• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkah Laku Anak Prasekolah Dengan Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja Di Lingkungan IXX Dan XX Kelurahan Kwala Bekala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Tingkah Laku Anak Prasekolah Dengan Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja Di Lingkungan IXX Dan XX Kelurahan Kwala Bekala"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN TINGKAH LAKU ANAK PRASEKOLAH

DENGAN IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA

DI LINGKUNGAN IXX DAN XX

KELURAHAN KWALA BEKALA

KECAMATAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Oleh

Veronika Boangmanalu 121121039

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

iii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkah Laku Anak Prasekolah dengan Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata,M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNs selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNs selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNs Pembantu Dekan 3 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

(5)

iv

7. Ibu-ibu di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala yang mempunyai anak usia prasekolah yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.

8. Teristimewa kepada orang tua penulis, Osmar Boangmanalu dan Elmin Cibro yang selalu memberikan motivasi, dukungan moral maupun material serta yang tiada henti mendoakan penulis.

9. Saudara- saudara saya Septo Boangmanalu, Lolo Ardy Boangmanalu dan

Enny Boangmanalu yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

10. Teman-teman angkatan 2012 yang saling memberikan dukungan dan berjuang bersama dalam pengerjaan skripsi, dan

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2014

(6)

v

3. Tujuan Penelitian... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ... 6

1.1 Pengertian Tumbuh Kembang ... 6

1.2 Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ... 6

2. Tingkah Laku ... 11

2.1 Pengartian Tingkah Laku ... 11

2.2 Jenis Tingkah Laku ... 12

2.3 Faktor Pembentukan Tingkah Laku ... 12

2.4 Pembentukan Tingkah Laku ... 15

2.5 Proses Pembentukan Tingkah Laku ... 16

3. Ibu ... 17

3.1 Ibu Bekerja ... 19

3.2 Ibu Tidak Bekerja ... 23

Bab 3. Kerangka Konsep ... 25

1. Kerangka Konsep ... 25

2. Defenisi Operasional ... 26

3. Hipotesa penelitian ... 27

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 28

(7)

vi

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 36

1. Hasil Penelitian ... 36

1.1 Karakteristik demografi responden ... 36

1.2 Tingkah laku anak usia prasekolah ... 38

1.3 Perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja ... 42

2. Pembahasan ... 43

2.1 Karakteristik responden ... 43

2.2 Tingkah laku anak ... 44

2.3 Perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja ... 46

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 48

1. Kesimpulan ... 48

2. Saran ... 49

2.1 Ibu ... 49

2.2 Pelayanan kesehatan ... 49

2.3 Penelitian selanjutnya ... 50 Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

1. Lembar persetujuan responden 2. Kuisioner penelitian

3. Tabel uji relibilitas 4. Surat uji validitas 5. Surat survey

6. Surat ijin penelitian

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi ... 37 Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan koesioner

tingkah laku anak dengan ibu bekerja ... 38 Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan koesioner

tingkah laku anak dengan ibu bekerja ... 40 Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan kategori tingkah laku anak ... 41 Tabel 5.5 Perbedaan tingkah laku anak prasekolah

(9)

viii

DAFTAR SKEMA

(10)

ix

Judul : Perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di Lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Nama Mahasiswa : Veronika Boangmanalu

NIM : 121121039

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2014

Abstrak

Tingkah laku merupakan aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perkembangan tingkah laku anak usia prasekolah memiliki kebutuhan sosial, belajar mengenal bahaya, mengetahui peraturan sosial dan kebersihan, belajar tentang adanya reward dan punishment serta mampu menggunakan konsep berbahasa, dan mulai menghindari celaan dan hukuman. Salah satu faktor pembentukan tingkah laku adalah adanya peran ibu yang selalu medidik anak dalam setiap tumbuh kembangnya. Dengan memberikan tanggung jawab pengasuhan kepada orang lain sering menimbulkan penyimpangan tingkah laku pada anak. Penelitian ini adalah penelitian komparatif yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di Lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor. Tehknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sehingga dimperoleh jumlah sampel 96 orang yang terdiri dari 48 ibu bekerja dan 48 ibu tidak bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden berada pada kelompok umur 20- 39 tahun 35 orang (73%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 20 orang (42%), memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 20 orang (42%), bersuku batak sebanyak 19 orang (40%) dan berjenis kelamin anak perempuan sebanyak 29 orang (60%). Pada ibu tidak bekerja mayoritas responden berada pada kelompok ummur 20-39 tahun sebanyak 41 orang (85%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 34 orang (71%), bersuku batak sebanyak 43 orang (90%), anak mayoritas berusia 5 tahun 21 orang (44%) dan memiliki jumlah yang sama antara anak perempuan dan laki- laki. Berdasarkan hasil penelitian tingkah laku anak pada ibu bekerja mayoritas baik sebanyak 44 orang (91,7%) dan pada ibu tidak bekerja mayoritas baik sebanyak 47 orang (97,9%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,362 maka dapat disimpulkan tidak ada beda proporsi tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di Lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor. Penelitian membuktikan bahwa tidak ada beda yang signifikan antara tingkah laku anak dari ibu bekerja dan tidak bekerja maka disarankan kepada ibu bekerja yang membagi waktu antara pekerjaan dan mengasuh anak sebaiknya menjaga dan meningkatkan kualitas waktu kebersamaan ibu dan anak.

(11)

x

Title : The Differences of Behavior of Preschool Children With Working and Non- Working Mothers in The IXX and XX Area Kwala Village Bekala District Medan Johor

Name : Veronika Boang Manalu

Student Number : 121121039

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

The behavior is the action and reaction of the organism to its environment. The development of preschool children's behavior have social needs, learn to recognize danger, know the social rules and sanitation, learn about the existence of reward and punishment and be able to use the concept of language, and begin to avoid reproach and punishment. One of the factors forming behavior is the role of a mother who always educates every child in the growth. By giving the caregiving responsibilities to others often cause deviations in the behavior of child. It is a comparative research that aims to see the differences of behavior of preschool children with working and non-working mothers in IXX and XX Area Kwala Village Bekala District Medan Johor.The sampling technique using simple random sampling obtaining samples of 96 people consisting of 48 working mothers and 48 non-working mothers. The results of this research showed the majority of respondents were in the age group of 20-39 years were 35 people (73%), level of high school education were 20 people (42%), have the self-employed work as many as 20 people (42%), Batak ethnics as many as 19 people (40%) and girls sex were 29 people (60%). The majority of non-working mothers respondents were in the 20-39 age group were 41 people (85%), high school education level as many as 34 people (71%), Batak ethnics as many as 43 people (90%), the majority of children were 5 years old namely 21 people (44%) and girls and boys have the same number. Based on the results of the research the behavior of children of working mothers were good in majority as many as 44 persons (91.7%), and children of non-working mothers good as a majority of 47 persons (97%). Test results obtained from the statistical, value of P value is 0.362, it can be concluded no different proportions behavior of preschool children with working and non- working mothers in IXX and XX Area Kwala Village Bekala District Medan Johor. The research has shown that there is no significant difference of children behavior of working and non- working mothers, it is suggested that working mothers who divide their time between work and caring for children should maintain and improve the quality of mother and child time together.

(12)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak prasekolah merupakan anak dengan rentang usia tiga sampai enam tahun (Wong, 2009). Anak di usia ini mempunyai ciri perkembangan seperti anak mulai cerewet, banyak bertanya, dan rasa ingin tahu yang disebabkan perkembangan kognitif anak (Hidayat, 2009). Apabila rasa ingin tahu ini mendapat tanggapan yang baik dari orang tuanya, anak akan berkembang dengan kepercayaan diri dan memiliki tingkat pemahaman yang baik terhadap dunia sekitar (Hidayat, 2009).

Tingkah laku atau perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung dan tidak langsung (Notoatmodjo, 2003). Tingkah laku dapat muncul karena adanya rangsangan atau dorongan dari luar diri manusia tersebut (Purwanto, 2003).

(13)

Pada anak rangsangan pertama kali diperoleh dari keluarga, terutama ibu. Lingkungan keluarga terutama orang tua memberi pengaruh terbesar dalam pembentukan perilaku pada anak (Olweus, 2003 dalam Anisa, 2012). Ibu memiliki peran sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Ibu memiliki tanggung jawab lebih dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis anak. Dengan adanya emansipasi wanita, para wanita mulai mengembangkan dirinya dengan meniti karir dan bekerja di luar rumah sehingga waktu untuk keluarga terutama anak menjadi berkurang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat secara signifikan. Selama Agustus 2006 – Agustus 2007 jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang.

(14)

Hasil penelitian Hikmah (2005) diperoleh hasil, 4,20% responden menunjukkan pola asuh anak usia balita mempengaruhi perkembangan tingkah laku anak. Pembentukan watak anak juga sangat dipengaruhi oleh peran ibu meskipun ibu bekerja di luar rumah, karena bagaimanapun juga ibu adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap anak meski anak telah diasuh oleh orang lain (Hurlock, 2007).

(15)

yang terlibat kejahatan hukum dan kenakalan dapat diprediksikan bahwa cukup banyak anak yang mengalami gangguan perilaku.

Peran orang tua khususnya ibu sebagai orang terdekat anak memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pola tingkah laku anak serta kepribadian anak yang akan membangun sebuah perilaku sosial diluar keluarga. Ibu tidak akan terlepas dari tugas utamanya mengasuh anak walaupun ibu bekerja di luar rumah.

Dengan meningkatnya jumlah ibu yang bekerja perlu dikaji dampak positif dan negatif dari ibu bekerja dan tidak bekerja terhadap tingkah laku anak. Oleh karena itu peneliti mengambil judul perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.

3. Tujuan penelitian 3.1 Tujuan umum:

Untuk mengetahui perbedaan tingkah laku anak dengan ibu bekerja dan tidak bekerja.

3.2 Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui karakteristik responden.

(16)

c. Untuk mengetahui tingkah laku anak masa prasekolah dengan ibu tidak bekerja.

d. Untuk menguji perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja.

4. Manfaat Penelitian 4.1 Bagi orang tua

Memberikan informasi kepada orang tua khususnya ibu tentang perbedaan tingkah laku anak usia prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja.

4.2 Bagi pendidikan keperawatan

Sebagai pengembangan ilmu, khususnya bidang keperawatan anak tentang tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja. 4.3 Bagi pelayanan keperawatan

Memberikan informasi tentang perbedaan tingkah laku anak usia prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja.

4.4 Bagi penelitian

(17)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tumbuh kembang anak prasekolah 1.1 Pengertian tumbuh kembang

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong, 2009).

Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh, seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. Masa perkembangan anak merupakan suatu hal yang khusus, sebagai masa bertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan fungsi yang ada dalam diri anak, termasuk perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang berlangsung secara serentak dan seimbang (multidimensional) dalam Pedodonsia dasar, 2008.

1.2 Tumbuh kembang anak prasekolah a. Pertumbuhan fisik

(18)

Sebagian sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stress dan perubahan moderat ( Wong, 2009).

Perkembangan motorik terjadi pada sebagian besar peningkatan kekuatan dan penghalusan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya seperti berjalan, berlari, dan melompat. Namun perkembangan otot dan pertumbuhan tulang masih jauh dari matur. Aktivitas berlebihan dan kelebihan berolahraga dapat mencederai jaringan yang masih halus. Postur yang baik, latihan yang tepat dan nutrisi yang adekuat serta istrahat sangat penting untuk perkembangan sistem muskuloskeletal yang optimal (Wong, 2009).

b. Perkembangan motorik kasar dan motorik halus

Berjalan, berlari, memanjat dan melompat telah tercapai dengan baik pada usia 36 bulan. Penghalusan koordinasi mata- tangan dan otot jelas terbukti di beberapa area. Pada usia 3 tahun anak prasekolah mampu mengendarai sepeda roda tiga, berjalan jinjit, berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik dengan seimbang dan lompat jauh. Pada usia 4 tahun anak mampu melakukan lompat dengan satu kaki dengan lancar. Pada usia 5 tahun anak melompat tali dengan kaki bergantian, dan mulai bermain di papan luncur dan berenang (Wong, 2009).

c. Perkembangan psikososial

(19)

dalam kemampuan aktivitas yang dilakukan. Konflik yang timbul ketika anak melampaui batas kemampuan yang dimilikinya sehingga anak akan mengalami rasa bersalah. Pada masa ini akan timbul rasa persaingan antara anak dengan orang tua tau teman sebaya yang jenis kelaminnya sama dengan anak tersebut dan berusaha untuk menyingkirkan sainganya (Wong, 2009). d. Perkembangan kognitif

Salah satu tugas perkembangan anak prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan ditentukan bahwa usia anak mulai sekolah pada usia 5 dan 6 tahun. Salah satu transisi utama dalam pola pikir anak adalah perpindahan dari pikiran egosentris total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Bahasa terus berkembang selama periode ini. Berbicara masih menjadi pembawa komunikasi egosentris. Anak prasekolah beranggapan bahwa setiap orang berpikir seperti yang mereka pikirkan dan penjelasan singkat mengenai pikirannya membuat pemikirannya dipahami orang lain. Untuk anak kelompok usia prasekolah metode yang paling menyenangkan dan efektif untuk memahami, menyesuaikan, dan mengembangkan pengalaman hidup adalah melalui bermain (Wong, 2009).

e. Perkembangan moral

(20)

2 sampai 4 tahun) menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk bergantung pada hasilnya berupa hukuman atau penghargaaan.

Pada usia 4 sampai 7 tahun segala tindakan anak ditujukan ke arah pemuasan kebutuhan sendiri dan jarang ditujukan kepada orang lain. Pada masa ini anak memiliki rasa keadilan yang sangat konkret ( Wong, 2009). f. Perkembangan sosial

Selama periode prasekolah proses individualisasi, perpisahan sudah konkret. Anak prasekolah telah mengatasi banyak ansietas yang berhubungan orang asing dan ketakutan akan perpisahan. Anak dapat berhubungan dengan orang yang tidak dikenal dengan mudah dan menoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protoes. Perpisahan yang lama yang diakibatkan hospitalisasi, sudah dapat direspon anak dengan mudah.

Anak dapat mengalami perubahan rutinitas harian lebih baik, anak memperoleh kenyamanan dari benda-benda yang sudah dikenal seperti mainan, boneka, atau foto anggota keluarga. Anak dapat mengatasi ansietas, ketakutan, dan fantasi yang tidak terselesaikan melalui bermain (Wong, 2009).

g. Perkembangan bahasa

(21)

Bahasa menjadi model komunikasi dan interaksi sosial yang utama. Peningkatan pembendaharaan kata mulai dari 300 kata pada usia 2 tahun, menjadi 2100 kata pada akhir tahun kelima. Struktur kalimat, penggunaan tata bahasa, dan inteligibilitas juga meningkat sampai ke tingkat yang lebih dewasa.

Anak berusia antara 3 dan 4 tahun membentuk kalimat yang terdiri dari sekitar tiga samapai empat kata dan hanya memasukkan kata- kata terpenting dalam menyampaikan sebuah makna yang diistilahkan telegrafik

karena kalimatnya singkat. Anak berusia tiga tahun banyak bertanya dan menggunakan bentuk jamak, kata ganti yang benar. Anak dapat menyebutkan nama objek nama objek yang dikenal seperti bintang, bagian tubuh, kerabat, dan teman.

(22)

h. Perkembangan tingkah laku anak

Pola tingkah laku dan perkembangan kepribadian di masa ini, perlu perhatian khusus dalam memperkuat sifat, sikap, kebiasaan, dan perilaku baik, cara berbicara sopan, agar memasuki masa sekolah lebih menyenangkan, sehingga terbentuk suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan moral yang ada di masyarakat dan sikap serta pola sosial yang baik di luar lingkungan keluarga. Tingkah laku yang timbul mengarah ke moral (baik dan buruk) serta sikap dan cara berbicara dan bersosialisasi (Robert, 2000 dalam Anisa, 2012 ).

Pada umur 1,5 – 3 tahun, tingkah laku anak yaitu anak mempunyai kebutuhan sosial, belajar atau mengenal bahaya, mengetahui peraturan dan disiplin, belajar mematuhi peraturan sosial dan mengetahui kebersihan, anak belajar adanya hadiah atau hukuman (Reward and Punishment).

(23)

2. Tingkah laku

2.1 Pengertian tingkah laku

Tingkah laku merupakan suatu bentuk aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Tingkah laku sebagai respon terhadap stimulus akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya (Suryani & Widyasih, 2005).

Bentuk perilaku manusia terdiri dari perilaku yang tidak tampak (covert behavior) dan perilaku tampak (overt behavior). Perilaku yang tidak tampak dapat berupa: berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi, pengetahuan. Sedangkan perilaku tampak misalnya berjalan, berbicara, bereaksi, berpakain, dan lain sebagiannya (Suryani & Widyasih, 2005). 2.2 Jenis tingkah laku

Skinner (1997) dalam (Suryani & Widyasih, 2005) membedakan perilaku menjadi 2 yaitu perilaku yang alami (innate behavior) yaitu perilaku yang dibawa organisme semenjak dilahirkan, yaitu berupa refleks-refleks dan insting dan perilaku operan (operant behavior) yaitu, perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.

(24)

perilaku psikologis ialah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia yang dibentuk, perilaku yang dipelajari melalui proses belajar.

2.3 Faktor pembentukan tingkah laku 2.3.1 Perkembangan psikologis

Perkembangan psikologis anak merupakan suatu tahapan yang rumit dan sulit dipahami, walaupun manifestasinya terlihat dari luar berupa aksi, sikap dan kepribadian anak. Perkembangan psikologis juga erat hubungannya dengan usaha untuk memiliki pengetahuan, keahlian dan kebutuhan emosional.

Suasana pematangan psikologis dan fisik disusun menurut suatu rencanan dan urutan yang sesuai dengan bawaan dan tidak mudah dipengaruhi oleh faktor yang dapat mempercepat perkembangan itu. Seorang anak tidak dapat dilatih untuk mempunyai tingkah laku tertentu, sebelum anak cukup matang atau sebelum ia sampai pada suatu taraf tertentu yang memungkinkan latihan itu dapat berhasil.

(25)

kekuatan yang diperoleh dari segi keturunan dari seorang anak. Sebaliknya bila suasana lingkungan tidak baik dapat menghambat bakat-bakat yang ada.

2.3.2 Pengaruh orang tua

Pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi pembentukan tingkah laku anak (Sunarti, 2004 dalam Purba.H.I, 2011). Dalam keluarga orang tua mengajarkan anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan di luar rumah, dengan mengajarkan aturan baik dan buruk yang dimulai dari lingkungan dalam rumah.

2.3.3 Keadaan fisik anak

Keadaan fisik anak seperti sehat sakit. Anak yang sakit cenderung lebih manja dan membutuhkan perhatian yang lebih dari orang tuanya.

2.3.4 Rasa takut.

(26)

sadar akan perangsang-perangsang yang menimbulkan rasa takut dan dapat mengenalnya satu demi satu. Seorang anak berusaha menyesuaikan diri terhadap pengalaman yang berbeda-beda dan mencoba menghindarkan diri jika ia tidak mengupas masalahnya secara lain. Jika anak merasa tak sanggup untuk mengatasi keadaan dan melarikan diri dari masalah tersebut, maka rasa takut menjadi sensitif. Anak memperoleh rasa takut yang baru sedangkan yang lama belum terpecahkan.

2.4 Pembentukan tingkah laku

2.4.1 Pembentukan perilaku dengan kebiasaan (kondisioning) Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya terbentuk perilaku. Pembentukan perilaku ini didasarkan teori belajar kondisioning yang dikemukakan oleh Pavlov maupun Thorrndike dan Skinner bahwa pemberntukan perilaku dilaksanakan dengan kondisioning atau kebiasaan.

2.4.2 Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Cara ini berdasarkan atas teori kognitif, yaitu belajar dengan disertai pengertian. Pembentukan perilaku ini didukung eksperimen Kohler yang mengatakan bahwa hal penting dalam proses belajar adalah pengertian atau insting.

2.4.3 Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

(27)

dipimpinnya. Teori yang mendukung pembentukan perilaku ini adalah teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Badura (1997) dalam (Suryani & Widyasih, 2005).

2.5 Proses pembentukan tingkah laku

Tingkah laku bukanlah warisan orang tua, namun terjadi setelah melalui interaksi dengan lingkungannya. Tingkah laku sebagai sesuatu yang baru, terbentuk melalui proses panjang. Menurut Krathwohl (Hikmah, 2004) bahwa proses pembentukan sikap yang merupakan permulaan terbentuknya tingkah laku melalui tahapan-tahapan: a) Penerima, pada taraf ini anak akan menyadari nilai-nilai tersebut dalam menerimanya. b) Memberikan jawaban atau respon, pada taraf ini anak tidak hanya menerimanya saja, tetapi telah memberi jawaban. c) Menilai, pola taraf ini akan mulai membentuk suatu sistem nilai pada dirinya, kemudian sistem ini dijadikan bagian dari dunianya. d) Organisasi, anak mengorganisasikan sistem nilainya sehingga menjadi keutuhan yang bulat. Ini meneliti semua nilai yang telah diambilnya tadi mungkin ada yang ditambah atau yang dibuang, sehingga dengan demikian sikap yang menjadi teguh dan konsisten, tidak akan digoyahkan.

(28)

komponen-komponen yang dianggap bisa membentuk tingkah laku tersebut. c) Menyusun komponen-komponen tersebut secara sistematis. d) Mengidentifikasi hadiah (penguat) tiap-tiap komponen secara sistematis. e) Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan memakai urutan komponen-komponen yang telah disusun.

Pembentukan tingkah laku ini timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu kemudian timbulnya respon. Respon ini bersifat memperkuat, misalnya anak melakukan perbuatan belajar menyanyi setelah selesai lalu diberi hadiah, maka saat-saat berikutnya akan lebih giat menyanyi. Cara pemberian hadiah tidak berlaku terus menerus, melainkan terbatas sampai terbentuknya komponen tingkah laku. Tetapi ada juga bagi anak, bahwa pembentukan dengan jalan pembiasaan dan pengalaman hidup yang ditanamkan sejak kecil dengan cara pembiasaan pada diri anak dan pemberian keteladanan, merupakan faktor yang paling dominan dalam pembentukan pribadi anak pada kehidupan kelak. Ross (1908) dalam Hikmah (2004) mengatakan faktor situasional dan sosial merupakan faktor utama pembentuk perilaku.

3. Ibu

(29)

1995, dalam Purba.H.I, 2011). Dalam keluarga ibu memiliki banyak peran. Peran ibu dalam keluarga adalah:

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis

Manusia dilahirkan dalam keadaan seutuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri kepada orang lain terutama ibu (Purwanto, 2003). Kedudukan ibu dikeluarga sangat penting , pentingnya seorang ibu terlihat sejak kelahiran anaknya, ibu harus memberikan susu untuk kelangsungan hidup anaknya. Singgih mengemukakan bahwa ibu berperan sebagai pusat logistik di awal kelahiran anak, untuk memenuhi kebutuhan fisik, fisiologis, agar anak dapat bertahan hidup. Seiiring tumbuh kembang anak, peran ibu juga berkembang tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik dan fisiologis semata, tetapi berkembang untuk memenuhi kebutuhan sosial dan psikis.

b. Peran ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak

Ibu berperan dalam mendidik anak dan mengembangkan kerpibadiannya. Dalam menerapkan disiplin pada anak, ibu harus konsisten dengan peraturan dan kebiasaan yang telah dilakukan.

c. Peran ibu sebagai teladan

(30)

d. Pemberi rangsangan dan pelajaran

Seorang ibu juga memberi rangsangan sosial bagi perkembangan anak. Sejak bayi pendekatan ibu dan percakapan ibu memberi rangsangan bagi perkembangan anak, kemampuan berbicara, dan pengetahuan lainnya. e. Sebagai istri

Selain peran utama ibu dalam keluarga, ibu juga memiliki peran mencari nafkah untuk penghasilan tambahan bagi keluarga (Effendy, 2000). Selain bekerja di luar rumah, ibu juga harus mengasuh anak dengan memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

3.1 Ibu bekerja

Ibu bekerja adalah ibu yang melakukan suatu kegiatan di luar rumah dengan tujuan untuk mencari nafkah untuk keluarga. Selain itu salah satu tujuan ibu bekerja adalah suatu bentuk aktualisasi diri guna menerapkan ilmu yang telah dimiliki ibu dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya (Santrock, 2007).

Alasan yang mendorong ibu untuk bekerja (Gunarsa, 2000) adalah:

(31)

ibu harus bekerja, b) karena ingin mempunyai atau membina pekerjaan. Hal ini terjadi sebagai wujud aktualisasi diri ibu, misalnya bila ibu seorang sarjana akan lebih memilih bekerja untuk membina pekerjaan, c) proses untuk mengembangkan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang lain dan menambah pengalaman hidup dalam lingkungan pekerjaan, d) karena kesadaran bahwa pembangunan memerlukan tenaga kerja baik tenaga kerja pria maupun wanita. Hal ini terjadi karena ibu mempunyai kesadaran nasional yang tinggi bahwa negaranya memerlukan tenaga kerja demi melancarkan pembangunan, e) pihak orang tua dari ibu yang menginginkan ibu untuk bekerja, f) karena ingin memiliki kebebasan finansial, dengan alasan tidak harus bergantung sepenuhnya pada suami untuk memenuhi kebutuhan sendiri, misalnya membantu keluarga tanpa harus meminta dari suami, g) bekerja merupakan suatu bentuk penghargaan bagi ibu, h) bekerja dapat menambah wawasan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pola asuh anak.

(32)

adalah orang – orang yang mengasuh dan cara penerapan larangan atau keharusan yang dipergunakan. Larangan maupun keharusan terhadap pola pengasuhan anak beraneka ragam tetapi, prinsipnya adalah cara pengasuhan anak harus mengandung sifat: pengajaran (instructing), pengganjaran (rewarding) dan pembujukan (inciting) (Sunarti, 2004 dalam Purba, H.I, 2011).

Pengaruh ibu yang bekerja pada hubungan anak dan ibu, sebagian besar bergantung pada usia anak pada waktu ibu mulai bekerja. Jika ibu mulai bekerja sebelum anak telah terbiasa selalu bersamanya, yaitu sebelum suatu hubungan tertentu terbentuk, maka pengaruhnya akan minimal. Tetapi jika hubungan yang baik telah terbentuk, anak itu akan menderita akibat deprivasi maternal, kecuali jika seorang pengganti ibu yang memuaskan tersedia, yaitu seorang pengganti yang disukai anak dan yang mendidik anak dengan cara yang tidak akan menyebabkan kebingungan atau kemarahan di pihak anak (Hurlock, 2007).

Dampak ibu bekerja terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, status ibu bekerja tentu saja memilki dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif.

a. Dampak positif ibu bekerja

(33)

Ibu yang bekerja akan memiliki penghasilan yang dapat menambah pendapatan rumah tangga. Essortment, 2002 dalam McIntosh dan Bauer (2006), mengatakan bahwa dengan pendapatan rumah tangga yang ganda (suami dan istri bekerja), banyak wanita lebih mampu menentukan banyak pilihan untuk keluarga mereka di dalam hal nutrisi dan pendidikan.

b. Dampak Negatif Ibu Bekerja

Akibat jam kerja, waktu kebersamaan (quality time) antara ibu dan anak pun akan berkurang (Glick, 2002). Sehingga perkembangan mental dan kepribadian anak akan terganggu, mereka lebih sering mengalami cemas akan perpisahan (separation anxiety) merasa dibuang dan cenderung mencari perhatian di luar rumah serta kenakalan remaja. (Mehrota, 2011). Hal ini dikarenakan akibat jadwal kerja yang terlalu sibuk, mengakibatkan para ibu tidak dapat mengawasi dan ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan anak. Menurut penelitian yang dilakuka n oleh Soekirman dalam Glick (2002), ibu yang bekerja selama lebih dari 40 jam perminggunya memiliki dampak negatif bagi tumbuh kembang anak.

(34)

3.2 Ibu tidak bekerja

Ibu yang tidak bekerja memiliki tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga. Dalam konteks inilah peran seorang ibu berlaku, yaitu mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya (Santrock, 2007).

Ibu yang tidak bekerja dapat lebih memahami bagaimana sifat dari anak - anaknya. Karena sebagian besar waktu yang dimiliki ibu yang tidak bekerja dihabiskan di rumah sehingga bisa memantau kondisi perkembangan anak. Kebanyakan pekerjaan yang dilakukan ibu di rumah meliputi membersihkan, memasak, merawat anak, berbelanja, mencuci pakaian, dan mendisiplinkan. Dan kebanyakan ibu yang tidak bekerja seringkali harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah sekaligus (Santrock, 2007). Namun, karena ikatan kasih sayang dan melekat dalam hubungan keluarga pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh ibu memiliki arti yang kompleks dan juga berlawanan (Villiani, 1997 dalam Santrock, 2007). Banyak perempuan merasa pekerjaan rumah tangga itu tidak cerdas namun penting. Mereka biasanya senang memenuhi kebutuhan orang - orang yang mereka kasihi dan mempertahankan kehidupan keluarga, karena mereka merasa aktivitas tersebut menyenangkan dan memuaskan.

(35)

mengontrol pekerjaan mereka sendiri, dan mereka hanya perlu memenuhi standart mereka sendiri. Namun, pekerjaan rumah tangga perempuan sering kali menyebalkan, melelahkan, kasar, berulang-ulang, mengisolasi, tidak terselesaikan, tidak bisa dihindari dan sering kali tidak di hargai (Santrock, 2007)

Namun semua perempuan secara kodrat harus menerima peran yang harus dijalankan, yaitu sebagai istri sekaligus ibu dari anak- anaknya dan menjalankan perannya sebagai ibu dalam keluarga yang memiliki tanggung jawab penuh untuk megatur rumah tangga.

(36)

25 Anak dengan ibu

bekerja

Ibu tidak bekerja

Tingkah laku anak

prasekolah

Overt (tampak)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan pengaruh pola asuh ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap tingkah laku anak serta melihat apakah ada perbedaan tingkah laku antara anak dengan ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja.

Variabel independen yang memberi pengaruh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Dan variabel dependennya adalah tingkah laku anak prasekolah.

Variabel independen

Variabel dependen

Keterangan:

: diteliti

Skema 1. Kerangka konsep penelitian.

(37)

2. Defenisi operasional

No. Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala 1 Variabel independen:

Ibu bekerja untuk keluarga, yang mempunyai anak

(38)

3. Hipotesa penelitian

(39)

28

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengeidentifikasi perbedaan pola tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di Kelurahan Kwala Bekala Medan Johor.

2. Populasi dan sampel 2.1 Populasi

Populasi ibu yang mempunyai anak usia prasekolah di lingkungan IXX dan XX kelurahan Kwala Bekala adalah 215 orang, ibu bekerja sekitar 95 orang dan ibu tidak bekerja adalah 120 orang (Lurah Kuala Bekala, data Desember 2012)

2.2 Sampel

Dari jumlah populasi yang ada maka ditentukan sampel dengan menggunakan rumus:

N n =

1 + N (d)² Keterangan:

(40)

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1) Jumlah sampel ibu yang bekerja:

95

Jumlah sampel ibu yang tidak bekerja: 120

Berdasarkan perhitungan rumus diatas ditemukan total sampel 96 orang yang terdiri dari 48 orang untuk ibu yang bekerja dan 54 orang ibu yang tidak bekerja, maka untuk membandingkan kelompok ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja perlu menyeimbangkan sampel masing- masing kelompok dan ditentukan jumlah sampel 48 orang untuk setiap kelompok.

(41)

Adapun kriteria inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Ibu bekerja yang mempunyai anak usia prasekolah di lingkungan

IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala.

b. Ibu tidak bekerja yang mempunyai anak usia prasekolah di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala.

c. Dapat berkomunikasi dan mampu membaca dalam bahasa Indonesia

d. Bersedia untuk menjadi responden yang dinyatakan secara tertulis dengan menandatangani surat perjanjian menjadi responden penelitian.

Kriteria ekslusi sampel yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Anak yang mengalami retardasi mental.

3. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan IXX dan XX kelurahan Kwala Bekala Medan Johor, dengan alasanlingkungan ini telah memenuhi kriteria sampel dan jarak antara kedua lingkungan yang berdekatan dan mudah di jangkau peneliti untuk melakukan penelitian. Dengan memilih dua lingkungan dari 20 lingkungan telah mencukupi jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari April 2013 sampai Februari 2014. 5. Pertimbangan etik

(42)

kelurahan, maka dilakukan pendekatan kepada reponden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada saat penelitian yaitu: 1) self determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk menjadi responden penelitian, 2) inform consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian, maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3)

anonimity, penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar persetujuan data, tetapi memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan, 4) confidentially, penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok tertentuyang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

6. Instrumen penelitian

Untuk mendapatkan informasi dari responden tentang perbedaan pola tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di lingkungan IXX dan XX kelurahan Kuala Bekala, maka alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu:

b. Kuesioner data demografi yang berisikan data demografi dari responden berupa usia, jenis pekerjaan, suku, dan pendidikan terakhir, usia anak, jenis kelamin anak.

(43)

dilakukan dalam aktivitasnya sehari-hari. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala Likert yang mana jawaban responden dibuat dalam tiga skala. Pilihan jawaban yang digunakan adalah selalu (SL) = 3, jarang (JR) = 2, tidak pernah (TP) = 1. Skor tertinggi untuk tingkah laku adalah 75 dan terendah adalah 25. Penilaian gaya perilaku anak merupakan hasil observasi ibu sendiri. Setiap jawaban yang diberikan responden adalah benar.

Pengkategorian masing-masing penilaian dilakukan dengan menggunakan panjang kelas (p) berdasarkan rumus statistik yaitu:

P= Range

i Keterangan:

P : panjang kelas

Range : rentang kelas (nilai tertinggi - nilai terendah) i : banyak kelas

Analisa data yang dikumpulkan dari hasil angket untuk penilaian tingkah laku anak prasekolah dengan ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja. Pengkategorian tingkah laku dibagi dua yaitu:

a. Baik, jika rentang nilai 50 - 75 b. Buruk, jika rentang nilai 25 - 49

7. Uji validitas

(44)

SST, S.Pd, S.Psi, M.Psi. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Conten Validity sehingga diperoleh nilai indeks (CVI). Dikatakan valid jika CVI > 0,75 (Pollit and Hungler, 1999). Setelah dilakukan uji valid maka di peroleh nilai CVI sebesar 0,9.

8. Uji reliabilitas

Uji relibilitas dilakukan kepada 30 orang ibu yang bekerja dan tidak bekerja yang memiliki anak prasekolah di lingkungan XVII dan lingkungan XVIII. Uji relibilitas instrumen perbedaan tingkah laku anak prasekolah terhadap ibu bekerja dan tidak bekerja dilakukan dengan menggunakan formula Cronbach Alpa dalam sistem komputerisasi. Instrumen dikatakan relibel jika nilai α ≥ 0,7

(Pollit, 2001). Setelah dilakukan uji relibel menggunakan formula Cronbach Alpa

maka diperoleh nilai α sebesar 0, 781, maka dari nilai itu instrument penelitian dikatakan reliabel.

9. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan atau ijin melakukan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian surat ijin penelitian disampaikan ke kelurahan Kuala Bekala. Peneliti menentukan sampel penelitian dari jumlah populasi yang ada sesuai dengan kriteria pemilihan responden yang telah ditentukan sebelumnya.

(45)

melakukan pendekatan dengan calon responden dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah. Setelah mendapatkan calon responden maka peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian, cara mengisi kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diisi. Jika calon responden bersedia menjadi responden penelitian, maka peneliti menyerahkan inform consent untuk ditandatangani sebagai bukti bersedia untuk menjadi responden penilitian, kemudian peneliti mendampingi responden untuk mengisi kuesioner penilitian. Responden diberi waktu 15 menit untuk mengisi kuesioner.

Setelah semua data terkumpul, maka penulis memeriksa kembali semua kuesioner satu per satu yaitu identitas responden dan memastikan semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk pengisian.

10. Analisa data

Dalam tahap analisa data dilakukan pengumpulan data dan di analisa sesuai teknik- teknik tertentu. Adapun langkah- langkang yang dilakukan untuk pengumpulan data adalah: a) Entry, data jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka/huruf) dimasukkan kedalam program

(46)

variabel berdasarkan kategori - kategori yang ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2010).

10.1 Analisis univariat

Pada penelitian ini analisa data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk data demografi seperti usia, jenis pekerjaan, suku, pendidikan terakhir, usia anak, jenis kelamin anak, dan tingkah laku anak.

10.2 Analisis bivariat

Untuk melihat perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja menggunakan analisis statistik dengan menggunakan uji statistik Fisher’s Exact Test dengan derajat dengan derajat kemaknaan dengan α = 0,05. Jika nilai p < dari 0,05 maka ada perbedaan proporsi tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Hasil disajikan dalam bentuk tabel.

(47)

36

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di lingkungan IXX dan XX kelurahan Kwala Bekala kecamatan Medan Johor pada tahun 2013. Dengan jumlah sebanyak 48 responden untuk setiap kelompok dan di dapat karakteristik responden berdasarkan usia ibu, pendidikan, pekerjaan, suku, usia anak, dan jenis kelamin anak.

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Dari penelitian yang dilakukan peneliti, didapatkan hasil tentang karakteristik responden yaitu mayoritas berada pada kelompok umur 20-39 tahun yaitu 35 orang (73%), tingkat pendidikan mayoritas SMA sebanyak 20 orang (42%), memiliki pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 20 orang (42%), dan bersuku Batak 41 orang (86%). Usia anak mayoritas 4 tahun sebanyak 19 orang (40%), dan berjenis kelamin anak perempuan sebanyak 29 orang (60%).

(48)

(44%), dan jenis kelamin anak perempuan dan laki- laki memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 24 orang untuk laki- laki dan 24 orang untuk perempuan (50%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=96)

Karakteristik responden

ibu bekerja ibu tidak bekerja

(49)

1.2 Tingkah laku anak usia Prasekolah

Gambaran tingkah laku anak usia prasekolah meliputi tingkah laku overt dan covert yang terdiri dari kognitif, moral/ spiritual, motorik, berbahasa, psikososial di gambarkan melalui tabel distribusi frekuensi.

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan koesioner tingkah laku anak usia prasekolah ibu bekerja di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=48)

No. Pertanyaan

1 Anak sering mengajukan

pertanyaan dengan kata- kata apa, mengapa, dimana

0 - 12 25 36 75

2 Anak sudah dapat membedakan antara laki- laki dan perempuan

2 4,16 11 22,9 35 72,9

3 Anak mampu menyebutkan

bagian- bagian tubuhnya

2 4,16 5 10,4 41 85,4 4 Anak selalu ingin melakukan hal

yang baru

0 - 21 43,8 27 56,3 5 Anak mampu mengurutkan angka-

angka

5 10,4 28 58,3 15 31,3 6 Anak mampu mengingat teks lagu

anak dan mampu menyanyikannya

10 20,8 22 45,8 16 33,3 7 Anak suka meniru perkataan dan

tingkah laku orang lain

8 16,6 15 31,3 25 52,1

8 Anak mampu mengerti dan

mengikuti perintah sederhana

4 8,3 15 31,3 29 60,4

9 Anak berusaha mendapatkan

pujian

1 2,08 9 18,7 35 72,9

10 Anak berusaha menghindari

hukuman

1 2,08 9 18,7 38 79,1 11 Anak sering merasa iri kepada

teman sebayanya

6 12,5 14 29,2 28 58,3 12 Anak cepat marah dan tersinggung 7 14,5 27 56,3 14 29,2 13 Anak dapat dibujuk untuk tidak

melakukan aktivitas yang di larang

8 16,6 18 37,5 22 45,8

14 Anak selalu murung jika

diingatkan tentang disiplin

(50)

16 Anak berespon tidak suka terhadap hal yang tidak disukainya

9 18,7 18 37,5 21 43,8 17 Anak dapat berjalan, berlari dan

melompat dengan baik

0 - 0 - 48 100

18 Anak lebih mandiri 4 9,3 4 9,3 40 83,3

19 Anak bergerak lambat saat

beraktifitas

25 52,1 20 41,6 3 6,3 20 Anak sering berbicara berulang-

ulang tanpa memperdulikan apakah ada orang yang memperhatikannya

6 12,5 24 50 18 37,5

21 Kata- kata yang dikeluarkan anak sudah dapat dimengerti orang lain

2 4.16 17 35,4 29 60,4 22 Anak suka bermain dengan teman

sebayanya

2 4,16 5 10,2 41 85,4 23 Anak suka mengganggu teman

bermainnya

2 4,16 24 50 22 45,8

24 Anak mau bergabung dengan

orang asing

3 6,25 24 50 21 43,8 25 Anak dapat mentoleransi dengan

perpisahan

5 10,2 25 52,1 18 37,5

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan koesioner tingkah laku anak usia prasekolah ibu bekerja di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=48)

No. Pertanyaan

1 Anak sering mengajukan

pertanyaan dengan kata- kata apa, mengapa, dimana

0 - 3 6,25 45 94,75

2 Anak sudah dapat membedakan antara laki- laki dan perempuan

1 2,08 10 20,8 37 77,08

3 Anak mampu menyebutkan

bagian- bagian tubuhnya

0 - 6 12,5 42 87,5

4 Anak selalu ingin melakukan hal yang baru

15 31,3 26 54,6 7 14,5 5 Anak mampu mengurutkan angka-

angka

7 14,5 15 31,3 26 54,6 6 Anak mampu mengingat teks lagu

anak dan mampu menyanyikannya

(51)

7 Anak suka meniru perkataan dan tingkah laku orang lain

0 - 8 16,6 40 83,3

8 Anak mampu mengerti dan

mengikuti perintah sederhana

0 - 6 12,5 42 87,5

9 Anak berusaha mendapatkan

pujian

1 2,08 3 6,25 44 91,6

10 Anak berusaha menghindari

hukuman

3 6,25 16 33,3 29 60,4 11 Anak sering merasa iri kepada

teman sebayanya

4 8,3 12 25 32 66,6

12 Anak cepat marah dan tersinggung 30 62,5 13 27,1 5 10,4 13 Anak dapat dibujuk untuk tidak

melakukan aktivitas yang di larang

17 35,4 26 54,2 5 10,4

14 Anak selalu murung jika

diingatkan tentang disiplin

4 8,3 16 33,3 28 58,3

15 Anak takut ditinggal sendiri 6 12,5 16 33,3 26 54,2 16 Anak berespon tidak suka terhadap

hal yang tidak disukainya

16 33,3 23 47,9 9 18,8 17 Anak dapat berjalan, berlari dan

melompat dengan baik

0 - 4 8,3 44 91,6

18 Anak lebih mandiri 3 6,25 27 56,3 18 37,5

19 Anak bergerak lambat saat

beraktifitas

29 60,4 17 35,4 2 4,16 20 Anak sering berbicara berulang-

ulang tanpa memperdulikan apakah ada orang yang memperhatikannya

5 10,4 15 31,3 28 58,3

21 Kata- kata yang dikeluarkan anak sudah dapat dimengerti orang lain

0 - 10 20,8 38 79,1

22 Anak suka bermain dengan teman sebayanya

0 - 0 - 48 100

23 Anak suka mengganggu teman bermainnya

5 10,4 14 29,2 29 60,4

24 Anak mau bergabung dengan

orang asing

6 12,5 15 31,3 27 56,3 25 Anak dapat mentoleransi dengan

perpisahan

8 16,6 24 50 16 33,3

(52)

dengan ibu tidak bekerja tingkah laku anak mayoritas baik 47 orang (97,8%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan kategori tingkah laku anak usia prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=96)

Tingkah laku anak usia prasekolah

Ibu bekerja F (%)

Ibu tidak bekerja F %

Baik 44 91,7 47 97,9

Buruk 4 8 1 2

1.3 Perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu yang bekerja dan tidak bekerja

Hasil penelitian menunjukkan dari 48 ibu yang bekerja ditemukan 44 orang anak (91,7%) yang bertingkah laku baik dan 4 orang anak (8,3%) bertingkah laku buruk sedangkan dari 48 ibu yang tidak bekerja ditemukan 47 orang anak (97,9%) bertingkah laku baik dan 1 orang (2,1%) bertingkah laku buruk.

(53)

Tabel 5.5 Perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=96)

Kategori

Perkembangan tingkah laku anak usia prasekolah memiliki kebutuhan sosial, belajar atau mengenal bahaya, mengetahui peraturan sosial dan kebersihan, belajar tentang adanya reward dan punishment dan sudah dapat menggunakan konsep berbahasa, dan mulai menghindari celaan dan hukuman (Asrori, 2004).

(54)

anak selalu mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang akan menjawab rasa ingin tahunya. Ketika rasa ingin tahu anak muncul perlu adanya peran ibu untuk menstimulus perkembangan pengetahuan anak dengan menjawab apa yang di tanya anak, dengan ibu bekerja waktu kebersamaan ibu dan anak akan berkurang karena ibu berperan ganda dan membagi waktunya antara karir dan mendidik anak sehingga membuat anak jarang untuk bertanya kepada ibunya.

Perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah dimulai dari kata- kata yang dikeluarkan anak sudah dimengerti orang lain, mampu menyebutkan bagian tubuhnya, anak mampu menghitung dan mengurutkan angka sederhana, memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan mengerti dan mengikuti perintah sederhana (Hidayat, 2005). Pada penelitian ini perkembangan bahasa anak sesuai dengan tumbuh kembang anak prasekolah yaitu 79,1% anak dapat berbahasa dengan baik dan bahasanya dapat dimengerti orang lain, tetapi sekitar 41,7% anak mengalami kelambatan berbicara dan 45,8 % dalam menghitung. Hal ini diperkuat dari hasil survey yang dilakukan US Department of Labor sejak tahun 1990 melalui National Longitudinal Survey of Youth yang menunjukkan bahwa ibu bekerja memiliki pengaruh negatif terhadap perkembangan kognitif anak, seperti terhambatnya kemampuan bicara anak sewaktu berusia 3 hingga 4 tahun, usia 5 hingga 6 tahun anak akan mengalami kesulitan dalam matematika dan belajar bahasa.

(55)

kasarnya anak usia ini mampu melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, membuat posisi merangkak, dan berlari (Hidayat, 2005). Pada penelitian diperoleh sekitar 37,5 % anak mampu mandiri dan sekitar 62,5% anak tidak mandiri dan kurang mandiri. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Maryam, Apisah tahun 2007 yang menunjukkan ibu tidak bekerja memiliki anak dengan tingkat kemandirian tidak mandiri (42,3%), mandiri sebagian (23,1 %) dan mandiri penuh (34,6%). Sedangkan ibu bekerja memiliki anak dengan tingkat kemandirian tidak mandiri (10,9 %), mandiri sebagian (21,9%) dan mandiri penuh (67,2 %).

Kemandirian anak muncul karena adanya kondisi yang membuat anak harus melakukan sendiri kegiatan sehari- hari seperti makan, minum, berpakaian sendiri, tetapi dalam penelitian ini kemandirian itu kurang pada anak dengan ibu yang bekerja karena, ibu yang merasa ingin menggantikan waktu kebersamaannya selama bekerja dengan menuhi semua kebutuhan anak seperti makan, mandi, dan berpakaian.

(56)

Hasil penelitian yang dilakukan Triviana Prisca (2013) menunjukkan sebagian besar kualitas waktu kebersamaan yang cukup 68 % dengan ibunya dan perkembangan psikososisal yang baik 61%. Peranan orang tua (terutama ibu) bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan (Setiawati, 2001).

Anak-anak yang ibunya bekerja diluar rumah belum tentu benar-benar menerima sedikit perhatian dari pada anak-anak yang ibunya tidak bekerja (Santrock, 2002). Hoffman, Zimmerman & Bernstein dalam (Papalia, 1995) menyatakan bahwa perkembangan kognitif serta perkembangan sosial emosional anak pra-sekolah terlihat hampir sama bagusnya baik pada anak yang ibunya bekerja maupun yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

(57)

bekerja dan 47 orang anak prasekolah (97.9%) pada ibu yang tidak bekerja jumlah skornya diatas 50 (baik).

Dari hasil analisa uji statistik diperoleh nilai P value 0,362 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi antara tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja. Seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Rossi 1964, Forisha 1978, Hoffman 1984, Harvey 1999 menunjukkan tidak ada dampak yang negatif dari ibu yang bekerja terhadap anak-anaknya.

Johnson dan Medinnus juga menyatakan bahwa yang terpenting dalam hubungan ibu-anak bukan terletak pada bekerja atau tidaknya seorang ibu, atau banyaknya waktu yang dihabiskan ibu bersama anaknya, tapi lebih pada kualitas dari kebersamaan ibu dengan anaknya. Mengingat sedikitnya waktu yang dimiliki seorang ibu bekerja bagi anaknya, maka ia akan berusaha

untuk meningkatkan kualitas interaksi terhadap anaknya daripada kuantitas,

selain itu, ibu juga lebih menekankan latihan kemandirian lebih awal dan

memberikan kesempatan anak untuk berlatih mandiri, sehingga ibu akan

(58)

47

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Karakteristik responden ibu bekerja dan tidak bekerja di Lingkungan IXX dan XX kelurahan Kwala Bekala kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 kelompok umur 20-39 tahun, pendidikan mayoritas SMA, jenis pekerjaan wiraswasta, bersuku batak, pada ibu bekerja mayoritas memiliki anak berusia 4 tahun dan mayoritas berjenis kelamin perempuan dan pada ibu tidak bekerja mayoritas anak berumur 5 tahun.

Pada penelitian ini mayoritas anak prasekolah telah terpenuhi kebutuhan sosialnya, mampu belajar atau mengenal bahaya, mengetahui peraturan sosial, belajar tentang reward dan punishment dan sudah dapat menggunakan konsep berbahasa, dan mulai menghindari celaan dan hukuman sudah terpenuhi yang ditunjukkan dari jumlah skor penilaian dari kuesioner BSQ diatas 50 (baik) sebanyak 44 orang (91,7%) pada ibu yang bekerja dan 47 orang anak prasekolah (97.9%) pada ibu yang tidak bekerja jumlah skornya diatas 50 (baik).

(59)

menunjukkan ibu tidak bekerja berpeluang 0,234 kali memiliki anak yang bertingkah laku baik dari ibu bekerja.

2. Saran

2.1 Ibu

Ibu sebagai orang terdekat anak diharapkan selalu memperhatikan setiap tumbuh kembang anak tidak hanya dalam pemenuhuhan kebutuhan fisiologis anak, tetapi ibu juga memperhatikan setiap kebutuhan sosial dan psikis anak sesuai tumbuh kembangnya. Ibu sebaiknya menjaga kualitas dan kuantitas waktu kebersamaan antara ibu dan anak, sehingga walaupun ibu bekerja dan tidak selalu mendampingi anaknya hubungan antara ibu dan anak tetap terjaga dan anak tidak merasa terabaikan sehingga tingkah laku anak dapat terkontrol.

2.2 Pelayanan Keperawatan

(60)

2.3 Peneliti Selanjutnya

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Anisa. (2012). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying Remaja. Diambil tanggal 30 April 2013 dari http://www.

Asrori, M.; Ali, M. (2004). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Bumi Aksara.

lontar.ui.ac.id/

Dadan, K. (2008). Data BPS Jumlah Pekerja Wanita. Diambil 30 April 2013 dari

Diane E. Papalia and Sally Wendkos Olds. (1995) A Child’s World, Infancy Through Adolescence, sixth edition. New York: Mc. Graw Hill Inc., Effendy, N. (2000). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Glick, P. (2002). Women’s Employment and Its Relation to Children’s Health and Schooling in Developing. Cornel University.

Gunarsa, Singgih D. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (2007). Perkembangan Anak, Jilid 1., Jakarta: Erlangga. _________. (2007). Perkembangan Anak, Jilid 2., Jakarta: Erlangga.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

_________. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Hikmah. (2004). Pengaruh Pola Asuh Anak Usia Balita Terhadap Perkembangan Tingkah Laku Anak (Penelitian di Tempat Penitipan Anak Melati

Universitas Diponegoro Semarang). Diambil tanggal 6 Mei 2013 dari http://www. library.walisongo.ac.id/

Maryam, Apisah. (2007). Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu dan Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah Di desa prapag Lor kecamatan Losari Kabupaten brebes. FIKKES Jurnal Keperawatan Vol, 2 No. 1 - Oktober 2008 : 16- 23. Diambil tanggal29 Januari 2014 dari:

http://lontar.ui.ac.id/file

(62)

Mehrota. (2011). The Working Mother. Diambil tanggal 5 Juni 2013 dari:

Munir, M.; Pohan, V. Y.; Shobirun. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Todler (1-3 tahun) di Desa Sambiroto Demak. Diambil tanggal 6 Mei 2013 dari

http://www.indiaparenting.com/

http://www.

ejournal.stikestelogorejo.ac.id/

Notoadmodjo, S. (2003). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Edisi 2., Jakarta: Salemba Medika.

Papalia & Olds. (2009). Perkembangan Manusia, Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.

Pedodonsia Dasar. (2008) Tingkah laku anak pada masa perkembangan. Diambil tanggal 10 Mei 2013 dari http://

Polit, D.F., Beck, C.T. & Hungler, B.P. (2001). Essentials of Nursing Research Methods, Appraisal, and Utilization. Fift edition. Philadelphia : Lippincott.

ocw.usu.ac.id

Purba, Hafizhoh Isneni. (2011). Perbedaan Pola Asuh Anak Oleh Ibu yang Bekerja dan Tidak Bekerja Pada Suku Jawa di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi. Medan: FKep USU.

Purwanto, Heri. (2003). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Rezky, S. (2012). Hubungan Pola Asuh Ibu yang Bekerja dan Ibu yang Tidak Bekerja Terhadap Perilaku Anak Usia Prasekolah. Diambil tanggal 07 Juli 2013 dari

Santrock, Jhon W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/

__________. (2007). Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas., Jakarta: Erlangga. Suryani, Eko., dan Widayasih, Hesti. (2005). Psikologi Ibu dan Anak.

Yogyakarta: Fitramaya.

(63)

Triviana, Prisca. (2013). Hubungan Kualitas Kebersamaan Ibu dengan Anak Dalam Perkembangan Psikososial Anak Prasekolah 4-6 Tahun di TK Ar- Ridho Kecamatan Blimbing Kota Malang. Diambil Tanggal 29 Januari 2014

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. ____________. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6., Jakarta:

(64)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

( INFORMED CONCENT )

Perbedaan Tingkah Laku Anak Prasekolah dengan Ibu Bekerja dan Tidak

Bekerja di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Oleh

Veronika Boangmanalu

Saya adalah mahasiswa Program S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perbedaan tingkah laku anak prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja di Kelurahan Kwala Bekala Medan Johor.

Salah satu manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada orang tua khususnya ibu tentang perbedaan tingkah laku anak usia prasekolah dengan ibu bekerja dan tidak bekerja. Peran ibu sebagai orang terdekat anak, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pola tingkah laku anak serta kepribadian anak yang akan membangun perilaku sosial di luar keluarga. Penelitian ini mengambil informasi mengenai tingkah laku anak yang dilakukan sehari- hari dalam lingkungannya.

Saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan ibu menandatangani formulir ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

(65)

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN TINGKAH LAKU ANAK PRASEKOLAH DENGAN IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA

Kode: Tanggal :

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian

Ibu diharapkan kesediannya untuk menjawab setiap pertanyaan yang tersedia. Semua pertanyaan harus dijawab dan setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban. Setiap jawaban yang diisi adalah benar. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti.

A. Data Demografi

1. Usia : tahun

2. Pendidikan terakhir : 3. Jenis pekerjaan :

4. Suku :

5. Usia anak :

(66)

Berilah tanda check list (√ ) pada kolom pilihan yang tersedia sesuai dengan seberapa sering perilaku anak yang digambarkan oleh setiap hal.

Keterangan:

TP: tidak pernah JR: jarang SL: selalu

No. Pertanyaan TP JR SL

1 Anak sering mengajukan pertanyaan dengan kata- kata apa, mengapa, dimana, dari mana.

2 Anak sudah dapat membedakan antara laki- laki dan perempuan.

3 Anak mampu menyebutkan bagian- bagian tubuhnya.

4 Anak selalu ingin melakukan hal yang baru. 5 Anak mampu mengurutkan angka- angka.

6 Anak mampu mengingat teks lagu anak dan mampu menyanyikannya.

7 Anak suka meniru perkataan dan tingkah laku orang lain.

8 Anak mampu mengerti dan mengikuti perintah sederhana.

9 Anak berusaha mendapatkan pujian. 10 Anak berusaha menghindari hukuman.

(67)

12 Anak cepat marah dan tersinggung

13 Anak dapat dibujuk untuk tidak melakukan aktifitas yang dilarang.

14 Anak selalu murung jika diterapkan tentang disiplin.

15 Anak takut ditinggal sendiri.

16 Anak berespon tidak suka pada hal yang tidak disukainya.

17 Anak dapat berjalan, berlari dan melompat dengan baik.

18 Anak lebih mandiri.

19 Anak bergerak lambat saat bekerja dan beraktifitas.

20 Anak sering berbicara berulang- ulang tanpa memperdulikan apakah ada orang yang memperhatikannya.

21 Kata- kata yang dikeluarkan anak dapat dimengerti orang lain.

22 Anak suka bermain dengan teman sebayanya. 23 Anak suka mengganggu teman bermainnya. 24 Anak mau bergabung dengan orang asing.

(68)

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Veronika Boangmanalu

Tempat Tanggal Lahir : Sidikalang, 9 Agustus 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln.Pintu Air IV Gg. Rejeki No. 12Medan

No Telepon/Hp : 085361205456

Orangtua (Ayah) : Osmar Boangmanalu Orangtua (Ibu) : Elmin Cibro

Riwayat Pendidikan :

Gambar

Tabel 5.1  Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=96)
Tabel 5.2  Distribusi responden berdasarkan koesioner tingkah laku anak usia prasekolah ibu bekerja di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=48)
Tabel 5.3  Distribusi responden berdasarkan koesioner tingkah laku anak usia prasekolah ibu bekerja di lingkungan IXX dan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor pada tahun 2013 (n=48)

Referensi

Dokumen terkait

merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator

Hal ini juga berkaitan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 86 (52,1%) responden memiliki kualitas hidup domain lingkungan baik. Tidak adanya

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait dengan kepuasan penumpang travel (shuttle service)

Alhamdulillahirobbil ‘alamin atas rahmat dan berkah dari Allah SWT yang telah dianugerahkan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ JUAL

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan karena dalam penelitian ini digunakan polimer alami gelatin dan polimer sintesis etil selulosa

(3) Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo berdiri pada tahun 1991 dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, khususnya pada tahun 2007 pondok pesantren ini

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara akurasi hasil peringkasan menggunakan metode Tf-Idf dengan LGN.. Berdasarkan hal ini

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul