• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRUKTUR ASET, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRUKTUR ASET, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Periode Tahun 2012-2014)

THE EFFECT OF ASSET STRUCTURE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROFITABILITY AND FIRM SIZE TO FINANCING DECISION (Study on Manufacturing Companies Listed Indonesia Stock Exchange during

the Period 2012-2014)

Oleh

BAYU DIAN ADY 20100410033

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

Periode Tahun 2012-2014)

THE EFFECT OF ASSET STRUCTURE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROFITABILITY AND FIRM SIZE TO FINANCING DECISION (Study on Manufacturing Companies Listed Indonesia Stock Exchange during

the Period 2012-2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

BAYU DIAN ADY 20100410033

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

Nama : Bayu Dian Ady Nomor Mahasiswa : 20100410033

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH STRUKTUR ASET, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 10 Desember 2016

(4)

Maka apabila kamu telah selesai (dari urusan sesuatu), Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

dan hanya Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.” (QS Al Insyirah 5-8)

“Ich bin nichts, und ich müßte alles sein”

(5)

karya ini kupersembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya.

2. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mendidik dan membesarkanku dangan penuh kasih sayang. Terimakasih atas kepercayaan dan dukungan yang telah diberikan sehingga menjadi motivasi terbesar saya untuk selalu berusaha menjadi manusia yang sukses dan menjadi kebanggaan keluarga. 3. Adikku tersayang Devi Dian Aprilia Kusumasari yang selalu memberikan

support kepadaku.

4. Bapak, Ibu Dosen yang terhormat.

5. Sahabat-sahabatku, Alifia Utami, I Putu Putra Jaya Negara, Rahmad Noviantara Rumbou, Dedi Wandi Irianto, Danny Surya Wijaya, Muhammad Ichsan Bagus, Dani Sutejo, Gotro Adi, dan semua yang tak mungkin dapat

(6)

penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Aset, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan” dengan baik sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Nano Prawoto, SE., Msi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Retno Widowati Purnama Asri, M.Si. Ph.D, Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Wihandaru SP, Drs., M.Si, dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, dan saran yang sangat membantu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (Skripsi) ini.

Sebagai kata akhir, tak ada yang tercipta sempurna, penulis sadar bahwa banyak kekurangan dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 10 November 2016

(7)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR GAMBAR……… xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Hutang …... 11

2. Teori Kebijakan Hutang... 18

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang... 22

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 26

C. Penurunan Hipotesis ... 31

D. Model Penelitian ... 35

BAB III. METODA PENELITIAN ... 37

(8)

3. Uji Asumsi Klasik……….. 42 6. Koefesien Determinan( R2)……… 44 45 45 46 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum dan Objek/Subyek Penelitian ... 47

B. Hasil Penelitian………. 48

1. Analisis Statistik Deskriptif……… 48

2. Uji Asumsi Klasik……….. 50

a. Uji Normalitas……….. 50

b. Uji Multikoleniaritas……… 51

c. Uji Heteroskedastisitas………. 52

d. Uji Autokolerasi………... 53

3. Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda……….. 53

4. Hasil Pengujian Hipotesis………... 55

C. Pembahasan ... 59

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 66 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ………... 48

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Penghilangan Data Outlier…….. 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Penghilangan Data Outlier……… 50

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ………..……… 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas……… 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokolerasi……….. 52

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Regresi Setelah Uji Asumsi Klasik…………. 53

Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t ...………... 55

Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik F……… 57

(10)
(11)
(12)
(13)

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 sampai 2014. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, sebanyak 219 sampel. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik regresi berganda.

Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur aset tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan. Kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan pendanaan. Ukuran perusahaan berpengaruh positf terhadap keputusan pendanaan.

(14)

structure, institutional ownership, profitability and firm size on financing decision at manufacturing company registered on the Indonesia Stock Exchange.

This research was classified as causative study. The population of this research was manufacturing company registered on the Stock Exchange in 2012 until 2014. Total sample were 219 samples. The data collected using purposive sampling method. The data was obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and www.idx.co.id. Data analysis techniques was used as analysis double regression technique.

The result of research show that asset structure hasn’t effect on financing decision. Institutional ownership and profitability has negative effect on financing decision. Firm size has positive effect on financing decision.

(15)

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini, keberadaan sebuah perusahaan dalam peta persaingan perekonomian sedang mengalami persaingan yang sangat tinggi sehingga perusahaan di paksa berusaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan dengan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Bringham dan Gapenski 1996 dalam Indahningrum dan Handayani, 2009). Semakin besar nilai perusahaan maka kemakmuran yang diperoleh pemilik modal semakin meningkat.

(16)

harus meneliti sifat, biaya dan sumber dana yang nantinya akan digunakan. Hal ini dilakukan manajer karena masing-masing sumber pendanaan memiliki konsukuensi finansial yang berbeda-beda. Keputusan yang diambil manajer selain untuk melindungi kepentingan manajer juga harus dapat memenuhi kepentingan pemegang saham. Keputusan diambil harus dapat diterima oleh semua pihak dan tidak menguntungkan salah satu pihak saja sehingga tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan dapat tercapai.

(17)

mengatasi konflik keagenan adalah dengan cara meningkatkan kepemilikan insider (insider ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer. Hutang merupakan suatu mekanisme lain yang dapat di gunakan untuk mengontrol atau mengurangi konflik keagenan. Aspek-aspek masalah keagenan selalu dimasukan kedalam keuangan perusahaan karena banyaknya keputusan yang berkaitan dengan konflik keagenan, salah satunya adalah keputusan kebijakan hutang.

(18)

perusahaan. Selain itu penggunaan hutang juga dapat meningkatkan risiko. Perusahaan yang menggunakan hutang untuk mendanai perusahaan dan tidak mampu melunasi hutangnya maka akan terancam likuiditasnya.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hutang perusahaan, namun dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi beberapa faktor saja yang akan diteliti dan diduga berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Faktor-faktor tersebut adalah struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan.

(19)

Penelitian-penelitian mengenai pengaruh struktur aset terhadap kebijakan hutang telah banyak dilakukan. (Steven & Lina, 2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Kurniati (2007) yang menyatakan bahwa struktur aset memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Selain itu juga terdapat faktor lain seperti kepemilikan institusional. Nuraina (2012) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai prosentase kepemilikan saham perusahaan oleh suatu lembaga atau institusional seperti perusahaan asuransi, bank, atau perusahaan institusional lainnya. Adanya kepemilikan saham institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring ini akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini diakibatkan karena timbul pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau institusi terhadap kinerja perusahaan. Adanya kontrol ini manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi resiko kebangkrutan (Ismiyanti dan Mamduh, 2003).

(20)

Ismiyanti dan Hanafi, 2003), namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Narita (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Variabel berikutnya yang diduga mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan adalah profitabilitas. Menurut Sartono (1997) profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mengasilkan laba. Berdasarkan pecking order theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan adalah dengan menggunakan retained earning, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan akan menggunakan hutang untuk membiayai operasional perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan diasumsikan mengalokasikan sebagian besar keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana internal dan menggunakan hutang dalam tingkat yang rendah, tetapi, saat mengalami profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada prinsipal.

(21)

(Indahningrum dan Handayani, 2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Selanjutnya terdapat variabel ukuran perusahaan yang diduga turut mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Menurut Syadeli (2013) ukuran perusahaan merupakan skala yang dapat diklafikasikan apakah suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran perusahaan kecil, menengah, ataupun besar. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal juga semakin besar, hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya.

Beberapa penelititan untuk menguji hubungan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang telah banyak dilakukan. Dalam penelitian Syadeli (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, namun hal ini bertentangan dengan penelitian Steven dan Lina (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

(22)

meneliti kembali dengan variabel independen struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. peneliti melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi yang layak untuk dipasarkan. Perusahaan manufaktur lebih membutuhkan sumber dana jangka panjang untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan salah satunya adalah dengan menggunakan hutang. Objek penelitian perusahaan manufaktur adalah untuk membuktikan apakah hasil penelitian akan tetap konsisten dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. Namun populasi dari perusahaan manufaktur ini akan dipilih dengan menggunakan kriteria tertentu, sehingga akan terpilih sampel yang akan digunakan. Dari berbagai alasan dan penjelasan di atas, peneliti berniat untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Aset, Kepemilikan Institusional,

Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menguji adanya:

1. Pengaruh variabel struktur aset terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 2. Pengaruh variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 3. Pengaruh variabel profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 4. Pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. D. Manfaat Penelitian

(24)

Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan hutang yang akan diambil.

2. Bagi investor

Penelitian ini dapat digunakan untuk menilai perusahaan yang tercermin dalam stuktur modalnya (debt to equity ratio) sehingga sebagai acuan pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. 3. Bagi akademisi

(25)

A. Landasan Teori 1. Hutang

a. Pengertian Hutang

Menurut FASB (Financial Accounting Standart Board) dalam Pithaloka (2009), hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut Munawir (2004) dalam Pithaloka (2009) hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.

(26)

leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa (Pithaloka, 2009).

1) Hutang Jangka Pendek

Hutang jangka pendek merupakan hutang yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu 1 tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan dengan menggunakan sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan hutang jangka pendek yang baru. Siklus operasi periode waktu yang diperlukan antara akuisisi barang dan jasa yang terlibat dalam proses manufaktur serta realisasi kas akhir yang dihasilkan dari penjualan dan penagihan selanjutnya.

Hutang jangka pendek meliputi :

a) Hutang dagang atau account payable adalah jumlah uang yang masih harus dibayarkan kepada pemasok, karena perusahaan melakukan pembelian barang atau jasa.

b) Hutang wesel adalah perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya.

c) Biaya yang harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

(27)

menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.

e) Penghasilan yang akan diterima dimuka (deferred Revenue) adalah penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum terealisir.

2) Hutang Jangka Panjang

Hutang jangka panjang merupakan pengorbanan manfaat yang “probable” dimasa yang akan datang, yang timbul dari kewajiban

sekarang yang akan dilunasi dalam jangka waktu lebih dari siklus operasi atau satu tahun dan sumber-sumber untuk melunasi hutang jangka panjang adalah sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar.

Hutang jangka panjang meliputi :

a) Hutang Obligasi merupakan surat pengakuan hutang (dengan bunga) jangka panjang yang akan dibayar pada tanggal tertentu. b) Hipotik merupakan penggadaian kekayaan nyata tertentu untuk

mendapatkan suatu pinjaman dengan beban bunga yang tetap. Kekayaan nyata didefinisikan sebagai real estate, gedung, dan lain-lain.

(28)

b. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan. Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan (Phitaloka, 2009). Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.

Dalam (Riyanto, 1997) keputusan pembiayaan atau pendanaan perusahaan akan dapat di pengaruhi struktur modal perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal ekternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur adalah merupakan hutang perusahaan.Modal ini sering disebut dengan pembelanjaan asing/hutang.

(29)

tersebut adalah LDE (Long Term Debt Ratio) yang menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa porsi hutang harus lebih kecil dari modal. Perusahaan yang menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar (Pithaloka, 2009).

Dari sudut pasar pemegang hutang jangka panjang, resiko hutang lebih kecil dibanding dengan saham biasa atau saham preferen.Walaupun begitu, hutang dianggap mempunyai keunggulan terbatas dipandang dari segi laba, dan dianggap lemah dipandang dari segi pengendalian. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh Weston dan copeland (1997) dalam Pithaloka (2009), sebagai berikut :

1) Dari segi resiko, hutang dipandang lebih menguntungkan dibanding saham biasa atau saham preferen karena hutang memberi prioritas dalam hal pendapatan dan juga dalam likuidasi. Hutang juga memiliki masa jatuh tempo yang pasti dan dilindungi oleh akad (covenants) dalam indenture.

(30)

Pembayaran bunga tidak tergantung pada tingkat laba perusahaan atau suku bunga pasar yang sedang berlaku. Meskipun demikian, hutang tidak pernah dapat ikut menikmati laba perusahaan yaitu saat bisa berhasil menarik laba yang maksimal. Seringkali hutang jangka panjang bisa dibatalkan sebelum waktunya.

3) Dari segi pengendalian, pemegang obligasi biasanya tidak memiliki hak suara. Meskipun begitu, jika sampai obligasi dinyatakan tak dapat dibayar, pemegang obligasi dapat mengambil alih perusahaan.

Menurut Wetson dan Copeland (1997) dalam Pithaloka (2009), dari sudut pandang emiten hutang jangka panjang (peminjam hutang) ada beberapa keunggulan dan kelemahan dalam obligasi. Keunggulan dan kelemahan dari hutang jangka panjang adalah sebagai berikut :

Keunggulan :

a. Biaya hutang terbatas, pemegang obligasi tidak ikut menikmati laba.

b. Tidak hanya biaya saja yang terbatas, tetapi juga hasil pengembalian yang biasanya lebih rendah dibanding saham biasa. c. Jika digunakan pembiayaan hutang, pemilik perusahaan (pemilik

(31)

e. Keluwesan (fleksibilitas) dalam struktur pembiyaan perusahaan dapat dicapai dengan pencantuman persyaratan opsi tarik dalam indenture obligasi.

Kelemahan :

a. Hutang memilki biaya tetap, jika laba perusahaan mengalami kemunduran tajam, untuk membayar bunga hutang mungkin tidak dapat dipenuhi.

b. Tingkat leverage keuangan yang semakin tinggi memerlukan tingkat laba yang semakin tinggi pula. Jadi, meskipun leverage keuangan mungkin cukup baik dan mungkin meningkatkan laba per saham, tingkat laba yang diperlukan untuk leverage itu akan semakin tinggi, yang dapat mendorong turunnya harga saham biasa. Biaya tak langsung karena jumlah hutang yang lebih banyak mungkin akan meningkatkan biaya permodalan.

c. Hutang biasanya memiliki masa jatuh tempo yang pasti, dan sewajarnya jika perusahaan harus mampu melunasinya sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

(32)

mungkin meleset, sehingga hutang tersebut akan menjadi beban yang berat bagi perusahaan.

e. Dalam ikatan kontrak hutang jangka panjang, persyaratan indenture cenderung lebih berat dibanding dengan persyaratan dalam kredit jangka pendek. Karena itu, perusahaan yang meminjam hutang jangka panjang akan mengalami hambatan yang lebih banyak dibanding dengan perusahaan yang meminjam hutang jangka pendek atau yang menerbitkan saham biasa.

f. Selalu ada batasannya sampai seberapa besar dana bisa digali melalui hutang jangka panjang. Biasanya standar rasio keuangan yang berlaku umum tetap menentukan rasio hutang tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio hutang melewati batasan standar ini biayanya akan meningkat dengan cepat.

2. Teori Kebijakan Hutang a. Agency Theory

(33)

adalah pemegang saham/pemilik modal dan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.

Menurut Meisser, et al, (2006) dalam Levia Ayu Tryana (2016) dalam hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalah yaitu: (1). Terjadinya informasi asimetris (information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi entitas dari pemilik; dan (2). Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.

Hubungan keagenan merupakan suatu kontak antara principal dan agen. Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menhendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi manajer. Dengan demikian muncullah konflik antara investor dengan manajer (Indahningrum dan Handayani, 2009).

(34)

pengambilan keputusan pendanaan. Penyebab lain konflik keagenan timbul karena manajemen memiliki kecenderungan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain (Jensen dan Mekling, 1976 dalam sheisarvian, 2014).

b. Trade Off Theory

Mamduh (2004) menyatakan bahwa Trade Off Theory yaitu penghematan pajak dari hutang dengan biaya kebangkrutan. Teori ini gabungan antara teori strutur modal Modigiliani-Miller dengan memasukan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasi adanya trade off. Dalam kenyataanya, terdapat hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Hal terpenting tersebut adalah semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan.

Pendanaan melalui hutang yang tinggi mengakibatkan masalah finansial distress. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus bisa menyeimbangkan komposisi hutang dalam kombinasi struktur modalnya sehingga diperoleh komposisi hutang dan saham yang optimal dengan analisis perhitungan keuangan yang tepat (Steven dan Lina, 2011).

(35)

memperoleh manfaat pajak karena biaya bunga dapat dibebankan dari penghasilan kena pajak, sedangkan biaya kebangkrutan merupakan biaya administrasi, biaya hukum, biaya keagenan, dan biaya monitoring untuk mencegah perusahaan dari kebangkrutan.

c. Pecking Order Theory

(36)

perusahaan akan membayar hutang dan membeli surat berharga. Jika kas tersebut lebih kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau menjual surat berharga. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman dahulu yaitu hutang. Pada teori ini, manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Jika terdapat kesempatan untuk investasi, maka perusahaan akan mencari dana untuk kebutuhan investasi tersebut. Mamduh (2004:314) menyatakan teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil. Tingkat hutang yang lebih kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat hutang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dan eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dan internal perusahaan cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang a. Struktur aset

(37)

apabila mempunyai jaminan (Sartono dalam Dewanto 2006). Apabila perusahaan memutuskan untuk menambah modalnya dengan hutang, maka perusahaan juga memerlukan jaminan sebagai penjamin hutang yang digunakannya untuk membiayai kegiatan perusahaan. Salah satu jaminan yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang adalah aset yang dimiliki perusahaan. Apabila struktur aset perusahaan dapat digunakan sebagai jaminan hutang, maka perusahaan tersebut cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, maka semakin banyak aktiva tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman akan menjadi lebih besar.

b. Kepemilikan institusional

(38)

Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar.

Kepemilikan institusional akan memiliki arti penting dalam mengawasi manajemen dengan pengawasan yang lebih optimal terhadap berbagai keputusan penting dalam perusahaan. Termasuk keputusan kebijakan hutang perusahaan, pemilik saham institusional akan ikut memengaruhi pengambilan keputusan tersebut. Selain kepemilikan atas saham, investor institusional ini juga turut andil dalam suara di rapat umum pemegang saham (RUPS).

c. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers (1984) dalam (Indahningrum dan Handayani, 2009) menyatakan bahwa manajer menggunakan pecking order untuk keputusan pendanaan yaitu menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity.

(39)

perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Narita (2012) Semakin tinggi profit yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena dengan profitabilitas yang tinggi memungkinkan perusahaan menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian hutang.

d. Ukuran perusahaan

(40)

perusahaan untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan hutang juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan hutang apabila modal sendiri tidak mencukupi. Menurut Haruman (2008) ukuran perusahaan (SIZE) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar dividen besar untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun potensial. Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar modal apabila berencana melakukan emisi saham baru.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

(41)

Indahningrum dan Handayani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,

Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSDR), variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan kebijakan dividen (DIVIDEN) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan variabel kepemilikan institusional (INST) dan variabel Free Cash Flow (FCF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Steven dan Lina (2011) melakukan penelitian dengan judul “ faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)”. Sampel penelitian

sebanyak 142 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kebijakan dividen, struktur aset, dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Investasi, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Kurniati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Struktur

(42)

perusahaan tekstil yang terdaftar di BEJ tahun 2001-2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusional, dan struktur asset terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang.

