UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
SKRIPSI
KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM
MEMENUHI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN
Oleh :
NAMA
: ERWIN
NIM
: 070522150
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“ Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program
Ekstensi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa
adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
yang ditetapkan oleh pihak Universitas.
Medan, 11 Januari 2010
Yang Membuat Pernyataan
E
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “Kontribusi Pendapatan Asli
Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota
Medan”.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis terbuka menerima saran dan kritik dari pembaca guna perbaikan skripsi ini
di masa yang akan datang.
Dalam pembuatan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan,
dorongan dan saran-saran dari semua pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga selesainya penulisan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi yang
telah memberikan saran dan waktu yang berharga kepada penulis sehingga penulisan
laporan ini dapat selesai.
3. Ibu Dra.Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi yang telah
memberikan waktu dan bantuan yang berharga bagi penulis.
4. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.BA, Ak selaku dosen pembimbing yang mana di tengah
kesibukannya berkenan memberikan bimbingan, bantuan, saran dan waktu yang
berharga bagi penulis.
5. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen Pembanding dan Penguji I yang bersedia
6. Bapak Iskandar Muda,SE, Ak selaku Dosen Pembanding dan Penguji II yang bersedia
memberikan sumbangan, saran dan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ucapan terimakasih untuk kedua orangtuaku tercinta Muhammad Sadar dan Maslan
Siregar serta saudaraku Imas,Rudianto,Leiman,Mahinar,Darmawati,Syarifah,dan Togi
Apriansyah serta BP2M Group yang telah memberikan doa,dorongan dan bantuan yang
tak terhingga kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya,maupun bagi pembaca umumnya.
Medan, 11 Januari 2010
Penulis
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta sektor-sektor mana saja dari PAD yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam meningkatkan PAD di Pemerintahan Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dimana penulis mengambil data-data yang berhubungan PAD dan APBD dari tahun 2004-2007 kemudian menganalisa seberapa besar kontribusi PAD dalam memenuhi APBD dengan menggunakan rasio antara PAD dengan penerimaan daerah. Penulis menganalisa apakah kontribusi PAD terhadap APBD termasuk dalam kriteria sangat kurang, kurang, sedang, cukup, baik, atau sangat baik serta menganalisa sektor-sektor mana saja dari PAD yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan PAD dengan mengindentifikasi komponen-komponen PAD yang memberikan kontribusi yang terbesar dimana untuk sampelnya adalah laporan PAD tahun 2007 yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk matriks. Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Kota Medan secara langsung melalui teknik wawancara langsung kepada pihak yang terkait dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga dan data tersebut diolah seperti sejarah singkat, struktur organisasi dan laporan PAD.
Setelah melakukan penganalisaan, dapat disimpulkan bahwa kontribusi PAD dalam memenuhi APBD Pemerintahan Kota Medan selama periode 2004-2007 termasuk dalam kriteria sangat kurang dimana persentase tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 6,37 % dan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 5,05 %. Selanjutnya sektor-sektor PAD yang berpotensi untuk dapat dikembangkan adalah pajak daerah dan retribusi daerah dimana untuk pajak daerah antara lain: pajak restoran dan pajak penerangan jalan sedangkan retribusi daerah antara lain: retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dan retribusi pasar. Saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain harus mengurangi ketergantungan akan dana perimbangan dari pemerintah pusat berupa dana bagi hasil, DAU dan DAK serta menjadikan PAD sebagai sumber motor penggerak pertumbuhan ekonomi dengan menggali potensi PAD yang baru.
ABSTRACT
The objectives of this research are to find out how did the Regional Real Income (RRI) in fulfilling Regional Expenditure & Income Budget ( REIB ) and also to find out potencial sectors of RRI able to developed in improving RRI in Municipal Administration Medan.
The Method of analysis used is descriptive method, in which the writer takes the data related to RRI and REIB from period 2004-2007, and then analysed how did RRI give contribution in fulfilling REIB by using ratio between RRI and Regional Income. The writer analysed whether the contribution of RRI to REIB is included in criterion very less, less, enough, good, or very good and also analysed which sector of RRI able to developed to improving RRI by indentifying which component of RRI can give a biggest contribution. The sample is RRI statement 2007 in which the results is described in matrix form. The type of data used is primary data, is the data collected from object research in this case is Regional Income Department of Medan directly through technic of interview to relating people and secondary data, is the data collected from institute and it is already processed such as brief history, organizational structure and RRI statement.
After analysing, it can be concluded that the contribution of RRI in fulfilling REIB of Medan in period 2004-2007 is including in criterion very less in which the highest percentage is in 2004 amount of 6,37 % and the lowest is in 2007 amount of 5,05 %. The sector of RRI which having potency to developed is regional tax and regional retribution for regional tax are restaurant tax and light of highway tax while regional retribution are cleaning service retribution and market retribution. The sugestions are Municipal Administration of Pematangsiantar have to reduce their dependent from fund of counter balace of central government in the form of sharing holder fund, general allocation fund and special allocation fund and also making the RRI as activator motor of economic growth by search out the new potency of RRI.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... ...i
KATA PENGANTAR ... ...ii
ABSTRAK ... ...iv
ABSTRACT... ...v
DAFTAR ISI ... ...vi
DAFTAR TABEL ... ...ix
DAFTAR GAMBAR ... ...x
DAFTAR LAMPIRAN ... ...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ...1
B. Perumusan masalah ... ...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ...7
1. Tujuan Penelitian...8
2. Manfaat Penelitian...8
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu...9
E. Kerangka Konseptual...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)...13
1. Pajak Daerah...14
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik
Daerah yang Dipisahkan...17
4. Lain-lain PAD yang Sah...17
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... ...18
1. Pengertian APBD...18
2. Struktur APBD...25
1. Pendapatan Daerah...25
2. Belanja Daerah...28
3. Pembiayaan...30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... ...34
B. Jenis Data ... ...34
C. Teknik Pengumpulan Data ... ...35
D. Metode Analisis Data ... ...35
E. Tempat dan Waktu Penelitian ... ...36
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian...37
1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... ...37
