• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Kerjasama Pengadaan Obat Berdasarkan E-Catalogue Dengan Prosedur E-Purchasing Oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara Dengan PT. Merapi Utama Pharma (Studi Di Dinas Kesehatan Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perjanjian Kerjasama Pengadaan Obat Berdasarkan E-Catalogue Dengan Prosedur E-Purchasing Oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara Dengan PT. Merapi Utama Pharma (Studi Di Dinas Kesehatan Sumatera Utara)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

105

LAMPIRAN

(2)

106

(3)

107

(4)

108

(5)

109

(6)

110

(7)

111

(8)

112

(9)

113

(10)

114

(11)

115

(12)

116

(13)

117

(14)

118

(15)

119

(16)

120

(17)

121

(18)

122

(19)

123

(20)

124

(21)

125

(22)

126

(23)

127

(24)

128

(25)

129

(26)

130

(27)

131

(28)

132

(29)

133

(30)

134

(31)

135

(32)

136

(33)

137

(34)

138

(35)

139

(36)

140

(37)

141

(38)

142

(39)

143

(40)

144

(41)

145

(42)

146

(43)

147

(44)

148

(45)

149

(46)

150

(47)

151

(48)

152

(49)

153

(50)

154

(51)

99

3.

Kendala-kendala dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat

akan membawa konsekuensi terlambatnya proses pelaksanaan perjanjian yang

membawa dampak tidak terpenuhinya hak masyarakat terhadap obat. Untuk

itu perlu adanya evaluasi dan pembenahan terhadap sistem pelaksanaan

perjanjian kerjasama pengadaan obat yang telah dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

A.

Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2013, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan

dengan Penjelasan, Alumni, Bandung.

(52)

100

________________________, 2015, Mariam Darus Badrulzman, Hukum

Perikatan dalam KUH Perdata, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Budiono, Herlien, 2011, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang

Kenotariatan, Cetakan Ketiga, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT

Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hernoko, Agus Yudha, 2008, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam

Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta.

H.S. Salim, 2002, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika Offset,

Jakarta.

Ibrahim, Johanes, 2003, Pengimpasan Pinjaman dan Asas Kebebasan Berkontrak,

CV Utama, Bandung.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-Purchasing

Berdasarkan e-Katalog. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Surat Edaran Nomor

KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan

Katalog Elektronik (e-Catalogue). Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Komariah, 2008, Hukum Perdata, UMM Press, Malang.

(53)

101

Miru, Ahmadi, 2011, Hukum dan Kotrak Perancangan Kontrak, Cetakan ke-4,

PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono, 2011, Azas-azas Hukum Perjanjian, Penerbit Mandar

Maju, Bandung.

Saliman, Abdul R., 2014, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh

Kasus, Penerbit Kencana, Jakarta.

Santiago, Faisal, 2012, Pengantar Hukum Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media,

Jakarta.

Setiawan, R., 1999, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Putra A. Bardin Press,

Bandung.

Silondae, Arus Akbar & Andi Fariana, 2013, Aspek Hukum Dalam Ekonomi &

Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Simamora, Yohanes Sogar, 2009, Hukum Perjanjian; Prinsip Hukum Kontrak

Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah, Jilid I, Laksbang

PRESSindo, Yogyakarta.

Sinaga, Budiman N.P.D., 2005, Hukum Kuntrak & Penyelesaian Sengketa dari

Perspektif Sekretaris, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2013, Penelitian Hukum Normatif : Suatu

Tinjauan Singkat, Penebit Rajawali Press, Jakarta.

Subekti, R. 1976, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Penerbit Alumni,

Bandung.

(54)

102

Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian, Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Penerbit Rajawali

Pers, Jakarta.

Sutedi, Adrian, 2014, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan berbagai

Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta.

Syahrum dan Salim, 2012, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Penerbit

Citapustaka Media.

Syahrani, H. Riduan, 2004, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Penerbit

PT. Alumni, Bandung.

Yahya, Marzuki dan Endah Fitri Susanti. 2012, Buku Pintar Pengadaan Barang

& Jasa Pemerintah, Penerbit Laskar Aksara, Jakarta.

Widjaja, Gunawan, 2006, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum

Perdata, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

B.

Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat

Berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue)

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah

(55)

103

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor

: 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-Purchasing

Berdasarkan e-Katalog. (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013)

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia,

Surat

Edaran

Nomor

KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan

Katalog Elektronik (e-Catalogue). (Jakarta : Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2014)

C.

Jurnal

Arif E., & Halim, A. Identifikasi faktor-faktor penyebab minimnya penyerapan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di

Propinsi Riau tahun 2011. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi

XVI, 2014

Dian Endianingsih, Peran e-catalogue dalam proses Pengadaan Elektronik,

Jurnal Kalibrasi ISSN : 2302-7320 Vol. 13 No. 1 2015 Sekolah Tinggi

Teknologi Garut

Rozi Zulkifli, Deskripsi Perjanjian Pengadaan Obat-Obatan Antaraapotik

Pramitha Dengan PT Enseval Puteramegatrading Cabang Lampung,

Jurnal hukum Vol 4 No.16, Universitas Lampung, 2013

D.

Website

http://rizkyisninda.blog.binusian.org/analisis-penerapan-e-catalogue-di-pemerintahan/html, diakses tanggal 29 Februari 2016

http://www.mudjisantosa.net/2013/09/keuntungan-adanya-e-catalog-dan-e.html,

diakses tanggal 30 Februari 2016

(56)

104

http://hamdani-agus.blogspot.co.id/2015/04/e-purchasing_18.html,

diakses

tanggal 1 Maret 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Pejabat_pengadaan, diakses tanggal 2 Maret 2016

http://lpse.blogdetik.com/2010/01/12/e-purchasing/html, diakses tanggal 3 Maret

2016

Nurul Muslimah Kurniati, Asas Kebebasan Berkontrak, melalui http://notarisnurul

muslimahkurniati.blogspot.co.id/2009/04/asas-kebebasan-berkontrak.htmlm diakses tanggal 27 Februari 2016

Putra Wicaksono, Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama, melalui

http://iyudkidd02street17.blogspot.co.id/2012/11/perjanjian-bernama-dan-perjanjian-tidak.html, diakses tanggal 26 Februari 2016

(57)

60

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MENGGUNAKAN CATALOGUE MELALUI

E-PURCHASING

(58)

61

A. Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan e-catalogue

1. Pengertian

Penerapan e-catalog pada sistem pemerintahan meningkatkan kualitas

layanan publik, juga meningkatkan penataan sistem dan proses kerja di dalam

pemerintahan. Setiap pemerintahan telah menerapkannya dan cukup berpotensi

dalam segi ekonomi dan sumber daya manusia.170 Tujuan dari analisis penerapan

e-catalogue pada kegiatan pemerintahan di Indonesia ini adalah untuk

mengetahui pemanfaatan dan perkembangan e-catalogue dalam sistem

pemerintahan, serta mengetahui peran dan manfaat e-catalogue dalam

meningkatkan efisiensi kinerja pemerintahan daerah. Sebuah paket konten yang

berisi informasi tambahan tentang item yang tersedia. Paket konten harus berisi

halaman HTML, atau gambar (JPEG, GIF), yang ditampilkan ketika objek

disebut. Selain itu, paket konten mungkin berisi struktur direktori, dan setiap

jenis file lainnya. e-catalogue dirancang dapat didefinisikan sebagai sebuah

tempat penyimpanan elektronik informasi tentang barang, produk, atau spesies.

Hal ini membuat struktur penyimpanan database umum yang dapat digunakan di

banyak aplikasi seperti menyimpan persediaan, produk yang diproduksi dan

komponen, atau katalog dari beberapa organisme hidup dan lain – lain.171

E-catalogue dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat penyimpanan

elektronik informasi tentang barang, produk, atau pun jasa. Sebagai bagian dari

e-procurement, e-catalogue memainkan peranan yang penting karena berisikan

daftar item, spesifikasi dan harga yang menjadi rujukan dalam komparasi

berbagai produk sejenis. Melalui e-catalogue, pengguna jasa dapat memastikan

bahwa penawaran yang disampaikan oleh vendor telah memenuhi atau tidak

170

Silvia Tanggara, Penerapan E-catalog, Jakarta : Binas Nusantara Press, 2014, hal 3

171

http://rizkyisninda.blog.binusian.org/analisis-penerapan-e-catalogue-di-pemerintahan/html, diakses tanggal 29 Februari 2016

62

(59)

62

sesuai dengan standar yang ditetapkan. E-catalogue (katalog elektronik) adalah

sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan

harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah172

Manajemen katalog memainkan peran penting dalam menciptakan siklus

implementasi penuh dari solusi e-procurement. Katalog berarti "sebuah

pencacahan lengkap item disusun secara sistematis dengan rincian deskriptif".173

E-catalogue adalah dokumen elektronik yang membawa spesifikasi produk,

daftar dan informasi secara detail. E-catalogue dapat diakses kepada para

pelanggan dan mitra melalui internet. Sebuah manajemen katalog sukses

meningkatkan hubungan kerja antara pembeli dan pemasok juga secara otomatis

menyediakan bagian untuk produk bersumber, pemasok dan proses pemesanan.

Selain ini mereka menyediakan link ke review produk dan informasi industri.174

E-catalogue mengatur informasi rinci mengenai produk dan layanan yang

ditawarkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan dan mendistribusikan

informasi produk dengan benar.175 E-catalogue tidak terbatas hanya menyediakan

informasi rinci tetapi juga memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Membantu pemasok dalam menciptakan, menganalisis dan memvalidasi

konten katalog.

b. Mengarahkan dan dapat melakukan pemantauan dan pemeliharaan semua

komunikasi antara semua pihak yang terlibat.

c. Melakukan validasi terhadap konten format data, logika bisnis dan struktur

coding.

d. Pemantauan semua proses manajemen katalog.

172 http://www.mudjisantosa.net/2013/09/keuntungan-adanya-e-catalog-dan-e.html,

diakses tanggal 30 Februari 2016

173 http://e-katalogalkes.com/news/13/Pengadaan-Alkes-E-catalog.html, diakses tanggal

31 Februari 2016

174 Dian Endianingsih, Op.Cit, hal 4 175 Silvia Tanggara, Op.Cit, hal 6

(60)

63

e. Memperbarui daftar pada saat produk baru di pasar dengan membuatnya

tersedia bagi pelanggan.

f. Memberikan perbandingan fitur produk, memberikan masukan terkait produk

dan layanan alternatif untuk pelanggan.176

2. Dasar hukum

Adapun dasar hukum pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan

e-catalogue adalah:

a. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah

Katalog elektronik atau e-catalogue adalah system informasi elektronik yang

memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari

berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.177

Pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan secara elektronik.178

Dalam rangka e-purchasing, sistem katalog elektronik (e-catalogue)

sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan harga Barang/Jasa.179

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat

Berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue)

Katalog elektronik (e-catalogue) adalah sistem informasi elektronik yang

memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang tertentu dari

berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.180

176 Sopian, Abu, Dasar-Dasar Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah dalam E-catalogue,

(Jakarta : In Media; 2014), hal 61

177 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 1 angka 40

178 Ibid, Pasal 106 ayat (1) 179

Ibid, Pasal 110 ayat (1)

180 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat Berdasarkan

Katalog Elektronik (E-Catalogue), Pasal 1 angka 1

(61)

64

Pengaturan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue)

bertujuan untuk menjamin transparansi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi

proses pengadaan obat dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.181

Seluruh satuan kerja di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah dan

fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) atau fasilitas kesehatan rujukan

tingkat lanjutan (FKRTL) Pemerintah melaksanakan pengadaan obat melalui

e-purchasing berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.182

FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan dapat

melaksanakan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik

(e-catalogue).183

Dalam hal pengadaan obat melalui e-purchasing berdasarkan katalog

elektronik (e-catalogue) mengalami kendala operasional dalam aplikasi

(offline), pembelian dapat dilaksanakan secara manual.184 Pembelian secara manual dilaksanakan secara langsung kepada Industri Farmasi yang

tercantum dalam katalog elektronik (e-catalogue).185

Pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk oleh industri farmasi yang

tercantum dalam katalog elektronik (e-catalogue) wajib memenuhi

permintaan obat dari FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan

BPJS kesehatan dalam rangka pengadaan obat.186 Ketentuan mengenai

petunjuk pelaksanaan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik

(e-catalogue) sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian

181 Ibid, Pasal 2

182 Ibid, Pasal 3 ayat (1) 183 Ibid, Pasal 3 ayat (2) 184

Ibid, Pasal 4 ayat (1)

185 Ibid, Pasal 4 ayat (2) 186 Ibid, Pasal 5 ayat (1)

(62)

65

tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.187 Pada saat peraturan menteri ini

mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2013 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur E-Purchasing

berdasarkan E-Catalogue, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.188

c. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Melalui E-Purchasing

Terhadap proses pengadaan barang/jasa yang sedang berlangsung sebelum

e-catalogue diterbitkan, maka proses pengadaan barang/jasa dapat dilanjutkan

sampai selesai. Jika proses pengadaan barang/jasa tersebut dinyatakan gagal,

maka proses pengadaan barang/jasa dilanjutkan dengan e-purchasing. Jika di

dalam satu paket pengadaan barang/jasa terdapat sebagian atau beberapa

barang/jasa telah tercantum di dalam e-catalogue, maka K/L/D/I diartikan

Kementerian/Lembaga/ Daerah/Institusi melaksanakan e-purchasing

terhadap sebagian atau beberapa barang/jasa tersebut.

3. Peran dan fungsi e-catalogue

E-catalogue dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat penyimpanan elektronik

informasi tentang barang, produk, atau pun jasa. Sebagai bagian dari

e-procurement, e-catalogue memainkan peranan yang penting karena berisikan

daftar item, spesifikasi dan harga yang menjadi rujukan dalam komparasi

berbagai produk sejenis. Melalui e-catalogue, pengguna jasa dapat memastikan

bahwa penawaran yang disampaikan oleh vendor telah memenuhi atau tidak

sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Manajemen katalog memainkan peran penting dalam menciptakan siklus

implementasi penuh dari solusi e-procurement. Katalog berarti "sebuah

pencacahan lengkap item disusun secara sistematis dengan rincian deskriptif".

187 Ibid, Pasal 6

188 Ibid, Pasal 7

(63)

66

catalogue adalah dokumen elektronik yang membawa spesifikasi produk, daftar

dan informasi secara detail. E-catalogue dapat diakses kepada para pelanggan

dan mitra melalui internet. Sebuah manajemen katalog sukses meningkatkan

hubungan kerja antara pembeli dan pemasok juga secara otomatis menyediakan

bagian untuk produk bersumber dari pemasok dan proses pemesanan. Selain itu

menyediakan link ke review produk dan informasi industri. E-catalogue mengatur

informasi rinci mengenai produk dan layanan yang ditawarkan,

mengklasifikasikan, mengkategorikan dan mendistribusikan informasi produk

dengan benar.

B. Pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui e-purchasing

1. Latar belakang

Di tahun 2013 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (disingkat

LKPP) membuat aplikasi e-purchasing yang diatur dengan Peraturan Kepala

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012

Tentang E-Purchasing dan Surat Edaran Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

dengan Sistem E-purchasing. Dengan sistem ini pengadaan barang/jasa bisa

efektif dan efisien dalam ketepatan serta kecepatan dan lebih menghemat biaya.

Sistem ini lebih transparan karena daftar, jenis, spesifikasi teknis serta harga

barang dari penyedia ditampilkan secara elektronik dan dapat diakses oleh

publik.

Pengadaan barang/ jasa secara elektronik dilakukan dengan dua cara e-tendering

(cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat

diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan

secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam

waktu yang telah ditentukan) dan e- purchasing (tata cara pembelian barang/jasa

(64)

67

melalui sistem katalog elektronik). Sebagaimana telah disebutkan di atas

mengenai pengertian e-purchasing, secara nyata Perpres 4 tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah memberikan perubahan dan ketegasan

mengenai pelaksana purchasing. Dimana pada aturan sebelumnya,

e-purchasing dilakukan oleh kelompok kerja (Pokja) unit layanan pengadaan

(ULP), sedangkan pada perubahan keempat, e-purchasing dilaksanakan oleh

pejabat pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan

instansi/institusi (yang bertindak sebagai pemesan).

Untuk pejabat yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan e-purchasing ini tidak

diwajibkan memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa. Hal ini

dikarenakan pada proses e- purchasing tidak terdapat lagi penilaian kualifikasi.

Pada e-purchasing hanya dilakukan pemesanan terhadap komoditas pada katalog

elektronik, sementara penilaian kualifikasi dan penetapan harga telah dilakukan

oleh LKPP yang dituangkan dalam kontrak payung antara LKPP dengan

penyedia barang/jasa. Disisi lain, perubahan e-purchasing tersebut akan

menimbulkan tanda tanya oleh sebagian penggiat pengadaan. Hal yang paling

banyak diragukan adalah perihal batasan pagu dalam pelaksanaannya. Namun

sebagaimana diterangkan pada Pasal 110 angka (5) Perpres 4 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dinyatakan bahwa tidak ada batasan bagi

pelaksanaan pengadaan dengan sistem e-purchasing ini. Sejauh pengadaan

dilakukan dengan sistem e-purchasing, maka proses dilakukan oleh Pejabat

pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi/Institusi

yang bertindak sebagai pemesan. Hal tersebut juga telah ditunjang oleh aplikasi

pada layanan pengadaan secara elektronik (LPSE), dimana e-purchasing terdapat

pada aplikasi e-procurement lainnya yang dilakukan oleh pemesan.189

189 http://hamdani-agus.blogspot.co.id/2015/04/e-purchasing_18.html, diakses tanggal 1

Maret 2016

(65)

68

2. Pengertian

E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog

elektronik.190Hal ini asumsinya adalah karena dalam e-purchasing tidak perlu

dilakukan evaluasi penawaran dan kualifikasi sehingga tugas pejabat pengadaan

adalah melaksanakan sistem dalam aplikasi e-purchasing. Jika kebutuhan akan

barang/jasa tersedia di dalam katalog elektronik (e-catalogue), maka K/L/D/I

wajib melakukan pengadaan barang dan jasa dengan e-purchasing.191

3. Dasar hukum

Adapun dasar hukum pengadaan barang dan Jasa pemerintah dengan

e-purchasing adalah:

a.

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nomor 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing

E-Purchasing dilaksanakan melalui aplikasi e-purchasing pada sistem

pengadaan secara elektronik (SPSE) yang dikembangkan dan dikelola oleh

LKPP.192 Ketentuan e-purchasing terdiri atas prosedur e-purchasing yang

tercantum dalam lampiran peraturan kepala ini, syarat dan ketentuan

penggunaan yang melekat pada aplikasi e-purchasing dan panduan pengguna

aplikasi e-purchasing (user guide).193

Penyedia barang/jasa dikenakan sanksi apabila tidak menanggapi pesanan

dalam transaksi melalui e-purchasing, tidak dapat memenuhi pesanan sesuai

dengan kesepakatan dalam transaksi melalui e-purchasing tanpa disertai

alasan yang dapat diterima, harga barang/jasa melalui proses e-purchasing

lebih mahal dari harga barang/jasa yang dijual selain melalui e-purchasing

190 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, Pasal angka 1

191 https://id.wikipedia.org/wiki/Pejabat_pengadaan, diakses tanggal 2 Maret 2016 192

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor : 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing, Pasal 16 ayat (1)

193 Ibid, Pasal 16 ayat (2)

(66)

69

pada periode penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan

persyaratan yang sama dan/atau membuat dan/atau menyampaikan dokumen

dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan

katalog elektronik.194

Apabila penyedia barang/jasa tidak menanggapi pesanan dalam transaksi

melalui e-purchasing dan tidak dapat memenuhi pesanan sesuai dengan

kesepakatan dalam transaksi melalui e-purchasing tanpa disertai alasan yang

dapat diterima maka penyedia barang/jasa akan peringatan tertulis.

