INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT,
ORGANIZATIONAL CULTURE, ORGANIZATIONAL COMMITMENT, AND IMPLEMENTATION PRINCIPAL OF GOOD CORPORATE
GOVERNANCE ALONG THE IMPACT TO MANAJERIAL PERFORMANCE OF HOSPITAL
(Empirical Study on Hospital Pemalang District BLUD Status)
Oleh: Hera Nurmalita
20130420293
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT,
ORGANIZATIONAL CULTURE, ORGANIZATIONAL COMMITMENT, AND IMPLEMENTATION PRINCIPAL OF GOOD CORPORATE
GOVERNANCE ALONG THE IMPACT TO MANAJERIAL PERFORMANCE OF HOSPITAL
(Empirical Study on Hospital Pemalang District BLUD Status)
SKRIPSI
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan
Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh: Hera Nurmalita
20130420293
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan saat mereka menyerah.
(
Thomas Alva Edison
)
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa yang dialami
oleh suatu kaum, sehingga mereka sendiri yang berusaha
merubah apa yang mereka alami
vi
mengucapkan terima kasih kepada:
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini saya masih diberikan kesehatan dan dapat menyelesaikan
studi ini dengan memperoleh ilmu yang bermanfaat.
Orangtua yang selalu mendukung dan memberikan semangat. Untuk ayahandaku tersayang Muntohir yang selalu menjadi inspirasi dalam hidup
saya, beliau tidak pernah mengeluh dan pekerja keras serta selalu
memberikan motivasi-motivasi yang dapat menjadi bekal untukku. Untuk
Ibundaku tercinta Winurmi yang selalu memberikan nasihat yang
bermanfaat, kasih sayang yang luar biasa, perhatian yang tiada tara,
beliaulah yang selalu mengajarkanku kesabaran, keikhlasan dan beliau
salah satu penyemangatku dalam segala situasi yang kuhadapi baik senang
maupun susah. Di hari ini anak perempuanmu yang terakhir ingin
mempersembahkan untuk kalian dan membuat kalian bangga atas gelar
yang saya raih. Alhamdulillah sekarang anak bungsu kalian yang beranjak
dewasa dan masih manja sudah sarjana.
Kakakku satu-satunya yang saya punya Andina, walaupun terkadang kita suka berantem tapi terima kasih banyak dibalik keusilanmu kamu menaruh
vii
semangat dan nasiahat-nasihatnya yang akan selalu saya diingat.
Dosen Pembimbing Bapak Dr. Bambang Jatmiko.,S.E.,M.Si terima kasih banyak sudah dengan sabar membimbingku, memperhatikan anak
bimbingan-bimbinganmu, memberikan banyak sekali masukan serta
nasihat, tanpamu saya tidak dapat seperti ini. Terima kasih banyak pak.
Sahabat-sahabat seperjuangan dari awal masuk kuliah hingga sekarang seperti Elvina, Choirunnisa, Tiara, Dania dan Mamay terima kasih banyak
selalu memberi semangat dan tidak henti-hentinya memberi nasihat
kepadaku ketika saya lengah. I love you so much guys. See you on top.
Sahabat-sahabat Kontrakan Nina dan Lili terima kasih banyak sudah menemaniku dalam setiap keadaan apapun, selalu mendengarkan keluh
kesahku, selalu memberi nasihat layaknya orang tuaku, selalu ada ketika
saya membutuhkan serta terima kasih sudah menjadi sahabat dalam setiap
keadaan dan cuaca apapun. I love you so much.
Sahabat-sahabatku dikampung halamanku Pemalang seperti Ninda, Mitha, Alvia dan Nala terima kasih banyak kalian tiada hentinya menasehatiku
dan memperhatikanku. I love you so much.
Candra Sukma Hantiyo terima kasih selalu menyemangatiku, menasehatiku, mendengerkanku serta menemaniku dalam setiap keadaan.
viii
Teman seperjuanganku selama bimbingan Shipa Fauziah terima kasih banyak selama ini sudah menyemangatiku dan berjuang bersamaku.
Teman-teman kelas G terima kasih yang selama ini telah memberikan semangat yang luar biasa.
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR GRAFIK ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah... 12
xiv
A. Landasan Teori ... 16
1. Teori Agency ... 16
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ... 17
3. Budaya Organisasi ... 22
4. Komitmen Organisasi... 24
5. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance ... 26
6. Kinerja Manajerial ... 29
B. Perumusan Hipotesis ... 32
C. Model Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. Subyek dan Obyek Penelitian ... 39
B. Jenis Data ... 39
C. Teknik Pengambilan Sampel... 39
D. Teknik Pengambilan Data ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 41
G. Teknis Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Gambaran Umum/Subyek Penelitian ... 46
xv
A. Simpulan ... 74
B. Saran ... 75
C. Keterbatasan Penelitian ... 76
D. Implikasi. ... 76
DAFTAR PUSTAKA
xvi
4.2.Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 48
4.3. Responden Berdasarkan Lama Usia Kerja ... 49
4.4. Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 49
4.5. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 50
4.6. Responden Berdasarkan Status PNS dibagian Non Medis RSUD ... 51
4.7. Uji Statistik Deskriptif ... 51
4.8. Hasil Uji Validitas variabel Kinerja Manajerial... 53
4.9. Hasil Uji Validitas variabel SPIP ... 53
4.10. Hasil Uji Validitas variabel Budaya Organisasi... 54
4.11. Hasil Uji Validitas variabel Komitmen Organisasi ... 55
4.12. Hasil Uji Validitas variabel Penerapan Prinsip GCG ... 55
4.13. Hasil Uji Reliabilitas ... 56
4.14. Hasil Uji Normalitas ... 58
4.15. Hasil Uji Multikolinieritas ... 59
4.16. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60
4.17. Hasil Koefisien Determinasi (R2)... 61
4.18. Hasil Uji t ... 62
ix
Rumah Sakit. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode survei, alat yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini seluruh rumah sakit di kabupaten pemalang, sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria tertentu yang berjumlah 144 responden setelah data diolah terjadi outliers sebanyak 32 sehingga total sampel hanya 112 responden yang dapat dipakai. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil pada penelitian ini memperlihatkan bahwa: (1) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial; (2) Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial; (3) Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial; (4) Penerapan Prinsip Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baiknya penerapan sistem pengendalian intern pemerintah maka semakin baik kinerja manajerial, semakin rendahnya budaya organisasi yang diterapkan dalam organisasi maka kinerja manajerial akan semakin buruk, semakin baiknya komitmen organisasi setiap pegawainya akan membawa kinerja manajerial juga semakin baik dan semakin baiknya penerapan prinsip good corporate governance maka akan semakin baik kinerja manajerialnya.