a. Sejarah Singkat Pemerintah Kota Medan...37
b. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan...37
2. Pendapatan Asli Daerah...45
a. Pajak Hotel Kota Medan...45
c. Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap PAD Kota
Medan ... ...48
d. Retribusi ... ...50
e. Kontribusi Hasil Pengelolaan Perusahaan Daerah...52
f. Target dan Realisasi Lain-lain PAD...52
3. Sektor-sektor PAD yang Berpotensi Untuk Dapat Dikembangkan di Pemerintah Kota Medan...53
4. Analisis Kontribusi PAD Pemerintahan Kota Medan...54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ...58
B. Saran ... ...59
DAFTAR TABEL
Nama Halaman
Tabel 4.1 Target dan Realisasi PAD Kota Medan Tahun 2004-2007...45
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Medan Tahun 2004-2007...46
Tabel 4.3 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Medan 2004-2007... ...47
Tabel 4.4 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD Kota Medan Tahun 2004-2007...48
Tabel 4.5 Anggaran dan Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Pemerintah Kota Medan...51
Tabel 4.6 Kontribusi BUMD Tahun 2004-2007...52
Tabel 4.7 Anggaran dan Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD Pemerintah Kota Medan...53
Tabel 4.8 Skala Interval Kemampuan Kabupaten/Kota...56
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
LAMPIRAN
Nama Halaman
Lampiran 1 Jadwal Penelitian...64
Lampiran 2 Data Pajak Hotel, Pajak Restoran dan PAD Kota Medan Tahun 2004-2007...65
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta sektor-sektor mana saja dari PAD yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam meningkatkan PAD di Pemerintahan Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dimana penulis mengambil data-data yang berhubungan PAD dan APBD dari tahun 2004-2007 kemudian menganalisa seberapa besar kontribusi PAD dalam memenuhi APBD dengan menggunakan rasio antara PAD dengan penerimaan daerah. Penulis menganalisa apakah kontribusi PAD terhadap APBD termasuk dalam kriteria sangat kurang, kurang, sedang, cukup, baik, atau sangat baik serta menganalisa sektor-sektor mana saja dari PAD yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan PAD dengan mengindentifikasi komponen-komponen PAD yang memberikan kontribusi yang terbesar dimana untuk sampelnya adalah laporan PAD tahun 2007 yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk matriks. Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Kota Medan secara langsung melalui teknik wawancara langsung kepada pihak yang terkait dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga dan data tersebut diolah seperti sejarah singkat, struktur organisasi dan laporan PAD.
Setelah melakukan penganalisaan, dapat disimpulkan bahwa kontribusi PAD dalam memenuhi APBD Pemerintahan Kota Medan selama periode 2004-2007 termasuk dalam kriteria sangat kurang dimana persentase tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 6,37 % dan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 5,05 %. Selanjutnya sektor-sektor PAD yang berpotensi untuk dapat dikembangkan adalah pajak daerah dan retribusi daerah dimana untuk pajak daerah antara lain: pajak restoran dan pajak penerangan jalan sedangkan retribusi daerah antara lain: retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dan retribusi pasar. Saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain harus mengurangi ketergantungan akan dana perimbangan dari pemerintah pusat berupa dana bagi hasil, DAU dan DAK serta menjadikan PAD sebagai sumber motor penggerak pertumbuhan ekonomi dengan menggali potensi PAD yang baru.
ABSTRACT
The objectives of this research are to find out how did the Regional Real Income (RRI) in fulfilling Regional Expenditure & Income Budget ( REIB ) and also to find out potencial sectors of RRI able to developed in improving RRI in Municipal Administration Medan.
The Method of analysis used is descriptive method, in which the writer takes the data related to RRI and REIB from period 2004-2007, and then analysed how did RRI give contribution in fulfilling REIB by using ratio between RRI and Regional Income. The writer analysed whether the contribution of RRI to REIB is included in criterion very less, less, enough, good, or very good and also analysed which sector of RRI able to developed to improving RRI by indentifying which component of RRI can give a biggest contribution. The sample is RRI statement 2007 in which the results is described in matrix form. The type of data used is primary data, is the data collected from object research in this case is Regional Income Department of Medan directly through technic of interview to relating people and secondary data, is the data collected from institute and it is already processed such as brief history, organizational structure and RRI statement.
After analysing, it can be concluded that the contribution of RRI in fulfilling REIB of Medan in period 2004-2007 is including in criterion very less in which the highest percentage is in 2004 amount of 6,37 % and the lowest is in 2007 amount of 5,05 %. The sector of RRI which having potency to developed is regional tax and regional retribution for regional tax are restaurant tax and light of highway tax while regional retribution are cleaning service retribution and market retribution. The sugestions are Municipal Administration of Pematangsiantar have to reduce their dependent from fund of counter balace of central government in the form of sharing holder fund, general allocation fund and special allocation fund and also making the RRI as activator motor of economic growth by search out the new potency of RRI.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan
nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara
lebih adil dan berimbang.Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan
otonomi daerah dan perimbangan keuanagan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket
undang-undang yaitu undang-undang No.22 tahun 1999 tentang pemerintah Daerah
menjelaskan tentang tanggug jawab politik dan administrative pemerintah pusat,propinsi,dan
daerah dan undang-undang No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah menyediakan dasar hokum tentang desentralisasi
fisksal,menjelaskan pembagian baru mengenai sumber pemasukan dan transfer antar
pemerintah.
Berdasarkan perundang-undangan ini, ada peralihan fungsi yang cukup besar dari
pemerintah pusat langsung ke pemerintah daerah,tanpa melalui Propinsi. Kota dan Kabupaten
menjadi bertanggung jawab dalam penyediaan sebagian besar pelayanan umum,dan
pemerintah propinsi.Berdasarkan undang-undang No.22 tahun 1999 pemerintah pusat tetap
memegang tanggung jawab untuk sistem hukum, masalah keagamaan, pertahanan dan
keamanan nasional, perencanaan ekonomi makro, masalah keuangan dan moneter, hubungan
internasional dan standarisasi;sementara tanggung jawab lainnya dilimpahkan wajar,
pemerintah daerah belum sepenuhnya memiliki sumber daya, pemasukan, dan kapasitas
kelembagaan yang memadai untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.
Selanjutnya pada tanggal 15 Oktober 2004 dengan persetujuan bersama Dewan
undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah Daerah tidak sesuai dengan
perkembangan keadaan,ketatanegaraaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah
sehingga perlu direvisi dan terlibatlah Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah sedangka undang-undang No.25 /1999 tentang perimbangan keuangan anatara
pemerintah pusat dan dan pemerintah daerah direvisi menjadi Undang-Undang No.33 tahun
2004.
Kemasan kegiatan pemerintah dan program-program pembangunan dilakukan melalui
kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah kecuali kewenangan politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama. Kewenanagan yang
besar ini tentunya memiliki implikasi bagi pemerintah daerah untuk melakukan serangkaian
persiapan yang berkaitan dengan sumber daya manusia,keuangan dari masyarakat lokal dan
pemerintah daerah sendiri.Pemerintah daerah tentunya harus siap dengan segala
konsekuensinya untuk memikul tugas dan tanggung jawab mengatur seperangkat
sumber-sumber dana dan daya dalam meningkatkan pelayanan kepada publiknya.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi tersebut tidak dapat dipungkiri dalam
menjalankan otonomi sepenuhnya didalam implementasinya diperlukan dana yang
memadai.Oleh karena itu,malalui undang-undang NO.33 tahun 2004 kemampuan daerah
untuk memperoleh dana dapat ditingkatkan.Sebagai daerah otonom,daerah dituntut untuk
dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah yang digali dari dalama
wilayah daerah bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah ,hasil retribusi
daerah,pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang
menjadi sumber PAD maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan rakyat serta menjaga dan memelihara ketentraman dan ketertiban
mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri.karena makna Substantif otonomi itu
sebenarnya adalahpengakuan pentingnya kemandirian.
Implikasi lain yang sangat penting dari pengurusan kewenanagan tersebut adalah
semakin meningkatnya kebutuhan daerah dan pembiayaan penyelenggaraan aktivitas
pemerintah dan pembangunan juga akan semakin besar.Oleh karenanya pemerintah daerah
harus dapat bertindak Sekaligus bersikap efisien dan efektif serta berprinsip melakukan
partnership dengan kelompok-kelompok masyarakat yang potensial.Dengan demikian,peran
investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (enginee of growth).Daerah juga diharapkan
mampu menarik investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daearah serta
menimbulkan efek multipler yang besar.
Dari uraian yang disampaikan diatas bahwa cirri utama suatu daerah mampu
melaksanakan otonomi daerah (1)kemampuan keuangan daerah,yang berarti daerah tersebut
memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan,mengelola
dan menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan;(2)
ketergantungan kepada sumber keuangan terbesar yang didukung juga oleh kebujaka
perimbanagan keuangan pemerintah pusat dan daerah sebagai prasyarat dalam sistem
pemerintahan Negara.Dengan kata lain, keberhasilan pengembangan otonomi daerah bisa
dilihat dari derajat otonomi fiscal daerah yaitu perbandingan antara PAD dengan total
penerimaan APBD-nya yang semakin meningkat.
Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian pemerintah Daerah yang
dinamis dan bertanggung jawab serta mewujudkan pemberdayaan dan otonomi daerah dalam
lingkup yang lebih nyata,salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur secara
hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daearh dan anggaran daerah.Anggaran
kebijakan yang utama bagi pemerintah Derah.Sebagai instrument kebijakan,APBD
menduduki posisi sentral dalam upaya pengembanagan kapabilitas dan efektifitas pemerintah
daerah.APBD digunakan sebagai alat untuk menggambarkan besarnya pendapatan dan
penegeluaran,membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan,otorisasi
pengeluaran di masa-masa yang akan datang ,sumber pengembangan ukuran-ukuran standar
untuk evaluasi kinerja,alat untuk memotivasi para pegawai,dan alat koordinasi bagi semua
aktivitas dari berbagai unit kerja(Mardiasmo,2002).
Penerimaan Dati II yang tercermin dalam APBD Dati II berasal dari PAD yaiutu
pajak daerah,retribusi daerah,bagian laba BUMD,penerimaan dari dinas dinas dan
penerimaan lain-lain,juga penerimaan dari bagi hasil bukan pajak,sumbangan dan bantuan
baik pemerintah pusat maupun dari pemerintah Dati I sebagai atasannya serta penerimaan
pembangunan berupa pinjaman.
Disamping proyek pemerintah pusat dan proyek pemerintah Dati I yang berada di
Dati II,juga terdapat proyek Dati II yang tercermin dalam APBD Dati II yang bersangkutan
didalamnya terdapat PAD yang bebas dipergunakan oleh Dati II tersebut sesuai dengan skala
prioritasnya.Bahkan peranan PAD dan APBD Dati II dalam pembangunan daerah sangat
penting,karena kadang-kadang diperlukan sebagai dana pendamping untuk proyek pusat dan
PAD dipakai sebagai alat penghitung pinjaman Dati II yang bersangkutan dalam
pengembalian pinjamannya.
Dalam operasionalisasinya,kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari struktur
APBD-nya .Pendapatan Asli Daerah(PAD)memiliki peran yang cukup signifikan dalam
menentukan kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas pemerintahan dan
program-program pembangunan.Namun,dalam implementasinyabanyak daerah yang memiliki struktur
kontribusi PAD relative kecil terhadap total penerimaan daerah,sebaliknya sebagian
atau instansi lebih tinggi,hal ini menunjukan tingkat ketergantungan yang sangat besar dari
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat(Kompas,11 Agustus 2000)
Hal ini tercermin dari peranan PAD terhadap anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah(APBD) yang dirasakan masih rendah,khusunya untuk pendapatan asli daerah
kabupaten/kota.Berdasarkan data yang diolah dari Biro Pusat Statistik untuk tahun anggaran
1997/1998 sampai dengan 2003/2004 dinyatakan bahwa kontribusi PAD tingkat II seluruh
Indonesia terhadap total penerimaan daerah tingkat II adalah berturut-turut sebagai
berikut:tahun anggaran 1997/1998 sebesar 13,25%, 1998/1999 sebesar 11,14 %,1999/2000
sebesar 9,82%,2000/2001 sebesar 5,59%, 2001/2002 sebesar 6,12%,2002/2003 sebesar
6,94% dan 2003/2004 sebesar 7,24%.Faktor yang menyebabkan kecilnya kontribusi PAD
terhadap total penerimaan daerah antara lain,adalah karena masih terdapat sumber
pendapatan potensial besar yang dapat digali dari suatu Dati II yang bersangkutan.Hal ini
sejalan dengan pendapat Mardiasmo,dkk(Simanjuntak,2006)yang menyatakan bahwa disisi
penerimaan,kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan daerahnya
secara berkesinambungan masih lemah.Bahkan masalah yang sering muncul adalah
rendahnya kemampuan pemerintah daerah untuk meghasilkan prediksi
(perkiraan)penerimaan daerah yang sangat akurat sehingga belum dapat dipungut secara
optimal.
Dana untuk pembiayaan pembangunan daerah terutama digali dari sumber
kemampuan sendiri dengan prinsip peningkatean kemandirian dalam pelaksanaan
pembangunan.Dengan kata lain,pemerintah daerah dipacu untuk meningkatkan kemampuan
seoptimal mungkin didalam membelanjai urusan rumah tangga sendiri,dengan cara menggali
segala sumber dana yang potensial yang ada di derah tersebut.
Dari uraian diatas dapat diperoleh suatu gambaran bahwa kontribusi PAD
pemerintah kota Medan dan mewujudkan kemandirian daerah dalam berotonomi maka
penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dalam skripsi yang berjudul “Kontribusi
Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kota Meadan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka perumusan masalah yang akan
dikemukakan pada penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kontribusi Pendapatan Asli Daerah(PAD) dalam memenuhi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) Pemerintahan kota Medan?
2. Sektor –sektor mana saja dari PAD yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam
rangka meningkatkan PAD di pemerintahan kota Medan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini selain untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
juga bertujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Kontribusi Pendapatan Asli Daerah(PAD) dalam
memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD).
2. Untuk mengetahui Sektor –sektor mana saja dari PAD yang berpotensi untuk
dapat dikembangkan dalam meningkatkan PAD di Pemerintahan Kota Medan.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya
2. Memberikan bahan masukan bagi Dinas Pendapatan Daerah kota Medan mengenai
efektifitas dan kinerja keuangan yang dilaksanakan Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan sehingga dapat menjadi motivasi bagi peningkatan kinerja pemerintah daerah.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan dan
pengetahuan tentang masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai kesesuaian dilapangan dengan teori yang ada.
4. Untuk memberikan tambahan wawasan dan sebagai referensi bagi penelitian
lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi ini.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai perbandingan dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian
terdahulu:
1. Ester Afriani (2007) telah meneliti tentang “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Langkat”, Penelitian ini
menyimpulkan bahwa hasil regresi berganda menunjukkan bahwa secara
bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap Penerimaan Daerah, tetapi dilihat dari rata-rata kontribusi PAD terhadap
penerimaan Daerah Kabupaten Langkat sebesar 3,59% maka dari aspek kemampuan
keuangan Daerah, Kabupaten Langkat belum dapat menjalankan otonomi secara
konsekuen karena masih tergantung dari penerimaan lain diluar penerimaan dari
PAD.
2. Mohammad Adhim (2008) telah meneliti tentang “Analisis Kinerja Anggaran
Pemerintah dan Kaitannya dengan Perekonomian Daerah di Kabupaten Sarolangun”,
penelitian ini menganalisis kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
digunakan adalah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) APBD periode anggaran dari
tahun 2001 sampai 2007. Tekhnik analisis dilakukan dengan menggunakan analisis
kinerja dalam bentuk rasio yang terdiri dari analisis varians (selisih) anggaran
pendapatan, belanja, pertumbuhan pendapatan, derajat desentralisai, ketergantungan
daerah, kemandirian efektifitas dan efesiensi PAD, efektifitas dan efesiensi pajak daerah,
efesiensi belanja, derajat kontribusi BUMD, perkembangan SILPA. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa kabupaten Sarolangun dalam merealisasikan Pendapatan baik
PAD dan Pajak Daerah dari tahun 2001 sampai 2007 dapat dikatakan efektif dan efesien.
Kabupaten Sarolangun masih tergantung pada pemerintah pusat sehingga
penyelenggaraan Desentralisasi masih rendah. Dalam merealisasikan belanja dapat
dikatakan efisien dan pertumbuhan belanja menunjukkan pertumbuhan yang positif yang
diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan yang juga positif.
3. Mayasari (2004) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh pajak daerah terhadap
PAD, studi kasus Kabupaten dan Kota di Jawa Timur. Dari hasil penelitian tersebut
diketahui nilai rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD yang memiliki nilai
tertinggi adalah Kabupaten Tuban sebesar 58,96% dan nilai terendah adalah kabupaten
Sumenep 13,85%. Sedangkan untuk Kota, nilai rata-rata pajak daerah yang memiliki
nilai tertinggi adalah Kota Surabaya sebesar 56,05% dan nilai terendah adalah Kota
Blitar yaitu sebesar 21,17%.
4. Tiodora Delima Nababan, meneliti tentang “Analisis Pengaruh Sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah Terhadap dana alokasi umum dan Dana Alokasi khusus pada
Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu. Dari hasil penelitian tersebut PAD lain yang sah
Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu berpengaruh signifikan terhadap DAU, PAD lain
yang sah Pemerintah kabupaten Labuhan Batu tidak berpengaruh signifikan terhadap
E. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana kerangka konseptual ini dibuat
dalam bentuk bagan seperti berikut:
Gambar 1.1 OTONOMI DAERAH
Undang-undang No.32 Tahun 2004 Undang-undang No.33 Tahun 2004
Dana
Perimbangan
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Lain Pendapatan
Yang Sah
Pajak
Daerah
Retribusi
Daerah
Laba
BUMD
Lainnya
Laporan APBD
Analisa
Dengan berlakunya UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU
No.33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah sebagai dasar penyelenggaraan Otonomi Daerah,Organisasi pemerintah
dituntut untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah
yang digali dari dalam wilayah yang bersangkutan agar dapat menigkatkan
kesejahteraan rakyat serta memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.Karena
itu Pemerintah Daerah harus siap dengan segala konsekuensinya untuk memikul
tanggungjawab mengatur seperangkat sumber-sumber dana dan daya manusia dalam
menigkatkan pelayanan publiknya.
Berdasarkan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,dinyatakan
bahwa sumber-sumber pendapatan untuk membiayai APBD meliputi:
1. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan daerah,pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan
d. Dan lain-lain pendapatan asli daerah
Dalam penulisan ini yang menjadi lingkup kajian nantinya adalah Pendapatan
Asli Daerah(PAD)yang merupakan sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang
diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah”.
Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan
daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak.
Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari:
• pajak daerah,
• retribusi daerah,
• hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan,
• lain-lain PAD yang sah.
Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri
dari:
keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi. Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
Menurut Halim (2004:67), “PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah”. Klasifikasi PAD
yang dinyatakan oleh Halim (2004:67) adalah sesuai dengan klasifikasi PAD
berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002.
1. Pajak Daerah
Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 18
Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih (2003:61),
yang dimaksud dengan pajak daerah adalah “iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah”. Menurut Halim (2004:67), “pajak daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari pajak”. Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut
Kadjatmiko (2002:77) antara lain ialah:
•Pajak hotel,
•Paja restoran,
•Pajak hiburan,
•Pajak reklame,
•Pajak penerangan jalan,
•Pajak pengambilan bahan galian golongan C,
2. Retribusi Daerah
Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2003:65) adalah
“pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi
atau badan”.
Menurut Halim (2004:67), “Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari retribusi daerah”.
Retribusi untuk kabupaten/kota dapat dibagi menjadi 2, yakni:
Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai kewenangan masing-masing daerah, terdiri dari: 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi perizinan tertentu,
Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai jasa/pelayanan yang diberikan oleh masing-masing daerah, terdiri dari: 13 jenis retribusi jasa usaha.(Kadjatmiko,2002:78).
Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan
berikut:
Retribusi pelayanan kesehatan,
Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan,
Retribusi pergantian biaya cetak KTP,
Retribusi pergantian cetak akta catatan sipil,
Retribusi pelayanan pemakaman,
Retribusi pelayanan pengabuan mayat,
Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum,
Retribusi pelayanan pasar,
Retribusi pengujian kendraan bermotor,
Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran,
Retribusi penggantian biaya cetak peta,
Retribusi pemakaian kekayaan daerah,
Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan,
Retribusi jasa usaha tempat pelelangan,
Retribusi jasa usaha terminal,
Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir,
Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa,
Retribusi jasa usaha penyedotan kakus,
Retribusi jasa usaha rumah potong hewan,
Retribusi jasa usaha pelayaran pelabuhan kapal,
Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga,
Retribusi jasa usaha penyebrangan diatas air,
Retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair,
Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah,
Retribusi izin mendirikan bangunan,
Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol,
Retribusi izin gangguan,
Retribusi izin trayek.
(Halim,2004:68).
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik
Daerah yang Dipisahkan
Menurut Halim (2004:68), “Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil
Pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan”. Menurut Halim (2004:68), jenis
mliki Daerah, 2) bagian laba lembaga keuangan Bank, 3) bagian laba lembaga
keuangan non Bank, 4) bagaian laba atas penyertaan modal/investasi”.
4. Lain-Lain PAD yang Sah
Menurut Halim (2004:69), “pendapatan ini merupakan penerimaan Daerah yang
berasal dari lain-lain milik pemerinyah Daerah”. Menurut Halim (2004:69), jenis
penndapatan ini meliputi objek pendapatan berikut, “1) hasil penjualan aset Daerah
yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposito, 4)
denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas
kerugian/kehilangan kekayaan Daerah”.
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
1. Pengertian APBD
Menurut UU No. 33 tahun 2004, “Anggaran pendapatan dan belanja daerah
yang selanjutnya disebut APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD”.
Menurut Saragih (2003: 127), “APBD merupakan suatu gambaran atau tolak
ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian
daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan
berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan daerah (PAD)”. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Unsur-unsur APBD menurut Halim (2004: 15-16) adalah sebagai berikut:
o rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci,
o adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi
biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan,
Sebagai alat pemerintah yang digunakan dalam menggerakkan roda pemerintahan dan
pembangunan, anggaran dalam organisasi publik memiliki beberapa fungsi. Menurut
Mardiasmo (2002:183) Fungsi utama anggarn Daerah adalah sebagai alat perencanaan,
pengendalian, kebijakan fiskal, politik, koordinasi, evaluasi kinerja, memotivasi
manajemen, dan menciptakan ruang publik.
• Anggran berfungsi sebagai alat perencanaan, yang antara lain digunakan untuk:
Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan sesuai dengan visi dan misi yang
ditetapkan,
Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya,
Mengalokasikan sumber-sumber ekonomi pada berbagai program dan kegiatan
yang telah disusun,
Menetukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
• Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, yang digunakan antara lain untuk:
Mengendalikan efisiensi pengeluaran,
Membatasi kekuasaan atau kewenangan Pemda,
Mencegah adanya overspending, underspending dan salah satu sasaran
(misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan
merupakan prioritas,
Memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasioanl program atau kegiatan
pemerintah.
• Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemberian fasilitas, dorongan, dan
koordinasi kegiatan ekonomi masyarakat sehingga mempercepat pertumbuhan
• Anggaran sebagai alat politik digunakan untuk memetuskan prioritas-prioritas dan
kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Anggran sebagai dokumen politik
merupakan bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana
publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis akan tetapi
lebih merupakan alat politik (pilitical tool). Oleh karena itu, penyusunan anggaran
membutuhkan political Skill, qualition building, keahlian bernegoisasi, dan pemahaman
tentang prinsip manajemen keuangan publik. Kegagalan dalam melaksanakan anggaran
yang telah disetujui dapat menurunkan kredibilitas atau bahkan menjatuhkan
kepemimpinan eksekutif.
• Angggaran sebagai alat koordinasi antar unit kerja daalm organisasi poemda yang
terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran yang disusun dengan baik akan
mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan
organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi
antar unit kerja.
• Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja. Anggaran pada dasarnya merupakan wujud
komitmen Pemda kepada pemberi wewenang (masyarakat) untuk melaksanakan
kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Kinerja Pemda akaln dinilai
berdasarkan target anggaran yang dapat direalisasikan.
• Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajemen Pemda agar
bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target kinerja. Agar dapat
memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau
demanding but achievable. Maksudnya, target kinerja hendaknya ditetapkan dalam
batas rasioanal yang dapat dicapai (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah).
• Anggaran dapat juga digunakan sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (public
mungkin masyarakat. Keterlibatan masyarakat tersebut dapat dilakukan melalui proses
penjaringan aspirasi masyarakat yang hasilnya digunakan sebagai dasar perumusan arah
dan kebijakan umum anggaran. Kelompok masyarakat yang terorganisir umumnya
akan mencoba mempengaruhi anggaran untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari
masyarakat yang kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinga melalui proses
politik yang ada. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan aspirasi mereka, maka
mereka akan melakukan tindakan-tindakan lain: misal, tindakan massa, melakukan
boikot, vandalisme, dan sebagainya.
Salah satu bentuk dari anggaran organisasi publik adalah anggaran pendapatan
dan belanja Negara/Daerah (APBN/APBD). Anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam
penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa salah satu upaya memperbaiki
proses pengaggaran disektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja
yang memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari
duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementrian
negara/lembaga/perangkat Daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas
kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan
rencana kerja dan anggaran kementrian negara/lembaga/perangkat daerah. Sejalan
dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja disektor
publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan
klasifikasi yang digunakan secara internasional.
Peraturan pemerintah (2000) menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah selanjutnya disingkat (APBD) adalah suatu rencana keuangan tahunan
yang berisi sumber pendapatan dan penggunaan dana pemerintah daerah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan daerah. APBD pada hakekatnya merupakan salah satu
instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum
dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyatr
Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur
guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan Riil masyarakat sesuai
dengan potensi masing-masing Daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya
anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Baswir
(1988:26-39). Mengemukakan bahwa penyusunan anggaran berdasarkan suatu struktur
dan klasifikasi tertentu adalah suatu langkah penting untuk mendapatkan sistem
penganggaran yang baik dan berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah dan
mengelola negara, sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan dan
kemampuan pemerintah. Penyusunan anggaran tidak bisa dilepaskan dari karakteristik
suatu daerah, untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengalokasian
anggaran.
Mardiasmo (2000:11) mengatakan bahwa salah satu aspek penting dari
pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan
keuangan dan anggaran daerah.anggaran daerah atau APBD merupakan instrumen
kebijakan utama bagi pemerintah daerah,menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah.Anggaran daerah
seharusnya digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan
belanja,alat bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan serta alat
otoritas pengeluaran dimasa yang akan datang dan ukuran standar untuk evaluasi
Keputusan Mendagri (2000:1-3)mengatakan bahwa penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah(APBD) hendaknya mengacu pada norma dan prinsip anggaran.
• Transparansi dan akuntabilitas anggaran.Transparansi tentang anggaran daerah
merupakan salah satu persyaratan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik,bersih
dan bertanggung jawab.Selain tiu setiap dana yang diperoleh,penggunaannya harus
dapat dipertanggungjawabkan.
•Disiplin anggaran.APBD disusun dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat
tanpa harus menigggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan
pemerintah,pembangunan dan pelayanan masyarakat.Oleh karena itu,anggaran yang
disusun harus dilakukan berlandaskan azas efisiensi,tepat guna,tepat waktu dan dapat
dipertanggungjawabkan.
•Keadilan anggaran.Pembiayaan pemerintah daerah dilakukan melalui mekanisme
pajak dan retribusi yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat.Untuk itu,pemerintah
wajib mengalokasikan penggunaannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh
kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan.
•Efisiensi dan efektifitas anggaran.Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
yang maksimal guna kepentingan masyarakat.Oleh karena itu,untuk dapat
mengendalikan tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran,maka dalam perencanaan perlu
ditetapkan secara jelas tujuan,sasaran,hasil dan manfaat yang akan diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang diprogramkan.
•Format anggaran.Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format anggaran surplus
atau defisit (surplus defisit budget).Selisih antara pendapatan dan belanja
mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit anggaran.Apabila terjadi surplus,daerah
lain melalui sumber pembiayaaan pinjaman dan atau penerbitan obligasi daerah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Struktur APBD
Dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah, maka akan membawa
konsekuensi terhadap berbagai perubahan dalam keuangan daerah, termasuk terhadap
struktur APBD. Sebelum UU Otonomi Daerah dikeluarkan, struktur APBD yang
berlaku selama ini adalah anggaran yang berimbang dimana jumlah penerimaan atau
pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran atau belanja. Kini struktur APBD
mengalami perubahan bukan lagi anggaran berimbang, tetapi disesuaikan dengan
kondisi keuangan daerah. Artinya, setiap daerah memiliki perbedaan struktur APBD
sesuai dengan kapasitas keuangan atau pendapatan masing-masing daerah.
Adapun struktur APBD berdasarkan Permendagri No.13 Tahun 2006, “Struktur
APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari: 1. Pendapatan Daerah, 2. Belanja Daerah,
dan 3. Pembiayaan Daerah”.
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD meliputi semua penerimaan uang
melalui rekening kas umum Daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak
Daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah.
Pendapatan Daerah dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah
Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri
atas:
a. Pajak Daerah,
b. Retribusi Daerah,
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek
pendapatan sesuai dengan Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yaitu Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Juncko peraturan Daerah Nomor 65 Tahun
2001 dan Kepmendagri Nomor 35 tentang Pajak Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
Jenis hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan sebagaimana
dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
1. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
Daerah/BUMD,
2. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN, dan
3. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
Jenis laian-lain Pendapatan Asli Daerah yang dirinci menurut obyek
pendapatan yang mencakup:
1) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan,
2) Jasa Giro,
3) Pendapatan Bunga,
4) Penerimaan atas Tuntutan Ganti Kerugian Daerah,
5) Penerimaan Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
6) Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap Mata
Uang Asing,
7) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
8) Pendapatan denda pajak
9) Pendapatan denda retribusi,
10)Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,
11) Pendapatan dari pengembalian,
12)Fasilitas sosial dan fasilitas umum,
13) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan
14) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan.
a. Dana Bagi Hasil.
Jenis Dana Bagi Hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
1) Bagi Hasil Pajak,
2) Bagi Hasil Bukan Pajak,
b. Dana Alokasi Umum.
c. Dana Alokasi Khusus.
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah dibagi menurut jenis pendapatan yang
mencakup:
a. Hibah berasal dari Pemerintah, pemerintah Daerah lainnya,
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri, kelompok
b. Dana Darurat dari Pemerintah dalam Rangka penaggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam,
c. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota,
d. Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah, dan
e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari Pemerintah Daerah Lainnya.
2. Belanja Daerah
Belanja Daerah merupakn semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkuutan.
Berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, Belanja terdiri dari:
1. Belanja Aparatur Daerah,
2. Belanja Pelayanan Publik,
3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan,
4. Belanja Tidak Tersangka.
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Menurut kelompok
belanja terdiri dari:
1) Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok
belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai,
b. Bunga,
c. Subsidi,
d. Hibah,
f. Belanja Bagi Hasil,
g. Bantuan Keuangan,
h. Belanja Tidak Terduga,
2) Belanja Langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan progran dan kegiatan. Kelompok belanja
langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai, dimaksudkan untuk pengeluaran honorarium/upah
dalam melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah,
b. Belanja Barang dan Jasa, dan
c. Belanja Modal.
3. Pembiayaan
Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
Tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang terdiri atas:
1. Penerimaan Pembiayaan
1) Sisa lebih perhitungan anggaran Tahun lalu (SILPA)
Sisa lebih perhitungan anggaran Tahun lalu merupakan selisih lebih antara
realisasi pendapatan dengan belanja Daerah yang dalam APBD Induk
dianggarkan berdasarkan estimasi. Sedangkan realisasi SILPA dianggarkan
dalam perubahan APBD sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan
Daerah tentang penetapan perhitungan APBD tahun sebelumnya.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai
kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya
dibevbankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan
dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang
berkenaan ditetapkan dengan peraturan daerah dan ditempatkan direkening
sendiri. Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan
pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas
umum Daerah dalam Tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang dianggarkan
yaitu sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan Daerah
tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.
3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi digunakan untuk menganggarkan semua
transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang dari semua
pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar
kembali. Penerimaan Pinjaman dan Obligasi yang dianggarkan disesuaikan
dengan rencana penarikan pinjaman dalam tahun anggaran sesuai dengan
perjanjian pinjaman.
4) Hasil Penjualan Aktiva Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan hasil penjualan Aktiva Daerah yang dipisahkan digunakan
untuk menganggarkan hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
dapat berupa penjualan perusahaan milik Daerah/BUMD, penjualan aktiva
milik Pemerintah Daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau
hasil divestasi penyertaan modal Pemerintah Daerah.
Penerimaan Kembali Pemberain Pinjaman digunakan untuk menganggarkan
posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah
pusat dan/atau pemerintah Daerah lainnya.
6) Penerimaan Piutang Daerah
2. Pengeluaran Pembiayaan, mencakup:
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Investasi (Penanaman Modal) Pemerintah Daerah
Investasi Pemerintah Daerah digunakan untuk menganggarkan kekayaan
Pemerintah yang diinvestasikan babik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
a. Investasi jangka pendek, mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga)
bulan sampai denga 12 (dua belas) bulan yang dapat diperpanjang secara
otomatis, pembelian surat utang negara (SUN), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
b. Investasi Jangka Panjang terdiri dari investasi permanen dan non
permanen antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah dalam
rangka mengendalikan suatu Badan Usaha, misalnya pembelian surat
berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu Badan
Usaha.
3. Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo
Pembayaran Pokok Utang digunakan untuk menganggarkan pembayaran
kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
3. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan.
1. Sisa lebih pembiayaan tahun anggran berjalan digunakan untuk
menganggarkan sisa lebih antara pembiayaan netto dengan
surplus/defisit APBD. Pembiayaan Netto merupakan selisih antara
penerimaan pendanaan dengan pengeluaran pendanaan yang harus dapat
menutup defisit anggaran yang direncanakan.
2. Jumlah yang dianggarkan pada sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Berjalan pada APBD induk merupakan angka estimasi berhubung
jumlah selisih lebih perhitungan anggaran pada tahun lalu yang juga
masih angka estimasi.
3. Dalam perubahan APBD Tahuin berjalan, Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Berjalan tersebut dianggarkan sepenuhnya untuk
mendanai program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Daerah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan studi
kasus pada Kantor Wali Kota Medan guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan
kemudian menguraikannya secara keseluruhan.
B. Jenis Data
Penulis memperoleh data penelitian yang berasal dari:
1. Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli melalui teknik wawancara kepada pegawai bagian keuangan dan
pihak-pihak lain yang berhubungan dengan obyek yang dipiliah di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatatat pihak lain), seperti:
Laporan PAD, dan realisasi Laporan APBD Pemerintah Kota Medan Tahun 2004
sampai 2007 serta data-data lain yang diperoleh dari situs resmi Pemerintah Kota
Medan www.pemkomedan.go.id, Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang
Pmerintah Daerah, Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Surat Keputusan Menteri
Keuangan, Peraturan Pemerintah, Standar Akuntansi Pemerintahan, buku-buku
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dengan menyediakan informasi yang diperlukan dalam
penelitian dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Teknik dokumentasi, yaitu dengan cara melakukan pencatatan atau pengcopyan
terhadap dokumen-dokumen yang dibutuhkan baik data keuangan maupun non
keuangan.
D. Metode Analisis Data
Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh, digunakan metode yang
bersifat deskriptif, adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode penelitian
ini yaitu:
1. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan melalui wawancara
denga pihak terkait serta dokumen data arsip.
2. Mengolah data yang diperoleh sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan,
dan
3. Menyimpulkan hasil pembahasan sesuai bidang masalah.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada di Kantor Walikota Medan pada bagian Keuangan yang
terletak di jalan Kapten Maulana Lubis Medan.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
a. Sejarah Singkat Pemerintahan Kota Medan
Pemerintah Kota Medan berdiri berdasarkan Undang-undang Darurat No.8 Tahun 1956
Tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota-kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Utara. Pemerintah Kota Medan beraktivitas untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan dan infrastuktur.
Pelaksanaan pembangunan kota, khususnya setelah melalui fase krisis, (2000-2004)
memiliki kinerja yang menggembirakan. Berdasarkan indikator-indikator yang dapat diamati,
keluaran, hasil, manfaat, dan dampak pembangunan kota pada periode tersebut, cenderung
cukup berarti, bakan dapat dianggap efisien dan efektif, meningkatkan kesejahteraan warga
kota.
b. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan
Pemerintah Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota Medan dan wakil walikota.
Yang mana masa jabatannya dalam satu periode adalah lima tahun dan dapat dipilih kembali
pada periode berikutnya melalui pilkada, dan hanya dapat dipilih selama dua periode.
Adapun tugas-tugas walikota dan wakil walikota secara ringkas adalah:
a. Memimpin jalannya pemerintahan kota Medan
b. Membuat kebijakan-kebijakan
Walikota dan wakil walikota wajib memberikan pertanggungjawaban kepada lembaga
legislatif dalam bentuk laporan pertanggungjawaban yang telah diaudit oleh Badan
sebagian wewenangnya kepada Sekretariat Daerah (Sekda) untuk menjalankan
tugas-tugas kepala daerah. Tugas-tugas-tugas Sekda secara ringkas adalah sebagai berikut:
1) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh dinas-dinas dan badan-badan di
lingkungan Pemerintah Kota Medan.
2) Menyusun rencana pembangunan kota Medan baik jangka pendek, menengah dan
jangka panjang.
Tugas-tugas Sekda dibantu oleh para asisten kepala dinas dan kepala badan di
lingkungan kota Medan, yang terdiri dari empat asisten, dua puluh dinas, delapan badan,
empat kantor, Satuan Polisi Pamong Praja, Perusahaan Daerah dan Pengelola perparkiran
dan Sekretariat DPRD dan dua puluh satu camat, dengan perincian sebagai berikut:
1) Asisten Pemerintahan Umum
Untuk asisten pemerintahan umum membawahi tiga bagian yaitu:
a) Bagian Tata Pemerintahan,
b) Bagian Hukum, dan
c) Bagian Hubungan Masyarakat.
2) Asisten Perekonomian dan Pembangunan
Untuk asisten perekonomian dan pembangunan membawahi 3 bagian yaitu;
a) Bagian Bina Perekonomian,
b) Bagian Bina Program, dan
c) Bagian Hubungan Antar Kota dan Daerah.
3) Asisten Kesejahteraan Sosial
Untuk asisten kesejahteraan sosial membawahi tiga bagian yaitu:
a) Bagian Agama dan Pendidikan,
b) Bagian Kesejahteraan, dan
4) Asisten Administrasi Umum
Untuk asisten administrasi umum membawahi 2 bagian yaitu:
a) Bagian Keuangan, dan
b) Bagian Umum
5) Dinas-dinas
Dinas-dinas yang terbagi oleh:
a) Dinas Pekerjaan Umum,
b) Dinas Kesehatan,
c) Dinas Pendidikan,
d) Dinas Pertanian,
e) Dinas Perhubungan,
f) Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
g) Dinas Tenaga Kerja,
h) Dinas Perikanan dan Kelautan,
i) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
j) Dinas Kependudukan,
k) Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran,
l) Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan,
m) Dinas Kebersihan,
n) Dinas Pertamanan,
o) Dinas Pendapatan,
p) Dinas Perumahan dan Pemukiman,
q) Dinas Koperasi,
r) Dinas Informasi, Komunikasi dan Pengolahan Data Elektronik,
t) Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral.
6) Badan-badan
Untuk Badan terbagi oleh:
a) Badan Pengawas;
b) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
c) Badan Penelitian dan Pengembangan,
d) Badan Pemberdayaan Masyarakat,
e) Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat,
f) Badan Kepegawaian Daerah,
g) Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi, dan
h) Badan Keluarga Berencana.
7) Kantor-kantor
Untuk kantor-kantor terbagi oleh:
a) Kantor Arsip Daerah,
b) Kantor Perpustakaan Umum,
c) Kantor Penanaman Moda Daerah, dan
d) Kantor Sosial.
8) Satuan Polisi Pamong Praja
9) Perusahaan Daerah dan Pengelola Perparkiran
10) Sekretariat DPRD
11)Camat
Untuk kecamatan membawahi kelurahan dan kelurahan membawahi kepling.
Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan yang berdasarkan Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dapat
dilihat pada Lampiran.
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah salah satu unit kerja Pemerintah
Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan memiliki visi yaitu mewujudkan
masyarakat Kota Medan taat pajak dan retribusi, dan misi antara lain sebagai berikut :
- meningkatkan pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Medan,
- memberdayakan SDM Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan diluar Dinas aktif meningkatkan kebersihan
Kota Medan,
- meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat/Wajib Pajak Daerah dan Wajib
Retribusi Daerah,
- mengintensifkan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
- meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja pengelola PAD lainnya,
- mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang baru di luar PAD yang
sudah ada.
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai tugas pokok melaksanakan unsur
Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah
lainnya, dan melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang
pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melakukan tugas pokok sebagaimana yang telah disebutkan, Dispenda Kota
Medan memiliki fungsi-fungsi yang sejalan dengan tugas pokok.
- Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis, memberikan bimbingan dan
- Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi
daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan Pajak Bumi dan Bangunan.
- Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait
dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.
- Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
serta PBB.
- Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.
- Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi pokok tersebut, Dispenda Kota Medan
dikepalai oleh seorang Kepala Dinas dan didukung 1(satu) Kepala Tata Usaha, 5 (lima)
Sub Dinas, dan 20 (dua puluh) Seksi dan kelompok Jabatan Fungsional. Masing-masing
unsur yang terdapat dalam Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan memiliki tugas yang
berbeda.
a. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, melakukan koordinasi,
mengendalikan kegiatan dan melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Kota dibidang
pengelolaan keuangan daerah serta tugas perbantuan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
b. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan administratif
yang meliputi pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, rumah
tangga dinas dan unsur umum lainnya. Bagian Tata Usaha terdiri dari 4 (empat) sub
bagian yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian Tata Usaha.
1) Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok mengelola keuangan dan perbendaharaan
serta menyusun laporan keuangan meliputi APBD, RAPBD dan mengusulkan DUK
2) Sub Bagian Kepegawaian
Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengelolaan
kegiatan administrasi di bidang kepegawaian meliputi urusan pensiun, kenaikan pangkat,
gaji berkala, pengurusan cuti, pendataan jumlah Pegawai Negeri Sipil, Pembinaan
Pegawai Negeri Sipil, Pembuatan DUK dan DP-3.
3) Sub Bagian Perlengkapan
Sub Bagian Perlengkapan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan dibidang
perlengkapan, rumah tangga dan pengadaan serta pemeliharaan barang juga membuat
daftar pembagian barang-barang untuk setiap seksi.
4) Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok mengelola tata usaha dan surat menyurat
serta urusan umum lainnya.
2. Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa Pendapatan Asli
Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagi hasil laba BUMD dan investasi lain,
dan lain-lain PAD yang sah. PAD Kota Medan juga bersumber dari elemen-elemen yang
tersebut di atas. Berikut adalah target dan realisasi PAD Kota Medan selama tahun
2004-2007
Tabel 4.1
Target dan Realisasi PAD Kota Medan Tahun 2004-2007
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pertumbuha
n (%) 2004 279.955.257.000 257.989.893.411,70 92,15 - 2005 310.398.944.740 303.383.072.313,96 97,74 17,59
2006 329.981.270.115 312.862.351.244,64 94,81 3,12
2007 316.186.130.000 314.802.110.997,38 97,08 0,62