Dalam hal penyedia barang/jasa tidak membayar denda dimaksud maka

pejabat penandatangan/pengesahan tanda bukti perjanjian melaporkan kepada

LKPP agar penyedia barang/jasa dikenakan sanksi penghentian sementara

dalam sistem transaksi e-purchasing atas barang/jasa yang dipesan.195LKPP

melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan e-purchasing.

Monitoring dan evaluasi dilakukan dalam rangka menjamin penyedia

barang/jasa melaksanakan kewajiban sesuai dengan kontrak katalog, harga

barang/jasa yang dicantumkan dalam katalog elektronik tidak lebih mahal

dari harga barang/jasa yang dijual diluar katalog elektronik pada periode

penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang

sama, harga barang/jasa melalui proses e-purchasing tidak lebih mahal dari

harga barang/jasa yang dijual selain melalui e-purchasing pada periode

penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang

sama, pelaksanaan proses pemilihan penyedia barang/jasa dalam rangka

katalog elektronik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.196 K/L/D/I dan

194

Ibid, Pasal 18 ayat (2)

195 Ibid, Pasal 20 ayat (9) 196 Ibid, Pasal 24 ayat (2)

(67)

70

penyedia barang/jasa melaporkan kemajuan realisasi transaksi setiap kontrak

katalog melalui aplikasi e-purchasing.197

K/L/D/I dapat melaksanakan pengadaan barang/jasa selain melalui

e-purchasing dengan melalui e-lelang cepat apabila total volume kontrak sudah

terpenuhi, dan penyedia barang/jasa tidak bersedia menambah volume

kontrak, pemesanan baru ditolak oleh penyedia barang/jasa, barang sudah

tidak diproduksi lagi atau satu-satunya barang/jasa dalam katalog elektronik

sedang dikenakan sanksi penghentian sementara dalam sistem transaksi

e-purchasing atau penurunan pencantuman dari katalog elektronik.198

b.

Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Melalui E-Purchasing

Kewajiban K/L/D/I melakukan e-purchasing dikecualikan dalam hal

barang/jasa belum tercantum dalam e-catalogue, Spesifikasi teknis

barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue tidak sesuai dengan spesifikasi

teknis yang dibutuhkan oleh K/L/D/I, penyedia barang/jasa tidak menanggapi

pesanan sedangkan kebutuhan terhadap barang/jasa tersebut mendesak dan

tidak dapat ditunda lagi, penyedia barang/jasa tidak mampu menyediakan

barang baik sebagian maupun keseluruhan dalam jangka waktu yang

ditentukan dalam rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa karena

kelangkaan ketersediaan barang (stock), penyedia barang/jasa tidak mampu

melayani pemesanan barang/jasa karena keterbatasan jangkauan layanan

penyedia barang/jasa, penyedia barang/jasa tidak dapat menyediakan

barang/jasa sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan setelah pejabat

pembuat komitmen (PPK)/pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi

menyetujui pesanan barang/jasa, penyedia barang/jasa dikenakan sanksi

197 Ibid, Pasal 24 ayat (4) 198 Ibid, Pasal 27

(68)

71

administratif berupa penghentian sementara dalam sistem transaksi

e-purchasing dan/atau harga katalog elektronik pada komoditas online shop

dan hasil negosiasi harga barang/jasa melalui e-Purchasing untuk komoditas

online shop pada periode penjualan, jumlah, merek, tempat, spesifikasi

teknis,dan persyaratan yang sama, lebih mahal dari harga barang/jasa yang

diadakan selain melalui e-purchasing.

Dalam hal aplikasi e-purchasing mengalami kendala operasional yang

menyebabkan aplikasi tersebut belum/tidak dapat dipergunakan, maka

pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e-purchasing dilakukan secara

offline (manual) dengan cara e-purchasing melalui pejabat pengadaan :

1) PPK menyampaikan permintaan secara tertulis kepada pejabat pengadaan

dengan mengacu pada spesifikasi teknis, harga, dan penyedia barang/jasa

yang tercantum pada e-catalogue untuk melaksanakan proses pengadaan

barang/jasa

2) Pejabat pengadaan melakukan negosiasi dan membuat berita acara

negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses negosiasi

3) Pejabat pengadaan mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa

kepada penyedia barang/jasa yang tercantum pada e- catalogue

4) Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan pembelian barang/jasa

5) PPK menyetujui pembelian barang/jasa

6) Penerbitan tanda bukti perjanjian.

E-purchasing langsung dilaksanakan oleh PPK

(1) PPK melakukan negosiasi terhadap barang/jasa yang tercantum pada

e-catalogue dan membuat berita acara negosiasi terhadap barang/jasa yang

memerlukan proses negosiasi;

(69)

72

(2) PPK mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa secara tertulis

kepada penyedia barang/jasa yang terdaftar pada e- catalogue;

(3) Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas

permintaan pembelian barang/jasa;

(4) Penerbitan tanda bukti perjanjian.

E-purchasing melalui pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi

1.1 Pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi melakukan negosiasi

terhadap barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue dan membuat

berita acara negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses

negosiasi;

1.2 Pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi mengirimkan permintaan

pembelian barang/jasa secara tertulis kepada penyedia barang/jasa yang

terdaftar pada e-catalogue;

1.3 Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas

permintaan pembelian barang/jasa;

1.4 Penerbitan tanda bukti perjanjian.

Tanda bukti perjanjian pada e-purchasing dapat berupa:

1. Bukti pembelian yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya

sampai dengan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)

2. Kuitansi yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai

dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

3. Surat perintah kerja (SPK) yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa

yang nilainya sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

4. Surat perjanjian yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya

diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); atau

5. Surat pesanan.

(70)

73

Pelaksanaan e-purchasing termasuk tindakan pemecahan paket pengadaan

barang/jasa dalam rangka menghindari pelelangan sebagaimana diatur dalam

Pasal 24 ayat (3) huruf c Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 berikut

perubahannya.

4. Pedoman dan pelaksanaan e-purchasing

Epurchasing dibuat agar proses untuk pengadaan produk

barang/jasa pemerintah dapat dilakukan secara elektronik. Dalam e

purchasing produk barang/jasa pemerintah, terdapat fitur untuk pembuata

n paket, unduh (download) format surat pesanan/surat

perjanjian, unggah (upload) hasil scan kontrak yang sudah

ditandatangan, sampai dengan cetak pesanan produk barang/jasa pemerinta

h. dengan adanya

e-purchasing produk barang/jasa pemerintah, diharapkan proses pengadaan pr

oduk barang/jasa pemerintah dapat lebih efisien dan lebih transparan.

