commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN
PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon
Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban
Tahun Ajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Kimia
Oleh :
Widi Astuti
S830809226
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN
PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon
Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban
Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun oleh :
Widi Astuti
S830809226
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama TandaTangan Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr Ashadi __________ __________
NIP.195101021975011001
Pembimbing II : Drs. Haryono, M.Pd ___________ __________
NIP.195204231976031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
commit to user
iii
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN
PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon
Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban
Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun oleh :
Widi Astuti
S830809226
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal, ……….
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd
.………
Sekretaris Dra. Suparmi, M.Sc., Ph.D. ..………...
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Ashadi
……….
2. Drs. Haryono, M.Pd ……….
Surakarta,………. Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains
commit to user
iv
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. Widha Sunarno, M.Pd NIP. NIP.
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Widi Astuti
NIM : S 830809226
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran
Kimia Menggunakan TGT dengan Permainan TTS dan Roda Impian
ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus
Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2009/2010) adalah betul-betul karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Desember 2010
Yang membuat pernyataan
commit to user
v
ABSTRAK
Widi Astuti, S830809226. “Pembelajaran Kimia Menggunakan TGT dengan
Permainan TTS dan Roda Impian ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa”. Tesis, Pembimbing 1 : Prof. Ashadi, Pembimbing 2 :
Drs. Haryono, M.Pd, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar. (2) pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (3) pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia. (5) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia (6) interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban teknik Claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel kemampuan awal dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif dan motivasi belajar digunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.
commit to user
vi
dengan kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.
ABSTRACT
Widi Astuti, S830809226.. “Chemistry study uses Team Games Tournaments
(TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from the beginning ability of student and motivating study of student ". Thesis, guide
1: Prof. Ashadi, guide 2: Drs. Haryono,M.Pd, surakarta: program science education Program of Graduate Studies of Sebelas Maret University, december 2010.
The objectives of the research are to know: (1) the effect of TGT learning method using cross word and wheel of fortune to the student’s achievement in chemistry. (2) the effect of high and low the beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (3) the effect of high and low motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (4) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (5) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (6) interaction between the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (7) interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune, the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry.
The research is using experiment method. The population is the students of grade X, SMA Negeri 1 Mojolaban in the academic year 2009/2010, Sample is taken by claster random sampling technique, number 2 classes. The technique of collecting data from the variable of the beginning ability and cognitive student’s achievement are collected by tes method and those in affective student’s achievement and motivation are collected by questionnaires. The technique of analyzing data is ANAVA three ways different cell.
commit to user
vii
achievement in chemistry. (7) there are interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune the beginning ability of student, and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry.
MOTTO
Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu lakukan dengan belajar dan sabar (Penulis)
Jangan menggantungkan diri kepada orang lain untuk melakukan sesuatu jika kita masih mampu untuk melakukannya sendiri
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : Bapak & Ibu tercinta
Adeku dedek dan Dek Yuda tersayang Mz Agung terkasih,
Semua sahabat terdekat_Qoe,( Ema, Riana, Endit, Mbak Havidoh)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program S2 Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setulusnya kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas
dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta telah
memberikan arahan, bimbingan serta dukungannya bagi penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
3. Prof. Dr Ashadi., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
commit to user
x
5. Drs.Tukiman, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
6. Drs. Bambang Suryono, Dipl.Ed, selaku Kepala SMA Negeri 1 Polokarto
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan tryout
penelitian.
7. Umi Hanifah, S.Pd, selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mojolaban atas
bantuan dan masukannya selama pengambilan data.
8. Siswa Kelas X-2 dan X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban atas kerjasama yang telah
diberikan saat pengambilan data.
9. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan yang terbaik dan
memberikan kasih sayang, nasehat, dorongan, dan semangat bagi penulis.
10. Mas Agung dan adekku tersayang terimakasih atas dukungan, doa, nasehat
dan cintamu yang membuat semangat baru dalam hidupku.
11. Sahabat sejati (Riana, Ema, Endit, Rahmi, Okta, Ines) terimakasih atas
indahnya persahabatan, riangnya canda tawa dalam hari – hariku dan semoga
persahabatan kita tak akan putus oleh waktu dan keadaan, Amin.
12. Seluruh teman – teman P. Sains Paralel III angkatan September 2009 atas
segala dukungannya.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan tesis ini. Akhirnya, semoga karya
sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan
commit to user
xi
Surakarta, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ... i
PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 10
commit to user
xii
A. Tinjauan Pustaka... 11
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kimia ... 11
2. Pembelajaran Kooperatif... 26
3. Pembelajaran Kooperatif TGT ... 31
4. Teka-Teki Silang ... 35
5. Roda Impian ... 37
7. Kemampuan Awal... 38
8. Motivasi Belajar ... 40
9. Prestasi Belajar ... 46
10. Hidrokarbon ... 50
B. Penelitian yang Relevan ... 71
C. Kerangka Berpikir ... 75
D. Hipotesis ... 83
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 85
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 85
B. Metode Penelitian ... 85
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 87
D. Variabel Penelitian ... 88
E. Teknik Pengumpulan Data ... 89
F. Instrumen Penelitian... 90
G. Teknik Analisis Data ... 100
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 85
A. Deskripsi Data ... 103
commit to user
xiii
C. Pengujian Hipotesis ... 113
D. Pembahasan ... 119
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 132
A. Kesimpulan ... 132
B. Implikasi ... 134
C. Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 137
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
1. Data nilai rata- rata ulangan harian Hidrokarbon tahu pelajaran
2007/2008 dan 2008/2009 ... 6
2. Perbandingan Karbon Organik dan Anorganik ... 51
3 Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkana ... 57
4. Deret Homolog ... 58
5. Rumus Gugus Alkil ... 59
6. Data Sifat Alkana ... 61
7. Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkena ... 64
8. Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkuna ... 68
9. Rancangan Penelitian ... 86
10. Contoh Skor Penilaian Afektif ... 96
11. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa………. 103
12. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa ... 104
13. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif ... 105
14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-TTS ... 105
15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-RI ... 106
16. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif ... 106
17. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Masing –masing Kelompok ... 108
commit to user
xv
19. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kemampuan Awal ... 110
20. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Motivasi Belajar ... 111
21. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar ditinjau dari Metode,
Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar ... 112
22. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif ... 113
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
halaman
1. Analisis Belajar Observasional ... 23
2. Percobaan Menunjukan Karbon dan Hidrogen dalam Senyawa Organik ... 52
3. Rumus Bangun Metana... 53
4. Ikatan Tunggal... 54
5. Ikatan Rangkap Dua... 54
6. Ikatan Rangkap Tiga... 54
7. Rantai Lurus... 55
8. Rantai Bercabang... 55
9. Rantai Siklis... 55
10. Rantai Aromatis ... 55
11. Kedudukan Atom Karbon... 56
12. Model molekul Metana... 57
13. Model molekul Etana... 57
14. Model molekul Propana... 58
15. Model molekul Etena ... ... 64
16. Model molekul Propena ... .. 64
17. Model molekul Etuna... 68
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1. Silabus ... 140
2. Skenario Pembelajaran ... 142
3. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Awal ... 150
4. Soal Kemampuan Awal ... 151
5. Lembar Jawaban ... 159
6. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Awal ... 160
7. Kisi – Kisi Tes Kognitif ... 161
8. Soal Tes Kognitif ... 162
9. Kunci jawaban Tes Kognitif ... 173
10. Indikator Instrumen Afektif ... 174
11. Pedoman Penskoran Peniliaian Aspek Afektif ... 175
12. Alat Penilaian Afektif ... 176
13. Kisi – kisi Angket Motivasi Belajar ... 179
14. Pedoman Penskoran Angket Motivasi Belajar Kimia ... 180
15. Identitas Siswa ... 181
16. Angket Motivasi Belajar ... 182
17. Aturan Permainan Teka – teki silang ... 184
18. Indikator Teka – teki silang ... 185
19. Soal Teka – Teki Silang I ... 186
commit to user
xviii
21. Soal Teka – Teki Silang II ... 189
22. Kunci Jawaban Teka – Teki Silang II ... 191
23. Lembar Teka – teki silang I ... 192
24. Jawaban Teka- teki silang I ... 193
25. Lembar Teka – teki silang II ... 194
26. Jawaban Teka- teki silang II ... 195
27. Aturan Permainan Roda Impian ... 196
28. Indikator Soal Roda Impian ... 197
29. Soal Roda Impian ... 201
30. Jawaban Soal Roda Impian ... 207
31. Lembar kerja Siswa ... 223
32. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 255
33. Hasil Tryout Kemampuan Awal ... 265
34. Hasil Tryout Kognitif ... 267
35. Hasil Tryout Afektif ... 270
36. Hasil Tryout Motivasi ... 274
37. Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2007/2008 ... 277
38. Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2008/2009 ... 278
39. Daftar Nilai Individu Kelas X-2 tahun 2009/2010... 281
40. Daftar Nilai Kelompok Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 282
41. Nilai Afektif Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 286
42. Nilai Motivasi Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 288
43. Daftar Nilai Individu Kelas X-3 tahun 2009/2010... 289
commit to user
xix
45. Nilai Afektif Kelas X-3 tahun 2009/2010 ... 293
46. Nilai Motivasi Kelas X-3 tahun 2009/2010 ... 295
47. Data Induk Penelitian ... 296
48. Daftar Nilai Ulangan Nilai Redoks kelas X tahun 2009/2010 ... 299
49. Uji Keseimbangan ... 300
50. Uji Normalitas ... 308
51. Uji Homogenitas ... 312
52. Uji Lanjut ... 315
53. Deskripsi Prestasi Kognitif ... 317
54. Deskripsi Prestasi Afektif ... 319
55. Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-2 ... 320
56. Rekap Poin Kelompok Kelas X-2 ... 321
57. Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-3 ... 323
58. Rekap Poin Kelompok Kelas X-3 ... 324
commit to user
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan
pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968
sampai kurikulum 2004. Pada kurikulum 2004 yang dikenal dengan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum
yang menghasilkan standar nasional dan berorientasi pada kecakapan hidup (Life
Skill) serta pendidikan akademik. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan
kemampuan menyelesaikan tugas – tugas sehingga dapat menumbuhkan tanggung
jawab dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurikulum Berbasis
Kompetensi bertujuan untuk menciptakan lulusan yang berkompeten untuk
membangun kehidupan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kurikulum ini,
guru diberikan peluang yang luas untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan
kebutuhan sekolah dan sistem belajar tuntas benar - benar dituntut untuk diterapkan,
dimana siswa dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya apabila kompetensi
sebelumnya telah dikuasai.
Menurut Balitbang Depdinas, (2002: 1), Kurikulum Berbasis Kompetensi
memiliki ciri – ciri sebagai barikut :
commit to user
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pembelajaran dilaksanakan secara
menyeluruh untuk mencapai kompetensi sesuai standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. KBK menuntut metode pengajaran yang bervariatif
karena siswa tidak dinilai berdasarkan nilai kognitif saja tetapi juga afektif dan
psikomotornya. Kurikulum ini menuntut guru dan siswa bersikap toleran
menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan kebhinnekaan serta berpikiran terbuka.
Dengan demikian guru dan siswa dapat bersama-sama belajar menggali
kompetensinya masing-masing dengan optimal. Pendekatan dan pembelajaran yang
didominasi oleh guru (teacher centered) harus mulai di ubah menjadi pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga guru hanya bertindak sebagai
fasilitator saja. Oleh karena itu guru harus mampu merancang skenario atau strategi
pembelajaran yang efektif, demokratis, terbuka dan menyenangkan. Penilaian di
KBK merupakan penilaian tentang kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada
proses pembelajaran (penilaian proses) sehingga penilainnya tidak hanya diperoleh
akhir periode tetapi dilakukan secara berkesinambungan dengan kegiatan
pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata – mata
hasil.
Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh
pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai
pengembangan dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan
KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta lingkungannya. Pada KTSP ini, guru diberi kesempatan untuk
commit to user
kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan
disampaikan disekolah. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta
tingkat kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru
sebagai pendidik harus bisa memilih strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta
didiknya.
Mata pelajaran kimia sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit,
menakutkan, dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami
dan menguasai konsep – konsep dasar pada materi kimia. Akibat dari kesulitan –
kesulitan yang ada diharapkan para guru kimia mampu menyajikan materi – materi
kimia dengan lebih menarik dan bersahabat, serta mampu memberikan motivasi
sehingga siswa akan termotivasi mempelajari kimia. Untuk menyajikan materi kimia
secara lebih menarik, guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan
metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Beberapa hal yang mempengaruhi
proses belajar siswa SMA dalam belajar kimia adalah sebagai berikut : kemampuan
awal yang dimiliki siswa, peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan
guru dalam penyampaian materi pelajaran, dan penggunaan metode mengajar yang
sesuai dengan materi.
Nana Sudjana (1995: 158) mengatakan bahwa “ pengetahuan dan
kemampuan dasar baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya dan kemampuan
yang lebih rendah dari pengetahuan baru tersebut”. Abd Gafur (1982: 57)
menyatakan bahwa “Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan
dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya lain-lain latar belakang
commit to user
suatu program pengajaran”. Jadi kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang
dimiliki siswa dari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi
baru. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima
dan mempelajari materi pelajaran baru dibandingkan siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah.
Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan metode yang tepat
dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta
memahami segala sesuatu yang disajikan guru sehingga melalui tes hasil belajar
dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran yang tepat
diharapkan siswa mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat
berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar
mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar
adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan keberhasilan proses
belajar mengajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan tersebut adalah
pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan pembelajaran ini merupakan
strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengkonstruksi
pengetahuannya, menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah,
mendiskusikan masalah dan mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide.
Teori pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme. Hal ini atas dasar siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
masalah-masalah tersebu dengan temannya (Slavin, 1995: 5). Penelitian
commit to user
misalnya meningkatkan pencapaian akademik, pengembangan afektif dan sosial,
serta meningkatkan hubungan ras atau etnik. Pembelajaran kooperatif juga
membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dan melatih hidup bersama.Model
pembelajaran kooperatif lebih menekankan kepada siswa untuk membentuk
kelompok-kelompok dan setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan awal yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), motivasi belajar siswa
yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), dan bekerjasama dalam semangat
pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif
terdapat beberapa variasi metode yang diterapkan antara lain: metode Student Team
Achievement Divison (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Number
Heads Together (NHT), Group Investigation (GI), Team Assited Individualization
(TAI). Sedangkan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa
diperlukan media pembelajaran yang inovatif seperti : TTS, Ular Tangga, Roda
Impian, Piramida.
Dari beberapa metode pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran
tersebut, peneliti telah mempelajari teknik-teknik mekanisme proses pembelajaran
masing-masing metode, untuk dipilih dan disesuaikan dengan keadaan siswa dari
dua kelas, karena di kedua kelas tersebut siswa memiliki kecenderungan aktif untuk
bermain. Diantara metode pembelajaran kooperatif yang dirasa sesuai untuk
mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah metode kooperatif
Teams Games Tournaments (TGT). Alasannya karena metode kooperatif TGT tepat
untuk melibatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi Hidrokarbon. Pada
TGT siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya.
commit to user
Word) dan Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan tersebut mempunyai
perbedaan dalam hal teknik menjawab dan daya tarik. Dengan adanya permainan
diharapkan siswa dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar kimia serta dapat
mengarahkan siswa dalam suasana kerja sama sehingga dapat meningkatkan
prestasi. Menurut Slavin (1995: 285), “TGT lebih tepat untuk mengajar obyek yang
didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu
pengetahuan”. Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada
fakta-fakta dan pemikiran-pemikiran para ahli. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat
menggunakan metode TGT. Salah satu materi dalam ilmu kimia adalah
Hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran
kimia yang penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari, bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari
siswa. Untuk itu perlu cara yang mudah dalam penyampaian materi Hidrokarbon
kepada siswa yaitu dengan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih
aktif belajar dan tidak cepat merasa bosan.
Keberhasilan suatu pembelajaran selain ditentukan oleh faktor eksternal juga
ditentukan oleh faktor internal. Metode pembelajaran, guru, bahan ajar, sarana dan
prasarana merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal biasanya telah
dimiliki dalam diri siswa yang meliputi bakat, minat, kemampuan awal, kreativitas,
motivasi, keingintahuan dan kecerdasan siswa. Faktor internal yang akan diteliti
dalam penelitan ini adalah kemampuan awal dan motivasi belajar siswa. Sebab
dalam mempelajari materi Hidrokarbon dibutuhkan kemampuan prasyarat yang baik
agar siswa mudah memahami materi Hidrokarbon yang baru diterima, disamping itu
commit to user
keaktivan agar diskusi atau kerja kelompok dapat berjalan lancar. Sebab siswa yang
memiliki keaktifan tinggi lebih mudah mengeluarkan gagasan, memiliki dorongan
rasa ingin tahu yang besar terhadap situasi atau permasalahan yang dihadapinya.
Dengan demikian akan timbul aktivitas belajar siswa yang aktif dalam pembelajaran.
Oleh sebab itu peneliti meninjau kemampuan awal dan motivasi belajar dalam
penelitian ini.
Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang khas misalnya
individualis, kompetitif, dan kooperatif oleh karena itu setiap orang tidak akan
memberikan respon yang sama pada suasana kerjasama (kooperatif). Dengan
melihat kecenderungan–kecenderungan tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa
kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pencapaian
hasil belajar siswa. Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah untuk
menerima pelajaran. Sebaliknya siswa yang kemampuan awal rendah
dimungkinkan prestasi belajarnya kurang karena siswa belum menguasai konsep –
konsep dasar sebagai acuan untuk mempelajari materi baru.
Selain kemampuan awal, faktor motivasi belajar siswa juga mendukung
keberhasilan suatu pembelajaran. Motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sebab siswa yang mempunyai motivasi
belajar yang baik cenderung merasa ingin tahu lebih dalam materi yang disajikan
oleh guru, kecenderungan memberikan orisinalitas gagasan-gagasan dalam mencoba
memecahkan masalah yang dihadapi serta kritis dalam mengajukan
pendapat-pendapat. Ironis sekali apabila guru dalam menyajikan materi hanya menggunakan
model pembelajaran yang monoton sebagai akibatnya pola berpikir kreatif dalam
commit to user
belajar siswa ini kurang mendapatkan perhatian oleh guru di SMA Negeri 1
Mojolaban. Guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya berpusat pada guru,
sehingga siswa menjadi pasif.
Persentase siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban yang mencapai ketuntasan
belajar pada mata pelajaran kimia masih rendah atau dibawah batas tuntas (62).,
khususnya pada materi Hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan pada tabel 1.1 persentase
siswa yang mencapai ketuntasan belajar dua tahun terakhir pada rata-rata ulangan
harian materi hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009.
