BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyebab Kemiskinan
Menurut Sumodiningrat, 1998, penyebab kemiskinan terdapat tiga faktor, yaitu:
1. Kemiskinan kultural
Kemiskinan yang disebabkan oleh sikap dan perilaku dari manusia itu sendiri, seperti malas bekerja, pola pikir dan gaya hidup tradisional, kepasrahan yang pasif, sehingga mengakibatkan manusia bodoh dan tidak memiliki kesadaran.
2. Kemiskinan struktural
Kemiskinan yang disebabkan pembangunan yang belum merata, kepemilikan sumber daya yang tidak merata, kemampuan tidak seimbang, dan ketidaksamaan kesempatan dengan masyarakat lainnya.
3. Kemiskinan natural (absolut)
Kemiskinan yang diakibatkan keadaan alamiah karena faktor keturunan (bawaan lahir), seperti cacat mental (down syndrome). Kemiskinan akibat down syndrome atau cacat mental hanya dapat ditanggulangi dan diminmalisisr dengan beberapa program kemiskinan. Langkah-langkah penanganan agar tercapai tujuan (Sundari, 2005) adalah:
a) Usaha prefentif atau usaha mengadakan pencegahan adalah mengurangi bahakan meniadakan seba-sebab gangguan dan penyakit mental;
b) Usaha korektif adalah usaha perbaiakan, pengembakian keseimbangan terhadap gangguan mental maupun penyakit mental melalui terapi
2.1.1 Penanggulangan Kemiskinan Alamiah
Beberapa program penanggulangan kemiskinan faktor alamiah di Indonesia, sebagai berikut:
Program Tindakan Keluaran Sasaran Sumber
Program rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi penyandang cacat
1. Penataan sistem verifikasi data calon penerima bantuan, sosialisasi dan koordinsi keterpaduan program
Ketersediaan data
penerimaan bantuan Meningkatkan pemeuhan dasar bagi penyandang cacat berat dan penyandang cacat dalam
lembaga/panti Instruksi PresidenRepublik Indonesia Nomor
3 Tahun 2010 tetang Program Pembangunan yang Berkeadilan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2010 tetang Program
Pembangunan yang Berkeadilan 2. Peningkatan bantuan
jaminan sosial
3. Penyandang cacat berat di dalam keluarga
Jumlah penyandang cacat berat yang menerima bantuan jaminan sosial 4. Bantuan tambahan
kebutuhan dasar penyandang cacat dalam/atau melalui panitia/lembaga Jumlah penyandang cacat dalam lembaga/panti yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar Progam kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecatatan (PKS-ADK) 1. Peningkatan bantuan kebutuhan dasar dan akses layana sosial dasar, serta penguatan tanggung jawab keluarga
Meningkatan anak dengan kecacatan yang terpenuhi hak hak dasarnya dalam asuhan keluarga
Meningkatkan pemenuhan
kebutuhan dasar dan aksesbilitas pelayanan sosial dasar Pelayanan kesehatan anak dengan kecactan 1. Pelayanan kesehatan bagi anak dengan kecatatan di SLB melalui Usaha Kesehatan Sekolah
Meningkatkan
pembinaan kesehatan di SLB melalui program Usaha Kesehatan Sekolah Meningkatkan ststus kesehatan anak dengan kecacatan Program iodisasi air minum sejak tahun 1977 Penanggulangan GAKY dengan pemberian kandungan yodium pada air minum masyarakat penderita down syndrome Meningkatkan pemberian yodium kepada masyarakat
Depekes RI dalam Yueniwati, 1999 Program pemberian kapsul minyak beriodium Program pemberian kapsul minyak iodium kepada penduduk penyandang GAKI yang tinggal di desa endemik berat dan sedang.
Pemberian konsumsi garam iodium pada setiap setaip keluarga secara terus menerus.
Meningkatkan status kesehatan pada keluarga, terutama untuk ibu hamil
bagi perempuan dan laki-laki dengan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Oleh karena itu perlu adanya penangulangan kemiskinan dengan pengembangan infrastruktur, sebagai berikut:
2.2 Infrastruktur Pedesaan
Infrastruktur pedesaan didefinisikan sebagai infrastruktur yang bersifat fisik dan memberikan akses terhadap pelayanan dasar maupun pelayanan sosial serta ekonomi bagi masyarakat pedesaan (Hanapiah dalam Andi, 2009). Infrastruktur pedesaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
2.2.1 Infrastruktur Fisik Ekonomi Pedesaan
Ketersediaan infrastruktur kawasan pedesaan mendukung adanya aktifitas sosial ekonomi keseharian, meningkatkan kualitas SDM dan mendorong pembangunan kawasan pedesaan. Ketiga hal tersebut saling bersinergi satu dengan lainnya untuk memecahkan permasalah pedesaa, seperti kemiskinan dan keterbatasan infrastruktur. Dimana keberhasilan pembangunan pedesaan akan memberikan dampak balik yang positif bagi peningkatan aktifitas kehidupan dan kualitas SDM.
2.2.1.1 Infrastruktur Transportasi
Infrastruktur transportasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan ekonomi pedesaan. Ketersediaan jalan yang memadai, seperti aspal akan menjami desa memiliki akses dari dan ke sumber-sumber ekonomi dan pemasaran.
[image:3.595.144.483.597.754.2]Berdasarkan Petunjuk Perencanaan Teknis Jalan Desa No. 007/T/Bt/1995 dari Direktorat Jendral Bina Marga diketahui standart kriteria perencanaan geometri jalan desa dan kenis perkerasan jalan, sebagai berikut:
Tabel 2. 1 kriterian Perencanaan Jalan Pedesaan
Jenis Perkerasan Krikil/Teflon/Tanah Kemiringan Medan (Terrain) Datar Bukit
Kelandaian (%) 8 10
Lebar
Perkerasan (m) Disarankan 3,5 3,5
Minimum 1,5 1,5
Lebar Bahu
Jalan (m) 1 1
Lebar Badan
Jalan (m) 6,5 6,5
Daerah Milik
Minimum 6,5 Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga, 1995
Gambar 2. 1 Jenis Perkerasan Jalan Pedesaan Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga, 1995 2.2.1.2 Infrastruktur Air Bersih
Penggunaan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri. Kebutuhan domestik untuk masyarakat akan meningkat sejalan dengan pertamabahan penduduk. Strandart kriteria pelayanan kebutuhan air bersih masyarakat pedesaat dengan jumlah lebih dari 3000 jiwa membutuhkan 60 (lt/orang/hari) untuk kebutuhan domestik.
Kebutuhan non domestik, diasumsikan dari kebutuhan domestik yang sama setiap tahunnya dengan pemenuhan 10-20%, sehingga perhitungan kebutuhan non domestik adalah:
a. Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik b. Kantor = 15% x kebutuhan domestik
c. Komersial = 20% x kebutuhan domestik d. Industri = 10% x kebutuhan domestik
2.2.2 Infrastruktur Sosial (Kesehatan)
ekonomi, masyarakat yang sehat akan menghasilkan tenaga kerja yang sehat dan merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi Beberapa sarana kesehatan untuk kawasan pedesaan, sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Sarana Prasarana Kawasan Pedesaan
No Jenis PenduduMinimal
k Lokasi
Luas Tanah
(M2) 1. Balai Pengobatan 3.000 Di tengah kelompok perumahan
tidak menyeberang jalan
3000
2. Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Rumah Bersalin (BKIA)
10.000 Di tengah kelompok perumahan
tidak menyeberang jalan 1600
3. Puskesmas 30.000 Di pusat lingkungan, mengelompok dengan pelayanan pemerintah dan sosial
1200
4. Puskesamas Balai
Pengobatan 120.000 Di pusat kecamatan 2400
5. Rumah Wilayah 240.000 Di tempat yang tenang, tidak terdapat sumber penyakit
26400
6. Tempat Praktek 5.000 Di tengah kelompok perumahan,
tidak menyebrang jalan lingkungan Bersatudengan tempat tinggal
7. Apotek 10.000 Di pusat RW atau Lingkungan 350
Sumber: Jayadinata, 1992
2.2.3 Infrastruktur Administrasi/Institusi
Infrastruktur yang menangani masalah penegakan hukum, kontrol administrasi, dan koordinasi serta kebudayaan.
2.2.4 Peraturan Penangulangan Kemiskinan Alamiah
Terdapat beberapa peraturan yang mendasari penanggulangan kemiskinan alamiah, seperti:
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dalam Pasal 34 tercantum bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara dimana negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, negara juga memberikan tanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan umum secara layak.
2. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
3. Instruktur Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan yang didalamnya memuat pemenuhan sarana prasarana, kebutuhan pokok dan sekunder serta pemberian program untuk masyarakat miskin, mulai balita hingga usia lanjut usia serta ibu hamil.
4. Pedoman Umum Penyaluran Raskin 2012
BULOG menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan yang penyediaanya mengutamakan kelompok masyarakat miskin da rawan pangan, yang penyediaannya mengutamakan pengadaan gabah/beras dari petani dalam negeri. Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran para RTS-PM dalam memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu juga untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok, sebagai salah satu hak dasarnya.
2.3 Hipotesis
Hipotesisi dirumuskan untuk memberikan arahan dan pedoman dalam melakukan penelitian. Hipotesis daam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan infrastruktur berpengaruh positif terhadap status sosial ekonomi masyarakat miskin di Desa Krebet, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo karena Desa Krebet telah tersedia jalan dan sarana kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Asnudin, Andi. 2009. Pembangunan Infrastruktur Pedesaan dengan Perlibatan Masayarakat Setempat: Jurnal SMARTek Vol.7 (4), pp. 292-300 (Online) BAPPEDA KOTA MALANG. 2006. Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kota
Malang. Malang: Universitas Brawijaya Press
Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.
Direktorat Jendral Bina Marga. 1995. Petunjuk Pejalan Teknis Jalan Desa No 07? T/Bt/1995. (Online) http://docs.google.com/viewer? a=v&q=chace:o_cohCC5fiwJ:binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/petunjuk117
.pdf+bina+marga+1995+007/T/Bt/1995 (Diakses pada tanggal 1 Oktober 2012)
Hanapiah, Ali. 2010. Fenomena Pembangunan Desa. (Online).
http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/FENOMENA-PEMBANGUNAN-DESA2.pdf. (Diakses tanggal 28 September 2011)
Jayadinata, Johara T., 1992, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Bandung: ITB Bandung
Sumodiningrat, Gunawan. 1998. Membangun Perekonomian Rakyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: Rineka Cipta
Suwardjoko, Warpani. 1984. Analisis Kota dan Wilayah. Bandung: Institute Teknologi Bandung
PNPM-PISEW. 2010. Penelitian dan Pengembangan PNPM Mandiri. (Online) http://sosekling.pu.go.id.id%2Fattachement%2Farticle
%2F3502%Penelitian2%2520dan%2520Pengembangan%2520Pengelolaan %2520PNPM%2520Mandiri (Diakses pada tanggal 1 Oktober 2012)