105
LAMPIRAN
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
99
3.
Kendala-kendala dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat
akan membawa konsekuensi terlambatnya proses pelaksanaan perjanjian yang
membawa dampak tidak terpenuhinya hak masyarakat terhadap obat. Untuk
itu perlu adanya evaluasi dan pembenahan terhadap sistem pelaksanaan
perjanjian kerjasama pengadaan obat yang telah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Buku
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2013, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan
dengan Penjelasan, Alumni, Bandung.
100
________________________, 2015, Mariam Darus Badrulzman, Hukum
Perikatan dalam KUH Perdata, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Budiono, Herlien, 2011, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, Cetakan Ketiga, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Hernoko, Agus Yudha, 2008, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam
Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta.
H.S. Salim, 2002, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika Offset,
Jakarta.
Ibrahim, Johanes, 2003, Pengimpasan Pinjaman dan Asas Kebebasan Berkontrak,
CV Utama, Bandung.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-Purchasing
Berdasarkan e-Katalog. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Surat Edaran Nomor
KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan
Katalog Elektronik (e-Catalogue). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Komariah, 2008, Hukum Perdata, UMM Press, Malang.
101
Miru, Ahmadi, 2011, Hukum dan Kotrak Perancangan Kontrak, Cetakan ke-4,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Prodjodikoro, Wirjono, 2011, Azas-azas Hukum Perjanjian, Penerbit Mandar
Maju, Bandung.
Saliman, Abdul R., 2014, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh
Kasus, Penerbit Kencana, Jakarta.
Santiago, Faisal, 2012, Pengantar Hukum Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media,
Jakarta.
Setiawan, R., 1999, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Putra A. Bardin Press,
Bandung.
Silondae, Arus Akbar & Andi Fariana, 2013, Aspek Hukum Dalam Ekonomi &
Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
Simamora, Yohanes Sogar, 2009, Hukum Perjanjian; Prinsip Hukum Kontrak
Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah, Jilid I, Laksbang
PRESSindo, Yogyakarta.
Sinaga, Budiman N.P.D., 2005, Hukum Kuntrak & Penyelesaian Sengketa dari
Perspektif Sekretaris, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2013, Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Tinjauan Singkat, Penebit Rajawali Press, Jakarta.
Subekti, R. 1976, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Penerbit Alumni,
Bandung.
102
Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian, Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Sunggono, Bambang, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Penerbit Rajawali
Pers, Jakarta.
Sutedi, Adrian, 2014, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan berbagai
Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta.
Syahrum dan Salim, 2012, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Penerbit
Citapustaka Media.
Syahrani, H. Riduan, 2004, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Penerbit
PT. Alumni, Bandung.
Yahya, Marzuki dan Endah Fitri Susanti. 2012, Buku Pintar Pengadaan Barang
& Jasa Pemerintah, Penerbit Laskar Aksara, Jakarta.
Widjaja, Gunawan, 2006, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum
Perdata, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
B.
Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue)
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
103
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor
: 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-Purchasing
Berdasarkan e-Katalog. (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013)
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia,
Surat
Edaran
Nomor
KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan
Katalog Elektronik (e-Catalogue). (Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014)
C.
Jurnal
Arif E., & Halim, A. Identifikasi faktor-faktor penyebab minimnya penyerapan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di
Propinsi Riau tahun 2011. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi
XVI, 2014
Dian Endianingsih, Peran e-catalogue dalam proses Pengadaan Elektronik,
Jurnal Kalibrasi ISSN : 2302-7320 Vol. 13 No. 1 2015 Sekolah Tinggi
Teknologi Garut
Rozi Zulkifli, Deskripsi Perjanjian Pengadaan Obat-Obatan Antaraapotik
Pramitha Dengan PT Enseval Puteramegatrading Cabang Lampung,
Jurnal hukum Vol 4 No.16, Universitas Lampung, 2013
D.
Website
http://rizkyisninda.blog.binusian.org/analisis-penerapan-e-catalogue-di-pemerintahan/html, diakses tanggal 29 Februari 2016
http://www.mudjisantosa.net/2013/09/keuntungan-adanya-e-catalog-dan-e.html,
diakses tanggal 30 Februari 2016
104
http://hamdani-agus.blogspot.co.id/2015/04/e-purchasing_18.html,
diakses
tanggal 1 Maret 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Pejabat_pengadaan, diakses tanggal 2 Maret 2016
http://lpse.blogdetik.com/2010/01/12/e-purchasing/html, diakses tanggal 3 Maret
2016
Nurul Muslimah Kurniati, Asas Kebebasan Berkontrak, melalui http://notarisnurul
muslimahkurniati.blogspot.co.id/2009/04/asas-kebebasan-berkontrak.htmlm diakses tanggal 27 Februari 2016
Putra Wicaksono, Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama, melalui
http://iyudkidd02street17.blogspot.co.id/2012/11/perjanjian-bernama-dan-perjanjian-tidak.html, diakses tanggal 26 Februari 2016
60
BAB IIIGAMBARAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MENGGUNAKAN CATALOGUE MELALUI
E-PURCHASING
61
A. Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan e-catalogue
1. Pengertian
Penerapan e-catalog pada sistem pemerintahan meningkatkan kualitas
layanan publik, juga meningkatkan penataan sistem dan proses kerja di dalam
pemerintahan. Setiap pemerintahan telah menerapkannya dan cukup berpotensi
dalam segi ekonomi dan sumber daya manusia.170 Tujuan dari analisis penerapan
e-catalogue pada kegiatan pemerintahan di Indonesia ini adalah untuk
mengetahui pemanfaatan dan perkembangan e-catalogue dalam sistem
pemerintahan, serta mengetahui peran dan manfaat e-catalogue dalam
meningkatkan efisiensi kinerja pemerintahan daerah. Sebuah paket konten yang
berisi informasi tambahan tentang item yang tersedia. Paket konten harus berisi
halaman HTML, atau gambar (JPEG, GIF), yang ditampilkan ketika objek
disebut. Selain itu, paket konten mungkin berisi struktur direktori, dan setiap
jenis file lainnya. e-catalogue dirancang dapat didefinisikan sebagai sebuah
tempat penyimpanan elektronik informasi tentang barang, produk, atau spesies.
