• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENERAPAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 10 METRO TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENERAPAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 10 METRO TIMUR"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN PENERAPAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

SD NEGERI 10 METRO TIMUR

Oleh

ASTRI INDRIYANI ASTUTI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur pada mata pelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika.

Penelitian ini menggunakan desain korelasi bivariat dengan penerapan strategi

problem based learning sebagai variabel bebas dan hasil belajar matematika sebagai variabel terikat. Instrumen yang digunakan untuk mengukur penerapan strategi problem based learning adalah angket dan instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan soal tes yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal essay. Data dianalisis dengan rumus korelasi product moment. Sebelum data dianalisis perlu diadakan pengujian persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil belajar dalam penelitian ini yang digunakan hanya sebatas hasil belajar pada ranah kognitif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dalam penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rxy = 0,412 yang berada pada kategori “Sedang” dan taraf signifikansi sebesar 2,64. Besarnya koefisien determinan yaitu 0,1697, sumbangan efektif yang diberikan variabel bebas sebesar 16,97 % dan 83,03 % lainnya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

(2)

HUBUNGAN PENERAPAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

SD NEGERI 10 METRO TIMUR

Oleh

ASTRI INDRIYANI ASTUTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Astri Indriyani Astuti, dilahirkan di Kotagajah, Lampung Tengah pada tanggal 24 April 1994. Peneliti merupakan anak sulung dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Jumarin dan Ibu Sariyem.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan peneliti sebagai berikut. 1. SD Negeri 3 Gedung Sari Lampung Tengah lulus pada tahun 2005. 2. SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji Lampung Tengah lulus pada tahun 2008. 3. SMA Negeri 3 Metro Kota Metro lulus pada tahun 2011.

(7)

Persembahan

Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT,

Aku persembahkan buah karya sederhana ini kepada:

Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa

dengan tulus ikhlas memberikan motivasi, limpahan kasih sayang

serta selalu memanjatkan doa kepada putri sulungnya dalam setiap

sujudnya demi menantikan keberhasilanku.

Adikku Ivan Adhit Prasetya yang selalu menghiburku dan

memberikan motivasi untuk bisa menjadi panutan bagi keluarga.

Keluarga besarku yang tak henti mendoakan dan mendorongku agar

menjadi seorang yang sukses, yang mampu menjadi lilin di tengah

keluarga, terima kasih kuucapkan.

Almamater Tercinta Universitas Lampung.

(8)

Moto

Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, dan agama tanpa

ilmu adalah buta.

(Albert Einstein)

Dan semua akan menjadi lebih indah jika kamu

menjadi dirimu sendiri, bukan orang lain. Walaupun

dia tampak lebih baik darimu.

(Donny Dhirgantoro)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan

mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya

(9)

SANWACANA

Puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Penerapan Strategi Problem Based Learning dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 10 Metro Timur Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah menyediakan fasilitas sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah berkenan memberikan persetujuan untuk menerbitkan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Lampung yang telah memberikan saran dan motivasi luar biasa dalam selama penyusunan skripsi.

(10)

maupun selama perkuliahan.

5. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., Pembahas yang telah memberikan sumbangan pemikiran, kritik dan saran serta gagasannya dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta saran dalam membantu penyusunan skipsi ini.

7. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., Pembimbing II yang telah membantu, membimbing, memberikan arahan dan nasihat baik selama kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi.

8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bimbingan dan menyampaikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas selama perkuliahan.

9. Ibu Artijah, S.Pd., Kepala SD Negeri 10 Metro Timur yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

10.Ibu Rika Febriani, S.Pd., guru mata pelajaran matematika kelas V yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V.

11.Siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur Tahun Pelajaran 2014/2015. 12.Siswa kelas VB SD Negeri 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2014/2015. 13.Siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Sari Tahun Pelajaran 2014/2015.

(11)

14.Teman-teman seperjuangan PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B, semoga kita dapat mewujudkan mimpi-mimpi kita.

15.Sahabat dan teman-teman yang selalu membantu dan memotivasi agar cepat menyusul wisuda: Ana, Lita, Yuyun, Erlis, Tavi, Yuli DP, Rois, Dewi dan Mas Tiem.

16.Teman-teman Kost: Rosdiana, Fitrah, Yusrifa, Yusina, Heni, Yopi, Dina, Maya dan Puspita. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

17.Mas Supriyadi, terimakasih atas motivasi, nasehat dan kesabaran selama penyusunan skripsi.

18.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan namun peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Metro, 22 Juni 2015 Peneliti

Astri Indriyani Astuti

(12)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Strategi Problem Based Learning ... 9

1. Pengertian Strategi... 9

2. Pengertian Strategi Problem Based Learning ... 10

3. Karakteristik Strategi Problem Based Learning... 12

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Problem Based Learning ... 13

5. Langkah-langkah Strategi Problem Based Learning ... 14

6. Peran Guru dalam Pembelajaran Problem Based Learning ... 15

7. Nilai Karakter dalam Problem Based Learning ... 17

B.Hasil Belajar ... 18

C.Belajar ... 20

1. Pengertian Belajar ... 20

2. Pengertian Pembelajaran ... 21

D.Matematika ... 23

1. Pengertian Matematika ... 23

2. Masalah dalam Matematika ... 24

3. Pembelajaran Matematika di SD ... 27

E. Kinerja Guru ... 28

F. Penelitian yang Relevan ... 30

G.Kerangka Pikir... 32

H.Hipotesis ... 33

(13)

B.Setting Penelitian ... 35

1. Tempat Penelitian ... 35

2. Waktu Penelitian ... 35

C. Variabel Penelitian ... 35

1. Variabel Penelitian ... 35

2. Definisi Operasional ... 36

D.ProsedurPenelitian ... 37

E. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 40

1. Teknik Pengumpulan Data ... 40

2. Alat Pengumpulan Data ... 40

3. Rancangan Instrumen Penelitian ... 41

G.Validitas dan Reliabilitas ... 42

1. Uji Validitas... 42

2. Uji Reliabilitas ... 43

H.Teknik Analisis Data ... 44

1. Analisis Nilai Kinerja Guru, Hasil Belajar, dan Angket ... 44

2. Uji Normalitas ... 45

3. Uji Homogenitas ... 45

4. Uji Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 48

1. Visi dan Misi ... 48

2. Sarana dan Prasarana ... 49

3. Keadaan Tenaga Pendidik ... 49

B.Pelaksanaan Penelitian ... 50

1. Persiapan... 50

2. Pelaksanaan ... 55

C.Deskripsi Data Penelitian ... 55

1. Kinerja Guru ... 56

2. Angket Penerapan Strategi Problem Based Learning ... 57

3. Hasil Belajar Matematika ... 59

D.Analisis Data ... 59

1. Uji Normalitas ... 61

2. Uji Homogenitas ... 64

3. Uji Hipotesis ... 65

E. Pembahasan ... 67

F. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB V PENUTUP A.Simpulan... 71

B.Saran ... 71

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tingkatan keberhasilan hasil belajar ... 19

3.1 Jumlah siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur ... 38

3.2 Rancangan instrumen ... 41

3.3 Kriteria validitas butir soal ... 42

3.4 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai ... 44

3.5 Interpretasi koefisien korelasi ... 46

4.1 Keadaan fasilitas sekolah ... 49

4.2 Jumlah guru dan staf SD Negeri 10 Metro Timur... 50

4.3 Hasil analisis validitas reliabilitas angket ... 52

4.4 Hasil analisis validitas reliabilitas soal PG ... 54

4.5 Hasil analisis validitas reliabilitas soal essay ... 54

4.6 Kinerja guru kelas VA ... 56

4.7 Kinerja guru kelas VB ... 56

4.8 Data angket respon siswa ... 58

4.9 Data hasil belajar siswa ... 60

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

01. Surat Penelitian Pendahuluan... 76

02. Surat Keterangan ... 77

03. Surat Izin Penelitian ... 78

04. Surat Balasan Izin Penelitian ... 79

05. Surat Pernyataan ... 80

06. Surat Keterangan Penelitian ... 81

07. Instrumen Penilaian Kinerja Guru ... 82

08. Kisi-kisi Instrumen Angket Penerapan Strategi Problem Based Learning . 87 09. Kisi-kisi Instrumern Tes ... 88

10. Angket Respon Siswa (Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas) ... 89

11. Soal tes (Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas) ... 92

12. Angket Respon Siswa ... 95

13. Soal Tes ... 97

14. Uji Validitas Instrumen ... 104

15. Uji Reliabilitas Instrumen ... 112

16. Uji Normalitas Angket ... 122

17. Uji Normalitas Hasil Belajar ... 125

18. Uji Homogenitas ... 128

19. Uji Hipotesis ... 129

20. Kurva Normal (z tabel) ... 131

21. Chi Kudrat Tabel ... 133

22. r Tabel ... 135

23. t Tabel ... 136

24. Dokumentasi ... 138

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur pemecahan masalah matematika... 26

2.2 Kerangka pikir ... 32

3.1 Desain penelitian korelasional ... 35

4.1 Grafik angket respon siswa ... 59

4.2 Kurva respon siswa pada pembelajaran problem based learning ... 59

4.3 Grafik hasil belajar ... 61

4.4 Kurva hasil belajar ... 61

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Milenium development goals atau yang lebih dikenal dengan era globalisasi merupakan era persaingan mutu dan kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas yang merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar lagi untuk menghadapi persaingan tersebut.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan sarana yang sangat penting karena mampu menyediakan output berupa SDM yang berkualitas dalam bidang pengetahuan. Diwujudkan dengan bergesernya sistem pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

menjadi pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif menggali dan menyusun sendiri pengetahuannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas

(student centered).

Hasil pendidikan diharapkan mampu memberikan kompetensi intelegensi

(19)

2

tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berpikir yang tinggi pula.

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Manusia tanpa belajar akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan berpikir manusia pendahulunya.

Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan. Sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa, pendidikan nasional bertujuan untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan global.

Pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten. Berdasarkan pada pandangan teoritik dan praktik sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Matematika merupakan bagian dari pendidikan yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menunjang perkembangan IPTEK. Dalam perkembangan peradaban modern, matematika memegang peranan yang penting karena dengan bantuan matematika, semua ilmu pengetahuan menjadi lebih baik.

(20)

tidak lepas dari perannya dalam segala dimensi kehidupan. Banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur.

Tanpa disadari matematika dapat memberi keterampilan tinggi dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah. Keterampilan ini akan memegang peranan dalam menghadapi persaingan diera globalisasi. Sekolah harus menghasilkan output yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dalam menghadapi persoalan kehidupan salah satunya dengan memberikan bekal matematika yang cukup untuk siswa.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 2-5 Desember 2014 di SD Negeri 10 Metro Timur menunjukkan bahwa selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung siswa terlihat pasif. Kegiatan pembelajaran terkesan memfokuskan siswa pada penguasaan konsep yang dapat dihafal, bukan bagaimana proses siswa mendapatkan konsep tersebut. Kegiatan ini dilanjutkan dengan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika mengenai cara mengajar yang dilakukan. Diketahui bahwa guru sesekali mengajar dengan memberikan masalah berupa pertanyaan kepada siswa dalam konteks dunia nyata untuk merangsang siswa mengontruksi pengetahuannya.

(21)

4

adalah 36 orang, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas A dan B, pada ranah kognitif hanya ada 15 siswa atau sekitar 41,66% siswa yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 75 dan 50,33% sisanya memiliki rata-rata nilai di bawah KKM yakni 55. Sedangkan pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika ≤ 75% siswa mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 66.

Ada beberapa persepsi yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Di antaranya adalah siswa berpikir bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dimengerti sehingga menjadi beban psikologis siswa untuk mempelajarinya. Hal itu terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah cara pembelajaran yang dilakukan didasarkan pada anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain.

Siswa membutuhkan lebih dari sekadar pengetahuan untuk menghadapi tantangan global secara nyata. Siswa membutuhkan suatu pembelajaran yang dapat memberikan bekal kompetensi, pengetahuan, dan serangkaian kecakapan yang dibutuhkan dari waktu ke waktu. Tak dapat disangkal bahwa penguasaan konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dapat dipahami oleh siswa.

(22)

Supaya mencapai hasil belajar maksimal yang meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menemukan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, guru harus mempunyai strategi untuk membelajarkan siswa. Guru harus mampu memilih stategi yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas yang sesuai dengan kebutuhan serta sutuasi dan kondisi siswa.

Strategi pembelajaran berbasis penyingkapan/penulisan dinilai mampu mendorong kemampuan siswa untuk menghasilkan karya kontekstual baik untuk individu maupun kelompok. Strategi pembelajaran yang dinilai relevan adalah strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah (problem based learning).

Seperti yang telah diungkapkan dalam teori konstruktivis bahwa pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individu melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman, dan proses belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting (Ronning dkk. dalam Winataputra, 2008: 6.5).

(23)

6

Asumsi peneliti bahwa terdapat hubungan antara penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Penerapan strategi problem based learning dalam pembelajaran akan menumbuhkan dampak positif bagi siswa, sebab siswa tidak merasa jenuh dan dapat menerima pelajaran yang diberikan. Penerapan startegi problem based learning yang didukung oleh pengelolaan proses pembelajaran yang baik akan dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hal ini memungkinkan adanya hubungan yang terkait antara penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar yang dicapai siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Penerapan Strategi Problem Based Learning dengan

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 10 Metro Timur Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran yang berlangsung memfokuskan pada penguasaan konsep yang dapat dihafal siswa.

2. Rendahnya hasil belajar siswa dengan rata-rata 55 dengan persentase 41,66%.

(24)

4. Asumsi peneliti bahwa terdapat hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur.

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan penerapan strategi

problem based learning dengan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 10 Metro Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uaraian masalah yang telah teridentifikasi tersebut, maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam penulisan sebagai berikut.

Sejauh mana hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 10 Metro Timur?

E. Tujuan Penelitian

(25)

8

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Dapat membantu siswa meningkatkan aktivitas dan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah baik dalam lingkup materi sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Guru

Memberikan bekal pengetahuan bagi guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk dapat berpikir kritis, inovatif, kolaboratif serta lebih aktif dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi masukan bagi kepala sekolah dalam menentukan kebijakan guna meningkatkan kreativitas guru, menjadikan pendidikan yang lebih baik di masa mendatang.

4. Bagi Penulis

Untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam bidang penelitian terutama dengan meneliti hubungan antara penerapan strategi

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Probem Based Learning 1. Pengertian Strategi

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika guru berpikir bagaimana siswa memperoleh informasi dan kemampuan tersebut, pada saat itulah guru seharusnya berpikir strategi apa yang harus digunakan agar semua itu tercapai secara efektif dan efisien.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or seris of activities a particular educational goal (David dalam Sanjaya, 2012: 126). Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

(27)

10

merupakan perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan sebagai tujuan dari pembelajaran yang efektif dan efisien. Penerapan strategi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kondisi kelas sehingga penerapannya dapat berjalan secara optimal.

2. Pengertian Strategi Problem Based Learning

Strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dikembangkan dari filsafat konstruksionisme yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan konstruksi pengetahuan secara otonom. Artinya siswa diharapkan mampu membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman nyata yang dialami sebagai bekal kemampuannya.

(28)

Sani (2014: 127) mengungkapkan bahwa problem based leraning

merupakan pembelajaran yang penyampaiaanya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Senada dengan hal itu, Prastowo (2013: 94) menyatakan PBL (problem based learning)

bertujuan di antaranya adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri.

Dutch dalam Amir (2009: 21) menyatakan bahwa dalam problem based learning dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat siswa mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan nyata.

Sedangkan menurut Arends dalam Trianto (2010: 92) problem based learning merupakan suatu strategi pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

(29)

12

mengonstruksi pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman nyata yang diperolehnya ketika memecahkan masalah tersebut. Strategi ini menuntut siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri melalui diskusi serta penelitian.

3. Karakteristik Strategi Problem Based Learning

Seperti halnya strategi pembelajaran lainnya, strategi problem based learning memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari strategi lainnya. Menurut Arends dalam Trianto (2010: 93) problem based learning memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Pengajuan masalah berdasarkan kehidupan nyata, autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu. Masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat dan merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Problem based learning menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang siswa temukan. Produk yang dihasilkan siswa dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.

e. Kolaborasi, problem based learning dicirikan dengan siswa yang saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok kecil.

(30)

a. Pelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permasalahan atau petanyaan yang nantinya menjadi focal poin untuk keperluan investigasi siswa.

b. Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah dan memburu pertanyaan-pertanyaan.

c. Guru dalam pembelajaran problem based learning berperan sebagai fasilitator. Dalam pelaksanaannya guru membantu secara tidak langsung dengan mengemukakan masalah atau pertanyaan yang probing (menggali atau melacak) dan bermanfaat.

Menurut Rusman (2012: 232) karakteristik pembelajaran problem based learning antara adalah:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan di dunia nyata. c. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya

dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning.

d. Belajar dengan cara kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. e. Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah

sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

f. Problem based learning melibatkan evaluasi dan review

pengalaman siswa dan proses belajar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa karakteristik

problem based learning dimulai dengan pembelajaran yang mengangkat suatu permasalahan atau pertanyaan untuk keperluan investigasi siswa. Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah dan memburu pertanyaan-pertanyaan serta guru berperan sebagai fasilitator.

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Problem Based Learning

(31)

14

a) Kelebihan

1. Problem based learning merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2. Problem based learning dapat menantang kemampuan siswa, sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

3. Problem based learning dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Problem based learning dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Problem based learning dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.

6. Siswa mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif menyenangkan.

7. Problem based learning dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuannya guna beradaptasi dengan pengetahuan baru. 8. Problem based learning dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

9. Dapat mengembangkan minat siswa untuk mengembangkan konsep belajar secara terus menerus.

b) Kelemahan

1. Ketika siswa tidak memiliki minat yang tinggi dan rasa percaya diri, siswa akan merasa enggan untuk mencoba karena takut salah.

2. Tanpa pemahaman “Mengapa siswa berusaha” untuk memecahkan masalah yang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang siswa ingin pelajari.

3. Proses pelaksanaan problem based learning membutuhkan waktu yang cukup lama.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Strategi Problem Based Learning Menurut Sanjaya (2012: 218), langkah-langkah pelaksanaan problem based learning terdiri dari enam langkah, yaitu:

a. Menyadari masalah

(32)

b. Merumuskan masalah

Rumusan masalah sangat penting sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah yang dihadapi dan data yang dikumpulkan.

c. Merumuskan hipotesis

Kemampuan siswa yang diharapkan pada tahap ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.

d. Mengumpulkan data

Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada.

e. Menguji hipotesis

Berdasarkan data yang dikumpulkan akhirnya siswa dapat menentukan hipotesis mana yang diterima dan ditolak. Kemampuan siswa yang diharapkan muncul pada tahap ini adalah kecakapan menelaah data sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji.

f. Menentukan pilihan penyelesaian

Kemampuan yang diharapkan dari tahap akhir ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi.

6. Peran Guru dalam Pembelajaran Problem Based Learning

Pelaksanaan proses pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan siswa menuju kemandirian, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat menstimulus siswa untuk berpikir secara kritis. Menurut Rusman (2012: 234) guru dalam pembelajaran problem based learning berpikir bagaimana merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata, bagaimana menjadi tutor dalam proses pemecahan masalah dan bagaimana siswa memandang diri siswa sendiri sebagai pemecah masalah.

(33)

16

a. Guru hendaknya menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan self regulated dalam belajar pada diri siswa.

b. Guru hendaknya selalu mengarahkan siswa mengajukan masalah atau pertanyaan.

c. Guru hendaknya menyediakan situasi masalah yang berupa bacaan, benda manipulatif, gambar atau yang lainnya.

d. Guru dapat menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pelajaran yang berbentuk dialog antarsiswa mengenai materi pelajaran.

e. Guru dapat memberikan masalah yang berbentuk open-ended.

f. Guru dapat memberikan contoh cara merumuskan masalah. Sedangkan menurut Yamin (2013: 82) peran guru dalam pembelajaran

problem based learning terdiri dari:

a. Mengarahkan siswa ke permasalahannya. b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar. c. Membantu investigasi mandiri dan kelompok. d. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses.

Rusman (2012: 234) menyatakan bahwa guru dalam problem based learning berperan untuk menyiapkan perangkat berpikir siswa, menekan belajar kooperatif, memfasilitasi pembelajaran dalam kelompok kecil, dan melaksanakan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran ini menuntut siswa aktif menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing.

(34)

Oleh karena itulah, guru memiliki peran antara lain: (1) guru hendaknya selalu mengarahkan siswa mengajukan masalah atau pertanyaan, (2) membantu investigasi mandiri dan kelompok, (3) menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pelajaran yang berbentuk dialog antarsiswa mengenai materi pelajaran, dan (4) memberikan masalah yang berbentuk open-ended.

7. Nilai Karakter dalam Problem Based Learning

Penyelesaian suatu masalah membutuhkan orang yang bertanggung jawab sehingga masalah yang ada dapat terselesaikan dengan tuntas. Sikap tanggung jawab inilah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan problem based learning yang selanjutnya dapat dikembangkan untuk menumbuhkan nilai karakter lain dalam diri siswa.

Terdapat beberapa nilai karakter yang dapat ditransmisikan melalui strategi problem based learning. Kemendikbud dalam Suyadi (2013: 134) mencanangkan enam sampai delapan belas nilai yang terdapat dalam strategi problem based learning, di antaranya adalah:

a. Tanggung jawab, siswa yang mempunyai jiwa tanggung jawab tinggi memiliki kepekaan masalah yang tinggi sehingga mempunyai panggilan jiwa untuk menyelesaikan masalah.

b. Kerja keras, dalam penyelesaian masalah diperlukan kerja keras terlebih lagi penyelesaian masalah secara baik dan elegan yang membutuhkan tenaga baik secara intelektual maupun emosional. c. Toleransi dan demokratis, dalam problem based learning

penyelesaian masalah yang bersifat terbuka, dapat ditoleransi dan bersifat demokratis. Tidak ada penyelesaian masalah yang bersifat tunggal dan paling benar bahkan oleh guru sekalipun.

(35)

18

B. Hasil Belajar

Pembelajaran selalu menuju pada satu tujuan akhir yakni adanya perubahan dari siswa baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Perubahan yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Djamarah (2010: 119) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan penguasaan materi yang telah dicapai oleh siswa. Senada dengan hal itu, Gagne & Briggs dalam Suprihatiningrum (2013: 37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa.

Hamalik (2008: 30) mengemukakan hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar juga menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pengajaran yang dicerminkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes. Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dibagi menjadi beberapa tingkatan.

(36)

Tabel 2.1 Tingkatan keberhasilan hasil belajar

Tingkat keberhasilan Indikator Keberhasilan

a) Istimewa/maksimal

b) Baik sekali/optimal

c) Baik/minimal

d) Kurang

Apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2013: 6), hasil belajar mencakup kemampuan sebagai berikut.

a. Domain kognitif mencakup:

Knowledge (pengetahuan, ingatan)

Comprehension (pemahaman, mejelaskan, meringkas, contoh)

Application (menerapkan)

Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)

Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru)

Evaluating (menilai) b. Domain afektif mencakup:

Receiving (sikap menerima)

Responding (memberikan respon)

Valuing (nilai)

Organization (organisasi)

Characterization (karakterisasi) c. Domain psikomotor mencakup:

Initiatory Pre-routine Rountinized

• Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

(37)

20

usaha yang dilakukan, intelegensi, dan kesempatan yang diberikan kepada siswa.

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengetahuan merupakan bekal untuk dapat menghadapi tantangan global yang semakin membudaya. Diperlukan sebuah aktivitas yang mampu menjembatani transfer pengetahuan agar setiap siswa memiliki bekal yang cukup untuk dapat melalui tantangan globalisasi.

Belajar merupakan sarana aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan sikap dalam pengetahuan dan pemahaman keterampilan serta nilai dan sikap. Menurut Hilgard & Bower dalam Thobroni & Mustofa (2012: 19) belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.

Senada dengan hal itu, Sanjaya dalam Prastowo (2013: 49) menyatakan belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dangan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi maupun psikomotorik. Dikatakan demikian karena perubahan perilaku disebabkan adanya penambahan dari perilaku sebelumnya yang cenderung menetap.

(38)

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).

b. Perubahan perilaku relatif permanen.

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

d. Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan.

Senada dengan pendapat Hilgard dalam Prastowo (2013: 50) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan alamiah. Proses perubahan dalam diri seseorang tidak dapat disaksikan, hal itu hanya terlihat dari gejala-gejala perubahan perilaku tampak.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan pada individu yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, serta nilai dan sikap baik melalui kegiatan yang dilakukan di dalam kelas atau kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekitar (alamiah). Proses belajar merupakan proses internal bagi siswa dan tidak dapat diamati oleh siswa itu sendiri namun dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut akan nampak pada perilaku siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.

2. Pengertian Pembelajaran

(39)

22

57) secara harfiah pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sidiknas menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehubungan dengan hal itu, PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berperan aktif.

Menurut Prastowo (2013: 56) pembelajaran perlu memberdayakan potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan supaya siswa mampu mejadi pembelajar sepanjang hayat dan menciptakan masyarakat belajar. Woolfolk (dalam http://ichaledutech.blogspot.com) menyatakan pembelajaran berlaku apabila suatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.

(40)

D. Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathein” atau

“Manthenein” yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata Sansekerta “Medha” atau “Widya” yang artinya kepandaian, ketahuan atau inteligensi. Menurut Hundoyo dalam Aisyah dkk. (2007: 1-1) matematika berkenaan dengan gagasan, aturan, hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep abstrak.

Sedangkan Soedjadi dalam Adjie & Maulana (2006: 34) memberikan enam definisi tentang matematika, yaitu: (1) matematika merupakan cabang ilmu eksak dan terorganisir dengan baik, (2) matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan bilangan, (4) matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan 6) matematika adalah pengetahuan tentang aturan yang ketat.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Untuk itu matematika perlu diajarkan dari jenjang SD hingga perguruan tinggi untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir, analitis, sistematis, kritis serta kemampuan bekerja sama.

(41)

24

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar-konsep dan mengapliksikan antar-konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari ilmu-ilmu lainnya. Matematika adalah ilmu eksak yang mempelajari tentang bilangan, fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk serta hubungan yang diatur secara logis sehingga bersifat abstrak. Matematika perlu diajarkan kepada siswa sedini mungkin untuk dapat merangsang kemampuan berpikir dan pemecahan masalah sehingga siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Masalah dalam Matematika

(42)

Suatu pertanyaan akan menjadi suatu permasalahan jika kita merasa tertantang untuk menemukan jawabannya. Menurut Lester dalam Harmini & Winarni (2011: 116) masalah dapat diartikan sebagai suatu situasi bahwa individu atau kelompok terpanggil untuk melakukan suatu tugas di mana tidak tersedia alogaritma yang secara lengkap menentukan penyelesaian masalahnya.

Sedangkan Sanjaya (2012: 216) menyatakan bahwa masalah merupakan kesenjangan atau gap antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Untuk terampil dalam menyelesaikan masalah dibutuhkan berbagai kemampuan yang ada pada diri siswa sebagai hasil belajar, yaitu berbagai pengetahuan, sikap dan psikomotor. Menurut Adjie & Maulana (2006: 4) berbagai pengetahuan yang dimaksud adalah: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesisis, dan evaluasi yang sering disebut dengan taksonomi Bloom.

Adjie & Maulana (2006: 7) menyatakan bahwa terdapat beberapa kategori masalah yang ada dalam matematika yaitu:

a. Masalah translasi, merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang untuk menyelesaikannya perlu adanya translasi (perpindahan) dari bentuk verbal ke dalam bentuk matematika.

b. Masalah aplikasi, merupakan penerapan berbagai konsep yang dipelajari pada matematika.

c. Masalah proses, biasanya digunakan untuk menyusun langkah-langkah merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah.

(43)

26

Menurut Polya dalam Harmini & Winarni (2011: 124) langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam memecahkan suatu masalah adalah sebagai berikut.

a. Pemahaman terhadap masalah, maksudnya mengerti masalah dan melihat apa yang dikehendaki.

b. Perencanaan pemecahan masalah, maksudnya melihat bagaimana macam soal dihubungkan dan bagaimana ketidakjelasan dihubungkan dengan data agar memperoleh ide membuat suatu rencana pemecahan masalah.

c. Melaksanakan rencana pemecahan masalah.

d. Melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah, maksudnya sebelum menjawab permasalahan perlu mereview apakah penyelesaian masalah sudah sesuai dengan melakukan kegiatan berikut: mengecek hasil, menginterpretasi jawaban yang diperoleh, meninjau apakah ada cara lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sama.

Berikut merupakan diagram alur matematika sebagai cara memecahkan masalah.

Penyederhanaan Pemeriksaan hasil

Interpretasi Transformasi

Matematisasi

(44)

Pada gambar 2.1 di atas, soal atau masalah nyata disederhanakan kemudian dirumuskan ke dalam soal yang bisa diselesaikan secara matematika melalui proses matematisasi yaitu proses menyatakan soal ke dalam bahasa matematika sehingga diperoleh model matematika.

Berdasarkan pendapat ahli yang telah diuraikan di atas, dapat diasumsikan bahwa masalah merupakan suatu keadaan di mana terjadi ketidaksesuaian antara keinginan dan harapan seseorang. Namun untuk menjadi sebuah masalah, suatu hal harus menarik sehingga orang lain akan tertantang untuk dapat menemukan alternatif pemecahan masalah. Matematika memiliki beberapa kategori masalah yang dijabarkan dengan karakteristiknya masing-masing, di antaranya adalah masalah translasi, masalah aplikasi, masalah proses, dan masalah teka-teki.

3. Pembelajaran Matematika di SD

Hakikatnya matematika merupakan konstruksi ide-ide yang bersifat abstrak, sementara sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SD yang masih dalam tahap konkret, menyebabkan guru kesulitan mengajarkan matematika kepada siswa. Pembelajaran matematika merupakan upaya untuk memfasilitasi, mendorong, dan mendukung siswa untuk belajar matematika.

(45)

28

siswa untuk belajar matematika seringkali harus membuat analogi pada kehidupan sehari-hari.

Menurut Suwangsih & Tiurlina (2006: 25-26) ciri-ciri pembelajaran matematika SD yaitu:

a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.

Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan di mana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

b. Pembelajaran matematika bertahap.

Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.

d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.

e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna.

Dalam belajar bermakna aturan-aturan, dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan, dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

E. Kinerja Guru

Kinerja adalah performan atau unjuk kerja. Menurut Rusman (2012: 50) kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Berkaitan dengan hal tersebut, perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru selama proses pembelajaran yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil belajar.

(46)

melaksanakan pembelajaran dengan baik meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan serta evaluasi hasil belajar. Sedangkan kompetensi sosial merupakan suatu kemampuan guru untuk dapat menjadi model yang baik untuk membentuk sikap dan kepribadian siswa. Keterampilan sosial meliputi kemampuan guru untuk dapat berkomunikasi baik dengan siswa maupun orang tua siswa. Sementara itu, Barlow dalam Amri (2013: 31) berpendapat bahwa kompetensi profesional guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya

Mulyasa (2013: 103) menyatakan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran baik yang berkaitan dengan proses maupun hasil. Selain itu, seorang guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar yang menjadi modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara terencana dan profesional. Menurut Rusman (2012: 80) terdapat delapan keterampilan dasar mengajar guru, yaitu:

1. Keterampilan membuka pelajaran. 2. Keterampilan bertanya.

3. Keterampilan memberi penguatan. 4. Keterampilan mengadakan variasi. 5. Keterampilan menjelaskan.

6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. 7. Keterampilan mengelola kelas.

8. Keterampilam pembelajaran perseorangan. 9. Keterampilan menutup pelajaran.

(47)

30

hal yang harus dikuasai guru agar mampu menjadi seorang guru yang profesional, yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar.

F. Penelitian yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mengacu pada referensi penelitian terdahulu mengenai hubungan penerapan problem based learning dengan hasil belajar yang hasil penelitiannya adalah sebagai berikut.

1. Skripsi dengan judul “Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika” yang ditulis oleh Etik Andriyani tahun 2013, dengan hasil penelitian adanya hubungan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMPN 2 Gedangan. Hal ini terbukti dengan diterimanya Ha dan di tolaknya Ho dengan nilai rxy sebesar 0.501. Untuk tingkat hubungan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan hasil belajar siswa kelas VII di SMPN 2 Gedangan dikatakan mempunyai nilai korelasi yang cukup atau sedang dengan rxy sebesar 0.501.

(48)

Belajar PKn Pokok Bahasan Memahami hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya korelasi yang positif antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai r yang mendekati +1 sebagai hasil perhitungan yang menyatakan adanya hubungan yang tinggi

Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu mengenai hubungan pembelajaran berbasis masalah dengan hasil belajar. Dalam penelitian ini, hal yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning) dan hasil belajar. Namun pada penelitian ke-2 oleh Sri Sunarti hasil belajar yang digunakan adalah hasil belajar pada mata pelajaran PKn sedangkan peneliti menggunakan hasil belajar pada mata pelajaran matematika seperti penelitian yang dilakukan oleh Etik Andriyani. Sampel yang digunakan dalam penelitian juga berbeda, jika penelitian Etik Andriyani menggunakan sampel siswa SMP maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel siswa SD.

G. Kerangka Pikir

(49)

32

pustaka, peneliti mempunyai keyakinan bahwa variabel bebas berkaitan dengan variabel terikat. Sebab strategi problem based learning merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran, bahwa selama ini kemampuan siswa menyelesaikan masalah masih kurang. Implementasi pembelajaran dengan strategi problem based learning menuntutsiswa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Berdasarkan pokok pemikiran di atas, memungkinkan bahwa adanya hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika siswa. Hubungan antarvariabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada kerangka pikir di bawah ini.

Gambar 2.2 Kerangka pikir

Berdasarkan gambar di atas, alur kerangka pikir dapat dideskripsikan bahwa strategi problem based learning yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membantu siswa memproses informasi

Proses

Output

Hasil belajar matematika siswa rendah.

Penerapan strategi problem based learning.

1. Ada hubungan penerapan strategi

problem based learning dengan hasil belajar matematika siswa. 2. Hasil belajar matematika siswa

tinggi.

(50)

yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan siswa tentang dunia luar dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling tinggi tingkat kebenarannya (Suryabrata, 2010: 21). Secara emplisit, hipotesis juga merupakan prediksi yang taraf ketepatannya akan sangat bergantung kepada taraf kebenaran dan ketepatan landasan teoritis yang mendasarinya.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 10 Metro Timur.”

Sedangkan hipotesis verbal yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut.

Ho : Tidak ada hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur. Ha : Ada hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil

belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur. Atau dapat juga ditulis dalam hipotesis statistik sebagai berikut. Ho : ρ = 0

(51)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. Menurut Emzir (2010: 37) tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik. Penelitian korelasi berimplikasi untuk pengambilan keputusan.

Studi korelasi melengkapi penaksiran seberapa tepat hubungan dua variabel. Semakin tinggi hubungan dua variabel, semakin akurat prediksi yang didasarkan pada hubungan tersebut.

(52)

Gambar 3.1 Desain penelitian korelasi

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian korelasi ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Metro Timur yang beralamat di Jalan Raya Stadion, 24 Tejoagung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian korelasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama 4 bulan, dari bulan Januari sampai April, meliputi tahap penyusunan proposal penelitian sampai pelaporan hasil penelitian.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2010: 25). Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi sebagai akibat adanya fenomena lain. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni variabel terikat dan variabel bebas.

(53)

36

a. Variabel Tergantung/Terikat (Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa (Y) pada mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 10 Metro Timur.

b. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan strategi

problem based learning (X).

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat dari hal yang didefinisikan yang dapat diobservasi (Suryabrata, 2012: 29). Strategi problem based learning merupakan suatu rancangan yang menggunakan masalah nyata untuk menggali dan mengonstruksi pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman nyata yang diperolehnya ketika memecahkan masalah tersebut.

(54)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah kegiatan yang ditempuh dalam penelitian. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Mengobservasi sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian.

b. Mengambil data hasil belajar siswa pada mid semester yang telah dilakukan sebagai dasar untuk melihat ketercapaian pembelajaran. c. Menentukan sampel penelitian.

d. Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar serta pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian.

e. Membuat kisi-kisi instrumen. f. Membuat instrumen penelitian.

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian di luar kelas sampel.

h. Menganalisis item-item soal dengan cara menguji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan instrumen penelitian yang baik.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti terjun langsung ke lapangan. Tahap pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Memberikan angket dan instrumen hasil belajar kepada siswa untuk diisi.

(55)

38

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur.

Tabel 3.1 Jumlah siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur.

No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 VA 7 13 20

2 VB 6 10 16

Jumlah 13 23 36

Sumber : Data Guru Kelas VA dan VB SD Negeri 10 Metro Timur Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Sampel

Sugiyono (2011: 62) memberikan pengertian bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jadi, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

(56)

teruji tingkat akurasi dan presisinya. Rumus selengkapnya yaitu sebagai

t : Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96) d : Taraf kekeliruan (digunakan 0,05)

p : Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) q : 1 – p

Adopsi dari Cochran (2010: 85)

Berdasarkan rumus di atas besarnya sampel minimal dalam penelitian ini adalah:

(57)

40

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Keseluruhan data yang berkaitan dengan penelitian ini akan dikumpulkan melalui dua teknik yaitu nontes dan tes.

a. Nontes

Merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penerapan strategi problem based learning. Instrumen yang digunakan dalam hal ini yaitu angket.

b. Tes

Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes yang berbentuk soal pilihan ganda dan essay.

2. Alat Pengumpulan Data a. Angket

Angket merupakan alat pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penerapan strategi problem based learning.

b. Soal-soal tes.

(58)

3. Rancangan Instrumen Penelitian

Adapun rancangan instrumen yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Angket Variabel based learning dapat memotivasi/meningkatkan minat siswa untuk belajar 2. Keaktifan siswa dalam

kegiatan pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran problem based learning.

3. Keseriusan siswa terhadap pembelajaran dengan strategi problem based learning.

4. Efektifitas strategi pembelajaran problem based learning terhadap pembelajaran.

5. Pemahaman siswa pada mata pelajaran

matematika .

6. Penerapan strategi

Problem based learning

dapat meningkatkan hasil

(59)

42

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Senada dengan hal itu, Siregar (2013: 46) menyatakan kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk menguji validitas dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan guru dengan cara diskusi. Selain itu, pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik korelasi product moment dengan rumus:

∑ ∑ ∑ ΣX : Skor nilai tiap butir soal jawaban responden. ΣY : Jumlah skor jawaban responden.

Diadopsi dari Siregar (2013: 48)

Selanjutnya koefisien korelasi dapat diinterprestasikan ke dalam klasifikasi koofesien validitas berikut.

Tabel 3. 3 Kriteria validitas butir soal

Besar nilai r Interpretasi

(60)

(Sumber: Sugiyono, 2010: 231) 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Reliabilitas menunjuk pada suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency yakni mencobakan alat ukur cukup sekali kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Reliabilitas soal tes pilihan ganda menggunakan metode belah dua atau split-half method

yaitu dengan membelahnya menjadi dua skor awal (X) dan skor akhir (Y). Adapun untuk pengujian reliabilitas ini digunakan rumus korelasi

product moment, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

√( )

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi r product moment. n : Jumlah sampel.

ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y. ΣX : Jumlah skor item awal.

ΣY : Jumlah skor item akhir.

Selanjutnya, Arikunto (2006: 180) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan rumus sprearman-brown

sebagai berikut.

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

(61)

44

Teknik yang digunakan untuk menganalis instrumen soal essay dan angket adalah teknik alpha cronbrach dan dengan rumus:

( )

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : Jumlah varians : Varians total

Diadopsi dari Siregar (2013: 58)

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Nilai Kinerja Guru, Hasil Belajar, dan Angket.

Keterangan:

N : Nilai yang dicari atau diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh

SM : Skor maksimum ideal yang diamati 100 : Bilangan tetap

(Adopsi dari Purwanto (2008: 102).

3.4 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai

No Rentang Nilai Katagori

1 80,1 – 100 Sangat Baik

2 60,1 – 80 Baik

3 40,1 – 60 Cukup Baik

4 20,1 – 40 Kurang Baik

5 0,1 – 20 Sangat Kurang

(62)

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang berasal dari kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah:

H0 : Populasi yang berdistribusi normal. Ha : Populasi yang berdistribusi tidak normal.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat.

Keterangan:

X2 : Normalitas sampel

Ei : Frekuensi yang diharapkan

Oi : Frekuensi pengamatan

k : Banyaknya klelas interval Diadopsi dari Arikunto (2006: 314)

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel berasal dari populasi dengan variansi yang sama atau tidak. Analisis ini dilakukan untuk memastikan apakah homogenitas pada masing-masing kategori data sudah terpenuhi atau belum. Apabila asumsi homogenitasnya terbukti maka peneliti dapat melakukan pada tahap analisis data lanjutan. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut.

(63)

46

Uji homogenitas digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut.

Diadopsi dari Muncarno (2012: 47)

4. Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil dari uji normalitas dan uji homogenitas dengan hasil yang relevan, maka tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis penelitian dengan produc moment.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi r product moment. n : Jumlah sampel.

ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y. ΣX : Jumlah keseluruhan skor X.

ΣY : Jumlah keseluruhan skor Y. Diadopsi dari Siregar (2013: 48)

Tabel 3.5 Interpretasi koefisien korelasi

Besar nilai r Interpretasi

Antara 0,000 sampai 0,199 Sangat rendah Antara 0,200 sampai 0,399 Rendah Antara 0,400 sampai 0,599 Sedang Antara 0,600 sampai 0,799 Kuat Antara 0,800 sampai 1,000 Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2010: 231)

Selanjutnya melakukan uji signifikansi yang berfungsi untuk mencari makna hubungan antara penerpan strategi problem based learning

(64)

Keterangan :

r : Nilai Koefisien Korelasi n : Jumlah Sampel

(65)

71

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur yang berada pada taraf “Sedang” yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

Terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 10 Metro Timur, yang ditunjukkan dengan nilai rxy (0,412)>rtabel (0,339). Kategori hubungan berada pada taraf sedang (0,412) dan besar signifikansi hubungan ditunjukkan dengan angka thit (2,64)>ttabel (1,690). Kontribusi penerapan strategi problem based learning dengan hasil belajar matematika sebesar

16,97% dan 83,03% selebihnya didukung oleh variabel lainnya.

B. Saran

Gambar

Tabel
Tabel 2.1 Tingkatan keberhasilan hasil belajar
Gambar 2.1 Alur pemecahan masalah matematika (Adjie & Maulana, 2006: 16)
Gambar 2.2 Kerangka pikir
+5

Referensi

Dokumen terkait

Swastika Andini. Pengembangan Multimedia Flipbook untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Geometri dalam Pencapaian Tingkat Deduktif Informal Siswa Kelas VI di Sekolah

• Structuring of Products (Identifying needs of Clients, Applying and Assimilating the Islamic Commercial Contracts – Contemporary Islamic Banking Products and

1, Acara dibuka oleh Kepala B/dang Penanaman Modal OPMPTSP Provinsi Jawa Tengah dengan peserta perwakilan Oinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali dan juga dihadiri

Utang jangka panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk

Menurut Veithzal (2005) persepsi yang positif terhadap pemberian insentif merupakan sarana yang tepat dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong munculnya semangat dan

Total asupan perhari diperkirakan dengan mengalikan konsentrasi bahan tambahan pangan pada setiap kelompok pangan dengan rerata konsumsi grup tersebut dan selanjutnya dijumlahkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan metode promosi kesehatan individu dan kelompok terhadap pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif di

bekerja mengalami peningkatan namun jumlah penduduk yang bekerja di Sektor Pertanian mengalami penurunan dari 2,50 juta pada Agustus 2014 menjadi 2,48 juta pada Februari