• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Peternak Dalam Penyuluhan Peternakan (Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Peternak Dalam Penyuluhan Peternakan (Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI PETERNAK DALAM PENYULUHAN PETERNAKAN

(Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

TIAR RONA DUMARIA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

TIAR RONA DUMARIA, D34102005. 2006. Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan Peternakan. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Pembimbing Anggota : Prof.Dr.Ign. Djoko Susanto,SKM, APU

Pengembangan usaha peternakan tidak bisa dilepaskan dari dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah yang terus mendorong pengembangan usaha peternakan bertujuan agar dapat menambah pendapatan masyarakat dan memenuhi kebutuhan protein hewan secara berkesinambungan. Salah satu usaha untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan usaha peternakan adalah adanya penyuluhan.

Penyuluhan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan peternak. Penyuluhan diharapkan dapat menimbulkan perubahan yang diinginkan oleh peternak. Perubahan ini dapat berbentuk perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) peternak sehingga mereka mampu beternak dan berusaha ternak lebih baik dan lebih menguntungkan.

Desa Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara, sebagai salah satu desa yang mengembangkan berbagai jenis ternak. Salah satu komoditi peternakan yang potensial di desa tersebut adalah ternak babi. Memelihara ternak babi selain dapat memberi keuntungan, ternak babi dapat juga dipelihara di daerah tropis atau di daerah beriklim sedang.

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat desa dalam penyuluhan peternakan. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertisipasi masyarakat desa dalam penyuluhan peternakan. Penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan dari pertengahan bulan februari sampai akhir bulan maret di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Kesimpulan penelitian adalah: Karateristik peternak sebahagian besar berumur 37-42 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki yang paling dominan, pendidikan SLTA, pengalaman beternak 1-5 tahun, tanggungan peternak 3-6 orang, pendapatan peternak Rp. 400.000 – Rp. 600.000, luas lahan 0,25-0,5 ha, secara umum peternak ikut dalam kelompok dan selalu hadir dalam kegiatan kelompok. Tingkat partisipasi peternak dalam penyuluhan secara umum tergolong tinggi pada tingkat perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan untuk evaluasi tergolong dalam kategori sedang. Faktor internal (umur, pendidikan, pengalaman beternak, luas lahan) berpengaruh nyata dan sangat nyata dengan tingkat partisipasi peternka dalam kegiatan penyuluhan yaitu dalam pelaksanaan dan evaluasi penyuluhan, dan faktor eksternal (interaksi dengan pedagang, ketersediaan informasi) berpengaruh nyata dengan tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan penyuluhan yaitu dalam perencanaan dan evaluasi penyuluhan.

(3)

ABSTRACT

Participate Breeder in Ranch Illumination

(Case of Group of Pig’ Husbandry in Siborong-borong, Regency of North Tapanuli, Province of North Sumatera)

Dumaria, T.R., Lumintang, R., and Susanto, D.

Development of animal husbandry cannot be separated from government support. Government support which immediately is to motivate animal husbandry to increase society’s earnings and fulfill animal protein requirement continously. One of effort to maintain and develop animal husbandry is through extension education activities. Countryside of Siborong-borong, Regency of North Tapanuli, is one of countryside that developing various livestock type. Potential commodities in the countryside are pigs. Livestock of pigs can give advantage, and also can be maintain in tropical and sub tropical area. This research execute during 1,5 month start from mid February to March 2006 in Countryside of Siborong-borong. The data were collected through (1) primary data were collected on direct perception and interview using quesionnairs (2) secondary data were collected from reference substance, book, and obtained from the office of animal husbandry in Regency of North Tapanuli. Primary data is processed by statistical test of Rank Spearman by using computer program, SPSS for windows and used descriptive analysis to explain common things, that is society condition in countryside of Siborong-borong. Internal factor (such as age, education, ranch experience, wide farm) having very significant effect on participaties husbandries level in illumination activity in implementation and evaluation. External factor (such as interaction with merchant, information availability) having significant effect on participate husbandries level in illumination activity in the plan and evaluation.

(4)

PARTISIPASI PETERNAK DALAM PENYULUHAN PETERNAKAN

(Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)

TIAR RONA DUMARIA D34102005

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PARTISIPASI PETERNAK DALAM PENYULUHAN PETERNAKAN

(Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli

Utara, Propinsi Sumatera Utara)

Oleh:

TIAR RONA DUMARIA D34102005

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 31 Juli 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Richard. W.E. Lumintang, MSEA Prof. Dr.Ign. Djoko Susanto, SKM, APU

NIP. 130 367 101 NIP. 140 020 648

Dekan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 September 1984 di Medan, Sumatera Utara.

Penulis adalah anak keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Drs. R. Nafsi

Siburian dan Ibu L. Manullang

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD ST Antonius V/VI Medan,

pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN 3

Medan dan pendidikan sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMUN

10 Medan.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri

Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui seleksi masuk IPB

(USMI) pada tahun 2002. Pada tahun 2003 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada

minat studi Komunikasi dan Penyuluhan pada Program Studi Sosial Ekonomi Ternak.

Selama mengikuti pendidikan, Penulis aktif dalam kegiatan organisasi Gerakan

Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bogor dan pernah menjabat sebagai

Departemen Pendanaan masa bakti 2005-2006. Penulis juga aktif dalam Persekutuan

Okuimene Protestan Katolik (POPK) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dan

Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada komisi kesenian. Penulis juga pernah

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Karunia dan

Penyertaan-Nya bagi Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan Peternakan (Kasus Kelompok Peternak

Babi di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)”.

Skripsi merupakan tugas akhir akademik sebagai syarat penyelesaian studi pada

Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna untuk itu Penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini berguna untuk kemajuan petenakan khususnya dalam penyuluhan

peternakan. Akhir kata Penulis mengucapakan banyak terima kasih.

Bogor, Agustus 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

(9)

ABSTRACT... iii

Populasi dan Sampel………... 16

Desain Penelitian... 16

Data dan Instrumen………... 16

Pengumpulan Data………... 18

Analisis Data………... 18

Penyuluhan di Daerah Penelitian... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal Peternak... 22

Faktor Eksternal Peternak... 29

Partisipasi... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Berdasarkan Umur... 22

2. Berdasarkan Jenis Kelamin... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 43

Saran... 43

UCAPAN TERIMA KASIH... 44

DAFTAR PUSTAKA... 45

(11)

PARTISIPASI PETERNAK DALAM PENYULUHAN PETERNAKAN

(Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

TIAR RONA DUMARIA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

TIAR RONA DUMARIA, D34102005. 2006. Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan Peternakan. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Pembimbing Anggota : Prof.Dr.Ign. Djoko Susanto,SKM, APU

Pengembangan usaha peternakan tidak bisa dilepaskan dari dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah yang terus mendorong pengembangan usaha peternakan bertujuan agar dapat menambah pendapatan masyarakat dan memenuhi kebutuhan protein hewan secara berkesinambungan. Salah satu usaha untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan usaha peternakan adalah adanya penyuluhan.

Penyuluhan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan peternak. Penyuluhan diharapkan dapat menimbulkan perubahan yang diinginkan oleh peternak. Perubahan ini dapat berbentuk perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) peternak sehingga mereka mampu beternak dan berusaha ternak lebih baik dan lebih menguntungkan.

Desa Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara, sebagai salah satu desa yang mengembangkan berbagai jenis ternak. Salah satu komoditi peternakan yang potensial di desa tersebut adalah ternak babi. Memelihara ternak babi selain dapat memberi keuntungan, ternak babi dapat juga dipelihara di daerah tropis atau di daerah beriklim sedang.

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat desa dalam penyuluhan peternakan. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertisipasi masyarakat desa dalam penyuluhan peternakan. Penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan dari pertengahan bulan februari sampai akhir bulan maret di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Kesimpulan penelitian adalah: Karateristik peternak sebahagian besar berumur 37-42 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki yang paling dominan, pendidikan SLTA, pengalaman beternak 1-5 tahun, tanggungan peternak 3-6 orang, pendapatan peternak Rp. 400.000 – Rp. 600.000, luas lahan 0,25-0,5 ha, secara umum peternak ikut dalam kelompok dan selalu hadir dalam kegiatan kelompok. Tingkat partisipasi peternak dalam penyuluhan secara umum tergolong tinggi pada tingkat perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan untuk evaluasi tergolong dalam kategori sedang. Faktor internal (umur, pendidikan, pengalaman beternak, luas lahan) berpengaruh nyata dan sangat nyata dengan tingkat partisipasi peternka dalam kegiatan penyuluhan yaitu dalam pelaksanaan dan evaluasi penyuluhan, dan faktor eksternal (interaksi dengan pedagang, ketersediaan informasi) berpengaruh nyata dengan tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan penyuluhan yaitu dalam perencanaan dan evaluasi penyuluhan.

(13)

ABSTRACT

Participate Breeder in Ranch Illumination

(Case of Group of Pig’ Husbandry in Siborong-borong, Regency of North Tapanuli, Province of North Sumatera)

Dumaria, T.R., Lumintang, R., and Susanto, D.

Development of animal husbandry cannot be separated from government support. Government support which immediately is to motivate animal husbandry to increase society’s earnings and fulfill animal protein requirement continously. One of effort to maintain and develop animal husbandry is through extension education activities. Countryside of Siborong-borong, Regency of North Tapanuli, is one of countryside that developing various livestock type. Potential commodities in the countryside are pigs. Livestock of pigs can give advantage, and also can be maintain in tropical and sub tropical area. This research execute during 1,5 month start from mid February to March 2006 in Countryside of Siborong-borong. The data were collected through (1) primary data were collected on direct perception and interview using quesionnairs (2) secondary data were collected from reference substance, book, and obtained from the office of animal husbandry in Regency of North Tapanuli. Primary data is processed by statistical test of Rank Spearman by using computer program, SPSS for windows and used descriptive analysis to explain common things, that is society condition in countryside of Siborong-borong. Internal factor (such as age, education, ranch experience, wide farm) having very significant effect on participaties husbandries level in illumination activity in implementation and evaluation. External factor (such as interaction with merchant, information availability) having significant effect on participate husbandries level in illumination activity in the plan and evaluation.

(14)

PARTISIPASI PETERNAK DALAM PENYULUHAN PETERNAKAN

(Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)

TIAR RONA DUMARIA D34102005

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(15)

PARTISIPASI PETERNAK DALAM PENYULUHAN PETERNAKAN

(Kasus Kelompok Peternak Babi Di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli

Utara, Propinsi Sumatera Utara)

Oleh:

TIAR RONA DUMARIA D34102005

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 31 Juli 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Richard. W.E. Lumintang, MSEA Prof. Dr.Ign. Djoko Susanto, SKM, APU

NIP. 130 367 101 NIP. 140 020 648

Dekan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 September 1984 di Medan, Sumatera Utara.

Penulis adalah anak keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Drs. R. Nafsi

Siburian dan Ibu L. Manullang

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD ST Antonius V/VI Medan,

pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN 3

Medan dan pendidikan sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMUN

10 Medan.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri

Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui seleksi masuk IPB

(USMI) pada tahun 2002. Pada tahun 2003 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada

minat studi Komunikasi dan Penyuluhan pada Program Studi Sosial Ekonomi Ternak.

Selama mengikuti pendidikan, Penulis aktif dalam kegiatan organisasi Gerakan

Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bogor dan pernah menjabat sebagai

Departemen Pendanaan masa bakti 2005-2006. Penulis juga aktif dalam Persekutuan

Okuimene Protestan Katolik (POPK) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dan

Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada komisi kesenian. Penulis juga pernah

(17)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Karunia dan

Penyertaan-Nya bagi Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan Peternakan (Kasus Kelompok Peternak

Babi di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara)”.

Skripsi merupakan tugas akhir akademik sebagai syarat penyelesaian studi pada

Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna untuk itu Penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini berguna untuk kemajuan petenakan khususnya dalam penyuluhan

peternakan. Akhir kata Penulis mengucapakan banyak terima kasih.

Bogor, Agustus 2006

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

(19)

ABSTRACT... iii

Populasi dan Sampel………... 16

Desain Penelitian... 16

Data dan Instrumen………... 16

Pengumpulan Data………... 18

Analisis Data………... 18

Penyuluhan di Daerah Penelitian... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal Peternak... 22

Faktor Eksternal Peternak... 29

Partisipasi... 32

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Berdasarkan Umur... 22

2. Berdasarkan Jenis Kelamin... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 43

Saran... 43

UCAPAN TERIMA KASIH... 44

DAFTAR PUSTAKA... 45

(21)

3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 23

4. Berdasarkan Pendapatan... 23

5. Berdasarkan Pengalaman... 24

6. Berdasarkan Tanggungan... 25

7 Berdasarkan Partisipasi dalam Kelompok... 26

8. Kehadiran Peternak/Anggota Kelompok dalam Kegiatan Kelompok... 26

9. Berdasarkan Jumlah Ternak ... 27

10. Berdasarkan Luas Lahan... 28

11. Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan... 28

12. Tingkat Kesulitan Berinteraksi dengan Penyuluh... 29

13. Sikap Penyuluh……….. 30

14. Pengikutsertaan Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan……….. 30

15. Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan……… 32

16. Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan... 33

17. Tanggapan Peternak Terhadap Peran Penyuluh... 34

18. Tanggapan Peternak Terhadap Materi Penyuluhan... 35

19. Tanggapan Peternak Terhadap Manfaat Penyuluhan... 35

20. Partisipasi Peternak dalam Evaluasi……….. 36

21. Nilai Korelasi Rank Spearman Antara Faktor Internal dan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi dalam Penyuluhan... 37

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi... 47

(23)

3. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman... 49

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 17.000 pulau

(24)

penduduk lebih dari 220 juta orang tergolong negara terbesar keempat di dunia ditinjau

dari jumlah penduduk. Indonesia juga negara kaya ditinjau dari sumber daya alam

sehingga diperkirakan tergolong negara terbesar kelima dilihat dari sumberdaya alam.

Jumlah penduduk yang banyak merupakan potensi yang besar tetapi juga

merupakan beban yang berat. Kebutuhan pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan

yang paling mendesak adalah kebutuhan lapangan kerja baru yang banyak harus tersedia

setiap tahun. Justru masalah lapangan kerja baru dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat merupakan tantangan yang dihadapi oleh banyak negara, terutama negara

berkembang termasuk Indonesia. Hal ini hanya akan dapat diatasi jika dapat dicapai

kemajuan pada berbagai bidang terutama bidang ekonomi, teknologi, dan sosial.

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Salah

satu sub sektor Pertanian yang tidak terpisahkan adalah peternakan. Pembangunan

peternakan memiliki arti penting dan strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,

baik dari segi pendapatan maupun kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring

meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun.

Sektor peternakan mengalami permasalahan, salah satunya permasalahan yang

timbul adalah: berkurangnya kebutuhan bekerja disektor peternakan terutama bagi

golongan usia muda. Kondisi minimnya keterlibatan golongan usia muda di pedesaan

pada sektor peternakan disebabkan oleh penerapan teknologi peternakan. Penerapan

teknologi baru pada sektor peternakan dilakukan untuk mengimbangi pertambahan

penduduk yang cepat guna tercapainya produktivitas peternakan.

Pengembangan usaha peternakan tidak bisa dilepaskan dari dukungan pemerintah.

Dukungan pemerintah yang terus mendorong pengembangan usaha peternakan agar

peranannya dapat menambah pendapatan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan

protein hewan bagi masyarakat dapat terus meningkat dan berkesinambungan. Sebagai

salah satu usaha untuk tetap dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha

peternakan adalah adanya penyuluhan.

Penyuluhan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan peternak.

Penyuluhan diharapkan dapat menimbulkan perubahan yang diinginkan oleh peternak.

(25)

keterampilan (psikomotorik) peternak sehingga mereka mampu berternak dan berusaha

ternak lebih baik dan menguntungkan.

Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, sebagai salah satu desa yang

mengembangkan berbagai jenis ternak. Ternak yang dipelihara terdiri dari ternak babi,

sapi, ayam, kerbau dan kuda yang telah mampu menjadi sumber pendapatan bagi

peternak dan keluarganya. Untuk itu perlu dikembangkan suatu kegiatan penyuluhan

yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta melibatkan masyarakat

desa dalam kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk pengembangan usaha peternakan.

Salah satu komotidi peternakan yang potensial di desa tersebut adalah ternak babi.

Memelihara ternak babi selain dapat memberi keuntungan, ternak babi dapat juga

dipelihara di daerah tropis atau di daerah beriklim sedang. Kegunaan dari ternak babi

bermacam-macam akan tetapi manfaat yang paling dominan adalah menghasilkan daging

babi (pork). Daging yang dihasilkan oleh ternak babi dapat memenuhi satu atau dua

kebutuhan daging babi yang dapat dikonsumsi oleh peternak dan keluarganya serta dapat

dijual sebagai salah satu sumber pendapatan. Ternak babi berdasarkan peta data di dunia

menduduki peringkat kedua setelah sapi dalam menyumbang protein hewan. Sedangkan

di Indonesia ternak babi merupakan peringkat ketiga setelah ternak sapi dan unggas

(Siagian, 2002).

Selain itu hasil ikutan dari ternak babi juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi

yaitu kulit babi dan bulu babi, dimana kulit babi sangat diperlukan untuk bahan pabrik

kulit sedangkan bulunya dapat digunakan untuk berbagai kegunaan seperti dapat

membuat sikat. Kotoran ternak babi juga dapat digunakan sebagai pupuk dalam

perkebunan dan untuk tanaman. Ternak babi juga dapat digunakan sebagai hewan untuk

penelitian.

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan usaha ternak babi meliputi

pengetahuan, pemikiran, ikut merencanakan, melaksanakan, menikmati keberhasilan dan

menikmati hasil dari usaha yang dilakukan. Dalam hal ini, ada dua faktor penting yang

mempengaruhi masyarakat di daerah pedesaaan terhadap usaha peternakan yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

(26)

Perumusan Masalah

Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan adalah

masyarakat sebagai tenaga kerja, dimana masyarakat harus memiliki pandangan yang

benar tentang usaha peternakan dan memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan

pekerjaannya, maka usaha tersebut akan menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas

tinggi, sehingga secara tidak langsung akan dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan

pelanggan/konsumen. Partisipasi masyarakat memegang peranan penting dalam usaha

pengembangan ternak babi, dimana partisipasi masyarakat terhadap program penyuluhan

yang sudah dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan menentukan keberhasilan

program penyuluhan dan keberhasilan yang akan dicapai melalui penyuluhan dalam

pengembangan usaha peternakan yang berdampak pada peningkatan kualitas sumber

daya peternak dan pendapatan peternak.

Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat desa dalam penyuluhan

peternakan?

2. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi partisipasi masyarakat desa dalam

penyuluhan peternakan?

Tujuan Penelitian

(27)

1. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat desa dalam penyuluhan

peternakan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat desa

dalam penyuluhan peternakan.

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Bahan pertimbangan atau masukan bagi pemerintah setempat dalam

mengembangkan usaha peternakan melalui penyuluhan yang melibatkan

partisipasi masyarakat desa.

2. Penelitian dapat menjadi sarana yang efektif dalam menambah pengetahuan

dan wawasan, khususnya dibidang penyuluhan peternakan.

3. Bagi pihak yang melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan dampak partisipasi peternak dalam penyuluhan terhadap usaha

peternakan.

(28)

Kegiatan penyuluhan merupakan bagian dari usaha yang dilakukan pemerintah

sebagai upaya pengembangan usaha peternakan. Keberhasilan penyuluhan ditentukan

oleh bagaimana masyarakat memandang, menilai, dan ikut serta dalam kegiatan

penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan harus sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

dari peternak atau sasaran.

Keterlibatan masyarakat dengan kegiatan penyuluhan dalam rangka pembangunan

peternakan sangat dibutuhkan, dimana peternak merupakan sasaran dari penyuluhan yang

dilaksanakan. Peternak merupakan sumber yang paling tepat dalam penyusunan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan monitoring kegiatan penyuluhan serta

pengembangan program penyuluhan.

Partisipasi peternak dalam penyuluhan dapat memberikan gambaran akan

keinginan, kemauan dan kesempatan yang ada baik pada diri peternak maupun penyuluh.

Partisipasi peternak terhadap penyuluhan tidak terlepas dari faktor-faktor yang melekat

dalam diri peternak yang mempengaruhi tingkat partisipasi dari masyarakat atau peternak

terhadap penyuluhan.

Terdapat hubungan antara faktor yang melekat pada individu (usia, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan) dengan tingkat kemampuan dan kemauan peternak untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. Kemampuan dapat diperoleh dari pengalaman

sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan pengalaman dalam peternakan yang mampu

membentuk kemauan peternak untuk berpartisipasi.

Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku individu, makin tinggi

pendidikan yang diperoleh seseorang selama hidupnya maka akan memberikan

peningkatan kemampuan dan kemauan peternak untuk berpartisipasi. Tingkat pendapatan

sesorang mempengaruhi motivasi dari sasaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan

penyuluhan.

Tingkat partisipasi peternak dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang dimiliki

peternak yang berhubungan dengan partisipasinya dalam kegiatan penyuluhan. Penelitian

yang dilakukan lebih menyoroti partisipasi peternak guna menemukan jawaban atas

pertanyaan tentang bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan faktor-faktor yang

(29)

oleh faktor yang melekat dalam diri individu. Berikut disajikan pada gambar 1 bagan

hubungan antar peubah dengan partisipasi.

Faktor Internal Faktor Eksternal

- Umur - Interaksi dengan Penyuluh

- Pendidikan - Interaksi dengan Pedagang/Pengumpul

- Pendapatan - Ketersediaan Sistem Pasar

- Jenis kelamin - Ketersediaan Informasi

- Tanggungan

- Pengalaman beternak

- Jumlah Ternak

- Luas Lahan

- Kegiatan Sosial/Kelembagaan/Kelompok

Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan

- Perencanaan Program Penyuluhan

- Pelaksanaan Program Penyuluhan

- Evaluasi Program Penyuluhan

Usaha Ternak Meningkat

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Faktor yang diteliti

Faktor yang tidak diteliti

(30)

Penyuluhan Pengertian Penyuluhan

Kartasapoetra (1991), menyatakan bahwa penyuluh dalam arti umum merupakan

suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan

masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang

diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Penyuluhan dengan demikian merupakan

suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan diluar

sistem persekolahan yang biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu

dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakan sendiri.

Sementara itu Samsudin dalam Sadly (2004), memberikan pengertian penyuluhan

pertanian sebagai suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non-formal untuk para

petani dan keluarganya di pedesaan. Penyuluhan pertanian mengandung arti aktivitas

pendidikan diluar bangku sekolah (non-formal) yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Selalu berhubungan dengan masyarakat petani di pedesaan yang sesuai

dengan kepentingan atau kebutuhan pada waktu tertentu.

2. Menggunakan cara-cara dan metode pendidikan khusus yang disesuaikan

dengan sifat, perilaku, dan kepentingan petaninya.

3. Keberhasilan pelaksanaannya memerlukan bantuan berbagai aktivitas baik

yang langsung menunjang pendidikan itu maupun yang tidak langsung.

4. Pelaksanaan pendidikan non-formal ini dilangsungkan dalam suasana

kooperasi dan toleransi, musyawarah untuk memecahkan masalah yang

berkaitan dengan pelaksanaan usaha tani.

Menurut Sastraatmadja (1986), penyuluhan pertanian atau peternakan merupakan

pendidikan non-formal yang ditujukan kepada petani atau peternak beserta keluarganya

yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkan.

Peran Penyuluh

Mengutip pernyataan Susanto dalam Maharani (2005) peran penyuluh

Pertanian didalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi perlu secara jelas

(31)

keterkaitannya dengan kelembagaan formal dan tidak formal akan cenderung

menguntungkan petani.

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), peran penyuluh pertanian diharapkan

dapat menampilkan diri sebagai: (1) sumber informasi bagi para petani tentang

pembangunan pertanian (segi mikro) atau hal yang bersifat sebagai masukan bagi petani

dalam pengambilan keputusan, (2) pendidik petani dalam rangka peningkatan

intelegensia dan peningkatan kepercayaan pada diri sendiri, (3) penghubung dari/kepada

sumber informasi, khususnya yang bersifat teknik, ekonomi, manajemen dan

kemasyarakatan, (4) katalisator dan dinamisator para petani-ternak dalam rangka

meningkatkan kerjasama, baik pada tingkat kelompok tani maupun pada tingkat koperasi,

(5) penasehat/konsultan usahatani yang disesuaikan dengan kondisi sasaran, dan (6)

pelatih dalam keterampilan khusus.

Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan pertanian atau peternakan dapat digolongkan berdasarkan

teknik komunikasi yaitu metode penyuluhan langsung dan tidak langsung, berdasarkan

jumlah sasaran yang dicapai yaitu metode berdasarkan pendekatan massal, pendekatan

kelompok dan pendekatan individual dan berdasarkan indera penerima sasaran yaitu

melalui penglihatan, pendengaran dan melalui kombinasi beberapa macam indera

penerima (Suriatna,1988).

Menurut Nasution (2002), dalam pandangan masyarakat yang menjadi sasaran

penyuluhan atau penyebarserapan inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap gagasan

atau cara-cara baru yang dimaksud yaitu:

1. Keuntungan-keuntungan relatif (relative advantages); yaitu apakah cara-cara

atau gagasan baru ini memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka

yang akan menerimanya.

2. Keserasian (compability); yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu

serasi dengan nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu

diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan sebagainya

(32)

3. Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada

umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit,

sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan

tambahan beban yang baru.

4. Dapat dicobakan (trialability); yaitu bahwa suatu inovasi akan lebih cepat

diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum orang

terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip

manusia yang selalu ingin menghindari suatu risiko yang besar dari

perbuatannya.

5. Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata,

dapat dilihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk

mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa

sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam pikiran atau hanya

dapat dibayangkan.

Partisipasi Pengertian Partisipasi

Soetrisno dalam Sadly (2004), menyatakan bahwa partisipasi adalah kemauan

masyarakat untuk mendukung secara mutlak program-program yang dirancang dan

ditentukan tujuannya oleh pemerintah. Pengertian tersebut menimbulkan kesan bahwa

ada subordinasi dalam suatu sistem, dimana perencana pembangunan yang dalam hal ini

adalah pemerintah menjadi pihak yang menempati hierarki yang tertinggi dan masyarakat

merupakan pihak yang menempati hierarki yang terendah. Hal ini menyebabkan adanya

eksploitasi terhadap masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

Partisipasi Masyarakat

Secara sederhana, partisipasi dapat diartikan sebagai peran serta seseorang atau

sekelompok masyarakat dalam satu kegiatan yang jika dikaitkan dengan pembangunan

maka yang dimaksud adalah peran serta pembangunan. Partisipasi merupakan bentuk

perilaku. Untuk dapat berperilaku tertentu ada dua hal yang mendukung, yaitu (1) ada

(33)

iklim atau lingkungan yang memungkinkan terjadi perilaku tertentu. (Ndraha, dalam

Maharani, 2005).

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), partisipasi petani dapat dan sering

dicapai secara informal. Agen penyuluhan dapat mendengarkan dengan seksama berbagai

tipe petani diwilayah kerja, dengan tujuan memahami kebutuhan, tujuan serta peluang

mereka. Agen penyuluhan dapat dan seharusnya belajar dari pengalaman petani yang

berhasil serta menggunakan informasi ini untuk mengolah pesan-pesan penyuluhan yang

diinginkan pada situasi setempat. Partisipasi memungkinkan perubahan-perubahan yang

lebih besar dalam cara berpikir manusia.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi menurut Pangestu (1995) adalah

sebagai berikut:

1. Faktor internal yang mencakup karateristik individu yang dapat mempengaruhi

individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karateristik individu

mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan,

dan pengalaman berkelompok.

2. Faktor eksternal meliputi hubungan pengelola proyek dengan sasaran dan

pelayanan kegiatan. Hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek

dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan

sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan

menguntungkan mereka. Selain itu bila didukung dengan pelayanan pengelolaan

kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan

ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam kegiatan proyek tersebut.

Soekanto (2000), menyatakan bahwa pelapisan masyarakat pertanian atau

pedesaaan pada dasarnya didasarkan kepada luas lahan yang dikuasai. Lapisan atas

mempunyai derajat partisipasi dalam suatu kegiatan pembangunan pertanian terkait

dengan adanya adopsi dan inovasi, mereka merupakan pihak yang paling berani

mengambil resiko dan mempunyai modal yang cukup untuk menerapkan inovasi. Pada

(34)

luas lahan yang dikuasai seseorang, partisipasi lebih didasarkan pada tingkat pendidikan

dan pengetahuan yang dimiliki.

Slamet dalam Arifah (2002), menyatakan bahwa cepat lambatnya proses adopsi

inovasi oleh individu sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadi yang terdiri dari: (1) umur;

(2) pendidikan; (3) status sosial ekonomi; (4) pola hubungan (lokalit atau komposit); (5)

keberanian mengambil resiko; (6) sikap terhadap perubahan; (7) motivasi berkarya; (8)

aspirasi; (9) fatalisme; dan (10) diaknotisme.

Menurut Sastropoetro (1986) dalam partisipasi bahwa unsur-unsur penting dan

turut menentukan tingkat partisipasi adalah:

1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif/berhasil.

2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian

yang menumbuhkan kesadaran.

3. Kesadaran yang didasarkan kepada perhitungan dan pertimbangan.

4. Enthousiasme yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan melakukan

sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain.

5. Adanya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan bersama.

Bentuk Partisipasi

Yadau dalam Asngari (2001), mengemukakan bentuk partisipasi peternak dapat

dilihat dari beberapa aspek antara lain: pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati

hasil dan evaluasi. Davis dalam Handayani (2005), menyatakan bahwa ada delapan

bentuk partisipasi yaitu: konsultasi dalam bentuk jasa, sumbangan berupa uang atau

barang, mendirikan proyek berdikari yang dananya dari dermawan, mendirikan proyek

berdikari yang dana dari masyarakat, sumbangan dalam bentuk kerja aksi massal

mengerjakan proyek secara sukarela, mengadakan pembangunan dan membangun proyek

(35)

Jenis-jenis Partisipasi

Ada empat jenis partisipasi yang dikemukakan oleh Pamudji (1997) yaitu:

1. Partisipasi dalam perencanaan kegiatan yaitu: keterlibatan dalam bentuk

kehadiran, menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan tentang segala

sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dalam bentuk

penyediaan dana, pengadaan sarana, dan korbanan waktu/tenaga sejak persiapan

kegiatan, pelaksanaan dan paska pelaksanaan kegiatan yang berupa pemeliharaan

hasil-hasil kegiatan.

3. Partisipasi dalam pengendalian kegiatan (monitoring, pengawasan dan evaluasi)

yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam bentuk: penyusunan pedoman

pengendalian (meliputi survey partisipatif), pengumpulan data (melalui survey

partisipatif) dan penilaiannya (melalui penilaiaan partisipatif).

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan yaitu : keterlibatan masyarakat

dalam bentuk pemanfaatan hasil kegiatan.

Pendekatan Penyuluhan dan Partisipasi Peternak

Menurut Wardojo (1992), beberapa pendekatan penyuluhan yang dikenal di

Indonesia yakni:

1. Pendekatan umum adalah pendekatan penyuluhan pertanian ini diterapkan pada

peningkatan produksi prioritas padi, jagung, kedelai, dan ayam buras, dan

peternakan lainnya.

2. Pendekatan komoditas adalah pendekatan ini antara lain melalui pola PIR-BUN

dan perikanan.

3. Pendekatan latihan dan kunjungan adalah penyelenggaraan pendekatan ini

terutama pada upaya peningkatan produksi tanaman padi dalam program Bimas.

4. Pendekatan partisipatif, diterapkan pada petani kecil, wanita tani, dan proyek

P4K.

5. Pendekatan proyek adalah penyelenggaraannya antara lain pada usaha tani lahan

(36)

6. Pendekatan sistem usaha tani antara lain dilakukan pada usaha tani lahan kering

dan usaha tani konservasi. Semua pendekatan itu menggunakan pendekatan

kelompok.

Pembangunan Desa

Pokok-pokok Kebijaksanaan Pelaksanaan

Pokok-pokok kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan desa, maka tidak

dapat diabaikan pengertian, latar belakang, pendekatan, konsep maupun

kenyataan-kenyataan kondisi masyarakat didaerah yang berbeda dikaitkan dengan masalah

keterpaduan yang sangat penting artinya bagi pembangunan desa. Menurut Sajogyo dan

Pudjiwati (1980) prinsip- prinsip pembangunan desa meliputi:

a. Imbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah dengan masyarakat.

b. Dinamis dan berkelanjutan.

c. Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi.

Pokok-pokok kebijaksanaan pembangunan desa meliputi:

a. Pemanfaatan sumber daya manusia dan potensi alam.

b. Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat.

c. Peningkatan prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat.

d. Pengembangan tata desa yang teratur dan serasi.

Objek dan subjek pembangunan desa adalah desa secara keseluruhan yang meliputi

segala potensi manusia, alam dan teknologi, serta yang mencakup segala aspek

kehidupan dan usaha yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Rejeki dan Herawati (1999), penyuluhan pembangunan sebagai bentuk

komunikasi manusia yang lebih mengarah pada keterlibatan manusia secara langsung

sehingga tujuan dari suatu penyuluhan lebih mudah dicapai. Komunikasi yang efektif

adalah melalui komunikasi yang terjadi secara interpersonal, terutama yang

menghadirkan dan melibatkan komunikator dan komunikan yang baik psikis maupun

(37)

Usaha Peternakan Tipologi Usaha Peternakan

Usaha peternakan adalah usaha dibidang peternakan yang dapat diselenggarakan

dalam bentuk peternakan rakyat dan perusahaan peternakan (Dinas Peternakan, 2000

dalam Suhendar, 2004).

Menurut Soehadji dalam Annisa (2005), tipologi usaha peternakan dibatasi

berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak dan diklasifikasikan kedalam

kelompok berikut:

1. Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk

mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence) dengan tingkat pendapatan dari usaha

ternak kurang dari 30%.

2. Peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternak mengusahakan

pertanian campuran (mixed farming) yang melibatkan ternak sebagai cabang

usaha dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30-70% (semi komersial atau

usaha terpadu).

3. Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak sebagai

usaha pokok dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (single

comodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70%-100%.

4. Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara

khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100%

(komoditi pilihan).

Pengembangan Usaha

Menurut Riyanto dalam Suhendar (2004), pengembangan usaha merupakan suatu

proses menuju tercapainya keadaan dewasa dan mapan (mantap), baik dari segi fisik

maupun finansial.

Pengembangan dilakukan untuk meningkatkan hasil yang diperoleh dengan jalan

(menambah/mengurangi) sumber daya. Umumnya dilakukan apabila target produksi yang

ditetapkan telah tercapai dan untuk meningkatkan produksi maka jalan yang ditempuh

(38)

Ternak Babi

Menurut Aksi Agraris, Kanisius (1980), ternak babi adalah merupakan salah satu

sumber daging dan untuk pemenuhan sumber gizi yang sangat efisien diantara

ternak-ternak yang lain, sehingga arti ekonomi sebagai ternak-ternak potong cukup tinggi. Hal ini

antara lain adalah karena:

1. Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi. Semua bahan

makanan bisa diubah menjadi daging, lemak dengan sangat efisien. Menurut

Goodwin dalam Kanisius (1980), untuk pembentukan 1 kg daging rata-rata

diperlukan 3,5 kg makanan.

2. Ternak babi sangat peridi (prolific), satu kali beranak bisa 6-12 ekor, dan setiap

induk bisa beranak dua kali dalam satu tahun.

3. Persentase karkas babi cukup tinggi, bisa mencapai 65-80%, sedangkan

persentase karkas sapi hanya 50-60%, domba dan kambing 45-55%, kerbau 38%.

4. Daging babi kandungan lemaknya lebih tinggi, sehingga nilai energinya pun lebih

tinggi, sedang kadar air lebih rendah.

5. Ternak babi sangat efisien dalam mengubah sisa-sisa makanan serta hasil ikutan

pertanian, pabrik dan lain sebagainya.

6. Ternak babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian alat-alat perlengkapan

kandang seperti tempat minum dan makan yang otomatis, sehingga biaya lebih

bisa dihemat, karena tenaga buruh bisa dikurangi.

Disamping segi-segi ekonomis yang menguntungkan, usaha ternak babi juga tak

lepas dari segi-segi yang kurang menguntungkan, yaitu:

1. Sesuai dengan sosial budaya manusia, tidak semua orang makan daging babi.

Dalam hal ini tidak seperti halnya daging ayam dan lain-lain yang bisa diterima

oleh segala lapisan masyarakat. Usaha ternak babi tidak bisa diusahakan

disembarang tempat atau tidak semudah usaha ternak-ternak lain.

2. Sesuai dengan sistem alat pencernaannya yang sangat sederhana

(non-ruminansia), maka ternak babi harus banyak makan dari bahan konsentrat dan

hijauan dalam jumlah yang kecil saja.

3. Ternak babi sangat peka terhadap infeksi dari berbagai jenis penyakit dan parasit.

(39)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan mulai pertengahan bulan

Februari sampai akhir bulan Maret 2006 di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli

Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat peternak babi didaerah

Siborong-borong, Kecamatan Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Sampel yang diambil

sebanyak 31 orang dengan menggunakan metode bahan acak sederhana.

Desain Penelitian

Penelitian ini menerapkan penelitian survai yang berbentuk deskriptif dan

korelasional. Deskriptif digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang umum kemudian

korelasional digunakan untuk menjelaskan hubungan antar peubah. Survai dilakukan

dengan metode wawancara dengan panduan kuisioner.

Data dan Instrumen Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yang diolah lebih lanjut yaitu data

primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan dari para peternak adalah data primer

melalui wawancara dengan panduan kuesioner. Sedangkan data sekunder diambil dari

bahan rujukan, buku, dan data yang diperoleh dari kantor peternakan Kabupaten Tapanuli

Utara. Data sekunder yang diambil berupa (1) kondisi daerah penelitian, (2) jumlah

populasi ternak dan peternak, dan (3) jumlah penyuluh.

Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang mencakup partisipasi peternak

dalam perencanaan program penyuluhan, pelaksanaan program penyuluhan, dan evaluasi

(40)

dikategorikan kedalam variabel yaitu (1) variabel karakteristik individu peternak, (2)

variabel eksternal peternak dan (3) variabel partisipasi peternak.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas

Validitas dalam penelitian dari jawaban kuesioner digunakan rumus teknik

korelasi product moment dan angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka

kritik tabel korelasi nilai r. Rumus teknik nilai korelasi product moment menurut Ancok

dalam Singarimbun dan Effendi (1989) adalah sebagai berikut:

(

) (

)

Perhitungan validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment di

atas pada pertanyaan yang ditanyakan pada kuesioner penelitian memiliki nilai validitas

yang cukup tinggi.

Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu

hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.

Reliabilitas dapat juga diartikan sebagai indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai

dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif

konsisten, maka alat tersebut reliabel. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat

(41)

Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan di Desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara,

Propinsi Sumatera Utara. Data dikumpulkan melalui:

1. Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan menggunakan

kuesioner.

2. Pengumpulan data sekunder dari bahan rujukan, buku, dan data yang diperoleh

dari kantor peternakan Kabupaten Tapanuli Utara.

Analisis Data Analisis Korelasional

Data primer yang terkumpul diolah dengan memakai uji statistik Rank Spearman

dengan menggunakan program komputer SPSS for windows. Rumus korelasi peringkat

Rank Spearman yang di gunakan adalah sebagai berikut:

(

)

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang umum, yaitu

kondisi masyarakat di desa Siborong-borong. Selain itu analisis deskriptif digunakan

untuk menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dalam penyuluhan peternakan yang ada

selama ini di Kabupaten Tapanuli Utara.

Definisi Istilah

1. Kantor Peternakan adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas untuk membangun dan mengembangkan subsektor peternakan.

(42)

3. Kegiatan Penyuluhan adalah semua aktivitas yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan program penyuluhan.

4. Pelaksanaan Kegiatan adalah implementasi atau aplikasi dari program yang sudah direncanakan terlebih dahulu

5. Pembangunan Peternakan adalah usaha yang dilakukan untuk mengubah kondisi peternakan dari keadaan sekarang yang kurang baik menjadi kondisi baik

yang diinginkan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak dan masyarakat.

6. Pendidikan adalah lamanya responden duduk di bangku sekolah formal.

7. Pengembangan Usaha adalah kegiatan pertambahan produksi terhadap kekurangan yang ada pada usaha peternakan.

8. Penyuluhan adalah proses komunikasi yang disengaja untuk memberikan informasi yang berguna untuk membantu peternak atau mahasiswa membentuk

pendapat yang sehat dan dapat mengambil keputusan yang benar.

9. Peternakan adalah jenis usaha hewan yang mencakup semua jenis ternak yang ada dan tidak hanya didasarkan pada kuantitas atau jumlah dan tingkat

kontribusinya dalam pembangunan.

10.Prioritas Usaha adalah posisi peternakan dipandang sebagai sumber pendapatan utama atau sampingan dalam kehidupan sehari-hari.

11.Tingkat Partisipasi adalah sering-tidaknya/frekuensi (dalam angka) peternak turut serta dalam setiap kegiatan penyuluhan.

(43)

KEADAAN UMUM LOKASI

Kondisi Daerah Penelitian

Kabupaten Tapanuli Utara secara geografis terletak di bagian tengah Sumatera

Utara pada 10 201-20 411 Lintang Utara dan 980 051- 990 161 Bujur Timur dan diapit oleh 5

(lima) Kabupaten yakni : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba

Samosir, sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Sebelah Barat dengan

Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas wilayah 3.793,71 km2 termasuk

didalamnya luas perairan Danau Toba yang berada di Kecamatan Muara, wilayah

tersebut terdiri dari: lahan sawah 30.376 ha dan lahan kering 348.788 ha, dimana wilayah

darat digunakan untuk pemukiman, sarana/prasarana sosial, ekonomi dan budaya yang

berada di 15 Kecamatan dengan jumlah penduduk 260.471 jiwa. Menurut potensi diatas

bahwa Kabupaten Tapanuli Utara sangat berpeluang besar sebagai daerah Pembangunan

Peternakan yang disesuaikan dengan sumber daya dan tradisinya.

Penyuluhan di Daerah Penelitian

Penyuluhan di desa Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara dilaksanakan

oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) berbasis peternakan yang berada dibawah Dinas

Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Utara. Penyuluhan yang dilaksanakan

diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang ada (SDM, SDA dan Sumber daya

sarana/teknologi, serta sumber daya kelompok) secara optimal sehingga dapat

mendukung program pemerintah.

Faktor-faktor yang mendukung dalam membangun usaha peternakan di

Kabupaten Tapanuli Utara adalah: produksi pertanian yang digunakan sebagai sumber

pakan ternak yang merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan ternak

babi, karena rata-rata atau sebagian besar peternak di desa Siborong – borong dalam

pemeliharaan dan produksi ternak babi masih menggunakan cara tradisional, di mana,

(44)

upaya peningkatan genetik ternak terdapat pendukung kegiatan yaitu pos Inseminasi

Buatan (IB) yang berlokasi di Kecamatan Siborong-borong, dalam pengembangan ternak

babi, peternak di Kabupaten Tapanuli Utara telah melakukan pengawinan melalui kawin

suntik Inseminasi Buatan (IB). Untuk melayani kesehatan hewan terdapat pos kesehatan

hewan yang berlokasi di Kecamatan Siborong-borong yang ditangani oleh dokter hewan

yang dibantu oleh petugas teknis peternakan.

Penyediaan bibit ternak, di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara terdapat Balai

Pembibitan Ternak Unggul Nasional (BPTUN) ternak babi dan kerbau Sinur

Siborong-borong. Dalam upaya pembinaan dan pengembangan usaha peternakan di Tapanuli Utara,

Dinas Perikanan dan Peternakan memiliki petugas teknis peternakan yang ada saat ini

adalah :

1. Dokter hewan = 3 orang

2. Sarjana Peternakan = 5 orang

3. Mantri hewan = 7 orang

4.PPL berbasis peternakan = 9 orang

Petugas teknis peternakan yang ada sangat minim untuk melayani bidang

peternakan di 15 Kecamatan di Tapanuli Utara. Disamping itu pengetahuan tentang

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal Peternak Umur

Peternak mempunyai kisaran umur antara 25 sampai 66 tahun. Hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Berdasarkan Umur

Umur peternak (tahun) Persentase (%)

25 – 30 6,56

31 – 36 16,12

37 – 42 29,03

43 – 48 9,67

49 – 54 9,67

55 – 60 22,58

61 – 66 6,45

Total 100,00

Tabel 1 menunjukkan bahwa peternak yang berusia 37 – 42 tahun dan peternak

yang berusia 55 – 60 tahun lebih banyak jumlahnya apabila dibandingkan dengan umur

peternak yang lainnya masing – masing 29,03 % dan 22, 58 %.

Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi masyarakat untuk bertani-ternak.

Hal ini dapat terlihat dari jumlah peternak laki – laki sebanyak 20 orang (64,51 %) dan

jumlah wanita 11 orang (35,48 %) dari total responden penelitian yang dilakukan.

Perbedaan jumlah peternak laki- laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2. Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Persentase (%)

Laki – Laki 64,51

Perempuan 35,48

(46)

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan peternak dilihat dari pendidikan formal terakhir yang

diperoleh. Jenjang pendidikan dikategorikan dari tingkat pendidikan terendah yaitu

tamatan Sekolah Dasar (SD) sampai lulusan dari perguruan tinggi atau sarjana.

Tabel 3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Teakhir Persentase (%)

SD 19,35

SLTP 35,48

SLTA 41,93

Sarjana 3,22

Total 100,00

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan peternak lulusan SD

sebanyak 6 orang (19,35%) dan lulusan SLTP sebanyak 11 orang (35,48%). Tingkat

pendidikan peternak yang lulus SLTA sebanyak 13 orang (41,93%) sedangkan peternak

lulusan perguruan tinggi hanya 1 orang (3,22%). Dari data yang diperoleh semua

peternak pernah mengenyam tingkat pendidikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

peternak masih punya keinginan yang kuat untuk belajar guna memperbaiki tingkat

kehidupan kearah yang lebih baik.

Pendapatan

Tingkat pendapatan peternak perbulannya didasarkan pada jumlah uang yang

diperoleh dari usaha tani-ternak yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari dan biaya lainnya.

Tabel 4. Berdasarkan Pendapatan Penghasilan (Rp) Persentase (%)

400.000 – 600.000 51,61

700.000 – 900.000 22,58

1.000.000 – 1.500.000 25,80

(47)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pendapatan peternak secara umum dari Rp

400.000 – 600.000. Pendapatan peternak setiap bulannya masih tergolong cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari akan tetapi untuk keperluan lainnya seperti untuk

biaya sekolah anak tidak mencukupi. Peternak masih merasa kurang sehingga dapat

disimpulkan bahwa pendapatan peternak cukup atau tidaknya dipengaruhi oleh jumlah

tanggungan dari peternak.

Pengalaman

Pengalaman peternak didasarkan dari awal peternak memulai usaha ternak sampai

pada saat penelitian ini dilakukan. Pengalaman peternak dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Berdasarkan Pengalaman Pengalaman (tahun) Persentase (%)

1 – 5 61,29

6 – 15 25,80

16 – 30 12,90

Total 100,00

Dari Tabel dapat dilihat bahwa pengalaman peternak sebahagian besar berkisar

diantara 1-5 tahun. Sedikitnya pengalaman peternak dalam usaha ternak diduga karena

peternak lebih terfokus pada usaha pertanian dari pada peternakan, sehingga mereka baru

memulai usaha peternakan sebagai usaha sampingan.

Tanggungan

Tanggungan peternak dilihat dari jumlah orang yang menjadi tanggungan mulai

dari istri, anak, dan orang lain yang menjadi tanggungan peternak. Tingkat tanggungan

peternak didasarkan pada banyak tanggungan mulai dari yang tidak mempunyai

tanggungan sampai pada tanggungan yang paling banyak yaitu 10 orang.

(48)

Tabel 6. Berdasarkan Tanggungan Banyak Tanggungan Persentase (%)

Tidak ada 12,90

1 – 2 12,90

3 – 4 32,25

5 – 6 32,25

7 – 8 6,45

10 3,22

Total 100,00

Tabel 6 terlihat bahwa peternak yang mempunyai tanggungan berkisar anatar 3-4

dan 5-6 lebih banyak jumlahnya. Adanya peternak yang tidak memiliki tanggungan

dikarenakan peternak belum menikah dan adanya peternak yang janda/duda yang

anaknya sudah menikah atau bekerja sehingga tidak termasuk dalam jumlah tanggungan

lagi.

Kegiatan Sosial/Kelompok/Kelembagaan

Kegiatan sosial/kelompok peternak di Desa Siborong-borong dapat membantu

peternak dalam pengembangan usaha tani ternaknya dan dapat memberikan kontribusi

bagi partisipasi peternak dalam kegiatan yang dilakukan oleh kelompok maupun

pemerintah seperti kegiatan penyuluhan, karena penyuluhan yang dilakukan melibatkan

anggota kelompok. Peternak yang bukan anggota kelompok dapat terlibat dalam kegiatan

penyuluhan. Adanya peternak yang tidak menjadi anggota kelompok disebabkan berbagai

faktor yang terjadi dalam kelompok seperti adanya unsur ketidak percayaan diantara

anggota kelompok dan tidak berjalannya kegiatan kelompok yang mengakibatkan

beberapa peternak tidak lagi menjadi anggota kelompok.

Jumlah peternak yang menjadi anggota kelompok dan tingkat partisipasi peternak

dalam kelompok dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok dapat dilihat dalam

(49)

Tabel 7. Berdasarkan Partisipasi dalam Kelompok Anggota kelompok Persentase (%)

Ya 80,64

Tidak 19,35

Total 100,00

Tabel 7 memperlihatkan bahwa peternak yang menjadi anggota kelompok lebih

banyak dibanding dengan peternak yang tidak menjadi anggota kelompok yaitu sebanyak

25 orang (80,64%) dan 6 orang (19,35%). Hal ini mengambarkan bahwa secara umum

peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini tertarik menjadi anggota

kelompok.

Tingkat kehadiran anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 8, dimana

kehadiran peternak dalam setiap kegiatan kelompok dibagi dalam tiga kategori yaitu

peternak yang selalu hadir sebanyak 23 orang (74,19 %), peternak yang kadang – kadang

hadir sebanyak 2 orang (6,45 %) dan peternak yang tidak pernah hadir dalam kegiatan

kelompok sebanyak 6 orang (19,35 %). Dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kehadiran Peternak/Anggota Kelompok dalam Kegiatan Kelompok. Kehadiran Persentase (%)

Selalu 74,19

Kadang-kadang 6,45

Tidak pernah 19,35

Total 100,00

Bentuk kegiatan kelompok yang diikuti peternak adalah kegiatan kelompok tani

ternak yang bertujuan untuk mengembangkan usaha tani ternak. Kegiatan ini juga

merupakan sarana yang dipakai Pemerintah khususnya Dinas Perikanan dan Peternakan

Kabupaten Tapanuli Utara untuk mendorong serta meningkatkan keterampilan peternak

(50)

Jumlah Ternak

Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak dilihat dari banyaknya jumlah ternak

yang dimiliki peternak. Dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Berdasarkan Jumlah Ternak. Jumlah Ternak Persentase (%)

1-5 ekor 90,32

6-10 ekor 6,45

15 ekor 3,22

Total 100,00

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa peternak secara umum jumlah ternak babi yang

dimiliki berkisar diantara 1-5 ekor sebanyak 28 orang (90,32%). Jumlah ternak yang

dimiliki harus disesuaikan dengan luas lahan dan modal yang dimiliki peternak, karena

untuk 1 ekor ternak babi pejantan/calon pejantan ruang yang dibutuhkan 1,85 m2 , babi

induk/ calon induk ruang yang dibutuhkan 1,85 m2 , kandang pemisah babi habis lahir

ruang yang dibutuhkan 1,85 m2, babi berat badan 9-18 kg ruang yang dibutuhkan

0,22-0,28 m2, babi berat 19-45 kg ruang yang dibutuhkan 0,37-0,46 m2, babi berat 45-70 kg

ruang yang dibutuhkan 0,46-0,60 m2, babi berat 70-90 kg ruang yang dibutuhkan

0,74-0,84 m2 , babi berat 90-115 kg ruang yang dibutuhkan 0,93-1,02 m2.

Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki peternak adalah dilihat dari luasnya lahan yang

digunakan untuk beternak, bertani dan tempat tinggal. Sebagian besar peternak

melakukan usaha tani dan ternak babi disekitar rumahnya. Banyaknya luas lahan yang

(51)

Tabel 10. Berdasarkan Luas Lahan

Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 0,1 - 0,25 19,35

0,26 - 0,5 48,38

0,6 - 0,75 6,45

> 0,76 25,80

Total 100

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa peternak yang memiliki luas lahan 0,1000 –

0,2500 ha sebanyak 6 orang (19,35 %) luas lahan ini tergolong kecil untuk lahan

beternak, bertani dan tempat tinggal. Hal ini dikarenakan ternak yang dipelihara adalah

ternak babi yang memerlukan lahan yang luas untuk kandang yang menurut kegunaannya

dapat dibagi tiga yaitu: (1) kandang induk, (2) kandang pengemukan, dan (3) kandang

pejantan, dimana masing-masing kandang dibuat dengan ukuran dan perlengkapan yang

berbeda-beda dengan dua macam tipe kandang yaitu: (1) kandang tunggal, yakni

bangunan kandang yang terdiri dari satu baris saja dan (2) kandang ganda, yakni

bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan

ataupun bertolak belakang (AA, K., 1980)

Peternak yang memiliki luas lahan 0,25 – 0,5 ha sebanyak 15 orang (48,38% )

dan jumlah peternak yang memiliki luas lahan 0,5 – 0,75 ha sebanyak dua orang (6,45%)

luas lahan ini tergolong cukup untuk lahan ternak, tani dan tempat tinggal. Sedangkan

peternak yang memiliki luas lahan > 0,75 ha sebanyak delapan orang (25,80%) sehingga

luas lahan yang dimiliki mempengaruhi banyak tidaknya ternak yang dipelihara.

Tabel 11. Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan. Pemilik Lahan Persentase (%)

Sendiri 74,41

Sewa 16,12

Orang tua 6,45

(52)

Lahan yang dimiliki peternak kebanyakan adalah milik sendiri dengan

memanfaatkan pekarangan rumah yang ada. Dari Tabel 11, peternak yang menjadikan

lahan sendiri untuk beternak sebanyak 24 orang (74,41 %), peternak yang menyewa lahan

sebanyak 5 orang (16,12 %) dan peternak yang menggunakan lahan orang tua atau

warisan sebanyak 2 orang (6,45 %). Status kepemilikan lahan mempengaruhi pendapatan

dan pengembangan usaha ternak yang dilakukan. Peternak yang memiliki lahan sendiri

pendapatannya lebih tinggi jika dibanding dengan peternak yang tidak memiliki lahan

sendiri, karena biaya yang dikeluarkan untuk menyewa lahan dapat digunakan untuk

keperluan usaha ternaknya seperti untuk pembelian pakan.

Faktor Eksternal Peternak

Interaksi dengan Penyuluh

Hubungan yang baik antara peternak dengan penyuluh dibutuhkan dalam

pencapaian tujuan penyuluhan. Salah satu faktor yang mendukung adalah adanya

interaksi dengan penyuluh. Interaksi dengan penyuluh diukur berdasarkan tingkat

kesulitan yang dihadapi peternak dalam berinteraksi, dilihat dari sikap penyuluh dan

seberapa sering penyuluh mengikutsertakan partisipasi peternak dalam kegiatan

penyuluhan. Peternak yang tidak mengalami kesulitan berinteraksi dengan penyuluh

sebanyak 80,64%, peternak yang cukup kesulitan berinteraksi sebesar 6,45% dan

peternak yang merasa sangat kesulitan sebesar 12,90%. Dapat dilihat dalam tabel 12

dibawah ini.

Tabel 12. Tingkat Kesulitan Berinteraksi dengan Penyuluh Frekuensi Persentase (%)

Kesulitan 12,90

Agak kesulitan 6,45

Tidak sama sekali 80,64

Total 100,00

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada peternak yang merasa sikap

(53)

penyuluh sangat baik yaitu 74,19% sedangkan yang beranggapan bahwa sikap penyuluh

terhadap peternak cukup baik sebanyak 25,80%. Seperti diperlihatkan pada Tabel 13

dibawah ini.

Tabel 13. Sikap Penyuluh Frekuensi Persentase (%)

Sangat baik 74,19

Cukup baik 25,80

Total 100,00

Pengikutsertaan partisipasi peternak dalam penyuluhan diperoleh hasil bahwa

penyuluh sangat sering mengikutsertakan peternak dalam penyuluhan. Peternak yang

sangat sering terlibat dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 74,19%, peternak yang cukup

sering terlibat sebanyak 16,12% dan peternak yang tidak sering terlibat sebanyak 9,67%.

Seperti diperlihatkan pada Tabel 14 dibawah ini.

Tabel 14. Pengikutsertaan Partisipasi Peternak dalam Penyuluhan Frekuensi Persentase (%)

Sangat sering 74,19

Kurang sering 16,12

Tidak sering 9,67

Total 100,00

Data menunjukkan bahwa interaksi dengan penyuluh yang tidak mengalami

kesulitan dipengaruhi oleh sikap penyuluh yang sangat baik kepada peternak yang

berpengaruh pada partisipasi peternak dalam penyuluhan yang tergolong sangat sering

atau bisa digolongkan dalam kategori tinggi.

Interaksi dengan Pedagang

Beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan dari penjualan produk di

antaranya adalah interaksi dengan pedagang, jumlah pedagang yang menjual produk serta

sikap dari pedagang. Peternak tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5. Berdasarkan Pengalaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang bagus. Kalau sebuah program televisi mendapat rating yang tinggi, maka dapat diasumsikan akan ada banyak pendapatan dari iklan yang akan masuk ke televisi

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini melakukan pengenalan telinga untuk mengidentifikasi pribadi seseorang dengan ekstraksi ciri ZMI dan metode pengenalan

Secara umum struktur penyajian manual yang dibuat mengikuti urut-urutan peroses desain mulai dari penetapan umur rencana sampai dengan katalog dan proses desain tetap

[a,Pf,Af,e,Perf]=sim(net,P,[],[],T) yang dimasukkan pada aplikasi Matlab dari input dan target data pengujian. Nilai Error diperoleh dari : Target-Output. Jumlah SSE adalah total

Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.(Qs. Untuk merealisasikan

a) Tafsir ini berbahasa Indonesia sehingga dapat memudahkan para pembaca dalam memahami al-Qur’an sebagai pedoman atau petunjuk bagi manusia. Memberi warna yang

Mutiara Agam Tanjung Mutiara district at agam 2017 experienced the largest job burnout of tired category on medium fatigue category in the age grup ≥ 34 years old, level

Hasil uji mekanik selanjutnya didukung oleh analisa scanning electron microscopy (SEM) yang menunjukkan pati biji alpukat memiliki ukuran granula besar dan pada