Tentang Rubrik Tren Fashion.

Bab IV ANALISIS RUBRIK TREN FASHION MAJALAH

NOOR

Bab ini mengetengahkan atau menganalisis bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh Majalah Noor Melalui Analisis Wacana Model Van A Dijk

Bab V PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Fashion Style

Fashion style dimulai dari tahun 1920. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion kembali dengan pandangan berbeda. Inovasi terbaru muncul dari designer dunia. Seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang putri. Dari sinilah dunia fashion style mulai berkibar. Memasuki tahun 1930-an, perkembangan fashion sedikit agak lambat, hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua (1940-1946), dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, sebuah pakaian juga mempunyai sisi estetika atau sisi cantik.4

Fashion berasal dari bahasa inggris yang artinya cara, kebiasaan atau mode. Perkembangan fashion tidak lepas dari pengaruh informasi, karena informasi merupakan sarana seseorang untuk bisa mengetahui lebih jelas tentang fashion.5

Tuntutan kebutuhan gaya hidup semakin berkembang, turut berdampak pada berlangsungnya modernisasi fashion dari waktu ke waktu. Pakaian sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang fashion, pakaian, atau busana pun sudah banyak dilakukan dari berbagai perspektif. Pakaian tak hanya berfungsi secara ragawi belaka, misal melindungi dan menjaga kesehatan tubuh, atau sekedar untuk tampil menarik dan keren, tapi juga punya fungsi lain diluar urusan raga.

4

http://mycc.forumotiion.com browsing pada tanggal 12 Juli 2012 Pukul 22.13 WIB

5

http://adhe-fashion.blogspot.com Browsing Pada Tanggal 13 Juli 2012 Pukul 01.14

(24)

Fashion dipandang sebagai sinonim dengan kata “cara” atau “perilaku”. Polhemus dan procter menunjukan bahwa dalam masyarakat kontemporer Barat,

istilah ‘fashion’ kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah ‘dandanan’, ‘gaya’,

dan ‘busana’ (Polhemus dan Procter. 1978:9).6

Semua fashion dan pakaian adalah untuk mendekorasi atau mempercantik tubuh. Seperti dinyatakan Wilson, fashion secara umum diasosiasikan dengan

“Wanita”, memang benar wanita atau feminin, dipresentasikan dalam masyarakat

kontemporer sebagai makhluk yang dekat dengan seni kosmetika, diasosiasikan dengan tampilan luar dan sangat mempedulikan, bila tak terus menerus terobsesi, dengan penampilan.7

Bisa dinyatakan fashion menjadi argument yang paling jelas dan tampaknya menjadi niscaya dan tidak bisa dihindari lagi, pada organisasi sosial dan ekonomi yang ada di dunia. Ini akan benar-benar menjadi prestasi untuk mengklaim bahwa satu hal yang tak terhindarkan, sesuatu yang muncul mengikuti realitas sosio ekonomi. Dalam pandangan Simmel, Flugel, serta Polhemus dan Procter, fashion adalah suatu produk masyarakat dengan lebih dari satu kelas di dalamnya dan tempat terjadinya gerak diatas antara kelas-kelas baik yang mungkin maupun yang didambakan.8 Wilson menunjukkan, “fashion adalah

wajah seni yang mengalami degradasi atau tak bisa diterima” (Wilson,1990:209).

Fashion, pakaian dan busana memunculkan sistem penandaan (signifikansi) yang menjadi tempat pembentukan dan pengkomunikasian tatanan sosial. Fashion,

6

Barnard Malcolm. Fashion sebagai komunikasi cara mengkomunikasikan identitas sosial seksualitas, kelas dan gender. (Yogyakarta & Bandung: jalasutra. 1996), h. 12-33

7

Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi (Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender), (Yogyakarta&Bandung: Jalasutra, 1996) h, 12-13

8

Barnard Malcolm. Fashion sebagai komunikasi cara mengkomunikasikan identitas sosial seksualitas, kelas dan gender. (Yogyakarta & Bandung: jalasutra. 1996). h. 26

(25)

pakaian dan busana dapat bekerja dengan berbagai cara yang berbeda, namun memiliki kesamaan bahwa beberapa diantaranya merupakan tempat tatanan sosial. Fashion, pakaian dan busana dapat dianggap sebagai salah satu makna yang digunakan oleh sekelompok sosial dalam mengkomunikasikan identitas mereka.9

B. Pakaian Menurut Islam

Pada agama manapun, di era modern ini, selalu ditemukan ajaran untuk berpakaian sopan di depan umum, setidaknya menurut pandangan secara universal bahwa manusia itu harus menutupi bagian-bagian tubuh yang tidak seharusnya diperlihatkan di depan umum. Islam memberikan rambu-rambu yang jelas dalam masalah pakaian wanita agar tetap ada keseimbangan antara estetika dengan syariah. Adapun seruan Allah dan Rasaul-Nya tertuang dalam nash-nash berikut ini (ketika wanita ada dalam kehidupan umum). QS. Al-Ahzab: 59, perintah untuk mengenakan jilbab:

Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ketubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-ahzab/33:59)

9

Barnard Malcolm. Fashion sebagai komunikasi cara mengkomunikasikan identitas sosial seksualitas, kelas dan gender. (Yogyakarta & Bandung: jalasutra. 1996). h. 104

(26)

Sedangkan menurut kitab suci Al-Quran Surat Al-A’raf 25-26 terdapat tiga macam pakaian yang sesuai dengan kaidah ajaran islam,10 yaitu :

1. Pakaian yuwaari sauatikum : pakaian sekedar menutup bagian-bagian yang malu bila dilihat atau terlihat orang lain (aurat)

2. Pakaian riisyan : pakaian yang merupakan hiasan yang layak bagi manusia, lebih dari pada sekedar menyembunyikan aurat saja.

3. Pakaian libaasut-taqwa : pakaian yang merupakan ketaqwaan yang menyelamatkan diri, menyegarkan jiwa, membangkitkan budi pekerti dan akhlak yang mulia. Jenis pakaian ini merupakan yang terpenting karena member jaminan keselamatan diri, dunia dan akhirat, menjamin kebahagian rumah tangga, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat dan negara.

Kata “aurat” sendiri dalam Islam memiliki dua arti:

1. Bagian tubuh manusia yang malu bila dilihat orang lain

2. Kelemahan, tidak mempunyai kemampuan bertahan atau membela diri bila diserang.

Sikap sopan santun dan cara berbusana yang elegan dan karismatik sangat identik dengan gaya dan penampilan orang-orang terpelajar dan terhormat. Dikatakan identik, karena umumnya memang demikian, meskipun antara pakaian

luar dan “pakaian” dalam yang melekat pada diri seseorang belum tentu matching

atau selaras.

Betapa banyak kita melihat orang-orang dengan pakaian rapi, sopan, berwibawa, dan terhormat, akan tetapi hati serta perilakunya sungguh tidak

10

K. H. E Abdurahman, Risalah wanita (Bandung: sinar baru Algesindo, 2002), hlm 152

(27)

terhormat. Misalnya saja adalah para koruptor. Juga para muslimah yang sudah menjilbabkan tubuhnya, tapi belum menjilbabkan hatinya.

Hipokritas seperti inilah yang harus dihindarkan menurut ajaran etika berbusana dalam islam. Pakaian bukan hanya untuk menghiasi diri dan berfungsi secara ragawi, tapi juga harus berfungsi sebagai simbol moral yang muncul dari kepribadian yang mulia.

Berhijab atau berjilbab sangat dianjurkan, bahkan diperintahkan oleh Islam dengan acuan kriteria-kriteria tertentu. Begitu juga berpakaian yang sopan, elegan, dan karismatik. Islam menganggap penting semua itu. Namun, kesemuanya harus dilandasi oleh kepribadian yang memang mulia, sopan, elegan, dan karismatik.

Mungkin inilah yang dimaksudkan dengan “pakaian ketakwaan” yang dipandang

jauh lebih penting dan merupakan pakaian terbaik.

Untuk membumikan substansi ajaran ini di tanah Jawa, Walisanga menghadirkan ular-ular atau pesan-pesan moral dan falsafah hidup berbunyi: Ajining Diri Saka Lathi, Ajining Raga Saka Busana. Artinya, harga diri seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaiknya seseorang dapat menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya).

Ditinjau dari perspektif ilmu psikologi, antara busana dan si pemakai busana sedikit atau banyak memang punya hubungan saling mempengaruhi. Meski tidak selamanya merupakan kaitan sebab-akibat, namun tak jarang pula terjadi hubungan sebab-akibat di antara perilaku atau kepribadian seseorang dan busana yang dikenakannya.

(28)

berbusana seseorang. Berangkat dari kenyataan inilah Islam mengajarkan tata cara dan etika berpakaian yang khas Islam. Ini sepenuhnya dimaksudkan sebagai sarana pembentukan karakter dan kepribadian muslim yang utuh, selaras, dan harmonis antara realitas lahir dan batinnya. Jadi, pertentangan antara simbol dan esensi berpakaian inilah yang ingin dihapuskan oleh Islam melalui ajaran etikanya tentang pakaian dan cara berpakaian.

Beberapa karakter dan kepribadian muslim yang harus dibangun, juga diaplikasikan di dalam penampilan dan gaya berpakaian, yaitu kepribadian yang penuh cinta, kasih sayang dan kelembutan (rahmat).

Kesederhanaan dalam arti tidak berlebih-lebihan dalam segala hal (i’tidal), tidak silau harta (zuhd), selalu menjaga kehormatan dan kesucian diri (‘iffah), gigih (shabr), tegas (hazm), tangkas dan energik (hayawiyyah), bijaksana dan arif (hikmah), memegang amanah dan janji (mu’taman), tegak lurus dalam kebenaran dan kebaikan sesuai ajaran Allah (qunut), serta profesional dan pandai menyesuaikan diri dengan waktu dan tempat yang dihadapi (itqan al-‘amal).11

Inilah contoh-contoh kepribadian yang mesti dikembangkan dalam diri seoarang muslimah. Termasuk juga perlu diekspresikan dalam penampilan dan gaya busananya. Mungkin inilah terjemahan aplikatif dari konsepsi Alquran yang menyebutkan bahwa Pakaian Ketakwaan adalah Yang Terbaik. Dengan cara ini pula, falsafah Jawa yang berbunyi Ajining Diri Saka Lathi, Ajining Raga Saka Busana, mesti dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Agama Islam tidak menentukan bagaimana cara dan bentuk pakaian. Hal tersebut diserahkan kepada lingkungan, bangsa dan keadaan iklim setempat.

