i ABSTRAK
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN REAL
(Study Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Oleh
Uum Riyana
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh corporategovernance yang di lihat dari indikator komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit terhadap manajemen laba akrual dan real pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2012.
Penentuan sampel dilakukan dengan meggunakan metode purposive sampling berdasarkan metode ini terdapat 112 sampel untuk Y1 dan 96 sampel untuk Y2. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi liniear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara bersama-sama corporategovernance berpengaruh terhadap mnajemen laba akrual dan real. Ada pun untuk hasil pengujian di masing-masing variabel proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba akrual. Tingkat kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba akrual. Tingkat kepemilikan manjerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba akrual. Proporsi komite audit eksternal
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba akrual. Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba real. Tingkat kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba real. Tingkat kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
manajemen laba real. Proporsi komite audit eksternal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba real.
ii ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE ON THE EARNINGS MANAGEMENT ACCRUALS AND REAL
(Study Empiris in Manufaaktur Companies Listed in Indonesia Stock Exchange) By
Uum Riyana
The aim of this research is to examine the influence of coeporate governance which is are categorized into independent commissioners, institutional ownership, managerial ownership, and audit committees on the earnings management accruals and real practices in manufaktur companies listed in Indonesia stock exchange from 2011-2012.
Selected using purposive sampling method. This study takes sample from 112 sample from Y1 and 96 sample from Y2. The method of analysis of this research used multi regression method.
Results of the study indicated that simultaneously of corporate governance had significant influence to earnings management accrual and real. Proportions independent commissioners had influence negative and not significant to earnings management accrual. Institutional ownership had influence negative and not significant to earnings management accrual. Managerial
ownership had influence positive and not significant influence to earnings management accrual. Proportions Audit committees eksternal had influence positive and not significant influence to earnings management accrual. Proportions independent commissioners had influence negative and not significant to earnings management real. Institutional ownership had influence negative and not significant to earnings management real. Managerial ownership had influence positive and not significant to earnings management real. proportions audit committees eksternal had influence negative and significant to earnings management real.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Lubuk Rukam (Lampung Utara) pada tanggal 20 Juli 1988 yang
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan bapak Hasanudin dan ibu Rusnah.
Penulis menyelesaikan pedidikan di SD Negeri 1 Lubuk Rukam pada tahun 1999. Dilanjutkan
pendidikan SMP Negeri 2 Lubuk Rukam hingga tahun 2002. Penulis melanjutkan SMA
Al-Kautsar Bandar Lampung sampai tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan kejenjang perguruan tinggi negeri di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung Jurusan S1-Akuntansi yang diselesaikan pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2012
PESRSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati kupersembahkan karya kecil ini kepada :
- Ayah dan ibuku yang selalu memberikan do’a dan pelajaran hidup yang
bermakna bagiku.
- Kakakku Jondri Haryadi, S.Pd.I., M.Pd.I. dan Syahroni Irawan,
S.H.I. dan Ayukku Nurani, S.Pd. dan Uum Rizah, S.H.I yang selalu
memberiku semangat dalam segala aktivitasku.
- Ponakanku Yensyfa Azahra Raj, Salsabila Aulia Putri Rizwan H.S.,
Hercules Rahman Raj, Muhammad Raihan Raj, Gibran Ihksan
Maulana Rizwan H.S. yang selalu membuatku tersenyum.
- Calon suamiku dr. Muhalla Mirza Primanda yang selalu memberiku
semangat dalam segala aktivitasku dan semoga jadi Imamku dunia dan
akhirat.
viii
MOTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya
xii SANWACANA
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini..
Tesis dengan judul ”Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Akrual dan Real pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesai” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Akuntansi pada Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Susi Sarumpaet, Ph.D.,Akt selaku Ketua Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Utama yang telah memberikan dukungan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan tesis. 3. Ibu Dr. Lindrianasari,S.E.,M.Si.,Akt selaku Dosen Penguji Utama yang telah
memberikan dukungan, saran, dan waktunya selama penyusunan tesis.
4. Ibu Retno Yuni N.S., S.E.,M.Sc., Akt. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan dukungan, saran, dan waktunya selama penyusunan tesis.
5. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. selaku pembahas 2 yang juga telah memberikan dukungan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan tesis. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang
xii
7. Ayah dan Ibu tercinta Hasanudin dan Rusnah yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta senantiasa mendoakanku dalam setiap zikir dan sujudnya.
8. Kakakku, Jondri Haryadi, S.Pd.I., M.Pd.I. dan Syahroni Irawan, S.H.I. ayukku Nurani, S.Pd. dan Uum Rizah, S.H.I. serta Ponakanku tersayang Yensyifa Azahra Raj, Salsabila Aulia Putri Rizwan H.S., Hercules Rahman Raj, Muhammad Raihan Raj, Gibran Ihksan Maulana Rizwan H.S yang selalu memberikan semangat, menghibur, dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan studinya. semoga kita bisa menjadi anak yang selalu membahagiakan, membanggakan, dan mengangkat derajat kedua orangtua kita Amin.
9. dr. Muhalla Mirza yang merupakan memori penyemangat sekaligus seseorang yang bisa mengerti aku, terimakasih karena telah mengajarkan aku akan arti sebuah ketulusan, kehidupan dan bagaimana menjalaninya, terimakasih juga untuk perhatian, kasih sayang, kesabaran, bantuan, do’a serta semangatnya.
10. Ayah, ibu, mbak irin, irpan yang telah memberikan semangat serta senantiasa mendoakanku demi keberhasilan tesis ini.
11. Sahabat-sahabat terbaikku di MIA Mba Dian, Mba Noli, Risa, Mba Elva, Uni Meta, Mba Sari, Mba Niya yang telah menjadi sahabat, kakak, serta teman diskusi terbaik selama penulis menjalankan studi yang setia menemani penulis selama menyelesaikan penelitian ini.
12. Rekan-rekan MIA angkatan 3 : Pak Deny, Pak Syafi’i, Pak Imam, Mba Yeni, Mba Sayu, Mba Andri, Mba Nani, Mba Nova, Pulung, Devita, Ida, Mba Hara, Mba Eha, Mba Tri, Mba Diana, Suster yang telah memberikan dukungan, pengertian, dan doa selama penulis menjalankan studi.
13. Pengelola dan karyawan serta karyawati Pascasarjana Ilmu Akuntansi yang ikut membantu kelancaran perkuliahan.
xii
15. Terimakasih untuk orang yang sudah terlibat dalam penelitian ini yang terlewat disebutkan tetapi memiliki arti yang sama pentingnya bagi kehidupan saya.
Semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan semoga Allah memberikan rahmat, hidayah dan ridho-Nya kepada kita semua.
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis,
xvi DAFTAR ISI
ABSTRAK... ... i
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...v
HALAMAN PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO... ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
SANWACANA ... x
DAFTAR ISI . ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7
xvi
1.3.2 Manfaat Penelitian ...7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ...9
2.2 Corporate Governance ...10
2.3 Manajemen Laba ...12
2.4 Penelitian Terdahulu ...15
2.5 Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis ...21
2.6 Corporate Governance terhadap Manajemen Laba ...23
2.6.1 Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba ...24
2.6.2 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba ...24
2.6.3 Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba ...25
2.6.4 Komite Audit terhadap Manajemen Laba ...26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data dan Sampel ...28
3.2 Metode Pengumpulan Data ...28
3.3 Variabel Penelitian ...30
3.3.1 Variabel Independen ...30
3.3.2 Variabel Dependen ...32
3.3.2.1 Manajemen Laba Akrual ...32
3.3.2.2 Manajemen Laba Real ...34
3.3.3 Variabel Kontrol ...35
3.3.3 Pengujian Hipotesis ...36
xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data Discretionary Accruals (DA) ...39
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ...39
4.1.2 Korelasi Pearson ...42
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ...43
4.2.2 Uji Normalitas ...43
4.2.2 Uji Multikolinearitas...44
4.2.2 Uji Autokolerasi ...45
4.2.2 Uji Heterokedastisitas ...46
4.2 Uji Ketepatan Model (Goodness of Fit) ...47
4.3 Uji Kelayakan Model ...48
4.4 Uji Hipotesis ...49
4.5 Pembahasan Hipotesis Manajemen Laba Akrual ...50
4.6 Analisis Data Real Eaarnings Management (REM) ...52
4.6.1 Statistik Deskriptif ...52
4.6.2 Korelasi Pearson ...54
4.6.3 Uji Asumsi Klasik ...55
4.6.3.1 Uji Normalitas ...55
4.6.3.2 Uji Multikolinearitas...57
4.6.3.3 Uji Autokolerasi ...58
4.6.3.4 Uji Heterokedastisitas ...58
4.7 Uji Ketepatan Model (Goodness of Fit) ...59
4.8 Uji Kelayakan Model ...60
4.9 Uji Hipotesis ...61
4.10 Pembahasan Hipotesis Manajemen Laba Real ...62
xvi
4.11.1 Manajemen Laba Akrual ...64
4.11.2 Manajemen Laba Real ...65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...66
5.2 Keterbatasan ...67
5.3 Saran ...67
5.4 Implikasi ...68
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Peneltian Terdahulu ...15
Tabel 3.1 : Kriteria Pemilihan Sampel ...29
Tabel 4.1 : Statistik Deskriptif ...39
Tabel 4.2 : Korelasi Pearson ...42
Tabel 4.3 : Hasil Uji Klomogorov-Smirnov ...44
Tabel 4.4 : Uji Multikolinieritas...45
Tabel 4.5 : Uji Autokolerasi ...46
Tabel 4.6 : Uji Heteroskadastisitas...47
Tabel 4.7 : Uji Ketepatan Model (Goodness of Fit) ...47
Tabel 4.8 : Uji Kelayakan Model ...48
Tabel 4.9 : Uji Hipotesis ...49
Tabel 4.10 : Statistik Deskriptif ...52
Tabel 4.11 : Korelasi Pearson Y2 (REM) ...54
Tabel 4.12 : Hasil Uji Klomogorov-Smirnov ...56
Tabel 4.13 : Uji Multikolinieritas...57
Tabel 4.14 : Uji Autokolerasi ...58
Tabel 4.15 : Uji Heteroskadastisitas...59
Tabel 4.16 : Uji Ketepatan Model (Goodness of Fit) ...60
Tabel 4.17 : Uji Kelayakan Model ...60
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan oleh investor untuk
meramalkan profitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang dan melakukan penilaian terhadap perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa
informasi yang ada pada laporan keuangan digunakan untuk menilai perusahaan
(Ball and Brown, 1968 dan Beaver, 1968). Dalam laporan keuangan, laba
merupakan salah satu informasi yang sangat penting baik untuk pihak internal
perusahaan maupun pihak eksternal dalam menilai kinerja dan laba di masa yang
akan datang. Karena laba suatu hal yang penting, maka pihak manajemen sering
kali melakukan tindakan untuk memodifikasi informasi laba perusahaan untuk
kepentingan tertentu sehingga laba yang dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Tindakan tersebut dikenal dengan manajemen laba
(earnings management).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi praktik manajemen laba
antara lain dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik atau dikenal
2
Kebijakan Governance (2006) terdapat lima asas GCG yang harus diterapkan
dalam suatu perusahaan yaitu: transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
Munculnya corporate governance karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik saham dan manajemen. Menurut teori keagenan hubungan agensi terjadi
ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian memberikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Manajer lebih banyak mengetahui informasi kinerja perusahaan dibandingkan pemilik saham,
hal ini yang menyebabakan adanya asimetri informasi antara agent dan principal sehingga muncul konflik kepentingan. Konflik kepentingan tersebut dapat
diminimalkan melalui suatu mekanisme pengawasan yang bertujuan untuk
menyeimbangkan berbagai kepentingan antara principal dan agen (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Ada empat mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam penelitian mengenai corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu: komisaris independen, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit seperti dalam penelitian (Boediono, 2005),
(Wardhani, 2006), (Ujiyantho dan Pramuka, 2007), (Nasution dan Setiawan,
2007), (Herawaty, 2008), (Garcia-Mecca dan Sanchez-Ballesta, 2009), (Guna dan
3
Keberadaan dewan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai
penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan untuk memberikan
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas (Wawo, 2010 dan Muryantini,
2013). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Chtorou et al. (2001) yang
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris yang besar dalam suatu perusahaan
dapat mengurangi praktik manajemen laba. Menurut Boediono (2005) bahwa
kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi
tindakan manajer untuk melakukan manajemen laba. Kepemilikan manajerial
dapat menyeimbangkan antara kepentingan pemilik dan pemegang saham (Jensen
dan Meckling, 1976). Dengan adanya kepemilikan saham manajer, diharapkan
manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja (Sialagan dan Machfoedz, 2006).
Melalui peran dan fungsinya komite audit dapat mengawasi manajemen dalam
menyusun laporan keuangan yang berkualitas.
Konsep mekanisme serta asas Corporate Governance di atas jika diterapkan dengan baik oleh suatu perusahaan maka akan dapat mengurangi praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Pertumbuhan ekonomi akan terus
meningkat dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan
dapat menguntungkan banyak pihak, Nasution dan Setiawan (2007).
Penelitian – penelitian terdahulu yang menguji tentang pengaruh mekanisme
jurnal-4
jurnal luar negeri seperti dalam penelitian Boediono (2005), Siregar dan utama
(2005), wardhani (2006), Nuryaman (2008), Murhadi (2009), Garcia-Mecca dan
Sanchez-Ballesta(2009), Susanti (2009), Ningsaptiti (2010), Guna dan Herawaty
(2010), Pamudji dan Trihartati (2010), Nasution dan Setiawan (2007), Wardhani
dan Josep (2010), Susilo (2010), Susanti (2010), Yaghoobnezhad et al. (2012), Natalia (2012), Muryantini (2013), sedangkan dalam penelitian Siallagan dan
Machfoedz (2006) corporate governance berhubungan dengan kualitas laba dan nilai perusahaan. Penelitian Wulandari (2006) menguji hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang lain yaitu penelitian Herawaty (2008) mekanisme corporate governance sebagaivariabelmoderating. Penelitian Wawo (2010) corporate governace berhubungan dengandaya
informasi akuntansi sedangkan dalam penelitian Effendi (2013) menambahkan
variabel ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian secara
keseluruhan memberikan bukti bahwa mekanisme corporate governance dapat meminimalkan praktik manajemen laba.
Namun, jika di lihat dari masing-masing indikator mekanisme corporate governance masih banyak yang menghasilkan hasil yang berbeda-beda, seperti dalam penelitian Boediono (2005), Herawaty (2008) menyatakan komisaris
independen dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang menyatakan bahwa proporsi dewan
komisaris independen memiliki pengaruh positif signifikan terhadap manajemen
laba dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
5
kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nuryaman (2008) menyatakan bahwa
komposisi dewan komisaris tidak ada pengaruh terhadap manajemen laba dan
dalam penelitian Guna dan Herawaty (2010) indikator dari corporategovernance tidak berpengaruh terhadap manajemen labaa. Penelitian terdahulu banyak
menggunakan berbasis akrual sebagai proksi dari manajemen laba. Model yang sering
digunakan dalam penelitian manajemen laba adalah The Modified Jones Model (Dechow,
1995). Perkembangan penelitian akhir-akhir ini khususnya mengenai manajemen laba
mulai terdapat pergeseran cara manajer melakukan manajemen laba Cohen et al. (2008).
Cohen dan Zarowin (2010) menyatakan pentingnya memahami bagaimana perusahaan
melakukan manajemen laba melalui manipulasi real selain manajemen laba akrual.
Kondisi ini yang memotivasi penulis untuk menguji kembali secara empiris
pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba tidak hanya pada berbasis akrual tetapi juga melalui aktivitas real yang terkait pada penjualan,
beban produksi, dan biaya diskresioner. Dengan demikian, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam perkembangan penelitian ilmu
akuntansi khususnya mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba baik akrul maupun real.
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum penelitian terdahulu membuktikan bahwa corporate governance berpengaruh negatif terhadap manajemen laba (Nasution dan Setiawan, 2007);
(Ujiyantho dan Pramuka, 2007); (Nuryaman, 2008); (Garcia-Meccadan
6
corporate governance dalam penelitian ini terdiri dari komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit.
Penelitian ini hendak menguji secara empiris mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba berbasis akrual dan melalui aktivitas real. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1a. Apakah proporsi komisaris independen memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba akrual?
1b. Apakah proporsi komisaris independen memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba real?
2a. Apakah tingkat kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba akrual?
2b. Apakah tingkat kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba real?
3a. Apakah tingkat kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba akrual?
3b. Apakah tingkat kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba real?
4a. Apakah banyaknya jumlah komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba akrual?
4b. Apakah banyaknya jumlah komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap
7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1a. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh proporsikomisaris
independen terhadap manajemen laba akrual.
1b. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh proporsi komisaris
independen terhadap manajemen laba real.
2a. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh tingkat kepemilikan
manajerial terhadap manajemen laba akrual.
2b. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh tingkat kepemilikan
manajerial terhadap manajemen laba real.
3a. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh tingkat kepemilikan
institusional terhadap manajemen laba akrual.
2b. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh tingkat institusional
terhadap manajemen laba real.
4a. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh banyaknya jumlah komite
audit terhadap manajemen laba akrual.
4b. Untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh banyaknya jumlah komite
audit terhadap manajemen laba real.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran pada:
1. Bagi akademik, menambahkan pengetahuan, gambaran dan bukti-bukti empiris
8
manajemen laba baik akrual maupun melalui aktivitas real dan menambah
referensi bagi para peneliti yang melaksanakan penelitian lanjutan.
2. Bagi praktisi, memberikan masukan bagi para manajer untuk menelaah lebih
lanjut mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap
manajemen laba. Manajemen laba dapat di minimalkan jika konsep corporate governance dapat diterapkan secara optimal sehingga nilai perusahaan
meningkat.
3. Bagi regulator, memberikan gambaran kepada Bapepam (Badan Pengawas
Pasar Modal) dan BEI (Bursa Efek Indonesia) tentang efektifitas peraturan
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976)
yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan
kepentingan antara prinsipal dan agen. Manajer sebagai pengelola perusahaan
lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, sebagai
pengelola manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik, akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal ini yang menyebabkan
asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(Richardson, 1998). Menurut Eisenhardt (1989) dalam Muryantini (2013) teori
keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan kepentingan diri sendiri;
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang; dan
10
2.2 Corporate Governance
Corporate governance adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan agar perusahaan itu dapat menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder-nya (Sulistyanto, 2008). Dengan adanya corporate governace, maka pengawasan terhadap perusahaan juga akan semakin baik sehingga tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dapat
diminimalkan. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan (Muryantini, 2013).
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus menerapkan
prinsip-prinsip GCG yang telah disebutkan dalam pedoman Good Corporate Governance (GCG)Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(2006) terdapat lima asas GCG yang harus diterapkan dalam suatu perusahaan
yaitu: transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran
dan kesetaraan.
a. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
11
b. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen. d. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
12
2.3 Manajemen Laba
Menurut praktisi manajemen laba adalah perilaku oportunis seorang manajer
untuk mempermainkan angka-angka dalam laporan keuangan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapainya sedangkan menurut para akademisi manajemen laba
merupakan dampak dari kebebasan seseorang untuk memilih dan menggunakan
metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun informasi dalam laporan
keuangan, Sulistyanto (2008). Menurut Setiawati dan Na’im (2000) manajemen
laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Banyak faktor yang
mendorong manajer melakukan manajemen laba. Menurut Sulistiawan et al. (2011) konflik kepentingan dan tekanan manajemen puncak terhadap akuntan
internal, auditor, atau konsultan akuntan merupakan penyebab terjadinya praktik
manajemen laba dan skandal akuntansi.
Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan banyak hal yang mendorong
dilakukannya praktik manajemen laba adalah sebagai berikut:
a. Bonus Plan Hypothesis
Manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser
laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini
dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian bonus yang lebih tinggi untuk
13
b. Debt Covenant Hypothesis.
Pada perusahaan yang mempunyai rasio hutangtinggi, manajer perusahaan
cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan
atau laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak
eksternal dan kontrak perjanjian antara pemilik saham dan manajer tidak
dibatalkan .
c. Political Cost Hypothesis
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih
memilih metode akuntansi yang menurunkan laba karena untuk menghindari
perhatian pemerintah.
Selain motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba, juga terdapat
bentuk-bentuk manajemen laba itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh Scott
(1997) yang mengemukakan bentuk-bentuk manajemen laba yang dapat dilakukan
manajer adalah:
1. Taking a bath, melaporkan kerugian yang tinggi atau rendah walaupun perusahaan berada dalam keadaan yang buruk. Hal ini dilakukan dengan cara
mengakui biaya-biaya pada periode yang akan datang. Dengan harapan periode
mendatang mendapatkan laba yang lebih besar.
2. Income minimization, Perusahaan akan meminimumkan laba pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak
mendapatkan perhatian secara politis.
3. Income maximization, Upaya manajer untuk menaikan laba yang diperoleh melalui pemilihan metode akuntansi dan pemilihan waktu pengakuan transaksi.
14
4. Income smoothing, upaya manajer untuk mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan tetap stabil.
Arifin et al. (2012) dalam Sari (2013) menyatakan bahwa manajer melakukan praktik manajemen laba memiliki dua alasan dalam memuaskan stakeholder. Pertama, manajer mengantisipasi atas tindakan manajemen labadapat merugikan
posisi mereka diperusahaan, oleh karena itu cara terbaik untuk mengantisipasinya
dengan memberikan kepuasan terhadaap kepentingan stakeholder. Kedua, alasan pertahanan diri, manajer cenderung berkonspirasi dengan stakeholder yang lain sebagai strategi pelindung dalam praktek manajemen laba. Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan
dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan
(Guna dan Herawaty, 2010).
Akrual merupakan transaksi-transaksi yang mempengaruhi laporan keuangan
perusahaan dicatat pada periode dimana transaksi yang mempengaruhi laporan
keuangan perusahaan tersebut terjadi, bukan pada saat kas diterima atau
dikeluarkan. Manajemen laba hanya berdasarkan akrual saja mungkin menjadi
tidak valid maka dalam hal ini menjadi penting untuk memahami bagaimana
perusahaan melakukan manajemen laba selain berbasis akrual, Roychowdhury
(2006). Manajemen laba melalui aktivitas real didefinisikan sebagai tindakan
manajemen yang menyimpang dari praktik bisnis yang sesungguhnya dan
dilakukan dengan tujuan utamanya memenuhi ekspektasi laba (Roychowdhury,
2006). Ada tiga cara yang dilakukan manajer dalam manajemen laba melalui
15
1. Memanipulasi penjualan atau meningkatkan penjualan secara tidak wajar
dengan cara menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau
memberikan persyaratan kredit yang lebih ringan. Akibatnya dapat
meningkatkan volume penjualan selama tahun berjalan.
2. Mengurangi beban diskresioner seperti beban penelitian dan pengembangan,
iklan dan penjualan, adminstrasi dan umum dibebankan pada periode
terjadinya, sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya dan meningkatkan
laba. Namun, dengan risiko menurunkan arus kas periode mendatang.
3. Produksi yang berlebihan. Manajer akan memproduksi lebih banyak dari yang
sewajarnya dengan asumsi bahwa biaya tetap per unit produk akan lebih
rendah. Strategi ini dapat menurunkan biaya barang terjual sehingga laba akan
meningkat.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang menguji tentang mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan. Berikut ini tabel penelitian-penelitian terdahulu:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Variabel Hasil
Chtouro Karakteristik komite audit, karakteristik dewan komisaris. Variabel dependen : Discretionary accrualthemodified jones model. variabel kontrol : Ukuran perusahaan, leverage, kosentrasi kepemilikan.
Dewan komisaris dan komite audit mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap earnings
16 governance : kepemilikan manejerial, kepemilikan institusional, komisaris independen. Variabel dependen: manajemen laba dan kualitas laba.
Pengaruh mekanisme
corporate governance secara bersama-sama terhadap manajemen laba, teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah. Hasil pengujian secara individu: Kepemilikan institusional memberikan tingkat pengaruh terhadap manajemen laba yang cukup kuat. Kepemilikan manajerial memberikan tingkat
pengaruh terhadap
manajemen laba yang lemah. Komposisi dewan komisaris meberikan tingkat pengaruh terhadap manajemen laba yang sangat lemah. Pengaruh mekanisme corporate governance dan manajemen laba secara bersama-sama terhadap kualitas laba, teruji dengan tingkat pengaruh yang cukup kuat. Siregar pasar, dan praktek corporategovernance diukur menggunakan tiga variabel (kualitas audit, proporsi dewan
komisaris independen, dan keberadaan komite audit).
Pengaruh yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba adalah ukuran
perusahaan dan kepemilikan keluarga. dimana semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil pengelolaan labanya dan rata-rata pengelolaan laba pada perusahaan dengan kepemilikan
keluarga tinggi dan bukan perusahaan konglomerasi lebih tinggi daripada rata-rata pengelolaan laba pada perusahaan lain. variabel kepemilikan institusional dan ketiga
variabel praktek corporate governance tidak terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. abnormal cas flow in oprating, abnormal produk,
17
Manipulation pengurangan biaya diskresionari.
memperkecil biaya tetap. Mengurangi biaya diskresionari dapat
meningkatkan laba saat ini.. Wardha
Variabel dependen: financially distressed firms and non financially
distressed firms variabel independen: ukuran dewan direksi & dewan komisaris, independensi dewan komisaris, turn over dari direksi, struktur
kepemilikan,
Semakin besar jumlah direksinya maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi tekanan keuangan. semakin kecil jumlah komisaris dalam suatu perusahaan maka
kemungkinan perusahaan tersebut mengalami tekanan keuangan akan semakin besar. Keberadaan komisaris independen dan struktur kepemilikan justru tidak signifikan dalam penelitian ini, baik untuk pengujian pada periode yang sama ataupun untuk pengujian dengan menggunakan lag 1 tahun.
Variabel independen : karakteristik komite audit, karakteristik dewan komisaris.
variabel dependen :
kualitas laba diukur dengan discretionary accrual. nilai perusahaan menggunakan q tobin.
Corporate governance influence earnings quality. Managerial ownership positively influences earnings quality, board of
commissioner negatively influences earnings quality, audit committee positively influence earnings quality. second, earnings quality positively influences value of firm. third, corporate governance mechanism influences value of the firm. finally, the result indicates that earnings quality is not the intervening variable between corporate
governance mechanism and value of the firm
Nasutio diproksikan dengan akrual diskresional (model beaver dan engel.) Variabel independen: komisaris independen, kepemilikan, manajerial, kepemilikan
18
Indonesia institusional, komite audit. Muh. diproksikan dengan akrual diskresional the modified jones model.) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap manajemen laba,
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba, dan ukuran dewan komisaris pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, secara keseluruhan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, dan manajemen laba memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan
Variabel dependen: nilai perusahaan (Q tobin) Variabel independen: earningsmanagement (the modified jones model.) Variabel moditoring : komisaris independen, signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel komisaris independendan kepemilikan institusional. kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai perusahaan. komisaris independen, kualitas audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel
19
kualitas audit dan institusional ownership.
Mengkaji ulang 35 studi di amerika serikat mengenai penelitian-penelitian terdahulu mengenaia corporate governance terhadap earnings
management (jone model dan the modified jones model)
Corporategovernanace berpengaruh negatif terhadap earningsmanagement. terdaftar Di PT Bursa Efek Indonesia
Variabel dependen: manajemen laba (discretionary accrual modifikasijones (1991) variabel independen: koalisi pemegang saham, komisaris independen, komite audit, CEO duality, top share.
Corporategovernanace berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Komite audit, komisaris independen, CEO duality, top share dan
koalisipemegang saham, yang berpengaruh signifikan hanya dua yakni ceo duality dan top share. Hasil
penelitian juga menemukan bahwa perusahaan di indonesia banyak yang melakukan em dengan kecenderungan negatif. hal ini berarti perusahaan berupaya untuk memperkecil pendapatan yang diterimanya karena adanya faktor pajak. Welvin I diproksikan dengan akrual diskresional. (jones model). Variabel independen: komisaris independen, kepemilikan, manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, independen auditor, kualitas audit, profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan.
Kualitas audit, profitabilitas, leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Wawo
Variabel dependen: daya informasi akuntansi
diproksikan pada hubungan laba bersih dengan
akumulasi return abnormal (car)
variabel independen: dewan
Komisaris independen berpengaruh positif terhadap daya informasi laba
20
Daya Informasi Akuntansi
komisaris dan komite audit, konsentrasi kepemilikan variabel kontrol market to book ratio, leverage dan fixed effects (dummy)
tingkat langsung berpengaruh negatif terhadap daya
informasi. diskresioner akrual the modified jones model.) variabel independen: independensi, financial expertise, frekuensi pertemuan dan
komitmen komite audit.
Independensi komite audit secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap tingkat
Variabel dependen: discretionaryaccruals menggunakan model kaznik. Variabel
independen komite audit dari aspek karakteristik pribadi komite audit (umur ketua komite audit, latar belakang akuntansi dan keuangan, pengalaman menjadi partner di kap, pernah menjadi bagian manajemen perusahaan dan tingkat pendidikan serta variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan kesempatan bertumbuh perusahaan. karakteristik pribadi yang diteliti dalam peneltian ini merupakan karakteristik pribadi dari ketua komite audit)
Variabel latar belakang akuntansi dan keuangan, berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Pengalaman menjadi partner di suatu kap berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
umur, pernah menjadi bagian manajemen dan tingkat pendidikan dari ketua komite audit) tidak ada hubungan yang signifikan
ukuran perusahaan dan growth opportunity terbukti dapat mempengaruhi praktik manajemen laba.
Yaghoo (discretionary accrual the modified jones model. variable independen: corporate governance dengan dua dimensi strength (komisaris independen, kepemilikan, manajerial, kepemilikan institusional, komite audit) menggunakan konstruk g-index dan adequacy diukur
Diskresioner akrual lebih rendah untuk perusahaan yang memiliki kinerja yang baik di masa lalu terlepas dari apakah
tingkat tata kelola
perusahaan yang kuat atau lemah . diskresioner akrual lebih rendah untuk
21
dengan ROE belum tentu memiliki akrual diskresioner rendah dengan pemerintahan kuat.
Kesimpulan corporate governance strength dan adequasi berhubungan dengan akrual diskresioner . Indriyan diproksikan dengan akrual diskresional (the modified jones model.) komite audit berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan kepemilikan institusional berpengaruh positif dengan earnings management.
2.5 Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini menguji pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba akrual dan real. Corporate governance diproksikan dengan menggunakan
komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
komite audit. Manajemen laba diproksikan dengan discretionary accruals (DA) dengan menggunakan total akrual yang dikembangkan oleh Richardson et al. (2005) dan manajemen laba melalui aktivitas real diproksikan dengan abnormal cash flows from operating, abnormal production costs, dan abnormal
discretionary expenses dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Roychowdhury (2006).
Graham et al. (2005) berdasarkan survei menemukan bahwa manajemen lebih memilih mengelola laba melalui aktivitas real (misalnya, mengurangi pengeluaran
diskresioner atau investasi modal) daripada melalui kebijakan akrual dalam
melakukan manajemen laba. Manajemen laba melalui aktivitas real lebih sulit
22
Penelitian terkait manajemen laba melalui aktivitas real dilakukan oleh
Rowchowdhury (2006) yang berfokus pada tiga aktivitas yakni pengelolaan
penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya diskresioner. Overproduction dilakukan dengan cara meningkatkan produksi agar cost of goods sold (COGS) yang dilaporkan lebih rendah. Level produksi yang tinggi menyebabkan fixed cost overhead tersebar pada jumlah unit produksi yang besar sehingga menghasilkan biaya tetap per unit lebih rendah dan operating margin yang lebih tinggi.
Motivasi manajer melakukan manajemen laba real karena adanya tekanan maupun
dorongan manajer untuk meningkatkan laba jangka pendek serta rendahnya fokus
manajemen terhadap rencana jangka panjang perusahaan, Sari (2014). Dengan
adanya mekanisme corporate governance ini yang diproksikan dengan (komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit)
diharapkan dapat mengurangi praktik manajemen laba yang dilakukan manajer.
Berdasarkan uraian diatas maka rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Rerangka Pemikiran
1.5 Pengembangan Hipotesis Indikator Corporate Governance:
- Komisaris Independen - Kepemilikan Institusional - Kepemilikan Manajerial - Jumlah komite Audit
Variabel kontrol - Size - Leverage
23
2.6 Corporate Governance terhadap Manajemen Laba
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan
dasar akrual. Sistem akuntasi akrual dapat memberikan kesempatan yang luas bagi
manajer untuk membuat pertimbangan akuntasi yang akan memberikan pengaruh
kepada laba yang dihasilkan. Fenomena manajemen laba ini sukar untuk dihindari
karena diperbolehkan dalam penggunaan metode akrual. Oleh sebab itu, untuk
mengurangi adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer, maka
dibentuklah suatu corporate governance yang terdiri dari komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit. Secara
umum penelitian – penelitian terdahulu menyatakan bahwa mekanisme corporate governance dapat mengurangi praktik manajemen laba, Nasution dan Setiawan (2007); Garcia-Mecca dan Sanchez-Ballesta(2009); Murhadi (2009);
Yaghoobnezhad et al. (2012); dan Muryantini (2013).
Penelitian terdahulu telah banyak melakukan penelitian tentang manajemen laba
dengan menggunakan akrual. Dalam penelitian ini mencoba menggunakan teknik
manajemen laba melalui aktivitas real. Manajemen laba melalui aktivitas real
didefinisikan sebagai penyimpangan dari aktivitas operasi normal perusahaan
yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman yang
salah kepada pemakai laporan keuangan bahwa tujuan pelaporan keuangan
tertentu telah dicapai melalui aktivitas operasi normal perusahaan
(Roychowdhury, 2006). Manajemen laba melalui aktivitas real berbeda secara
24
2.6.1 Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Fungsi komisaris adalah untuk mengawasi kinerja manajer. Namun,
permasalahnya adalah manajer memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan
dengan dewan komisaris. Keberadaan komisari independen dalam perusahaan
berfungsi sebagai penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan untuk
memberikan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, Muryatini (2013).
Hasil penelitian Chtourou et al. (2001) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi dewan komisaris lebih besar dapat mengurangi praktik
manajemen laba. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Wedari (2004);
Wilopo (2004); Boediono (2005); Ujiyantho dan Pramuka (2007) ; Herawaty
(2008) dan Muryantini (20013). Hal ini berarti dengan adanya komisaris
independen dapat mengurangi praktik manajemen laba.
H1a : Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba akrual.
H1b : Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba real.
2.6.2 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional merupakan salah satu mekanisme corporate governance. Hasil penelitian Boediono (2005) kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Pemikiran ini
sejalan dengan hasil penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007); Muryantini
25
maka akan memperkuat fungsi monitoring dari dewan perusahaan (Muryantini
2013). Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional sebagai pemilik
perusahaan dapat mengawasi secara insintif atas investasinya terhadap manajer
yang melakukan manajemen laba, sehingga kepemilikan institusional yang
semakin besar diharapkan mampu melakukan pengawasan atas praktik
manajemen laba sehingga dapat di kurangi.
H2a : Tingkat kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba akrual.
H2b : Tingkat kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba real.
2.6.3 Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Pemisahan antara kepemilikan saham dan pengelolaan perusahaan menimbulkan
perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen sehingga akan
munculah masalah keagenan. Masalah ini akan meningkat ketika manajemen
hanya mementingkan kepentingan pribadi. Dengan adanya proporsi kepemilikan
manajerial maka kepentingan pemegang saham dan manajemen dapat seimbang
(Muryantini, 2013). Penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Hal ini berarti semakin tinggi kepemilikan saham yang dimiliki manajemen maka
semakin tinggi tingkat keseimbangan kepentingan antara pemilik saham dan
manajer.
H3a : Tingkat kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen
26
H3b : Tingkat kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba real.
2.7.4 Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Peraturan mengenai komite audit dikeluarkan oleh Bapepam pada Mei 2000,
melalui SE-03/PM/2000. Berdasarkan peraturan ini dijelaskan bahwa komite audit
harus memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya
merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite
audit, sedang anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana
sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi
dan atau keuangan, Wardhani dan Josep (2010).
Komite audit merupakan corporate governance yang penting karena melalui peran dan fungsinya yang dapat mengawasi manajer dalam menyusun laporan
keuangan. Auditor dianggap sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan
untuk membatasi perilaku manajemen laba, Muryantini (2013). Dalam penelitian
Pamudji (2010); Guna dan Herawaty (2010) menghasilkan independensi komite
audit secara signifikan berpengaruh negatif terhadap tingkat manajemen laba.
Beasley (1996) menyatakan bahwa komite audit yang bersifat independen akan
lebih baik dalam mengawasi proses pelaporan keuangan. Hal ini berarti komite
audit dapat dijadikan sebagai salah satu mekanisme yang dapat mengurangi
praktik manajemen laba.
H4a : Banyaknya jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
27
H4b : Banyaknya jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Data dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang
tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi BEI (untuk melihat laporan keuangan tahunan) dan Indonesia Capital Market Directory (ICDM). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Memiliki informasi tentang struktur corporate governance (komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite
audit), size, dan leverage.
3. Memiliki data laporan keuangan yang lengkap yang berakhir pada tanggal 31
Desember selama periode pengamatan 2011-2012
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai dari mencari perusahaan yang memenuhi kriteria pada
29
perusahaan yang mempunyai informasi mengenai komisaris independen, perusahaan
yang sahamnya dimiliki manajemen, perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh
investor institusional, perusahaan yang memiliki komite audit. Untuk memperoleh
data tersebut, dilakukan dengan menelusuri laporan keuangan tahunan perusahaan
yang tercatat di BEI. Penelusuran dimulai dari laporan auditor independen, laporan
keuangan, hingga catatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan yang diperoleh dari IDX (Indonesia stock exchange) ditemukan sebanyak 262 perusahaan manufaktur selama periode pengamatan yaitu
tahun 2011 - 2012, dan dari jumlah laporan keuangan tersebut di dapat total sampel
144. Data sebelumnya tidak berdistibusi normal maka dilakukan outlier. Berdasarkan
Gujarati (2012) data yang tidak normal harus di outlier agar data tidak mengandung
bias. Sehingga, sampel yang diperoleh sebanyak 112 untuk Y1 (DA) dan 96 untuk Y2
(REM) perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
Tabel 3.1
Kriteria Pemilihan Sampel
Kriteria sampel penelitian Sampel Y1 Sampel Y2 Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012 262 262 Jumlah perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan annual report
tahun 2011-2012
(80) (80)
Data dalam dolar (19) (19)
Laporan keuangan yang tidak lengkap terkait dengan variabel penelitian
(19) (19)
Data Outlier (32) (48)
30
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua yaitu: variabelindependen
(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Variabelindependen
adalah suatu variabel yang fungsinya menerangkan (mempengaruhi) terhadap
variabel lainnya. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
diterangkan oleh variabel lain (Santoso, 2010).
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan indikator komisaris independen, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit.
Masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Komisaris Independen (KOM-IND)
KOM-IND adalah dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan manajemen,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas
dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentinganperusahaan,
Muryantini (2013). Kriteria dari proporsi komsaris independen dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang memiliki komisaris indepeden minimal 30% dari
jumlah anggota komsaris yang dihitung dengan membagi jumlah dewan komisaris
31
Susanti, 2010; Muryantini, 2013). Untuk mencari rasio komisaris independen
dalam suatu perusahaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
KOM-IND =
b. Kepemilikan Institusional (KP-INST)
Kriteria dari kepemilikan institusi dalam penelitian ini adalah kepemilikan saham
perusahaan oleh lembaga keuangan seperti: Perusahaan asuransi, bank, dana
pensiun dan investment banking (Siregar dan Utama, 2005). Kepemilikan
institusional dalam penelitian ini diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham
yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total saham yang
beredar (Beiner et al.2004). penelitian sebelumnya, Nasution dan Setiawan (2007); Guna dan Herawaty (2010); Muryantini (2013) untuk mencari rasio kepemilikan
institusional menggunakan perhitungan sebagai berikut:
KP-INST =
c. Kepemilikan Manajerial (KP-MJ)
Kriteria dari indikator kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh
manajemen baik oleh komisaris, direksi maupun karyawan, Muryantini (2013).
Kepemilikan manajemen diukur menggunakan skala rasio melalui presentase
jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan yang beredar. Nasution dan Setiawan (2007); Guna dan Herawaty
(2010); Muryantini (2013). Untuk mencari rasio kepemilikan manajemen
menggunakan perhitungan sebagai berikut:
32
d. Komite Audit (KOM-AUD)
Komite audit adalah komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung
antara dewan direksi, audit eksternal dan audit internal, (Muryantini, 2013). Dalam
penelitian ini komite audit di lihat dari jumlah komite audit yang ada di
masing-masing perusahaan.
3.3.2 Variabel Dependen
3.3.2.1 Manajemen Laba Akrual
Manajemen laba akrual dalam penelitian ini menggunakan model yang
dikembangkan oleh Richardson et al. (2005). Model ini menyatakan bahwa perubahan non-kas dan non-ekuitas dalam suatu neraca perusahaan sebagai akrual
dan membedakan karakteristik keandalan perubahan working capital (WC),
perubahan non-current operating (NCO) dan perubahan financial (FIN). Mengingat dampak yang beragam dan panjang mulai dari operasi perusahaan, investasi dan
pendanaan kinerja masa depan, maka klasifikasi ini dianggap baik untuk menjelaskan
kedua dampak tersebut, yaitu untuk jangka pendek (dalam satu tahun kedepan) dan
jangka panjang dari akrual laba masa depan. Modal kerja dapat dihitung melalui
perubahan aset lancar (tidak termasuk kas), dikurangi kewajiban lancar (tidak
termasuk utang jangka pendek dan penyusutan), juga diperhitungkan perubahan long-term operating assets dan long-term operating liabilities. Namun dalam penelitian ini tidak disertakan beban penyusutan sebagai modal kerja akrual karena menurut
Beneish, (1998); Barton dan Simko (2002) menyatakan bahwa mengelola pendapatan
33
mengungkapkan dampak dari perubahan kebijakan penyusutan. Model yang
digunakan untuk menghitung total akrual sebagai berikut:
TACCit = NIit– CFOit
Semua variabel dibagi dengan rata-rata total aset guna untuk menskalakan data.
TACC/ATA = ( ΔWC + ΔNCO + ΔFIN ) / ATA ……(Richardson et al., 2005) Keterangan:
TACC :Total akrual
ΔWC : Perubahan working capital
ΔNCO : Perubahan non current operating accrual ΔFIN : Perubahan financial
ATA : Average total asset
Persamaan regresi nilai total akrual (TA) dapat diestimasikan sebagai berikut:
TACC / ATA = α0 (1/ ATA) + α1ΔWC/ ATA + α2 ΔNCO/ ATA +
α3ΔFIN /ATA + ε………(Richardson et al., 2005)
Dalam hal ini :
WC = (Current Assets – Cash and Short term Investments) –(Current Liabilities – Debt in Current Liabilities)
NCO = (Total Assets – Current Assets – Investment and Advances) –(Total Liabilities – Current Liabilities – Long Term Debt)
FIN = (Short Term Investments + Long Term Investments) –(Long Term Debt + Debt in Current Liabilities + Preferred Stock)
34
ε = Nilai residual (error term) perusahaan i pada periode t
3.3.2.2 Manajemen Laba Real
Manajemen laba real diproksikan dengan abnormal cash flows from operating, abnormal production costs, dan abnormal discretionary expenses dengan
menggunakan model yang dikembangkan oleh Roychowdhury (2006) masing-masing
dihitung sebagai berikut:
a. Aktivitas abnormal cash flows from operating (Ab-CFO)
CFOt/At-1= α0+ α1(1/ At-1) + β1(St / At-1) + β2(St / At-1) + εt
b. Aktivitas abnormal production costs (Ab-PROD)
PRODt/At-1= α0+ α1(1/ At-1) + β1(St / At-1) + β2(St / At-1) + β3(St-1 / At-1) + εt
c. Aktivitas abnormal discretionary expenses (Ab-DISEXP) DISEXPt/At-1= α0+ α1(1/ At-1) + β(St-1 / At-1) + εt
Keterangan:
CFOt = Arus kas operasi perusahaan pada tahun t
PRODt = Beban produksi tahun t (HPP+perubahan persedian)
DISEXPt =Biaya diskresioner pada tahun t (beban penelitian dan pengembangan
+ beban iklan +beban penjualan, admintrasi dan umum)
35
St = Penjualan tahun t
St = Perubahan penjualan (St-1- St)
Menurut Cohen et al. (2008); untuk menghitung nilai manajemen laba real (Real Earnings Management) sebagai berikut:
REM = (AB-CFO) – (AB-PROD) + (AB-DISEXP)
Perhtungan REM diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim et. al. (2012) dalam Sari (2014).
3.3.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan
(siza)dan leverage. Variabel ukuran perusahan (size) digunakan karena dapat memepengaruhi manajer dalam melakukan praktik manajemen laba baik akrual
maupun real. Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan
oleh investor dalam melakukan investasi, karena perusahaan besar dianggap sudah
mencapai kedewasaan yang mencerminkan bahwa perusahaan tersebut relative stabil
dan mampu menghasilkan laba. Perusahaan besar dianggap mempunyai risiko yang
lebih kecil dibanding perusahaan kecil. Selain itu perusahaan besar akan cenderung
berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, hal itu dikarenakan perusahaan
besar lebih diperhatikan oleh masyarakat (Nasution dan Setiawan, 2007).
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perrusahaan. Rasio leverage ini menunjukan besarnya aktiva yang dimiliki
36
itu, semakin besar nilai leverage maka kemungkinan manajer untuk melakukan manajemen laba akan semakin besar.
3.3.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis 1 dan 2 dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi berganda dengan model sebagai berikut:
1. DA = β0+ β1(Kom-Ind) + β2 (Kp-Inst) + β3(Kp-Mj) + β4(Kom-Aud) + β5 (Size) + β6 (Lev)+ε
2. REM = β0+ β1(Kom-Ind) + β2 (Kp-Inst) + β3(Kp-Mj) + β4(Kom-Aud) + β5 (Size) + β6 (Lev) + ε
Keterangan:
DA = Discretionary akrual
REM = Manajemen laba real
β0 = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien
Kom-Ind = Komisaris independen
Kp-Inst = Kepemilikan institusional
Kp-Mj = Kepemilikan manajerial
Kom-Aud = Komite audit
Size = Ukuran perusahaan
Lev = Leverage
37
Analisis regresi berganda ini dilakukan untuk mencari pengaruh antara dua variabel
independen atau lebih terhadap satu variabel dependen (Susanto, 2010). Dalam
penelitian ini analisis regresi berganda digunakan untuk mencari adanya pengaruh
antara variabel corporate governance yang diproksikan dengan indikator komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, size dan leverage terhadap manajemen laba akrual dan manajemen laba real. Analisis regresi berganda akan dilakukan dengan menerapkan model penelitian yang diolah
menggunakan program SPSS.
Prosedur pengujian hipotesis:
o Menentukan hipotesis yang dirumuskan
H1 : Terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikian
manjerial, komite audit terhadap manajemen laba akrual.
H2 : Terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikian
manjerial, komite audit terhadap manajemen laba real.
o Menentukan tingkat signifikan α sebesar 5%.
o Statistik uji mengikuti distribusi F.
38
Pengambilan keputusan untuk hipotesis terdukung jika tingkat signifikasi berada
dibawah 0,05. Namun sebaliknya, jika tingkat signifikasi di atas 0,05 maka hipotesis
ditolak.
3.3.4 Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2012), sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka data yang
diperoleh dalam penelitian ini harus diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik
untuk memenuhi asumsi dasar. Asumsi klasik yang dianggap penting adalah:
memiliki distribusi normal, tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen,
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1SIMPULAN
Penelitian ini menganalisis pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba akrual dan real pada perusahaan manufaktur. Pengukuran corporate
governance diproksikan dengan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan variabel lain yaitu ukuran perusahaan
(size) dan leverage. Manajemen laba akrual diukur dengan menggunakan proksi discretionary accruals (DA) dengan model yang dikembangkan oleh Richardson et al. (2005). Pengukuran manajemen laba real diproksikan dengan abnormal cash flows from operating, abnormal production cost, dan abnormal discretionary expenses dengan menggunakan model Roychowdhury (2006).
Berdasarkan analisis pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba akrual dan real pada perusahaan manufaktur di BEI maka diambil kesimpulan
sebagai berikut:
67
2. Pelaksanaan corporate governace melalui proporsi komisaris independen dan tingkat kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif dan tidak
signifikan terhadap manajemen laba akrual.
3. Tingkat kepemilikan manjerial dan jumlah komite audit berpengaruh
secara positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba akrual.
4. Pelaksanaan corporate governace melalui proporsi komisaris independen dan tingkat kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif dan tidak
signifikan terhadap manajemen laba real.
5. Tingkat kepemilikan manajerial dan jumlah komite audit berpengaruh
secara positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba real.
5.2 Keterbatasan
Penulis menyadari bahwa banyak keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini
yang harus diperhatikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu: periode penelitian
untuk memprediksi manajemen laba hanya dua tahun, sehingga memungkinkan
praktik manajemen laba dalam perusahaan yang diamati kurang menggambarkan
kondisi yang sebenarnya. Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan objek
penelitian hanya satu jenis industri saja yaitu manufaktur sehinggaa tidak dapat
mencakup semua hasil temuan untuk seluruh perusahaan publik.
5.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan tersebut bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk
menambahkan periode pengamatan yang lebih panjang, memperbanyak jumlah
68
dari jenis industri yang berbeda dan menambahkan variabel-variabel lain seperti
pemberian bonus, kualitas audit, pengalaman, pengetahuan, umur dari anggota
dewan komisaris atau komite audit dan prifitabilitas perusahaan.
5.4 Implikasi
Penelitian ini secara teoritis berimplikasi pada pengembangan teori akuntansi
mengenai agency theory dan corporate governance. Implikasi secara praktik penelitian ini dapat dilihat dari efektifitas pemberlakuan peraturan pemerintah.
Sedangkan implikasi pada perusahaan mendorong agar dapat mentaati peraturan
yang telah diberlakukan oleh regulator sehingga akan tercipta corporate