• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN

PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon

Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban

Tahun Ajaran 2009/2010)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Kimia

Oleh :

Widi Astuti

S830809226

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN

PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon

Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban

Tahun Ajaran 2009/2010)

Disusun oleh :

Widi Astuti

S830809226

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama TandaTangan Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr Ashadi __________ __________

NIP.195101021975011001

Pembimbing II : Drs. Haryono, M.Pd ___________ __________

NIP.195204231976031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN

PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon

Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban

Tahun Ajaran 2009/2010)

Disusun oleh :

Widi Astuti

S830809226

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Pada tanggal, ……….

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd

.………

Sekretaris Dra. Suparmi, M.Sc., Ph.D. ..………...

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Ashadi

……….

2. Drs. Haryono, M.Pd ……….

Surakarta,………. Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains

(4)

commit to user

iv

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. Widha Sunarno, M.Pd NIP. NIP.

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Widi Astuti

NIM : S 830809226

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran

Kimia Menggunakan TGT dengan Permainan TTS dan Roda Impian

ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus

Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA

Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2009/2010) adalah betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, Desember 2010

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Widi Astuti, S830809226. “Pembelajaran Kimia Menggunakan TGT dengan

Permainan TTS dan Roda Impian ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa”. Tesis, Pembimbing 1 : Prof. Ashadi, Pembimbing 2 :

Drs. Haryono, M.Pd, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar. (2) pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (3) pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia. (5) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia (6) interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban teknik Claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel kemampuan awal dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif dan motivasi belajar digunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.

(6)

commit to user

vi

dengan kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.

ABSTRACT

Widi Astuti, S830809226.. “Chemistry study uses Team Games Tournaments

(TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from the beginning ability of student and motivating study of student ". Thesis, guide

1: Prof. Ashadi, guide 2: Drs. Haryono,M.Pd, surakarta: program science education Program of Graduate Studies of Sebelas Maret University, december 2010.

The objectives of the research are to know: (1) the effect of TGT learning method using cross word and wheel of fortune to the student’s achievement in chemistry. (2) the effect of high and low the beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (3) the effect of high and low motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (4) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (5) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (6) interaction between the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (7) interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune, the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry.

The research is using experiment method. The population is the students of grade X, SMA Negeri 1 Mojolaban in the academic year 2009/2010, Sample is taken by claster random sampling technique, number 2 classes. The technique of collecting data from the variable of the beginning ability and cognitive student’s achievement are collected by tes method and those in affective student’s achievement and motivation are collected by questionnaires. The technique of analyzing data is ANAVA three ways different cell.

(7)

commit to user

vii

achievement in chemistry. (7) there are interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune the beginning ability of student, and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry.

MOTTO

Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu lakukan dengan belajar dan sabar (Penulis)

Jangan menggantungkan diri kepada orang lain untuk melakukan sesuatu jika kita masih mampu untuk melakukannya sendiri

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : Bapak & Ibu tercinta

Adeku dedek dan Dek Yuda tersayang Mz Agung terkasih,

Semua sahabat terdekat_Qoe,( Ema, Riana, Endit, Mbak Havidoh)

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Program S2 Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,

dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih dan penghargaan setulusnya kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas

dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta telah

memberikan arahan, bimbingan serta dukungannya bagi penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. Dr Ashadi., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

(10)

commit to user

x

5. Drs.Tukiman, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Drs. Bambang Suryono, Dipl.Ed, selaku Kepala SMA Negeri 1 Polokarto

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan tryout

penelitian.

7. Umi Hanifah, S.Pd, selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mojolaban atas

bantuan dan masukannya selama pengambilan data.

8. Siswa Kelas X-2 dan X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban atas kerjasama yang telah

diberikan saat pengambilan data.

9. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan yang terbaik dan

memberikan kasih sayang, nasehat, dorongan, dan semangat bagi penulis.

10. Mas Agung dan adekku tersayang terimakasih atas dukungan, doa, nasehat

dan cintamu yang membuat semangat baru dalam hidupku.

11. Sahabat sejati (Riana, Ema, Endit, Rahmi, Okta, Ines) terimakasih atas

indahnya persahabatan, riangnya canda tawa dalam hari – hariku dan semoga

persahabatan kita tak akan putus oleh waktu dan keadaan, Amin.

12. Seluruh teman – teman P. Sains Paralel III angkatan September 2009 atas

segala dukungannya.

13. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan tesis ini. Akhirnya, semoga karya

sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan

(11)

commit to user

xi

Surakarta, Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

(12)

commit to user

xii

A. Tinjauan Pustaka... 11

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kimia ... 11

2. Pembelajaran Kooperatif... 26

3. Pembelajaran Kooperatif TGT ... 31

4. Teka-Teki Silang ... 35

5. Roda Impian ... 37

7. Kemampuan Awal... 38

8. Motivasi Belajar ... 40

9. Prestasi Belajar ... 46

10. Hidrokarbon ... 50

B. Penelitian yang Relevan ... 71

C. Kerangka Berpikir ... 75

D. Hipotesis ... 83

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 85

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 85

B. Metode Penelitian ... 85

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 87

D. Variabel Penelitian ... 88

E. Teknik Pengumpulan Data ... 89

F. Instrumen Penelitian... 90

G. Teknik Analisis Data ... 100

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 85

A. Deskripsi Data ... 103

(13)

commit to user

xiii

C. Pengujian Hipotesis ... 113

D. Pembahasan ... 119

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Implikasi ... 134

C. Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

halaman

1. Data nilai rata- rata ulangan harian Hidrokarbon tahu pelajaran

2007/2008 dan 2008/2009 ... 6

2. Perbandingan Karbon Organik dan Anorganik ... 51

3 Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkana ... 57

4. Deret Homolog ... 58

5. Rumus Gugus Alkil ... 59

6. Data Sifat Alkana ... 61

7. Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkena ... 64

8. Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkuna ... 68

9. Rancangan Penelitian ... 86

10. Contoh Skor Penilaian Afektif ... 96

11. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa………. 103

12. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa ... 104

13. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif ... 105

14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-TTS ... 105

15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-RI ... 106

16. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif ... 106

17. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Masing –masing Kelompok ... 108

(15)

commit to user

xv

19. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kemampuan Awal ... 110

20. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Motivasi Belajar ... 111

21. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar ditinjau dari Metode,

Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar ... 112

22. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif ... 113

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Analisis Belajar Observasional ... 23

2. Percobaan Menunjukan Karbon dan Hidrogen dalam Senyawa Organik ... 52

3. Rumus Bangun Metana... 53

4. Ikatan Tunggal... 54

5. Ikatan Rangkap Dua... 54

6. Ikatan Rangkap Tiga... 54

7. Rantai Lurus... 55

8. Rantai Bercabang... 55

9. Rantai Siklis... 55

10. Rantai Aromatis ... 55

11. Kedudukan Atom Karbon... 56

12. Model molekul Metana... 57

13. Model molekul Etana... 57

14. Model molekul Propana... 58

15. Model molekul Etena ... ... 64

16. Model molekul Propena ... .. 64

17. Model molekul Etuna... 68

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Silabus ... 140

2. Skenario Pembelajaran ... 142

3. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Awal ... 150

4. Soal Kemampuan Awal ... 151

5. Lembar Jawaban ... 159

6. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Awal ... 160

7. Kisi – Kisi Tes Kognitif ... 161

8. Soal Tes Kognitif ... 162

9. Kunci jawaban Tes Kognitif ... 173

10. Indikator Instrumen Afektif ... 174

11. Pedoman Penskoran Peniliaian Aspek Afektif ... 175

12. Alat Penilaian Afektif ... 176

13. Kisi – kisi Angket Motivasi Belajar ... 179

14. Pedoman Penskoran Angket Motivasi Belajar Kimia ... 180

15. Identitas Siswa ... 181

16. Angket Motivasi Belajar ... 182

17. Aturan Permainan Teka – teki silang ... 184

18. Indikator Teka – teki silang ... 185

19. Soal Teka – Teki Silang I ... 186

(18)

commit to user

xviii

21. Soal Teka – Teki Silang II ... 189

22. Kunci Jawaban Teka – Teki Silang II ... 191

23. Lembar Teka – teki silang I ... 192

24. Jawaban Teka- teki silang I ... 193

25. Lembar Teka – teki silang II ... 194

26. Jawaban Teka- teki silang II ... 195

27. Aturan Permainan Roda Impian ... 196

28. Indikator Soal Roda Impian ... 197

29. Soal Roda Impian ... 201

30. Jawaban Soal Roda Impian ... 207

31. Lembar kerja Siswa ... 223

32. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 255

33. Hasil Tryout Kemampuan Awal ... 265

34. Hasil Tryout Kognitif ... 267

35. Hasil Tryout Afektif ... 270

36. Hasil Tryout Motivasi ... 274

37. Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2007/2008 ... 277

38. Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2008/2009 ... 278

39. Daftar Nilai Individu Kelas X-2 tahun 2009/2010... 281

40. Daftar Nilai Kelompok Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 282

41. Nilai Afektif Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 286

42. Nilai Motivasi Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 288

43. Daftar Nilai Individu Kelas X-3 tahun 2009/2010... 289

(19)

commit to user

xix

45. Nilai Afektif Kelas X-3 tahun 2009/2010 ... 293

46. Nilai Motivasi Kelas X-3 tahun 2009/2010 ... 295

47. Data Induk Penelitian ... 296

48. Daftar Nilai Ulangan Nilai Redoks kelas X tahun 2009/2010 ... 299

49. Uji Keseimbangan ... 300

50. Uji Normalitas ... 308

51. Uji Homogenitas ... 312

52. Uji Lanjut ... 315

53. Deskripsi Prestasi Kognitif ... 317

54. Deskripsi Prestasi Afektif ... 319

55. Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-2 ... 320

56. Rekap Poin Kelompok Kelas X-2 ... 321

57. Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-3 ... 323

58. Rekap Poin Kelompok Kelas X-3 ... 324

(20)

commit to user

(21)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan

pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968

sampai kurikulum 2004. Pada kurikulum 2004 yang dikenal dengan KBK

(Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum

yang menghasilkan standar nasional dan berorientasi pada kecakapan hidup (Life

Skill) serta pendidikan akademik. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan

kemampuan menyelesaikan tugas – tugas sehingga dapat menumbuhkan tanggung

jawab dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurikulum Berbasis

Kompetensi bertujuan untuk menciptakan lulusan yang berkompeten untuk

membangun kehidupan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kurikulum ini,

guru diberikan peluang yang luas untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan

kebutuhan sekolah dan sistem belajar tuntas benar - benar dituntut untuk diterapkan,

dimana siswa dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya apabila kompetensi

sebelumnya telah dikuasai.