Hal ini membuat struktur penyimpanan database umum yang dapat digunakan di
banyak aplikasi seperti menyimpan persediaan, produk yang diproduksi dan
komponen, atau katalog dari beberapa organisme hidup dan lain – lain.171
E-catalogue dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat penyimpanan
elektronik informasi tentang barang, produk, atau pun jasa. Sebagai bagian dari
e-procurement, e-catalogue memainkan peranan yang penting karena berisikan
daftar item, spesifikasi dan harga yang menjadi rujukan dalam komparasi
berbagai produk sejenis. Melalui e-catalogue, pengguna jasa dapat memastikan
bahwa penawaran yang disampaikan oleh vendor telah memenuhi atau tidak
170
Silvia Tanggara, Penerapan E-catalog, Jakarta : Binas Nusantara Press, 2014, hal 3
171
http://rizkyisninda.blog.binusian.org/analisis-penerapan-e-catalogue-di-pemerintahan/html, diakses tanggal 29 Februari 2016
62
62
sesuai dengan standar yang ditetapkan. E-catalogue (katalog elektronik) adalah
sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan
harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah172
Manajemen katalog memainkan peran penting dalam menciptakan siklus
implementasi penuh dari solusi e-procurement. Katalog berarti "sebuah
pencacahan lengkap item disusun secara sistematis dengan rincian deskriptif".173
E-catalogue adalah dokumen elektronik yang membawa spesifikasi produk,
daftar dan informasi secara detail. E-catalogue dapat diakses kepada para
pelanggan dan mitra melalui internet. Sebuah manajemen katalog sukses
meningkatkan hubungan kerja antara pembeli dan pemasok juga secara otomatis
menyediakan bagian untuk produk bersumber, pemasok dan proses pemesanan.
Selain ini mereka menyediakan link ke review produk dan informasi industri.174
E-catalogue mengatur informasi rinci mengenai produk dan layanan yang
ditawarkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan dan mendistribusikan
informasi produk dengan benar.175 E-catalogue tidak terbatas hanya menyediakan
informasi rinci tetapi juga memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Membantu pemasok dalam menciptakan, menganalisis dan memvalidasi
konten katalog.
b. Mengarahkan dan dapat melakukan pemantauan dan pemeliharaan semua
komunikasi antara semua pihak yang terlibat.
c. Melakukan validasi terhadap konten format data, logika bisnis dan struktur
coding.
d. Pemantauan semua proses manajemen katalog.
172 http://www.mudjisantosa.net/2013/09/keuntungan-adanya-e-catalog-dan-e.html,
diakses tanggal 30 Februari 2016
173 http://e-katalogalkes.com/news/13/Pengadaan-Alkes-E-catalog.html, diakses tanggal
31 Februari 2016
174 Dian Endianingsih, Op.Cit, hal 4 175 Silvia Tanggara, Op.Cit, hal 6
63
e. Memperbarui daftar pada saat produk baru di pasar dengan membuatnya
tersedia bagi pelanggan.
f. Memberikan perbandingan fitur produk, memberikan masukan terkait produk
dan layanan alternatif untuk pelanggan.176
2. Dasar hukum
Adapun dasar hukum pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan
e-catalogue adalah:
a. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Katalog elektronik atau e-catalogue adalah system informasi elektronik yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari
berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.177
Pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan secara elektronik.178
Dalam rangka e-purchasing, sistem katalog elektronik (e-catalogue)
sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan harga Barang/Jasa.179
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue)
Katalog elektronik (e-catalogue) adalah sistem informasi elektronik yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang tertentu dari
berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.180
176 Sopian, Abu, Dasar-Dasar Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah dalam E-catalogue,
(Jakarta : In Media; 2014), hal 61
177 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 1 angka 40
178 Ibid, Pasal 106 ayat (1) 179
Ibid, Pasal 110 ayat (1)
180 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat Berdasarkan
Katalog Elektronik (E-Catalogue), Pasal 1 angka 1
64
Pengaturan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue)
bertujuan untuk menjamin transparansi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi
proses pengadaan obat dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.181
Seluruh satuan kerja di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah dan
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) atau fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjutan (FKRTL) Pemerintah melaksanakan pengadaan obat melalui
e-purchasing berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.182
FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan dapat
melaksanakan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik
(e-catalogue).183
Dalam hal pengadaan obat melalui e-purchasing berdasarkan katalog
elektronik (e-catalogue) mengalami kendala operasional dalam aplikasi
(offline), pembelian dapat dilaksanakan secara manual.184 Pembelian secara manual dilaksanakan secara langsung kepada Industri Farmasi yang
tercantum dalam katalog elektronik (e-catalogue).185
Pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk oleh industri farmasi yang
tercantum dalam katalog elektronik (e-catalogue) wajib memenuhi
permintaan obat dari FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan
BPJS kesehatan dalam rangka pengadaan obat.186 Ketentuan mengenai
petunjuk pelaksanaan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik
(e-catalogue) sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
181 Ibid, Pasal 2
182 Ibid, Pasal 3 ayat (1) 183 Ibid, Pasal 3 ayat (2) 184
Ibid, Pasal 4 ayat (1)
185 Ibid, Pasal 4 ayat (2) 186 Ibid, Pasal 5 ayat (1)
65
tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.187 Pada saat peraturan menteri ini
mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur E-Purchasing
berdasarkan E-Catalogue, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.188
c. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Melalui E-Purchasing
Terhadap proses pengadaan barang/jasa yang sedang berlangsung sebelum
e-catalogue diterbitkan, maka proses pengadaan barang/jasa dapat dilanjutkan
sampai selesai. Jika proses pengadaan barang/jasa tersebut dinyatakan gagal,
maka proses pengadaan barang/jasa dilanjutkan dengan e-purchasing. Jika di
dalam satu paket pengadaan barang/jasa terdapat sebagian atau beberapa
barang/jasa telah tercantum di dalam e-catalogue, maka K/L/D/I diartikan
Kementerian/Lembaga/ Daerah/Institusi melaksanakan e-purchasing
terhadap sebagian atau beberapa barang/jasa tersebut.
3. Peran dan fungsi e-catalogue
E-catalogue dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat penyimpanan elektronik
informasi tentang barang, produk, atau pun jasa. Sebagai bagian dari
e-procurement, e-catalogue memainkan peranan yang penting karena berisikan
daftar item, spesifikasi dan harga yang menjadi rujukan dalam komparasi
berbagai produk sejenis. Melalui e-catalogue, pengguna jasa dapat memastikan
bahwa penawaran yang disampaikan oleh vendor telah memenuhi atau tidak
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Manajemen katalog memainkan peran penting dalam menciptakan siklus
implementasi penuh dari solusi e-procurement. Katalog berarti "sebuah
pencacahan lengkap item disusun secara sistematis dengan rincian deskriptif".
187 Ibid, Pasal 6
188 Ibid, Pasal 7
66
catalogue adalah dokumen elektronik yang membawa spesifikasi produk, daftar
dan informasi secara detail. E-catalogue dapat diakses kepada para pelanggan
dan mitra melalui internet. Sebuah manajemen katalog sukses meningkatkan
hubungan kerja antara pembeli dan pemasok juga secara otomatis menyediakan
bagian untuk produk bersumber dari pemasok dan proses pemesanan. Selain itu
menyediakan link ke review produk dan informasi industri. E-catalogue mengatur
informasi rinci mengenai produk dan layanan yang ditawarkan,
mengklasifikasikan, mengkategorikan dan mendistribusikan informasi produk
dengan benar.
B. Pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui e-purchasing
1. Latar belakang
Di tahun 2013 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (disingkat
LKPP) membuat aplikasi e-purchasing yang diatur dengan Peraturan Kepala
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012
Tentang E-Purchasing dan Surat Edaran Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
dengan Sistem E-purchasing. Dengan sistem ini pengadaan barang/jasa bisa
efektif dan efisien dalam ketepatan serta kecepatan dan lebih menghemat biaya.
Sistem ini lebih transparan karena daftar, jenis, spesifikasi teknis serta harga
barang dari penyedia ditampilkan secara elektronik dan dapat diakses oleh
publik.
Pengadaan barang/ jasa secara elektronik dilakukan dengan dua cara e-tendering
(cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat
diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan
secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam
waktu yang telah ditentukan) dan e- purchasing (tata cara pembelian barang/jasa
67
melalui sistem katalog elektronik). Sebagaimana telah disebutkan di atas
mengenai pengertian e-purchasing, secara nyata Perpres 4 tahun 2015 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah memberikan perubahan dan ketegasan
mengenai pelaksana purchasing. Dimana pada aturan sebelumnya,
e-purchasing dilakukan oleh kelompok kerja (Pokja) unit layanan pengadaan
(ULP), sedangkan pada perubahan keempat, e-purchasing dilaksanakan oleh
pejabat pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi/institusi (yang bertindak sebagai pemesan).
Untuk pejabat yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan e-purchasing ini tidak
diwajibkan memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa. Hal ini
dikarenakan pada proses e- purchasing tidak terdapat lagi penilaian kualifikasi.
Pada e-purchasing hanya dilakukan pemesanan terhadap komoditas pada katalog
elektronik, sementara penilaian kualifikasi dan penetapan harga telah dilakukan
oleh LKPP yang dituangkan dalam kontrak payung antara LKPP dengan
penyedia barang/jasa. Disisi lain, perubahan e-purchasing tersebut akan
menimbulkan tanda tanya oleh sebagian penggiat pengadaan. Hal yang paling
banyak diragukan adalah perihal batasan pagu dalam pelaksanaannya. Namun
sebagaimana diterangkan pada Pasal 110 angka (5) Perpres 4 Tahun 2015 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dinyatakan bahwa tidak ada batasan bagi
pelaksanaan pengadaan dengan sistem e-purchasing ini. Sejauh pengadaan
dilakukan dengan sistem e-purchasing, maka proses dilakukan oleh Pejabat
pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi/Institusi
yang bertindak sebagai pemesan. Hal tersebut juga telah ditunjang oleh aplikasi
pada layanan pengadaan secara elektronik (LPSE), dimana e-purchasing terdapat
pada aplikasi e-procurement lainnya yang dilakukan oleh pemesan.189
189 http://hamdani-agus.blogspot.co.id/2015/04/e-purchasing_18.html, diakses tanggal 1
Maret 2016
68
2. PengertianE-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog
elektronik.190Hal ini asumsinya adalah karena dalam e-purchasing tidak perlu
dilakukan evaluasi penawaran dan kualifikasi sehingga tugas pejabat pengadaan
adalah melaksanakan sistem dalam aplikasi e-purchasing. Jika kebutuhan akan
barang/jasa tersedia di dalam katalog elektronik (e-catalogue), maka K/L/D/I
wajib melakukan pengadaan barang dan jasa dengan e-purchasing.191
3. Dasar hukum
Adapun dasar hukum pengadaan barang dan Jasa pemerintah dengan
e-purchasing adalah:
a.
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahNomor 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing
E-Purchasing dilaksanakan melalui aplikasi e-purchasing pada sistem
pengadaan secara elektronik (SPSE) yang dikembangkan dan dikelola oleh
LKPP.192 Ketentuan e-purchasing terdiri atas prosedur e-purchasing yang
tercantum dalam lampiran peraturan kepala ini, syarat dan ketentuan
penggunaan yang melekat pada aplikasi e-purchasing dan panduan pengguna
aplikasi e-purchasing (user guide).193
Penyedia barang/jasa dikenakan sanksi apabila tidak menanggapi pesanan
dalam transaksi melalui e-purchasing, tidak dapat memenuhi pesanan sesuai
dengan kesepakatan dalam transaksi melalui e-purchasing tanpa disertai
alasan yang dapat diterima, harga barang/jasa melalui proses e-purchasing
lebih mahal dari harga barang/jasa yang dijual selain melalui e-purchasing
190 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Pasal angka 1
191 https://id.wikipedia.org/wiki/Pejabat_pengadaan, diakses tanggal 2 Maret 2016 192
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor : 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing, Pasal 16 ayat (1)
193 Ibid, Pasal 16 ayat (2)
69
pada periode penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan
persyaratan yang sama dan/atau membuat dan/atau menyampaikan dokumen
dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan
katalog elektronik.194
Apabila penyedia barang/jasa tidak menanggapi pesanan dalam transaksi
melalui e-purchasing dan tidak dapat memenuhi pesanan sesuai dengan
kesepakatan dalam transaksi melalui e-purchasing tanpa disertai alasan yang
dapat diterima maka penyedia barang/jasa akan peringatan tertulis.
Dalam hal penyedia barang/jasa tidak membayar denda dimaksud maka
pejabat penandatangan/pengesahan tanda bukti perjanjian melaporkan kepada
LKPP agar penyedia barang/jasa dikenakan sanksi penghentian sementara
dalam sistem transaksi e-purchasing atas barang/jasa yang dipesan.195LKPP
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan e-purchasing.
Monitoring dan evaluasi dilakukan dalam rangka menjamin penyedia
barang/jasa melaksanakan kewajiban sesuai dengan kontrak katalog, harga
barang/jasa yang dicantumkan dalam katalog elektronik tidak lebih mahal
dari harga barang/jasa yang dijual diluar katalog elektronik pada periode
penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang
sama, harga barang/jasa melalui proses e-purchasing tidak lebih mahal dari
harga barang/jasa yang dijual selain melalui e-purchasing pada periode
penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang
sama, pelaksanaan proses pemilihan penyedia barang/jasa dalam rangka
katalog elektronik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.196 K/L/D/I dan
194
Ibid, Pasal 18 ayat (2)
195 Ibid, Pasal 20 ayat (9) 196 Ibid, Pasal 24 ayat (2)
70
penyedia barang/jasa melaporkan kemajuan realisasi transaksi setiap kontrak
katalog melalui aplikasi e-purchasing.197
K/L/D/I dapat melaksanakan pengadaan barang/jasa selain melalui
e-purchasing dengan melalui e-lelang cepat apabila total volume kontrak sudah
terpenuhi, dan penyedia barang/jasa tidak bersedia menambah volume
kontrak, pemesanan baru ditolak oleh penyedia barang/jasa, barang sudah
tidak diproduksi lagi atau satu-satunya barang/jasa dalam katalog elektronik
sedang dikenakan sanksi penghentian sementara dalam sistem transaksi
e-purchasing atau penurunan pencantuman dari katalog elektronik.198
b.
Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Melalui E-Purchasing
Kewajiban K/L/D/I melakukan e-purchasing dikecualikan dalam hal
barang/jasa belum tercantum dalam e-catalogue, Spesifikasi teknis
barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis yang dibutuhkan oleh K/L/D/I, penyedia barang/jasa tidak menanggapi
pesanan sedangkan kebutuhan terhadap barang/jasa tersebut mendesak dan
tidak dapat ditunda lagi, penyedia barang/jasa tidak mampu menyediakan
barang baik sebagian maupun keseluruhan dalam jangka waktu yang
ditentukan dalam rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa karena
kelangkaan ketersediaan barang (stock), penyedia barang/jasa tidak mampu
melayani pemesanan barang/jasa karena keterbatasan jangkauan layanan
penyedia barang/jasa, penyedia barang/jasa tidak dapat menyediakan
barang/jasa sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan setelah pejabat
pembuat komitmen (PPK)/pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi
menyetujui pesanan barang/jasa, penyedia barang/jasa dikenakan sanksi
197 Ibid, Pasal 24 ayat (4) 198 Ibid, Pasal 27
71
administratif berupa penghentian sementara dalam sistem transaksi
e-purchasing dan/atau harga katalog elektronik pada komoditas online shop
dan hasil negosiasi harga barang/jasa melalui e-Purchasing untuk komoditas
online shop pada periode penjualan, jumlah, merek, tempat, spesifikasi
teknis,dan persyaratan yang sama, lebih mahal dari harga barang/jasa yang
diadakan selain melalui e-purchasing.
Dalam hal aplikasi e-purchasing mengalami kendala operasional yang
menyebabkan aplikasi tersebut belum/tidak dapat dipergunakan, maka
pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e-purchasing dilakukan secara
offline (manual) dengan cara e-purchasing melalui pejabat pengadaan :
1) PPK menyampaikan permintaan secara tertulis kepada pejabat pengadaan
dengan mengacu pada spesifikasi teknis, harga, dan penyedia barang/jasa
yang tercantum pada e-catalogue untuk melaksanakan proses pengadaan
barang/jasa
2) Pejabat pengadaan melakukan negosiasi dan membuat berita acara
negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses negosiasi
3) Pejabat pengadaan mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa
kepada penyedia barang/jasa yang tercantum pada e- catalogue
4) Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan pembelian barang/jasa
5) PPK menyetujui pembelian barang/jasa
6) Penerbitan tanda bukti perjanjian.
E-purchasing langsung dilaksanakan oleh PPK
(1) PPK melakukan negosiasi terhadap barang/jasa yang tercantum pada
e-catalogue dan membuat berita acara negosiasi terhadap barang/jasa yang
memerlukan proses negosiasi;
72
(2) PPK mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa secara tertulis
kepada penyedia barang/jasa yang terdaftar pada e- catalogue;
(3) Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas
permintaan pembelian barang/jasa;
(4) Penerbitan tanda bukti perjanjian.
E-purchasing melalui pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi
1.1 Pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi melakukan negosiasi
terhadap barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue dan membuat
berita acara negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses
negosiasi;
1.2 Pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi mengirimkan permintaan
pembelian barang/jasa secara tertulis kepada penyedia barang/jasa yang
terdaftar pada e-catalogue;
1.3 Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas
permintaan pembelian barang/jasa;
1.4 Penerbitan tanda bukti perjanjian.
Tanda bukti perjanjian pada e-purchasing dapat berupa:
1. Bukti pembelian yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya
sampai dengan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
2. Kuitansi yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai
dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
3. Surat perintah kerja (SPK) yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa
yang nilainya sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
4. Surat perjanjian yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya
diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); atau
5. Surat pesanan.
73
Pelaksanaan e-purchasing termasuk tindakan pemecahan paket pengadaan
barang/jasa dalam rangka menghindari pelelangan sebagaimana diatur dalam
Pasal 24 ayat (3) huruf c Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 berikut
perubahannya.
4. Pedoman dan pelaksanaan e-purchasing
E‐purchasing dibuat agar proses untuk pengadaan produk
barang/jasa pemerintah dapat dilakukan secara elektronik. Dalam e
purchasing produk barang/jasa pemerintah, terdapat fitur untuk pembuata
n paket, unduh (download) format surat pesanan/surat
perjanjian, unggah (upload) hasil scan kontrak yang sudah
ditandatangan, sampai dengan cetak pesanan produk barang/jasa pemerinta
h. dengan adanya
e-purchasing produk barang/jasa pemerintah, diharapkan proses pengadaan pr
oduk barang/jasa pemerintah dapat lebih efisien dan lebih transparan.
Produk yang sudah tampil di
e--catalogue produk barang/jasa pemerintah dapat dibeli dengan menggunakan
e-purchasing. E-catalogue produk barang/jasa pemerintah menampilkan
informasi penyedia produk, spesifikasi produk, harga, serta gambar dari pro
duk barang/jasa pemerintah.
Pembelian secara elektronik (e-purchasing) membawa manfaat besar dalam hal
mempercepat proses pengadaan dan memberikan harga lebih efisien. Untuk
membangun sistem e-purchasing diperlukan adanya:
a. Electronic catalogue. Untuk katalog memerlukan standarisasi barang/jasa.
Penyelenggara e-catalogue dapat mengacu ke standar yang sudah ada.
b. Institusi penyelenggara e-purchasing.
74
c. Regulasi yang menaungi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Regulasi
mencakup juga kontrak payung (framework contract) antara pembeli dan
penjual. Di pemerintahan, pembeli adalah instansi-instansi pemerintah pusat
maupun daerah. Framework contract dapat dilakukan antara supplier
(penyedia produk) dengan salah satu instansi pusat untuk mewakili seluruh
pembeli atau pengguna jasa.
d. Database yang besar dan selalu terbaru (up to date) tentang barang/jasa.
Database ini sebaiknya terintegrasi dengan sistem di penyedia barang/jasa
sehingga dapat diketahui stok dari barang yang dicantumkan di dalam
sistem.199
E-purchasing dapat dilakukan di instansi pemerintah melalui regulasi. Di dalam
draft Perpres Pengadaan Barang/Jasa pengganti Keppres 80 Tahun 2003,
dimungkinkan adanya e-purchasing. Untuk mewujudkannya masih memerlukan
beberapa langkah lagi seperti dibahas sebelumnya. Implementasi dapat dilakukan
secara bertahap dan memerlukan strategi karena ada efek samping yang cukup
besar, salah satunya yaitu terpotongnya jalur distribusi. Sebelum ada regulasi dan
standarisasi maka e-purchasing tidak dapat diterapkan.
Pelaksanaan e-purchasing yaitu akses ke dalam e-purchasing produk barang/jasa
pemerintah penyedia dapat mengakses e-purchasing melalui alamat
katalog.lkpp.go.id, kemudian pilih login untuk masuk ke dalam aplikasi.
Selanjutnya tampil halaman login, isikan untuk username dan password (gunakan
username & password yang sudah terdaftar di SPSE), kemudian klik login. Saat
penyedia baru pertama kali masuk ke dalam aplikasi, penyedia akan diminta
memilih apakah bertindak sebagai Penyedia dan distributor/pelaksana pekerjaan,
penyedia atau distributor. Pilihan ini bersifat permanen, apabila penyedia berlaku
199 http://lpse.blogdetik.com/2010/01/12/e-purchasing/html, diakses tanggal 3 Maret 2016
75
sebagai distributor/ pelaksana pekerjaan, maka pilih penyedia dan
distributor/pelaksana pekerjaan. Apabila penyedia berlaku sebagai penyedia saja,
maka pilih penyedia saja. Setelah memilih dan klik tombol submit, maka aplikasi
akan logout secara otomatis, kemudian penyedia dapat melakukan login kembali.
Apabila berhasil login, maka akan tampil halaman syarat dan ketentuan
penggunaan aplikasi.
BAB IV
TINJAUAN ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN OBAT DENGAN E-CATALOGUE MELALUI E-PURCHASING ANTARA DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN PT. MERAPI UTAMA PHARMA
A. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan obat Menggunakan Catalogue melalui
E-Purchasing
Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah proses untuk
menyediakan kebutuhan obat di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat publik dan
76
perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
instansi pemerintah. Dalam melakukan pengadaan obat perlu memperhatikan beberapa
kriteria diantaranya kriteria obat publik dan perbekalan kesehatan, persyaratan pemasok,
penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat, penerimaan dan pemeriksaan obat dan
pemantauan status pesanan.
Tujuan dari melakukan pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan
jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, menjamin mutu
sediaan obat, obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Proses pengadaan obat yang
efektif akan menjamin ketersediaan obat yang baik dalam jumlah yang tepat, harga yang
wajar dan kualitas yang sesuai dengan standar yang diakui.200
Semua definisi tetap mengacu pada definisi yang tercantum dalam Pasal 1
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman e-Purchasing di
Lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi lainnya.
1. Pengguna (user) adalah pemakai aplikasi e-purchasing yang memiliki User ID dan
Password yang telah terregistrasi di LPSE;
2. User ID adalah nama dan pengenal unik sebagai identitas diri dari pengguna yang
digunakan untuk beroperasi dalam website LPSE;
3. Password adalah kumpulan karakter yang digunakan oleh pengguna untuk
memverifikasi User ID pada website LPSE;
4. User ID dan Password yang masih aktif dapat digunakan oleh pengguna untuk
mengikuti pengadaan melalui aplikasi e-purchasing;
200
http://buletinfarmasi.blogspot.co.id/2011/11/perencanaan-pengadaan-dan-distribusi.html, diakses tanggal 3 April 2016
78
77
5. Dengan menjadi pengguna aplikasi e-purchasing maka pengguna dianggap telah
memahami, mengerti dan menyetujui semua isi di dalam persyaratan dan ketentuan
pengguna sistem e-purchasing obat pemerintah, petunjuk penggunaan, dan ketentuan
lain yang diterbitkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP).
Proses/prosedur e-purchasing terdiri dari panitia pengadaan/ULP membuat paket
pekerjaan dalam e-purchasing. Panitia pengadaan/ULP memasukkan data yang diminta
dalam e-purchasing untuk pembuatan paket pekerjaan. Satu paket pekerjaan dapat terdiri
dari beberapa jenis dan jumlah obat. Setelah paket dibuat, panitia pengadaan/ULP
memasukkan data-data obat yang akan dibeli sesuai dengan e-catalogue obat yang ada
dalam portal pengadaan nasional (INAPROC). Setelah data-data obat yang akan dibeli
lengkap, PPK mengunduh format kontrak pengadaan dan melakukan kontrak dengan PT
Merapi Utama Pharma. Kesepakatan yang sudah ada dalam contoh format kontrak dapat
ditambah maupun dikurangi sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara PPK dengan
distributor tersebut.
Pengadaan secara elektronik atau e-procurement adalah pengadaan barang/jasa
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemajuan teknologi informasi
lebih mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/jasa, karena penyedia
barang/jasa tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan
(Pokja ULP) untuk melihat, mendaftar dan mengikuti proses pelelangan, tetapi cukup
melakukannya secara online pada website pelelangan elektronik.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, dimana pada dasarnya obat termasuk
dalam kriteria barang/jasa khusus karena jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh
menteri kesehatan sehingga dapat dilakukan pengadaan melalui penunjukan langsung.
78
Dengan dikembangkannya sistem e-catalogue untuk obat, maka pengadaan obat oleh
K/L/D/I dapat dilaksanakan dengan:
a. Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar e-catalogue portal pengadaan nasional
dilakukan dengan prosedur e-purchasing.
b. Pengadaan obat yang belum ada dalam e-catalogue menggunakan proses pengadaan
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah
dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.
Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar di sistem e-catalogue obat portal
pengadaan nasional dilakukan dengan prosedur e-purchasing. E-purchasing merupakan
tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem catalogue obat. Adapun pengertian
e-catalogue obat adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi
teknis dan harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa tertentu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 tentang
Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalogue terdapat tata cara/prosedur dalam melakukan
pengadaan obat pemerintah yang akan dijabarkan sebagai berikut :
1) Persiapan
Pengadaan obat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja
ULP) atau Pejabat Pengadaan Satuan Kerja berdasarkan perintah dari Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja di Bidang Kesehatan.
(a) Satuan kerja bidang kesehatan di daerah maupun pusat menyampaikan rencana
kebutuhan obat kepada PPK
(b) PPK melihat e-catalogue obat dalam portal pengadaan nasional yang memuat
nama, provinsi, nama obat, nama penyedia, kemasan, harga satuan terkecil,
distributor dan kontrak payung penyediaan obat.
(c) PPK menetapkan daftar pengadaan obat sesuai kebutuhan dan ketersediaan
anggaran yang terdiri atas
79
1.1 Daftar pengadaan obat berdasarkan e-catalogue
1.2 Daftar pengadaan obat di luar e-catalogue
(d) Daftar pengadaan obat berdasarkan e-catalogue ditandatangani oleh PPK
selanjutnya diteruskan kepada Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan untuk diadakan
dengan metode e-purchasing.
(e) Daftar pengadaan obat di luar e-catalogue ditandatangani oleh PPK selanjutnya
diteruskan kepada Pokja ULP/pejabat pengadaan untuk diadakan dengan metode
lain sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012.
2) Pengadaan obat dengan e-purchasing
Pengadaan obat dengan e-purchasing berdasarkan e-catalogue dilakukan oleh PPK
dan Pokja ULP/pejabat pengadaan melalui aplikasi e-purchasing pada website
layanan pengadaan secara elektronik (LPSE). Untuk dapat menggunakan aplikasi
tersebut PPK dan Pokja ULP/pejabat pengadaan harus memiliki kode akses (user id
dan password) dengan cara melakukan pendaftaran sebagai pengguna kepada LPSE
setempat. Adapun tahapan e-purchasing adalah sebagai berikut :
(a) Pokja ULP/pejabat pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi
e-purchasing berdasarkan daftar pengadaan obat sebagaimana tercantum dalam
formulir yang diberikan oleh PPK
(b) Pokja ULP/pejabat pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian
kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket
pengadaan.
(c) Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat
melalui e-purchasing dari Pokja ULP/ pejabat pengadaan memberikan
80
persetujuan atas permintaan pembelian obat dan menunjuk distributor/ PBF.
Apabila menolak harus menyampaikan alasan penolakan.
(d) Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ pejabat
pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.
(e) PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah
disetujui dengan distributor/pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk
penyedia obat/ industri farmasi.
(f) Distributor/pedagang besar farmasi (PBF) kemudian melaksanakan penyediaan
obat sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli.
(g) PPK selanjutnya mengirim perjanjian pembelian obat serta melengkapi riwayat
pembayaran dengan cara mengunggah pada aplikasi e-purchasing.
(h) PPK melaporkan item dan jumlah obat yang ditolak atau tidak dipenuhi oleh
penyedia obat/ industri farmasi kepada kepala lembaga pengadaan barang/jasa
pemerintah (LKPP).
Dalam hal aplikasi e-purchasing mengalami kendala operasional/ offline
(gangguan daya listrik, gangguan jaringan atau kerusakan aplikasi) maka pembelian dapat
dilakukan secara manual dengan tetap melalui koordinasi PPK dan Pokja ULP/ pejabat
pengadaan beserta pihak penyedia obat/ industri farmasi. Tahapan yang dilakukan dalam
pengadaan obat secara manual yaitu :
1.1 Pokja ULP/ pejabat pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi
e-purchasing berdasarkan daftar pengadaan obat sebagaimana tercantum dalam
formulir yang diberikan oleh PPK.
1.2 Pokja ULP/ pejabat pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian
kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket
pengadaan.
81
1.3 Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat
melalui dari Pokja ULP/ pejabat pengadaan memberikan persetujuan atas permintaan
pembelian obat dan menunjuk distributor/pedagang besar farmasi (PBF). Apabila
menolak harus menyampaikan alasan penolakan.
1.4 Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ Pejabat
Pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.
1.5 PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah
disetujui dengan distributor/ pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk penyedia
obat/ industri farmasi
1.6 Distributor/ pedagang besar farmasi (PBF) kemudian melaksanakan penyediaan obat
sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli.
Dalam hal terdapat gangguan teknis pada aplikasi e-purchasing sehingga aplikasi
tersebut tidak dapat dipergunakan untuk sementara waktu, maka K/L/D/I dapat
melakukan proses pengadaan tanpa melalui prosedur e-purchasing (secara
manual/offline) dengan tetap mengacu pada harga dan penyedia yang dimuat dalam
e-catalogue. Proses pengadaan yang dilakukan secara manual tersebut memerlukan
dokumen pengadaan yang meliputi undangan negosiasi, berita acara proses negosiasi,
permintaan pembelian dan perjanjian pembelian.
Untuk melaksanakan e-catalogue pengadaan obat buffer stok, Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015 Nomor 440.442/6667/VII/2015 surat
perjanjian ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut “kontrak”) dibuat dan
ditandatangani di Medan pada hari senin tanggal tiga bulan Juli tahun dua ribu lima belas
antara Sri Suriani Purnamawati, Ssi, Apt M.Kes selaku Kuasa pengguna anggaran, yang
bertindak untuk dan atas nama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.44/1070/KPTS/2014 tanggal
22 Desember 2014 tentang Pengguna Anggaran/Barang, Kuasa Pengguna
82
Anggara/Barang disebutkan bahwa bendahara penerima, bendahara pengeluaran,
bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu pada Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka pengelolaan keuangan daerah tahun
anggaran 2015 selanjutnya disebut “KPA” dan Drs Sunardi Manager Cabang yang
bertindak untuk dan atas nama PT Merapi Utama Pharma yang berkedudukan di Medan,
selanjutnya disebut “Penyedia”.
PT Merapi Utama Pharma didirikan di Indonesia, pada tahun 1973 dengan
akte pendirian Nomor 4 tertanggal 27 Juni 1973 dengan Notaris Kartini Muljadi, SH.
Selanjutnya akte perusahaan/kuasa nomor 25 tanggal 12 Januari 2015 dengan Notaris
Ny. Heidi Ratnawati Porwayla, SH. PT Merapi Utama Pharma memiliki nama manager
cabang yang bernama Drs Sunardi. Perseroan Terbatas didirikan Undang-Undang RI,
yang anggaran dasar dan perubahannya telah memperoleh persetujuan dari Menteri
Kehakiman RI. Kantor perusahaan ini beralamat di Jl. Tapian Nauli Pasar 1 No.5
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.
Perjanjian kerjasama pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur
e-purchasing oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama
Pharma berlaku efektif pada tanggal penandatanganan surat perjanjian oleh para pihak
atau pada tanggal yang ditetapkan dalam SSKK (Syarat-Syarat Khusus Kontrak). Waktu
pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus
kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK. PT. Merapi
Utama Pharma harus menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang ditentukan dalam
SSKK. Apabila PT. Merapi Utama Pharma berpendapat tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai jadwal karena keadaan di luar pengendaliannya dan PT. Merapi Utama
Pharma telah melaporkan kejadian tersebut kepada KPA maka KPA dapat melakukan
penjadwalan kembali pelaksanaan tugas PT. Merapi Utama Pharma dengan addendum
kontrak.
83
PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk menyerahkan program mutu pada
rapat persiapan kontrak untuk disetujui oleh KPA. Program mutu disusun oleh PT Merapi
Utama Pharma paling sedikit berisi informasi pengadaan barang, organisasi kerja PT
Merapi Utama Pharma, jadwal pelaksanaan pekerjaan, prosedur pelaksanaan pekerjaan,
prosedur instruksi kerja dan pelaksanaan kerja. Program mutu dapat direvisi sesuai
dengan kondisi lapangan. PT. Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk memutakhirkan
program mutu jika terjadi addendum kontrak dan peristiwa kompensasi. Pemutakhiran
program mutu harus menunjukkan perkembangan kemajuan setiap pekerjaan dan
dampaknya terhadap penjadwalan sisa pekerjaan, pemutakhiran program mutu harus
mendapat persetujuan dari KPA.
Berdasarkan hasil penelitian perjanjian kerjasama antara Dinas Kesehatan
dalam melakukan kerjasama dengan PT. Merapi Utama Pharma harus memenuhi
syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata dan syarat khusus yang
dibuat Dinas Kesehatan. Prosedur pengajuan perjanjian kerjasama dilakukan melalui
tahap-tahap pengajuan, dilanjutkan dengan pengiriman berkas ke PT. Merapi Utama
Pharma dan berkas di klarifikasi, setelah itu berkas dikirim kembali ke PT. Merapi
Utama Pharma untuk memberitahukan tentang apakah Dinas Kesehatan layak/tidak
untuk melakukan perjanjian kerjasama. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
diterbitkan SP (surat pesanan) dan sebelum pelaksanaan pekerjaan, KPA bersama dengan
penyedia menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak. Beberapa hal yang
dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan perjanjian kerjasama
pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma adalah program
mutu, organisasi kerja, tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan, jadwal pelaksanaan
pekerjaan, penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan apabila
84
ada, rincian rencana pengiriman dan rencana pabrikasi barang, jika barang yang akan
diadakan memerlukan pabrikasi.
B. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Pelaksanaan Pengadaan obat
Menggunakan E-Catalogue melalui E-Purchasing
Pengadaan secara elektronik atau e-procurement merupakan pengadaan barang/
jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemajuan teknologi
informasi mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/ jasa, karena
penyedia barang/jasa tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan
Pengadaan (Pokja ULP) untuk melihat, mendaftar dan mengikuti proses pelelangan tetapi
cukup melakukannya secara online melalui website pelelangan elektronik.
Pengadaan barang/ jasa secara elektronik dapat dilakukan dengan sistem
e-purchasing. Sistem e-purchasing merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/ jasa
yang dapat dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/ jasa
yang terdaftar pada sistem elektronik. Prinsip pemilihan penyedia barang/ jasa
sebagaimana mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 yaitu secara
efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Dengan sistem tersebut
maka proses pengadaan obat yang dilakukan oleh seluruh satuan kerja di bidang
kesehatan mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan hingga Rumah Sakit Pemerintah
dilakukan berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) dengan sistem e-purchasing.
Hak dan kewajiban timbal balik KPA dan penyedia dinyatakan dalam kontrak
yang meliputi khususnya:
1. KPA mempunyai hak dan kewajiban untuk:
85
a. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Merapi
Utama Pharma.
b. Meminta laporan-laporan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
oleh PT. Merapi Utama Pharma.
c. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasaran yang dibutuhkan oleh PT.
Merapi Utama Pharma untuk kelancaran pekerjaan sesuai ketentuan kontrak.
d. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak
yang telah ditetapkan kepada PT. Merapi Utama Pharma.201
2. PT. Merapi Utama Pharma mempunyai hak dan kewajiban untuk:
a. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga
yang telah ditentukan dalam kontrak
b. Meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari KPA
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketantuan kotrak
c. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada KPA
d. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak
e. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan
pelaksanaan yang dilakukan KPA
f. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam kontrak
g. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi
lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada
masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.202
201
Surat Perjanjian Nomor 440.442/6667/VII/2015 tentang Melaksanakan E-Katalog pengadaan obat Buffer Stock Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Tahun 2015
202 Ibid
86
C. Tinjauan atas Perjanjian Kerjasama Pengadaan obat dengan E-Catalogue
melalui E-Purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan
PT Merapi Utama Pharma
Perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing
antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma telah
ditandatangi perjanjian kontrak dua belah pihak antara pemerintah dengan PT Merapi
Utama Pharma. KPA telah meminta PT Merapi Utama Pharma untuk menyediakan
barang sebagaimana diterangkan dalam SSUK (syarat-syarat umum kontrak) selanjutnya
disebut pekerjaan pengadaan barang. PT Merapi Utama Pharma dinyatakan kepada KPA,
memiliki keahlian profesional, personil, dan sumber daya teknis serta telah menyetujui
untuk menyediakan barang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam kontrak ini.