x
the Managerial Performance of hospitals. Methods in this study used a survey method, a device used in data retrieval using the questionnaire. The population in this research the whole hospital in pemalang, the sample in this study using a purposive sampling method with certain criteria which totaled 144 respondents after the data processed as many as 32 outliers occur so that a total of 112 respondents only samples that can be used. In this research analysis tools using multiple linear regression analysis. The results of this research show that: (1) the system of internal control of the positive effect of the Government's response to the Managerial Performance; (2) organizational culture does not have an effect on Managerial Performance; (3) a positive effect against organizational commitment to performance menejerial; (4) Principles of Good Corporate Governance positive effect on Managerial Performance. It concluded that improvements in the implementation of the internal control system of government the better managerial performance, the lack of organizational culture that are applied in the organization then knerja managerial going to get worse, the improving organizational commitment every employee will bring managerial performance is also getting better and good application of the principle good corporate governance, the better managerial performance.
1
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi yang semakin maju sekarang ini mampu
mempengaruhi perusahaan jasa. Dalam hal ini perusahaan jasa seperti
Rumah Sakit sangat berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Supaya
perusahaan jasa mampu bersaing dibutuhkan juga sebuah kinerja manajerial
yang baik dan berkualitas. Kinerja manajerial merupakan kondisi yang
memang harus di ketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu
untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu badan jasa yang dijalankan
(Priambodo,2015).
Di Indonesia juga, dalam pengukuran kinerja dilakukan untuk
menanggapi TAP MPR No. IX/MPR/1998 tentang penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme dan UU
No. 28 tahun 1999 tentang hal yang sama. Menanggapi mandat tersebut
maka dikeluarkan Inpres No 7 tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah
menyusun perencanaan strategik, melakukan pengukuran kinerja dan
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah setiap daerah tentunya
berbeda. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah dimana setiap daerah
melakukan pengelolaan sendiri terhadap keuangannya. Sehingga sampai
saat ini masih banyak ditemukan penyimpangan yang dilakukan oleh
organisasi pemerintah, juga pada pelaksanaan pengelolaan keuangan
organisasi yang pada umumnya masih belum optimal. Hal ini tampak dari
pendapat Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah bahwa yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian
(WTP) setiap tahunnya berubah-ubah pada tahun 2012 0% lalu tahun 2013
mengalami kenaikan drastis sebesar 74% tahun berikutnya menurun sebesar
34% dan tahun selanjutnya mengalami kenaikan 60%. Sebagian besar masih
memperoleh opini wajar dengan pengecualian (WDP) bahkan tahun 2012
ada 100% dan mengalami penurunan hanya pada tahun 2013 dan 2015,
namun memang sedikit yang mendapatkan disclaimer dan advers (tidak
wajar) namun tetap masih ada yang mendapatkannya bukan berarti tidak
mendapatkan sama sekali. Dapat dilihat pada grafik seperti berikut yang
Grafik 1.1
Opini Pemeriksaan Laporan Keuangan
(Sumber : www.bpk.go.id)
Dijelaskan juga menurut pandangan islam pada ayat seperti berikut :
Yang artinya :
“Katakanlah (Muhammad) tidaklah sama yang buruk dengan yang
baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka
bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,
agar kamu beruntung.“ (QS. Al-Maidah : 100)
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2012 2013 2014 2015
Bermula dari tujuan peningkatan pelayanan publik tersebut diperlukan
pengaturan yang spesifik mengenai unit pemerintahan yang melakukan
pelayanan kepada masyarakat yang saat ini bentuk dan modelnya beraneka
macam. Sesuai pasal 1 angka 23 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara disebutkan “Badan Layanan Umum adalah instansi
di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan dan atau jasayang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukankegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.” Pengertian tersebut
kemudian diadopsi kembali dalam pasal 1 angka 1 PP No. 23 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Ada karakteristik
khusus juga yang membedakan antara organisasi yang berstatus BLUD
dengan organisasi atau institusi pemerintah lainnya seperti halnya status
BLUD ini diperuntukan bagi instansi pemerintah yang memang
menyediakan barang ataupun jasa yang berhubungan langsung dengan
masyarakat, selain itu pendapatan BLUD itu merupakan lain-lain dari PAD
yang sah bagi suatu daerah, dalam birokrasi pemerintah masih banyak
organisasi yang bertindak bukan sebagai penyedia jasa ataupun barang
misalkan organisasi pemerintah yang membuat regulasi, penegakan
hukum/peradilan, pertahanan dan lain-lain oleh karena itu organisasi
tersebut tidak mungkin menerima pendapatan langsung dari masyarakat atas
Pengelolaan unit rumah sakit juga memiliki perbedaan sendiri karena
selain sebagai unit bisnis, usaha rumah sakit juga memiliki misi sosial,
disamping pengelolaan rumah sakit juga sangat tergantung pada status
kepemilikan rumah sakit. Misi rumah sakit tidak terlepas dari misi
pelayanan sosial, namun dalam pengelolaan rumah sakit tetap terjadi konflik
kepentingan dari berbagai pihak (Lestari,2013). Dalam hal ini kinerja
manajerial yang baik juga berpengaruh terhadap peningkatan mutu rumah
sakit. Ini diperlukan guna memenuhi standar yang tinggi dan mampu
bersaing dalam pasar (Priambodo,2015).
Saat ini Rumah Sakit harus merubah orientasinya dengan memadukan
service public oriented dan profit oriented (Prasetyono dan
Kompyurini,2007). Sebagai salah satu sarana kesehatan masyarakat,
keberadaan rumah sakit masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Kondisi ini disebabkan perlengkapan medis yang masih minim dan
pelayanan yang diberikan belum mampu memenuhi harapan masyarakat.
Sejalan dengan hal itu pelayanan rumah sakit mempunyai standar dan
prosedur pelayanan yang diharapkan, maka diterbitkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.228/Menkes/SK/II/2002 tentang
pedoman penyusunan standar pelayanan minimum rumah sakit yang wajib
dilaksanakan daerah. Kualitas pelayanan rumah sakit sebenarnya mampu
dipengaruhi oleh banyak aspek salah satunya yaitu budaya organisasi dan
cara pengorganisasian rumah sakit daerah itu sendiri. Dalam manajerial
untuk mencapai tujuannya, sedangkan jalannya organisasi dipengaruhi oleh
perilaku banyak individu yang memang mempunyai kepentingan atau tujuan
masing-masing. Oleh karena itu, budaya organisasi sangat penting karena
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam lingkungan suatu
organisasi (Fandy,2000) dalam (Lestari,2013).
Budaya organisasi juga sangat berpengaruh terhadap perilaku para
anggota organisasi dikarenakan sistem nilai dalam budaya organisasi dapat
dijadikan pedoman perilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi
pada pencapaian tujuan atau hasil kinerja yang ditetapkan, sehingga apabila
budaya organisasi itu baik, maka secara tidak langsung anggota organisasi
adalah orang-orang yang baik dan berkualitas pula (Abdullah dan Arisanti,
2014). (Widuri dan Paramita,2007) menjelaskan juga bahwa budaya
organisasi dan Good Corporate Governance berbanding lurus, dimana
semakin kuat penerapan budaya organisasi maka semakin tinggi pula
penerapan Good Corporate Governance. Hal ini dikarenakan adanya
kesamaan fungsi antara budaya organisasi dan Good Corporate Governance
merupakan pengendali sistem dari sebuah organisasi, selain itu budaya
organisasi dan Good Corporate Governance sama saja mempunyai fungsi
guna untuk acuan untuk pembuatan keputusan dari suatu organisasi.
Dalam perkembangannya Good Corporate Governance semakin
penting bagi organisasi, yaitu untuk alat control manajemen guna
meningkatkan kinerja perusahaan dan upaya menciptakan organisasi yang
hubungan antara manajemen organisasi, komisaris, direksi, pemegang
saham, dan kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Berikutnya
akan dimanifestasikan dalam bentuk kerangka kerja yang dibutuhkan guna
menentukan tujuan organisasi dan cara pencapaian tujuan serta pemantauan
kinerja yang telah dihasilkan (Widuri dan Paramita,2007). Secara teori
Good Governance dapat dibilang menekankan pada proses pengelolaan
pemerintahan dengan adanya stakeholders yang terlibat dalam bidang sosial,
ekonomi, dan juga politik serta mengikuti dalam pemberdayaan sumber
daya yang sudah ada, manusia ataupun keuangan yang dilaksanakan
menurut keperluan masing-masing. Fakta yang telah ada sebagai bukti
lemahnya penerapan Good Corporate Governance yaitu terjadinya kasus
korupsi yang terbilang cukup tinggi. Masalah-masalah ini yang
mengakibatkan terhalangnya proses perekonomian yang baik di Indonesia
dan juga semakin banyaknya jumlah penduduk. Dalam upaya menerapkan
Good Corporate Governance yang baik maka haruslah diimbangi dengan
Good Goverment pula. Maksudnya adalah tidak hanya tata kelola rumah
sakit saja yang wajib ditekankan. Tetapi, rumah sakit juga harus berlaku
yang baik pula terhadap masyarakat (Ristanti et al,2014).
Tuntutan masyarakat dewasa sekarang ini juga seperti
penyelenggaraan dan penciptaan lembaga-lembaga sektor publik yang Good
Corporate Governance. Rumah sakit sebagai organisasi sektor publik dalam
pengelolaannya belum sesuai dengan harapan masyarakat didaerah,
rumah sakit. Transparansi dan akuntabilitas publik dianggap masing kurang.
Hal ini terjadi berkaitan dengan belum optimal dalam pengimplementasian
Good Corporate Governance (Prasetyono dan Kompyurini,2007).
Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu
sistem yang memang mengatur bagaimana suatu kinerja manjerial
dijalankan (operasi) dan dikontrol. Sistem ini mengatur secara rinci dan
tegas hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dalam organisasi
(Lestari,2013). (Lestari,2013) juga menjelaskan bahwa keberhasilan
penerapan Good Corporate Governance dapat dipengaruhi faktor internal
dan eksternal organisasi yang bersangkutan. Dalam pencapaian prinsip
Good Corporate governance diperlukan sistem pengendalian internal yang
baik dan dapat memenuhi kebutuhan stakeholders serta menjalankan fungsi
pengawasan atau pelaksanaan internal kontrol dalam sebuah organisasi.
Sistem pengendalian internal yang efektif mampu menghindarkan
organisasi dari kerugian besar dan sebaliknya tanpa sistem pengendalian
internal yang efektif maka kendala atau resiko yang dapat mengakibatkan
kerugian besar dapat berlangsung lama tanpa terdeteksi oleh pemilik
organisasi (Siswanto,2005) dalam (Lestari,2013). Penentuan apakah
pengendalian internal telah diimplementasikan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat serta apakah pelaksana sudah memiliki kewenangan dan
kualifikasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan pengendalian
tersebut secara efektif merupakan tujuan dari dilaksanakannya pengujian
tersebut terimplementasikan dengan efisien dan efektif, maka pelaporan
keuangan yang dihasilkan akan andal, aset yang dimiliki tetap aman,
peraturan yang dijalankan akan berjalan baik dan juga tata kelola organisasi
akan berkualitas (Ristanti et al,2014). (Priambodo,2015) mengatakan dalam
kinerja organisasi pengendalian intern berperan penting dari fungsi
manajemennya seperti perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan yang tepat. Menurutnya pengendalian intern
merupakan suatu proses yang dijalankan dengan dewan komisaris,
manajemen, dan personil usaha lainnya yang dirancang untuk mendapatkan
keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan.
Tidak hanya pengendalian intern yang haru ditingkatkan, namun
dalam komitmen organisasinya juga, dalam konteks anggota organisasi.
Dimana komitmen organisasi yang kuat dalam dalam individu akan
menyebabkan individu berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan dalam
organisasi seperti halnya pemerintah harus memiliki keyakinan akan etika
dan memiliki komitmen untuk loyal, memiliki keinginan untuk mencapai
kinerja prestasi dalam organisasi dan memiliki ikatan emosi (Ristantiet
al,2014).
(Prasetyono dan Kompyurini,2007) menyatakan bahwa komitmen
organisasi dapat tercipta apabila individu dalam organisasi sadar akan hak
dan kewajibannya dalam organisasi tanpa melihat jabatan dan kedudukan,
hal ini disebabkan pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil dari kerja
tinggi komitmen yang dimiliki seseorang dalam organisasi maka semakin
tinggi pula kualitas kinerja manajerial dalam organisasi yang dihasilkan.
Baik atau buruknya kinerja manajerial rumah sakit dapat disebabkan
oleh beberapa hal, seperti contohnya kegagalan organisasi dalam melakukan
pamantauan dan penentuan perncanaan strategis akan menyebabkan
buruknya kinerja organisasi tersebut.
Selain itu, standar akuntasi yang digunakan dalam penyusunan
laporankeuangan rumah sakit adalah Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
Standar pelaporan dibuat dengan tujuan agar laporan keuangan organisasi
nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi dan memiliki daya
banding yang tinggi.
Fenomena yang sekarang ini dihadapi oleh Rumah Sakit contohnya
seperti kurangnya sumber daya manusia atau sama saja dengan
berkurangnya jumlah karyawan, ada juga masalah lainnya seperti kurangnya
pengimplementasian kinerja rumah sakit yang memang menyebabkan
berkurangnya sarana prasarana, seperti contohnya Rumah Sakit dipemalang
belum mempunyai Ruang VVIP, masih ada yang tidak mempunyai ruang
ICU dan ruang tunggu yang memang kurang memadai, perlu dipertanyakan
juga ketika pendapatan rumah sakit dipemalang yang didapat sudah
maksimal maka seharusnya tingkat pelayanan dan sarananya bisa
ditingkatkan, pendapatan yang maksimal dapat dilihat dari tingkat
dan kinerja rumah sakit mengalami penuruan sebesar 2% lalu dapat dilihat
juga dari kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia bahkan sampai
mengalami penurunan sebesar 3%, dari sarananya yang juga kurang dari
standar yang mengalami penurunan juga sebesar 2%, pada kenyataannya
jumlah distribusi rumah sakit dipemalang cukup tinggi sebesar 60% bahkan
mengalami kenaikan 3%. Dapat dilihat dari tabel 1.2 seperti berikut:
Tabel 1.1
Tingkat Presentase Kinerja Rumah Sakit Kabupaten Pemalang
No Keterangan Presentase
2014 2015
1 Penilaian Kinerja per tahun 45% 43%
2 Sumber Daya Manusia 43% 40%
3 Sarana Pra Sarana 40% 38%
4 Distribusi 60% 63%
5 Tingkat Kesibukan RS 72,1% 80,1%
(Sumber : www.Findthebestrumahsakit.co.id)
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
B. Batasan Masalah
Luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada, serta keterbatasan waktu
dan pengetahuan supaya pembahasan masalah lebih terfokus dan spesifik
maka dibutuhkan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diajukan hanya pada instansi Pemerintah yang bergerak
pada bidang kesehatan yang memang berstatus BLUD saja
2. Penelitian dan pengkajian hanya dilihat dari Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan
Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dan melakukan
penilaian pada karyawan non medis Rumah Sakit.
3. Penelitian ini difokuskan pada penilaian kinerja manajerial pada
Rumah Sakit di Kabupaten Pemalang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh secara
positif terhadap kinerja manajerial rumah sakit?
2. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh secara positif terhadap
kinerja manajerial rumah sakit?
3. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh secara positif terhadap
4. Apakah penerapan prinsip Good Corporate Governance berpengaruh
secara positif terhadap kinerja manajerial rumah sakit?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh positif terhadap Kinerja
Manajerial Rumah Sakit.
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah Budaya
Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial Rumah
Sakit.
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah Komitmen
Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial Rumah
Sakit.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah penerapan
prinsip Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap
Kinerja Manajerial Rumah Sakit.
E. Manfaat penelitian
Penelitian diharapkan mampu memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Bidang Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah
yang terjadi baik Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Budaya
Corporate Governance dan Kinerja Manajerial Rumah Sakit.
Berdasarkan teori yang dibangun dan bukti empiris yang dihasilkan
maka fenomena Kinerja Manajerial dapat diperbaiki melalui
perbaikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance, pengembangan Budaya
Organisasi dan perbaikan Komitmen Organisasi.
2. Bidang Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan mengenai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, Budaya Organisasi, Komitmen
Organisasi dan dalam menerapkan prinsip Good Corporate
Governance.
b. Bagi Pihak Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu rumah sakit
sebagai organisasi sektor publik dalam memaksimalkan kinerja
yang mampu mencerminkan seluruh aspek baik tangible maupun
intangible.
c. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat
mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh
d. Bagi Perguruan Tinggi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan
masalah sistem pelayanan dan kinerja pada Perguruan Tinggi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang belum optimal
16
A. RERANGKA TEORI
1. Teori Keagenan (Theory Agency)
Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan
principal dan tujuan agen yang berbeda dapat memunculkan konflik
dikarenakan manajer organisasi cenderung untuk mengejar tujuan pribadi,
hal ini mengakibatkan kecenderungan manajer untuk menfokuskan pada
proyek organisasi yang menghasilkan keuntungan yang tinggi dalam
jangka pendek ataupun panjang daripada mensejahterakan masyarakat
memalui peningkatan pelayanannya di rumah sakit (Azizah,2012). Dalam
kinerja manajerial berdasarkan pada teori agensi yaitu teori agensi dapat
menjelaskan hubungan pegawai dengan kinerja sebagai agen secara moral
untuk mengoptimalkan pelayanan organisasi. Sehubungan dengan hal
tersebut adapun dua kepentingan yang memang berbeda didalam
organisasi dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai
kemakmuran yang dikehendaki, sehingga munculah informasi antara
manajemen dengan direktur yang mampu memberikan atau melakukan
manajemen laba dalam rangka menyesatkan direktur tentang kinerja
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan keberhasilan
kinerja manajerial suatu organisasi apabila direktur maupun pegawainya
melakukan pekerjaannya secara maksimal dan tidak mengutamakan
keuntungan saja.
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Dalam PP No. 66 Tahun 2008 mendefinisikan Sistem Pengendalian
Intern yaitu proses integral pada kegiatan dan perilaku yang dilaksanakan
secara terus-menerus yang dilakukan oleh pemimpin dan semua pegawai
guna memberikan kepercayaan memadai atas pencapaian tujuan organisasi
melalui kegiatan yang memang efektif dan efesien.
Sedangkan definisi Sistem Pengendalian Intern yang dikemukakan
oleh Committe of Sponsoring Oraganizations of the Tradeway Commision
(COSO), bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi dalam memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa
tujuan organisasi dapat dicapai melalui efisiensi dan efektivitas operasi,
penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, kepatuhan terhadap
undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Sistem pengendalian intern itu sendiri menurut (Mulyadi,2010)
bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengendalian
intern seperti struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang gunanya
untuk mengkoordinasikan dalam menjaga kekayaan suatu organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efesiensi
Menurut (Mulyadi,2010) juga dalam menciptakan sistem pengendalian
intern yang baik untuk organisasi melalui empat unsur pokok yang harus
dipenuhi sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab
fungsional secara tegas.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya
Sistem pengendalian intern yang memadai bagi organisasi
mempunyai persyaratan yang berbeda-beda, tergantung dari
sifat serta keadaan masing-masing organisasi.
Indikator dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menurut
(Afrida,2013) sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi
Pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern.
Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah
dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara
keseluruhan lingkungan organisasi, sehingga dapat
menimbulkan perilaku positif dan mendukung pengendalian
Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui
Penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap
kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan
struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan,
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat,
penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat
pengawasan intern pemerintah yang efektif dan hubungan
kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
b. Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan
untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan
kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan
mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Unsur ini
menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan
ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah yang bersangkutan.
c. Informasi dan Komunikasi
Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan umpan balik. Dalam hal ini pimpinan Instansi
Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang
tepat.
d. Pemantauan
Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah
untuk memastikan apakah sistem pengendalian intern pada
suatu instansi pemerintah telah berjalan sebagaimana yang
diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang perlu
dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan.
Unsur ini mencakup penilaian desain dan operasi pengendalian
serta pelaksanaan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Pimpinan instansi harus menaruh perhatian serius
terhadap kegiatan pemantauan atas pengendalian intern dan
perkembangan misi organisasi. Pengendalian yang tidak
dipantau dengan baik cenderung memberikan pengaruh yang
buruk dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, agar
kegiatan pemantauan menjadi lebih efektif, seluruh pegawai
perlu mengerti misi organisasi, tujuan, tingkat toleransi risiko
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, setiap pimpinan
Instansi Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengembangkan kebijakan, prosedur dan praktik detail untuk
menyesuaikan dengan kegiatan Instansi Pemerintah dan untuk
memastikan bahwa unsur tersebut telah menyatu dan menjadi
bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas
penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan
SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan
penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern
ini mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber
daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan
telaahan sejawat. Sedangkan Pembinaan penyelenggaraan
SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan,
sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan
konsultansi SPIP, serta peningkatan kompetensi auditor aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP) pada setiap instansi
3. Budaya Organisasi
Budaya Organisasi didefinisikan sebagai sistem nilai organisasi
yang dipercaya oleh anggota organisasi, yang dapat mempengaruhi cara
kerja dan perilaku para anggota organisasi. Dalam kalangan masyarakat,
budaya organisasi mempengaruhi nilai-nilai ataupun etika individu,
perilaku-perilaku, asumsi-asumsi dan harapann-harapan individu.
Perpaduan antara budaya organisasi dan budaya masyarakat mampu
menghasilkan dinamika didalam suatu organisasi.
Sebagai mahkluk sosial, pegawai tidak lepas dari dari berbagai nilai
dan norma yang berlaku didalam organisasi. Budaya organisasi mampu
mempengaruhi cara pegawai dalam berperilaku, cara menggambarkan
pekerjaan dan cara bekerja dengan pegawai lainnya. Dalam setiap
organisasi pasti mengharapkan budaya organisasi yang baik, karena
baiknya budaya organisasi dapat menghubungkan berhasil tidaknya
organisasi dalam mencapai suatu tujuannya. Budaya organisasi yang
positif akan memicu organisasi ke arah yang lebih baik, begitu juga
sebaliknya apabila budaya organisasi yang negatif akan memicu juga
organisasi ke arah yang lebih buruk (Kurniawan,2013).
Jadi budaya organisasi yang memang serius dikelola sebagai alat
manajemen akan berpengaruh dan menjadi suatu pendorong bagi
karyawan guna berperilaku positif, dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai
budaya itu tidak terlihat, tetapi merupakan kekuatan yang mendorong
Fungsi Budaya Organisasi
a. Perasaan Identitas dan Menambah Komitmen Organisasi
b. Alat pengorganisasian anggota
c. Menguatkan nila-nilai dalam organisasi
d. Mekanisme kontrol perilaku
e. Mendorong dan meningkatkan kinerja ekonomi baik dalam jangka
pendek dan panjang.
f. Penentu arah organisasi mana yang boleh dan yang tidak boleh.
Indikator dalam Budaya Organisasi ini berdasarkan karakteristisnya
menurut (Irianto,2014) sebagai berikut:
a. Inisiatif Individual
Berbicara tentang seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam
organisasi yang menjadi wadahnya. Inisiatif individual ini meliputi
derajat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi dari
masing-masing anggota organisasi. Yaitu seberapa besar seseorang diber
wewenang dalam menjalankan tugasnya, seberapa berat tanggung
jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya, dan seberapa
luas kebebasan dalam mengambil keputusan.
b. Toleransi
Artinya adalah seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk
lebih agresif, inovatif, dan mempunyai kemauan menghadapi resiko di
c. Pengarahan
Artinya adalah kejelasan organisasi dalam mementukan objektif dan
harapan terhadap sumberdaya manusia terhadap hasil kerja yang
dilakukan. Harapan dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kuatilas,
dan waktu penyelesaiannya.
d. Integrasi
Yang dimaksud dengan integrasi di sini adalah bagaimana unit-unit di
dalam organisasi didorong untuk melakukan kegiatannya dalam suatu
koordinasi yang baik. Yaitu seberapa jauh keterkaitan dan kerjasama
ditekankan dalam pelaksanaan tugas. Serta seberapa dalam
interdepensi antar sumber daya manusia ditanamkan
e. Kontrol
Pengawasan ini meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung
yang digunakan oleh pihak manajemen organisasi untuk melihat
secara keseluruhan dari perilaku anggota organisasi.
4. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi dipandang sebagai suatu orientasi nilai
terhadap organisasi yang menunjukkan individu akan sangat memikirkan
dan mengutamakan pekerjaan dan organisasinya. Individu akan berusaha
memberikan segala usaha yang dimilikinya guna membantu organisasi
mencapai tujuan tertentu.
(Robbins dan Timothy,2008) mendefinisikan Komitmen orgnaisasi
tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan
keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang
tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu,
sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memilhak
organisasi yang merekrut individu tersebut.
Dalam mencapai keberhasilan pengelolaan organisasi sangatlah
ditentukan oleh keberhasilan dalam mengelola SDM. Tinggi rendahnya
komitmen karyawan terhadap organisasi, sangat menentukan kinerja yang
akan dicapai oleh organisasi. Dalam dunia kerja komitmen karyawan
memiliki pengaruh yang memang sangat penting, bahkan ada beberapa
organisasi yang mampu memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu
syarat untuk memegang jabatan/posisi yang ditawarkan dalam iklan
lowongan kerja. Namun, tidak jarang pegawai masih belum memahami
arti komitmen sesungguhnya. Padahal pemahaman itu sangat penting bagi
organisasi agar dapat tercipta kondisi kerja yang kondusif, sehingga
organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya komitmen organisasi
merupakan suatu proses dalam diri individu untuk mengidentifikasikan
dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan dan tujuan-tujuan organisasi yang
bukan hanya sebagai kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, sehingga
komitmen menyiratkan hubungan pegawai dan organisai secara aktif (Wati
Indikator dalam komitmen organisasi berdasarkan tiga bentuk komitmen
organisasi menurut(Tobing, 2012) yaitu:
a. Affective commitment (Komitmen Afektif), yang berkaitan dengan
adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu menetap
dalam organisasi karena keinginan sendiri. Kunci dari komitmen ini
yaitu (want to).
b. Continuance commitment (Komitmen Kontinuan), adalah suatu
komitmen yang didasarkan akan kebutuhan rasional. Dengan kata lain,
komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas
apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada suatu organisasi.
Kunci dari komitmen ini yaitu kebutuhan untuk bertahan (need to)
c. Normative Commitment (Komitmen Normatif), adalah komitmen yang
didasarkan pada norma yang ada dalam diri karyawan, berisi
keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Ia
merasa harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini yaitu
kewajiban untuk bertahan dalam organisasi (ought to).
5. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa organisasi tidak cukup
hanya memastikan bahwa proses pengelolaan organisasi berjalan dengan
efisien. Diperlukan instrumen baru, yaitu Good Corporate Governance
untuk memastikan bahwa organisasi berjalan dengan baik atau tidak. Ada
dua hal yang ditekankan dalam konsep ini yaitu, pertama, pentingnya hak
tepat pada waktunya. Kemudian yang kedua yaitu kewajiban organisasi
untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu,
dan transparan terhadap semua informasi kinerja organisasi, kepemilikan,
dan stakeholder (H. Heriyanto dan Dodik,2009).
Good corporate governance dijelaskan sebagai tata kelola yang
baik pada suatu organisasi yang berpedoman pada etika profesional dalam
berusaha/berkarya. Good corporate governance juga merupakan wujud
dari penerimaan akan pentingnya suatu tata kelola yang baik untuk
mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan
pelayanan publik. Melaksanakan good corporate governance yang baik
tentu kinerja suatu organisasi akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan dari suatu organisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika
pelaksanaan good corporate governance ditingkatkan maka secara tidak
langsung akan mampu meningkatkan kinerja organisasi (Mulyawan, 2009)
dalam (Azlina dan Amelia,2014).
Governance itu sendiri yaitu suatu mekanisme pengelolaan sumber
daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor Negara dan
sektor non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Definisi tersebut
mengasumsikan banyak faktor yang terlibat dimana tidak ada yang sangat
dominan yang menentukan gerak faktor lain.
(Kharista,2016) mengemukakan dalam Forum for Corporate Governance
di Indonesia (2003) menyatakan bahwa keuntungan tata kelola organisasi
a. Meningkatkan kinerja organisasi melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan memproses lebih baik, termasuk
efisiensi operasional organisasi dan sebagai upaya untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
b. Menyederhanakan dalam memperoleh dana pembiayaan yang
lebih untuk meningkatkan nilai organisasi.
c. Mengurangi ekonomi biaya tinggi terutama di tingkat
organisasi pemerintah.
Indikator dalam Good Corporate Governance berdasarkan
prinsip-prinsipnya menurut (Amelia et al,2014) sebagai berikut :
a. Transparancy (Keterbukaan)
Keterbukaan adalah keterbukaan dalam melakukan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengembangkan informasi materiil dan relevan mengenai
organisasi.
b. Independency (Kemandirian)
Kemandirian adalah suatu keadaan yang memang organisasi
mengelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh dari pihak manapun yang memang tidak sesuai
dengan peraturan UUD yang berlaku dan prinsip-prinsip
c. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan
organisasi terlaksana secara efektif.
d. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian di dalam pengelolaan
organisasi terhadap peraturan UUD yang telah berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang baik.
e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Kewajaran adalah keadlian dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak pegawai maupun masyarakat yang muncul
berdasarkan perjanjian dan peraturan UUD yang berlaku.
6. Kinerja Manajerial
Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005, kinerja adalah keluaran/hasil
dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitaas dan kualitas yang terukur.
Tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi dapat diketahui bila mana
seluruh aktivitas tersebut dapat diukur.
Kinerja manajerial sendiri merupakan kondisi yang harus diketahui
dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu badan usaha yang sedang dijalankan
Menurut (Afrida,2013) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah
kinerja para individu anggota organisasi dalam manajerial yang meliputi:
a. Perencanaan
Penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk
selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi
waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan
untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan,
kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga
terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
b. Investigasi
Kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan
dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan,
pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya
pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan
kerjasama dengan bagian-bagian lain dalam organisasi melalui
tukar-menukar informasi yang dikaitkan dengan penyesuaian
program-program kerja.
c. Perkoordinasian
Menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi
dengan orang-orang dalam unit organisasi lainya, guna dapat
berhubungan dan menyesuaikan program yang akan
d. Evaluasi
Penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang
telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan
hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil
keputusan yang diperlukan.
e. Pengawasan
Penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan serta
diselenggarakannya pengawasan pada pelaporan keuangan.
f. Pemilihan Staf
Merekruitmen pegawai-pegawai yang memang berkemampuan
tinggi untuk dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan
kemampuan individual pegawai.
g. Perwakilan
Dari setiap pegawai diharapkan mampu mewakili dalam setiap
kegiatan yang berhubungan dengan kinerjanya agar dapat
membantu peningkatan kinerja pada organisasi
h. Negoisasi
Usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian,
penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
Pengukuran kinerja manajerial merupakan suatu proses yang harus
dilakukan dalam pengendalian manajemen. Pengukuran tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid tentang
B. Perumusan Hipotesis
1. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Kinerja Manajerial Rumah Sakit
Dalam Sistem Pengendalian Intern itu sendiri berperan sebagai
pemberi jaminan atas pencapaian tujuan suatu organisasi melalui efesiensi,
efektivitas, penyajian laporan yang akurat dan dapat dipercaya serta
kepatuhan pada undang-undang dan aturan.
(Nasir dan Oktari,2013) menjelaskan juga bahwa pelaksanaan
pengendalian dapat efektif apabila ada komitmen diantara pihak-pihak
yang tekait dalam organisasi, baik sebagai individu maupun kelompok.
Hal ini dimaksudkan agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik.
Sehingga jika manajemen telah dapat melakukan pengendalian intern
dengan baik, maka dengan sendirinya akan memberikan jaminan kepada
manajemen untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasinya. Dan jika
tujuan dan sasaran organisasi sudah dicapai, maka secara tidak langsung
akan meningkatkan kinerja manajer itu sendiri.
Didukung pula oleh hasil penelitian dari (Azlina dan Amelia,2014)
menunjukkan bahwa pengendalian intern berpengaruh positif terhadap
kinerja pemerintah daerah. Oleh sebab itu semakin baik dan efektif
pengendalian intern yang dilaksanakan, maka kinerja pemerintah juga
akan semakin baik.
Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa Pengendalian Intern
(Nasir dan Oktari,2013). Pendapat lain juga mengemukakan bahwa
penerapan Sistem Pengendalian Intern pemerintah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan, jadi ketika pelaporan
keuangan baik kualitasnya maka kinerja organisasi juga akan baik (Afiah
dan Azwari,2015). Secara konsisten dari hasil penelitian (Priambodo,2015)
juga menyatakan bahwa pengendalian intern berpengaruh positif terhadap
kinerja manajer unit pada rumah sakit dan hasil penelitian (Afrida,2013)
memberikan hasil yang sama bahwa sistem pengendalian intern
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Dengan
demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial Rumah Sakit
2. Budaya Organisasi dan Kinerja Manajerial Rumah Sakit
Budaya organisasi mempunyai peran penting dalam peningkatan
kinerja suatu organisasi. Dengan adanya budaya organisasi akan lebih
memudahkan pegawai menyesuaikan diri dilingkungan pekerjaannya.
Budaya organisasi juga merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan
dari suatu kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial
yang lain dan sebab itu kinerja karyawan itu sendiri tergantung dari
seberapa besarnya tingkat pemahaman seorang pegawai dalam
menjalankan pekerjaannya.
Oleh karena itu budaya organisasi yang mampu dikelola sebagai alat
berperilaku positif, dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai budaya itu tidak
terlihat, tetapi itu adalah merupakan kunci untuk mendorong perilaku
sehingga dapat menghasilkan efektifitas kinerja.
Didukung juga oleh penelitian (Sutrisno,2014) budaya organisasi
berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai. Lain lagi dalam penelitian
(Abdullah dan Arisanti,2010) menyatakan bahwa budaya organisasi
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja organisasi melalui
akuntabilitas publik sebagai variabel intervening, tetapi dalam
penelitiannya jika secara langsung budaya organisasi memang tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial dalam suatu organisasi.
Penelitian sebelumnya juga memperoleh hasil dimana semakin baik
budaya organisasi maka semakin baik pula kinerja organisasi publik.Hal
ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat membuktikan budaya
organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja organisasi
publik (Kurniawan,2013). Secara konsisten hasil penelitian (Irianto,2014)
menjelaskan hasil yang sama bahwa budaya organisasi berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial suatu organisasi dan penelitian sebelumnya
menjelaskan secara signifikan pula bahwa Budaya Organisasi memang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai (Lumepow
dan Rumokoy, 2015).
Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial
3. Komitmen Organisasi dan Kinerja Manajerial Rumah Sakit
Komitmen organisasi akan tercipta apabila adanya tanggung jawab
yang besar dari anggota organisasi terhadap pekerjaan yang diberikan
padanya. Oleh sebab itukomitmen organisasi dapat menimbulkan rasa ikut
memiliki (sense of belonging) bagi pegawai terhadap organisasi tersebut.
Maka apabila pegawai memiliki komitmen organisasi yang tinggi maka
akan memiliki rasa perhatian yang tinggi pada organisasi.
Hal itu didukung oleh penelitian (Prasetyono dan Kompyurini,2007)
menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja
dalam kategori yang lemahdan signifikan terhadap kinerja RSD, ini
menjelaskan bahwa komitmen organisasi rumah sakit di Jawa Timur
memberikan kontribusi terhadap pencapaian kinerja rumah sakit yang
belum optimal.
Secara konsisten dalam penelitian (Abdullah dan Arisanti,2010)
menjelaskan apabila komitmen organisasi berpengaruh lemah dan tidak
signifikan terhadap kinerja suatu instansi. Lain lagi dengan hasil
penelitian dari (Kurniawan,2013) menunjukkan bahwa komitmen
organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Organisasi
Publik, jadi diantara komitmen organisasi dengan kinerja mempunyai
pengaruh yang positif, dimana kinerja yang baik pastinya mempunyai
komitmen yang kuat. Ada juga penelitian yang dikemukakan oleh
(Luntungan dan Rumokoy,2016) bahwa ketika komitmen organisasi itu
pergantian karyawan menurun kinerja organisasi akan bagus karena tidak
perlu mengganti karyawannya secara terus-menerus atau bersamaan, dan
menutup kemungkinan kecil akan kehilangan karyawan berkualitas di
organisasi.
Komitmen organisasi yang buruk tidak menghasilkan kinerja yang
tinggi juga. Jadi, apabila semakin tinggi komitmen organisasi semakin
tinggi juga kinerja yang dicapai organisasi. Secara konsisten pada
penelitian (Tobing,2009) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian
komitmen organisasi memberikan banyak pengaruh terhadap seorang
pegawai dalam kinerjanya. Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H3 : Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial Rumah Sakit
4. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dan Kinerja Manajerial Rumah Sakit
Good Corporate Governance sendiri berperan untuk mewujudkan
tata kelola yang baik guna untuk mengatur hubungan, fungsi dan
kepentingan berbagai pihak dalam urusan pelayanan publik. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa semakin baik prinsip GCG itu diterapkan
oleh para instansi atau organisasi maka kinerja manajer pun akan semakin
diterapkan oleh para manajer, maka semakin rendah pula kinerja para
manajer tersebut.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan (Amelia et al,2014)
juga mendukung bahwa Good Corporate Governance berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten pelalawan.
Jadi dalam pemerintah daerah kabupaten pelalawan dilaksanakan dengan
baik, sehingga kinerja pemerintahnya pun juga akan semakinbaik. Selain
itu dalam penelitian (Watiet al,2010) menunjukkan bahwa pemahaman
Good Corporate Governance mempengaruhi kinerja audit Pemerintah
Daerah. Dalam penelitian (Nofianti dan Suseno,2014) juga
mengemukakan ketika penerapan Good Corporate Governance
dilaksanakan dengan baik maka akuntabilitas kinerja akan baik pula.
Hasil penelitian lain juga secara konsisten menunjukkan bahwa
pelaksanaan Good Corporate Governance berpengaruh positif
dansignifikan terhadap kinerja Dinas Pendapatan Kabupaten Buleleng
(Supriadiet al,2014). Ada juga penjelasan bahwa ketika Good Corporate
Governance mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya maka itu akan
berpengaruh negatif terhadap pelaporan keuangan (Norwani et al,2011).
Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
C. Model Penelitian
Model penelitian atau kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai
[image:55.595.135.509.180.707.2]berikut :
Gambar 2.1 Model Penelitian
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
Komitmen
Organisasi
Budaya Organisasi
Penerapan Prinsip
Good Corporate
Governance
39
A. Objek/subjek Penelitian
Objek dalam penelitian Rumah Sakit di Kabupaten Pemalang yang terdiri
dari RSUD Dr. M. Ashari, RSU Santa Maria, RS Prima Medika dan RS Siaga
Medika. Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai suatu karakteristik dan kualitas tertentu yang diterapkan dan
kemudian diambil kesimpulannya disebut populasi (Sugiyono,2008) Populasi
dalam penelitian ini mengacu pada seluruh Rumah Sakit di Kabupaten
Pemalang yang bertugas di bagian non medis seperti bagian Keuangan,
Pelayanan Non Medis dan Tata Usaha.
B. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Uji Hipotesis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Metode
Survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat
tertentu yang alamiah yang di dalamnya dilakukan sebuah perlakuan
(Sugiyono,2010).
C. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dari penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Metode purposive sampling merupakan teknik pengumpulan
sampel yang berdasar atas beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan
dipakai dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja pada bagian non
medis di rumah sakit Kabupaten Pemalang sebanyak 114. Penentuan sampel
juga diambil dari rumus berikut :
n = N = 215 = 144 sampel 1 + N.x2 1+215.0,052
D. Teknik Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan cara
menyebarkan kuesioner penelitian. Dalam hal ini data yang diperoleh berupa
jawaban dari kuesioner yang telah disebarkan kepada pegawai tentang Sistem
Pengendalian Intern, Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan
penerapan prinsip Good Corporate Governance serta dampaknya terhadap
Kinerja Manajerial Rumah Sakit.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa cara
Kuesioner metode pengumpulan data dengan cara mempersiapkan daftar
pertanyaan yang berhubungan dengan bebagai masalah yang akan diteliti
dalam suatu penelitian. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner tertutup yaitu pertanyaan dengan mengharapkan singkat dan
sudah disediakan jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan lima variabel agar variabel-variabel penelitian
dapat dioperasikan, maka perlu operasionalisasi variabel. Variabel Dependent
yaitu Kinerja Manajerial berjumlah 8 pertanyaan, serta variabel Independent
yaitu Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berjumlah 14 pertanyaan,
Budaya Organisasi berjumlah 14 pertanyaan, Komitmen Organisasi 7
pertanyaan dan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance berjumlah 10
pertanyaan. Total pertanyaan berjumlah 53 pertanyaan. Skala pengukuran
yang digunakan yaitu skala likert 5 point sebagai berikut:
1. STS (sangat tidak setuju)
2. TS (tidak setuju)
3. KS (Kurang Setuju)
4. S (setuju)
5. SS (sangat setuju)
Dalam pengukuran ini memungkinkan peneliti untuk memberikan skor untuk
setiap jawaban responden.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu statistik,
yaitu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social
Sciences). Adapun analisis yang dilakukan yaitu:
1. Uji Statistik Deskriptif
Instrumen yang digunakan untuk menguji variabel yang diteliti
dinamakan kuisioner. Kuisioner yang diisi sendiri oleh responden
sendiri mengacu pada bagaimana menata atau mengorganisasi data,
menyajikan, dan menganalisis data sehingga mudah dipahami dan
diintrepetasikan. Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh
peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakterisitik
variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan dalam
statistik deskriptif antara lain: frekuensi, tendensi sentral (rata-rata,
median, modus), dipersi (devisiasi standard dan varian) dan
koofisien korelasi antar variabel penelitian.
2. Uji Kualitas Instrumen a. Uji Validitas
Validitas data ditentukan oleh proses pengukuran yang
akurat. Dalam pengukuran ini menggunakan analisis factor yang
mempunyai ketentuan nilai component > 0,4. Apabila setiap
butir pertanyaan mempunyai nilai component > 0,4 maka data
tersebut dapat dikatakan valid (Ghozali, 2011).
b. Uji Reliabilitas
Untuk melihat reliabilitas dari instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini dilihat dari Cronbatch’s Alpha. Variabel
tersebut akan dikatakan reliabel jika Cronbatch’s Alphanya
memiliki nilai lebih besar dari 0,6. Sebaliknya jika koefisien
alpha instrumen lebih rendah dari 0,6 maka instrumen tersebut
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah data
yang digunakan sudah memenuhi ketentuan dalam model regresi.
Pengujian ini sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal dengan
ketentuan Residual dikatakan normal jika nilai sig > α 0,05. Uji
Normalitas dilakukan dengan Uji kolmogorov smirnov
(Ghozali,2011).
b. Uji Multikolinearitas
Multikolonieritas korelasi antara variabel independen dapat
dideteksi dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF)
dengan kriteria : jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10
dikatakan tidak terdapat gejala multikoloniearitas (Ghozali,
2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi
adalah bahwa varians residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak
sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu
kriteria nilai sig > α 0,05 baru dapat dikatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
4. Uji Hipotesis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
regresi linier berganda, adalah suatu model yang digunakan untuk
dapat menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen
terhadap satu variabel dependen. Analisis regresi linier berganda
dalam penelitian ini diformulasikan dalam persamaan regresi
sebagai berikut :
Y= α + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4+ε
Keterangan:
Y = Kinerja Manajerial RSUD
X1 = Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
X2 = Budaya Organisasi
X3 = Komitmen Organisasi
X4 = Penerapan Prinsip Good Corporate Governance α = Konstanta
ß = Koefisien Beta
ε = Error
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Nilai R2 koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
b. Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh satu variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial (individual) dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Cara melalukan uji
hipotesis dengan cara : jika nil