11

Dikutip oleh Majalah Noor edisi November 2011

(29)

Agama Islam hanya memberikan batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar yang merupakan wadah penciptaanNya. Agama Islam tidak menghalangi daya cipta, cita rasa, corak, bentuk dan potongan yang terbaru atau terbagus, namun Islam hanya meminta agar pakaian itu selaras dan menjaga keluhuran budi dan akhlak, kekayaan dan kekuatan batin, penyelamatan jasmani dan rohani dari kejahatan dan kerendahan budi manusia.12

C. Fashion Sebagai Budaya Massa dan Simbol Gaya Hidup

Fashion adalah alat komunikasi non verbal yang menunjukan status, gender, kelas, kedudukan baik secara individu maupun kelompok. Fashion juga dapat berperan sebagai sistem tanda dan barometer perubahan budaya.13

Menurut The World Book Encyclopedia (1993), istilah ‘fashion’ biasa digunakan untuk menggambarkan gaya berpakaian. Dalam perkembangan model mobil, furnitur, rumah berbagai produk kontemporer (populer) lainnya dapat digolongkan sebagai fashion.Secara garis besar, terdapat 3 alasan mengapa kebanyakan orang mengikuti fashion; pertama, karena mereka ingin diidentifikasikan sebagai kelompok tertentu.Kedua, diakui dan diterima oleh orang atau kelompok tertentu dan ketiga, membuat diri terlihat lebih atraktif.Fashion dapat berubah dari waktu-waktu dapat disebabkan oleh situasi politik dan sosial yang terjadi dan kemajuan teknologi, khususnya teknologi mesin. Tren fashion terbaru dapat diadopsi dari gaya tokoh-tokoh terkenal seperti artis film.14 Menurut Desmond Morris (1997), sekurangnya ada 3 fungsi mendasar pakaian yang dikenakan manusia, yakni

“memberikan kenyamanan, sopan santun, dan pamer (display). Semua pakaian

12

Dikutip oleh Majalah Noor edisi November 2011. Hlm 171

13

http://www.fashion-era.com/sociology_semiotics.htm#What%20Is%20 Fashion? Di browsing pada tanggal 27 Maret 2012 pukul 15.15 WIB

14Laure “. Bahr da Ber ard Joh so , Colliers’ Di tio ary.Volu e 7 Ne York: P. F

Collier Inc 1993, hlm.31-32

(30)

dengan segala modelnya, seperti yang dikemukakan Thorsten Veblen dalam buku Theory of the Leisure Class adalah simbolik: bahan, potongan dan hiasannya antara lain ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan mengenai kehangatan, kenyamanan, dan kepraktisannya.15

Fashion dibedakan atas haute couture fashion dan ready to wear fashion. Haute couture adalah sebuah frase dalam bahasa perancis yang berarti high fashion atau adibusana. Kata “haute” sendiri memiliki arti elegan atau tinggi,

sedangkan “couture” berarti pembuatan pakaian. Haute couture dibuat secara

manual oleh tenaga manusia (handmade) mulai dari pembuatan pola, pemotongan hingga penjahitan bahan sehingga tercipta sebuah busana yang sempurna dan tinggi nilai artistiknya. Haute couture tidak diproduksi secara massal, namun berdasarkan pemesanan tiap individu atau klien yang menginginkan sebuah baju atau gaun yang merupakan rancangan orisinil dan tidak dimiliki atau sama dengan yang dikenakan oleh orang lain (eksklusif). Proses pembuatan dan eksklusivitas inilah yang menyebabkan harga sebuah rancangan haute couture atau adibusana sangat mahal. Dalam membuat sebuah adibusana, setidaknya seorang desainer dan pekerja garmen atau rumah mode membutuhkan waktu 100 hingga 150 jam untuk membuat sebuah pakaian, bahkan 1000 jam untuk membuat detil atau menghias sebuah rancangan gaun malam (evening dress).16

Selain dirancang untuk memenuhi pesanan klien, haute couture juga diciptakan untuk promosi designer sekaligus memberikan inspirasi dengan menomorduakan profit. Desainer haute couture meminjamkan rancangan mereka

15 Alex sobur,

Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), hlm.170

16

http://www.fashion-era.com/haute_couture.htm browsing pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.03 WIB

(31)

kepada actor atau aktris film (yang biasanya dikenakan pada saat menghadiri malam penghargaan seperti academy awards) dan first lady (istri kepala negara).

Berbeda dengan haute-couture (adibusana), ready to wear fashion diciptakan sebagai komoditi massal. Pergeseran fungsi dasar pakaian sebagai penutup atau pelindung tubuh menjadi komoditi massal terjadi pada era abad ke 20, dimana terjadi perkembangan teknologi dan komunikasi. Fashion mulai diproduksi dalam jumlah besar dan ditujukan untuk populasi yang besar pula. Kemajuan teknologi bahan tekstil juga merupakan faktor penting yang menjadikan pakaian dapat diproduksi secara cepat dengan biaya murah.17 Mode pakaian negara barat mulai diadopsi oleh negara-negara lain melalui periklanan, media massa dan sistem pemasaran modern.18

Fashion dijadikan sebagai komoditi yang terjangkau dari segi harga dan ketersediaannya.Industry garmen dan department store (pusat perbelanjaan) membeli rancangan orisinil dari rumah mode desainer dan memproduksinya ke dalam bentuk atau versi ready to wear.19

Fashion juga merupakan simbol gaya hidup (Lifestyle), dimana gaya hidup sendiri adalah istilah menyeluruh yang meliputi cita rasa seseorang didalam fashion, mobil, hiburan, dan rekreasi, bacaan dan hal-hal yang lain. Gaya menunjukan pakaian, dan gaya hidup digunakan untuk menggambarkan

17

The New Encyclopedia Britannica, Volume 4 ( London: Encyclopedia Britannica Inc,2003), hlm.222

18

The New Encyclopedia Britannica, Volume 4 ( London: Encyclopedia Britannica Inc,2003), hlm.499

19Negara ya g aktif e produksi pakaia ersi ready to ear e asuki era terse ut

adalah Amerika. Produk fashion A erika dia ggap se agai mass fashion kare a diproduksi

secara massal. Sementara Paris yang diklaim sebagai kota mode dunia merupakan penghasil

high fashion atau haute-couture adi usa a . Le ih la jut lihat Laure “. Bahr da Ber ard

Johnston Collier Encyclopedia, Volume 9 (New York: P.F Collier Inc, 1993) hlm. 602-603

(32)

bagaimana seseorang berpakaian. Gaya hidup sering dihubungkan dengan kelas sosial ekonomi dan menunjukan citra seseorang.20

Pakaian merupakan “bahasa diam” (silent language) yang berkomunikasi

melalui pemakaian simbol-simbol verbal. Goffman menyebut simbol-simbol

semacam itu sebagai ‘sign-vehicles’ atau ‘cues’ yang menyeleksi status yang akan

diterapkan kepada seseorang dan menyatakan tentang cara-cara orang lain memerlukan mereka. Status memang kadang tidak bisa dielakkan dalam pola pergaulan.Apalagi bagi orang-orang penting yang selalu disorot masyarakat. Kelas sosial dan status sosial akan bermain bersamaan. Antara kelas sosial dengan status sosial seolah saling melengkapi.Beberapa merek pun muncul menjadi

“bahasa” untuk mengatakan status sosial yang meningkat.21

D. Pengertian Rubrik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rubrik adalah kepala karangan (ruangan dalam surat kabar, majalah dan sebagainya.22

Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi, rubrik adalah ruangan pada halaman surat kabar, majalah, surat kabar atau media cetak lainnya, mengenai aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat; misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik surat pembaca dan lain sebagainya.23

20

Arthur Asa Berger, Media Analysis Technique. Second Edition (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2000) hlm. 112

21

Arthur Asa Berger, Media Analysis Technique. Second Edition (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2000), hlm. 171-172

22

Anton, Meoliono (et, al). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka.1998), h.756

23

Onong, Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. H. 149-150

(33)

Menurut Komaruddin, rubrik adalah kepala ruangan, bab atau pasal. Di dalam surat kabar atau majalah, rubrik sering diartikan sebagai “ruangan”, misalnya rubrik Tinjauan luar negeri rubrik ekonomi, rubrik olah raga dan rubrik kewanitaan.24 Dalam Ensiklopedi Indonesia, rubrik adalah petunjuk-petunjuk resmi yang mengatur tata laksana upaca liturigi, disisipkan dalam buku-buku liturigi dulu dicetak dengan tinta merah.25

Dalam rubrik tren fashion atau diperlihatkan gaya, aksesoris, dan pakaian busana muslim wanita yang semakin modern. tidak hanya itu, tren fashion akan dibahas dan selalu dihubungkan dengan ayat yang ada dalam Al-qur’an atau dengan hadits.

Tanpa adanya rubrik, maka sebuah majalah tidak akan tersusun dengan baik bahkan sangat menyulitkan semua pihak baik dari redaksi maupun pembaca.

E. Pengertian Analisis

Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan dalam kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan.26

Setelah melihat penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan arti dari analisis itu sendiri. Analisis menurut penulis adalah sebuah kajian atau tahapan untuk melakukan penelaahan atau pemeriksaan untuk mendapatkan pengertian

24 Komaruddin Hidayat. Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. (Bandung: Angkasa. 1985), h. 74 25

Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 1991), h. 295

26

http://id. Wikipedia. Org/wiki/analisis. Diakses pada tanggal 5 Juli 2012. Pukul 15.10

(34)

serta makna keseluruhan dari penyelidikan terhadap suatu peristiwa yang ingin diketahui kebenarannya.

Istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse, kata discourse inipun berasal dari bahasa latin discursus, dis: dari. Dalam arah yang berbeda dan currere:lari, sehingga berarti kian kemari.27 Dalam salah satu kamus bahasa Inggris terkemuka disebutkan bahwa wacana adalah komunikasi buah pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan, konvensasi atau percakapan. 28

Wacana dapat berarti rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat tersebut. Wacana merupakan kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis.29

Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi ini dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.30

Wacana sering dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan lain sebagainya. Arti dari wacana itu sendiri tergantung pada pemakaian atau konteks disiplin ilmu

27

Berger, Tafsir sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, h.30

28

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) h.70

29 Eriyanto,

Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm,2.

30

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001) hlm, 10.

(35)

tersebut, sehingga banyak ahli yang mendefenisikan dan memberi batasan yang berbeda. Di dalam kamus pun, akan mempunyai pengertian yang berbeda.

Perbedaan dari pengertian wacana dalam berbagai ilmu dapat digambarkan sebagai berikut: Dalam lapangan sosiologi, wacana menunjuk terutama pada hubungan antara konteks sosial dari pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik, wacana merupakan unit bahasa yang lebih besar dari pada kalimat. Analisis wacana dalam studi linguistik ini merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsur tersebut. Analisia wacana dalam lapangan psikologis sosial, diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud disini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktek dari pemakainya. Dalam lapangan politik, analisis wacana adalah praktek pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggarapan suatu obyek, dan melalui bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dianggap dalam analisis wacana.31

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, dan artikel.32

31 Alex Sobur,

Analisis Teks Media, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001),hlm 3.

32

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, Edisi Ke-3 2002), h.1709

(36)

Dalam upaya menganalisis unit bahasa yang lebih besar dari kalimat, analisis wacana tidak lepas dari pemakaian kaidah berbagai cabang ilmu bahasa seperti halnya semantik, sintaksis, morfologi dan fonologi.

Analisis wacana terutama menyerap sumbangan dari studi linguistik yaitu studi untuk menganalisis bahasa seperti pada aspek leksikal, gramatikal, sintaksis, semantik dan lain sebagainya. Hanya berbeda dalam analisis linguistik, analisis wacana tidak berhenti pada aspek tekstual, tetapi juga konteks dan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks wacana (merujuk pada pemakaian bahasa tertulis atau ucapan).

Tidak hanya dari aspek kebahasaannya saja tetapi juga bagaimana bahasa itu diproduksi dan ideologi dibaliknya. Bahasa semacam ini berarti meletakkan bahasa sebagai bentuk praktek sosial. Bahasa adalah suatu bentuk tindakan, cara bertindak tertentu dalam hubungannya dengan realitas sosial.

F. Analisis Wacana Model Teun A Van Dijk 1. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut:33

33

Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LKiS, 2001), hal 227

(37)

Tabel I

Kerangka suatu teks, seperti bagaimana pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks

2. Kognisi Sosial

Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, akan tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam hal ini menggunakan analisis yang disebut kognisi sosial, kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut.34

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.35

(38)

3. Konteks Sosial

Dalam merumuskan pengertian konteks sosial atau analisis sosial, Van Dijk berupaya mengartikannya sebagai suatu usaha menganalisis bagaimana wacana berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.

Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukan bagaimana makna yang dihayati bersama.36 Penelitian ini sangat efektif dalam melihat sejauh mana peranan teks membangun pemahaman bersama dalam masyarakat.

36

Eriyanto, 2001, hlm 260

(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG MAJALAH NOOR

A. Sejarah Singkat Majalah Noor

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kemunculan majalah-majalah yang diperuntukkan untuk kaum perempuan Islam (muslimah) tidak terlepas dari lahirnya kaum intelek di kalangan umat Islam. Kemunculan majalah Noor juga awalnya dilatar belakangi adanya rasa prihatin melihat banyaknya majalah yang tidak mendidik dan tidak syiar Islam.

Majalah Noor merupakan salah satu majalah yang memuat pesan-pesan

dakwah islam. Majalah muslimah Indonesia yang memiliki semboyan “Yakin

Cerdas Bergaya” majalah Noor terus berusaha memberikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Majalah Noor yang terbit pada tahun 2003, hadir di tengah banyaknya informasi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Tampilan majalah pun didesain sangat menarik, sehingga tidak heran jika majalah Noor dapat bertahan hingga saat ini.

Selain itu majalah yang terbit perdana pada tahun 2003 ini diprakarsai oleh tiga perempuan, yakni Ratih Sanggarwati, ibu Sri Artaria Alisjahbana dan ibu Jetti Rosilla Hadi (Tila). Didukung oleh Mario Alisjahbana dan Isson Khairul. Majalah ini juga ingin membuat pencitraan bahwa Islam tidak identik dengan kemiskinan dan kebodohan justru ingin memberikan pencitraan bahwa Islam juga dapat identik dengan kecerdasan, kekinian dan modis. Sesuai dengan yang diharapkan pada majalah ini yakni menjadikan muslimah Indonesia menjadi sosok yang yakin, cerdas dan bergaya. Pemikiran terakhir ialah keinginan untuk memasukkan

(40)

nilai-nilai Islam dalam suatu majalah, karena memang Islam merupakan agama yang berdasarkan pengetahuan yang terdapat pada AlQur’an.37

Majalah Noor adalah satu-satunya majalah yang tidak hanya memuat unsur-unsur budaya tetapi juga memasukan nilai-nilai Islam, yang diterbitkan oleh Group Pin Point Publications sebagai perusahaan besar. Kantor redaksi majalah Noor berada dikawasan industri Jati Padang Pasar Minggu, tepatnya di Jalan Karang Pola VI No.7A, Jakarta Selatan.

Pencitraan Islam yang dilakukan oleh majalah Noor sesuai dengan sasaran dan target pasar yang ditujukan kepada kalangan menengah atas, dan lebih diarahkan kepada kalangan elite38. Respon masyarakat indonesia cukup baik pada awal majalah Noor terbit. Apalagi untuk wilayah Indonesia bagian Timur yang sangat antusias dengan kehadiran majalah Noor. Sehingga majalah Noor berani untuk meningkatkan produksi dari 15.000 menjadi 20.000 eksemplar tiap bulannya.39

Sasaran dari majalah Noor tepatnya ialah perempuan muslim, berusia 25-45 tahun, berpendidikan akademik khususnya sudah berkeluarga, status ekonomi sosial A dan B+ (kelas atas dan menengah atas), berpikiran maju, mempunyai minat terhadap agama dan kesetaraan gender, senang traveling dan kegiatan sosial lainnya40.

Mekanisme kerja majalah Noor dilakukan melalui rapat redaksi dan rapat perencanaan, semua bagian mengikuti setiap rapat yang dilangsungkan untuk memberi ide-ide yang mereka miliki. Rapat direksi diadakan dalam satu kali

37

Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Eksklusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta, 6 September 2012

38

Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Eksklusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta, 6 September 2012

39

Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Eksklusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta, 6 September 2012

40

Dikutip dari Profile Majalah Noor

(41)

dalam seminggu yaitu setiap senin. Sedangkan rapat perencanaan dilakukan pada awal tahun untuk menyusun dan membahas topik-topik yang akan diangkat selama setahun.41

Dalam hal pemberian nama majalah, para pendiri menginginkan nama yang simple, mudah diingat setiap orang khususnya pembaca, namun memiliki

arti yang baik. Dan akhirnya, diputuskanlah “Noor” sebagai nama majalah sesuai

konsep awal. “Noor” yang dimaksud adalah Nuur dalam arti sebenarnya yang

memiliki makna cahaya. Jadi pemberian nama “Noor” diharapkan agar dapat

memberikan cahaya bagi pembacanya dan penerang akan dunia Islam.42

Selain tampilan yang didesain menarik, karakteristik yang membedakan majalah Noor dengan majalah lain adalah “Ruh”. Maksud “Ruh” disini adalah setiap tulisan yang terdapat di majalah Noor merujuk pada AlQur’an dan Hadist, sehingga tulisan-tulisan tersebut memiliki Ruh.

Tidak sedikit tulisan yang berasal dari luar (kontributor) yang dimuat di majalah Noor. Semua tulisan yang masuk ke majalah Noor akan dibaca oleh ahli agama yang memiliki background pesantren, lulusan sekolah Mesir, dan yang

terpenting adalah yang hafal AlQur’an dan Hadits. Sehingga tulisan yang

ditampilkan di majalah Noor dapat dipertanggungjawabkan.

41

Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Eksklusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta, 6 September 2012

42 Jetti Rosilla Hadi,

Wawancara Eksklusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta, 6 September 2012

(42)

B. Visi Dan Misi Majalah Noor 1. Visi

Adanya rasa keprihatinan melihat masih banyaknya majalah yang tidak mendidik, tidak syiar islam dan tidak ditujukan untuk kaum muslimah (banyak mudharatnya). Atas dasar itulah majalah Noor muncul dengan visi : “Ingin menghadirkan majalah islami yang memiliki perspektif ke-Indonesiaan, kekinian dan menjadikan kaum muslimah sebagai sosok yang yakin, cerdas dan bergaya.43

Perspektif keindonesiaan ini menjadi penting, karena secara tidak sadar budaya ke-Indonesiaan perlahan mulai terkikis, dengan munculnya Noor diharapkan membangkitkan kembali dengan membuka mata khalayak akan perspektif ke-Indonesiaan. Kekinian, berarti masa kini atau modern, islam tidak hanya dipandang dari sisi yang kuno namun dengan hadirnya Noor, Islam dapat dipandang dari sisi yang modern. Majalah Noor juga ingin menjadikan kaum muslimah sebagai sosok yang yakin, yakin disini akan agama dan kepercayaan Islam. Kemudian sosok yang cerdas, seorang muslimah yang cerdas dan pintar. Bergaya dari sini dapat dilihat Islam juga dapat modis dan bergaya dengan tetap menjaga dan menjunjung nilai-nilai Islami.

2. Misi

Dengan visi yang dijelaskan diatas majalah Noor mempunyai misi :

“Mencoba untuk selalu menjadi jembatan informasi seputar dunia Islam”, dan

juga “ingin mensyiarkan Islam lewat media”.44

Perkembangan dunia Islam pada zaman modern sekarang ini sepatutnya diketahui oleh umat Islam itu sendiri, baik

43 Dikutip dari Profile Majalah

Noor.

44

Dikutip dari Profile Majalah Noor.

(43)

dari aspek sosial, seni atau budaya juga fashion. Oleh karena itu majalah Noor hadir untuk menyajikan informasi seputar dunia Islam yang dikemas secara ringan dan tidak lupa mengandung syiar Islam di dalamnya.

C. Struktur Redaksi Majalah Noor

Majalah Noor adalah majalah yang ditujukan untuk kaum perempuan Islam (muslimah) khususnya yang sudah berkeluarga. Pada struktur keredaksian di majalah Noor awalnya tercetus ide agar semuanya perempuan, namun pada kenyaaannya, tidak bisa dipungkiri bahwa tenaga laki-laki juga dibutuhkan dalam keredaksian. Maka karyawan tidak jadi dikhususkan untuk perempuan saja, tetapi untuk perempua dan laki-laki. Hanya saja karena ini merupakan majalah Islam maka karyawan haruslah yang beragama Islam. Walaupun majalah Noor tampil dengan bernuansa Islami namun tidak ada keharusan untuk karyawatinya untuk memakai jilbab, namun harus tetap sopan.45 Berikut struktur redaksi majalah Noor.

Tabel II

Struktur Redaksi Majalah Noor46:

Pemimpin Umum Sri Artaria

Pemimpin Perusahaan Mario Alisjahbana

Pemimpin Redaksi Jetti R. Hadi

Redaktur Pelaksana Roos Farieanna Rowi

Gita Wirasti

Wawancara Eksklusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta, 6 September 2012

46

Dikutip dari Majalah Noor, edisi No.12 Edisi Khusus Fashion 2012

(44)

Kontributor Amelia Prihanto Ade Aprilia

Artistik Mardi Santoso

Panca Akbari

Fotografer Ramsy

Promosi Osep Rahmat

Majalah Noor terbit satu bulan sekali, untuk itu redaksi mempunyai agenda rapat yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis setiap minggunya. Dalam rapat ditentukan tema majalah untuk edisi selanjutnya dan pembagian tugas pencarian berita, juga wawancara kepada nara sumber yang ditentukan.

Dalam wawancara peneliti dengan salah satu dengan Ibu Jetti R. Hadi, pemimpin redaksi majalah Noor, hari kamis tanggal 6 September 2012, alur naskah dari awal sampai dengan hasil cetak ialah: Rapat – wartawan ke lapangan

– penyusunan berita – edit oleh redaktur – layout oleh bidang artistik – pemimpin redaksi (layout hitam putih) – percetakan.

(45)

warna hitam putih. Setelah naskah disetujui maka barulah diserahkan kebagian percetakan untuk dicetak dan kemudian didistribusikan.

Rubrik-rubrik yang ada dalam majalah Noor cukup beragam. Oleh karena itu ada pengelompokan rubrik, mulai dari kelompok Artikel, Ada beberapa rubrik pada majalah Noor, Seperti: Salam Noor, Surat Pembaca, Campur Sari, Makna Kata, Sampul Kita, Lintas Zaman, Tren Fashion, Fashion Note, Do’a, Trend Warna, Tren Rias, Tren Aksesori dan Jilbab, Fikih Fashion, Info Media, Lintas Zaman, Lensa Noor, Hadis, Silaturahim, Refleksi, dan Indeks. Namun rubrik yang menonjol dalam edisi Khusus Fashion 2012 ini adalah rubrik Tren Fashion, karena edisi ini terbit hanya pada saat awal tahun saja. Pada setiap pengelompokan rubrik juga terdiri dari bervariasinya informasi. Untuk lebih jelasnya peneliti mengkemasnya dalam bentuk tabel yang ada pada halaman berikutnya.