Menurut Balitbang Depdinas, (2002: 1), Kurikulum Berbasis Kompetensi

memiliki ciri – ciri sebagai barikut :

(22)

commit to user

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pembelajaran dilaksanakan secara

menyeluruh untuk mencapai kompetensi sesuai standar performansi tertentu,

sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan terhadap

seperangkat kompetensi tertentu. KBK menuntut metode pengajaran yang bervariatif

karena siswa tidak dinilai berdasarkan nilai kognitif saja tetapi juga afektif dan

psikomotornya. Kurikulum ini menuntut guru dan siswa bersikap toleran

menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan kebhinnekaan serta berpikiran terbuka.

Dengan demikian guru dan siswa dapat bersama-sama belajar menggali

kompetensinya masing-masing dengan optimal. Pendekatan dan pembelajaran yang

didominasi oleh guru (teacher centered) harus mulai di ubah menjadi pembelajaran

yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga guru hanya bertindak sebagai

fasilitator saja. Oleh karena itu guru harus mampu merancang skenario atau strategi

pembelajaran yang efektif, demokratis, terbuka dan menyenangkan. Penilaian di

KBK merupakan penilaian tentang kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada

proses pembelajaran (penilaian proses) sehingga penilainnya tidak hanya diperoleh

akhir periode tetapi dilakukan secara berkesinambungan dengan kegiatan

pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata – mata

hasil.

Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh

pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai

pengembangan dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan

KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik serta lingkungannya. Pada KTSP ini, guru diberi kesempatan untuk

(23)

commit to user

kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan

disampaikan disekolah. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta

tingkat kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru

sebagai pendidik harus bisa memilih strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta

didiknya.

Mata pelajaran kimia sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit,

menakutkan, dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami

dan menguasai konsep – konsep dasar pada materi kimia. Akibat dari kesulitan –

kesulitan yang ada diharapkan para guru kimia mampu menyajikan materi – materi

kimia dengan lebih menarik dan bersahabat, serta mampu memberikan motivasi

sehingga siswa akan termotivasi mempelajari kimia. Untuk menyajikan materi kimia

secara lebih menarik, guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan

metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran sedemikian rupa sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Beberapa hal yang mempengaruhi

proses belajar siswa SMA dalam belajar kimia adalah sebagai berikut : kemampuan

awal yang dimiliki siswa, peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan

guru dalam penyampaian materi pelajaran, dan penggunaan metode mengajar yang

sesuai dengan materi.

Nana Sudjana (1995: 158) mengatakan bahwa “ pengetahuan dan

kemampuan dasar baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya dan kemampuan

yang lebih rendah dari pengetahuan baru tersebut”. Abd Gafur (1982: 57)

menyatakan bahwa “Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan

dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya lain-lain latar belakang

(24)

commit to user

suatu program pengajaran”. Jadi kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang

dimiliki siswa dari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi

baru. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima

dan mempelajari materi pelajaran baru dibandingkan siswa yang mempunyai

kemampuan awal rendah.

Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan metode yang tepat

dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta

memahami segala sesuatu yang disajikan guru sehingga melalui tes hasil belajar

dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran yang tepat

diharapkan siswa mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat

berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar

mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar

adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan keberhasilan proses

belajar mengajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan tersebut adalah

pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan pembelajaran ini merupakan

strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengkonstruksi

pengetahuannya, menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah,

mendiskusikan masalah dan mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide.

Teori pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan pembelajaran

konstruktivisme. Hal ini atas dasar siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

masalah-masalah tersebu dengan temannya (Slavin, 1995: 5). Penelitian

(25)

commit to user

misalnya meningkatkan pencapaian akademik, pengembangan afektif dan sosial,

serta meningkatkan hubungan ras atau etnik. Pembelajaran kooperatif juga

membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dan melatih hidup bersama.Model

pembelajaran kooperatif lebih menekankan kepada siswa untuk membentuk

kelompok-kelompok dan setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat

kemampuan awal yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), motivasi belajar siswa

yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), dan bekerjasama dalam semangat

pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif

terdapat beberapa variasi metode yang diterapkan antara lain: metode Student Team

Achievement Divison (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Number

Heads Together (NHT), Group Investigation (GI), Team Assited Individualization

(TAI). Sedangkan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa

diperlukan media pembelajaran yang inovatif seperti : TTS, Ular Tangga, Roda

Impian, Piramida.

Dari beberapa metode pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran

tersebut, peneliti telah mempelajari teknik-teknik mekanisme proses pembelajaran

masing-masing metode, untuk dipilih dan disesuaikan dengan keadaan siswa dari

dua kelas, karena di kedua kelas tersebut siswa memiliki kecenderungan aktif untuk

bermain. Diantara metode pembelajaran kooperatif yang dirasa sesuai untuk

mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah metode kooperatif

Teams Games Tournaments (TGT). Alasannya karena metode kooperatif TGT tepat

untuk melibatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi Hidrokarbon. Pada

TGT siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya.

(26)

commit to user

Word) dan Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan tersebut mempunyai

perbedaan dalam hal teknik menjawab dan daya tarik. Dengan adanya permainan

diharapkan siswa dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar kimia serta dapat

mengarahkan siswa dalam suasana kerja sama sehingga dapat meningkatkan

prestasi. Menurut Slavin (1995: 285), “TGT lebih tepat untuk mengajar obyek yang

didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu

pengetahuan”. Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada

fakta-fakta dan pemikiran-pemikiran para ahli. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat

menggunakan metode TGT. Salah satu materi dalam ilmu kimia adalah

Hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran

kimia yang penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari, bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari

siswa. Untuk itu perlu cara yang mudah dalam penyampaian materi Hidrokarbon

kepada siswa yaitu dengan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih

aktif belajar dan tidak cepat merasa bosan.

Keberhasilan suatu pembelajaran selain ditentukan oleh faktor eksternal juga

ditentukan oleh faktor internal. Metode pembelajaran, guru, bahan ajar, sarana dan

prasarana merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal biasanya telah

dimiliki dalam diri siswa yang meliputi bakat, minat, kemampuan awal, kreativitas,

motivasi, keingintahuan dan kecerdasan siswa. Faktor internal yang akan diteliti

dalam penelitan ini adalah kemampuan awal dan motivasi belajar siswa. Sebab

dalam mempelajari materi Hidrokarbon dibutuhkan kemampuan prasyarat yang baik

agar siswa mudah memahami materi Hidrokarbon yang baru diterima, disamping itu

(27)

commit to user

keaktivan agar diskusi atau kerja kelompok dapat berjalan lancar. Sebab siswa yang

memiliki keaktifan tinggi lebih mudah mengeluarkan gagasan, memiliki dorongan

rasa ingin tahu yang besar terhadap situasi atau permasalahan yang dihadapinya.

Dengan demikian akan timbul aktivitas belajar siswa yang aktif dalam pembelajaran.

Oleh sebab itu peneliti meninjau kemampuan awal dan motivasi belajar dalam

penelitian ini.

Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang khas misalnya

individualis, kompetitif, dan kooperatif oleh karena itu setiap orang tidak akan

memberikan respon yang sama pada suasana kerjasama (kooperatif). Dengan

melihat kecenderungan–kecenderungan tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa

kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pencapaian

hasil belajar siswa. Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah untuk

menerima pelajaran. Sebaliknya siswa yang kemampuan awal rendah

dimungkinkan prestasi belajarnya kurang karena siswa belum menguasai konsep –

konsep dasar sebagai acuan untuk mempelajari materi baru.

Selain kemampuan awal, faktor motivasi belajar siswa juga mendukung

keberhasilan suatu pembelajaran. Motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk

aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sebab siswa yang mempunyai motivasi

belajar yang baik cenderung merasa ingin tahu lebih dalam materi yang disajikan

oleh guru, kecenderungan memberikan orisinalitas gagasan-gagasan dalam mencoba

memecahkan masalah yang dihadapi serta kritis dalam mengajukan

pendapat-pendapat. Ironis sekali apabila guru dalam menyajikan materi hanya menggunakan

model pembelajaran yang monoton sebagai akibatnya pola berpikir kreatif dalam

(28)

commit to user

belajar siswa ini kurang mendapatkan perhatian oleh guru di SMA Negeri 1

Mojolaban. Guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya berpusat pada guru,

sehingga siswa menjadi pasif.

Persentase siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban yang mencapai ketuntasan

belajar pada mata pelajaran kimia masih rendah atau dibawah batas tuntas (62).,

khususnya pada materi Hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan pada tabel 1.1 persentase

siswa yang mencapai ketuntasan belajar dua tahun terakhir pada rata-rata ulangan

harian materi hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009.

Tabel 1.1 Data nilai rata-rata ulangan harian hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009

Tahun Ajaran Kelas Rata- rata nilai Hidrokarbon KKM Ketuntasan (%)

2007/2008 X-1 45,24 62 28,57

2007/2008 X-2 61,17 62 40,48

2007/2008 X-3 44,78 62 20

2008/2009 X-1 51,6 62 14,74

2008/2009 X-2 50,08 62 5

2008/2009 X-3 49,1 62 19,05

2008/2009 X-4 51,43 62 11,90

2008/2009 X-5 51,5 62 9,76

2008/2009 X-6 49,9 62 17,95

2008/2009 X-7 51,13 62 25

Sumber : Daftar nilai Ulangan harian materi Hidrokarbon kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun Pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009.

Pada kelas X semester 2 materi yang diajarkan meliputi larutan elektrolit

dan non elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi dan senyawa hidrokarbon. Namun pada

penelitian ini dilakukan pada materi Hidrokarbon. Materi ini mempunyai

karakteristik berupa konsep dan hafalan. Materi ini masih dianggap oleh siswa kelas

X SMA Negeri 1 Mojolaban sulit, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yang

menunjukkan tidak lebih dari 50% yang mencapai ketuntasan minimal. Disamping

itu, materi Hidrokarbon merupakan materi yang penting karena konsep-konsep

(29)

commit to user

selanjutnya sehingga diharapkan siswa mampu menguasai konsep-konsep yang

diajarkan pada materi Hidrokarbon. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu

adanya penerapan metode pembelajaran yang sesuai untuk materi Hidrokarbon

sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasar uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran

TGT-TTS dan TGT-RI ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar siswa

terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester 2

tahun pelajaran 2009/2010 di SMA Negeri 1 Mojolaban.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan pada materi pokok Hidrokarbon sebagai berikut :

1. Belum semua guru SMA Negeri 1 Mojolaban mampu merancang skenario

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan

metode yang berorientasi pada student centered.

2. Mata pelajaran kimia masih disajikan secara abstrak dan belum menerapkan

sistem pembelajaran yang kondusif.

3. Proses pembelajaran belum diselenggarakan secara kreatif dan inovatif

sehingga guru belum menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa,

padahal telah dikembangkan pembelajaran yang menarik bagi siswa seperti

TTS, Ular Rangga, Roda Impian, Piramida.

4. Guru belum memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

materi dan menerapkan sesuai situasi dan kondisi siswa, padahal telah

(30)

commit to user

karakteristik siswa dan materi seperti STAD, TGT, NHT, TPS, Jigsaw, GI.

5. Perbedaan kondisi awal antar siswa seperti kemampuan awal, motivasi belajar,

kreativitas belajar dan aktivitas belajar belum diperhatikan oleh guru.

6. Masih banyak guru yang jarang melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk

meningkatakan pencapaian prestasi siswa.

7. Guru belum memperhatikan jenis permainan pada metode TGT yang dapat

menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.

8. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa yang bervariasi.

9. Guru belum memperhatikan motivasi belajar siswa yang bervariasi.

10. Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal

seharusnya penilaian mencakup kognitif, afektif, psikomotor.

11. Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah Struktur Atom, Sistem Periodik

Unsur, Ikatan Kimia, Stoikiometri, Larutan Elektrolit, Reaksi Redoks,

Hidrokarbon, dan Minyak Bumi diantara materi tersebut berkaitan, namun guru

belum menunjukkan keterkaitannya.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu

diberikan batasan masalah. Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi

masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban semester

genap.

2. Metode Pembelajaran

(31)

commit to user

pembelajaran kooperatif TGT menggunakan permainan TTS dan Roda Impian.

3. Kemampuan Awal

Kemampuan awal siswa dikatagorikan menjadi tinggi dan rendah.

4. Motivasi belajar

Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.

5. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek

kognitif dan afektif.

6. Materi Pokok

Materi yang diberikan dibatasi pada Hidrokarbon.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. apakah ada pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan

permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi

pokok Hidrokarbon ?

2. apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

3. apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

4. apakah ada interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan

permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap

prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

(32)

commit to user

permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

6. apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar

siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

7. apakah ada interaksi antara penggunaan metode TGT , kemampuan awal siswa

dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok

Hidrokarbon?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan

Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon.

2. pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

3. pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

4. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan

TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar

kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

5. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan

TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia

pada materi pokok Hidrokarbon.

6. interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap

(33)

commit to user

7. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan

awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada

materi pokok Hidrokarbon.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menberikan :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai masukan guna memperluas wawasan bagi guru dalam memilih

model pembelajaran.

b. Sebagai bahan rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

kimia.

c. Menambah khasanah karya ilmiah dalam mata pelajaran kimia.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat

bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar.

b. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih

mencermati dalam menentukan metode pembelajaran sehingga mencapai

tujuan dengan baik. Sebagai contoh dalam penerapan model pembelajaran

(34)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran kimia

Menurut Poerwadarminta (1984: 22) istilah “pembelajaran” sama dengan

“pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti : cara (perbuatan) mengajar atau

mengajarkan. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk

mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau

mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan.

(Slameto, 2003:32) direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran. Menurut Murshell, pembelajaran digambarkan sebagai

“mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar

menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. (Slameto, 2003:32). pembelajaran adalah

suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung

dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman A.M.,

1994:46-47).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

usaha untuk membuat siswa belajar yaitu dengan bertambahnya pengetahuan atau

perubahan tingkah laku pada dirinya dan suatu usaha untuk menciptakan kondisi

yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

(35)

commit to user

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam

pembentukan dan perilaku individu. Menurut Mohammad Joko Susilo (2007 : 165),

“ belajar yaitu keaktifan siswa dan motivasi siswa untuk mengembangkan

kompetensi, tata nilai, sikap, dan kemandirian”. Dalam belajar siswa diharapkan

mengalami perubahan tingkah laku dari aktivitas yang dialami siswa pada proses

pembelajaran sehingga dalam diri siswa timbul motivasi yang dapat

mengembnagkan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan

dalam kebiasaan berpikir. ”Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak.

Perkembangan dan cara kerja fungsi otak dipengaruhi oleh hasil interaksi dengan

objek belajar atau lingkungan” ( Muhibbin Syah, 2005: 89). Dalam hal ini seorang

siswa dapat belajar bagaimana caranya belajar dari pengalaman belajar yang

dialami. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan objek

belajar, misalnya siswa mengerjakan tugas, melakukan pemecahan masalah,

mengamati suatu gejala, percobaan dan lain-lain.

b. Teori – teori Belajar

Banyak teori belajar yang telah disusun oleh para ahli namun tidak dapat

dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai

keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga dalam pelaksanaannya perlu

menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat

kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain:

1). Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Von Glaserfelt dalam Paul Suparno (1997 : 18),” Kontruktivis

adalah konstruksi kita sendiri”. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar

(36)

commit to user

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar tidak

hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam

diri mereka sendiri. Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil

interpretasi atau suatu gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola

pikir siswa itu sendiri. Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah dan

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Oleh karena itu, agar peserta didik

benar-benar memahami, mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah

dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.

Paul Suparno (1997 : 28),” belajar merupakan proses mengkonstruksi

(membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman

dan lingkungan sehingga diperlukan keaktifan dari masing – masing siswa”. Belajar

merupakan pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh sipembelajar, siswa

harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi

makna tentang hal- hal yang dipelajari. Paradigma konstruktivistik memandang

siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari

sesuatu, sehingga kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam

mengkontruksi pengetahuan yang baru.

Von Galserfeld dalam Paul, S. (1997: 60), berpendapat bahwa ada beberapa

kemmapuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi pengetahuan yaitu : ”

a). Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengetahuan; b).

Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan

perbedaan; c). Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada

yang lain”.

(37)

commit to user

sendiri otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar

dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental

aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental siswa,

guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan, tantangan

berpikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci

pembelajaran.

Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi

pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu.

Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa

menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar

realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.

Menurut Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul “Between

Constructivism and Connectedness ”(2008: 325):

“ Thus, constructivist teacher education programs typically agree on the following four principles formulated: a). Constructivist learning is about constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist learning is about understanding and applying, not recall.; c). Constructivist learning is about thinking and analyzing, not accumulating and memorizing; d). Constructivist learning is about being active, not passive.

Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe

pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a).

Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun

pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis

berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c).

Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan

(38)

commit to user

Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan

pembelajaran yang bersifat pasif.

Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang membangun atau

membentuk pengetahuan itu dari dalam diri siswa berdasarkan pengalaman yang

dialami. Dengan pengalaman yang dimiliki maka penerapan konsep untuk

membetuk pengetahuan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Selain

itu dalam pembelajaran kontruktivisme merupakan pembelajaran untuk berpikir dan

menganalisis pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman (pelajaran kimia

khususnya materi Hidrokarbon) dari pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi

konkrit sehingga siswa benar – benar mengerti dan paham materi Hidrokarbon dan

siswa tidak menghafal konsep materi Hidrokarbon dalam belajar. pembelajaran

konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga dengan keaktifan itu

siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikasi dari teori belajar

konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya

sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri,

memecahkan masalah yang dihadapinya, aktif, mandiri, kritis, kreatif dan mampu

mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.

2). Teori Belajar Kognitif

Menurut Asri Budiningsih ( 2005 :51), ” belajar adalah perubahan persepsi

dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat dialami dan

diukur”. Berdasarkan uraian diatas setiap orang telah memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya.

(39)

commit to user

beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Teori psikologi

kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur – unsur kognisi

terutama pikiran untuk mengenal dan memahami stimulus dari luar. Hal ini berarti

aktivitas belajar ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan

informasi. Prinsip – prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah

sebagai berikut : a). siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses

berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap – tahap

tertentu; b). anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan

baik, terutama jika menggunakan benda – benda konkrit; c). keterlibatan siswa

secara aktif dalam belajar sangat penting karena hanya dengan mengaktifkan siswa

maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi

dengan baik; d). untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu

mengaitkan pengalaman dan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah

dimiliki si pembelajar; e). pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi

pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke

komplek; f). belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar meghafal; g).

adanya perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatikan karena faktor ini

sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Teori yang termasuk dalam teori kognitif

antara lain :

a). Teori perkembangan Piaget

Piaget adalah ahli psikologi ynag pertama menggunakan filsafat

konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses

pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir konkrit

(40)

commit to user

yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem

syaraf. Semakin bertambah umurnya maka kemampuan seseorang akan semakin

meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat

didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan

mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula kualitatifnya. Piaget membagi

tahap – tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu : (1). Tahap sensorimotor

( umur 0-2 tahun) yaitu pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan

motorik dan persepsinya yang sederhana; (2). Tahap Preoperasional ( umur 2- 7/8

tahun) yaitu anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan

konsepnya walaupun masih sangat sederhana; (3). Tahap Oerasional konkret ( umur

7/8-12/12 tahun) yaitu ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada

penggunaan aturan – aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible dan

kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir tetapi hanya dengan benda –

benda yang bersifat konkret dan masih memiliki masalah mengenai cara berpikir

abstrak; (4). Tahap opersional fornal ( umur 11/12-18 tahun) yaitu pada tahap ini

anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir ”

kemungkinan”.

Skema merupakan suatu struktur mental atau kognitif yang dengan

seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.

Menurut piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon

lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif

yang dengan seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman

baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi

(41)

commit to user

terbentuk secara tidak langsung. Selanjunya dalam proses perkembangan kognitif

seseorang diperlukan keseimbangan antara antara asimilasi dan akomodasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa materi yang diajarkan

harus sesuai tingkat perkembangan kognitif siswa yang tergolong pada tingkat

operasional konkrit sehingga konsep diwujudkan dalam bentuk konkrit.

b) Teori Vygotsky

Teori perkembangan kognitif yang dinyatakan oleh Vygotsky

mengembangkan pemahaman pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran di mana

pebelajar tinggal yakni interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal.

Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone Proximal Development (ZPD). Menurut

Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam

jangkauan kemampuan siswa, atau tugas-tugas itu berada dalam ZPD siswa, yaitu

tingkat perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan

intelektual siswa yang dimiliki saat ini. Vygotsky membedakan antara

perkembangan dengan belajar. Belajar tidak sama dengan perkembangan tetapai

belajar terkait dengan perkembangan, yakni belajar dapat menyebabkan terjadinya

proses perkembangan intelektual. Vygotsky memberikan batasan tentang teori

perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan

sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara

mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan

pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama

dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa

(42)

commit to user

antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam

individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang ditekankan dalam teori

Vygotsky, yakni :

”(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori

Vygostky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan

pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok – kelompok belajar yang

mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanannya dalam pembelajaran

supaya siswa mempunyai tanggung jawab terhadap belajar.

3). Teori Belajar bermakna dari Ausubel

Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang

dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki

siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk

mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar

dapat mempermudah proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif

orang yang belajar. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan

potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar

(43)

commit to user

kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya

dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.

Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar ( 1989: 117) teori belajar

bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur awal ( Advance

organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat” .

a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan

menolong mereka untuk mengingat kembali informasi - informasi yang

berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan

baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi

kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru.

Contoh: handout sebelum perkuliahan, b) Diferensiasi progresif: Materi pelajaran

yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan

konsep – konsep yang umum dulu, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus,

disertai dengan contoh-contoh, sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada

materi hidrokarbon terlebih dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan

menunjukan mengapa senyawa itu disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan

ada dua macam senyawa karbon yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini

dijelaskan berdasarkan perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan

menjadi beberapa golongan yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation.

Kemudian hidrokarbon diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna

berdasarkan sifat – sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh –

contoh yang terdapat dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif:

Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan

(44)

commit to user

Belajar superdinat: terjadi bila konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya

dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori

belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau

guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya

dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi

yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu

kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI adalah kedua

metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh

pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan

pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya

dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep

baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru.

4). Teori Pemrosesan informasi Gagne

Asumsi yang menyadari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan

faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil

kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi

delapan fase (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 141) yaitu ”delapan tahapan tersebut

adalah: (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5)

ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik”. Dalam

pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga

menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori

(45)

commit to user

kondisi – kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri

individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang

terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari

lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran berupa metode

pembelajaran dan media pembelajaran.

5).Teori Motivasi

Motivasi merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan

tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia dari periode yang satu berbeda dari

periode yang lain begitu pula dari daerah ynag satu berbeda dari daerah yang lain.

Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan pandangan hidup manusia itu sendiri

dan perbedaan pandangan hidup manusia atas manusia. Perspektif motivasional

terdiri atas belajar secara kerjasama yang berfokus kepada tujuan atau penghargaan

kepada siswa yang berkooperatif. Deutsch (1949) dalam Slavin (1995: 16),

mengidentifikasikan tiga tujuan kooperatif yaitu:

” a). kooperatif yang berorientasi kepada pencapaian tujuan orang lain; b). kooperatif yang bersifat perseorangan, yaitu berorientasi bukan untuk orang lain; c). struktur kerjasama yang menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya jalan agar tercapainya tujuan dirinya sendiri adalah dengan mensukseskan tujuan dari kelompoknya dahulu”.

Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya

dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk

mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan

kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok (atau penjumlahan pencapaian

individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana

anggota kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers ( seperti dorongan

(46)

commit to user

6). Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial adalah perluasan dari teori belajar perilaku yang

tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima

sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak

penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat dari perilaku, tetapi memberikan lebih

banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku dan pada

proses-proses mental internal.

Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27),

menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam

dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi psikologi

diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan -

determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan. Pernyataan ini

didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh Bandura yang

menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku pro sosial dan

juga tingkah laku anti sosial.

Menurut Bandura (1977) dalam William Crain (2007 : 304), ada empat

komponen pada proses belajar lewat pengamatan (observasi) yang dapat dilihat

dalam gambar 2.1.

[image:46.595.108.520.247.502.2]

Gambar 2. 1. Analisis Belajar Observasional

a) Proses Perhatian (Attention)

Pada fase ini siswa memberikan perhatian kepada suatu model. Model –

model yang menarik, berhasil menimbulkan minat dan popular biasanya banyak Peristiwa

Penampilan Model

Proses Perhatian

Proses Retensi

Proses Reproduksi

(47)

commit to user

menarik perhatian siswa. Dalam kelas, guru mmeperoleh perhatian dari para siswa

jika guru menyajikan isyarat- isyarat yang jelas dan menarik menggunakan hal – hal

baru, aneh atau tak terduga dengan memotivasi para siswa agar menaruh perhatian (

misalnya dengan berkata, ”dengarkanlah baik – baik, ini akan muncul dalam ujian

minggu depan”).

b. (Proses Mengingat (Retention)

Pada fase ini siswa mencoba menyajikan simbol-simbol (disebut dengan

proses pengkodean simbolis) dari penapilan si model, lalu mengorganisasikan secara

kognitif dalam sistem ingatannya untuk diubah menjadi kode-kode visual dan

verbal, lalu menyimpan kode – kode tersebut dalam ingatan untuk digunakan

b) Proses Reproduksi Motorik (Motoric Reproduction)

Pada fase ini kode-kode simbolik verbal dan visual dalam memori

dibangkitkan untuk membimbing penampilan perilaku. Seperti halnya proses

mengingat, proses ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu. Fase ini

memungkinkan model atau guru melihat apakah komponen-komponen suatu urutan

perilaku telah dikuasai siswa atau belum.

Agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka perlulah memperhatikan

prinsip-prinsip belajar. Beberapa prinsip-prinsip belajar diantaranya adalah sebagai berikut: a)

Belajar perlu memiliki pengalaman dasar; b) Belajar harus memiliki tujuan yang

terarah; c) Belajar memerlukan situasi yang problematis, yang akan membangkitkan

motivasi belajar; d) Belajar harus memiliki tekad dan kemauan yang keras dan tidak

mudah putus asa; e)Belajar memerlukan bimbingan, arahan serta dorongan; f)

Belajar memerlukan latihan; g) Belajar memerlukan metode yang tepat; h) Belajar

(48)

commit to user

Dengan memahami pengertian belajar dengan benar dan memahami

prinsip-prinsip belajar, maka seorang guru dapat merencanakan metode pembelajaran yang

sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan disesuaikan dengan karakter siswa

yang diajar.

2. Pembelajaran kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Menurut teori konstruktivis pembelajaran kooperatif berdasar atas teori

bahwa “siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang

sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan

temannya” (Slavin, 1995: 5). Dalam hal ini pembelajaran konstruktivis menekankan

dan menitikberatkan pada bagaimana persiapan siswa untuk memecahkan masalah

dalam situasi yang ambigu sehingga dalam kondisi tersebut siswa dapat bekerja

sama saling membantu dalam stu kelompok. Menurut Effandi Zakaria and Zanaton

Iksan dalam jurnalnya yang berjudul “Promoting Cooperatif Learning in Scince and

Mathematic Education : A Malaysian Perspectif” (2006:2)

“ Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both an instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.”

Pembelajaran kooperatif berdasarkan atas kepercayaan bahwa pembelajaran

yang paling efektif ketika siswa terlibat aktif dalam mengeluarkan pendapat dan

bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran kooperatif

menggunakan perpaduan antara metode pembelajaran dan alat atau media

pembelajaran.

(49)

commit to user

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih

asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”. Dalam hal ini

pembelajaran pembelajaran koopertif merupakan strategi belajar dengan jumlah

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dan dalam menyelesaikan

tugas kelompok setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memamahi materi pelajaran. Menurut Isjoni ( 2007: 12)“

pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman

dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran“.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menekankan siswa

belajar dalam kelompok heterogen campuran yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa.

Kelompok heterogen meliputi tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin,

suku/ras, dan status sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan

memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam me

Gambar

Gambar 2. 1. Analisis Belajar Observasional
Tabel 2.1. Perbandingan  Senyawa Organik dan  Senyawa Anorganik
Gambar  2. 2. Percobaan untuk menunjukkan karbon                       dan hidrogen dalam senyawa organik
Gambar 2.3. Rumus Bangun Metana
+7

Referensi

Dokumen terkait

tertarik untuk meneliti: “ PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Dari data penelitian prestasi belajar fisika materi Gerak Lurus kelompok siswa dengan penerapan media KIT dan media Animasi diperoleh harga Signifikansi = 0.873, Kemampuan Awal

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh interaksi antara metode pembelajaran aktif penemuan terbimbing dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar

Menurut Usman dan Setiawan (1993: 9-10) menyataka salah satu faktor intern yang mempengaruhi prestasi siswa adalah kemampuan awal yang dimiliki siswa yang diperoleh dari

Terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar IPS. dengan taraf signifikan 0,05,

(3) Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik ditinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi,

Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif disebabkan karena perubahan perilaku afektif melalui

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara penerapan model pembelajaran STAD dan TGT dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar aspek