• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanggulangan Efek Radioterapi Karsinoma Tiroid Dengan Terapi Laser Low Level

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penanggulangan Efek Radioterapi Karsinoma Tiroid Dengan Terapi Laser Low Level"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGGULANGAN EFEK RADIOTERAPI KARSINOMA

TIROID DENGAN TERAPI LASER LOW LEVEL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

CUT ATI NINGSIH NIM : 060600007

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 29 Desember 2009

Pembimbing Tanda Tangan

H.Amrin Thahir,drg Cut Ati Ningsih

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal : 29 Desember 2009

TIM PENGUJI

KETUA : Drg. Trelia Boel, M. Kes, Sp. RKG ANGGOTA : 1. Drg. Asfan Bahri, Sp. RKG

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Radiologi Dental Tahun 2009

Cut Ati Ningsih

Penanggulangan efek radioterapi karsinoma tiroid dengan terapi laser low level viii + 29 halaman

Karsinoma tiroid adalah suatu kanker pada kelenjar tiroid. Prevalensi terbanyak adalah tipe anaplastik (52%) dan folikuler (17-20%) dan kebanyakan memiliki prognosisnya baik. Salah satu perawatan yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan terapi radiasi yang biasa disebut Radioterapi. Sampai saat ini tingkat keberhasilan perawatan ini sampai 80%. Namun, radioterapi ini juga selalu diikuti oleh efek samping seperti oral mukositis, xerostomia dan pain.

Untuk mengatasi kondisi ini, para ahli merekomendasikan penggunaan laser low level karena memiliki kemampuan untuk mengurangi insiden oral mukositis, xerotomia dan pain. LLL yang sering digunakan adalah He-Ne LLL yang menggunakan energi rendah, sehingga efek radioterapi yang ditimbulkan bisa diminimalkan. Dan dari hasil penelitian, diperoleh adanya penurunan insiden oral mukositis, xerostomia dan pain secara signifikan dengan menggunakan terapi LLL ini. Dengan begitu, pasien dapat menjalani perawatan dengan baik dan memperoleh perawatan secara optimal.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID 3 2.1 Defenisi ... 3

2.2 Tujuan Perawatan Radioterapi ... 4

2.3 Pelaksanaan Radioterapi Karsinoma Tiroid ... 5

BAB 3 EFEK RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID ... 9

3.1 Oral Muko sitis ... 9

3.2 Xerostomia ... 12

3.3 Pain ... 14

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Anatomi kelenjar Tiroid ... 4 2. Gambaran CT Scan Kelenjar Tiroid Normal ... 4 3. A dan B Pemberian dosis 44 Gy dengan 22 fraksi pada karsinoma

tiroid, C dan D perawatan dengan pemberian dosis total 60 Gy ... 6 4. a.Gambaran CT Scan kelenjar tiroid sebelum diberikan gadolinium

b.Gambaran CT Scan kelenjar tiroid dengan menggunakan gadolinium 7 5. a. Gambaran mukositis setelah 2 minggu perawatan radioterapi

dimana terdapat eritema pada dasar mulut , sedangkan b. oral

mukositis dengan ulserasi dan adanya pseudomembran pada mukosa

bukal, dasar mulut dan permukaan ventral lidah ... 10 6. Patofisiologi dari oral Muko sitis secara kompleks ... 11 7. Gambaran Xerostomi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan

(8)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Radiologi Dental Tahun 2009

Cut Ati Ningsih

Penanggulangan efek radioterapi karsinoma tiroid dengan terapi laser low level viii + 29 halaman

Karsinoma tiroid adalah suatu kanker pada kelenjar tiroid. Prevalensi terbanyak adalah tipe anaplastik (52%) dan folikuler (17-20%) dan kebanyakan memiliki prognosisnya baik. Salah satu perawatan yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan terapi radiasi yang biasa disebut Radioterapi. Sampai saat ini tingkat keberhasilan perawatan ini sampai 80%. Namun, radioterapi ini juga selalu diikuti oleh efek samping seperti oral mukositis, xerostomia dan pain.

Untuk mengatasi kondisi ini, para ahli merekomendasikan penggunaan laser low level karena memiliki kemampuan untuk mengurangi insiden oral mukositis, xerotomia dan pain. LLL yang sering digunakan adalah He-Ne LLL yang menggunakan energi rendah, sehingga efek radioterapi yang ditimbulkan bisa diminimalkan. Dan dari hasil penelitian, diperoleh adanya penurunan insiden oral mukositis, xerostomia dan pain secara signifikan dengan menggunakan terapi LLL ini. Dengan begitu, pasien dapat menjalani perawatan dengan baik dan memperoleh perawatan secara optimal.

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

Radioterapi merupakan salah satu perawatan yang umum dipakai untuk mengobati berbagai penyakit kanker. Penggunaannya dalam bidang medis juga sudah tidak asing lagi, salah satunya adalah radioterapi pada kepala dan leher seperti radioterapi karsinoma tiroid. Namun demikian, radioterapi karsinoma tiroid ini biasanya selalu diikuti oleh komplikasi – komplikasi selama atau setelah menjalani perawatan radioterapi.1,2,3

Beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh radioterapi karsinoma tiroid adalah oral mukositis, xerostomia dan pain. Oral mukosistis merupakan masalah yang sangat sulit dikontrol, dan mempengaruhi intake makanan, oral hygiene, kemampuan bicara seseorang serta sering menghambat keberhasilan perawatan dimana kondisi ini akan membatasi efektivitas dari terapi kanker.2,3,4 Rata – rata 60% pasien yang menjalani radioterapi atau kemoterapi mengalami oral mukositas.5

(10)

Banyaknya insiden komplikasi akibat perawatan radioterapi ini akan mempengaruhi perawatan yang dijalani pasien. Dimana kondisi ini akan mempengaruhi sikap pasien untuk melanjutkan perawatan radioterapinya atau tidak. Hal ini menjadi salah satu yang perlu diperhatikan oleh dokter atau dokter gigi, karena kondisi ini akan mempengaruhi tingkat keberhasilan perawatan.2

Sekarang ini, sudah dikenal beberapa terapi selain radioterapi dan kemoterapi seperti laser. Dan penggunaannya juga telah lama dan sering digunakan dalam bidang medis. Salah satu yang digunakan dibidang kedokteran gigi adalah laser low level. Laser low level adalah laser yang menggunakan energi rendah. Laser yang sering

digunakan adalah range red ( 632-780 nm) dengan energi photon dibawah 2.0 eV. Energi photon yang digunakan akan mempengaruhi efek yang ditimbulkan, dimana semakin besar energi yang digunakan maka akan semakin besar efek samping yang dihasilkan.6

Beberapa ilmuwan telah melakukan penelitian terhadap efek dari beberapa jenis Laser low level ini seperti He-Ne laser low level dan InGaAIP laser low level. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa penggunaan He-Ne LLL mampu mengurangi intensitas oral mukositis dan pain pada pasien yang mengalami radioterapi atau kemoterapi serta memiliki efficacy sebagai stimulator saliva pada pasien xerostomia, sialodenitis dan sjogren syndrome. Selain itu, penggunaan InGaAIP LLL dengan panjang gelombang 685 nm juga dapat mengurangi insiden

(11)

BAB 2

RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID

Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

2.1 Defenisi

Radioterapi merupakan suatu terapi yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker dengan menggunakan sinar pengion yang merupakan gelombang elektromagnetik (sinar X dan sinar Gamma) atau energi partikel yang akan

menghancurkan atau merusak sel kanker sehingga reproduksi selnya terhambat. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker. Radioterapi ini sudah umum digunakan untuk pasien kanker kepala dan leher, seperti pada kasus karsinoma tiroid.1

(12)

dan prognosisnya menjadi buruk jika sudah menjadi karsinoma tiroid anaplastik yang tumbuh dengan cepat dan responnya buruk terhadap radioterapi.1,10

Gambar 1: Anatomi kelenjar Tiroid 9

Gambar 2 : Gambaran CT Scan Kelenjar Tiroid Normal11

2.2 Tujuan Perawatan Radioterapi

Tujuan pemberian terapi radiasi pada penderita kanker ada 2, yaitu :1

(13)

dilakukan karena penderita kanker yang datang pada umumnya sudah dalam stadium lanjut.

2. Pemberian terapi radiasi dengan tujuan paliatif, yaitu terapi radiasi yang dilakukan dengan maksud mengurangi penderitaan penderita akibat penyakit kanker dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Disini penderita yang datang sudah dalam kondisi buruk dengan tumor yang telah bermetastase ke tempat lainnya. Jadi, terapi radiasi ini hanya bertujuan untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya.

2.3 Penatalaksanaan Radioterapi Karsinoma Tiroid

Penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran gigi sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi disini bisa digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi resiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi yang biasa digunakan untuk karsinoma tiroid ini radioterapi eksternal (radioterapi konvensional) dan radioterapi internal (radioisotope therapy/ RIT).1,10,12,13

2.3.1 Radioterapi Eksternal ( Konvensional )

(14)

Gambar 3 : A dan B Pemberian dosis 44 Gy dengan 22 fraksi pada karsinoma tiroid,C dan D perawatan dengan pemberian dosis total 60 Gy.14

2.3.2 Radioterapi Internal ( Radioisotope Terapi )

Pada radioterapi internal jenis isotop radioaktif iodin yang digunakan adalah

I123 dan I131. Radioaktif iodin ini berkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sama seperti

(15)

Gambar 4 : a.Gambaran CT Scan kelenjar tiroid sebelum diberikan gadolinium dan

b.Gambaran CT Scan kelenjar tiroid dengan menggunakan gadolinium11

Sementara itu I131 yang digunakan untuk pengobatan dilakukan dengan memasukkan I131 ini kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, sehingga I131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I131 akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel – sel glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid yang semula overaktif menjadi underaktif. Seorang ahli bedah tiroid dapat mengeluarkan seluruh bagian dari tiroid dengan komplikasi bedah yang paling minimal, sedangkan I131 digunakan untuk menghancurkan kelenjar yang masih tersisa.1

(16)

up diketahui masih ada kanker tiroid yang tersisa dan bersifat persisten atau rekuren, maka diperbolehkan memberikan dosis tambahan I131. Pasien dengan kanker tiroid residual atau telah menyebar ke regio belakang leher, dapat melakukan scanning menggunakan radioaktif.1

Adapun dosis yang digunakan adalah:1

1. Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita hipertiroid. 2. Dosis sedang, yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan ukuran tiroid yang membesar tetapi mempunyai fungsi yang normal.

3. Dosis besar, yaitu 30-200 mCi digunakan untuk menghancurkan sel kanker tiroid.

(17)

BAB 3

EFEK RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID

Pemberian terapi radiasi pada pasien radioterapi karsinoma tiroid diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Tetapi, sangat sulit untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan oleh terapi ini. Efek yang dapat ditimbulkan akibat radioterapi ini meliput i oral muko sitis, xerostomia dan pain.

3.1 Oral Mukositis

Oral mukositis adalah suatu proses peradangan yang terjadi di membran mukosa yang disebabkan oleh terapi radiasi pada penderita kanker kepala dan leher. Oral muko sitis sulit dihindari selama menjalani terapi radiasi.15 Lapisan sel basal mukosa sensitif terhadap radiasi terutama radiasi pada lesi – lesi kanker.2,16

3.1.1 Gambaran Klinis

Secara umum, gambaran awal oral mukositis dapat berupa eritema, lesi ulser, yang selanjutnya diikuti dengan adanya rasa nyeri, sukar makan, minum dan menelan sehingga menyebabkan terbatasnya konsumsi makanan oleh pasien.4,7 Komplikasi lainnya dapat berupa kesulitan bicara, susah tidur dan penurunan berat badan yang cepat. Hal ini akan mempengaruhi proses penyembuhan terapi kanker tersebut.2

(18)

keparahan mukositis itu sendiri. Tingkat keparahan mukositis itu sendiri tergantung pada tipe terapi radiasi, dosis yang digunakan dan lamanya proses penyinaran.2,4

a b

Gambar 5 : a. Gambaran mukositis setelah 2 minggu perawatan radioterapi dimana terdapat eritema pada dasar mulut , sedangkan b. oral mukositis dengan ulserasi dan adanya pseudomembran pada mukosa bukal, dasar mulut dan permukaan ventrallidah.4

3.1.2 Proses Terjadinya Oral Mukositis

Proses terjadinya mukositis dibagi atas 4 fase, yaitu :2,18

1. Fase I (fase inflammatory atau fase vaskular), yaitu fase cytotoxic kemoterapi atau radioterapi melepaskan berbagai sitokin seperti Interleukin-1 (IL-1) dan Interleukin-6 (IL-6) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dan timbul inflamasi. Peningkatan IL-1 mungkin juga meningkatkan proses vaskularisasi.

2. Fase II (fase Epitelial), fase ini terjadi 4 sampai 5 hari setelah dilakukan terapi radiasi. Pada fase ini efek langsung cytotoxic menyebabkan penurunan jumlah sel – sel epitel dan terjadi atropi serta ulser.

(19)

yang mengalami penurunan jumlah neutrofil dan resiko infeksi yang tinggi. Sementara itu, koloni bakteri yang meliputi bakteri gram negatif dan positif menghasilkan endotoksin yang dapat merangsang pelepasan sitokin disekitar jaringan.

4. Fase IV (fase Penyembuhan), fase penyembuhan terjadi 12 sampai 16 hari setelah terapi radiasi. Pada fase ini sel – sel epitel berproliferasi untuk membentuk sel epitel yang baru. Pada fase ini sirkulasi darah dan mikroorganisme di rongga mulut juga akan kembali normal.

(20)

3.2Xerostomia

Xerostomia dapat diartikan “mulut kering” dimana produksi saliva berkurang dari yang normalnya.3,7,16 Pada keadaan normal produksi saliva berkisar 0,3 – 0,5 ml/menit. Jika produksi saliva kurang dari 0,1 ml/menit maka kondisi ini disebut xerostomia.7 Terganggunya produksi saliva ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas dan terjadi perubahan komposisi kimia saliva serta berkurangnya viskositas saliva. Sementara itu, pH saliva pun menurun menjadi 4,5 dan terjadinya demineralisasi sehingga berkurangnya deposit mineral pada gigi. Selain itu, juga terjadi perubahan pada flora normal rongga mulut yang menjadi patogen.2,3,4,7,16,17

3.2.1 Gambaran Klinis

Gambaran umum xerostomia ditandai dengan sensasi mulut kering, mulut terasa terbakar, bibir pecah – pecah, terdapat ulser dan luka, ada fisur atau celah pada sudut mulut, permukaan lidah menjadi merah dan licin yang disertai dengan kesukaran dalam berbicara, susah menelan, sulit memakai gigi tiruan, dan kehilangan sensasi rasa.2,7 Kehilangan sensasi rasa akan kembali normal dalam waktu 6 – 8 minggu setelah perawatan radioterapi.2,17

(21)

Gambar 7 : Gambaran Xerostomi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan karies4

3.2.2 Proses Terjadinya Xerostomia

(22)

3.3Pain (Nyeri)

Pain adalah suatu gejala yang dirasakan oleh pasien secara subjektif dan berdasarkan pengalaman emosional yang menimbulkan reaksi akibat stimulus dari suatu kasus. Banyak komplikasi oral yang berhubungan dengan pain , baik lokal maupun sistemik. Nyeri juga bisa terjadi pada pasien yang menjalani prosedur tranplantasi, tumor dan terapi radiasi pada kepala dan leher. Sangat penting mempertimbangkan keluhan dan reaksi emosional pasien pada saat menjalani perawatan. Nyeri juga biasa terjadi pada karsinoma kepala dan leher, dilaporkan 85 % terlihat pada saat dilakukan perawatannya dan biasanya digambarkan dari tingkat kegelisahan pasien. Penatalaksanaan kanker perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan berbagai nyeri.2,4

(23)

BAB 4

TERAPI LASER LOW-LEVEL TERHADAP ORAL MUKOSITIS, XEROSTOMIA DAN PAIN

Dalam melakukan perawatan radioterapi, efek samping perawatan tidak dapat dihindari baik selama atau setelah perawatan berakhir. Efek perawatan ini akan sangat mengganggu keberhasilan perawatan dan kualitas hidup pasien. Untuk itu, para ahli telah memperkenalkan terapi Laser Low Level sebagai perawatan untuk kanker kepala dan leher termasuk radioterapi karsinoma tiroid yang dapat meminimalkan efek yang ditimbulkan.

4.1 Laser Low Level

Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation. Pemakaian laser dalam bidang medis dimulai setelah laser untuk

pertama kali ditemukan sekitar tahun 1960an. Zweng dan Goldman telah berhasil menggunakan laser ruby dan argon untuk penyakit pada mata dan kulit.20,24 Penggunaan laser di kedokteran gigi sendiri sudah tidak termasuk baru lagi karena penggunaannya sendiri sudah lebih dari 20 tahun.21

(24)

lebih murah dan menggunakan power dalam satuan milliwatt, sekitar 1 – 500 mW. Terapi dengan menggunakan laser ini biasa disebut “ Low Level Laser Therapy ” atau hanya “ Therapy Laser ” atau “ Therapeutic Laser ”. Beberapa nama lain yang biasa digunakan adalah “soft laser” dan “low intensity level laser” mengingat terapi ini juga menunjukkan “biostimulation” dan “biomodulation”.5,22

4.1.1 Klasifikasi Laser

Laser diklasifikasikan berdasarkan 2 yaitu, berdasarkan medium perantara dan berdasarkan keamanannya. Berdasarkan medium perantaranya, laser dibagi atas :23

Klasifikasi Laser

Tabel 1. Klasifikasi Laser berdasarkan medium perantaranya23

Sementara itu berdasarkan keamanannya, Laser dibagi atas :23

Klasifikasi Keamanan Laser

Golongan Daya(mw) Jenis Cahaya Keterangan

I < 0,5 Cahaya tak tampak Aman

II < 1 Cahaya tampak Aman, tetapi bersifat sementara IIIa < 5 Cahaya tak tampak Menimbulkan Efek Photochemical IIIb < 500 Cahaya tak tampak Photobiomodulation, tidak ada efek

photothermal dan tidak ada kerusakan pada kulit, tapi berpotensi

(25)

IV >500 Cahaya tak tampak Timbulnya efek photothermal, dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, mata, serta penggunaannya harus betul – betul diperhatikan

Tabel 2. Klasifikasi laser berdasarkan keamanannya23

4.1.2 Penggunaan Laser Low Level

Laser low level biasanya digunakan untuk mengurangi pain, inflamasi dan edema, meningkatkan proses penyembuhan luka dan syaraf serta mencegah kerusakan jaringan.24 Laser low level biasanya menggunakan Visible Light dengan panjang gelombang antara 600 – 830 nm sekitar Red dan Near Infrared Spektrum yang biasanya aman dan tidak berbahaya bagi organ, sel atau kulit.22 Diantara jenis – jenis laser diatas, tipe terapi laser yang biasa digunakan adalah tipe Gas Laser yaitu

HeNe, CO2 dan Argon laser.5,11,24

(26)

4.2 Terapi Laser Low Level Untuk Oral Mukositis

Sejak dikenalnya terapi laser low level di bidang kedokteran gigi, telah banyak ilmuwan – ilmuwan yang melakukan penelitian mengenai penggunaan laser low level dan efek yang ditimbulkannya. Diantaranya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Ciais et all di Prancis (1994 – 1998), dan Carlos de Oliveira Lopes et all di Brazil (2002). Mereka melakukan penelitiannya dengan menggunakan laser low

level jenis He-Ne dan InGaAIP laser. Didapati hasil yang signifikan dalam pengurangan insiden oral mukositis, xerostomia dan pain. Berikut akan dibahas metode dan hasil yang diperoleh dari penelitian – penelitian tersebut.6,8,9

4.2.1 Penelitian dengan Menggunakan He-Ne laser low level

Antara bulan September 1994 sampai Maret 1998 Ciais et all melakukan penelitian mengenai efek penggunaan laser low level terhadap pasien yang mengalami karsinoma kepala dan leher. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah penggunaan He-Ne laser low level dapat mengurangi atau mencegah oral mucositis yang disebabkan oleh radioterapi. Dalam penelitian tersebut diambil 30 pasien yang terdiri dari 26 orang laki – laki dan 4 orang perempuan dengan rata – rata berumur 60,4 tahun (range 36 – 78 tahun) secara random.8,9

(27)

gelombang 632,8 nm dengan power 60 mW dan rata – rata energi yang diterima 2 J/cm2.8,9

Sementara itu, pada kelompok tanpa pemberian laser, tetap diberikan perawatan radioterapi sebesar 65 Gy dengan 2 Gy/fraksi serta 5 fraksi selama seminggu. Namun, operator tetap menunjukkan sikap seolah – olah mereka juga menerima laser agar pasien tidak tahu jika mereka sedang di teliti. Dimana hal ini akan mempengaruhi hasil penelitiannya. Baik pada kelompok dengan atau tanpa laser, sebelum dilakukan perawatan tersebut sudah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oral dan perawatan pencegahan dental. Selama menjalani perawatan pasien juga disarankan untuk tetap melakukan pemeliharaan oral hygiene. Kemudian operator melakukan observasi tiap minggu untuk melihat perubahan – perubahan yang terjadi pada pasien tersebut.8,9

Dari hasil penelitian dan observasinya diketahui bahwa pada kelompok pasien tanpa menggunakan laser oral mukositis terlihat pada minggu ke 2 dan puncaknya terjadi pada minggu ke 5. Dari 15 orang pasien pada kelompok tersebut diperoleh 13 pasien menderita mukositis grade 3 dan 2 pasien menderita mukositis grade 2. Pada kelompok pasien dengan menggunakan laser juga mulai terlihat mukositis pada minggu ke 2 dengan puncaknya pada minggu ke 5, akan tetapi dari 15 pasien yang menderita mukositis grade 3 hanya 5 pasien, sedangkan yang lainnya 9 pasien menderita grade 2 dan 1 pasien mukositis grade 1. Hasil ini membuktikan adanya penurunan insiden mukositis yang signifikan dengan menggunakan laser low level.8,9

(28)

Gambar 8 : Distribusi perkembangan Mukositis9

4.2.2 Penelitian dengan Menggunakan InGaAIP laser

Penelitian dengan menggunakan InGaAIP laser memiliki metode yang mirip dengan menggunakan He-Ne laser, dimana Carlos et all mengumpulkan 60 pasien dengan rata – rata umur > 21 tahun secara random. Kemudian pasien ini dibagi atas 2 kelompok, 29 pasien dalam kelompok “control” yaitu tanpa pemberian laser, dan 31 pasien dalam kelompok dengan penggunaan laser. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai September 2002.6

Pada kelompok pasien dengan laser, laser yang digunakan adalah laser tipe InGaAIP yang memiliki panjang gelombang 685 nm dengan power 50 mW dan rata –

(29)

Selama 4 minggu menjalani perawatan, didapati perbedaan yang signifikan pada hasil observasi kedua kelompok terhadap insiden mukositis. Pada kelompok tanpa pemberian laser, awal minggu pertama perawatan dicatat rata – rata skore mukositisnya 0,4, setelah 4 minggu meningkat menjadi 1,8 dan pada akhir perawatan tetap dengan skore 1,8. Sementara itu, pada kelompok dengan menggunakan laser diperoleh rata – rata skore mukositis pada minggu awal 0,3, setelah 4 minggu meningkat menjadi 0,7 dan pada akhir perawatan menjadi 0,8. Nilai ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan tanpa menggunakan laser, karena semakin tinggi skore mukositisnya maka semakin tinggi tingkat keparahannya.6

4.3 Terapi Laser Low Level Untuk Xerostomia

Penggunaan laser low level untuk mengurangi insiden xerostomia yang merupakan efek radioterapi juga dilakukan dengan menggunakan laser InGaAIP yang dilakukan oleh Carlos et all. Metode yang digunakan juga sama dengan metode yang digunakan pada oral mukositis dengan menggunakan 60 pasien yang dibagi atas 2 kelompok, yaitu satu kelompok dengan menggunakan laser InGaAIP dan satu kelompok lagi tanpa menggunakan laser.6

(30)

Dari evaluasi tersebut diperoleh data, pada kelompok tanpa pemberian laser kemampuan kelenjar saliva dalam menstimulasi salivanya pada awal perawatan dengan skore 4,2 pada akhir perawatan menjadi 1,5 dan setelah beberapa lama berakhirnya perawatan meningkat menjadi 1,7. Sementara itu, pada kelompok dengan pemberian laser diperoleh data awal perawatan skore kemampuan kelenjar saliva menstimulasi salivanya 4,5, menurun pada akhir perawatan 4,1 dan mengalami peningkatan beberapa lama setelah perawatan menjadi 4,6. Dari sini terlihat bahwa kemampuan kelenjar saliva dalam menstimulasi saliva pada kelompok pasien dengan laser jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa laser. Hal ini bisa dilihat dari data dimana skore kemampuan stimulasi saliva pada terapi dengan laser lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa laser. 6

4.4 Terapi Laser Low Level Untuk Pain

Penurunan insiden pain yang disebabkan oleh terapi radiasi juga ditunjukkan baik dengan menggunakan He-Ne Laser maupun dengan menggunakan InGaAIP laser. Pain selain ditimbulkan karena karsinomanya bisa juga ditimbulkan oleh

karena adanya oral mukositis dan xerostomia sebagai efek dari terapi radiasi. Jadi, jika dengan menggunakan laser low level oral mukositis dan xerostomia dapat dikurangi, maka secara otomatis insiden pain pun akan berkurang.5,6,8,9

(31)

Gambar 9 : Perbandingan penurunan score pain pada kedua kelompok9

(32)

BAB 5 KESIMPULAN

Karsinoma tiroid adalah suatu suatu kanker yang terdapat pada kelenjar tiroid yang ditandai dengan adanya pembengkakan yang berupa nodul padat. Karsinoma tiroid memiliki 4 bentuk umum yaitu papiler, folikuler, meduler, dan anaplastik.

Radioterapi merupakan salah satu perawatan yang umum digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kanker, salah satunya adalah karsinoma tiroid. Namun, penggunaan terapi radiasi ini banyak menimbulkan komplikasi yang sulit untuk dihindari. Komplikasinya antara lain oral mukositis, xerostomia dan pain. Untuk itu diperlukan perawatan yang dapat mengatasi komplikasi tersebut tanpa harus mengurangi efektifitas dan efisiensi perawatan itu sendiri.

Belakangan sudah dikenal beberapa terapi selain laser low level.Penggunaan laser low level sebenarnya masih menjadi kontroversi. Tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan, penggunaan laser low level dibuktikan dapat menurunkan prevalensi oral mukositis,xerostomia dan pain akibat radioterapi kepala dan leher. Penggunaan laser ini juga dianggap baik karena menggunakan energi rendah dan memberikan efek samping yang minimalis.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

1. Utama HW, Riyadi I. Radioterapi karsinoma tiroid. < http : klikharry.wordpress.com/2007/03/08/radioterapi – karsinoma – tiroid/

2. Broadfield L, Hamilton J. Best Practice Guidelines for the Management of Oral Complications from Cancer Therapy. Supportive Care Cancer Site Team, Cancer

Care Nova Scotia, 2006 : 1 – 9

> (10 Agustus 2009)

3. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial

surgery. 4th. Missouri : Mosby, : 405 – 6

4. Greenberg MS, Glick M. Burket’s oral medicine diagnosis ang treatment. 10th. Ontario : BC Decker Inc, 2003 : 217 – 27

5. Tuner J, Christensen PH. Low level laser in dentistry. < http://laser.nu/lllt/Laser_therapy_%20in_dentistry.htm

6. Lopes CO, Rigau J, Zangaro RA. Low level laser therapy in the prevention of radiotherapy-induced xerostomia and oral mucositis. Sao Paulo : Radiologia

Brasileira, 2006 ; 39 : 2

> ( 27 Agustus 2009 )

7. National Cancer Institute. Oral complications of cancer and cancer therapy. 1997. < http : www.graylab.ac.uk

8. Bensadoun RJ. The low level laser therapy. France : Swedish laser medical society, 1999

(34)

9. Ciais dkk. Low-energy He/Ne laser in the prevention of radiation-induced mucositis. Springer – Verlag, Support Care Cancer, 1999 ; 7 : 244 – 52

10.Israr YA. Karsinoma Tiroid. <

http://klikharry.wordpress.com/2007/03/08/radioterapi-karsinoma-tiroid/ ( 23 Agustus 2008 )

>

11.Lalwani AK. Current diagnosa & treatment in otolaryngology head and neck

surgery. 2nd. USA : Mc.Graw – Hill Company, 2008 : 95 – 6, 177 – 80

12.Wartofsky L, Nostrand DV. Thyroid cancer. 2nd. Totowa : Humana Press Inc, 2006 : 129 – 31

13.Sisson JC, Carey JE. Thyroid carcinoma with high levels of function : treatment

with 131I. J Nuclear Medicine. Michigan. 2001 ; 42 : 975 – 83

14.Ang KK, Garden AS. Radiotherapy for head and neck cancer. 3rd. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, 2006 : 184 – 8

15.Scully C, Cawson RA. Medical problem in dentistry. Oxford : Wright, 1994 : 153 – 4

16.Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary oral and maxillofacial

pathology. 2nd. Missouri : Mosby, 2004 : 381 – 3

17.Booth PW, Schendel SA, Hausamen JE. Maxillofacial surgery. 2nd. Missouri : Mosby, 2007 ; 1 : 336 – 7

18.D’Hondt, Lonchay L, Andre C, Canon M, Jean-luc. Oral mucositis induced by anticancer treatment : physiopathology and treatments. Belgium : Dove Medical

(35)

19.Webb C, Jones J. Handbook of laser technology and applications. Philadelphia : IOP Publishing, 2004 : 1995 – 7

20.Dederich DN, Bushick RD. Laser in dentistry : separating science from hype. J Am Dent Assoc, 2004 ; 135 : 204 – 12

21.Walsh LJ. The current status of low level laser therapy in dentistry part 1: soft tissue application. Australian Dent J, 1997 ; 42 : 247 – 54

22.Gruenewald P. What is low level laser therapy (LLLT). < http://www.londonintegratedhealth.co.uk/uploaded_docs/LLLT.pdf

23.Knight KL, Draper DO. Therapeutic modalities the art and science. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins and Wolters Kluwer, 2008 : 338 – 9

> ( 11 Oktober 2009 )

24.Huang YY, Mroz P, Hamblin MR. Basic Photomedicine. < http :

( 11 Oktober 2009 )

25.McGill. Laser Basics. < http :

(36)

LAMPIRAN

1. Efektivitas : Keberhasilan dan kemujaraban 2. Efficacy : Kehebatan

3. Follow up : Evaluasi tindak lanjut

4. Insiden : Terjadinya atau munculnya suatu penyakit / kelainan 5. Intake : Masuknya makanan ke tubuh melalui rongga mulut 6. Intensitas : Kekuatan atau kehebatan

7. Metastase : Penularan penyakit dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain yang tidak berhubungan langsung

8. Overaktif : Melalukan pergerakan yang cepat

9. Partikel : Unsur benda yang sangat kecil dan berdemensi 10.Photochemical : Efek kimiawi dari cahaya

11.Photothermal : Efek termal dari cahaya 12.Proliferasi : Perkembangbiakan

13.Radioisotope : Radiasi dengan menggunakan isotope 14.Radiosensitif : Mempunyai sifat sensitif terhadap radiasi 15.Rekuren : Proses kambuhnya suatu penyakit

16.Sekresi : Proses pengeluaran hasil

17.Sialodenitis : Peradangan pada kelenjar saliva

(37)

20.Stimulator : Sesuatu yang berperan menstimulasi 21.Underaktif : Melakukan pergerakan lambat 22.Viskositas : Derajat konsistensi saliva

Gambar

Gambar 1: Anatomi kelenjar Tiroid 9
Gambar 3 : A dan B Pemberian dosis 44 Gy dengan 22 fraksi pada karsinoma     tiroid,C dan D perawatan dengan pemberian dosis total 60 Gy.14
Gambar 6 : Patofisiologi dari oral Mukositis secara kompleks2
Gambar 7 : Gambaran Xerostomi yang mengakibatkan         terjadinya peningkatan karies4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai analisis trend dengan menggunakan Regresi Kuantil dan uji Mann-Kendall beserta aplikasinya pada data curah hujan harian dan

Pada uraian itu disampaikan pandangan dan pendapat tentang penerapan ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP, yang menegaskan: hak tersangka atau terdakwa didampingi

Sehubungan dengan telah memasuki tahap pembuktian kualifikasi terhadap dokumen isian kualifikasi yang Saudara sampaikan, maka bersama ini kami mengundang Saudara

200 – 300 pph Tanah Abang, Sawah Besar, Palmerah, Grogol Petamburan , Jatingeara, Tebet Senen, Kemayoran, Palmerah, Jatinegara, Matraman , Tebet Senen, Kemayoran,

Proses yang dilakukan dalam mengembangkan produk instrumen penilaian pembelajaran kemampuan dasar menulis meliputi: 1 melakukan wawancara dengan guru pengampu bahasa Indonesia,

Sebagai fluida primer pada ejektor digunakan air yang dialirkan menggunakan pompa.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sistem refrigerasi dengan air

Menurut Alvin, Elder, dan Beasley yang dialih bahasakan oleh Hermanwibowo dalam buku “Auditing dan jasa Assurance pendekatan Terintegrasi”(2008 : 224-227) adalah :“Keputusan

Untuk mendapatkan tempat yang layak mereka membagi-bagi kerja yang mendukung terbangunnya wadah bagi komunitas Hardcore Punk dan komunitas musik lainnya di Kota