PENGERTIAN ORGANISASI
INTERNASIONAL
1.
D. W. BowettOrganisasi internasional adalah organisasi permanen yang didirikan atas dasar suatu traktat yang lebih bersifat multilateral daripada yang bersifat bilateral dan dengan kriteria tujuan tertentu.
2. N. A. Maryam Green
Organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian ketika tiga atau lebih negara menjadi peserta.
3. Pasal 2 Konvensi Wina
Perbedaan organisasi-organisasi internasional dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama-tama kita harus membedakan antara organisasi yang bersifat internasional dengan organisasi yang bersifat regional. Organisasi yang bersifat universal dimana semua negara dapat menjadi anggota. Sedangkan organisasi yang bersifat regional adalah keanggotaannya terbatas pada kawasan atau negara-negara tertentu dan biasanya beranggotakan negara-negara yang berdekatan secara geografis.
Dapat juga dibedakan antara organisasi terbuka dengan organisasi tertutup. Organisasi terbuka dapat dimasuki oleh negara-negara yang berkepentingan, dengan prosedur penerimaan yang luwes, sedangkan organisasi tertutup hanya
menerima negara-negara tertentu yang
mempunyai nilai-nilai yang sama serta diterima secara bulat oleh negara-negara anggota.
Organisasi Internasional merupakan subjek buatan karena keberadaannya adalah hasil akibat kehendak bersama negara-negara.
Apabila negara-negara sepakat untuk mendirikan suatu organisasi internasional maka kesepakatan tersebut dirumuskan dalam suatu instrumen yuridik yang dinamakan akte konstitutif.
Suatu prasyarat untuk berdirinya suatu OI adalah adanya keinginan untuk bekerjasama yang jelas-jelas kerja sama internasional tersebut akan bermanfaat dalam bidangnya dengan syarat organisasi tidak melanggar kekuasaan dan kedaulatan negara suatu anggota.
Suatu OI baru ada bila negara-negara (non negara juga bisa; kursif penulis) menghendakinya dan kehendak tersebut dirumuskan dalam suatu perjanjian internasional.Bila negara sepakat untuk mendirikan suatu OI maka kesepakatan tersebut dirumuskan dalam suatu instrumen yuridik. Instrumen yuridik tersebut dinamakan akte konstitutif.
Apapun nama yang diberikan kepada akte konstitutif tersebut seperti Pakta untuk LBB, charter untuk PBB, Statuta untuk Dewan Eropa 1949 dan lain-lain, semuanya merupakan perjanjian multilateral, bentuk yang biasa dari akte konstitutif organisasi-organisasi internasional. Keharusan adanya perjanjian multilateral yang merupakan akte konstitutif dari suatu OI merupakan manifestasi kehendak negara- negara yang memberikan kesepakatan atas lahirnya suatu pelaku hukum yang kegiatan-kegiatannya dapat berdampak terhadap isi ataupun pelaksanaan wewenang masing-masing negara anggota.
Ade Maman Suherman memberikan rincian
tentang persyaratan suatu OI yaitu:
1)
Dibuat oleh negara sebagai para pihak
(contracting state);
2)
Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu,
dua atau lebih instrumen;
3)
Untuk tujuan tertentu;
4)
Dilengkapi dengan organ;
Persyaratan pendirian organisasi
internasional menurut KONVENSI WINA
(atikel 2) 1969:
“an
international
agreement
concluded between states in written
form and governed by international
law, whether embodied in a single
instrument or in two or more related
instruments,
and
whatever
its
particular designation”
Berdasarkan hal diatas, maka
unsur-unsur
pendirian
organisasi
internasional antara lain:
1.
Dibuat oleh negara sebagai para
pihak (contracting state)
2.
Berdasarkan perjanjian tertulis
dalam satu,dua atau lebih
instrumen
3.
Untuk tujuan tertentu
4.
Dilengkapi dengan organ
KLASIFIKASI KEANGGOTAAN
INTERNASIONAL
1. Kualitatif
Dengan pendekatan ini memberikan status khusus bagi negara-negara tertentu sebagai anggota utama (original members). Contoh, negara-negara yang ikut dalam Konferensi PBB mengenai Organisasi Internasional di San Fransisco, setelah menandatangani piagam kemudian meratifikasinya, menjadi anggota utama. Polandia pada awalnya tidak disetujui oleh Tiga Besar (AS, Inggris, Uni Soviet), karena itu tidak ikut serta dalam penyusunan piagam di konferensi San Fransisco. Namun demikian negara ini diterima sebagai anggota utama setelah menandatangani piagam. Kedudukan khusus anggota utama ini telah dijelaskan dalam pasal 3 piagam PBB.
2. Kuantitatif
Pemutusan untuk penerimaan keanggotaan dalam organisasi internasional adalah tindakan bilateral. Di satu pihak organisasi internasional harus setuju dengan penerimaan keanggotaan, di lain pihak negara itu menurut hukum nasionalnya sah untuk menjadi anggota organisasi internasional.
Permohonan untuk menjadi anggota diajukan oleh pihak yang berwenang menurut hukum internasional, seperti kepala negara atau perdana menteri atau menteri luar negeri atau pejabat politik yang diakreditasikan di organisasi internasional tersebut atau negara yang ditunjuk untuk menyimpan dokumen ratifikasi. Dalam penerimaan anggota ini biasanya ada dua prosedur yang ditempuh. Yaitu, adanya permintaan dari calon anggota dan negara yang bersangkutan telah meratifikasikan anggaran dasar oraganisasi internasional dimana negara itu menjadi anggota.
PENANGGUHAN KEANGGOTAAN
PE N GA KHIRA N KE A N GGOTA A N
Pengeluaran anggota mungkin merupakan cara yang paling dramatis dalam pengakhiran keanggotaan suatu organisasi internasional, namun ini bukan satu-satunya cara. Pengakhiran dari keanggotaan dapat terjadi apabila suatu organisasi bubar.
PRINSIP KEANGGOTAAN
ORGANISASI
1. Prinsip Universal (university)
Dianut oleh PBB (termasuk badan-badan kusus PBB)
Keanggotaannya tidak membedakan besar-kecilnya Negara
Pasal 4 PBB : keanggotaan PBB terbuka untuk semua Negara yang cinta
damai, menerima kewajiban internasional yang ditetapkan MU PBB atas rekomendasi DK PBB
2. Prinsip pendekatan wilayah (Geograpic proximity)
Anggotanya dibatasi pada Negara-negara diwilayah tertentu
ASEAN (perhimpunan bangsa-bangsa Asia tenggara) hanya 10 negara yang berada di lingkungan kawasan di luar kawasan tidak dapat menjadi
anggotanya.
Contoh lain : UNI Eropa, Organisasi Persatuan Afrika (OAU), Organisasi Negara
Amerika (OAS) 3. Prinsip Selektivitas
Berdasarkan aspek tertentu (budaya, agama etnis/pengalaman sejarah) Organisasi komperensi islam (OIC) gerakan non-blok (NAM), liga Arab (arab
PENGGOLONGAN
KEANGGOTAAN
Di dalam sebuah organisasi internasional, keanggotaan dapat dibedakan menjadi:
a) Keaanggotaan Penuh (full members)
Yaitu anggota akan ikut serta dalam semua keanggotaan organisasi dengan segala hak – haknya.
b) Keanggotaan Luar Biasa (associate members)
Yaitu anggota dapat beraprtisipasi namun tidak mempunyai hak suara dalam alat perlengkapan utama organisasi internasional. c) Keanggotaan Sebagian (partial members)
Yaitu anggota yang hanya dapat ikut dan berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan tertentu saja.
Selain penggolongan diatas, dapat juga dibedakan menjadi; a) Anggota asli (original members)
Yaitu anggota yang diundang pada saat konfrensi-konfrensi yang membicarakan rancangan anggaran dasar.
b) Anggota lainnya (admitted members)
Yaitu anggota yang masuk dalam organisasi internasional setelah organisasi tersebut berdiri sesuai ketentuan tentang
PERSONALITAS YURIDIS
ORGANISASI
INTERNASIONAL
Suatu organisasi Internasional yang di bentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk “instrumen pokok” apapun akan memiliki suatu personalitashukum di dalam hukum internasional. Personalitas hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kapasitasnya untuk melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian dengan suatu negara lainnya.
1. Personalitas hukum dalam konteks hukum nasional
Personalitas hukum organisasi internasional dalam konteks hukum nasional pada hakikatnya menyangkut keistimewaan dan kekebalan bagi organisasi itu sendiri yang berada di wilayah suatu negara anggota, bagi wakil-wakil dari negara anggotanya dan bagi pejabat-pejabat sipil internasional tersebut. Hampir semua instrumen pokok mencantumkan ketentuan bahwa organisasi internasional yang di bentuk itu mempunyai kapasitas hukum dalam rangka menjalankan fungsinya atau memiliki personalitas hukum (Suryokusumo, 1990).
2. Personalitas hukum dalam konteks hukum internasional
Personalitas hukum dari suatu organisasi internasional dalam konteks hukum internasional pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi internasional tersebut dalam memiliki kapasitas untuk melakukan prestasi hukum, baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara-negara anggotanya, termasuk kesatuan lainnya. Kapasitas itu telah diakui dalam hukum internasional. Pengakuan tersebut tidak saja melihat bahwa organisasi internasional itu sendiri sebagai subjek hukum internasional, tetapi juga karena organisasi itu harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya.
WEWENANG
ORGANISASI
INTERNASIONAL
Wewenang normatif adalah wewenang yang memperbolehkan organisasi internasional membuat norma-norma seperti ketentuan hukum dan keuangan. Organisasi-organisasi internasional banyak yang menggunakan wewenang normatif dengan tujuan untuk memperlancar kegiatan intern. Wewenang ini akan lebih luas lagi bila organisasi melakukan kegiatan operasional dan untuk itu diperlukan rezim yuridis dari kegiatan-kegiatan tersebut.
Disamping wewenang normatif suatu organisasi internasional juga mencakup hak untuk ikut dalam konvensi-konvensi internasional. Pasal 6 Konvensi Wina tahun 1986 memberikan kapasitas kepada organisasi internasional untuk membuat perjanjian internasional dengan subjek-subjek hukum lainnya.
HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL
1) Kekebalan terhadap kekuasaan negara penerima Kekebalan dalam bentuk ini misalnya adalah kekebalan terhadap paksaan, penahanan dan penangkapan. Ketentuan ini memberikan petunjuk bagi alat-alat negara penerima untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan pengertian yang terdapat dalam penjelasan Pasal 29 Konvensi Wina 1961. 2) Hak mendapatkan perlindungan terhadap gangguan atau
serangan atas diri pribadi dan kehormatannya. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap gangguan, serangan atas kebebasan dan kehormatan diri pejabat diplomatik sebagaimana di Indonesia yang telah menjamin dan mengatur dalam Pasal 143 dan 144 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia.
3) Kekebalan terhadap jurisdiksi pengadilan negara penerima diatur dalam Pasal 31 Konvensi Wina 1961
5) Kekebalan kantor perwakilan dan rumah kediaman
perwakilan diplomatik
Tidak diganggu–gugatnya gedung perwakilan asing suatu negara pada hakikatnya menyangkut dua aspek. Aspek pertama adalah mengenai kewajiban negara penerima untuk memberikan perlindungan sepenuhnya sebagai perwakilan asing di negara tersebut dari setiap gangguan. Aspek kedua adalah kedudukan perwakilan asing itu sendiri yang dinyatakan kebal dari pemeriksaan termasuk barang-barang miliknya dan semua arsip yang ada di dalamnya.
Pasal 22 Konvensi Wina 1961
6) Kekebalan terhadap korespondensi perwakilan diplomatik pasal 27 Konvensi Wina 1961
Para pejabat diplomatik dalam menjalankan tugasnya mempunyai kebebasan penuh, dan dapat menjalankan komunikasi secara rahasia dengan
pemerintahnya. Diakui secara umum bahwa
kebebasan berkomunikasi juga berlaku bagi semua korespondensi resmi antara perwakilan dengan pemerintahnya, dan kebebasan ini harus dilindungi oleh negara penerima. Surat menyurat pejabat diplomatik tidak boleh digeledah, ditahan, atau disensor oleh negara penerima. Perwakilan diplomatik dapat menggunakan kode dan sandi rahasia dalam komunikasinya dengan negara pengirim, sedangkan instalasi radio dan operasi pemancar radio hanya dapat dilakukan atas dasar izin negara setempat. Kurir diplomatik yang berpergian dengan paspor diplomatik tidak boleh
PROFIL ORGANISASI INTERNASIONAL
(PBB)
Sejarah
LBB gagal dalam melaksanakan tugasnya sehingga banyak anggotanya yang keluar dan dengan pecahnya PD II bulan Septembern 1939 maka secara tidak langsung LBB bubar.
PM Inggris Winston Churchill dan Presiden USA Franklin Delano Roosevelt mengadakan pertemuan diatas kapal Augusta di teluk New Foundland. Pertemuan itu menghasilkan Piagam yaitu Atlantic Charter. Piagam ini disepakati sebagai dasar berdirinya organisasi internasional yang baru. Isi pokok Atlantic Charter adalah yaitu perlu adanya kesepakatan dan kerjasama antar bangsa atau antar negara dalam menyelesaikan sengketa internasional.
Maka pada permulaan tahun 1945, wakil-wakil dari 50 negara yang disponsori oleh 4 negara yaitu USA, Inggris, Rusia, China berkumpul di San Fransisco untuk membicarakan dan membentuk organisasi pengganti LBB. Konferensi di San Fransico berhasil menyusun suatu piagam yang bernama Charter of Peace. Isitilah United Nation (PBB) pertma kali digunakan oleh Franklin Delano Roosevelt pada tanggal 1 Januari 1942.
Charter of Peace belum dapat melaksanakan tugasnya karena belum mendapat pengesahan dan persetujuan dari perlemen masing-masing negara peserta. Baru pada tanggal 24 Oktober 1945, badan tersebut disahkan oleh sebagian besar dari negara peserta dan secara resmi menjadi hari berdirinya PBB.
Tujuan
1. Menjamin perdamaian dunia, hak-hak manusia, kemajuan sosial-ekonomi
2. Perselisihan harus diselesaikan dengan jalan damai dan tidak boleh ada perang
3. Tidak boleh melanggar kedaulatan negara lain
4. Tidak boleh ikut camur tangan mengenai urusan luar negeri suatu negara
5. Mengadakan tindakan-tindakan terhadap negara-negara yang membahayakan perdamaian
Syarat untuk menjadi anggota PBB 6. Cinta damai
7. Menerima dan menyetujui serta tunduk kepada piagam PBB
8. Sanggup dan bersedia untuk memenuhi kewajiban yang tercantum dalam piagam PBB
Badan-badan PBB
1. Majelis Umum (majelis musyawarah utama)
2. Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan)
3. Dewan Ekonomi san Sosial (membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)
4. Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB)
5. Mahkamah Internasional (organ peradilan primer)
6. Dewan Perwalian
7. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
8. Program Pangan Dunia (WFP)
9. Dana Anak-anak Dunia (UNICEF)
Negara yang mempunyai hak veto
10. USA
11. Inggris
12. China
13. Jerman