Produk yang sudah tampil di

e--catalogue produk barang/jasa pemerintah dapat dibeli dengan menggunakan

e-purchasing. E-catalogue produk barang/jasa pemerintah menampilkan

informasi penyedia produk, spesifikasi produk, harga, serta gambar dari pro

duk barang/jasa pemerintah.

Pembelian secara elektronik (e-purchasing) membawa manfaat besar dalam hal

mempercepat proses pengadaan dan memberikan harga lebih efisien. Untuk

membangun sistem e-purchasing diperlukan adanya:

a. Electronic catalogue. Untuk katalog memerlukan standarisasi barang/jasa.

Penyelenggara e-catalogue dapat mengacu ke standar yang sudah ada.

b. Institusi penyelenggara e-purchasing.

(71)

74

c. Regulasi yang menaungi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Regulasi

mencakup juga kontrak payung (framework contract) antara pembeli dan

penjual. Di pemerintahan, pembeli adalah instansi-instansi pemerintah pusat

maupun daerah. Framework contract dapat dilakukan antara supplier

(penyedia produk) dengan salah satu instansi pusat untuk mewakili seluruh

pembeli atau pengguna jasa.

d. Database yang besar dan selalu terbaru (up to date) tentang barang/jasa.

Database ini sebaiknya terintegrasi dengan sistem di penyedia barang/jasa

sehingga dapat diketahui stok dari barang yang dicantumkan di dalam

sistem.199

E-purchasing dapat dilakukan di instansi pemerintah melalui regulasi. Di dalam

draft Perpres Pengadaan Barang/Jasa pengganti Keppres 80 Tahun 2003,

dimungkinkan adanya e-purchasing. Untuk mewujudkannya masih memerlukan

beberapa langkah lagi seperti dibahas sebelumnya. Implementasi dapat dilakukan

secara bertahap dan memerlukan strategi karena ada efek samping yang cukup

besar, salah satunya yaitu terpotongnya jalur distribusi. Sebelum ada regulasi dan

standarisasi maka e-purchasing tidak dapat diterapkan.

Pelaksanaan e-purchasing yaitu akses ke dalam e-purchasing produk barang/jasa

pemerintah penyedia dapat mengakses e-purchasing melalui alamat

katalog.lkpp.go.id, kemudian pilih login untuk masuk ke dalam aplikasi.

Selanjutnya tampil halaman login, isikan untuk username dan password (gunakan

username & password yang sudah terdaftar di SPSE), kemudian klik login. Saat

penyedia baru pertama kali masuk ke dalam aplikasi, penyedia akan diminta

memilih apakah bertindak sebagai Penyedia dan distributor/pelaksana pekerjaan,

penyedia atau distributor. Pilihan ini bersifat permanen, apabila penyedia berlaku

199 http://lpse.blogdetik.com/2010/01/12/e-purchasing/html, diakses tanggal 3 Maret 2016

(72)

75

sebagai distributor/ pelaksana pekerjaan, maka pilih penyedia dan

distributor/pelaksana pekerjaan. Apabila penyedia berlaku sebagai penyedia saja,

maka pilih penyedia saja. Setelah memilih dan klik tombol submit, maka aplikasi

akan logout secara otomatis, kemudian penyedia dapat melakukan login kembali.

Apabila berhasil login, maka akan tampil halaman syarat dan ketentuan

penggunaan aplikasi.

BAB IV

TINJAUAN ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN OBAT DENGAN E-CATALOGUE MELALUI E-PURCHASING ANTARA DINAS KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN PT. MERAPI UTAMA PHARMA

A. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan obat Menggunakan Catalogue melalui

E-Purchasing

Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah proses untuk

menyediakan kebutuhan obat di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat publik dan

(73)

76

perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota

sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa

instansi pemerintah. Dalam melakukan pengadaan obat perlu memperhatikan beberapa

kriteria diantaranya kriteria obat publik dan perbekalan kesehatan, persyaratan pemasok,

penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat, penerimaan dan pemeriksaan obat dan

pemantauan status pesanan.

Tujuan dari melakukan pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan

jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, menjamin mutu

sediaan obat, obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Proses pengadaan obat yang

efektif akan menjamin ketersediaan obat yang baik dalam jumlah yang tepat, harga yang

wajar dan kualitas yang sesuai dengan standar yang diakui.200

Semua definisi tetap mengacu pada definisi yang tercantum dalam Pasal 1

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman e-Purchasing di

Lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi lainnya.

1. Pengguna (user) adalah pemakai aplikasi e-purchasing yang memiliki User ID dan

Password yang telah terregistrasi di LPSE;

2. User ID adalah nama dan pengenal unik sebagai identitas diri dari pengguna yang

digunakan untuk beroperasi dalam website LPSE;

3. Password adalah kumpulan karakter yang digunakan oleh pengguna untuk

memverifikasi User ID pada website LPSE;

4. User ID dan Password yang masih aktif dapat digunakan oleh pengguna untuk

mengikuti pengadaan melalui aplikasi e-purchasing;

200

http://buletinfarmasi.blogspot.co.id/2011/11/perencanaan-pengadaan-dan-distribusi.html, diakses tanggal 3 April 2016

78

(74)

77

5. Dengan menjadi pengguna aplikasi e-purchasing maka pengguna dianggap telah

memahami, mengerti dan menyetujui semua isi di dalam persyaratan dan ketentuan

pengguna sistem e-purchasing obat pemerintah, petunjuk penggunaan, dan ketentuan

lain yang diterbitkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LKPP).

Proses/prosedur e-purchasing terdiri dari panitia pengadaan/ULP membuat paket

pekerjaan dalam e-purchasing. Panitia pengadaan/ULP memasukkan data yang diminta

dalam e-purchasing untuk pembuatan paket pekerjaan. Satu paket pekerjaan dapat terdiri

dari beberapa jenis dan jumlah obat. Setelah paket dibuat, panitia pengadaan/ULP

memasukkan data-data obat yang akan dibeli sesuai dengan e-catalogue obat yang ada

dalam portal pengadaan nasional (INAPROC). Setelah data-data obat yang akan dibeli

lengkap, PPK mengunduh format kontrak pengadaan dan melakukan kontrak dengan PT

Merapi Utama Pharma. Kesepakatan yang sudah ada dalam contoh format kontrak dapat

ditambah maupun dikurangi sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara PPK dengan

distributor tersebut.

Pengadaan secara elektronik atau e-procurement adalah pengadaan barang/jasa

yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemajuan teknologi informasi

lebih mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/jasa, karena penyedia

barang/jasa tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan

(Pokja ULP) untuk melihat, mendaftar dan mengikuti proses pelelangan, tetapi cukup

melakukannya secara online pada website pelelangan elektronik.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, dimana pada dasarnya obat termasuk

dalam kriteria barang/jasa khusus karena jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh

menteri kesehatan sehingga dapat dilakukan pengadaan melalui penunjukan langsung.

(75)

78

Dengan dikembangkannya sistem e-catalogue untuk obat, maka pengadaan obat oleh

K/L/D/I dapat dilaksanakan dengan:

a. Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar e-catalogue portal pengadaan nasional

dilakukan dengan prosedur e-purchasing.

b. Pengadaan obat yang belum ada dalam e-catalogue menggunakan proses pengadaan

sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah

dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.

Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar di sistem e-catalogue obat portal

pengadaan nasional dilakukan dengan prosedur e-purchasing. E-purchasing merupakan

tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem catalogue obat. Adapun pengertian

e-catalogue obat adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi

teknis dan harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa tertentu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 tentang

Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalogue terdapat tata cara/prosedur dalam melakukan

pengadaan obat pemerintah yang akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Persiapan

Pengadaan obat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja

ULP) atau Pejabat Pengadaan Satuan Kerja berdasarkan perintah dari Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja di Bidang Kesehatan.

(a) Satuan kerja bidang kesehatan di daerah maupun pusat menyampaikan rencana

kebutuhan obat kepada PPK

(b) PPK melihat e-catalogue obat dalam portal pengadaan nasional yang memuat

nama, provinsi, nama obat, nama penyedia, kemasan, harga satuan terkecil,

distributor dan kontrak payung penyediaan obat.

(c) PPK menetapkan daftar pengadaan obat sesuai kebutuhan dan ketersediaan

anggaran yang terdiri atas

(76)

79

1.1 Daftar pengadaan obat berdasarkan e-catalogue

1.2 Daftar pengadaan obat di luar e-catalogue

(d) Daftar pengadaan obat berdasarkan e-catalogue ditandatangani oleh PPK

selanjutnya diteruskan kepada Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan untuk diadakan

dengan metode e-purchasing.

(e) Daftar pengadaan obat di luar e-catalogue ditandatangani oleh PPK selanjutnya

diteruskan kepada Pokja ULP/pejabat pengadaan untuk diadakan dengan metode

lain sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012.

2) Pengadaan obat dengan e-purchasing

Pengadaan obat dengan e-purchasing berdasarkan e-catalogue dilakukan oleh PPK

dan Pokja ULP/pejabat pengadaan melalui aplikasi e-purchasing pada website

layanan pengadaan secara elektronik (LPSE). Untuk dapat menggunakan aplikasi

tersebut PPK dan Pokja ULP/pejabat pengadaan harus memiliki kode akses (user id

dan password) dengan cara melakukan pendaftaran sebagai pengguna kepada LPSE

setempat. Adapun tahapan e-purchasing adalah sebagai berikut :

(a) Pokja ULP/pejabat pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi

e-purchasing berdasarkan daftar pengadaan obat sebagaimana tercantum dalam

formulir yang diberikan oleh PPK

(b) Pokja ULP/pejabat pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian

kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket

pengadaan.

(c) Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat

melalui e-purchasing dari Pokja ULP/ pejabat pengadaan memberikan

(77)

80

persetujuan atas permintaan pembelian obat dan menunjuk distributor/ PBF.

Apabila menolak harus menyampaikan alasan penolakan.

(d) Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ pejabat

pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.

(e) PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah

disetujui dengan distributor/pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk

penyedia obat/ industri farmasi.

(f) Distributor/pedagang besar farmasi (PBF) kemudian melaksanakan penyediaan

obat sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli.

(g) PPK selanjutnya mengirim perjanjian pembelian obat serta melengkapi riwayat

pembayaran dengan cara mengunggah pada aplikasi e-purchasing.

(h) PPK melaporkan item dan jumlah obat yang ditolak atau tidak dipenuhi oleh

penyedia obat/ industri farmasi kepada kepala lembaga pengadaan barang/jasa

pemerintah (LKPP).

Dalam hal aplikasi e-purchasing mengalami kendala operasional/ offline

(gangguan daya listrik, gangguan jaringan atau kerusakan aplikasi) maka pembelian dapat

dilakukan secara manual dengan tetap melalui koordinasi PPK dan Pokja ULP/ pejabat

pengadaan beserta pihak penyedia obat/ industri farmasi. Tahapan yang dilakukan dalam

pengadaan obat secara manual yaitu :

1.1 Pokja ULP/ pejabat pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi

e-purchasing berdasarkan daftar pengadaan obat sebagaimana tercantum dalam

formulir yang diberikan oleh PPK.

1.2 Pokja ULP/ pejabat pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian

kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket

pengadaan.

(78)

81

1.3 Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat

melalui dari Pokja ULP/ pejabat pengadaan memberikan persetujuan atas permintaan

pembelian obat dan menunjuk distributor/pedagang besar farmasi (PBF). Apabila

menolak harus menyampaikan alasan penolakan.

1.4 Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ Pejabat

Pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.

1.5 PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah

disetujui dengan distributor/ pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk penyedia

obat/ industri farmasi

1.6 Distributor/ pedagang besar farmasi (PBF) kemudian melaksanakan penyediaan obat

sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli.

Dalam hal terdapat gangguan teknis pada aplikasi e-purchasing sehingga aplikasi

tersebut tidak dapat dipergunakan untuk sementara waktu, maka K/L/D/I dapat

melakukan proses pengadaan tanpa melalui prosedur e-purchasing (secara

manual/offline) dengan tetap mengacu pada harga dan penyedia yang dimuat dalam

e-catalogue. Proses pengadaan yang dilakukan secara manual tersebut memerlukan

dokumen pengadaan yang meliputi undangan negosiasi, berita acara proses negosiasi,

permintaan pembelian dan perjanjian pembelian.

Untuk melaksanakan e-catalogue pengadaan obat buffer stok, Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015 Nomor 440.442/6667/VII/2015 surat

perjanjian ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut “kontrak”) dibuat dan

ditandatangani di Medan pada hari senin tanggal tiga bulan Juli tahun dua ribu lima belas

antara Sri Suriani Purnamawati, Ssi, Apt M.Kes selaku Kuasa pengguna anggaran, yang

bertindak untuk dan atas nama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.44/1070/KPTS/2014 tanggal

22 Desember 2014 tentang Pengguna Anggaran/Barang, Kuasa Pengguna

(79)

82

Anggara/Barang disebutkan bahwa bendahara penerima, bendahara pengeluaran,

bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu pada Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka pengelolaan keuangan daerah tahun

anggaran 2015 selanjutnya disebut “KPA” dan Drs Sunardi Manager Cabang yang

bertindak untuk dan atas nama PT Merapi Utama Pharma yang berkedudukan di Medan,

selanjutnya disebut “Penyedia”.

PT Merapi Utama Pharma didirikan di Indonesia, pada tahun 1973 dengan

akte pendirian Nomor 4 tertanggal 27 Juni 1973 dengan Notaris Kartini Muljadi, SH.

Selanjutnya akte perusahaan/kuasa nomor 25 tanggal 12 Januari 2015 dengan Notaris

Ny. Heidi Ratnawati Porwayla, SH. PT Merapi Utama Pharma memiliki nama manager

cabang yang bernama Drs Sunardi. Perseroan Terbatas didirikan Undang-Undang RI,

yang anggaran dasar dan perubahannya telah memperoleh persetujuan dari Menteri

Kehakiman RI. Kantor perusahaan ini beralamat di Jl. Tapian Nauli Pasar 1 No.5

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.

Perjanjian kerjasama pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur

e-purchasing oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama

Pharma berlaku efektif pada tanggal penandatanganan surat perjanjian oleh para pihak

atau pada tanggal yang ditetapkan dalam SSKK (Syarat-Syarat Khusus Kontrak). Waktu

pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus

kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK. PT. Merapi

Utama Pharma harus menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang ditentukan dalam

SSKK. Apabila PT. Merapi Utama Pharma berpendapat tidak dapat menyelesaikan

pekerjaan sesuai jadwal karena keadaan di luar pengendaliannya dan PT. Merapi Utama

Pharma telah melaporkan kejadian tersebut kepada KPA maka KPA dapat melakukan

penjadwalan kembali pelaksanaan tugas PT. Merapi Utama Pharma dengan addendum

kontrak.

(80)

83

PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk menyerahkan program mutu pada

rapat persiapan kontrak untuk disetujui oleh KPA. Program mutu disusun oleh PT Merapi

Utama Pharma paling sedikit berisi informasi pengadaan barang, organisasi kerja PT

Merapi Utama Pharma, jadwal pelaksanaan pekerjaan, prosedur pelaksanaan pekerjaan,

prosedur instruksi kerja dan pelaksanaan kerja. Program mutu dapat direvisi sesuai

dengan kondisi lapangan. PT. Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk memutakhirkan

program mutu jika terjadi addendum kontrak dan peristiwa kompensasi. Pemutakhiran

program mutu harus menunjukkan perkembangan kemajuan setiap pekerjaan dan

dampaknya terhadap penjadwalan sisa pekerjaan, pemutakhiran program mutu harus

mendapat persetujuan dari KPA.

Berdasarkan hasil penelitian perjanjian kerjasama antara Dinas Kesehatan

dalam melakukan kerjasama dengan PT. Merapi Utama Pharma harus memenuhi

syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata dan syarat khusus yang

dibuat Dinas Kesehatan. Prosedur pengajuan perjanjian kerjasama dilakukan melalui

tahap-tahap pengajuan, dilanjutkan dengan pengiriman berkas ke PT. Merapi Utama

Pharma dan berkas di klarifikasi, setelah itu berkas dikirim kembali ke PT. Merapi

Utama Pharma untuk memberitahukan tentang apakah Dinas Kesehatan layak/tidak

untuk melakukan perjanjian kerjasama. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja

diterbitkan SP (surat pesanan) dan sebelum pelaksanaan pekerjaan, KPA bersama dengan

penyedia menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak. Beberapa hal yang

dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan perjanjian kerjasama

pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing oleh Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma adalah program

mutu, organisasi kerja, tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan, jadwal pelaksanaan

pekerjaan, penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan apabila

(81)

84

ada, rincian rencana pengiriman dan rencana pabrikasi barang, jika barang yang akan

diadakan memerlukan pabrikasi.

B. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Pelaksanaan Pengadaan obat

Menggunakan E-Catalogue melalui E-Purchasing

Pengadaan secara elektronik atau e-procurement merupakan pengadaan barang/

jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi

elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemajuan teknologi

informasi mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/ jasa, karena

penyedia barang/jasa tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan

Pengadaan (Pokja ULP) untuk melihat, mendaftar dan mengikuti proses pelelangan tetapi

cukup melakukannya secara online melalui website pelelangan elektronik.

Pengadaan barang/ jasa secara elektronik dapat dilakukan dengan sistem

e-purchasing. Sistem e-purchasing merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/ jasa

yang dapat dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/ jasa

yang terdaftar pada sistem elektronik. Prinsip pemilihan penyedia barang/ jasa

sebagaimana mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 yaitu secara

efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Dengan sistem tersebut

maka proses pengadaan obat yang dilakukan oleh seluruh satuan kerja di bidang

kesehatan mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan hingga Rumah Sakit Pemerintah

dilakukan berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) dengan sistem e-purchasing.

Hak dan kewajiban timbal balik KPA dan penyedia dinyatakan dalam kontrak

yang meliputi khususnya:

1. KPA mempunyai hak dan kewajiban untuk:

(82)

85

a. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Merapi

Utama Pharma.

b. Meminta laporan-laporan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan

oleh PT. Merapi Utama Pharma.

c. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasaran yang dibutuhkan oleh PT.

Merapi Utama Pharma untuk kelancaran pekerjaan sesuai ketentuan kontrak.

d. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak

yang telah ditetapkan kepada PT. Merapi Utama Pharma.201

2. PT. Merapi Utama Pharma mempunyai hak dan kewajiban untuk:

a. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga

yang telah ditentukan dalam kontrak

b. Meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari KPA

untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketantuan kotrak

c. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada KPA

d. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal

pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak

e. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan

pelaksanaan yang dilakukan KPA

f. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak

g. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi

lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada

masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.202

201

Surat Perjanjian Nomor 440.442/6667/VII/2015 tentang Melaksanakan E-Katalog pengadaan obat Buffer Stock Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Tahun 2015

202 Ibid

(83)

86

C. Tinjauan atas Perjanjian Kerjasama Pengadaan obat dengan E-Catalogue

melalui E-Purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan

PT Merapi Utama Pharma

Perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing

antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma telah

ditandatangi perjanjian kontrak dua belah pihak antara pemerintah dengan PT Merapi

Utama Pharma. KPA telah meminta PT Merapi Utama Pharma untuk menyediakan

barang sebagaimana diterangkan dalam SSUK (syarat-syarat umum kontrak) selanjutnya

disebut pekerjaan pengadaan barang. PT Merapi Utama Pharma dinyatakan kepada KPA,

memiliki keahlian profesional, personil, dan sumber daya teknis serta telah menyetujui

untuk menyediakan barang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam kontrak ini.

KPA dan PT Merapi Utama Pharma menyatakan memiliki kewenangan untuk

menandatangani kontrak ini, dan mengikat pihak yang diwakili, KPA dan PT Merapi

Utama Pharma mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan penandatangan

Perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma

masing-masing pihak telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk di damping oleh advokat,

menandatangani kontrak ini setelah meneliti secara patut, telah membaca dan memahami

secara penuh ketentuan kontrak ini, telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk

memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam kontrak ini beserta semua

fakta dan kondisi yang terkait.

Dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue

melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi

Utama Pharma telah sesuai dengan isi atau materi perjanjian pengadaan obat yang telah

disepakati. Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue

(84)

87

melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi

Utama Pharma adalah:

1. Pelaksanaan pekerjaan

Lingkup pekerjaan berupa barang yang akan diadakan harus sesuai dengan

daftar kuantitas dan harga. PT Merapi Utama Pharma harus menyediakan barang

yang memenuhi spesifikasi dan standar yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis dan

gambar yang disusun berdasarkan standar yang ditetapkan dalam SSKK. Selama

berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, KPA jika dipandang perlu dapat mengangkat

pengawas pekerjaan yang berasal dari personil KPA. Pengawas pekerjaan

berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Dalam melaksanakannya,

pengawas pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan KPA. Jika tercantum dalam

SSKK, pengawas pekerjaan dapat bertindak sebagai wakil sah KPA. PT Merapi

Utama Pharma berkewajiban untuk melaksanakan semua perintah pengawas

pekerjaan yang sesuai dengan kewenangan pekerjaan dalam kontrak ini. Pemeriksaan

bersama dilakukan apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan perjanjian

kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma, KPA

bersama-sama dengan penyedia melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan, untuk

pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat membentuk panitia/pejabat peneliti

pelaksanaan kontrak atas usul KPA. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam

berita acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi

kontrak, maka harus dituangkan dalam addendum kontrak.

Jadwal, tempat dan ruang lingkup inspeksi sesuai SSKK. Biaya pelaksanaan

inspeksi termasuk dalam harga kontrak. PT Merapi Utama Pharma berkewajiban

untuk menyelesaikan pengiriman barang sesuai dengan jadwal pengiriman. Dokumen

rincian pengiriman dan dokumen terkait lainnya diatur dalam SSKK. Sarana

(85)

88

transportasi yanag dipakai diatur dalam SSKK. Untuk barang-barang yang mudah

rusak atau berisiko tinggi, PT Merapi Utama Pharma harus memberikan informasi

secara rinci tentang cara penanganannya.

PT Merapi Utama Pharma harus mengasuransikan barang-barang yang akan

diserahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

ketentuan yang tercantum dalam SSKK. Penyedia harus mengasuransikan pengiriman

barang-barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan ketentuan yang tercantum dalam SSKK. Asuransi terhadap barang harus

diteruskan sampai ke tempat tujuan akhir, sebagaimana ditetapkan dalam SSKK.

Semua biaya penutupan asuransi telah termasuk dalam nilai kontrak.

PT Merapi Utama Pharma bertanggungjawab untuk mengatur pengangkutan

barang (termasuk pemuatan dan penyimpanan) sampai dengan tempat tujuan

pengiriman. Transportasi barang harus diteruskan sampai dengan tempat tujuan akhir

sebagaimana ditetapkan dalam SSKK. Semua biaya transportasi (termasuk pemuatan

dan penyimpanan) telah termasuk di dalam nilai kontrak. Semua risiko terhadap

kerusakan atau kehilangan barang tetap berada pada PT Merapi Utama Pharma dan

tidak akan beralih kepada KPA sampai dengan tempat tujuan pengiriman.

KPA berhak untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian atas barang untuk

memastikan kecocokannya dengan spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan

dalam kontrak. Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan sendiri oleh PT Merapi

Utama Pharma dan disaksikan oleh KPA atau diwakilkan kepada pihak ketiga. Biaya

pemeriksaan dan pengujian ditanggungjawab oleh PT Merapi Utama Pharma.

Pemeriksaan dan pengujian dilakukan di tempat yang ditentukan dalam SSKK

dan dihadiri oleh KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan. PT Merapi

Utama Pharma berkewajiban untuk memberikan akses kepada KPA dan/atau

pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan tanpa biaya. Jika pemeriksaan dan pengujian

dilakukan di luar tempat tujuan akhir maka semua biaya kehadiran KPA dan/atau

(86)

89

pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan merupakan tanggungan KPA. Atas

pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang terpisah dari serah terima barang, KPA

dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan membuat berita acara pemeriksaan

yang ditandatangani oleh KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan dan

PT Merapi Utama Pharma.

Hasil uji coba dituangkan dalam berita acara. Apabila pengoperasian barang

tersebut memerlukan keahlian khusus maka harus dilakukan pelatihan kepada KPA

oleh PT Merapi Utama Pharma, biaya pelatihan termasuk dalam harga barang.

Apabila hasil uji coba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam kontrak,

maka PT Merapi Utama Pharma memperbaiki atau mengganti barang tersebut,

dengan biaya sepenuhnya ditanggung PT Merapi Utama Pharma.

Waktu penyelesaian pekerjaan, kecuali kontrak diputuskan lebih awal,

penyedia berkewajiban menyelesaikan pekerjaan selambat-lambatnya pada tanggal

penyelesaian yang ditetapkan dalam SSKK. Jika pekerjaan tidak selesai pada tanggal

penyelesaian bukan akibat keadaan kahar atau peristiwa kompensasi karena

kesalahan atau kelalaian penyedia dikenakan denda. Jika keterlambatan tersebut

semata-mata disebabkan oleh peristiwa kompensasi maka KPA dikenakan kewajiban

pembayaran ganti rugi. Denda atau ganti rugi tidak dikenakan jika tanggal

penyelesaian disepakati oleh para pihak untuk diperpanjang.

Perpanjangan waktu, jika terjadi peristiwa kompensasi sehingga penyelesaian

pekerjaan akan melampaui tanggal penyelesaian maka PT Merapi Utama Pharma

berhak untuk meminta perpanjangan tanggal penyelesaian berdasarkan data

penunjang. KPA berdasarkan pertimbangan pengawas pekerjaan memperpanjang

tanggal penyelesaian harus dilakukan melalui addendum kontrak jika perpanjangan

tersebut mengubah masa perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue

melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT

Merapi Utama Pharma.

(87)

90

KPA berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah yang akan diajukan dalam penulisan ini adalah Bagaimana bentuk perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Bagaimana

53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pemahaman

(kontrak) antara Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara.

3.5 Kebutuhan Peralatan Untuk Penataan Arsip Pada Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara

i dalam LAKIP 2011 ini, penjelasan pengukuran pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara berdasarkan pencapaian indikator kinerja masing-masing

ecara umum seluruh program dan kegiatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2010 telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana

Hubungan Karakteristik Individu dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dimensi Adil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ... Hubungan Gaya

Diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut.Prioritas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ke depan dalam peningkatan kesehatan ibu adalah (1) Perluasan dan