KPA dan PT Merapi Utama Pharma menyatakan memiliki kewenangan untuk
menandatangani kontrak ini, dan mengikat pihak yang diwakili, KPA dan PT Merapi
Utama Pharma mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan penandatangan
Perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma
masing-masing pihak telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk di damping oleh advokat,
menandatangani kontrak ini setelah meneliti secara patut, telah membaca dan memahami
secara penuh ketentuan kontrak ini, telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk
memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam kontrak ini beserta semua
fakta dan kondisi yang terkait.
Dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue
melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi
Utama Pharma telah sesuai dengan isi atau materi perjanjian pengadaan obat yang telah
disepakati. Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue
87
melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi
Utama Pharma adalah:
1. Pelaksanaan pekerjaan
Lingkup pekerjaan berupa barang yang akan diadakan harus sesuai dengan
daftar kuantitas dan harga. PT Merapi Utama Pharma harus menyediakan barang
yang memenuhi spesifikasi dan standar yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis dan
gambar yang disusun berdasarkan standar yang ditetapkan dalam SSKK. Selama
berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, KPA jika dipandang perlu dapat mengangkat
pengawas pekerjaan yang berasal dari personil KPA. Pengawas pekerjaan
berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Dalam melaksanakannya,
pengawas pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan KPA. Jika tercantum dalam
SSKK, pengawas pekerjaan dapat bertindak sebagai wakil sah KPA. PT Merapi
Utama Pharma berkewajiban untuk melaksanakan semua perintah pengawas
pekerjaan yang sesuai dengan kewenangan pekerjaan dalam kontrak ini. Pemeriksaan
bersama dilakukan apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan perjanjian
kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma, KPA
bersama-sama dengan penyedia melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan, untuk
pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat membentuk panitia/pejabat peneliti
pelaksanaan kontrak atas usul KPA. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam
berita acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi
kontrak, maka harus dituangkan dalam addendum kontrak.
Jadwal, tempat dan ruang lingkup inspeksi sesuai SSKK. Biaya pelaksanaan
inspeksi termasuk dalam harga kontrak. PT Merapi Utama Pharma berkewajiban
untuk menyelesaikan pengiriman barang sesuai dengan jadwal pengiriman. Dokumen
rincian pengiriman dan dokumen terkait lainnya diatur dalam SSKK. Sarana
88
transportasi yanag dipakai diatur dalam SSKK. Untuk barang-barang yang mudah
rusak atau berisiko tinggi, PT Merapi Utama Pharma harus memberikan informasi
secara rinci tentang cara penanganannya.
PT Merapi Utama Pharma harus mengasuransikan barang-barang yang akan
diserahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
ketentuan yang tercantum dalam SSKK. Penyedia harus mengasuransikan pengiriman
barang-barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan ketentuan yang tercantum dalam SSKK. Asuransi terhadap barang harus
diteruskan sampai ke tempat tujuan akhir, sebagaimana ditetapkan dalam SSKK.
Semua biaya penutupan asuransi telah termasuk dalam nilai kontrak.
PT Merapi Utama Pharma bertanggungjawab untuk mengatur pengangkutan
barang (termasuk pemuatan dan penyimpanan) sampai dengan tempat tujuan
pengiriman. Transportasi barang harus diteruskan sampai dengan tempat tujuan akhir
sebagaimana ditetapkan dalam SSKK. Semua biaya transportasi (termasuk pemuatan
dan penyimpanan) telah termasuk di dalam nilai kontrak. Semua risiko terhadap
kerusakan atau kehilangan barang tetap berada pada PT Merapi Utama Pharma dan
tidak akan beralih kepada KPA sampai dengan tempat tujuan pengiriman.
KPA berhak untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian atas barang untuk
memastikan kecocokannya dengan spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan
dalam kontrak. Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan sendiri oleh PT Merapi
Utama Pharma dan disaksikan oleh KPA atau diwakilkan kepada pihak ketiga. Biaya
pemeriksaan dan pengujian ditanggungjawab oleh PT Merapi Utama Pharma.
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan di tempat yang ditentukan dalam SSKK
dan dihadiri oleh KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan. PT Merapi
Utama Pharma berkewajiban untuk memberikan akses kepada KPA dan/atau
pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan tanpa biaya. Jika pemeriksaan dan pengujian
dilakukan di luar tempat tujuan akhir maka semua biaya kehadiran KPA dan/atau
89
pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan merupakan tanggungan KPA. Atas
pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang terpisah dari serah terima barang, KPA
dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan membuat berita acara pemeriksaan
yang ditandatangani oleh KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan dan
PT Merapi Utama Pharma.
Hasil uji coba dituangkan dalam berita acara. Apabila pengoperasian barang
tersebut memerlukan keahlian khusus maka harus dilakukan pelatihan kepada KPA
oleh PT Merapi Utama Pharma, biaya pelatihan termasuk dalam harga barang.
Apabila hasil uji coba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam kontrak,
maka PT Merapi Utama Pharma memperbaiki atau mengganti barang tersebut,
dengan biaya sepenuhnya ditanggung PT Merapi Utama Pharma.
Waktu penyelesaian pekerjaan, kecuali kontrak diputuskan lebih awal,
penyedia berkewajiban menyelesaikan pekerjaan selambat-lambatnya pada tanggal
penyelesaian yang ditetapkan dalam SSKK. Jika pekerjaan tidak selesai pada tanggal
penyelesaian bukan akibat keadaan kahar atau peristiwa kompensasi karena
kesalahan atau kelalaian penyedia dikenakan denda. Jika keterlambatan tersebut
semata-mata disebabkan oleh peristiwa kompensasi maka KPA dikenakan kewajiban
pembayaran ganti rugi. Denda atau ganti rugi tidak dikenakan jika tanggal
penyelesaian disepakati oleh para pihak untuk diperpanjang.
Perpanjangan waktu, jika terjadi peristiwa kompensasi sehingga penyelesaian
pekerjaan akan melampaui tanggal penyelesaian maka PT Merapi Utama Pharma
berhak untuk meminta perpanjangan tanggal penyelesaian berdasarkan data
penunjang. KPA berdasarkan pertimbangan pengawas pekerjaan memperpanjang
tanggal penyelesaian harus dilakukan melalui addendum kontrak jika perpanjangan
tersebut mengubah masa perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue
melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT
Merapi Utama Pharma.
90
KPA berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap