FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MEMENUHI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH PEMERINTAHAN KOTA MEDAN
Diajukan oleh :
NAMA : JULIANDA INDAH SARI SITUMORANG NIM : 070522058
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:
”Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintahan Kota Medan”
Adalah benar hasil karya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 - Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 20 Juni 2009 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat
dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW karena berkat rahmat dan
petunjukNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul ”Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Penilaian
Kinerja Keuangan Pada PT Pertani (Persero) Kantor Cabang Pemasaran Sumatera
Utara”, yang disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud berkat dukungan dan bimbingan
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi petunjuk dan bimbingan
4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Ibu
Risanty, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji II yang telah
meluangkan waktunya untuk menguji skripsi ini.
5. Pimpinan dan Karyawan Pemerintahan Kota Medan yang telah memberikan
kesempatan serta izin untuk melakukan penelitian.
6. Kedua Orangtua penulis Ayahanda Zainul Arifin Situmorang dan Alm.Ibunda
Anisah serta adik penulis yang telah mencurahkan kasih sayang dan
memberikan semangat kepada penulis.
7. Bapak Drs. M.Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Dosen Wali yang telah
membantu penulis selama masa perkuliahan.
8. Sahabat terbaik penulis di S1 - Ekstensi Akuntansi ’07 : Putri, Diar, Lina,
Ana, Indri dan Ningsih.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mohon maaf jika masih
ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.
Medan, 20 Juni 2009
Penulis
Julianda Indah Sari S
ABSTRAK
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan adalah Metode Deskriktif yaitu mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan dan menganalisis data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas kemudian membuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap penting. Penulis mengambil data berupa Laporan Pendapatan Asli Daerah dan Laporan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah dari situs internet. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yaitu yang diperoleh dari media perantara seperti sejarah Kota Medan dan Struktur Pengelolaan Keuangan Daerah.
Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah Pemerintahan Kota Medan yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah, tidak mencukupi seluruh belanja pemerintahan yang terdiri dari belanja operasional dan belanja aparatur. Untuk mencukupi kekurangan tersebut diperoleh dari sumber dana lainnya yaitu dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
ABSTRACT
The purpose of writing this essay is to meet the Original Contribution Income Regional Meets In Income And Expenditure Budget On Local Government City of Medan.
Analysis method used is the method Descritive collect, compile, and analyze data formulation of the problem and then comparison to the theories related to the issues discussed and conclusions and make recommendations that are considered important. Authors take the form of data reports and the Regional Income Original Reports Revenue and Expenditure Budget of the Regional Internet site. Type of data used, namely the secondary data obtained from intermediaries such as media history Medan City and Regional Financial Management Structure
After that it can be analyzed Original Regional Income Medan City Government which consists of local taxes, local levy, the property of the separated regions, others Original Regional Income is legitimate, not sufficient that all government expenditure consists of expenditure and operational expenditure apparatus. Is sufficient for the lack of funds obtained from other sources that is balance fund and other legitimate income.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
Bab I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Kerangka Konseptual ... 5
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pendapatan Asli Daerah 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 7
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah... 8
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Pengertian APBD... 13
2. Struktur APBD... 14
Bab III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 20
B. Jenis dan Sumber Data ... 20
C. Teknik Pengumpulan Data ... 20
D. Metode Analisis Data ... 21
E. Tempat dan Jadwal Penelitian ... 21
Bab IV : HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah singkat Pemerintahan Kota Medan……… 22
2. Struktur dan Tugas Pemerintahan Kota Medan... 22
3. Struktur Pendapatan Asli Daerah... 29
4. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah... 35
5. Perkembangan Kontribusi PAD Pemerintahan Kota Medan... 35
B. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian 1. Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintahan Kota Medan... 42
2. Analisis Peningkatan Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintahan Kota Medan... 47
B. Saran ... 51
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Realisasi Kontribusi PAD Terhadap APBD
Pemko Medan Tahun 2004-2008... 18
Tabel 4.1 Target dan Realisasi PAD 2004-2008
Per 31 Desember 2008... 35
Tabel 4.2 Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan
2004-2005 dalam milyaran rupiah... 36
Tabel 4.3 Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan
2005-2006 dalam milyaran rupiah... 37
Tabel 4.4 Peningkatan Sumber-Sumebr PAD Kota Medan
2006-2007 dalam milyaran rupiah ... 38
Tabel 4.5 Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan
2007-2008 dalam milyaran rupiah... 38
Tabel 4.6 Skala Interval Kemampuan Keuangan Daerah
Kabupaten/Kota... 43
Tabel 4.7 Kontibusi PAD dalam APBD Kota Medan
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6
ABSTRAK
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan adalah Metode Deskriktif yaitu mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan dan menganalisis data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas kemudian membuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap penting. Penulis mengambil data berupa Laporan Pendapatan Asli Daerah dan Laporan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah dari situs internet. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yaitu yang diperoleh dari media perantara seperti sejarah Kota Medan dan Struktur Pengelolaan Keuangan Daerah.
Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah Pemerintahan Kota Medan yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah, tidak mencukupi seluruh belanja pemerintahan yang terdiri dari belanja operasional dan belanja aparatur. Untuk mencukupi kekurangan tersebut diperoleh dari sumber dana lainnya yaitu dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
ABSTRACT
The purpose of writing this essay is to meet the Original Contribution Income Regional Meets In Income And Expenditure Budget On Local Government City of Medan.
Analysis method used is the method Descritive collect, compile, and analyze data formulation of the problem and then comparison to the theories related to the issues discussed and conclusions and make recommendations that are considered important. Authors take the form of data reports and the Regional Income Original Reports Revenue and Expenditure Budget of the Regional Internet site. Type of data used, namely the secondary data obtained from intermediaries such as media history Medan City and Regional Financial Management Structure
After that it can be analyzed Original Regional Income Medan City Government which consists of local taxes, local levy, the property of the separated regions, others Original Regional Income is legitimate, not sufficient that all government expenditure consists of expenditure and operational expenditure apparatus. Is sufficient for the lack of funds obtained from other sources that is balance fund and other legitimate income.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanan kewenangan Pemerintah Daerah yang di
wujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang di atur dalam satu satu paket undang undang yaitu Undang
Undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah yg menjelaskan tentang
tanggung jawab politik dan administratif pemerintah pusat, provinsi dan daerah
dan Undang Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan dasar hukum tentang
desentralisasi fiskal, menjelaskan pembagian baru mengenai sumber pemasukan
dan transfer antar pemerintah.
Selanjutnya pada tanggal 15 oktober 2004 dengan persetujuan bersama
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia
memutuskan bahwa Undang Undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan dan tuntutan
penyelenggaraan ekonomi daerah sehingga perlu di revisi dan terbitlah Undang
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sedangkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah direvisi menjadi Undang-Undang No. 33 Tahun
2004
Dalam rangka pelaksanaan otonomi tersebut tidak dapat di pungkiri dalam
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 kemampuan daerah untuk memperoleh dana
dapat ditingkatkan. Sebagai daerah untuk otonom, daerah dituntut untuk dapat
mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi semua daerah yang di gali
dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan.
Dana untuk pembiayaan pembangunan daerah terutama di gali dari sumber
kemampuan sendiri dengan prinsip peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan
pembangunan. Pemerintah daerah dipacu untuk untuk meningkatkan kemampuan
di dalam membelanjai urusan rumah tangga sendiri, dengan cara menggali segala
sumber dana yang potensial di daerah tersebut.
Sumber-sumber pendanaan pelaksanan pemerintahan daerah terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari hasil pajak
daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan, dan lain
lain pendapatan yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada
daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan dalam disentralisasi.
Dari Uraian yang disampaikan di atas bahwa ciri utama suatu daerah
mampu melaksanakan otonom adalah
1) Kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut memiliki
kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan dan
menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaran
2) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin oleh karena
itu PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang di dukung juga oleh
kebijakan perimbangan keuangan pemerintahan pusat dan daerah sebagai
prasyarat dalam sistem pemerintahan negara.
Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian pemerintah daerah
yang dinamis dan bertanggung jawab serta mewujudkan pemberdayaan dan
otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata, salah satu aspek dari
pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati hati adalah pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah.
Anggaran Daerah atau Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai
instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas dan efektifitas pemerintah daerah.
APBD digunakan sebagai alat untuk menggambarkan besarnya
pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan
pembangunan, otoritas pengeluaran di masa-masa yang akan datang,
sumber-sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk
memotivasikan para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitasi dari
berbagai unit kerja (mardiasmo,2002).
Melihat latar belakang dan pentingnya kontribusi PAD dalam memenuhi
APBD sebagai sumber pembiayaan pembangunan Kota Medan dan mewujudkan
kemandirian daerah dalam berotonomi maka penulis tertarik untuk mengkaji
Asli Daerah Dalam Memenuhi anggaran pendapatan Dan Belanja Daerah
Pemerintahan Kota Medan’’
B. Batasan Masalah
Untuk menghindari melebarnya masalah dalam penulisan skripsi ini maka
penulis hanya membahas Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Pemerintahan Kota Medan Tahun 2004
sampai dengan Tahun 2008
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan Uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
akan di kemukakan pada penelitian ini dapat di nyatakan sebagai berikut :
1. “Berapa besar Kontribusi PAD Dalam Memenuhi (APBD) Pemerintahan Kota
Medan Tahun 2004-Tahun 2008‘’.
2. “Apakah ada peningkatan Kontribusi Kontribusi PAD Dalam Memenuhi
(APBD) Pemerintahan Kota Medan Tahun 2004-Tahun 2008‘’.
D. Tujuan penelitian
Berdasarkan Uraian latar belakang diatas, maka tujuan penelitian pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui berapa besar Kontribusi PAD Dalam Memenuhi APBD
Pemerintahan Kota Medan Tahun 2004-Tahun 2008
2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan Kontribusi PAD Dalam Memenuhi
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang masalah yang di teliti sehingga dapat di peroleh gambaran
yang mengenai kesesuaian di lapangan dengan teori yang ada.
2 Bagi pemerintan Kota Medan
Memberikan sumbangan pemikiran dan saran-saran tentang kontribusi PAD
dalam APBD yang dapat bermanfaat bagi Kota Medan
3 Bagi peneliti lain
Sebagai referensi bagi peneliti untuk meneliti judul skripsi yang sama.
F. Kerangka Konseptual
Berdasarkan UU NO. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
dinyatakan bahwa sumber – sumber pendapatan bahwa sumber-sumber
pendapatan untuk membiayai APBD meliputi ;
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah
3. Lain lain pendapatan yang sah
Jika PAD didalam APBD semakin besar maka tingkat kemandirian suatu
daerah akan semakin besar dilihat dari besarnya kontribusi PAD dalam APBD.
Jika PAD setiap tahunnya meningkat maka kontribusi PAD dalam APBD akan
semakin besar untuk membiayai pengeluaran yang ada. Secara sederhana
APBD Kota Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAPATAN ASLI DAERAH
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiscal adalah pemberian
sumber-sumber penerimaan daerah yang akan dapat digali dan digunakan sendiri
sesuai dengan potensinya masing-masing. Kewenangan daerah untuk memungut
pajak dan retribusi diatur dengan UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan
penyempurnaan dari UU No. 18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan
pelaksanaannya dengan PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP No.
66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan memberikan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi
daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi (UU No.
33 Tahun 2004).
Pengertian PAD yang lain menurut Kaho (1998) dalam Munir, Djuanda,
Tangkilisan, (2004) adalah : “pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber
keuangan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD,
Dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik dan pembangunan di
daerah tingkat II, PAD memegang peranan yang cukup penting dimana PAD
tingkat II secara bertahap diharapkan dapat terus ditingkatkan sehingga semakin
mampu membiayai kebutuhannya sendiri, terlebih dalam situasi semakin
terbatasnya kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana subsidi dan bantuan
kepada daerah. Namun demikian, dalam menggali dana PAD pemerintah daerah
tetap berpegang pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan
menghindari pungutan-pungutan yang sifatnya memberatkan rakyat kecil.
Peningkatan PAD di masa yang akan dating semakin diperlukan
sehubungan dengan semakin meningkatnya kegiatan pelayanan public dan
intensitas melalui komponen PAD yaitu penerimaan yang diperoleh dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Adapun klasifikasi dan sumber-sumber pendapatan asli daerah adalah
sebagai berikut :
a. Hasil Pajak Daerah
Menurut Munir, Djuanda, Tangkilisan, (2004), “adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
Menurut UU No. 34 tahun 2000 Pasal 2 ayat (2), jenis pajak
Kabupaten/Kota terdiri dari, “(1) Pajak Hotel, (2) Pajak Restoran, (3) Pajak
Hiburan, (4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, (6) Pajak Pengambilan
Bahan Galian C, (7) Pajak Parkir”.
Dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis pajak Kabupaten/Kota
selain yang ditetapkan dalam ayat (2) yang memenuhi criteria sebagai berikut :
• Bersifat pajak dan bukan retribusi
• Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya
melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
• Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum
• Objek pajak bukan merupakan objek pajak Propinsi dan/atau objek pajak
Pusat
• Potensinya memadai
• Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif
• Memperhatiakan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
• Menjaga kelestarian lingkungan
b. Hasil Retribusi Daerah
Menurut Munir, Djuanda, Tangkilisan, (2004), “adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
Adapun jenis retribusi daerah menurut UU No. 33 tahun 2000 Pasal 18,
adalah “yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu Jasa Umum, Jasa
Usaha dan Perijinan tertentu”. Jenis-jenis retribusi yang dimaksud sesuai dengan
kriteria tersebut sebagai berikut :
1) Retribusi Jasa Umum :
a) Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa
usaha atau retribusi perijinan tertentu
b) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang
diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan
dan kemanfaatan umum
d) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi
e) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya
f) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah
satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan
g) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik
Jenis-jenis retribusi umum adalah : retribusi pelayanan ksehatan, retribusi
pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda
penduduk dan akte catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan
retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaaan alat pemadam
kebakaran, retribusi pengantian biaya cetak peta dan retribusi pengujian kapal
perikanan.
2) Retribusi Jasa Usaha
a) Retribusi jasa usaha bersifat bukan paqjak dan bersifat bukan retribusi jasa
umum atau retribusi perijinan tertentu
b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa bersifat komersil yang seyogyanya
disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya
harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara
penuh oleh Pemerintah Daerah
Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah : retribusi pemakaian kekayaan
daerah, retribusi pasar glosir dan/atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan,
retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat
penginapan/pesanggrahan villa, retribusi penyedotan kakus, retribusi rumah
potong hewan, retribusi pelayanan pelabuhan kapal, retribusi tempat rekreasi dan
olahraga, retribusi penyebrangan diatas air, retribusi pengolahan limbah cair dan
retribusi penjualan produksi usaha daerah.
3) Retribusi Perijinan Tertentu
a) Perijinan tersebut kewenangan pemerintahan yabg diserahkan kepada
daerah dalam rangka asas desentralisasi.
b) Perijinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
c) Biaya yang menjadi beban daerah yang dalam penyelenggaraan ijin
tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian
izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perijinan.
Jenis-jenis retribusi perijinan tertentu adalah : retribusi izin mendirikan
bangunan, retribusi izin tempat penjualan minuman alkohol, retribusi ijin
gangguan dan retribusi ijin trayek.
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah Dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya Yang Dipisahkan.
Dalam hal ini, antara lain adalah bagian laba, deviden dan penjualan
saham milik daerah diharapkan sebagai pemasukan daerah. Oleh karena itu,
pengelolaan perusahaan daerah harus bersifat profesional dan tetap berpegang
pada prinsip ekonomi.
Perusahaan daerah atau BUMD adalah semua perusahaan yang modalnya
secara keseluruhan atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan
kecuali ditentukan lain dengan atau berdasarkan Pasal 1 UU No. 5 tahun 1962.
Sedangkan menurut penjelasan UU No. 5 tahun 1974, perusahaan daerah
dirumuskan sebagai bagian usaha yang dibentuk oleh daerah untuk
mengembangkan daerah dan menambah penghasilan daerah (dalam Lubis, 2005).
d. Lain-lain Pendapatan Asli Yang Sah
Dalam hal ini, antara lain adalah hasil penjualan kekayaan Daerah yang
tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar
sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah.
B. ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH
1. Pengertian APBD
Menurut UU No. 33 tahun 2004, “Anggaran pendapatan dan belanja
daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan
daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD”.
Sesuai dengan asa negara kesatuan, daerah adalah bagian yang tak
terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, keuangan
negara dan keuangan daerah terdapat hubungan yang sangat erat, sehingga antara
pengertian keduanya tidak terpisahkan.
Dalam pasal 1 undang-undang Nomor 33 tahun 2004 menjelaskan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah :
Suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam rangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya.
Menurut Halim (2004:15) menyatakan APBD adalah
Peraturan Pemerintah no. 5 tahun 2000, menyatakan “ APBD adalah suatu
rencana tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang
APBD”.
Berdasarkan dari defenisi di atas menunjukkan bahwa suatu Anggaran Daerah,
termasuk APBD memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Rencana Kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara terinci
b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi
biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut dan adnya
biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang
akan dilaksanakan
a) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka
b) Periode anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun
2. Struktur APBD
Dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah, maka akan membawa
konsekuensi terhadap berbagai perubahan dalam keuangan daerah, termasuk
terhadap struktur APBD. Sebelum UU Otonomi Daerah dikeluarkan, struktur
APBD yang berlaku selama ini adalah anggaran yang berimbang dijumlah
penerimaan atau pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran atau belanja. Kini
struktur APBD mengalami perubahan bukan lagi anggaran berimbang, tetapi
disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah. Artinya, setiap daerah memiliki
perbedaan struktur APBD sesuai dengan kapasitas keuangan atau pendapatan
Adapun struktur APBD berdasarkan UU. 22 tahun 1999 dan N0. 25 tahun
1999 (Bastian, 2002:101) terdiri atas sebagai berikut :
a. Pendapatan terdiri dari :
1) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu 2) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
3) Dana Perimbangan 4) Pinjaman Daerah
5) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah b. Belanja terdiri dari :
1) Belanja Rutin
2) Belanja pembangunan
Namun diera reformasi, struktur APBD mengalami perubahan cukup
mendasar. Bentuk APBD yang baru berdasarkan PP No. 105 tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Saragih, 2003:81)
terdiri atas sebagai berikut :
a. Pendapatan Daerah
b. Belanja Daerah
c. Pembiayaan
Dalam setiap penyusunan APBD, ketiga komponen ini harus ada.
Komponen pembiayaan merupakan kategori baru yang belum ada pada APBD di
era reformasi. Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD makin
informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah.
Namun, bagaimana kondisi APBD suatu daerah defisit atau surplus
tergantung pada kapasitas pendapatan daerah yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
tidak ada keharusan anggaran belanja semua daerah harus surplus atau defisit.
Ada daerah yang APBD-nya surplus atau sebaliknya ada daerah yang APBD-nya
Jika APBD suatu daerah menunjukkan posisi defisit, maka pemda harus
menetapkan sumber pembiayaan defisit anggarannya dalam struktur APBD.
Komponen pembiayaan ini sangat penting untuk melihat sumber-sumber yang
adapat diusahakan daerah. Biasanya sumber pembiayaan defisit dapat dilakukan
melalui pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri, serta melalui penjualan
aset-aset daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah
(perda) yang bersangkutan.
Apapun komposisi dari APBD suatu daerah tentu harus disesuaikan
dengan perkembangan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Setiap
daerah tidak harus memaksakan diri untuk mengenjot pengeluaran tanpa
diimbangi dengan kemampuan pendapatannya, khususnya kapasitas PAD. Dalam
penyusunan APBD, peran APBD sangat penting.
Oleh sebab itu RAPBD yang diajukan pemerintah harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari DPRD. Selanjutnya RAPBD yang disetujui oleh
DPRD kemudian disahkan oleh Kepala Daerah dalam bentuk Peraturan Daerah
(Perda).
C. KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM APBD
Penerimaan Pemerintah Kota/Kabupaten yang tercermin dalam APBD
Pemerintah Kota/Kabupaten berasal dari PAD yaitu pajak daerah, retribusi
daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaan
lain-lain, juga penerimaan dari bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, sumbangan
dan bantuan baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi sebagai
Disamping proyek pemerintah pusat dan proyek pemerintah provinsi yang
berada di Pemerintah Kota/Kabupaten, juga terdapat proyek Pemerintah
Kota/Kabupaten yang tercermin dalam APBD Pemerintah Kota/Kabupaten yang
bersangkutan didalamnya terdapat PAD yang bebas dipergunakan oleh
Pemerintah Kota/Kabupaten tersebut sesuai dengan skala prioritasnya.
Bahkan peranan PAD dan APBD Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
pembangunan daerah sangat penting karena kadang-kadang diperlukan dana
pendamping untuk proyek pusat dan PAD dipakai alat penghitung pinjaman
Pemerintah Kota/Kabupaten yang bersangkutan dalam pengembalian pinjaman.
Hal ini tercermin dari peranan PAD terhadap APBD yang dirasakan masih
rendah, khususnya untuk PAD kabupaten/kota. Berdasarkan data yang diolah dari
Biro Pusat Statistik untuk tahun anggaran 1997/1998 sampai dengan 2003/2004
dinyatakan bahwa kontribusi PAD tingkat II seluruh Indonesia terhadap total
penerimaan daerah tingkat II adalah berturut-turut sebagai berikut : tahun
anggaran 1997/1998 sebesar 13,25%, 1998/1999 sebesar 11,14%, 1999/2000
sebesar 9,82%, 2000/2001 sebesar 5,59, 2001/2002 sebesar 6,12, 2002/2003
sebesar 6,94% dan 2003/2004 sebesar 7,24%
Faktor yang menyebabkan kecilnya kontribusi PAD terhadap total
penerimaan daerah antara lain, karena masih terdapat sumber pendapatan
potensial besar yang dapat digali dari suatu Pemerintah Kota/Kabupaten, tetapi
berada di luar wewenang Pemerintah Kota/Kabupaten bersangkutan. Hal ini
sejalan dimana disisi penerimaan, kemampuan pemerintah daerah dalam
Bahkan masalah yang sering muncul adalah rendahnya kemampuan pemerintah
daerah untuk menghasilkan prediksi (perkiraan) penerimaan daerah yang sangat
akurat sehingga belum dapat dipungut secara optimal.
Untuk jangka panjang PAD diharapkan mampu menjadi sumber
pembiayaan daerah sehingga mampu membiayai sendiri pembangunan yang ada
di Pemerintahan Kota Medan dan pada akhirnya dapat mengurangi
ketergantungan dari bantuan pemerintah pusat berupa dana perimbangan (dana
bagi hasil, DAU, DAK).
Sejauh ini peranan dan kontribusi PAD sebagai sumber pembiayaan
pembangunan di Pemko Medan masih bervariasi dalam periode 2004-2008.
Upaya pengumpulan PAD tertinggi dialami pada tahun 2008 sebesar 380,814 Juta
sedangkan terendah pada tahun 2004 sebesar 257,989 Juta. Besarnya kontribusi
[image:31.595.112.517.574.752.2]PAD terhadap APBD di Pemko Medan, seperti pada
Tabel 1.1
Realiasasi Kontribusi PAD Terhadap APBD Pemko Medan
2004-2008
(Miliar Rupiah)
Tahun Anggaran PAD (Rp. Juta)
APBD (Rp. Miliyar)
Kontribusi (%)
2004 257,989 1.075,195 4,17%
2005 303,383 1.228,649 4,05%
2006 312,862 1.398,910 4,47%
2007 314,802 1.645.540 5,23%
Sumber : Bagian Keuangan Pemerintahan Kota Medan
Berdasarkan tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pada tahun anggaran 2004
PAD Kota medan memberikan kontribusi sebesar 4,17 persen dari APBD dan
pada tahun anggaran 2005 mengalami penurunan kontribusi menjadi 4,05 persen.
Kemudian untuk tahun anggaran 2006 mengalami kenaikan lagi dimana
kontribusi menjadi 4,47%.
Untuk tahun 2007 kontribusi PAD Pemerintahan Kota medan kembali
mengalami kenaikan menjadi 5,23 persen kemudian pada tahun 2008 kontribusi
PAD mengalami penurunan menjadi 4,72 persen. Dengan demikian, untuk
mendatang diharapkan kontribusi PAD terus mengalami peningkatan seiring
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dngan mengumpulkan
data-data penelitian yang di peroleh dari Pemko Medan kemudian di uraikan
secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari
penyelesaiannya.
B. Jenis Data
Penulis memperoleh data penelitian yang berasal dari data sekunder. Data
sekunder merupakan data dari penelitian dari tahun 2004 sampai 2008 yang
diperoleh peneliti melalui media perantara seperti : Laporan PAD, Laporan
APBD, Peraturan pemerintah (PP) , Standart Akuntansi Publik (SAP), UU No.33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat
Dengan Pemerintah Daerah , UU No.34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah yang berkaitan dengan Akuntansi Pemerintah dan sebagainya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
adalah teknik dokumentasi dilakukan dengan cara pencatatan terhadap dokumen
yang di butuhkan baik data keuangan maupun data non keuangan.
D. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif adalah metode analisi
yang dinyatakan dalam bentuk uraian .digunakan untuk metode analisis dengan
E. Lokasi dan Jadwal penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pemerintah kota medan.lokasi penelitian
adalah Jl. Kapten Maulana Lubis No.2 medan. Jadwal penelitian mulai Bulan
BAB VI
HASIL PENELITIAN A. DATA PENELITIAN
1. Sejarah Singkat Pemerintahan Kota Medan
Pemerintah Kota Medan berdiri berdasarkan UU Darurat No. 8 Tahun
1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota-Kota dalam Limgkunagn
Daerah Propinsi Sumatera Utara.Pemerintah Kota Medan beraktivitas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam beraktifitas, terutama
dalam bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
Pelaksanaan pembangunan kota, khususnya setelah melalui fase kritis
(2002-2004) memiliki kinerja yang mengembirakan. Berdasarkan
indikator-indikator yang dapat diamati, keluaran, hasil, manfaat dan dampak pembangunan
kota pada periode tersebut, cenderung cukup berarti, bahkan dapat dianggap
efektif dan efisien, meningkatkan kesejahteraan warga kota.
2. Struktur dan Tugas Pemerintahan Kota Medan
Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan
merupakan bagian dari struktur organisasi Pemerintah Kota Medan secara
keseluruhan. Namun dalam hal ini hanya akan disajikan struktur organisasi
pengelolaan daerah. Struktur organisasi pengelolaan daerah Pemerintah Kota
Gambar 1.1
Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah
Sumber : Peraruran Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
a) Walikota Medan (Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah)
• Menerapkan Kebijakan pelaksanaan APBD
• Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah
• Menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang
• Menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran
• Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
pemerintah daerah
Walikota Medan Wakil Walikota Medan
Sekretaris Daerah
(Koordinator Pengelolaan Kedua)
Penggunaan Anggaran/Pengunaan
Barang (KP/SKPD)
Kuasa PA
PPKD Selaku BUD (Kepala SKPKD)
PPK-SKPD Bendahara
PPTK
• Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah
b). Sekretaris Daerah
• Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD
• Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah
• Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
• Penyusunan Raperda APBD, Perubahan APBD dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
• Tugas-tugas perencana daerah, PPKD dan pejabat pengawas keuangan
daerah
• Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
• Memimpin TAPD
• Menyiapkan pedoman Pelaksaaan APBD
• Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah
• Memberikan persetujuan pengesahan PPA-SKPD/DPPA-SKPD
c). Kepala SKPD (PPKD selaku BUD)
• Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
• Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
• Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dengan peraturan daerah
• Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
• Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
kepala daerah
• Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksaaan APBD
• Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD
• Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
d). Kuasa BUD mempunyai tugas berikut :
• Menyiapkan anggaran kas
• Menyiapkan SPD
• Menerbitkan SP2D
• Menyimpan seluruh bukti asli keepemilikan kekayaan daerah
• Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk
• Mengusahakan dan mengatur yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD
• Menyimpan uang daerah
• Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan
investasikan daerah
• Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atau beban rekening kas umum daerah
• Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah
e). Kepala SKPD (Pengguna Anggaran/Pengguna Barang)
• Menyusun RKA-SKPD
• Menyusun DPA-SKPD
• Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja
• Melakukan anggaran SKPD yang dipimpinnya
• Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
• Melaksanakan pemungutan penerimaan yang bukan pajak
• Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan
• Menandatangani SPM atas beban anggaran belanja SKPD yang
dipimpinnya
• Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinya
• Mengelolan barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya
• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yan dipimpinnya
• Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
• Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/barang lainnya berdasarkan
kuasa yang dilimpahkan kepala daerah
• Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
g). Kuasa Pengguna Anggaran
• Pejabat pengguna anggaran/barang dalam melaksanakan tugas dapat
melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja (ada
SKPD) selaku kuasa pengguna anggaran/barang
• Kuasa pengguna anggaran/barang pada SKPD minimal pejabat eselon III
• Pelimpahan wewenang ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala
SKPD
• Pejabat pengguna anggaran/barang pada SKPD berdasarkan pertimbangan
tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumalah uang yang dikelola,
beban kerja, lokasi, kompentensi, dan/atau rentang kendali dan
pertimbangan objektif lainnya
• Kuasa pengguna anggaran/barang bertanggung jawab penuh atas
pengelolaan anggaran/barang yang dilimpahkan
• Atas pelaksanaan tugasnya, kuasa pengguna anggaran/barang melaporkan
dan mempertanggungjawabkan kepada pengguna anggaran/barang
g). Bendahara
• Kepala daerah atas usul PPKD mengengkat bendahara penerimaan untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaaan anggaran
pendapatan pada SKPD
• Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendehara pengeluaran untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam dalam rangka pelaksanaan
• Kepala daerah atas usul PPKD dapat mengangkat bendahara penerimaan
dan bendahara pengeluaran untuk tiap unit kerja yang ada pada SKPD
• Pengangkat bendehara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada tiap
unit kerja sebagaiman dimaksud pada point 3 diberikan berdasarkan
pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran, kegiatan, beban kerja, lokasi,
dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya
• Bendahara penerimaan dan bemdahara pengeluaran sebagaimana
dimaksud pada poin 1,2,3 adalah pejabat fungsional
• Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiataan perdagangan,
pekerjaan pemborongan dan penjualan jasda atau bertindak sebagai
penjamin atas kegiataan/pekerjaan/penjualan tersebut, serta menyimpan
uang pada suatu bentuk dan lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi
• Bendaharaan penerimaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu
oleh bendahara poenerimaan pembantu dan/atau pembantu bendahara
penerimaan.
• Bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh
bendahara pengeluaran pembantu dan/atau pembantu bendahara
pengeluaran
• Bendahara penerimaan pembantu dan pembantu bendahara
bertanggungjawab kepada bendahara penerimaan
• Bendahara pengeluaran pembantu dan pembantu bendahara pengeluaran
h). Pejabat pelaksana teknis kegiatan SKPD (PPTK-SKPD)
• Mengendalikan pelaksanaan kegiatan
• Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
• Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen
administrasi yang terkait dengan persyaratan yang ditetapkan yang
tetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
i). Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
• Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-GU, SPP-TU, SPP-GU nihil
dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang
ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran
• Menyiapkan SPM
• Melakukan Verifikasi SPJ
• Melakukan Verifikasi harian atas penerimaan
• Melaksanakan akuntansi SKPD
• PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas
melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau
PPTK kecuali ditentukan lain atas pertimbangan daerah.
3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Untuk melihat jumlah APBD Kota Medan dapat dilihat dalam strukrtur
PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD
TAHUN ANGGARAN 2004 (MILIYAR)
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah 257.989
Bagian Dana Perimbangan 777.895
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 39.310
Jumlah Pendapatan 1.705.194
Belanja
Belanja Aparatur Daerah 628.679
Belanja Pelayanan Publik 247.514
Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 123.332
Belanja tidak tersangka 5.229
Jumlah Belanja 1.004.754
Surplus/Defisit 70.439
Pembiayaan
Penerimaan Daerah 42.944
Pengeluran Daerah 113.383
Pembiayaan Netto 70.439
PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD
TAHUN ANGGARAN 2005 (MILIYAR)
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah 303.383
Bagian Dana Perimbangan 884.117
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 41.149
Jumlah Pendapatan 1.228.649
Belanja
Belanja Aparatur Daerah 700.629
Belanja Pelayanan Publik 309.542
Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 131.759
Belanja tidak tersangka 4.889
Jumlah Belanja 1.146.819
Surplus/Defisit 81.829
Pembiayaan
Penerimaan Daerah 46.617
Pengeluran Daerah 128.446
Pembiayaan Netto 81.829
PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD
TAHUN ANGGARAN 2006 (MILIYAR)
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah 312.862
Bagian Dana Perimbangan 1.086.048
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah
Jumlah Pendapatan 1.398.910
Belanja
Belanja Aparatur Daerah 436.296
Belanja Pelayanan Publik 765.488
Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 115.667
Belanja tidak tersangka 4.971
Jumlah Belanja 1.322.422
Surplus/Defisit 76.485
Pembiayaan
Penerimaan Daerah 49.976
Pengeluran Daerah 126.462
Pembiayaan Netto 76.485
PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD
TAHUN ANGGARAN 2007 (MILIYAR)
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah 314.802
Bagian Dana Perimbangan 995.843
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 334.895
Jumlah Pendapatan 1.645.540
Belanja
Belanja Aparatur Daerah 316.876
Belanja Pelayanan Publik 853.478
Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 401.665
Belanja tidak tersangka 5.012
Jumlah Belanja 1.322.422
Surplus/Defisit 68.506
Pembiayaan
Penerimaan Daerah 48.506
Pengeluran Daerah 117.012
Pembiayaan Netto 68.506
PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD
TAHUN ANGGARAN 2008 (MILIYAR)
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah 380.814
Bagian Dana Perimbangan 1.118.151
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 296.707
Jumlah Pendapatan 1.795.672
Belanja
Belanja Aparatur Daerah 794.005
Belanja Pelayanan Publik 552.712
Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 356.750
Belanja tidak tersangka 4.769
Jumlah Belanja 1.322.422
Surplus/Defisit 87.436
Pembiayaan
Penerimaan Daerah 44.761
Pengeluran Daerah 132.197
Pembiayaan Netto 87.436
4. Struktur Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah yang berhasil dipungut oleh Pemerintahan Kota
Medan untuk tahun anggaran 2004-2008 per 31 Desember 2008 adalah sebagai
[image:48.595.114.520.361.494.2]berikut :
Tabel 4.1
Target dan Realisasi PAD
2004-2008
PER-31 Desember 2008
(Miliyaran Rupiah)
No Jenis
Pendapatan
2004 2005 2006 2007 2008
T R T R T R T R T R
I Pos Pajak Daerah
148,237 145,585 185,631 178,113 190,295 181,047 181,084 181,184 203,940 216,792
II Pos Retribusi Daerah
114,345 106,438 113.673 112.271 129,764 122,519 136,839 119,899 143,846 131.643
III Pos Laba BUMD
1,450 1,000 1.000 0,8 6,450 4.993 4.150 4.122 6.160 4.910
IV Lain-lain Pendapatan yang sah
15,922 4,965 14.987 12.197 3.471 4,300 2.190 9.596 2,190 27,467
Jumlah 279,955 257,989 185,761 303,383 329,981 312,862 324.263 314.802 356,137 380,814
Sumber : Pemerintahan Kota Medan
5. Peningkatan PAD Pemerintah Kota Medan
Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan
yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Tujuannya antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol
penggunaan dana yang bersumber dari APBD, selain untuk menciptakan
Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih
mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di daerah melalui PAD.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah maka
sumber-sumber penerimaan daerah potensial harus digali secara maksimal dan tentu saja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk diantaranya
adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah sejak lama menjadi
unsur PAD yang utama.
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Karena dari pajak dan
retribusi daerah penyumbangan yang terbesar dalam APBD.
Permasalahan yang dihadapi oleh daerah pada umumnya dalam kaitan
penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah adalah belum
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara
keseluruhan.
Berikut ini perkembangan sumber-sumber PAD di kota medan pasca
pelaksanaan otonomi daerah yakni :
Tabel 4.2
Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan
2004-2005
No Jenis PAD
Tahun 2005 Tahun 2004 Peningkatan
3 4 Rp 5(3-4) %6(5:3)
1 Pajak Daerah 178.113 145.585 32.528 18.26%
2 Retribusi Daerah 112.271 106.438 5.833 5,19%
3 Laba BUMD 802 1.001 (199) 24.8%
4 Lain-Lain PAD yg sah 12.197 4.965 7.232 59,3%
[image:50.595.114.510.112.313.2]Jumlah PAD 303.383 257.989 45.394 14.96%
Tabel 4.3
Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan
2005-2006
dalam miliyaran rupiah
No Jenis PAD
Tahun 2006 Tahun 2005 Peningkatan
3 4 Rp 5(3-4) % 6(5:3)
1 Pajak Daerah 181.047 178.113 2.934 16.21%
2 Retribusi Daerah 122.519 112.271 10.248 8.36%
3 Laba BUMD 4.993 802 4.191 83.94%
4 Lain-Lain PAD ygsah 4.303 12.197 (7.894) 183.45%
Tabel 4.4
Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan
2006-2007
dalam miliyaran rupiah
No Jenis PAD
Tahun 2007 Tahun 2006 Peningkatan
3 4 Rp5(3-4) %6(5:3)
1 Pajak Daerah 181.184 181.047 137 0.08%
2 Retribusi Daerah 119.899 122.519 (2.620) 2.18%
3 Laba BUMD 4.122 4.993 (871) 21.13%
4 Lain-lain PAD yg sah 9.597 4.303 5.294 55.16%
Jumlah PAD 314.802 312.862 1.940 0.62%
Tabel 4.5
Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan
2007-2008
dalam miliyaran rupiah
No Jenis PAD
Tahun 2007 Tahun 2006 Peningkatan
3 4 Rp 5(3-4) %6(5:3)
1 Pajak Daerah 216.792 181.184 35.608 16.42%
2 Retribusi Daerah 131.643 119.899 11.744 8.92%
3 Laba BUMD 4.912 4.122 790 16,08%
4 Lain-lain PAD yg sah 27.467 9.597 17.870 65,06%
[image:51.595.112.504.542.745.2]Berdasarkan ke empat tabel di atas menunjukkan bahwa sumber-sumber
PAD untuk kota Medan selama periode 2004-2008, yaitu pajak daerah, retribusi
daerah, laba BUMD dan pos lain-lain yang sah memperlihatkan tren yang terus
meningkat walaupun peningkatannya relatif kecil.
Namun jika di perhatikan dari sumber-sumber penerimaan daerah tersebut,
ternyata pajak daerah dan retribusi daerah masih mendominasi dalam penerimaan
pendapatan asli daerah di kota Medan. Sedangkan untuk sumber penerimaan yang
lain yakni laba BUMD dan pos-pos lain yang sah masih mengalami
perkembangan yang fluktuatif.
Secara umum di kebanyakan daerah peningkatan PAD masih didominasi
oleh komponen pajak daerah dan retribusi daerah. Sementara untuk 2 (dua)
komponen lainnya yaitu laba BUMD dan lain-lain penerimaan daerah yang sah
umumnya masih memberikan kontribusi yang kecil. Sebenarnya BUMD
merupakan salah satu potensi sumber keuangan bagi daerah yang perlu terus
ditingkatkan guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
Besarnya kontribusi laba BUMD terhadap PAD dapat dijadikan indikator
kuat atau lemahnya BUMD dalam suatu daerah. Namun pada umumnya BUMD
yang ada didaerah tidaklah produktif dan sebagian besar BUMD didaerah belum
mampu untuk memberikan kontribusi yang besar bagi PAD, bahkan beberapa
BUMD mengalami kerugian dan memikul beban hutang yang sangat besar.
Berdasarkan data empiris memperlihatkan bahwa di kebanyakan daerah,
kontribusi BUMD terhadap PAD pada tahun 1997/1998 s/d 2001 hanya 1,61%
Dengan demikian keberadaan BUMD-BUMD yang ada di kota Medan
belum mendukung penerimaan keuangan daerah. Namun kondisi-kondisi BUMD
tersebut tidak dapat terus dibiarkan, mengingat aset yang dimiliki BUMD
umumnya cukup signifikan untuk memberikan kontribusi yang proporsional.
Terlebih lagi diera otonomi daerah, pemerintah daerah harus lebih mandiri dalam
rangka membiayai seluruh kegiatan yang menjadi kewenangannya.
Dalam rangka peningkatan pendapatan dan percepatan pertumbuhan
ekonomi di kota Medan, maka perlu dilakukan langkah-langkah restrukturisasi
BUMD agar mampu bertindak sebagai mitra investor dalam mendorong
perkembangan ekonomi kota Medan.
BUMD harus dapat meningkatkan profionalismenya, meningkatkan
efisiensi dalam pengelolaannya dan memfokuskan pada kegiataannya. Untuk itu
restrukturisasi BUMD perlu segera dilakukan, misalnya melalaui kerjasama
operasi atau kontrak manajemen dengan peluang kerjasama dengfan pihak ketiga
dan konsolidasi atau merger dan melakukan rasionalisasi manajemen perusahaan
yang ada di daerah.
Selanjutnya pada ke empat tabel diatas dapat dilihat bahwa pungutan pajak
dan retribusi daerah di kota Medan masih belum dapat diandalkan sebagai sumber
pembiayaan desentralisasi. Tidak besarnya peranan PAD dalam anggaran daerah
tidak terlepas dari system tax assignment di Indonesia yang masih memberikan
kewenangan penuh kepada pemerintah pusat untuk mengumpulkan pajak-pajak
Ketimpangan dalam penguasaan sumber-sumber penerimaan pajak
tersebut memberikan petunjuk bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah di sisi revenue assigment masih terlalu sentralistis.
Hal temuan di kota Medan sejalan dengan hasil data yang diperoleh BPS
mengenai persentase kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap total
penerimaan pemerintah daerah untuk Kabupaten/Kota seluruh Indonesia tahun
1997/1998 s/d 2003/2004 rata-rata dibawah 5 persen kecuali tahun 1998/1999
sebesar 5,36 persen untuk pajak daerah ini menunjukkan bahwa banyak
permasalahan yang terjadi di daerah berkaitan dengan penggalian dan
peningkatan PAD, terutama disebabkan oleh masih rendahnya basis pajak dan
retribusi daerah, perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah
dan kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah serta
kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah.
Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber PAD perlu
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu
diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pendapatan. Dalam
jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat dilakukan adalah dengan
melakukan intensifikasi terhadap objek atau sumber pendapatan daerah yang
sudah ada terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan
efektivitas dan efisiensi sumber atau objek pendapatan daerah, maka akan
meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus melakukan perluasan sumber atau
B. ANALISIS DAN EVALUASI
1. Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Pemerintahan Kota Medan
Kemampuan keuangan dan anggaran daerah pada dasarnya adalah
kemampuan dari pemeintah daerah dalam meningkatkan sumber-sumber
penerimaan pendapatan asli daerah. Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah
otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan daerah untuk mengurus
rumah tangganya sendiri dengan mengandalkan kemampuan keuangan daerahnya
sendiri.
Artinya daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan
untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri, mengelola dan
menggunakan keuangan sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerahnya.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Depdagri RI bekerjasama
dengan Fisipol UGM (dalam Munir, Dasril, H.A Djuanda, H.N.S. Tangkilisan,
2007:14) untuk menentukan tolak ukur kemampuan daerah dapat dilihat dari rasio
PAD terhadap total APBD dan berikut ini skala interval kemampuan keuangan
[image:55.595.133.472.665.750.2]daerah seperti pada Tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.6 Skala Interval Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota
Persentase PAD Kemampuan Keuangan Daerah
0,00-10,00 Sangat Kurang
20,01 – 30,00 Sedang
30,01 – 40,01 Cukup
40,01 – 50,00 Baik
> 50,00 Sangat Baik
Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM
Berdasarkan skala interval kemampuan keuangan daerah untuk kota
Medan, maka selama pelaksanaan otonomi daerah yakni dari tahun 2004-2008
menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah untuk kota Medan berada pada
skala interval sangat kurang (0,00-10,00 %) walaupun dari tahun 2004 hingga
[image:56.595.150.475.112.233.2]2008 mengalami peningkatan yang fluktuatif.
Tabel 4.7 Kontribusi PAD dalam APBD Kota Medan selama Periode 2004-2008
Tahun Anggaran PAD (Rp. Juta)
APBD (Rp. Miliyar)
Kontribusi (%)
2004 257,989 1.075,195 4,17%
2005 303,383 1.228,649 4,05%
2006 312,862 1.398,910 4,47%
2007 314,802 1.645.540 5,23%
2008 380,814 1.795,672 4,72%
Sumber : Bagian Keuangan Pemerintahan Kota Medan
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa pada Tahun 2004, PAD Kota
Medan memberikan kontribusi sebesar 4,17 persen dari APBD dan pada Tahun
mengalami peningkatan kontribusi menjadi 4,47 persen. Untuk Tahun 2007
mengalami peningkatan kembali menjadi 5,23.
Kemudian pada Tahun 2008, kontribusi PAD terhadap APBD Kota
Medan kembali mengalami penurunan menjadi 4,72 persen meskipun jumlah
PAD-nya yang tertinggi tapi persentase dari segi kontribusinya mengalami
penurunan.
Hasil temuan ini sebenarnya merupakan fenomena umum yang tidak
hanya dihadapi oleh kota Medan, namun fenomena ini dihadapi oleh sebagian
besar pemerintah daerah di Indonesia yakni masih relatif kecilnya
peranan/kontribusi PAD di dalam struktur APBD.
Dengan kata lain, peranan atau kontribusi penerimaan yang berasal dari
pemerintahan pusat dalam bentuk sumbangan dan bantuan, bagi hasil pajak dan
bukan pajak, masih mendominasi dalam susunan APBD.
Temuan ini sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Tampubolon,
2002 (dalam Batam Pos, 12 Februari 2008) tentang pelaksanaan otonomi daerah
di kota besar Surabaya yang seharusnya memiliki potensi besar dalam
kemandirian financial, ternyata data pada tahun 2000-2002 menunjukkan bahwa
kontribusi PAD kota Surabaya hanya sekitar 25% dari penerimaan kota Medan.
Fakta ini menunjukkan tingginya fiscal pemerintah kota Surabaya terhadap uluran
tangan dari pusat.
Hasil penelitian lain oleh MSI-UGM, 2007 (dalam Batam Pos, 12 Februari
2008) sungguh mengejutkan dimana menunjukkan untuk rasio PAD terhadap total
yakni dibawah 10%. Disisi lain rasio antara sumbangan pem,erintah pusat dengan
total penerimaan daerah sangat tinggi diantara 50% bahkan ada yang diatas 70%.
. Hal ini sejalan dengan pernyataan Miranda Gultom, 2007 (dalam Batam
Pos, 12 Februari 2008) yang menyatakan lebih dari lima puluh persen (50%)
sumber PAD di Indonesia masih bersumber dari dana perimbangan dimana 80%
dari APBD digunakan untuk pengeluaran rutin dan kurang dari 5% untuk
pengeluaran modal.
Begitupun hasil penelitian Mulyono, 2005 (dalam Simanjuntak, 2006)
menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara masih
memperlihat ketergantungannya dengan derajat fiskal yang berada dalam interval
sangat kurang (0,00-10,00) dan memperlihatkan ketidakmampuan daerah otonom
untuk menghimpun dana sebagai PAD guna pengelolaaan pembangunan secara
mandiri dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah, dana
perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat (dana bagi hasil, DAU dan
DAK) masih menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi regional
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Simanjuntak (2006) bahwa
meskipun struktur penerimaan APBD Kabupaten Labuhan Batu selama periode
2001-2005 cenderung meningkat namun persentase kemampuan keuangan
daerahnya berada pada skala interval sangat kurang (0,00-10,00%).
Berdasarkan hal tersebut diatas, ketimpangan perbandingan antara PAD
perimbangan sebagai transfer dari pemerintah pusat dalam komponen pendapatan
APBD menjadi masalah yang dikritis bagi pemerintahan Kota Medan APBD
menjadi masalah kritis bagi pemerintahan Kota Medan.
Untuk itu pemerintah Kota Medan diharapkan lebih mampu untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya
melalui sumber-sumber penerimaan PAD. Tuntutan peningkatan PAD menjadi
semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan
yang dilimpahan kepada pemerintah daerah yang disertai dengan peralihan
personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi ke daerah dalam jumlah yang
besar. Semakin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki pemerintah daerah
maka semakin tinggi pulka peranan dalam struktur keuangan daerah, demikian
pula sebaliknya.
Hasil empiris di Kota Medan ini sejalan dengan studi Kuncoro, 1995
(dalam Munir dkk, 2004) yang menemukan bahwa proporsi PAD terhadap Total
Pendapatan Daerah (TPD) sebagian besar Propinsi di Indonesia hanya 15,4
persen, artinya lebih banyak subsidi dari pemerintah pusat dibandingkan dengan
PAD dalam pembiayaan pembangunan daerahnya.
Hanya Propinsi DKI Jakarta saja yang mencatat proporsi PAD terhadap
TPD-nya lebih dari 60 persen yang berarti 60 persen pengeluaran rutinnya
dibiayai oleh PAD-nya. Sementara untuk PAD propinsi hanya mampu membiayai
kurang dari 30 persen pengeluaraan rutinnya sedangkan untuk Kapubaten/Kota
Peningkatan PAD harus terus ditingkatkan dan tingkat ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat harus semakin dikurangi secara
bertahap, mengingat kondisi keuangan negara dewasa ini relatif sangat terbatas.
2. Peningkatan Kontribusi PAD Dalam Memenuhi (APBD) Pemerintahan Kota
Medan Tahun 2004 - Tahun 2008
Dapat diketahui peningkatan PAD Kota Medan terjadi setiap tahun. Dari
segi jumlah pada Tahun 2004 jumlah PAD sebesar 257.989 meningkat di Tahun
2005 menjadi 303.383. Pada Tahun 2006, jumlah PAD kembali meningkat
menjadi 312.862. Tahun 2007 mengalami peningkatan lagi menjadi 314.802 dan
Tahun 2008 kembali meningkat lagi menjadi 380.814.
Peningkatan PAD dari segi pajak daerah meningkat setiap tahunnya. Dapat
kita lihat Tahun 2004, pajak daerah yang berhasil diperoleh sebesar 145.585 juta.
Pada Tahun 2005 meningkat menjadi 178.113 juta. Tahun 2006 meningkat
kembali menjadi 181.184 juta dan Tahun 2007 mengalami peningkatan yang tidak
begitu banyak menjadi sebesar 181.047 juta dan Tahun 2008, pajak daerah
kembali meningkat sebesar 216.792 juta.
Peningkatan PAD dari segi retribusi daerah mengalami fluktuasi naik dan
turun. Pada Tahun 2004, retribusi daerah yang berhasil diperoleh sebesar 106.438
juta. Tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 112.271 juta. Tahun 2006,
retribusi daerah kembali mengalami peningkatan menjadi 122.519 juta. Tahun
2007 mengalami penurunan menjadi 119.899 juta. Dan Tahun 2008 mengalami
Peningkatan PAD dari segi laba BUMD mengalami fluktuasi naik dan
turun. Pada Tahun 2004, laba BUMD yang berhasil diperoleh sebesar 1.001 juta.
Tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 802 juta. Tahun 2006, laba BUMD
kembali mengalami peningkatan menjadi 122.519 juta. Tahun 2007 mengalami
penurunan menjadi 119.899 juta. Dan Tahun 2008 mengalami penurunan drastis
menjadi 4.912 juta.
Peningkatan PAD dari segi lain-lain PAD yang sah mengalami fluktuasi
naik dan turun. Pada Tahun 2004, lain-lain PAD yang sah yang berhasil diperoleh
sebesar 4.965 juta. Tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 12.197 juta.
Tahun 2006, lain-lain PAD yang sah kembali mengalami penurunan menjadi
4.303 juta. Tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 9.597 juta. Dan Tahun
2008 mengalami peningkatan menjadi 27.467 juta.
Jika dilihat dari segi persen antara jenis PAD dengan jumlah PAD pada
Tahun 2004 sebesar 12,01%. Pada Tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi
14.96%. Pada Tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 3.03%. Tahun 2007
mengalami penurunan kembali menjadi 0,62% dan pada Tahun 2008 mengalami
kenaikan menjadi 17.33%.
Berdasarkan keterangan diatas maka sektor yang mengalami peningkatan
adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk dapat meningkatkan PAD
sebaik-baiknya, dapat melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Instensifikasi, melalui upaya:
2) Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari
kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi
3) Mengitensifikasi penerimaan retribusi daerah yang ada
4) Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai
b. Ekstensifikasi
Upaya pengalian sumber-sumber penerim