• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan sumber daya alam anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak terhingga nilainya bagi seluruh umat manusia. Dengan segala kekayaan alam yang dikandungnya hutan memberikan kehidupan bagi makhluk hidup di bumi ini terutama bagi umat manusia. Hutan tidak saja memberikan kehidupan bagi masyarakat yang menempatinya tetapi juga masyarakat di perkotaan. Potensi hutan telah memberikan manfaat yang luar biasa besarnya baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Manfaat langsung dari hutan dapat berperan dalam meningkatkan pendapatan, menghasilkan bahan baku industri serta menciptakan lapangan kerja. Namun demikian manfaat hutan tersebut terus menerus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pengelolaan hutan selama ini kurang memperhatikan arti hakekat yang terkandung pada filosofi hutan sehingga kelestarian lingkungan hidup menjadi terganggu. Pengelolaan hutan lebih mengejar profit yaitu mencari keuntungan ekonomi semata sehingga fungsi sosial kepentingan umum terabaikan.

Pengelolaan hutan yang dilakukan selama ini telah menimbulkan konflik kepentingan antara pusat dengan daerah dan masyarakat setempat. Pemerintah pusat mendominasi pengelolaan hutan melalui beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan memberikan hak kepada swasta. Kebijakan-kebijakan yang diambil selalu mendahulukan kepentingan pusat dan sering mengabaikan kepentingan masyarakat daerah. Sehingga pengelolaan hutan yang semula bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat hanya mensejahterakan segelintir orang dan bahkan juga menimbulkan penderitaan bagi masyarakat setempat.

(2)

dengan masyarakat setempat. Demikian juga dengan pemberian hak kepada swasta maupun BUMN, pemerintah pusat tidak melibatkan pemerintah daerah, Pemerintah daerah biasanya dilibatkan setelah timbulnya permasalahan dan konflik dengan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa nuansa dan semangat baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. Diharapkan undang-undang otonomi daerah yang telah mengakui hak dan kewenangan daerah tersebut dapat menjadi acuan bagi undang-udang maupun peraturan lainnya yang dikeluarkan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan negara sehingga tidak timbul kerancuan dan kebingungan bagi penyelenggara pemerintahan sendiri, masyarakat dan dunia usaha.

Dengan otonomi daerah yang luas dan utuh yang diberikan kepada kabupaten dan kota serta otonomi daerah terbatas kepada propinsi, UU 32 Tahun 2004 mengakui hak-hak yang dimiliki dalam mengelola segala aspirasi, tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya. Hal ini juga sekaligus mendorong timbul dan tumbuhnya kreativitas daerah dalam mengelola segala sumber daya yang terdapat di daerah untuk kepentingan dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

(3)

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peraturan daerah yang berkaitan dengan pendapatan daerah, khususnya dibidang kehutanan.

2. Mengetahui produksi hasil hutan khususnya kayu di Kabupaten Ciamis.

3. Menaksir perkembangan kontribusi hutan dan kehutanan terhadap pendapatan daerah.

1.3 Manfaat Penelitian

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan

Menurut Undang – Undang no 41 tahun 1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedang ayat 3 berbunyi kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Berdasarkan status kepemilikannya, hutan terbagi dua yaitu hutan negara dan hutan rakyat . Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah (UUPK No 41 tahun 1999 pasal 1 ayat 4). Hutan rakyat adalah hutan buatan yang terletak di luar kawasan hutan Negara, dalam suatu hamparan dan seringkali disebut hutan milik. Hutan milik adalah hutan yang tumbuh di atas lahan yang dibebani hak milik, jadi hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (UUPK No 41 tahun 1999 pasal 1 ayat 5).

Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat (Undang - undang no 41 tahun 1999 pasal 1 ayat 6). Hutan adat diakui keberadaannya sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hokum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya dengan status sebagai hutan Negara, tetapi apabila dalam perkembangannya masyarakat hokum adat yang bersangkutan tidak ada lagi maka hak pengelolaan hutan adat kembali kepada pemerintah.

2.2. Otonomi Daerah

(5)

Tabel 1 Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemerintah Daerah Sejak Tahun 1945-1999

Tahun Perundang-Undangan Subjek

1945 UU Nomor 1 Pemerintah Daerah

1948 UU Nomor 22 Pemerintah Daerah

1950 UU Nomor 44 Pemerintah Daerah

1956 UU Nomor 32 Hub.Keuangan Pusat dan Daerah

1957 UU Nomor 1 Pemerintah Daerah

1959 UU Nomor 6 Pemerintah Daerah

1960 UU Nomor 5 Pemerintah Daerah

1965 UU Nomor 18 Pemerintah Daerah

1974 UU Nomor 5 Pemerintah Daerah

1999 UU Nomor 22 Pemerintah Daerah

1999 UU Nomor 25 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Sumber : Saragih, 2003.

Otonomi daerah adalah hak, kewenangan dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan (UU Otonomi Daerah No 22 Tahun 1999 Bab 1 Pasal 1 Ayat 5). Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU Otonomi Daerah No 22 Tahun 1999 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6)

(6)

atau berkurang sesuai dengan kondisi yang terus berkembang di daerah otonom. Bertanggung jawab berarti bahwa pemberian otonomi daerah harus benar benar sejalan dengan tujuannya yaitu melancarkan kegiatan pembangunan dan memperkokoh persatuan dan kesatuan untuk masyarakat.

Atas dasar pemikiran dan prinsip prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman oleh UU No 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakan pada kabupaten dan daerah, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontitusi Negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dank arena dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi daerah administrasi

f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legeslatif daerah baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.

g. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

(7)

dikelompokan dalam berbagai bidang dalam bidang kehutanan dan perkebunan meliputi :

a. Pedoman penyelenggaraan inventarisasi dan pemetaan hutan / kebun b. Penyelenggaraan penunjukan dan pengamanan batas hutan produksi

dan hutan lindung

c. Pedoman penyelenggaraan tata batas hutan, rekontruksi dan penataan batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung

d. Penyelenggaraan pembentukan dan perwilayahan areal perkebunan lintas kabupaten / kota

e. Pedoman penyelenggaraan pembentukan wilayah dan penyediaan dukungan pengelolaan taman hutan raya

f. Penyusunan perwilayahan, desain, pengendalian lahan, dan industri primer bidang perkebunan lintas kabupaten / kota

g. Penyusunan renncana makro kehutanan dan perkebunan lintas kabupaten / kota

h. Pedoman penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi, produktivitas lahan pada daerah aliran sungai lintas kabupaten / kota i. Pedoman penyelenggaraan rehabilitasi dan relamasi hutan produksi

dan hutan lindung

j. Penyelenggaraan perizinan lintas kabupaten / kota meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan flora dan fauna yang tidak dilindungi, usaha perkebunan dan pengolahan hasil hutan

k. Pengawasan perbenihan, pupuk, pestisida, alat dan mesin di bidang kehutanan dan perkebunan

l. Pelaksanaan pengamatan, peramalan organism tumbuhan penggangu dan pengendalian hama terpadu tanaman kehutanan dan perkebunan m. Penyelengaraan dan pengawasan atas rehabilitasi, reklamasi, system

silvikultur, budidaya dan pengolahan

n. Penyelengaraan pengelolaan taman hutan raya lintas kabupaten / kota o. Penetapan pedoman untuk penentuan tarif pungutan hasil hutan bukan

(8)

p. Turut serta secara aktif bersama pemerintah dalam menetapkan kawasan serta perubahan fungsi dan status hutan dalam rangka perencanaan tata ruang provinsi berdasarkan kesepakatan antara provinsi dan kabupaten / kota

q. Perlindungan dan pengamanan hutan pada kawasan lintas kabupaten / kota

r. Penyediaan dukungan penyelengaraan pendidikan dan pelatihan teknis, penelitian dan pengembangan terapan bidang kehutanan

Pasal 66 ayat 1 UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan menjelaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah. Selanjutnya pasal 66 ayat 2 UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan dikatakan bahwa pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pengurusan hutan.

2.3 Pendapatan Daerah

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 157, dinyatakan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu : a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perUUan yang berlaku.

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari : a. Hasil pajak daerah

(9)

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain penerimaan

daerah di luar pajak dan retribusi daerah seperti jasa giro, hasil penjualan aset daerah.

Pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaanya di daerah diatur lebih lanjut dengan Perda (Peraturan Daerah). Pemerintahan daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan undang-undang. Hasil pengeloaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah ditetapkan dengan Perda (Peraturan Daerah) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah (UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah pasal 1 ayat 6). Retribusi menurut Lasmana (1992) adalah pungutan sejumlah uang, dimana ada jasa timbal secara langsung kepada setiap pembayarannya dan pelaksanaannya tidak dapat dipaksakan secara hukum tetapi lebih bersifat ekonomis kepada pembayar retribusi.

Sedang menurut UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah pasal 1 ayat 26, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Dana Perimbangan

(10)

baik. Dana perimbangan merupakan kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi (Suparmoko, 2002).

Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana Bagi Hasil adalah bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan penerimaan dari sumberdaya alam. Dana Bagi Hasil merupakan alokasi yang pada dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah, sehingga perbedaan antara daerah yang berkembang dan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-kebutuhan khusus daerah.

Menurut penjelasan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 157, Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Sedang yang dimaksud desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 1 ayat 7).

Dalam PP RI No. 104 tahun 2000 dinyatakan bahwa :

(11)

2. Pasal 9 :

Ayat 1 : Penerimaan Negara dari sumberdaya alam sektor kehutanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 terdiri dari : (a) Penerimaan iuran hak pengusahaan hutan, (b) Penerimaan provisi sumberdaya hutan.

Ayat 2 : Bagian Daerah dari penerimaan iuran hak pengusahaan hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a dibagi dengan perincian (a) 16% untuk Daerah Propinsi yang bersangkutan, (b) 64% untuk Daerah Kabupaten atau Kota penghasil.

Ayat 3 : Bagian daerah dari penerimaan Negara Provisi Sumberdaya Hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b, dibagi dengan perincian : 16% untuk Daerah Propinsi yang bersangkutan, 32% untuk Daerah Kabupaten/Kota penghasil dan 32% untuk Daerah Kabupaten/Kota lainnya dalam propinsi yang bersangkutan.

2.4 Pajak

2.4.1 Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

(12)

Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

Pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan Undang -Undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak

2.4.2 Ciri Pajak

Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:

(13)

b) Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator pajak).

c) Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

d) Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.

Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

2.4.3 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair)

(14)

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efesien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.4.4 Syarat Pemungutan Pajak

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

a) Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya

b) Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum

c) Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak d) Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.

(15)

masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

a.Pemungutan pajak harus efesien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

b.Sistem pemungutan pajak harus sederhana

(16)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis, BKSDA Ciamis dan KPH Ciamis Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2008.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, baik berupa wawancara serta informasi dari pihak-pihak terkait.

Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden seperti : 1. Pejabat dan staf Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis,

2. Pejabat dan staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Ciamis 3. Pejabat dan staf Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Ciamis, dan

4. Pejabat dan staf Dinas Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis.

Data sekunder yang dipergunakan untuk memperkuat data primer yang diperoleh dari lembaga lembaga yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sektor kehutanan. Data sekunder ini meliputi :

1. Buku Statistik Daerah Kabupaten Ciamis 2. Kondisi Geografis Kabupaten Ciamis

3. Struktur dan Komposisi Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis 4. Potensi Hutan Kabupaten Ciamis

(17)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini,meliputi : 1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah langkah awal untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan membantu dalam pengumpulan data data yang dibutuhkan

2. Tehnik wawancara

Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap narasumber dari Dinas Kehutanan, BKSDA, KPH dan Dinas Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis

3. Pengumpulan data-data sekunder yang berasal dari Dinas Kehutanan,

BKSDA, KPH, Badan Pusat Statistik dan Dinas Keuangan Kabupaten Ciamis.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan pengolahan data dimulai dengan memilih jenis-jenis pendapatan daerah Kabupaten Ciamis yang termasuk ke dalam sektor kehutanan. Setelah itu, jenis-jenis pendapatan daerah Kabupaten Ciamis dari sektor kehutanan dikelompokkan ke dalam PAD dan Dana Perimbangan dan menghitung masing-masing kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Ciamis.

Adapun untuk menghitung kontribusi hutan terhadap pendapatan daerah Kabupaten Ciamis dengan menggunakan rumus :

Ph

── X 100 % PD

Keterangan :

(18)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108020’ sampai dengan 108040’ Bujur Timur dan 7040’20” sampai dengan 7041’20” Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ciamis mempunyai luas daerah sebesar 244.479 Ha yang meliputi 36 kecamatan, 340 desa, dan 7 kelurahan. Letak Kabupaten Ciamis berda di ujung Timur Provinsi Jawa Barat dengan jarak dari Ibu kota Provinsi sekitar 121 km. Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, sebelah Timur dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.

Secara menyeluruh Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar-bergelombang sampai pegunungan, yang berkisar 0% - > 40%. Kemiringan lereng datar, yaitu 0 - 2% berada pada bagian Tengah Timur Laut ke Selatan Kabupaten Ciamis, sedang untuk kemiringan 2 - > 40% hampir tersebar pada seluruh kecamatan di Kabupaten Ciamis. Kabupaten Ciamis dialiri oleh satu sungai besar, yaitu sungai Citanduy yang mengalir sepanjang 137 km dengan debit air rata-rata 2987,09 m3/detik dan debit normal 234,83 m3/detik.

(19)

Tabel 2 Jenis Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Ciamis Tahun 2006

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Sawah Irigasi

Irigasi Teknis 15.269 5,16

Irigasi 1/2 Teknis 3.108 1,05

Irigasi Sederhana/Desa 19.295 6,53

2 Sawah Tadah Hujan 13.447 4,56

3 Bangunan/Pekarangan 22.116 7,48

4 Tegalan/Kebun 76.446 25,86

5 Penggembalaan Padang Rumput 2.553 0,86

6 Lahan Sementara Tidak Diusahakan 203 0,07

7 Hutan Rakyat/Produksi 34.476 11,66

8 Hutan Negara/Lindung 21.678 7,33

9 Perkebunan Negara/Swasta 22.227 7,52

10 Lahan Basah

Rawa 51.688 17,48

Rawa yang ditanami 163 0,06

Tambak 19 0,01

Kolam/Tebet/Empang 3.730 1,26

11 Lain-lain 9.180 3,11

Jumlah 295.628 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Ciamis 2000

4.2 Potensi Sumber Daya Alam

(20)

kacang tanah dan kedelai selama tahun 2006 mengalami penurunan produksi, dimana penurunan produksi terbesar dialami tanaman jagung dengan penurunan produksi sebesar 37,44 persen.

Potensi peternakan di wilayah Kabupaten Ciamis mencangkup peternakan besar (rumansial), peternakan sedang dan unggas. Potensi peternakan di Kabupaten Ciamis yang telah berkembang adalah ternak besar sapi potong, ternak kecil domba dan kambing serta ternak unggas yaitun ayam ras dan bukan ras. Populasi ternak sapi sepanjang tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 7,18 persen.

Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Ciamis merupakan sentra produksi perkebunan. Produksi perkebunan rakyat pada tahun 2006 mengalami fluktuatif yang bervariasi untuk semua komoditi. Beberapa komoditi ada yang mengalami kenaikan dan ada juga yang mengalami penurunan. Produksi paling banyak ada pada komoditi kelapa sebesar 74.678 ton, sedangkan yang paling kecil yaitu pala sebesar 9,5 ton. Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 memiliki perkebunan rakyat seluas 95.772,07 Ha terdiri dari luas tanaman muda/belum menghasilkan 16,96 persen, tanaman menghasilkan 75,02 persen dan tanaman rusak 8,01 persen.

Potensi perikanan di Kabupaten Ciamis dikelompokan dalam 2 (dua) jenis pemanfaatan sumber air, yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Luas areal tempat pemeliharaan ikan pada tahun 2006 tidak mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2005 masih tetap sama yaitu untuk tambak sebesar 29,99 Ha, kolam 2.636,79 Ha, sawah 115,64 Ha dan kolam air deras sebesar 131 Ha. Ditinjau dari jumlah produksi ikan pada tahun 2006 untuk produksi ikan dari tempat pemeliharaan kolam air deras, kolam dan tambak mengalami kenaikan masing-masing 29,15 persen, 105 persen dan 0,46 persen.

Kabupaten Ciamis memiliki kawasan hutan Negara seluas 34.497,18 Ha(14% dari luas wilayah) yang berdasarkan fungsinya terdiri dari : hutan produksi dan hutan produksi terbatas (dikelola Perum Perhutani) serta hutan konservasi ( dikelola BKSDA Jabar II) serta hutan rakyat adalah sekitar 23.806,44 Ha.

(21)

atau dikelola oleh pemerintah desa setempat. Untuk menunjang kepariwisataan, di Kabupaten Ciamis cukup tersedia sarana akomodasi atau penginapan yang tersebar sejak memasuki Kota Ciamis dan sebagai pusatnya di Pangandaran. Pada tahun 2006 di Kabupaten Ciamis terdapat 217 hotel dengan 3.198 kamar dan 5.664 tempat tidur.

Pada saat ini sektor pertambangan belum menjadi unggulan karena potensinya belum tergali secara profesional. Keberadaan potensi yang berupa bahan galian logam dan non logam cukup tersebar terutama di bagian Selatan, antara lain : timbal, pasir besi, emas(indikasi), fhosphat, kalsit, zeolit, lempung dan sebagainya. Potensi tambang batu gambit terdapat di daerah Banjarsari, Padaherang, Parigi, Cigugur dan Cijulang. Kalsit yang merupakan bahan pembuat alat optik, campuran kosmetik serta farmasi dan kedokteran terdapat di daerah Padaherang. Phosphat sebagai bahan untuk pupuk dan bahan kimia pembuatan fosfor terdapat di kecamatan Banjarsari, Padaherang hingga Cijulang. Di daerah yang sama juga terdapat bahan tras yang banyak digunakan untuk bahan semen.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana pendidikan yang terdapat pada Kabpaten Ciamis mencangkup TK, SD sampai Perguruan Tinggi. Pada tahun 2006, terdapat 325 Taman Kanak-kanak, 1060 SD, 97 SLTP, 30 SMU, dan 32 SMK serta 3 buah Akademi/Perguruan Tinggi. Selain itu, terdapat pula sekolah dalam naungan Departemen Agama yaitu Madrasah Diniyah sebanyak 1.886 unit, Madrasah Tsanawiyah sebanyak 119 unit dan Madrasah Aliyah sebanyak 38 unit.

(22)

Sarana peribadatan yang tersebar di Kabupaten Ciamis mencangkup langgar, mushalla dan masjid. Untuk meningkatkan iman dan taqwa SDM di Kabupaten Ciamis dilakukan pembinaan akhlak. Upaya pembinaan akhlak tersebut tidak terlepas dari fungsi dan peranan tokoh-tokoh agama dan masyarakat seperti Ulama, Mubalig dan lain-lain. Pada tahun 2006, di Kabupaten Ciamis terdapat 2.167 Ulama, 5.584 Khatib. Penyuluh Agama 39 orang dan 407 Penyuluh Agama Honorer. Selain itu terdapat pula 3.695 mesjid, 6.233 langgar, 1.941 mushola dan 8 gereja.

Sarana perhubungan merupakan infrastruktur pendukung yang sangat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu wilayah. Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 mencapai 4.793,62 km. Berdasarkan kondisi jalan dengan kondisi baik sepanjang 851,56 km, kondisi sedang 1.154,57 km, rusak 1.336,6 km dan kondisi berat sepanjang 1.450,8 km sedangkan menurut jenis permukaan jalan sebagian besar telah diaspal, hanya sebagian jalan yang dikelola desa masih ada yang belum diaspal. Berdasarkan kewenangan pengelolaannya, jalan tersebut dibagi dalm 4 kategori yaitu Jalan nasional sepanjang 109,58 km, jalan provinsi sepanjang 100,55 km, jalan kabupaten 582,8 km dan sisanya sepanjang 3.838,87 km merupakan jalan desa.

Stasiun kereta api di Kabupaten Ciamis terdiri dari : (1) Stasiun Cabang Besar di Kota Ciamis, (2) Stasiun Cabang Kecil di Kota Kecamatan Banjarsari, Stasiun Bojong (Cijeungjing), Padaherang, Cijulang, Pangandaran dan Parigi. Perhubungan laut/sungai di Kabupaten Ciamis yang ada sekarang ini dilakukan melalui pelabuhan Santolo dan Pelabuhan Manjingklak di Kecamatan Kalipucang. Kabupaten Ciamis sampai saat ini telah memiliki Bandar Udara Nusawiru sebagai lapangan terbang kelas 4 yang berada di Kecamatan Cijulang.

Sebagai sarana perdagangan Pemerintah Kabupaten Ciamis mengelola 9 pasar yang tersebar di beberapa Kecamatan, dengan jumlah kios sebanyak 6.329 unit dan 4.493 pedagang. Selain pasar Pemerintah Kabupaten juga terdapat pasar desa sebanyak 32 unit dengan jumlah pedagang 3.894 orang.

4.4Struktur Perekonomian Daerah

(23)

(PDRB) dapat diketahui struktur ekonomi Kabupaten Ciamis terlihat dari data nilai PDRB Kabupaten Ciamis pada Tahun 2003-2006 baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2006 meningkat dari Rp 9.247.507,486 pada tahun 2005 menjadi Rp 10.781.601,905 sedangkan untuk harga konstan, meningkat dari Rp 5.766.617,526 pada tahun 2005 menjadi Rp 5.988.338,982pada tahun 2006.

Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Ciamis atas dasar harga berlaku tahun 2006 mencapai 16,59 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2005 sebesar 22,81 persen. Laju pertumbuhan PDRB sektor Keuangan mencapai 9,18 persen Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor industri serta sektor jasa masing-masing tumbuh sebesar 17,16 persen, 17,23 persen, 17,55 persen.

4.5 Kondisi Demografis

Berdasarkan Kabupaten Ciamis dalam Angka 2007, Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada ahir bulan Desember 2006 sebanyak 1.458.480 orang. Dibandingkan dengan tahun 2005, jumlah tersebut mengalam pertumbuhan sebesar 0,11 Persen. Dari segi komposisinya, terdiri dari 722.391 orang laki-laki dan 736.289 orang perempuan dengan sex ratio sebesar 98,11.

(24)

Tabel 3 Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Ciamis Tahun 1980-2006 Tahun Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)

1980 672.996 694.770 1.367.766

1981 672.425 691.587 1.364.012

1982 668.661 689.609 1.358.270

1983 665.514 686.901 1.352.415

1984 667.423 690.353 1.357.776

1985 667.571 691.325 1.358.896

1986 704.142 735.712 1.439.854

1987 705.287 735.287 1.440.574

1988 705.787 735.519 1.441.306

1989 705.319 735.631 1.440.950

1990 704.331 735.872 1.440.203

1991 705.650 736.534 1.442.184

1992 715.491 744.529 1.460.020

1993 716.827 745.741 1.462.568

1994 717.411 747.133 1.464.544

1995 718.140 748.432 1.466.572

1996 782.780 797.742 1.580.522

1997 782.618 798.047 1.580.665

1998 782.087 798.097 1.580.184

1999 794.066 805.021 1.559.087

2000 795.702 806.980 1.602.682

2001 795.234 808.177 1.603.411

2002 795.178 808.910 1.604.088

2003 719.335 732.121 1.451.456

2004 720.797 432.342 1.453.139

2005 721.881 735.265 1.457.146

2006 772.274 736.278 1.458.652

(25)

5.1 Keadaan Hutan di Kabupaten Ciamis

Wilayah Kabupaten Ciamis memiliki potensi alam yang cukup besar. Disamping sektor pertanian dan pariwisata, juga memiliki sumber daya hutan yang sangat potencial untuk kesejahteraan masyarakat. Potensi ini perlu dikelola dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya berdasarkan prinsip-prinsip kelestariannya, sehingga dapat diperoleh manfaat yang berkelanjutan. Potensi hutan dan lahan dengan karakteristik geografisnya yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis juga sangat memungkinkan menjadi andalan dan penopang tumbuhnya perekonomian masyarakat, dan bahkan tidak mustahil primadona pembangunan dapat dimunculkan melalui keberhasilan pembangunan kehutanan.

Hutan di wilayah Kabupaten Ciamis berdasarkan status kepemilikannya terdiri dari hutan negara dan hutan rakyat. Sedangkan menurut fungsinya terdiri dari hutan lindung, hutan produksi, cagar alam, suaka margasatwa dan kawasan wisata alam.

Kawasan hutan negara di Kabupaten Ciamis 14,32 % dari luas wilayah 244.479 Ha sedangkan hutan rakyat 9,74 % dengan perincian sebagai berikut :

No Status Hutan Luas hutan (ha)

Luas hutan terhadap luas wilayah kabupaten (%)

1 Hutan negara 35.007,08 14,32

a. Perum Perhutani 28.893,13 11,82

- Hutan produksi 10.297,83 4,21

- Hutan produksi terbatas 18.595,30 7,61

b. BKSDA 6.114,75 2,50

2 Hutan rakyat 23.806,44 9,74

(26)

Perkembangan produksi kayu di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 5 : Sumber : KPH dan Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis

(27)

Dalam pelaksanaan pembangunan hutan dan kehutanan di Kabupaten Ciamis, terdapat beberapa pihak (stakeholders) yang keberadaannya sangat penting untuk turut berperan aktif dalam upaya mensukseskan pembangunan hutan dan kehutanan di Kabupaten Ciamis :

1. Dinas Kehutanan sebagai pelaksana kewenangan bidang kehutanan.

2. Perum Perhutani Ciamis yang mengelola Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam.

3. BKSDA Jabar II yang merupakan unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam bertanggung jawab atas Kawasan Konservasi (Cagar Alam Darat dan Laut, Suaka Marga Satwa Gunung Sawal).

4. Loka Penelitian dan Pengembangan Hutan Monsoon melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan untuk wilayah Jawa dan Madura.

5. Stasiun Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Lapangan dari Balai Pengelolaan DAS Cimanuk-Citanduy, yang mengelola lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif baik di dalam maupun di luar kawasan hutan.

6. Diluar instansi resmi terdapat Asosiasi Pengusaha Kayu Rakyat, para pemilik hutan rakyat (Kelompok Tani Hutan Rakyat) berjumlah 983 kelompok, Kelompok Tani Hutan PHBM berjumlah 85 kelompok, Paguyuban Rimbawan Ciamis dan LSM yang peduli Lingkungan sebanyak 2 kelompok

5.2 Kontribusi Sektor Kehutanan Kabupaten Ciamis

Kontribusi sektor kehutanan di Kabupaten Ciamis secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 5 sub sektor yaitu :

a) Hasil hutan kayu yang terdiri dari retribusi pelayanan tata usaha hasil hutan milik dan leges ijin pelayanan tata usaha hasil hutan milik,

(28)

c) Jasa Rekreasi yang terdiri dari Usaha yang memperlihatkan/ menikmati keindahan alam dari Perhutani dan BKSDA,

d) Ijin gangguan yang terdiri dari Retribusi ijin gangguan Industri hasil hutan dan retribusi ijin gangguan sarang burung walet, dan

e) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan bidang kehutanan.

Sedangkan kontribusi sektor kehutanan di tingkat regional dan nasional di Kabupaten Ciamis dikelompokkan menjadi 2 sub sektor yaitu :

a) Regional terdiri dari Bagi Hasil Pajak / Bukan Hasil Pajak serta bagi hasil retribusi peredaran hasil hutan, dan

(29)

Jenis/macam kontribusi Tahun X Rp 1000

2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Rata-rata

I. Kehutanan Kabupaten

1 Retribusi pelayanan tata usaha hasil hutan

milik 331.079,31 170.708,11 - - - 501.787,42 100.357,48

2 Leges ijin pelayanan tata usaha hasil hutan

milik - 2.460,00 11.220,50 12.147,00 - 25.827,50 5.165,50

3 Pajak pengusahaan sarang burung walet 100.364,62 93.661,40 60.794,65 39.867,77 14.515,50 309.203,92 61.840,78

4 Usaha yang memperlihatkan /menikmati

keindahan alam ( Perhutani) 98.684,62 91.882,20 57.031,45 38.012,57 53.002,05 338.612,87 67.722,57 5 Usaha yang memperlihatkan /menikmati

keindahan alam ( BKSDA) 1.680,00 1.779,20 3.763,20 1.855,20 - 9.077,60 1.815,52

6 Retribusi ijin gangguan indusri hasil hutan - 30.938,48 33.321,06 55.302,23 - 119.561,77 23.912,35

7 Retribusi ijin gangguan sarang burung

walet - - 84,00 69,20 - 153,20 30,64

8 Pendapatan denda atas keterlambatan

pelaksanaan pekerjaan bidang kehutanan - - - - 5.100,41 5.100,41 1.020,08

Jumlah I 531.808,54 391.429,38 166.214,85 147.253,96 72.617,96 1.309.324,69 261.864,94

II. Kehutanan regional dan nasional

1 Bagi hasil retribusi peredaran hasil hutan - 113.000,06 44.701,93 467.591,54 384.420,04 1.009.713,57 201.942,71

2 Bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam

provisi sumber daya hutan ( PSDH) 639.457,08 490.425,91 742.267,81 202.229,55 881.152,63 2.955.532,99 591.106,60

Jumlah II 639.457,08 603.425,97 786.969,74 669.821,09 1.265.572,68 3.965.246,56 793.049,31

Jumlah I dan II 1.171.265,62 994.855,36 953.184,59 817.075,05 1.338.190,63 5.274.571,25 1.054.914,25

(30)

Retribusi Pelayanan Tata Usaha Hasil Hutan Milik di Kabupaten Ciamis diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 10 tahun 2001. Adapun struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :

1. Penebangan pohon :

a. Jati milik rakyat sebesar Rp. 4.500/M3

b. Jati milik Perhutani sebesar Rp. 4.000/M3 c. Mahoni dan kayu rimba lainnya

milik rakyat sebesar Rp. 3.000/M3 d. Mahoni, Pinus dan kayu rimba lainnya

milik Perhutani sebesar Rp. 3.000/M3 e. Albizia/sengon, dan sebagainya sebesar Rp. 1000/ M3 f. Karet, kopi, kakao, kina, kayu manis

pala, kemiri dan sejenisnya sebesar Rp. 2.000/pohon g. Aren dan Kelapa sebesar Rp. 250/M h. Bambu kecil sebesar Rp. 50/batang i. Bambu besar sebesar Rp. 150/batang 2. Pengangkutan Kayu :

a. Kayu jati sebesar Rp. 2.500/M3 b. Kayu mahoni dan kayu rimba lainnya

sebesar Rp. 2.000/M3 c. Kayu albizia dan sejenisnya sebesar Rp. 2.000/M3 d. Kayu aren dan kelapa sebesar Rp. 2.000/M e. Bambu besar sebesar Rp. 50/batang f. Bambu kecil sebesar Rp. 25/batang g. kayu bakar sebesar Rp. 150/sm

3. Pengergajian :

a. gergaji rantai (chainsaw) sebesar Rp. 15.000/tahun b. gergaji materal statis circle/pita

besar 42 dan 44 sebesar Rp. 100.000/tahun c. gergaji materal statis circle/pita

(31)

d. gergaji material bergerak pita besar

sebesar Rp. 200.000/tahun

e. gergaji material bergerak pita kecil

sebesar Rp. 100.000/tahun

Berikut realisasi Retribusi Pelayanan Tata Usaha Hasil Hutan Milik di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 7 :

Tabel .7 Retribusi Pelayanan Tata Usaha Hasil Hutan Milik di Kabupaten Ciamis : Komponen

Sumber : Dinas Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis diolah (2007)

Pada tahun 2005 terdapat perubahan peraturan daerah mengenai Retribusi Pelayanan Tata Usaha Hasil Hutan Milik di Kabupaten Ciamis, dimana untuk setiap pengusaha yang mengelola kayu milik hasil hutan tidak dikenakan biaya retribusi perijinan pengelolaan kayu milik, sehingga tidak memberikan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Ciamis. Di Kabupaten Ciamis kebijakan daerah yang mengatur sistem penyelenggaraan kehutanan khususnya pengembangan hutan rakyat, saat ini hanya ada satu yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 19 Tahun 2004 tentang produksi dan peredaran kayu rakyat.

Sejak adanya perubahan peraturan daerah tersebut, Dinas Kehutanan kabupaten Ciamis hanya memberikan Leges Ijin Pelayanan Tata Usaha Hasil Hutan Milik yang diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 18 tahun 2005 tentang retribusi cetak tulis (leges) dan perporasi.

(32)

Adapun Pajak Pengusahaan sarang burung walet di Kabupaten Ciamis diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 23 tahun 2005 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 27 tahun 2001 tentang pajak pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dan sejenisnya. Dinas yang mengelola adalah Dinas Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis. Adapun yang menjadi obyek dari pajak ini adalah semua pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dan sejenisnya. Tarif pajak ditetapkan berdasarkan luas bangunan dikali index gangguan dikali tarif (Index gangguan untuk burung wallet ditetapkan bernilai 2) dimana besar tarif pajak yaitu burung walet Rp 5.000,00 dan burung kapinis Rp 500,00

Berikut perkembangan realisasi pajak pengusahaan sarang burung walet di Kabupaten Ciamis lima tahun terahir dapat dilihat pada Tabel 8 :

Tabel . 8 Pajak Pengusahaan Sarang Burung Walet Komponen

100.364,62 93.661,40 60.794,65 39.867,77 14.515,50

Sumber : Dinas Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis diolah (2007)

Usaha yang memperlihatkan keindahan alam dari Perhutani dan BKSDA di Kabupaten Ciamis masuk ke dalam pajak daerah yaitu pajak hiburan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 19 Tahun 2005 tentang perubahan kedua atas peraturan daerah No 12 Tahun 1998 tentang pajak hiburan. Objek pajak hiburan adalah semua penyelenggara hiburan, dimana subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan sementara wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak dimana tarif pajak hiburan untuk usaha yang memperlihatkan/menikmati keindahan alam adalah 30% dari jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan selama satu tahun.

(33)

Tabel.9 Usaha yang memperlihatkan/menikmati keindahan alam dari Perhutani dan

98.684,62 91.882,20 57.031,45 38.012,57 53.002,05

Usaha yang

Sumber : Dinas Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis diolah (2007)

Undang-undang No 33 tahun 2004 pasal 7 menyebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan PAD, Daerah dilarang menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi maka berdasarkan surat edaran Menteri Kehutanan No 2 tahun 2006 bahwa Usaha yang Memperlihatkan/Menikmati Keindahan Alam dari BKSDA tidak memberikan sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ciamis pada tahun 2007.

Retribusi ijin gangguan di Kabupaten Ciamis diatur oleh Peraturan daerah Kabupaten Ciamis No. 20 tahun 2000 tentang Retribusi Izin Gangguan. Materi kewenangan yang dilimpahkan adalah untuk usaha penggilingan padi dan penggergajian kayu yang berpindah-pindah.

Peredaran hasil hutan masuk ke dalam bagi hasil pajak dari provinsi berdasarkan peraturan daerah Provinsi Jawa Barat no 20 tahun 2001. Adapun yang menjadi objek adalah hasil hutan yang masuk, beredar dan keluar dari daerah. Adapun struktur dan

besarnya tarif retribusi dapat dilihat pada lampiran.

(34)

Tabel 10. Perbandingan PSDH yang diterima Pemda dan PSDH yang dikeluarkan KPH dikeluarkan KPH Ciamis dari Data kewajiban KPH terhadap Negara

Dari data di atas terdapat perbedaan yang cukup besar antara PSDH yang dikeluarkan KPH Ciamis dengan PSDH yang diterima oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis.

Provisi Sumber Daya Hutan yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis hanya sebagian kecil saja dari PSDH yang dikeluarkan KPH Ciamis, yaitu dalam 5 tahun rata-rata sebesar 26,68 saja total PSDH yang dikeluarkan KPH Ciamis, yang masing-masing pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007 hanya sebesar 35,60%, 24,02%, 50,68%, 7,67% dan 15,44%.

Khusus penerimaan negara dari Sumber Daya Alam diatur dalam UU No 33 tahun 2004 pasal 14 dan 15, yaitu bahwa penerimaan negara dari SDA sektor kehutanan, sektor pertambangan umum dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20% untuk pusat dan 80% untuk daerah. Penerimaan negara dari SDA sektor kehutanan terdiri dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH). Bagian Daerah dari penerimaan negara PSDH dibagi dengan perincian 16% untuk Daerah Propinsi yang bersangkutan, 32% untuk Daerah Kabupaten/Kota Penghasil, dan 32% dibagi dengan porsi yang sama besar untuk semua Daerah Kabupaten/Kota lainnya dalam propinsi yang bersangkutan. Lebih lanjut lagi dalam Peraturan Pemerintah RI No 104 tahun 2000 pasal 9 ayat 1 dan 2.

(35)

Tabel.11 Perhitungan Berdasarkan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 dan Peraturan

1.796.380 359275,98 287420,79 574841,58 574841,58 2004 2.041.983 408396,50 326717,20 653434,40 653434,40 2005 1.464.511 292902,24 234321,79 468643,59 468643,59

2006

2.635.957

527191,31 421753,05 843506,10 843506,10 2007 5.708.512 1141702,35 913361,88 1826723,76 1826723,76 Sumber : KPH Ciamis

Tabel 12 Perbandingan PSDH yang diterima oleh Pemda dengan PSDH yang seharusnya diterima Pemda ( X RP 1000)

2003 639.457,08 574.841,58 111,24

2004 490.425,91 653.434,40 75,05

2005 742.267,81 468.643,59 158,39

2006 202.229,55 843.506,10 23,97

2007 881.152,63 1.826.723,76 48,24

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa PSDH yang seharusnya diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2003 dan 2005 lebih besar daripada yang seharusnya sedangkan pada Tahun 2004, 2006 dan 2007 jauh lebih kecil daripada yang seharusnya, hal ini menunjukan bahwa Undang-Undang No 33 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No 104 tahun 2000 belum sepenuhnya dilaksanakan.

(36)

5.3Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis Struktur dan Komposisi

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai implementasi Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah akan sangat bergantung bagaimana daerah mendayagunakan sumber daya dan dana yang menjadi potensi daerah itu sendiri.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD. Pada pasal 15 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000, dikatakan bahwa struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :

1. Pendapatan Daerah, yang dirinci menurut kelompok dan jenis pendapatan. Kelompok pendapatan meliputi PAD, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Jenis pendapatan misalnya Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokais Khusus.

2. Belanja Daerah, yang dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Belanja menurut organisasi adalah suatu kesatuan pengguna anggaran seperti DPRD dan sekretariat DPRD, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Sekretariat Daerah, serta Dinas Daerah dan lembaga, misalnya pendidikan, kesehatan, dan fungsi-fungsi lain. Jenis belanja, yaitu seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, dan belanja model/pembangunan.

(37)

Pemerintah Kabupaten Ciamis mempunyai perhatian yang cukup besar dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Hal ini tertuang dalam kebijaksanaan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah dalam mencapai visi Kabupaten Ciamis yaitu ”Dengan Iman dan Taqwa Ciamis Terdepan dalam Agribisnis dan Pariwisata di Priangan Timur Tahun 2009”

Undang-undang No.32 tahun 2004 pasal 157 menyatakan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu : a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Pos-pos yang ada di Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis pada tahun anggaran 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat di bawah ini :

1. Pendapatan Asli Daerah 1.1Pajak Daerah

Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame

Pajak Penerangan Jalan

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak Parkir

Pajak Sarang Burung Walet Pajak Televisi

1.2 Retribusi Daerah

Retribusi Pelayanan Kesehatan

(38)

Retribusi Penggantian Cetak Catatan Sipil Retribusi Pelayanan Pasar

Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah Retribusi Jasa Usaha Terminal

Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olah Raga Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Retribusi Ijin Gangguan

Retribusi Ijin dan Bongkar Reklame

Retribusi Ijin Usaha Industri Perdagangan, Gudang dan WDP Retribusi Leges dan Perporasi

Retribusi Pelayanan Tata Usaha Hasil Hutan Milik

1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Lembaga Keuangan Daerah yang Dipisahkan

Bagian Laba Dari Perusahaan Milik Daerah Bagian Laba Dari Lembaga Keuangan Daerah

Bagian Laba Atas Penyertaan Modal Investasi Kepada Pihak Ketiga 1.4 Lain-lain PAD yang Sah

Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan Penerimaan Jasa Giro

Sumbangan Pihak ketiga

Penerimaan Iuran Pertambangan Pendapatan Bunga Deposito

Komisi, Potongan dan Selisih Nilai Tukar Rupiah

Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pendapatan Denda Retribusi

Pendapatan dari Pengembalian Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

Pendapatan Dari penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Pendapatan dari Angsuran / Cicilan Rumah

(39)

2. Dana Perimbangan 2.1 Bagi Hasil Pajak

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) BPHTB Kabupaten

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Termasuk PPh Pasal 21) Bagian PBB Dari Pemerintah Pusat (65%)

Insentif PBB Bagian Pusat (35%) BPHTB Pusat

2.2Bagi Hasil Bukan Pajak

Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Bagi Hasil Dari Iuran Eksploitasi/Royalti

Pungutan Pengusaha Perikanan

Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan Bagi Hasil Minyak Bumi dan Gas Alam 2.3Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) 2.4Dana Alokasi Khusus

DAK Bidang Transformasi/Prasarana Jalan DAK Bidang Perairan/Irigasi

DAK Bidang Kesehatan DAK Bidang Pendidikan

DAK Bidang Lingkungan Hidup

DAK Bidang Air Bersih Pendidikan dan Binamarga DAK Bidang Perikanan

DAK Bidang Pertanian

3. Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah

Dana Darurat

Bagi Hasil Pajak dan Retribusi dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

(40)

Komponen Pendapatan

Pendapatan (Rp) X 1000

2003 2004 2005 2006 2007

Pajak Daerah 5.916.039,47 4.975.907,97 5.065.796,12 5.190.330,74 5.477.835,88

Retribusi Daerah 15.621.835,25 15.810.011,80 15.527.873,60 20.620.493,88 23.394.010,04 Hasil Perusahaan Milik Daerah

dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan 572.355,30 478.942,43 793.078,72 848.227,22 1.094.446,14

Lain-lain PAD yang Sah 5.746.744,14 11.103.209,09 4.201.650,24 9.548.894,64 24.354.795,21

Pendapatan Asli Daerah 27.856.974,09 32.368.071,33 25.588.398,68 36.207.946,47 54.321.087,27

Bagi Hasil Pajak dan Bukan

Pajak 35.867.522,91 36.655.400,16 36.439.785,14 43.305.670,17 52.343.451,46

Dana Alokasi Umum 438.200.000,00 409.150.000,00 432.351.996,00 708.553.000,00 775.730.000,00

Dana Alokasi Khusus 9.100.000,00 9.250.000,00 - 52.900.000,00 73.344.000,00

Dana Hasil Pajak dan Bantuan

Keuangan Dari Propinsi 25.892.078,12 30.309.197,03 37.797.773,33 57.758.360,34 -

Bagian Dana Perimbangan 509.059.601,02 485.364.597,20 506.589.554,47 862.517.030,51 901.417.451,46 Bantuan Dana

Kontinjensi/Penyeimbang dari

Pemerintah 41.013.614,10 32.641.250,00 25.057.000,00 145.347.930,00 97.052.011,13

Lain-Lain Pendapatan Yang

Sah 41.013.614,10 32.641.250,00 25.057.000,00 145.347.930,00 97.052.011,13

Total Pendapatan Daerah 577.930.189,21 550.373.918,52 577.234.953,15 1.044.072.906,98 1.052.790.549,86

(41)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pendapatan daerah Kabupaten Ciamis meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena setiap komponen pendapatan mengalami kenaikan, kenaikan terbesar diperoleh dari dana alokasi umum mengalami kenaikan 177,03 %, dana alokasi khusus mengalami kenaikan 805,98 % dan bantuan dana kontinjensi/penyeimbang dari pemerintah mengalami kenaikan 236,63 % untuk periode 2003-2007.

5.4 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis Pada tahun anggaran 2003 sampai dengan 2007, pendapatan yang diperoleh dari sektor kehutanan berasal dari Usaha yang memperlihatkan/ menikmati keindahan alam dari Perhutani dan BKSDA serta Pajak Sarang Burung Walet yang termasuk ke dalam Pajak Daerah, Retribusi ijin gangguan Industri hasil hutan (tahun 2004-2006), retribusi ijin gangguan sarang burung walet (tahun 2005-2006), leges ijin pelayanan tata usaha hasil hutan milik (tahun 2004-2005) dan pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan bidang kehutanan (tahun 2007) yang termasuk ke dalam Retribusi Daerah, dan Bagi Hasil Provisi Sumber Daya Hutan yang termasuk Bagi Hasil Pajak / Bukan Hasil Pajak serta bagi hasil retribusi peredaran hasil hutan yang termasuk dana bagi hasil retribusi dari propinsi :

(42)
(43)

Kontribusi

Tahun ( X Rp 1000)

Jumlah Rata-rata per

tahun

2003 2004 2005 2006 2007

Kehutanan Kabupaten 531.808,54 391.429,38 166.214,85 147.253,96 72.617,96 1.309.324,69 261.864,94

Kehutanan regional

dan nasional 639.457,08 603.425,97 786.969,74 669.821,09 1.265.572,68 3.965.246,56 793.049,31

Sektor Kehutanan 1.171.265,62 994.855,36 953.184,59 817.075,05 1.338.190,63 5.274.571,25 1.054.914,25

Pendapatan Asli

Daerah 27.856.974,09 32.368.071,33 25.588.398,68 36.207.946,47 54.321.087,27 176.342.477,84 35.268.495,57

Dana Perimbangan 509.059.601,02 485.364.597,20 506.589.554,47 862.517.030,51 901.417.451,46 3.264.948.234,65 652.989.646,93

(44)

Tabel.15 Persentasi sektor kehutanan terhadap pendapatan daerah

Kontribusi sektor kehutanan terhadap PAD Kabupaten Ciamis mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Kontribusi yang masih tergolong kecil tersebut disebabkan karena berbagai faktor terkait, antara lain terjadinya perubahan peraturan daerah yang mengatur tentang tata usaha hutan milik, dimana setelah Tahun 2005 tidak memungut retribusi pelayanan tata usaha hasil hutan milik , kontribusinya menurun drastis (0.65%) dan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (1.21%). Begitu pun pada tahun 2007 kontribusinya kembali mengalami penurunan karena Pemerintah Daerah hanya menerima penerimaan dari usaha yang memperlihatkan/menikmati keindahan alam (Perhutani), pajak pengusahaan sarang burung wallet dan pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan bidang kehutanan saja.

Kontribusi sektor kehutanan terhadap dana perimbangan yang diterima Pemerintah Kabupaten Ciamis dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 mengalami penurunan 2 kali lipat dari sebelumnya ( 0.16 menjadi 0.08 ), hal ini disebabkan karena pada tahun 2006 Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis mendapat Dana Bagi Hasil dari PSDH yang sangat sedikit hanya 23,97 dari yang seharusnya ( lihat tabel 12 Perbandingan PSDH yang diterima oleh Pemda dengan PSDH yang seharusnya diterima Pemda ).

(45)

sepenuhnya. Nilai hutan yang sudah diperhitungkan di Kabupaten Ciamis hanyalah dari hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu (dalam hal ini sarang burung walet), dan jasa rekreasi (nilai ekonomis), sedangkan nilai non ekonomis seperti nilai ekologis dan sosialnya masih belum dimasukkan. Untuk melihat perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Ciamis dan Pendapatan sektor kehutanan tiap tahunnya dibandingkan dengan kontribusi sektor kehutanan terhadap pendapatan daerah dapat dilihat pada Gambar 2 dan gambar 3 :

0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00

2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

P

e

nd

a

pa

ta

n

(R

p)

Total Pendapatan Daerah (x Rp 1.000.000.000) Sektor kehutanan (x Rp 10.000.000)

(46)

-0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Persentase pendapatan sektor kehutanan kabupaten terhadap PAD

Persentase pendapatan sektor kehutanan regional dan nasional terhadap Dana Perimbangan

Persentase pendapatan sektor kehutanan terhadap Pendapatan Daerah c

Gambar 2 Kontribusi sektor kehutanan

Pendapatan dari sektor kehutanan tiap tahunnya mengalami peningkatan tetapi dari segi kontribusinya relatif menurun. Hal ini disebabkan karena pendapatan daerah dari sektor lain meningkat.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Peraturan Daerah di bidang kehutanan di Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut :

a. Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 19 Tahun 2004 tentang produksi dan peredaran kayu rakyat

b. Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 23 tahun 2005 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 27 tahun 2001 tentang pajak pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dan sejenisnya.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No 19 Tahun 2005 tentang perubahan kedua atas peraturan daerah No 12 Tahun 1998 tentang pajak hiburan

d. Peraturan daerah Kabupaten Ciamis No. 20 tahun 2000 tentang Retribusi Izin Gangguan.

2. Produksi kayu di Kabupaten Ciamis selama jangka waktu 5 tahun adalah : a. Hutan Negara sebesar 225.198,67 M3 atau sebesar 15,14 %

b. Hutan Rakyat sebesar 1.430.129,43 M3 atau sebesar 84,86 %

(48)

Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan adalah sebagai berikut :

1. Pembagian dana regional dalam rangka otonomi daerah perlu dilaksanakan sepenuhnya sehingga motivasi daerah untuk mengelola hutan tinggi dan keberadaan hutan dianggap penting.

(49)

PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

IIS HANHAN HANDAYANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(50)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. 2007. Kabupaten Ciamis dalam Angka. BPS Kabupaten Ciamis

Ermayani, D. 2002. Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Nanggung). Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kaho, J.R. 1998. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Identifikasi Beberapa faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Larasati, P. 2005. Kontribusi Hutan Negara Terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang. Skripsi Departemen Manajemen Hutan. Skripsi. IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Lasmana, E. 1992. Sistem Perpajakan di Indonesia. PT Prima Kampus Grafika. Jakarta. Peraturan daerah Propinsi Jawa Barat No 20 Tahun 2001 tentang Peredaran Hasil Hutan

di Jawa Barat. Bandung

Pemerintah Pusat. 1999. Undang-Undang Otonomi Daerah. Sinar Grafika. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Sekjen Departemen Dalam Negeri. PKHKD. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 104 tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. Jakarta

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. 2007. Buku I Rencana Karya Lima Tahun Tahun 2007-2012. Bandung.

Saragih, J.P. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Graha Indonesia. Jakarta.

(51)

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Dearah. Edisi Pertama. Penerbit Andi. Yogyakarta

Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.Kehutanan.

Undang-Undang Republik Indonesia No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/03/0303.htm

(52)

PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

IIS HANHAN HANDAYANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(53)

PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

IIS HANHAN HANDAYANI

E14104023

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(54)

Iis Hanhan Handayani. E14104023. Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis.

Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir Dudung Darusman, MA.

Hutan merupakan sumber daya alam anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak terhingga nilainya bagi seluruh umat manusia. Potensi hutan telah memberikan manfaat yang luar biasa besarnya baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Pengelolaan hutan yang dilakukan selama ini telah menimbulkan konflik antara pusat dengan daerah dan masyarakat setempat. Penyusunan rencana kegiatan dan penetapan kebijakan pengelolaan kehutanan selayaknya melibatkan pemerintah dan masyarakat di daerah, namun hal itu tidak terjadi sehingga pada pelaksanaan di lapangan sering timbul permasalahan dan konflik dengan masyarakat setempat. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa nuansa dan semangat baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia,diharapkan undang-undang otonomi daerah yang telah mengakui hak dan kewenangan daerah tersebut. UU 32 Tahun 2004 mengakui hak-hak yang dimiliki dalam mengelola segala aspirasi, tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya sehingga dapat menumbuhkan sumber daya yang terdapat di daerah untuk kepentingan dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peraturan daerah yang berkaitan dengan pendapatan daerah khususnya dibidang kehutanan, mengetahui produksi hasil hutan khususnya kayu dan menaksir perkembangan kontribusi hutan dan kehutanan terhadap pendapatan daerah. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis, BKSDA Ciamis dan KPH Ciamis Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten untuk dijadikan bahan masukan dalam menetapkan kebijakan dan strategi pembangunan Kabupaten Ciamis khususnya pembangunan di sektor kehutanan.

Penelitian dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis, BKSDA Ciamis dan KPH Ciamis Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2008.Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah studi pustaka, tehnik wawancara dan pengumpulan data-data sekunder. Untuk kegiatan pengolahan data dimulai dengan memilih jenis-jenis pendapatan daerah Kabupaten Ciamis yang termasuk ke dalam sektor kehutanan setelah itu dikelompokkan ke dalam PAD dan Dana Perimbangan dan menghitung masing-masing kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Ciamis.

Kontribusi sektor kehutanan di Kabupaten Ciamis secara garis besar dikelompokan menjadi 5 sub sektor yaitu Hasil hutan kayu yang terdiri dari retribusi pelayanan tata usaha hasil hutan milik dan leges ijin pelayanan tata usaha hasil hutan milik, Hasil hutan non kayu yang terdiri dari Pajak Pengusahaan Sarang Burung Walet, Jasa Rekreasi yang terdiri dari Usaha yang memperlihatkan/ menikmati keindahan alam dari Perhutani dan BKSDA, Ijin gangguan yang terdiri dari Retribusi ijin gangguan Industri hasil hutan dan retribusi ijin gangguan sarang burung walet, dan Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan bidang kehutanan sedangkan kontribusi sektor kehutanan di tingkat regional dan nasional di Kabupaten Ciamis dikelompokan menjadi 2 sub sektor yaitu Regional terdiri dari Bagi hasil retribusi peredaran hasil hutan dan Nasional terdiri dari Bagi hasil bukan pajak / sumber daya alam Provisi Sumber Daya Hutan.

(55)

dan Hutan Rakyat sebesar 1.430.129,43 M3 atau sebesar 84,86 %. Pendapatan dari sektor kehutanan tiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2003 Rp 1.171.265,62 sampai dengan tahun 2007 Rp 1.338.190,63 tetapi dari segi kontribusinya relatif menurun dari tahun 2003 sebesar 0,20 % sampai dengan 2007 sebesar 0,13 % hal ini disebabkan karena pendapatan daerah dari sektor lain meningkat.

Gambar

Tabel 2 Jenis Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Ciamis Tahun 2006
Tabel 3 Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Ciamis Tahun 1980-2006
Tabel 5. Produksi kayu Kabupaten Ciamis ( M3 )
Tabel 6 Kontribusi sektor kehutanan kabupaten Ciamis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta sektor-sektor mana

SEMBIRING (120304143), dengan judul skripsi Kontribusi Pendapatan Masyarakat Dari Sektor Pariwisata Terhadap Total Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Perkebunan Bukit Lawang,

judul: “ KONTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT DARI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN KELUARGA ”. 1.2

Hasil yang diharapkan sebagai keluaran dari penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi tentang besarnya kontribusi sektor kehutanan terhadap PAD Kabupaten

Faktor-faktor yang akan diangkat oleh penulis pada penelitan ini adalah apakah sektor pariwisata memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Kontribusi Retribusi daerah terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama lima tahun dalam anggaran tahunnya 2007 s/d 2011 oleh Dinas Pengelola Keuangan

Faktor-faktor yang akan diangkat oleh penulis pada penelitan ini adalah apakah sektor pariwisata memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

114 Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil perhitungan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan PBB terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Ciamis Tahun 2017-202 .... 120 Tabel 4.8 Nilai-nilai