Narita (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kebijakan

Hutang (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2009-2010)”. Sampel penelitian sebanyak 82 perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI periode 2009-2010.Variabel Independen yang digunakan adalah Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, dan Profitabilitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, Free Cash Flow dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang,sedangkan variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Syadeli (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Struktur

(43)

Kepemilikan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Amirya dan Atmini (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai

Perusahaan : Perspektif Pecking Order Theory”. Sampel penelitian adalah 33 perusahaan manufaktur di BEJ periode 2003-2004. Metode penelitian ini adalah path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan total aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Joni dan Lina (2010) melakukan penelitian dengan judul “Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal”. Sampel yang digunakan

(44)

Hardiningsih dan Oktaviani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Determinan Kebijakan Hutang (dalam Agency Theory dan Pecking Order

Theory).Sampel penelitian sebanyak 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.Variabel independen yang digunakan adalah free cash flow, growth, laba ditahan, dan kepemilikan manajerial. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Growth danlaba ditahan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.Profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Larasati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Hasil penelitian tersebut

(45)

C. Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang

Struktur aktiva merupakan perbandingan antara total aktiva tetap bersih yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang, dengan total aktiva (Wahidahwati, 2002). Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih banyak. Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman (Mamduh, 2004). Struktur aset berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan yang memiliki struktur aset yang besar akan cenderung menggunakan hutang lebih besar ketimbang perusahaan yang memiliki struktur aset kecil. Hasil penelitan Hardiningsih dan Oktaviani (2012), Joni dan Lina (2010), Steven dan Lina (2011) menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:

(46)

2. Pengaruh Kepemilikian Institusional Terhadap Kebijakan Hutang kepemilikan institusional adalah prosentase kepemilikan saham perusahaan oleh suatu lembaga atau institusional seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan perusahaan institusional lain (Nuraina, 2012). Dengan adanya kepemilikan saham secara institusional dapat memberikan peranan pengawasan (monitoring) yang optimal di dalam setiap keputusan perusahaan. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan adalah dengan memberikan bahan pertimbangan bagi manajer dalam pengambilan keputusan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Mereka cenderung dapat mengintervensi keputusan dalam rapat seperti keputusan investasi, merger, termasuk keputusan dalam kebijakan hutang dan lain sebagainya.

Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini di akibatkan karena timbul pengawasan oleh lembaga atau institusi terhadap kinerja perusahaan. Adanya kontrol ini manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi resiko kebangkrutan. Hasil penelitian Kurniati (2007) serta Yeniatie dan Destriana (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

(47)

H2: Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan adalah negatif.

3. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Profitabilitas

Kurniati (2007) menyatakan bahwa Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diperoleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil. Karena mereka membiayai operasional perusahaan dengan laba ditahan, seperti dalam pecking order theory yang menyatakan bahwa urutan pembiayaan dimulai dengan laba ditahan sebagai urutan pertama, kemudian hutang dan yang terakhir penerbitan saham baru.

(48)

Indahningrum dan Handayani (2009), Joni dan Lina (2010), Narita (2012), dan Syadeli (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijkan hutang.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:

H3: Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang perusahaan adalah negatif

4. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Ukuran Perusahaan

(49)

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:

H4: Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahaan adalah positif.

D. Model Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel dependen dalam hal ini adalah kebijakan hutang. Variabel independen dalam penelitian ini berupa struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas dan ukuran perusahaan.

(50)

H1

H2

H3

H4

(+) (-) (+)

(-)

Gambar 2.1 Model Penelitian

Struktur Aset (X1)

Kepemilikan Institusional

(X2)

Profitabilitas (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

Kebijakan Hutang (Y)

Keterangan

(51)

A. Metode Penelitian

1. Objek dan Subjek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Metoda pengambilan sampel dilakukan dengan metoda puposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan manufaktur yang telah mendaftarkan sahamnya dan masih aktif pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014.

b. Peusahaan manufaktur yang sedang mengalami pertumbuhan atau sedang tumbuh antara 2012-2014.

(52)

d. Perusahaan yang mempunyai data dan laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian untuk faktor-faktor yang diteliti, yaitu struktur aktiva, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan dari 2012-2014.

3. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data rasio. Data tersebut diadakan dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2012-2014 yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Data laporan keuangan diperoleh dari Indonesian Market Directory (ICMD) yang dapat diakses melalui www.idx.co.id.

4. Teknik Pengambilan Data

Teknik data dalam penelitian ini adalah menggunakan data arsip. Data arsip adalah kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan. Data arsip tersebut dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

5. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Dependen

(53)

proporsi suatu perusahaan mendanai operasinya dengan menggunakan hutang. Dalam penelitian ini ukuran debt ratio merupakan proxy dari kebijakan hutang perusahaan (Nuriningsih dalam Indahningrum dan Handayani, 2009). Debt Equity Ratio dirumuskan dengan sebagai berikut:

Debt Equity Ratio (DER) :

Sumber : Nurmasari, 2015

b. Variabel Independen 1. Struktur Aset

Struktur aset merupakan komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan (Yeniatie dan Destriana, 2010). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dengan membagi net fixed asset dengan total asset.

Struktur Aset :

Sumber :Yeniatie dan Destriana, 2010 2. Kepemilikan Institusional

(54)

INST :

Sumber :Indahningrum dan Handayani, 2009 3. Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.Efektivitas manajemen disini dapat dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Menurut Harahap (2009) dalam (Astuti dan Nurlelasari, 2013) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuann perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini Return On Equity merupakan proksi dari profitabilitas. Semakin besar atau meningkat rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. ROE merupakan rasio yang menunjukan berapa besar Earning After Tax (EAT) yang diperoleh bila diukur dari equity. ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :

Return On Equity (ROE) :

(55)

Sumber : Astuti dan Nurlelasari, 2013

4. Ukuran Perusahaan

Variabel ukuran perusahaan menunjukkan berapa asset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan ( titman dan Wessel, 988 dan Moh’d et al, 1988) dalam penelitian Wahidawati, (2001). Ukuran

perusahaan menjadi salah satu variabel yang dianggap dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam memilih bentuk pendanaan. Perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik di pasar akan lebih fleksibel menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Selain itu, perusahaan yang besar akan membutuhkan dana hutang seiring pertumbuhannya.

Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan logaritma natural dari total aset (Ln Aset). Variabel ini dirumuskan sebagai berikut :

SIZE = Ln Aset

Sumber : Pithaloka, 2009 B. Metode Statistik

1. Analisis data

(56)

kebijakan hutang maka digunakan analisis regresi linier berganda. Model regresinya adalah sebagai berikut :

Y : a-b1X1-b2X2-b3X3+b4X4 Dimana :

Y : Kebiajakan Hutang X1 : Struktur Aset

X2 : Kepemilikan Institusional X3 : Profitabilitas

X4 : Ukuran Perusahaan a : Konstanta

b1...b4 : Koefisien Regresi 2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang di lihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness atau kemencengan distribusi (Ghozali 2011 : 19).

3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji hipotesis, data dalam penelitian ini akan di uji terlebih dahulu sebagai pemenuhan syarat asumsi dasar. Pengujian yang dilakukan, diantaranya yaitu :

(57)

Ghozali (2011:160) uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Uji t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Level of significant yang digunakan adalah 0,05.

Jika data mengalami tidak normalan maka bisa di obati dengan cara mengubah semua variabe menjadi logaritma natural (Ln) kemudian melakukan regresi dengan variabek yang telah di ubah menjadi Ln tersebut.

b. Uji Multikoleniaritas

(58)

maka tidak ada multikoloonieritas dalam model regresi (Ghazali:105).

c. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2011:139) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas dimana variance residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Beberapa cara dalam menguji heteroskedastisitas dalam variance error terms untuk model regresi. Dalam penelitian ini akan digunakan metode chart (diagram scatterplot).

Jika dalam model terdapat heteroskedastisitas, maka dapat di perbaiki dengan melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut.Selanjutnya melakukan transformasi logaritma.

d. Uji Autokorelasi

(59)

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujiann ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test) dengan mensyaratkan adanya konstantan dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel.

4. Uji Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda.Regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (X) yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel dependen (Y).Variabel yang dijadikan variabel bebas atau independen adalah struktur aset (X1), kepemilikan institusional (X2), profitabilitas (X3), dan ukurann perusahaan (X4).Untuk mempercepat dan mempermudah dalam perhitungan regresi linier berganda, maka dalam penelitian ini digunakan SPSS Statistik 15.

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t.

(60)

pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Cara melakukan uji t jika nilai signifikansi t > 0,05, maka variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Namun, jika nilai signifikansi t < 0,05 maka variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 6. Koefesien Determinasi (R2)

(61)

A. Gambaran Umum dan Obyek/Subyek Penelitian

(62)

Tabel 4.1.

Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2012-2014 129

Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan (12)

Perusahaan tidak memperoleh laba (38)

Jumlah perusahaan 79

Jumlah sampel penelitian 237

Data outlier (18)

Data yang diolah 219

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

(63)

Tabel 4.2.

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel N Min Maks Mean Std. Dev

DER 219 0,000 2,253 0,744 0,448

SA 219 0,000 0,987 0,366 0,207

INST 219 9,160 96,310 67,870 18,844

ROE 219 0,001 0,913 0,149 0,129

SIZE 219 11,399 19,279 14,556 1,678

Sumber: Lampiran 5

(64)

dengan standar deviasi sebesar 0,129. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 11,399 dan nilai maksimum sebesar 19,279. Nilai rata-rata sebesar 14,556 dengan standar deviasi sebesar 1,678.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Model regresi yang diperoleh berdistribusi normal dan terbebas dari gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokolerasi. Berikut hasil uji asumsi klasik adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data menggunakan metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov (KS) disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.3.

Hasil Uji Normalitas Sebelum Penghilangan Data Outlier

Z p-value Keterangan

One Sample KS

2,750 0,000 Data tidak

berdistribusi normal Sumber: Lampiran 6

(65)

perlu dilakukan penghilangan data outlier. Hasil uji normalitas setelah penghilangan data outlier disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4.

Hasil Uji Normalitas Setelah Penghilangan Data Outlier

Z p-value Keterangan

One Sample KS

1,211 0,107 Data

berdistribusi normal Sumber: Lampiran 6

Tabel 4.4 memperlihatkan nilai p-value yang diperoleh adalah sebesar 0,107 > 0,05, berarti data berdistribusi normal.

b. Uji Multikoleniaritas

Hasil uji multikolinearitas menggunakan metode variance inflation factor (VIF) disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.5.

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Collinearity Statistics Kesimpulan Bebas Tolerance VIF

(66)

Tabel 4.5 memperlihatkan tidak terdapat variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

c. Uji Heteroskedastisitas

Ringkasan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.6.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel terikat

Variabel bebas Sig Keterangan

abse SA 0,396 Non heteroskedastisitas

INST 0,041 Heteroskesastisitas ROE 0,334 Non heteroskedastisitas SIZE 0,847 Non heteroskedastisitas Sumber: Lampiran 8

(67)

d. Uji Autokolerasi

Ringkasan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson statistics disajikan pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7. Hasil Uji Autokolerasi

dU DW 4-dU Keterangan

Durbin-Watson

1,803 2,181 2,197 Tidak terdapat masalah autokorelasi Sumber: Lampiran 9

Hasil pengujian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai DW yang diperoleh adalah sebesar 2,181. Nilai tabel du untuk k = 4 dan data sebanyak 219 sampel diperoleh sebesar 1,803. Dengan demikian nilai DW = 2,181 berada diantara du 1,803 dan 4-du = 2,197. Maka model regresi ini tidak terdapat autokolerasi positif maupun positif.

3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

(68)

Tabel 4.8.

Hasil Perhitungan Regresi Setelah Uji Asumsi Klasik

Variabel Coef. B t stat Sig. t

Konstanta -0,010 -0,630 0,529

SA 0,058 0,478 0,633

INST -0,004 -2,768 0,006

ROE -0,763 -3,731 0,000

SIZE 0,078 9,412 0,000

Adj R2 0,606

F stat 84,953

Sig. F 0,000

Sumber: Lampiran 10

Hasil perhitungan pada tabel 4.8 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

DER = -0,010 + 0,058 SA - 0,004 INST - 0,763 ROE + 0,078 SIZE + e

(69)

b. Nilai koefisien b1 = 0,058 berarti apabila variabel bebas yang lain dianggap konstan, peningkatan struktur assets (SA) sebesar 1% akan meningkatkan keputusan pendanaan (DER) sebesar 0,058%.

c. Nilai koefisien b2 = -0,004 berarti apabila variabel bebas yang lain dianggap konstan, peningkatan kepemilikan institusional (INST) sebesar 1% akan menurunkan keputusan pendanaan (DER) sebesar 0,004%. d. Nilai koefisien b3 = -0,763 berarti apabila variabel bebas yang lain

dianggap konstan, peningkatan profitabilitas (ROE) sebesar 1% akan menurunkan keputusan pendanaan (DER) sebesar 0,763%

e. .Nilai koefisien b4 = 0,078 berarti apabila variabel bebas yang lain dianggap konstan, peningkatan ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 1% akan meningkatkan keputusan pendanaan (DER) sebesar 0,078%.

4. Hasil Pengujian Hipotesis a. Uji Parsial (Uji Statistik t)

(70)

Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik t

Variabel Coef. B t stat Sig. t

Konstanta -0,010 -0,630 0,529

SA 0,058 0,478 0,633

INST -0,004 -2,768 0,006

ROE -0,763 -3,731 0,000

SIZE 0,078 9,412 0,000

Variabel dependen : Keputusan Pendanaan Sumber: Lampiran 10

1) Pengujian hipotesis 1

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai unstandardized beta coefficients struktur aset (SA) sebesar 0,058 dengan signifikansi 0,633. Nilai signifikansi struktur aset yang lebih besar dari signifikansi yang diharapkan (0,05), dapat disimpulkan bahwa variabel struktur aset tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis pertama (H1) ditolak.

2) Pengujian Hipotesis 2

(71)

signifikansi 0,006. Nilai signifikansi kepemilikan institusional yang lebih kecil dari signifikansi yang diharapkan (0,05), dapat disimpulkan bahwa variabel kepemillikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis kedua (H2) diterima.

3) Pengujian Hipotesis 3

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai unstandardized beta coefficients profitabilitas (ROE) sebesar -0,763 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi profitabilitas yang lebih kecil dari signifikansi yang diharapkan (0,05), dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis ketiga (H3) diterima.

4) Pengujian Hipotesis 4

(72)

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis keempat (H4) diterima.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel struktur aset (SA), kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROE), dan ukuran perusahaan (SIZE) secara bersama-sama terhadap keputusan pendanaan (DER). Hasil uji statistik F disajikan pada tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10. Hasil Uji Statistik F

Sumber: Lampiran 10

Hasil uji statistik F yang terdapat dalam tabel 4.10, dapat diperoleh nilai profitabilitas (F hitung) sebesar 84,953 dan signifikansi sebesar 0,000 < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan variabel-variabel struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

(73)

c. Koefesien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) beruguna untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variabel dependent (Ghozali, 2011).

Tabel 4.11.

Hasil Uji Koefisien Determinasi

R square Adj R square

0,614 0,606

Sumber: Lampiran 10

Dari output SPSS pada tabel 4.11, menunjukkan besarnya nilai adjusted R square sebesar 0,606 menunjukkan bahwa 60,6% variasi keputusan pendanaan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan, sedang sisanya sebesar 39,4% dijelaskan variabel bebas lain yang tidak ikut diteliti.

C. Pembahasan

(74)

terhadap keputusan pendanaan, profitabilitas yang diproksikan ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pendanaan, dan ukuran perusahaan yang diproksikan dengan SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan.

1. Pengaruh struktur aset terhadap keputusan pendanaan

Hasil uji parsial struktur aset (SA) terhadap keputusan pendanaan (DER) diketahui SA tidak berpengaruh signifikan terhadap DER. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan ditolak. Hal ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan struktur aset berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.

(75)

pihak ketiga menjadi semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan Marhamah (2016) yang menyimpulkan tingginya struktur aktiva tidak mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2013.

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap keputusan pendanaan Hasil uji parsial kepemilikan institusional (INST) terhadap keputusan pendanaan (DER) diketahui INST berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kepemilikan institusiaonal berpengaruh negatif terhadap keputusan pendanaan diterima. hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007) serta Yeniatie dan Destriana (2010) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

(76)

lain sebagainya. Adanya kontrol ini maka manajer cenderung menggunakan hutang pada tingkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan resiko kebangkrutan. Jika investor intitusi tidak puas dengan kinerja manajer maka mereka dapat menjual sahamnya pada perusahaan tersebut.

3. Pengaruh profitabilitas terhadap keputusan pendanaan

Hasil uji parsial profitabilitas (ROE) terhadap keputusan pendanaan (DER) diketahui ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan pendanaan diterima. hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Amirya dan Atmini (2008), Indahningrum dan Handayani (2009), Joni dan Lina (2010), Narita (2012), Syadeli (2013) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

(77)

Berdasarkan pecking order theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan adalah dengan menggunakan retained earning, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan akan menggunakan hutang untuk membiayai operasional perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan diasumsikan mengalokasikan sebagian besar keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana internal dan menggunakan hutang dalam tingkat yang rendah, tetapi, saat mengalami profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada prinsipal.

Disamping itu perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang baik pula dalam membayarkan dividen, sehingga akan tercipta sinyal positif bagi perusahaan. Manajemen memiliki kekuatan dalam pengelolaan dana perusahaan tanpa harus mempertimbangkan sumber dana eksternal, karena perusahaan memiliki banyak free cash flow untuk membiayai proyek perusahaan.

4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan pendanaan

(78)

DER. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan pendanaan diterima. hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Syadeli (2013) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan pendanaan. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan hutang juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan hutang apabila modal sendiri tidak mencukupi.

(79)

BAB V

SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap keputusan pendanaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014,dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara simultan variable SA, INST, ROE, SIZE bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen yaitu DER.

2. Secara parsial dapat diketahui bahwa masing-masing variabel yaitu SA, INST, ROE, SIZE memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap keputusan pendanaan (DER) berdasarkan hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Struktur aset yang diproksi dengan SA tidak berpengaruh terhadap

keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05%.

b. Kepemilikan Institusional yang diproksi dengan INST berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05%.

(80)

d. Ukuran perusahaan yang diproksi dengan SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan tersebut maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Investor yang melakukan penawaran modal pada perusahaan manufaktur di BEI perlu memperhatikan faktor-faktor struktur assets, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan karena terbukti variabel-variabel ini berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan perusahaan. 2. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan penambahan variabel lain, seperti:

likuiditas, Free Cash Flow, dan kebijakan dividen agar diperoleh nilai koefisien determinasi yang lebih besar.

3. Periode penelitian perlu lebih diperpanjang sehingga dapat diketahui kecenderungan keputusan pendanaan perusahaan dalam jangka panjang.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

(81)

ukuran perusahaan sehingga nilai koefisien determinasi yang diperoleh masih rendah yaitu sebesar 15%.

(82)

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

aitam desa Baros Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes?.. 3.Untuk mengetahui pengaruh kegiatan dakwah Ponpes darul aitam terhadap. perilaku remaja desa Baros

1. Memiliki kemampuan untuk mengekspresikan secara baik ilmu pengetahuan yang dimilikinya baik secara lisan maupun tertulis, hingga hasil karya ilmiahnya dapat

Dari hasil pembuatan umpan zirkonil nitrat dari bahan zirkon oksidklorid hasil proses PTAPB yang berwarna kuning ternyata tidak bisa larut sempurna dan setelah

Pelaksanaan konsep desain kapasitas struktur adalah memperkirakan urutan kejadian dari kegagalan suatu struktur berdasarkan beban maksimum yang dialami struktur, sehingga

h) Outcome i. rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi a.. Penyesuaian akibat penjabaran laporan

Guru menjelaskan tugas yang harus dilaksanakan oleh anak 5 Anak secara bergantian menceritakan kembali isi cerita guru secara sederhana. Guru memberikan pujian kepada anak

This is especially true for the adaptive schemes we consider whose speed is dictated largely by the pro- cess used to pick a given stencil based on the numerical solution at