1. Artikel Campur Sari, Makna Kata, Sampul Kita, Fikih

Dikutip dari Majalah Noor, edisi No.12 Edisi Khusus Fashion 2012

(46)

D. Sekilas Tentang Rubrik Tren Fashion

Rubrik tren fashion adalah rubrik yang ada disetiap edisi khusus tiap tahun. Tiap akhir tahun menjelang tahun berikutnya selalu menyiapkan tren fashion,yang akan menjadi tren tahun depan. Kalau soal konsep, redaksi majalah Noor menentukan survey terlebih dahulu, mencari nara sumber, dan wawancara dari designer-designer. Soal apa saja tahun depan yang akan muncul atau yang akan tren lalu di rangkum semua itu di dalam majalah tren fashion ini. Memang sudah di konsep dari awal, pelaksanaan konsep itu dua atau tiga bulan sebelum majalah itu terbit.48 Tren ini di informasikan untuk supaya orang-orang mengetahui kalau busana muslim juga bisa tampil bagus, layak, dan tidak kalah dengan dengan baju-baju kontemporer. Di dalam rubrik tren fashion majalah Noor ini selalu mengaplikasikan busana tren masa kini dengan tren pada zaman-zaman terdahulu lalu dikeluarkan dan di perkenalkan kembali di rubrik tren fashion ini. Tren itu ga Cuma soal colour, tren itu juga ada soal cutting, motif, cuma di Indonesia beda dengan luar, kalau di luar itu ada fall winter, spring summer. Beda di Indonesia, kalau Indonesia fall winter dan spring summer itu cuma jadi inspirasi saja tetapi untuk aplikasinya tetap dari januari sampai desember mungkin sama. Di majalah tren fashion ini di rangkum menjadi subtitle lagi. Ada yang casual, dan ada yang pesta. Pembagian berdasarkan warna dan berdasarkan cutting. kadang ada juga yang di mainkan tidak hanya diwarna, biasanya warna senada semua,tapi cutting yang unik. Bisa dari arsitektur, motif flora, lebih ke macam-macam di rangkum semua.

48

Wawancara Pribadi dengan Putri Wulan M, Stylist Redaksi Majalah Noor, 3 September 2012

(47)

Sesuai dengan visi majalah Noor yakni ingin menghadirkan majalah islami yang memiliki perspektif ke-Indonesiaan, kekinian dan menjadikan kaum muslimah sebagai sosok yang yakin, cerdas dan bergaya. Bergaya dari sini dapat dilihat Islam juga dapat modis dan bergaya dengan tetap menjaga dan menjunjung nilai-nilai Islami.49

49

Dikutip dari Majalah Noor, edisi No.12 Edisi Khusus Fashion 2012

(48)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN ANALISA DATA

A. Analisis Teks dalam Rubrik Tren Fashion Majalah Noor No.12 Edisi Khusus Fashion 2012

Analisis wacana menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis. Proses analisis tidak hanya sekedar menggambarkan aspek bahasa secara murni linguistik saja, tetapi juga menggambarkan dengan konteksnya. Konteks disini berarti bahwa bahasa digunakan untuk tujuan dan praktek tertentu.

Pada bab ini pembahasan akan difokuskan pada analisis teks melalui struktur makro, superstruktur dan struktur mikro, selain itu akan dibahas pula analisis konteks sosial dan analisis kognisi sosial. Sebelum menganalisis data, penulis memaparkan terlebih dahulu temuan data yang penulis peroleh dengan cara mengambil data-data yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti pada rubrik tren fashion edisi khusus fashion 2012.

Dari analisis teks ini, penulis akan meguraikan bagaimana konstruksi dan makna wacana dalam rubrik Kajian Utama Majalah Noor Edisi Khusus Fashion 2012 yang akan dilihat dari struktur teks berita seperti tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris.

1. Stuktur Makro (Tematik)

Struktur makro adalah satu dari tiga struktur wacana penilitian dengan analisis wacana guna mengetahui apa yang dikatakan oleh penulis pada suatu berita,artikel atau bahasa lainnya dengan mengamati tema dan elemen wacananya. Adapun elemen wacana diamati terdiri dari topik atau

(49)

tema yang merupakan inti gagasan berita yang ingin di sampaikan wartawan kepada pembaca.

Analisis tematik dalam penelitian ini akan dijabarkan judul utama dalam rubrik tren fashion majalah Noor edisi khusus fashion 2012

a) Remix

Memasuki tahun 2012, kebutuhan berbusana telah melampaui fungsinya. Busana yang tadinya hanya dianggap sebagai elemen penutup tubuh, penanda identitas, atau sebagai media untuk mencitrakan status sosial, kini telah memasuki suatu tahapan siritual. Menjadi ajang bagi para fashionista untuk mengekspresikan dirinya sebagai makhluk spiritual dan sosok religius. Contohnya melalui berbusana yang rapat menutup aurat, menjadi “media” bagi seorang muslimah untuk menampilkan dirinya.50

Gagasan inti yang ingin disampaikan dalam teks di atas adalah bahwa tuntutan kebutuhan gaya hidup semakin berkembang, turut berdampak pada berlangsungnya modernisasi fashion dari waktu ke waktu. Pakaian sendiri tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Tak hanya mengispirasi fashionista agar lebih berani mengekspresikan gaya berbusananya, melalui tren fashion 2012, kaum muslimah diajak semakin arif dalam menghargai budaya dan lingkungan.

b) Chromatic

50

Majalah Noor, Rubrik Tren Fashion, Edisi Khusus Fashion 2012, hlm. 18

Gambar

Tabel III
GAMBARAN UMUM MAJALAH NOOR
Tabel I
Struktur Redaksi Majalah Tabel II Noor46:
+2

Referensi

Dokumen terkait