Tabel 1.1 Data nilai rata-rata ulangan harian hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009
Tahun Ajaran Kelas Rata- rata nilai Hidrokarbon KKM Ketuntasan (%)
2007/2008 X-1 45,24 62 28,57
2007/2008 X-2 61,17 62 40,48
2007/2008 X-3 44,78 62 20
2008/2009 X-1 51,6 62 14,74
2008/2009 X-2 50,08 62 5
2008/2009 X-3 49,1 62 19,05
2008/2009 X-4 51,43 62 11,90
2008/2009 X-5 51,5 62 9,76
2008/2009 X-6 49,9 62 17,95
2008/2009 X-7 51,13 62 25
Sumber : Daftar nilai Ulangan harian materi Hidrokarbon kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun Pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009.
Pada kelas X semester 2 materi yang diajarkan meliputi larutan elektrolit
dan non elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi dan senyawa hidrokarbon. Namun pada
penelitian ini dilakukan pada materi Hidrokarbon. Materi ini mempunyai
karakteristik berupa konsep dan hafalan. Materi ini masih dianggap oleh siswa kelas
X SMA Negeri 1 Mojolaban sulit, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yang
menunjukkan tidak lebih dari 50% yang mencapai ketuntasan minimal. Disamping
itu, materi Hidrokarbon merupakan materi yang penting karena konsep-konsep
commit to user
selanjutnya sehingga diharapkan siswa mampu menguasai konsep-konsep yang
diajarkan pada materi Hidrokarbon. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu
adanya penerapan metode pembelajaran yang sesuai untuk materi Hidrokarbon
sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasar uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran
TGT-TTS dan TGT-RI ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester 2
tahun pelajaran 2009/2010 di SMA Negeri 1 Mojolaban.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan pada materi pokok Hidrokarbon sebagai berikut :
1. Belum semua guru SMA Negeri 1 Mojolaban mampu merancang skenario
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan
metode yang berorientasi pada student centered.
2. Mata pelajaran kimia masih disajikan secara abstrak dan belum menerapkan
sistem pembelajaran yang kondusif.
3. Proses pembelajaran belum diselenggarakan secara kreatif dan inovatif
sehingga guru belum menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa,
padahal telah dikembangkan pembelajaran yang menarik bagi siswa seperti
TTS, Ular Rangga, Roda Impian, Piramida.
4. Guru belum memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi dan menerapkan sesuai situasi dan kondisi siswa, padahal telah
commit to user
karakteristik siswa dan materi seperti STAD, TGT, NHT, TPS, Jigsaw, GI.
5. Perbedaan kondisi awal antar siswa seperti kemampuan awal, motivasi belajar,
kreativitas belajar dan aktivitas belajar belum diperhatikan oleh guru.
6. Masih banyak guru yang jarang melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk
meningkatakan pencapaian prestasi siswa.
7. Guru belum memperhatikan jenis permainan pada metode TGT yang dapat
menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.
8. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa yang bervariasi.
9. Guru belum memperhatikan motivasi belajar siswa yang bervariasi.
10. Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal
seharusnya penilaian mencakup kognitif, afektif, psikomotor.
11. Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah Struktur Atom, Sistem Periodik
Unsur, Ikatan Kimia, Stoikiometri, Larutan Elektrolit, Reaksi Redoks,
Hidrokarbon, dan Minyak Bumi diantara materi tersebut berkaitan, namun guru
belum menunjukkan keterkaitannya.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu
diberikan batasan masalah. Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban semester
genap.
2. Metode Pembelajaran
commit to user
pembelajaran kooperatif TGT menggunakan permainan TTS dan Roda Impian.
3. Kemampuan Awal
Kemampuan awal siswa dikatagorikan menjadi tinggi dan rendah.
4. Motivasi belajar
Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.
5. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek
kognitif dan afektif.
6. Materi Pokok
Materi yang diberikan dibatasi pada Hidrokarbon.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. apakah ada pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan
permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok Hidrokarbon ?
2. apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?
3. apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?
4. apakah ada interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan
permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap
prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?
commit to user
permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?
6. apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar
siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?
7. apakah ada interaksi antara penggunaan metode TGT , kemampuan awal siswa
dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok
Hidrokarbon?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan
Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon.
2. pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kimia pada materi pokok Hidrokarbon.
3. pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kimia pada materi pokok Hidrokarbon.
4. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan
TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar
kimia pada materi pokok Hidrokarbon.
5. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan
TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia
pada materi pokok Hidrokarbon.
6. interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap
commit to user
7. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan
awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada
materi pokok Hidrokarbon.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menberikan :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai masukan guna memperluas wawasan bagi guru dalam memilih
model pembelajaran.
b. Sebagai bahan rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
kimia.
c. Menambah khasanah karya ilmiah dalam mata pelajaran kimia.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat
bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar.
b. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih
mencermati dalam menentukan metode pembelajaran sehingga mencapai
tujuan dengan baik. Sebagai contoh dalam penerapan model pembelajaran
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran kimia
Menurut Poerwadarminta (1984: 22) istilah “pembelajaran” sama dengan
“pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti : cara (perbuatan) mengajar atau
mengajarkan. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk
mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan.
(Slameto, 2003:32) direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Menurut Murshell, pembelajaran digambarkan sebagai
“mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar
menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. (Slameto, 2003:32). pembelajaran adalah
suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung
dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman A.M.,
1994:46-47).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu
usaha untuk membuat siswa belajar yaitu dengan bertambahnya pengetahuan atau
perubahan tingkah laku pada dirinya dan suatu usaha untuk menciptakan kondisi
yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
commit to user
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan dan perilaku individu. Menurut Mohammad Joko Susilo (2007 : 165),
“ belajar yaitu keaktifan siswa dan motivasi siswa untuk mengembangkan
kompetensi, tata nilai, sikap, dan kemandirian”. Dalam belajar siswa diharapkan
mengalami perubahan tingkah laku dari aktivitas yang dialami siswa pada proses
pembelajaran sehingga dalam diri siswa timbul motivasi yang dapat
mengembnagkan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir. ”Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak.
Perkembangan dan cara kerja fungsi otak dipengaruhi oleh hasil interaksi dengan
objek belajar atau lingkungan” ( Muhibbin Syah, 2005: 89). Dalam hal ini seorang
siswa dapat belajar bagaimana caranya belajar dari pengalaman belajar yang
dialami. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan objek
belajar, misalnya siswa mengerjakan tugas, melakukan pemecahan masalah,
mengamati suatu gejala, percobaan dan lain-lain.
b. Teori – teori Belajar
Banyak teori belajar yang telah disusun oleh para ahli namun tidak dapat
dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai
keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga dalam pelaksanaannya perlu
menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat
kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain:
1). Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Von Glaserfelt dalam Paul Suparno (1997 : 18),” Kontruktivis
adalah konstruksi kita sendiri”. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar
commit to user
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam
diri mereka sendiri. Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil
interpretasi atau suatu gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola
pikir siswa itu sendiri. Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah dan
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Oleh karena itu, agar peserta didik
benar-benar memahami, mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah
dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.
Paul Suparno (1997 : 28),” belajar merupakan proses mengkonstruksi
(membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman
dan lingkungan sehingga diperlukan keaktifan dari masing – masing siswa”. Belajar
merupakan pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh sipembelajar, siswa
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi
makna tentang hal- hal yang dipelajari. Paradigma konstruktivistik memandang
siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari
sesuatu, sehingga kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam
mengkontruksi pengetahuan yang baru.
Von Galserfeld dalam Paul, S. (1997: 60), berpendapat bahwa ada beberapa
kemmapuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi pengetahuan yaitu : ”
a). Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengetahuan; b).
Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan
perbedaan; c). Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada
yang lain”.
commit to user
sendiri otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar
dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental
aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental siswa,
guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan, tantangan
berpikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci
pembelajaran.
Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi
pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu.
Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa
menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar
realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.
Menurut Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul “Between
Constructivism and Connectedness ”(2008: 325):
“ Thus, constructivist teacher education programs typically agree on the following four principles formulated: a). Constructivist learning is about constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist learning is about understanding and applying, not recall.; c). Constructivist learning is about thinking and analyzing, not accumulating and memorizing; d). Constructivist learning is about being active, not passive.
Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe
pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a).
Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun
pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis
berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c).
Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan
commit to user
Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan
pembelajaran yang bersifat pasif.
Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang membangun atau
membentuk pengetahuan itu dari dalam diri siswa berdasarkan pengalaman yang
dialami. Dengan pengalaman yang dimiliki maka penerapan konsep untuk
membetuk pengetahuan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Selain
itu dalam pembelajaran kontruktivisme merupakan pembelajaran untuk berpikir dan
menganalisis pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman (pelajaran kimia
khususnya materi Hidrokarbon) dari pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi
konkrit sehingga siswa benar – benar mengerti dan paham materi Hidrokarbon dan
siswa tidak menghafal konsep materi Hidrokarbon dalam belajar. pembelajaran
konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga dengan keaktifan itu
siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikasi dari teori belajar
konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya
sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri,
memecahkan masalah yang dihadapinya, aktif, mandiri, kritis, kreatif dan mampu
mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
2). Teori Belajar Kognitif
Menurut Asri Budiningsih ( 2005 :51), ” belajar adalah perubahan persepsi
dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat dialami dan
diukur”. Berdasarkan uraian diatas setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya.
commit to user
beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Teori psikologi
kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur – unsur kognisi
terutama pikiran untuk mengenal dan memahami stimulus dari luar. Hal ini berarti
aktivitas belajar ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan
informasi. Prinsip – prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut : a). siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap – tahap
tertentu; b). anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda – benda konkrit; c). keterlibatan siswa
secara aktif dalam belajar sangat penting karena hanya dengan mengaktifkan siswa
maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik; d). untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengaitkan pengalaman dan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki si pembelajar; e). pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi
pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke
komplek; f). belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar meghafal; g).
adanya perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatikan karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Teori yang termasuk dalam teori kognitif
antara lain :
a). Teori perkembangan Piaget
Piaget adalah ahli psikologi ynag pertama menggunakan filsafat
konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses
pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir konkrit
commit to user
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Semakin bertambah umurnya maka kemampuan seseorang akan semakin
meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan
mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula kualitatifnya. Piaget membagi
tahap – tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu : (1). Tahap sensorimotor
( umur 0-2 tahun) yaitu pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan
motorik dan persepsinya yang sederhana; (2). Tahap Preoperasional ( umur 2- 7/8
tahun) yaitu anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsepnya walaupun masih sangat sederhana; (3). Tahap Oerasional konkret ( umur
7/8-12/12 tahun) yaitu ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada
penggunaan aturan – aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir tetapi hanya dengan benda –
benda yang bersifat konkret dan masih memiliki masalah mengenai cara berpikir
abstrak; (4). Tahap opersional fornal ( umur 11/12-18 tahun) yaitu pada tahap ini
anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir ”
kemungkinan”.
Skema merupakan suatu struktur mental atau kognitif yang dengan
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.
Menurut piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon
lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif
yang dengan seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman
baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi
commit to user
terbentuk secara tidak langsung. Selanjunya dalam proses perkembangan kognitif
seseorang diperlukan keseimbangan antara antara asimilasi dan akomodasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa materi yang diajarkan
harus sesuai tingkat perkembangan kognitif siswa yang tergolong pada tingkat
operasional konkrit sehingga konsep diwujudkan dalam bentuk konkrit.
b) Teori Vygotsky
Teori perkembangan kognitif yang dinyatakan oleh Vygotsky
mengembangkan pemahaman pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran di mana
pebelajar tinggal yakni interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal.
Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone Proximal Development (ZPD). Menurut
Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam
jangkauan kemampuan siswa, atau tugas-tugas itu berada dalam ZPD siswa, yaitu
tingkat perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan
intelektual siswa yang dimiliki saat ini. Vygotsky membedakan antara
perkembangan dengan belajar. Belajar tidak sama dengan perkembangan tetapai
belajar terkait dengan perkembangan, yakni belajar dapat menyebabkan terjadinya
proses perkembangan intelektual. Vygotsky memberikan batasan tentang teori
perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara
mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa
commit to user
antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam
individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang ditekankan dalam teori
Vygotsky, yakni :
”(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori
Vygostky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan
pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok – kelompok belajar yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanannya dalam pembelajaran
supaya siswa mempunyai tanggung jawab terhadap belajar.
3). Teori Belajar bermakna dari Ausubel
Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar
dapat mempermudah proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
orang yang belajar. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar
commit to user
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya
dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar ( 1989: 117) teori belajar
bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur awal ( Advance
organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat” .
a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan
menolong mereka untuk mengingat kembali informasi - informasi yang
berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi
kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru.
Contoh: handout sebelum perkuliahan, b) Diferensiasi progresif: Materi pelajaran
yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan
konsep – konsep yang umum dulu, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus,
disertai dengan contoh-contoh, sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada
materi hidrokarbon terlebih dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan
menunjukan mengapa senyawa itu disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan
ada dua macam senyawa karbon yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini
dijelaskan berdasarkan perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan
menjadi beberapa golongan yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation.
Kemudian hidrokarbon diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna
berdasarkan sifat – sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh –
contoh yang terdapat dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif:
Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan
commit to user
Belajar superdinat: terjadi bila konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya
dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori
belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau
guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya
dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi
yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu
kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI adalah kedua
metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh
pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan
pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya
dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep
baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru.
4). Teori Pemrosesan informasi Gagne
Asumsi yang menyadari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi
delapan fase (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 141) yaitu ”delapan tahapan tersebut
adalah: (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5)
ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik”. Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori
commit to user
kondisi – kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran berupa metode
pembelajaran dan media pembelajaran.
5).Teori Motivasi
Motivasi merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan
tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia dari periode yang satu berbeda dari
periode yang lain begitu pula dari daerah ynag satu berbeda dari daerah yang lain.
Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan pandangan hidup manusia itu sendiri
dan perbedaan pandangan hidup manusia atas manusia. Perspektif motivasional
terdiri atas belajar secara kerjasama yang berfokus kepada tujuan atau penghargaan
kepada siswa yang berkooperatif. Deutsch (1949) dalam Slavin (1995: 16),
mengidentifikasikan tiga tujuan kooperatif yaitu:
” a). kooperatif yang berorientasi kepada pencapaian tujuan orang lain; b). kooperatif yang bersifat perseorangan, yaitu berorientasi bukan untuk orang lain; c). struktur kerjasama yang menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya jalan agar tercapainya tujuan dirinya sendiri adalah dengan mensukseskan tujuan dari kelompoknya dahulu”.
Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya
dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk
mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan
kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok (atau penjumlahan pencapaian
individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana
anggota kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers ( seperti dorongan
commit to user
6). Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial adalah perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima
sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak
penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat dari perilaku, tetapi memberikan lebih
banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku dan pada
proses-proses mental internal.
Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27),
menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam
dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi psikologi
diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan -
determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan. Pernyataan ini
didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh Bandura yang
menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku pro sosial dan
juga tingkah laku anti sosial.
Menurut Bandura (1977) dalam William Crain (2007 : 304), ada empat
komponen pada proses belajar lewat pengamatan (observasi) yang dapat dilihat
dalam gambar 2.1.
[image:46.595.108.520.247.502.2]
Gambar 2. 1. Analisis Belajar Observasional
a) Proses Perhatian (Attention)
Pada fase ini siswa memberikan perhatian kepada suatu model. Model –
model yang menarik, berhasil menimbulkan minat dan popular biasanya banyak Peristiwa
Penampilan Model
Proses Perhatian
Proses Retensi
Proses Reproduksi
commit to user
menarik perhatian siswa. Dalam kelas, guru mmeperoleh perhatian dari para siswa
jika guru menyajikan isyarat- isyarat yang jelas dan menarik menggunakan hal – hal
baru, aneh atau tak terduga dengan memotivasi para siswa agar menaruh perhatian (
misalnya dengan berkata, ”dengarkanlah baik – baik, ini akan muncul dalam ujian
minggu depan”).
b. (Proses Mengingat (Retention)
Pada fase ini siswa mencoba menyajikan simbol-simbol (disebut dengan
proses pengkodean simbolis) dari penapilan si model, lalu mengorganisasikan secara
kognitif dalam sistem ingatannya untuk diubah menjadi kode-kode visual dan
verbal, lalu menyimpan kode – kode tersebut dalam ingatan untuk digunakan
b) Proses Reproduksi Motorik (Motoric Reproduction)
Pada fase ini kode-kode simbolik verbal dan visual dalam memori
dibangkitkan untuk membimbing penampilan perilaku. Seperti halnya proses
mengingat, proses ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu. Fase ini
memungkinkan model atau guru melihat apakah komponen-komponen suatu urutan
perilaku telah dikuasai siswa atau belum.
Agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka perlulah memperhatikan
prinsip-prinsip belajar. Beberapa prinsip-prinsip belajar diantaranya adalah sebagai berikut: a)
Belajar perlu memiliki pengalaman dasar; b) Belajar harus memiliki tujuan yang
terarah; c) Belajar memerlukan situasi yang problematis, yang akan membangkitkan
motivasi belajar; d) Belajar harus memiliki tekad dan kemauan yang keras dan tidak
mudah putus asa; e)Belajar memerlukan bimbingan, arahan serta dorongan; f)
Belajar memerlukan latihan; g) Belajar memerlukan metode yang tepat; h) Belajar
commit to user
Dengan memahami pengertian belajar dengan benar dan memahami
prinsip-prinsip belajar, maka seorang guru dapat merencanakan metode pembelajaran yang
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan disesuaikan dengan karakter siswa
yang diajar.
2. Pembelajaran kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Menurut teori konstruktivis pembelajaran kooperatif berdasar atas teori
bahwa “siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan
temannya” (Slavin, 1995: 5). Dalam hal ini pembelajaran konstruktivis menekankan
dan menitikberatkan pada bagaimana persiapan siswa untuk memecahkan masalah
dalam situasi yang ambigu sehingga dalam kondisi tersebut siswa dapat bekerja
sama saling membantu dalam stu kelompok. Menurut Effandi Zakaria and Zanaton
Iksan dalam jurnalnya yang berjudul “Promoting Cooperatif Learning in Scince and
Mathematic Education : A Malaysian Perspectif” (2006:2)
“ Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both an instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.”
Pembelajaran kooperatif berdasarkan atas kepercayaan bahwa pembelajaran
yang paling efektif ketika siswa terlibat aktif dalam mengeluarkan pendapat dan
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran kooperatif
menggunakan perpaduan antara metode pembelajaran dan alat atau media
pembelajaran.
commit to user
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih
asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”. Dalam hal ini
pembelajaran pembelajaran koopertif merupakan strategi belajar dengan jumlah
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dan dalam menyelesaikan
tugas kelompok setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memamahi materi pelajaran. Menurut Isjoni ( 2007: 12)“
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran“.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menekankan siswa
belajar dalam kelompok heterogen campuran yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa.
Kelompok heterogen meliputi tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin,
suku/ras, dan status sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam me