• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 PERENCANAAN ELEKTRIKAL UTILITASpdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 7 PERENCANAAN ELEKTRIKAL UTILITASpdf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 7

PERENCANAAN

ELEKTRIKAL & UTILITAS

7.1.

FASILITAS TENAGA LISTRIK

Dalam menentukan kebutuhan daya listrik serta instalasi listriknya untuk Terminal 3,

disesuaikan dengan fasilitas bangunan yang ada sehingga dalam menghitung kebutuhan

daya listrik dan perencanan instalasi serta fasilitas-fasilitas dan peralatan yang dioperasikan

dapat beroperasi dengan baik yang disesuaikan dengan pengembangan pada sisi darat

maupun sisi udaranya selama jam operasi yang ditetapkan di Bandar Udara Soekarno-Hatta.

Dalam mengantisipasi perkembangan ke depan haruslah dipersiapkan pengembangan

fasilitas yang ada termasuk diantaranya fasilitas listriknya, baik kapasitas, kualitas serta

keandalannya sehingga kegiatan di sisi darat dan sisi udara dapat saling mendukung dalam

melayani arus lalu lintas penumpang dan barang yang mempergunakan jasa angkutan udara.

Selain dari fasilitas listrik sebagai pendukung di Terminal 3, harus memenuhi syarat-syarat

umum antara lain :

1. Kapasitas Tenaga listrik dapat memenuhi kebutuhan nominal di Terminal 3;

2. Memiliki keandalan dan keterpaduan yang tinggi dan baik dalam memberikan

pelayanan secara kontinu;

3. Keamanan terhadap manusia dan lingkungan.

Selain syarat-syarat di atas fasilitas tenaga listrik dalam pelaksanaannya harus memenuhi

ketentuan dan standar sebagai berikut :

1. Standar dari ICAO (International Civil Aviation Organisation) Annex 14;

2. Standar PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik);

3. Standar dari SPLN/LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan);

(2)

7.1.1. Sistem Penyediaan dan Distribusi Tenaga Listrik

Tenaga listrik PLN direncanakan sebagai sumber listrik utama dan genset sebagai

sumber listrik cadangan bila PLN mengalami gangguan. Dalam menghidupkan sumber

daya cadangan genset dilakukan secara otomatis setelah sumber daya PLN tidak

berfungsi.

Terminal 3 dalam mengatasi perkembangan kedepan harus mempersiapkan

pengembangan fasilitas yang ada termasuk fasilitas elektrik, baik kapasitas, kualitas

maupun keandalannya.

Fasilitas elektrik yang akan mendukung Proyek Perluasan Terminal 3 harus memenuhi

syarat-syarat umum sebagai berikut :

 Kapasitas minimal harus dapat memenuhi kebutuhan nominal Terminal 3;

 Harus memiliki keandalan dan keterpaduan yang tinggi sehingga dapat

memenuhi kebutuhan bandar udara memberikan pelayanan secara terpadu;

 Harus memenuhi syarat-syarat keamanan dan dampak lingkungan.

Selain syarat-syarat umum tersebut, fasilitas elektrik masing-masing dalam

pelaksanaannya harus pula mengikuti peraturan-peraturan atau mengacu pada

standar-standar berikut :

International Standart and Practices ICAO, khususnya Annex 14;

 PUIL (Peraturan Umum Instansi Listrik) untuk instalasi listrik;

 SP PLN/LMK, SS untuk komponen-komponen listrik;

Standart IES (Illumination Engineering Society) untuk instansi penerangan.

Sumber daya listrik utama tetap menggunakan daya listrik komersial yang disediakan

PLN. Hanya untuk meningkatkan keandalan karena kapasitas daya dari PLN harus

dinaikkan. Selain itu untuk mengurangi kemungkinan munculnya gangguan maka harus

diupayakan agar kebutuhan listrik di Terminal 3 disuplai dari dua Feeder yang berbeda

dan kalau dimungkinkan gardu bandar udara mendapat suplai dari Feeder khusus.

7.1.2. Sistem Jaringan dan Distribusi Tenaga Listrik

Pembagian jaringan distribusi yang akan dikembangkan sedikitnya dibagi menjadi 3

(3)

 Kelompok Kritikal

Melayani peralatan-peralatan atau fasilitas seperti komputer, radar, navigasi,

komunikasi dan lain-lain yang alirannya tidak boleh terputus. Jaringan Kritikal

mendapat aliran dari sumber daya utama dan sumber cadangan yang didukung pula

oleh UPS (Un-Interrupted Power Supply) yang dipasang di lokasi peralatan.

 Kelompok Essential

Jaringan essential melayani sebagian dari instansi penerangan dalam gedung.

Instansi visual aids, TX, RX, ILS, penerangan apron, stasiun pompa air bersih, internal

dan eksternal signs, lift, baggage conveyors dan lain-lain. Jaringan essential

mendapat aliran dari sumber daya utama yang didukung oleh sumber daya cadangan.

 Kelompok Non Essential

Jaringan non essential melayani sebagian besar dari instansi-instansi penerangan

dalam gedung eskalator, lampu jalan, tempat parkir, dan lain-lain. Jaringan non

essential mendapat aliran dari sumber daya utama tetapi tidak didukung oleh sumber

daya cadangan.

Jaringan distribusi akan dilengkapi dengan pengamanan arus lebih/surge dan penangkal

petir yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam PUIL. Penangkal petir

sangat beragam jenis pancaran radiusnya. Untuk kawasan Terminal 3 direncanakan

menggunakan penangkal petir beradius 100 M dan ditempatkan pada beberapa Tiang

Lampu Flood Light.

Untuk melindungi instansi listrik terhadap gangguan orang-orang yang tidak berwenang

maka peralatan dan instansi listrik harus dibangun atau dibuat sedemikian rupa sehingga

terlindungi terhadap gangguan tersebut di atas.

7.1.3. Gardu Induk dan Kabel Pengumpan (Feeder)

Gardu induk dan kabel pengumpan (feeder) untuk mendistribusikan daya listrik ke

Bandara adalah tegangan 20 KV yang diturunkan oleh transformator penurun tegangan.

Selain itu perlu juga disediakan transformator cadangan (stand by back up) untuk trafo

penurun tegangan bilamana salah satu trafo mengalami kerusakan atau gangguan pada

saat dilakukan maintenance. Dan kabel pengumpan (Feeder) dari PLN diusahakan

berupa jaringan kabel bawah tanah, dimana suplai sedikitnya dari dua jalur kabel tanah

dengan sumber yang berbeda untuk menjaga keandalan serta kontinuitas suplai ke

(4)

7.1.4. Sistem Distribusi Listrik

a. Suplai Utama

Suplai utama diambil dari PLN, bila ternyata tidak sanggup dengan jumlah beban

sebesar itu, maka kebutuhan listrik harus dibagi 2 bagian dari bandara sendiri dan

dari PLN. Sebaiknya kalau sistem ini yang digunakan maka genset harus dibuat

sinkron dengan PLN sehingga suplai dapat tercukupi dan berjalan dengan baik.

b. Suplai Untuk Emergency

Sesuai dengan ketentuan ICAO, suplai listrik untuk emergency diharuskan dan waktu

alih antara sumber utama dan sumber emergency harus dalam waktu singkat, dalam

kasus tertentu tidak boleh terhenti sama sekali.

Untuk kasus yang terakhir ini sumber tenaga listrik harus menggunakan No Break

Genset atau Uninterrupted Power Supply (UPS). Alat ini digunakan selama tidak ada

daya yang menggalir selama waktu pengalihan dari sistem normal ke sistem

emergency. Dalam hal ini peralihan antara PLN ke Genset.

c. Peralatan Sub-Station

Ada beberapa sub-station (gardu listrik) yang di tempatkan di area bandara. Dalam

sub-station ini terdapat trafo, panel distribusi dan sistem proteksi jaringan distribusi.

Kondisi peralatan dalam masing-masing sub-station akan dimonitor di gedung Power

Station.

7.1.5. Penerangan

Ada standar penerangan yang digunakan, standard IES (Illimination Engineering Society) atau

Standar Pekerjaan Umum. Tetapi dalam hal tertentu. Kedua standar tersebut bisa saling

mengisi. Kalau menggunakan standar IES kadang biaya menjadi tinggi. Sedangkan bila di

suatu ruangan dibutuhkan standar tinggi sebaiknya menggunakan standard IES.

Adapun dalam perhitungan tingkat pencahayaan (Illumination Levels) jumlah luminair atau

titik lampu yang digunakan sebaiknya menggunakan metoda lumen metoda dengan working

plane 0.85 m di atas lantai. Sedangkan untuk faktor maintenance, digunakan nilai 0.65

untuk daerah yang mudah kotor dan debu. Untuk daerah seperti ruangan kantor dan ruangan

umum digunakan nilai 0.8 – 0.85.

Sedang untuk sistem pengontrolan lampu sebaliknya digunakan secara sentral untuk lampu

(5)

7. 2. SPESIFIKASI DAN ST AND ARD ACU AN

 ICAO (International Civil Aviation Organization);

 IEC (International Electrotechnical Commission);

 PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik);

 FAA (Federal Aviation Administration);

 DGAC (Directorate General of Air Communication).

7. 3. ANALI SA PEKERJAAN AI RFIELD L IGHTI NG SYST EM

7. 3.1.T axi way Dan Apr on Edge Li ght

Sesuai persyaratan ICAO Annex 14, maka untuk Taxiway dan Apron Edge harus dilengkapi

juga dengan lampu dengan persyaratan sama dengan Runway Edge Light.

 Lampu Taxiway dan Apron Edge Light adalah LED 25 watt, 6.6 Ampere yang

dicatu dari satu CCR Sub Station Power House dengan kapasitas 4 KVA,

 Kabel yang digunakan adalah jenis FL2XCy 1 x 6 mm2 5000 Volt untuk primer dan

NyyHy 2 x 4 mm2 600 Volt untuk sekunder.

 Kabel ditanam di dalam tanah dengan persyaratan sesuai dengan runway edge

light.

 Setiap lokasi lampu dilengkapi pula dengan fondasi dan pit transformer lengkap

dengan tutupnya, yang dimaksudkan untuk memudahkan pada saat

pemeliharaan dan perbaikan. Dalam pekerjaan ini pembongkaran dan

pemasangan taxiway edge light, hanya pada area intersection runway dan

taxiway.

 Ukuran besaran pondasi, pit trafo, jalur kabel dan lain-lain dapat dilihat pada

gambar detail design.

7. 3.2.T axi way Gui da nce Si gn (TGS)

a. Beberapa jenis TGS yang akan digunakan dengan mengacu Advisory Circular dari FAA

adalah sebagai berikut :

Directional, Destination dan Boundary dengan warna huruf hitam dengan dasar

kuning (type L858Y).

Taxiway & Runway location dengan warna huruf kuning dengan dasar hitam (type

(6)

b. Untuk Mandatory Instruction warna huruf putih dengan dasar merah (type L858R);

c. Ukuran dari TGS adalah sebagai berikut :

 Size 2 :

Tinggi Panel Box = 610 mm

Tebal Panel Box = 200 mm

Lebar Panel Box max = 3690 mm

Max Tinggi Panel Box berikut kaki = 910 mm

Max Tinggi Huruf = 380 mm (sesuai produk vendor/pabrik)

d. Catu daya listrik TGS dari circuit Taxiway Edge Light, dengan arus kerja dari 4.8

Ampere ke 6.6 Ampere.

e. Kabel yang digunakan adalah jenis FL2XCy 1 x 6 mm2 5000 Volt untuk primer dan

NyyHy 2 x 4 mm2 600 Volt untuk sekunder.

7.3.3. Apron Flood Light (ALI)

a. Persyaratan Umum

Apron flood light dipasang untuk penerangan area parkir pesawat pada saat bongkar

muat barang, penumpang, dan kegiatan ground handling lainnya. Lokasi dan tiang

lampu ALI disesuaikan dengan tata letak parkir pesawat agar didapatkan sudut

pancaran yang tepat agar tidak menimbulkan silau pada penerbang dan juga bagi

kendaraan-kendaraan ground handling.

b. Persyaratan Rinci :

 Lampu Apron dipasang di atas tiang menggunakan braket atau rangka besi untuk

dudukan lampu flood light, obstruction light, serta penangkal petir.

 Tiang ALI (menggunakan High Mast 21 m with counter weight) berdiri di atas

pondasi beton menggunakan 4 (empat) buah angkur besi yang dimaksudkan agar

dudukan base plate ALI dapat duduk pada pondasi dengan level yang tepat dan

tegak lurus.

 Tiang flood light dari besi tahan karat hot dip galvanished (minimal 500 gr/m

pada bagian luar dan dalam tiang).

 Lampu ALI dari jenis Asymmetric Narrow Beam Sodium High Pressure (SONT)

1000 watt, 220 Volt, 50 Hz dengan sudut ±62,5° atau mengacu ke spesifikasi

pabrik pembuat.

 Lampu ALI terdiri dari rumah lampu dari aluminium atau galvanish steel, reflector,

beam control, lampu, fitting E.40, terminal box, igniter+ballast, serta kabel

(7)

 Perhitungan cahaya untuk ALI mengacu pada ICAO Annex 14, Aerodrome Design

Manual, Part 4, Chapter 13 sebagai berikut;

Average Horizontal Illuminance ±40 lux.

Average Vertical Illuminance dari 70 m – 25 m di depan tiang ALI harus lebih

besar dari 25 lux.

c. Semua flood light harus ditanahkan (grounding) dengan kabel copper BC 35 mm2

yang disambungkan ke masing-masing elektroda tanah dengan kedalaman minimal 3

m agar didapatkan tahanan tanah maksimum 2 Ohm. Grounding ini dapat juga

disambungkan dengan penangkal petir pada masig-masing tiang.

d. Catu daya listrik untuk masing-masing ALI disiapkan panel box lengkap dengan MCB proteksi, contactor’s kabel, relays dan penunjang lainnya yang dicatu dari sub station listrik terdekat dan dapat dikontrol dan dimonitor dari tower (ATC room).

7.3.4. Obstruction Light (OLI)

a. Persyaratan Umum

Obstruction Light (OLI) dipersyaratkan pada obyek bangunan yang tingginya kurang

dari 45 m, atau bangunan-bangunan vital yang ada pada restricted area yang

dianggap perlu diberi tanda sebagai obstacle object.

b. Persyaratan Rinci :

 Sesuai persyaratan ICAO Annex 14, lampu OLI berwarna merah (omnidirection)

100 watt 220 Vol, lifetime 5.000 jam yang dipasang pada semua ujung tiang

flood light, menara pengawas lalu lintas udara (ATC Tower) di atas tiang wind

sock, dan bangunan-bangunan tinggi atau bangunan-bangunan yang berada pada

kawasan sekitar runway atau taxiway (middle marker, outer marker, glide path)

 Lampu OLI dinyalakan secara remote control dari RCD tower atau pada kondisi

khusus dinyalakan dengan sun switch (photocell system) terutama bangunan

yang jauh dari lokasi tower.

7.3.5. Co nsta nt Cu rre nt Regu lat or (C CR)

a. CCR dipasang di Sub Station CCR sebagai catu daya listrik AFL, dalam pekerjaan ini

CCR baru untuk runway light system.

b. CCR yang direncanakan dari type thyristor dengan kontrol semi conductor control unit

dengan persyaratan sebagai berikut :

(8)

Input power 380 V 50 Hz.

Power factor 90% pada full load.

c. CCR dilengkapi dengan sistem proteksi sebagai berikut :  Open circuit protection;

Over current protections;  Over voltage protections;  Earth fault protection;

7.3.6. Under Grou nd C able

a. Semua kabel yang ditanam di dalam tanah harus dilengkapi dengan metal armoring

dan tahan terhadap rayap dan bahan kimia.

b. Khusus untuk kabel primer AFL sesuai persyaratan menggunakan kabel tipe FL2XCy 1

x 6 mm2 5000 V, serta dilengkapi dengan sertifikat garansi dari pabrik pembuat.

c. Untuk kabel sekunder digunakan kabel tipe NyyHy 2 x 4 mm2 600 Volt.

d. Untuk kabel power outdoor menggunakan kabel tipe NyFGBy dan kabel indoor

menggunakan kabel NYY. Besarnya diameter kabel ditentukan oleh besarnya beban

arus listrik peralatan.

e. Untuk kabel grounding digunakan kabel BC 1 x 35 mm2 dan 4 mm² untuk masing

lampu AFL.

7.3.7. I sol at ion Tr ansfor mer

a. Isolating transformer (series trafo) type water proof, dan dapat ditanam di dalam

tanah atau ditempatkan pada pit trafo. Setiap series trafo dilengkapi dengan 2 (dua)

sambungan kabel primer dan 1 (satu) sambungan sekunder yang menjadi satu

kesatuan desain.

b. Series trafo yang digunakan adalah :

(9)

c. Tegangan pada sisi primer max 5000 Volt dan 600 Volt pada sisi sekunder. Tahanan

isolasi jenis transformer terhadap ground minimal 50 m.ohm dengan megger test

5000 Volt DC.

d. Tegangan pada sisi primer max 5000 Volt dan 600 Volt pada sisi sekunder. Tahanan

isolasi jenis transformer terhadap ground minimal 50 m.ohm dengan megger test

5000 Volt DC.

7.3.8. Ear th ing Sy ste m

a. Peralatan Earthing System (ES) yang direncanakan di dalam pekerjaan ini ialah untuk

proteksi peralatan AFL (cable tray, lampu-lampu, panel distribusi, rangka besi,

panel-panel CCR, dan lain-lain) yang dimaksudkan untuk memperkecil beda potensial

terutama pada saat terjadinya kebocoran arus pada sistem tersebut.

b. Peralatan ES dihubungkan ke tanah, dan khusus lampu AFL pentanahan dilakukan

setiap 300 m, menggunakan elektroda tembaga diameter 1 inch, yang tersambung ke

setiap unit lampu AFL menggunakan kabel BC 35 mm2 untuk jalur utama dan 4 mm2

untuk masing-masing lampu series transformer.

c. Tahanan tanah untuk setiap elektroda tembaga adalah maksimum 1 ohm, untuk itu

bila dianggap perlu untuk mendapatkan tahanan tanah yang baik maka elektroda

tembaga ditanam pada daerah yang basah, atau diberi bahan kimia seperti

Magnesium Sulphate (MgSO4) atau Copper Sulphate (CuSO4) untuk menaikkan soil

conductivity.

d. Pada bagian atas elektroda tembaga dibuatkan pit concrete ukuran 30 x 30 cm untuk

memudahkan pada saat pemeliharaan.

e. Kabel BC 35 mm2 untuk ES ditanam dalam satu galian tanah bersama-sama dengan

kabel series untuk AFL pada kedalaman ± 40 cm.

7.3.9. Fl ig ht T est

a. Semua peralatan AFL bila telah terpasang di samping diadakan tes secara teknis

maka dilkukan juga flight test untuk mengetahui bahwa semua peralatan AFL

tersebut telah berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Flight Test Calibration diadakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan

(10)

7.3.10.Te st ing & Co mmi ssio ing

Sebelum semua peralatan terpasang, maka diharuskan melakukan pengujian, pemeriksaan

terhadap peralatan-peralatan tersebut apakah telah memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan.

a. Pengujian secara individual pada peralatan antara lain sebagai berikut :

1. Constant Current regulator

 Arus primer dan sekunder masing-masing brightness CCR;

 Temperatur CCR;

 Tegangan catu daya listrik;

 Sistem proteksi.

Semua pengujian harus mengacu pada manual book dan pabrik pembuat.

2. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).

MCCB tersebut harus dilengkapi dengan uji tes dari pabrik pembuat yang

menjamin bahwa setiap peralatan di dalam MCCB tersebut telah berfungsi

dengan baik dan bekerja secara baik dan sempurna pada saat terjadi gangguan

berupa : under voltage, over current, over heating, short circuit, dll serta

pengukuran tahanan isolasi phase to phase, phase to ground dan phase to netral.

3. Kabel-kabel tegangan menengah dan tegangan rendah.

 Untuk kabel tegangan menengah sertifikat lulus pengujian dari PLN yang telah

menjamin bahwa bahan isolasi telah sesuai dengan standar PLN atau DGAC

dan ICAO.

 Nilai tahanan isolasi minimal 50 Mega ohm dalam kondisi telah terpasang

(ditanam di dalam tanah).

 Pemberian beban pada kabel tegangan menengah dan tegangan rendah

dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pemberi kerja (direksi

pekerjaan).

4. Pentanahan/grounding

Pengujian pentanahan dari semua sistem harus dilakukan pengukuran tanahan

dengan maksimum 1 ohm pada masing-masing pentanahan (pentanahan

dilakukan pada saat cuaca tidak turun hujan).

5. Alat Ukur & Tool Kit

 Semua alat ukur : Voltmeter, Amperemeter, KWH meter, Cas φ meter dll,

harus sudah dilengkapi dengan hasil tes uji dari pabrik pembuat atau

(11)

 Kontraktor wajib menyerahkan special tools atau maintenance tools untuk

semua system yang terpasang sesuai dengan produknya masing-masing

semua peralatan-peralatan tersebut dalam kondisi yang baru dan asli dari

pabrik pembuatnya.

b. Factory Acceptance Test (FAT)

1. Factory Acceptance Test (FAT)

 FAT dilaksanakan di pabrik pembuat peralatan AFL, untuk melaksanakan

pengetesan secara sistim (fisik dan kinerja peralatan) dan diikuti oleh teknisi

bandara dan teknisi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

 Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan FAT, pihak

kontraktor menyerahkan buku petunjuk materi FAT kepada pihak pemberi

tugas untuk mendapatkan pengesahan.

 Semua biaya FAT (transportasi, akomodasi, materi FAT, dokumen

keberangkatan dan lain-lain) menjadi tanggung jawab kontraktor.

2. Factory Training (F.T)

 Pelaksanaan F.T dilaksanakan di pabrik pembuat peralatan AFL.

 Materi training meliputi, Sistim (hardware/software) dengan peserta 4

(empat) orang teknisi dari pemberi tugas, dan dilaksanakan sekurang

kurangnya 5 (lima) hari atau lebih tergantung dari materi training.

 Semua biaya FT (transportasi, akomodasi, materi FT, dokumen keberangkatan

dll.) menjadi tanggung jawab kontraktor.

 Kontraktor harus menyerahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum

pelaksanaan FT berupa buku petunjuk dan jadwal materi training kepada

pemberi tugas untuk mendapatkan pengesahan.

3. Site Training (S.T)

 Training di lokasi dilaksanakan setelah peralatan selesai terpasang dengan

sempurna dan telah melewati masa uji coba operasional, serta menyerahkan

materi training 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan S.T.

 Materi training adalah perawatan, trouble shooting dan pengoperasian

peralatan dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang diikuti oleh

5 (lima) teknisi dan operator dari Bandara Soekarno-Hatta.

 Semua biaya Site Training (transportasi, materi training, lumpsum dll.)

(12)

4. Syarat-Syarat Lain

 Pemborong berkewajiban memberikan jaminan atas kerusakan barang–

barang terpasang selama 360 hari kalender setelah serah terima barang dan

harus dibuat tertulis dan bermaterai.

 Jaminan/garansi yang dimaksud termasuk penyediaan suku cadang, semua

biaya yang timbul menjadi tanggung jawab pemborong.

 Masa perawatan dilakukan setelah uji-coba teknis (commissioning) selama 90

hari kalender. Pengujian dilakukan oleh Tim commissioning yang ditunjuk.

 Serah terima pertama pekerjaan, pelaksanaannya, dapat dilakukan setelah

dilakukan uji coba dan dapat berhasil dengan baik, serta dinyatakan dalam

berita acara.

 Penyerahan kedua dilaksanakan setelah masa pemeliharaan selesai dan

peralatan terpasang beroperasi dengan baik.

7.4.

AIRCRAFT GROUND SERV ICE EQUIPMENT

Beberapa bandar udara menerapkan sistim ground untuk equipment untuk mencegah

terjadinya penumpukan kendaraan service pada areal Apron pada proses loading dan

unloading pesawat, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan kerusakan pada

pesawat akibat benturan benturan kecil kendaraan terhadap badan pesawat. Kebutuhan

kendaraan pada saat loading dan unloading pesawat sangat bervariasi tergantung dari jenis

pesawat yang akan dilayani. Berikut gambaran jenis-jenis kendaraan yang beroperasi pada

(13)

Gambar 7.1.

Typical Ramp Lay-Out Open Apron

(14)

Gambar 7.2.

Typical Ramp Lay-Out Gate Apron

Kondisi ini cukup banyak memakan waktu, dan kurang effisien untuk saat ini, dimana waktu

yang di butuhkan dengan proses ini menjadi cukup panjang. Didalam perencanaan ini, untuk

daerah apron terminal khususnya, penggunaan aircraft ground service equipment ini akan

sangat membantu didalam kecepatan dan efisiensi tenaga, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kapasitas khususnya di daerah apron.

Penggunaan service pits di apron akan sangat membantu semua pihak, baik pengelola

Bandar udara maupun juga airline yang melayani jasa penerbangan, dengan adanya ground

service ini akan banyak mengurangi waktu loading dan unloading pesawat dan juga

mengurangi resiko kerusakan pada badan pesawat akibat hal hal yang tidak diharapkan

dengan banyaknya kendaraan di sekitar pesawat. Gambaran mengenai waktu yang

(15)

Gambar 7.3.

Typical Turn-Round Time -- Two Bridges Servicing Via Main Deck

Hal-hal yang dapat dilakukan dengan menggunakan service pits ini antara lain :

Fuel;

Lavatory Service Box;

Fresh Water Box;

Air Conditioning Box;

 400 Hz Electrical;

Penempatan pits/box ini tertentu mengacu pada jenis pesawat dan konfigurasi pesawat,

sehingga penempatan pits service ini dapat optimal. Gambar mengenai penempatan pits

(16)

Gambar 7.4.

Typical Service Pits

Gambar

Gambar 7.1. Typical Ramp Lay-Out Open Apron
Gambar 7.2. Typical Ramp Lay-Out Gate Apron
Gambar 7.3. Typical Turn-Round Time -- Two Bridges
Gambar 7.4. Typical Service Pits

Referensi

Dokumen terkait

berbentuk granul (granular activated carbon) dengan ukuran 2.3 mm) telah didapat dari percobaan. Secara fisik, dasar yang telah dikarbonisasi berbeda dengan karbon aktif

Adapun faktor yang paling dominan dalam mendorong wisatawan backpacker berwisata ke Bali dapat dilihat melalui nilai eigenvalue yang paling besar dari keenam faktor yaitu

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak terutama untuk senyawa yang tidak berwarna yang akan dianalisis yaitu

Proklamasi, Jakarta Pusat; menerima gelar Doktor Honoris Causa dari American Christian College; menyelesaikan studi Doktoral dan meraih gelar Doktor Teologi dari STT Baptis

Pembagian tikus ke dalam perlakuan dilakukan dengan mengelompokkan tikus berdasarkan berat badan (BB), kemudian secara acak dikelompokkan kedalam masing-masing perlakuan

Contoh zat kimia seperti itu adalah : sterol yang dapat menghambat Heliothis zea dan Micropletis demolitor asam salisik yang dihasilkan tembakau sebagai respon pertahanan

Anak dengan nefropati-IgA sering menunjukkan gejala hematuria nyata mendadak segera setelah infeksi saluran napas atas seperti glomerulonefritis

Maka apabila amanah diabaikan dengan golongan yang tidak berkelayakkan diberi tempat untuk menguruskan hal ehwal masyarakat, atau golongan jahil diberi ruang untuk