• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autistik"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Indah Royhan Lubis Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 07 Januari 1995 Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. dr. Mansyur Gg.Berkat No.5 Medan Nomer Handphone : 087867365545

Email : indahroyhan@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-Qur’an Iqra’ Pematang Siantar (2000 – 2001) 2. SD N 122340 Pematang Siantar (2001 – 2007) 3. SMP N 2 Pematang Siantar (2007 – 2009) 4. SMA N 4 Pematang Siantar (2009 – 2012)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012 – sekarang)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2012

(2)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Ibu Yang Terhormat,

Saya adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian sebagai syarat akhir menyelesaikan pendidikan S1 saya dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autistik”.

Dalam penelitian ini saya memerlukan data yang berhubungan dengan judul saya tersebut. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar kuesioner. Tidak ada jawaban benar atau salah. Saya berharap Ibu memilih jawaban yang paling sesuai dengan apa yang Ibu rasakan. Sebelum mengisi kuesioner ini, Ibu diminta untuk mengisi identitas diri sebagai kelengkapan data penelitian ini. Sebagai peneliti saya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan data Ibu dan hanya menggunakan data tersebut dalam penelitian ini.

Partisipasi Ibu sangat berharga bagi penelitian yang sedang saya lakukan pada khusunya, dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran pada umumnya. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas untuk menerima atau menolak menjadi responden. Jika Ibu bersedia untuk turut serta dalam penelitian ini, saya mengharapkan Ibu untuk menandatangani surat persetujuan pada lembar yang telah disediakan. Atas bantuan dan kerjasama yang Ibu berikan, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK (INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiwa Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yaitu Indah Royhan Lubis dengan judul penelitian “Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autistik”.

Saya memahami bahwa penelitian ini akan menjaga kerahasiaan data saya dan partisipasi saya dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, masyarakat, maupun ilmu pengetahuan.

Medan, 2015

(4)

KUESIONER DEMOGRAFI

Keterangan: Beri tanda checklist (√ ) pada salah satu kotak dan isilah kolom yang kosong sesuai dengan kondisi Ibu.

1. Data Ibu

Nama ibu (inisial) :

Usia ibu :

Pendidikan terakhir : SMP SMA Diploma Sarjana

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Wiraswasta

Pegawai negeri / swasta

Profesional, sebutkan

Pendapatan keluarga/bln : < Rp 1.000.000

Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000

Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000

> Rp. 10.000.000

Suku : Batak Minangkabau

Jawa Melayu

Sunda Tionghoa

Aceh

Status Pernikahan : Menikah Janda

(5)

Hubungan dengan anak autistik : Ibu kandung

Ibu tiri

Ibu angkat

Apakah Ibu memiliki suatu penyakit kronis?

Jika ya, sebutkan penyakit dan berapa lama

Apakah ibu ada mengunjungi puskesmas atau rumah sakit untuk memeriksa kesehatan jiwa?

2. Data Anak

Usia anak :

Jenis Kelamin :

Status kesehatan fisik anak: Buruk

Baik

Cukup baik

Didiagnosis gangguan autistik umur: tahun

(6)

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan mengenai kondisi Ibu dalam mengasuh anak autistik. Ibu diminta untuk memberi jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang Ibu alami.

2. Ibu diharapkan menyatakan jawaban terhadap pernyataan dengan memberi tanda (√ ) pada huruf :

SS : bila Sangat Setuju dengan pernyataan yang tersedia S : bila Setuju dengan pernyataan yang tersedia.

TS : bila Tidak Setuju dengan pernyataan yang tersedia

STS : bila Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan yang tersedia

3. Periksa kembali jawaban Ibu, diharapkan seluruh pertanyaan sudah terjawab. 4. Dalam kuesioner ini tidak terdapat penilaian benar atau salah, sehingga tidak

terdapat jawaban yang salah. Semua jawaban dianggap benar jika Ibu memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Ibu yang sebenarnya.

(7)

SELAMAT MENGERJAKAN

LEMBAR PERNYATAAN STRES PENGASUHAN

Ibu diminta untuk mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perasaan Ibu mengenai pengalaman sebagai orang tua dalam berhubungan dengan anak Ibu yang mengalami gangguan autistik. Penilaian dengan empat skala, Ibu diminta mengisi kolom yang sesuai dengan kondisi Ibu dengan tanda checklist

(). Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa kecewa dengan keadaan anak

saya

Pernyataan:

No Pernyataan mengenai hubungan Ibu dengan anak

Sejauh mana pernyatan ini Ibu rasakan

SS S TS STS

1 Saya bahagia dengan peran saya sebagai orang tua

2 Saya akan melakukan apapun untuk anak saya jika itu penting

3 Mengasuh anak menghabiskan waktu dan tenaga lebih besar daripada yang seharusnya saya berikan

4 Saya merasa dekat dengan anak saya

5 Saya menikmati menghabiskan waktu bersama anak saya

6 Anak saya adalah sumber penting kasih sayang bagi saya

7 Memiliki anak memberikan saya pandangan yang lebih pasti dan optimis tentang masa depan

(8)

9 Memiliki anak mengurangi waktu dan fleksibilitas dalam hidup saya

10 Memiliki anak merupakan beban keuangan

11 Sulit untuk menyeimbangkan berbagai tanggung jawab yang berbeda karena kehadiran anak saya

12 Tingkah laku anak saya membuat saya merasa malu dan stres

13 Jika dapat kembali ke masa lalu, saya memutuskan untuk tidak memiliki anak. 14 Saya merasa dibebani tanggung jawab

sebagai orang tua

15 Memiliki anak berarti memiliki pilihan dan kontrol yang terlalu sedikit terhadap hidup saya

16 Saya merasa puas sebagai orang tua

(9)

LEMBAR PERNYATAAN DUKUNGAN SOSIAL

Berilah tanda checklist (√ ) pada jawaban yang paling mendekati kehidupan Ibu sebenarnya.

Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya sering mendapat bantuan dari

teman-teman saya

Pernyataan:

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Ketika saya sedih dengan kondisi anak saya yang mengalami autistik, teman-teman justru tidak peduli

2 Saya menjadi bahan ejekan karena memiliki anak autistik

3 Tidak ada yang peduli pada saya saat saya membutuhkan biaya untuk mengasuh anak saya

4 Teman-teman memberi saya semangat ketika saya lelah dengan kondisi anak saya

5 Meskipun saya memiliki anak autistik, tetapi saya masih diterima dengan baik oleh lingkungan

(10)

9 Saya merasa kesulitan mendapatkan bantuan uang dari orang lain karena keadaan anak saya yang mengalami gangguan autistik 10 Ketika saya sedih, pasti ada teman yang

mendengarkan keluh kesah saya

11 Saya merasa tetap dihargai oleh orang lain

12 Saya mendapatkan bantuan dari lembaga yang menangani anak autistik untuk kemajuan perkembangan anak saya

13 Keluarga cuek saat saya ajak bicara dengan baik tentang kondisi anak saya

14 Bila saya sedang bingung dengan keadaan anak saya yang mengalami autisme, tidak ada yang memberikan saya informasi untuk membantu kemajuan perkembangan anak saya

15 Sewaktu saya menceritakan masalah anak saya, keluarga mendengarkan dengan penuh perhatian

16 Teman-teman mau menyertakan saya dalam acara yang mereka adakan di lingkungan

17 Ketika saya membutuhkan biaya untuk anak saya, keluarga atau kerabat membantu saya

18 Teman-teman sering memberi saya pengarahan saat saya menghadapi masalah tentang anak saya yang mengalami gangguan autistik

19 Semua masa bodoh ketika saya mengalami berbagai masalah dalam mengasuh anak saya yang mengalami gangguan autistik

20 Keluarga tidak mengerti sarana apa saja yang saya butuhkan untuk kemajuan perkembangan anak saya yang mengalami gangguan autistik

21 Tidak ada seorangpun yang memberi pengarahan pada saya dalam mengasuh anak saya yang mengalami gangguan autistik

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

2

5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 60 2

6 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 52 2

7 3 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 2

8 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 54 2

9 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 45 3

0 4 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 57 3

1 3 4 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 49 3

2 4 4 1 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 58 3

3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 54 3

4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 63 3

5 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 55 3

6 3 3 2 4 3 4 2 4 2 3 3 4 4 4 2 3 3 53 3

7 4 4 1 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 61 3

8 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65 3

9 4 4 1 4 4 4 4 1 2 2 3 4 4 4 2 4 4 55

Skor total tingkat stres pengasuhan

(21)
(22)
(23)

Skor Dukungan Sosial

(24)

LAMPIRAN HASIL PENGOLAHAN SPSS

1. Deskriptif SPSS Gambaran Responden Berdasarkan Demografi

Berdasarkan Usia Usia Ibu Berdasarkan Rentang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dewasa Awal = 26-35 tahun 15 38.5 38.5 38.5

dewasa Akhir = 36-45 tahun 21 53.8 53.8 92.3

Lansia Awal = 46-55 tahun 3 7.7 7.7 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMA 10 25.6 25.6 25.6

Diploma 2 5.1 5.1 30.8

Sarjana 27 69.2 69.2 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 18 46.2 46.2 46.2

Wiraswasta 2 5.1 5.1 51.3

Pegawai Negeri / Swasta 15 38.5 38.5 89.7

Profesional 4 10.3 10.3 100.0

(25)

Berdasarkan Pendapatan Keluarga per Bulan Pendapatan Keluarga per Bulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 juta - 5 juta 8 20.5 20.5 20.5

5juta - 10 juta 18 46.2 46.2 66.7

> 10 juta 13 33.3 33.3 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Suku Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 14 35.9 35.9 35.9

Jawa 12 30.8 30.8 66.7

Aceh 2 5.1 5.1 71.8

Minangkabau 2 5.1 5.1 76.9

Melayu 4 10.3 10.3 87.2

Tionghoa 5 12.8 12.8 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Usia Anak Usia Anak Berdasarkan Rentang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Balita = 3-5 tahun 14 35.9 35.9 35.9

Kanak-kanak= 6-11 tahun 19 48.7 48.7 84.6

Remaja Awal = 12-16 tahun 3 7.7 7.7 92.3

Remaja Akhir = 17-21 tahun 3 7.7 7.7 100.0

Total 39 100.0 100.0

(26)

Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Jenis Kelamin Anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 33 84.6 84.6 84.6

Perempuan 6 15.4 15.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Usia Didiagnosis Autistik Usia Diagnosis Autistik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 tahun 17 43.6 43.6 43.6

3 tahun 16 41.0 41.0 84.6

4 tahun 6 15.4 15.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

2. Deskripsi SPSS Gambaran Tingkat Stres Pengasuhan dan Dukungan Sosial

Tingkat Stres Pengasuhan Tingkatan Stress

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 10 25.6 25.6 25.6

Rendah 29 74.4 74.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Dukungan Sosial Total DUkungan Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dukungan Sosial Sedang 25 64.1 64.1 64.1

Dukungan Sosial Tinggi 14 35.9 35.9 100.0

(27)

3. Uji Asumsi

Total Nilai Skor Stres * Total

Dukungan Sosial .678 .460 .913 .833

Spearman's rho Total Nilai Skor Stres Correlation Coefficient 1.000 .634**

Sig. (2-tailed) . .000

N 39 39

Total Dukungan Sosial Correlation Coefficient .634** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 39 39

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, R., 2011. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kesepian pada Janda Yang di Tinggal Mati Pasanganya. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/23067 [Diakses 12 Mei 2015].

Aisha, S.S., 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Retardasi Mental Dan Penerimaan Orangtua. Diunduh dari: http://digilib.uin-suka.ac.id/7416/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf [Diakses 23 Maret 2015].

Astriamitha., 2012. Hubungan Antara Parenting Stress Dan Parenting Self Efficacy Pada Ibu Yang Memiliki Anak Dengan Tunagrahita Taraf Ringan Dan Sedang Usia Kanak-Kanak Madya. Diunduh dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20354966-S-Astriamitha.pdf [Diakses 22 Mei 2015].

Bishop, S.L., Richler J., Cain, A.C., Lord C .2007. Predictors Of Perceived Negative Impact In Mothers Of Children With Autism Spectrum Disorder.

American Journal of Mental Retardation 112:450–461

Boyd, B.A. 2002. Examining The Relationship Between Stress And Lack Of Social Support In Mothers Of Children. A journal of the Hammil Institute on Disabilities 17(4): 208.

Centres for Disease Control and Prevention, 2014. Autism Spectrum Diosder (ASD): Data & Statistic. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/data.html [Diakses 17 April 2015]. Chairini, N., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Pengasuhan

Pada Ibu Dengan Anak Usia Prasekolah Di Posyandu Kemiri Muka.

Diunduh dari:

(29)

Davidson, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M., 2006. Psikologi Abnormal.

Terjemahan Oleh: Fajar, N.M. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Davis, N. O., Carter, A. S., 2008. Parenting Stress In Mothers And Fathers Of Toddlers With Autism Spectrum Disorders: Associations with child characteristics. Journal of Autism and Developmental Disorders

38(7):1278–1291.

Donatelle, R.J., 2009. My Health: An Outcomes Approach. Diunduh dari: http://childstudycenter.yale.edu/autism/class/339_63244_chapter2_volkma r_wiesner.pdf. [Diakses 15 Mei 2015]

Dunn, M.E., Burbine, T., Bowers, C.A., Tantleff-Dunn, S .2001. Moderators Of Stress In Parents Of Children With Autism. Community Mental Health Journal 37:39–52.

Goodlin-Jones, B. L., Tang, K., Liu, J., Anders, T. F., 2008. Sleep Patterns In Preschool-Age Children With Autism, Developmental Delay, And Typical Development. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry 47(8): 930-938.

Hall, H.R., 2008. The Relationships Among Adaptive Behaviors Of Children With Autism Spectrum Disorder, Their Family Support Networks, Parental Stress, And Parental Coping. Diunduh dari: http://etd.uthsc.edu/WORLD-ACCESS/Hall/2008-037-Hall.pdf [Diakses 23 Mei 2015].

Hasan, K., Inam, A., 2013. Factors Contributing to Stress among Parents of Children with Autism. Research Journal of Pakistan Home Economics Association 7(1): 1-8.

Hoffman, Charles D., et al., 2008. Children With Autism: Sleep Problems and Mothers' Stress. A journal of the Hammil Institute on Disabilities 23(3): 155-165.

Kahayani, M., Wahyuningsih, H., 2008. Hubungan antara Dukungan Suami dan Stres Pengasuhan pada Ibu yang Memiliki Anak Usia Prasekolah.

(30)

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-04320356.pdf [Diakses 22 Mei 2015]

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Terjemahan Oleh: Kusuma, W. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Koesoemo, R.P.P., 2009. Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Anak Dengan Autisme Di Sekolah Kebutuhan Khusus Bangun Bangsa Surabaya. Diunduh dari: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125281-TESIS0595+Riz+N09p-Pengalaman+Keluarga-Literatur.pdf. [Diakses 05 April 2015].

Konstantareas, M.M., Papageorgiou, V., 2006. Effects Of Temperament, Symptom Severity And Level Of Functioning On Maternal Stress In Greek Children And Youth With ASD. Autism 10(6):593-607.

Liza, 2010. Otak Manusia, Neurotransmiter, Dan Stress. Diunduh dari: https://adiwarsito.files.wordpress.com/2010/03/6224830-otak-manusia-neurotransmiter-dan-stress-by-dr-liza-pasca-sarjana-stain-cirebon.pdf. [Diakses 03 Mei 2015].

Lubis, A.J., 2006. Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal Yang Melakukan Terapi Hemodialisa. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1920/1/06010311.pdf [Diakses 3 Mei 2015].

Mahmud, M., 2010. Anak Autis. Diunduh dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707041 981031-MUHDAR_MAHMUD/Artikel/ANAK_AUTIS.pdf. [Diakses 17 April 2015].

(31)

Meadan, H., Halle, J.W., Ebata, A.T., 2010. Families With Children Who Have Autism Spectrum Disorders: Stress and Support. Exceptional Children

77(1): 7-36.

Mufadhilah, 2014. Studi Pengasuhan Orangtua Pada Anak Autis. Jurnal Online Psikologi 2(2): 256-269.

Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A,Y.M., Betty., Zahara, D. 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Edisi ke-1. Medan: USU

Muninggar, K.D., 2008. Hubungan Parenting Stress Dengan Persepsi Terhadap Pelayanan Family-Centered Care Pada Orang Tua Anak

Tunaganda-Netra. Diunduh dari:

http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=125956&lokasi=lokal [Diakses 23 Maret 2015].

Mutiah, R. 2014. Efektivitas Solution Focused Family Therapi Untuk Meningkatkan Dukungan Sosial Keluarga Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40287/4/Chapter%20II.pd f. [Diakses 12 Mei2015].

National Institute of Mental Health., 2011. A Parent’s Guide to Autism Spectrum Disorder. Diunduh dari http://www.autism-watch.org/general/nimh.pdf. [Diakses 15 April 2015]

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Permana, C.A., 2013. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Stres Pada Lansia Andropause Di Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Diunduh dari: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3170?show=full [Diakses 19 Mei 2015].

(32)

http://www.psychog.strony.ug.edu.pl/Parenting_stress_in_mothers_and_fa thers_of_children_with_autism_spectrum_disorders.pdf [Diakses 16 April 2015]

Rahman, P.L., 2012. Gambaran Pola Asuh Orangtua Pada Masyarakat Pesisir

Pantai. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34210/3/Chapter%20II.pd f. [Diakses 15 Mei 2015].

Rahmawati, N.A., Machmuroch., Nugroho, A.A., 2013. Hubungan antara Penermiaan Diri dan Dukungan Sosial dengan Stres pada Ibu yang Memiliki Anak Autis di SLB Autis di Surakarta. Diunduh dari: http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/ 50 [Diakses 23 Maret 2015].

Ratajczak, H.V., 2011. Theoretical Aspects Of Autism: Causes—A Review. Journal of Immunotoxicology 8(11): 68-79. Ratnaningrum, C., 2012.

Tingkat Stres Perawat Di Ruang Psikiatri Intensif Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Diunduh dari:

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307980-S42326-Cilik%20Ratnaningrum.pdf [Diakses 4 Mei 2015].

Sabih, F., Sajid, W.B., 2008. There is Significant Stress among Parents Having Children with Autism. Rawal Medical Journal 33(2): 214-216.

Sartika, D., 2009. Karakteristik Anak Autis di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14268/1/10E00036.pdf [Diakses 09 Juni 2015]

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2013. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: CV. Agung Seto.

Schieve, L.A., et al., 2007. The Relationship Between Autism and Parenting Stress. PEDIATRICS 119(1): 114-121

Serrata, C.A., 2012. Psychosocial Aspects of Parenting a Child with Autism.

(33)

Shaffer, C.M., 2012. Parenting Stress in Mothers of Preschool Children Recently Diagnosed with Autism Spectrum Disorder. Diunduh dari: https://rucore.libraries.rutgers.edu/rutgers-lib/37334/pdf/1/. [Diakses 15 Mei 2015].

Suraiya, M., Astuti, Y.D., 2008. Faktor-faktor Stres pada Orangtua Anak Autis.

Diunduh dari

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-04320128.pdf [Diakses 06 April 2015]

Sutandi, A., 2011. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Coping Stres Homoseksual Di Jakarta. Diunduh dari: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4461/1/ANDI% 20SUTANDI-FPS.pdf [Diakses 12 Mei 2015]

Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Grasindo

Tarastin, D.M., Haniman, F., 2013. Correlation Between Social Support And Caregiver Burden Among Mothers Of Children With Autism. Media Jurnal Psikiatri Surabaya 1(2)

Tay, G.L., 2013. Caring for an Individual with Autism Spectrum Disorder in New Zealand: Caregiver Coping and Caregiver Stress. Diunduh dari: http://www.autismnz.org.nz/__data/assets/pdf_file/0018/42930/ASD_Care giver_Report_2013.pdf [Diakses 8 April 2015]

Tomanik, S., Harris, G. E., &Hawkins, J., 2004. The Relationship Between Behaviors Exhibited By Children With Autism And Maternal Stress.

Journal of Intellectual and Developmental Disability 29:16-26.

Wang, Ji., et al., 2013. Parenting Stress In Chinese Mothers Of Children With Autism Spectrum Disorders. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol 48:575-582.

Weiss, M.J., 2002. Hardiness and Social Support as Predictors of Stress in Mothers of Typical Children, Children with Autism and Children with Mental Retardation. Autism 6(1):115–130.

(34)

nasional.org/download/BUKU%20PENANGANAN%20dan%20Pendidik an%20Autis%20di%20YPAC%207April.pdf [Diakses 10 April 2015] Zahrokh, N., 2014. Perbedaan Tingkat Depresi antara Ibu dari Anak Gangguan

Autistik Di Slb Autis Harmony dengan Ibu dari Anak Retardasi Mental Ringan di SLB-C Kerten Surakarta. Diunduh dari: http://eprints.ums.ac.id/28121/ [Diakses 06 April 2015]

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek lainnya dalam grup (populasi) yang terbatas. Jadi, merupakan variasi karakteristik yang didapat dari sampel (Mukhtar, dkk, 2011).

a. Variabel independen (variabel bebas) pada penelitian ini adalah dukungan sosial.

b. Variabel dependen (variabel tergantung) dalam penelitian ini adalah stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik.

DUKUNGAN SOSIAL IBU DARI ANAK STRES PENGASUHAN

AUTISTIK

Variabel Dependen Variabel Independen

(36)

3.3 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik untuk menilai hubungan antara dukungan sosial dengan stres yang dialami ibu dari anak autistik. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross sectional. Pada penelitian cross sectional analitik, variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi lalu dilakukan pengukuran secara serentak atau sekaligus hanya 1 kali saja dengan waktu dapat berbeda, tanpa adanya tindak lanjut atau pengukuran ulang (Mukhtar, 2011).

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa lembaga yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dari anak autistik yang mengikuti program khusus di beberapa lembaga yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Medan.

(38)

0,5In [(1 + r) / (1 - r)]

Zα + Zβ 2

0,5In [(1 + 0,591) / (1 – 0,591)]

1,64 + 1,28 2

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu dari anak autistik yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Ibu dipilih sebagai partisipan karena ibu merupakan pengasuh utama bagi anak.

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus analitik korelatif sebagai berikut:

n =

{

}

+ 3

n =

{

}

+ 3

n = 21,49

Keterangan : n = Besar sampel

Zα = Deviat baku normal untuk α 5% = 1,64 Zβ = Deviat baku normal untuk β 10% = 1,28 r = Koefisien korelasi (literatur) = 0,591

Dari perhitungan di atas, besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 22 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik consecutive sampling, yaitu semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2013).

(39)

A. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu kandung dari anak autistik berusia 3 hingga 21 tahun yang telah didiagnosis oleh psikiater, psikolog berdasarkan DSM-IV TR

2. Pendidikan ibu terakhir minimal SMP

3. Ibu mampu untuk memahami konsep-konsep dari penelitian ini dan memberikan persetujuan untuk berpartisipasi

B. Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu dengan kondisi medis kronik yang dapat mengganggu penelitian 2. Ibu dengan kondisi gangguan mental emosional

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Metode Pengumpulan Data

Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, maka peneliti memperoleh data dari data primer yaitu data yang langsung diambil dari obyek penelitian. Data primer pada penelitian ini adalah jawaban dari kuesioner yang sudah diisi oleh responden dan sebelumnya telah diberikan informasi tentang gambaran isi kuesioner.

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari alat ukur berupa kuesioner. Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berisikan beberapa pertanyaan tertulis. Penggunaan metode ini dikarenakan kuesioner mempunyai beberapa keuntungan, antara lain administrasinya mudah, tidak memakan banyak biaya dan keahlian khusus, dapat diberikan secara serentak pada banyak individu serta lebih cepat dan mudah dianalisis. Kuesioner diisi oleh responden, setelah diisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

(40)

mempunyai distribusi yang baik, yang dipilih dari hal-hal yang ingin diketahui. Skala model Likert menggunakan ukuran ordinal, karenanya hanya dapat membuat rangking tetapi tidak diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnnya di dalam skala.

Pola dasar pengukuran skala ini mengikuti pola metode skala Likert. Skala Likert mempunyai lima macam alternatif respon yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung). Namun, untuk lebih memperjelas bahwa subjek merasakan stres pengasuhan dan dukungan sosial dan untuk menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban Netral, maka dalam penelitian ini alternatif respon hanya dibuat empat yaitu dengan menghilangkan jawaban Netral (N), dengan demikian skala memiliki 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)

Skoring yang digunakan untuk setiap kategori pada setiap item dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Bobot Nilai Skala

Skala Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

4.4.2. Alat Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. 1. Kuesioner Demografi

Bentuk Demografi dikembangkan untuk memperoleh data demografis dan informasi tentang responden dan anak yang didiagnosis dengan gangguan autistik.

2. Alat ukur parenting stress

(41)

Skala ini merupakan sebuah self report yang berisikan 18 item kuesioner yang diciptakan secara khusus untuk mengukur stres yang dialami orangtua karena kehadiran anak. PSS dapat digunakan untuk penilaian parenting stress pada berbagai karakteristik orangtua, baik pada ibu maupun ayah, dan juga untuk orangtua dengan anak yang memiliki maupun tidak memiliki masalah klinis.

Skala PSS ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Karnia Dnimartianda Muninggar (2008) dengan judul “Hubungan

parenting stress dengan persepsi terhadap pelayanan family-centered care pada orang tua anak tunaganda-netra” dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas..

Alat ukur parental stress scale terdiri dari dua komponen, yaitu:

1. Komponen positif (pleasure) yang menimbulkan keuntungan secara emosional (emotional benefits), serta self-enrichment dan pengembangan diri.

2. Komponen negatif (strain) yang melibatkan tuntutan terhadap berbagai sumber stres, antara lain biaya, waktu, tenaga serta adanya larangan, perasaan malu dan kontrol.

Tabel 4.2 Nomor-nomor item pada tiap dimensi PSS

Dimensi No.item

Pleasure (favorable) 1,2,4,5,6,7,16,17

Strain (unfavorable) 3,8,9,10,11,12,13,14,15 Keterangan: nomor-nomor ini adalah nomor iem yang telah divalidasi

3. Alat ukur dukungan sosial

(42)

1. Dukungan emosional, maksudnya apakah subjek memperoleh dukungan berupa perhatian, simpati, keprihatinan

2. Dukungan penghargaan, maksudnya apakah subjek memperoleh dukungan berupa ungkapan maupun penilaian yang positif. 3. Dukungan instrumental, maksudnya apakah subjek memperoleh

dukungan berupa materi maupun peralatan.

4. Dukungan informasional, maksudnya apakah subjek memperoleh dukungan berupa nasehat, bimbingan, saran, komentar, maupun pengetahuan berkaitan dengan permasalahan yang dihadapinya. Tabel 4.3 Rancangan Jumlah Item Skala Dukungan Sosial

Jenis-jenis

Keterangan: nomor-nomor ini adalah nomor item yang telah divalidasi

4.4.3. Prosedur Pengambilan Data

Rincian mengenai bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Mendatangi lembaga-lembaga yang akan dijadikan tempat penelitian.

b. Meminta izin kepada pihak lembaga untuk kesediannya menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian.

c. Kemudian mencari responden atau sampel penelitian yaitu ibu dari anak autistik yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan peneliti.

d. Menjelaskan kepada responden tujuan penelitian yang akan dilakukan untuk meminta persetujuan responden dan meminta responden membaca

(43)

e. Jika setuju, responden diminta menandatangani informed consent.

f. Menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.

g. Apabila responden sudah memahami cara pengisian kuesioner, responden diminta mengisi kuesioner tersebut.

h. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, lalu kuesioner dikumpulkan kepada peneliti langsung.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah kuesioner yang dibagikan kepada partisipan dikumpulkan kembali oleh peneliti, maka dilakukan pengolahan data dan analisis data.

4.5.1. Pengolahan Data

1. Editting

Editting merupakan proses memeriksa kelengkapan jawaban dan kebenaran data dalam kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan oleh partisipan. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera akan dapat dilengkapi.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan coding atau pengkodean, yakni mengubah data berbentuk huruf atau kalimat menjadi data angka dan bilangan. Misalnya jenis kelamin: 1=laki-laki, 2=perempuan. Coding ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

3. Entry Data/Processing data

Data, yakni jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software

komputer yaitu paket program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi bias,

meskipun hanya memasukkan data saja.

(44)

Tahap ini merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang telah di

entry, untuk melihat kemungkinaan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan perbaikan. 4.5.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah sesuai atau tidak dengan tujuan penelitian.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. 2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Teknik analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu dukungan sosial dan variabel terikat yaitu stres pengasuhan pada ibu dari anak penderita autistik. Masing-masing variabel menggunakan skala data ordinal yang termasuk data non parametrik sehingga analisis yang digunakan adalah Korelasi Spearman Rank. Korelasi Spearman Rank sendiri digunakan untuk menghubungkan dua variabel atau digunakan karena skala pada definisi operasionalnya menggunakan ordinal.

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi/ uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya.

a. Uji Normalitas

(45)

normalitas dilakukan dengan bantuan program Statistical Package For Social Science (SPSS) for windows versi 22, dengan kaidah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal b) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi adalah normal. b. Uji Linieritas Hubungan

Uji Linieritas hubungan ini dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam melakukan uji linieritas hubungan, digunakan teknik statistik Compare Means

dengan bantuan program komputer Statistical Package For Social Sciene (SPSS) for windows versi 22. Kaidah yang digunakan untuk menguji linieritas hubungan adalah jika signifikansi < 0.05 maka hubungannya adalah linier, dan sebaliknya jika signifikansi > 0.05 maka hubungannya tidak linier.

Setelah uji asumsi dilakukan, selanjutnya melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian yang diajukan dengan teknik korelasi

(46)
(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015 sampai November 2015 di 3 lokasi berbeda yaitu Yakita School, Anak Mandiri Centre, dan SLB Swasta Al-Azhar Medan. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yang berbeda dikarenakan jumlah sampel tidak dapat terpenuhi hanya di satu lokasi saja.

Yakita (Yayasan Anak Kita) didirikan di Medan tahun 2000 oleh Bapak Syahrial Tambunan dan Ibu Rani Tampubolon yang beralamat di Gedung HMC (Hayam Wuruk Medical Centre), Lantai 2, Jalan Hayam Wuruk No.11B, Medan. Yakita adalah suatu yayasan yang bergerak di dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK), serta mengedukasikan masyarakat agar lebih dekat dan memahami serta menerima apapun kondisi anak ABK. Visi yayasan ini adalah mewujudkan pendidikan ABK yang humanis, aktif, kreatif, kritis, dan mandiri serta mengedepankan interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan sehat, menyenangkan, demokratis dan mampu memberikan manfaat dan keterampilan yang berguna bagi ABK. Aktivitas dalam pembelajaran di Yakita meliputi terapi, belajar, renang, seni rupa/kerajinan tangan, ekstrakurikuler, dan karya wisata/outing.

(48)

Sekolah Luar Biasa (SLB) Al-Azhar didirikan pada tanggal 15 Juli 2007, sebagai wujud amanah Almarhumah Hj. Rachman Nasution dalam melengkapi satuan pendidikan mulai dari PG, TK, SLB sampai Universitas. SLB Al-Azhar berada di Jalan Pintu Air IV No.214 Kuala Berkala, Padang Bulan Medan. SLB Al-Azhar Medan berupaya mendidik dan membimbing anak berkebutuhan khusus dalam mengoptimalkan potensi-potensi yang mereka miliki, agar mandiri dalam hidupnya. Tujuan dari SLB AL-Azhar Medan melahirkan anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki pengetahuan, keterampilan, teknologi, mandiri dan berbudi pekerti sebagai wujud insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaklaqul karimah dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia, dan lingkungannya. Program pendidikan SLB Al-Azhar terdiri dari jurusan B (Tuna Wicara), Jurusan C (Tuna Grahita), dan Jurusan M

(Autisme).

5.1.2 Dekripsi Karakteristik Demografi

(49)

5.1.2.1 Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik ibu dari anak autistik dalam penelitian ini yaitu: Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Usia Ibu Dewasa Awal (26-35 tahun) 15 38,5%

Dewasa Akhir (36-45 tahun) 21 53,8%

Lansia Awal (46-55 tahun) 3 7,7%

Pendidikan SMA 10 25,6%

Diploma 2 5,1%

Sarjana 27 69,2%

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 18 46,2%

Wiraswasta 2 5,1%

Pegawai negeri/swasta 15 38,5%

Profesional 4 10,3%

Pendapatan 1 juta - 5 juta 8 20,5%

5juta - 10 juta 18 46,2%

> 10 juta 13 33,3%

Suku Batak 14 35,9%

Jawa 12 30,8%

Aceh 2 5,1%

Minangkabau 2 5,1%

Melayu 4 10,3%

Tionghoa 5 12,8%

(50)

sebanyak 21 orang (53,8%), pendidikan terakhir paling banyak adalah Sarjana sebanyak 27 orang (69,2%), pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 18 orang (46,2%), pendapatan keluarga per bulan terbanyak yaitu 5 juta - 10 juta sebanyak 18 orang (46,2%), dan suku yang paling banyak adalah suku

Batak dengan jumlah 14 orang (35,9%).

5.1.2.2 Gambaran Karakteristik Anak Autistik

Karakteristik anak autistik dalam penelitian ini yaitu: Tabel 5.2 Karakteristik Anak Autistik

Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%)

Usia Anak Balita (3-5 tahun) 14 35,9%

Kanak-kanak (6-11 tahun) 19 48,7%

Remaja Awal (12-16 tahun) 3 7,7%

Remaja Akhir (17-21 tahun) 3 7,7%

Jenis Kelamin Laki-Laki 33 84,6%

Perempuan 6 15,4%

Usia

Didiagnosis

2 tahun 17 84,6%

3 tahun 16 41,0%

4 tahun 6 15,4%

(51)

5.1.3 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data terdiri dari uraian mengenai gambaran stres pengasuhan dan dukungan sosial, serta hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan.

5.1.3.1 Kategorisasi dan Gambaran Stres Pengasuhan dan Dukungan Sosial Tabel 5.3 Kategorisasi dan Gambaran Stres Pengasuhan dan Dukungan

Sosial

Variabel Kategori Rentang Skor

Frekuensi (n)

Persentase(%)

Stres Pengasuhan

Tinggi < 34 0 0%

Sedang 34 - 51 10 25,6%

Rendah > 51 29 74,4%

Dukungan Sosial

Tinggi > 63 14 64,1%

Sedang 42 - 63 25 35,9%

Rendah < 42 0 0%

Berdasarkan gambaran stres pengasuhan, diketahui bahwa dari 39 responden, 29 orang (74,4%) diantaranya memiliki stres pengasuhan yang rendah, 10 orang (25,6%) memiliki stres pengasuhan yang sedang, dan tidak ada yang memiliki stres pengasuhan tinggi.

(52)

5.1.3.2 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan

Untuk menilai hubungan dukungan sosial dengan stres pengasuhan, maka telebih dahulu memenuhi syarat uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Berikut adalah hasil analisa uji asumsi dan uji hipotesa yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan.

Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan

Signifikansi (p)

Uji Asumsi

Uji Normalitas

Dukungan Sosial 0,007

Stres Pengasuhan 0,439

Uji Linieritas 0,035

Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan 0,0001

Berdasarkan uji normalitas, variabel dukungan sosial diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,007 < 0,05, berarti variabel berdistribusi tidak normal. Pada variabel stres pengasuhan nilai signifikansi sebesar 0,439 > 0,05, berarti vaiabel berdistribusi normal.

Berdasarkan uji linieritas, dapat dijelaskan hubungan antara dukungan sosial terhadap stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik. Didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,035 < 0,05 berarti hubungan antarvariabel linier. Pada uji ini juga didapatkan nilai R-Square = 0,460.

(53)

5.2. Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Demografi

Proporsi usia ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah ibu dewasa akhir dengan rentang usia 36-45 tahun yaitu 53,8%. Sedangkan proporsi terendah yaitu ibu dalam masa lansia awal dengan rentang usia 46-55 tahun yaitu 7,7%. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zahrokh (2014) di Surakarta, dimana proporsi usia ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah usia dengan rentang 36-40 tahun sebesar 59,4%.

Proporsi pendidikan terakhir pada ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah sarjana yaitu 69,2% sedangkan proporsi terendah yaitu diploma sebesar 5,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian Sartika terhadap anak autistik di Medan (2009) dimana proporsi tertinggi pada pendidikan orang tua dari anak penderita autistik adalah Sarjana yaitu 72,4%. Terlihat bahwa kebanyakan anak-anak autistik terlahir dari orang tua dengan tingkat pendidikan yang baik.

(54)

Proporsi pendapatan keluarga per bulan pada ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah 5 juta-10 juta sebesar 46,2% sedangkan proporsi terendah yaitu 1 juta-5 juta sebesar 20,5%. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ibu sebagian besar berasal dari keluarga dengan kondisi finansial yang baik. Menurut peneliti hal ini disebabkan penelitian ini dilakukan di tempat terapi autis. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, biaya sekolah di tempat terapi autis terbilang cukup mahal. Mahalnya terapi autis inilah yang menyebabkan hanya anak dari keluarga dengan kondisi finansial baik yang mampu mengikuti terapi ini. Ini dibenarkan oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa membesarkan anak dengan gangguan autistik adalah tiga kali lebih mahal dibanding membesarkan anak dengan perkembangan normal karena orang tua harus mengeluarkan uang untuk terapi (Sawyer, dkk, 2009., Ludlow, dkk., 2011., Sharpe & Barke, 2007., Jorgensen, dkk, 2010 dalam Tay, 2013).

Proporsi suku terbanyak pada ibu dari anak autistik adalah suku Batak sebesar 35,9% dan suku Jawa sebesar 30,8% sedangkan proporsi terendah adalah suku Aceh dan Minangkabau dengan proporsi yang sama yaitu 5,1%. Menurut peneliti hal ini dikarenakan lokasi penelitian berada dalam wilayah Sumatera Utara dimana mayoritas suku nya adalah suku Batak (gosumatra.com). Banyaknya penduduk suku Jawa di Medan dikarenakan adanya program transmigrasi dari pulau Jawa ke Medan dalam rangka pemerataan penduduk (ceritamedan.com). Belum ada penelitian sebelumnya yang menilai pengaruh suku terhadap kejadian autistik. Hasilnya akan beragam sesuai tempat dan lokasi penelitian.

(55)

kegiatan terapinya dan berganti tempat terapi dengan berbagai alasan. Sehingga proporsi umur tidak merata.

Proporsi jenis kelamin anak yang paling tinggi adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 84,6% sedangkan perempuan hanya sebesar 15,4%. Hal ini sesuai dengan penelitian Tarabek (2011) dimana proporsi jenis kelamin terbesar adalah laki-laki sebesar 83,6%. Hal ini menguatkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2014 yang menyatakan bahwa anak laki-laki 5 kali lebih mungkin didiagnosis autistik dibanding anak perempuan. Hal ini juga sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada penelitian Zahrokh, 2014 ; Sartika, 2009 ; Hall, 2008 ; Wang, dkk, 2013 ; Schieve dkk, 2007.

Proporsi terbesar usia saat anak pertama kali didiagnosis autistik yaitu pada usia 2 tahun sebesar 43,6% dan 3 tahun sebesar 41,0% sedangkan proporsi terkecil yaitu pada usia 4 tahun sebesar 15,4%. Hal ini konsisten dengan teori gangguan autistik menurut Kaplan dimana gejala-gejala gangguan autistik baru ditemukan sebelum usia 3 tahun (Kaplan, 2010). Dari data yang didapat peneliti, Saat anak menunjukkan gejala-gejala autistik, ibu langsung memeriksakannya ke dokter anak maupun ke psikolog.

5.2.2 Stres Pengasuhan

(56)

saat membayangkan hidup anak mereka tanpa mereka. Hal ini menjadi sumber stres untuk mereka bahwa siapa yang akan merawat anak mereka setelah mereka meninggal (Hassan & Inam, 2013).

Stres pengasuhan pada ibu berhubungan dengan kesulitan anak dalam kemampuan pengaturan diri (Wang, dkk, 2013). Permasalahan ini mempengaruhi beberapa area, termasuk pengaturan emosi dan irama sirkadian. Penelitian menunjukkan bahwa menurut orang tua, anak dengan gangguan autistik memperlihatkan emosi yang lebih negatif daripada anak dengan cacat mental dan anak dengan perkembangan normal (Capps, dkk, 1993 dalam Pisula, 2011). Tomanik dkk (2004) melaporkan bahwa ibu dari anak autistik mengalami stres yang lebih hebat ketika anak mereka mudah marah, suka menyendiri, hiperaktif/tidak bisa diam, tidak dapat mengurus diri sendiri, dan tidak dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Pada penelitian Konstantareas dan Papageorgiou (2006) faktor yang paling mempengaruhi stres pada ibu adalah temperamen anak, terbatasnya kegiatan anak, kurangnya fleksibilitas, dan suasana hati yang buruk. Salah satu sumber masalah yang dialami orang tua adalah gangguan irama sirkadian anak. Sejumlah anak dengan gangguan autistik memiliki masalah tidur, seperti waktu tidur yang terlalu singkat, sulitnya untuk tertidur, terbangun berulang-ulang di waktu malam, susahnya beranjak turun dari tempat tidur di pagi hari, dan mengantuk sepanjang hari (Goodlin-Jones,dkk, 2008).

(57)

pengasuhan anak. Menurut Marslow (1994) dalam Rahwawati, dkk (2013) mengatakan penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, dapat menerima keadaan diri dan segala kelebihan dan kekurangan. Sikap positif ini akan membuat ibu dari anak autistik merasa percaya diri sehingga tidak merasa malu dan bersalah memiliki anak yang berbeda dengan anak yang terlahir normal.

5.2.3 Dukungan Sosial

Secara teori dukungan sosial diartikan sebagai bantuan emosional, psikososial, informasi, ataupun material yang diberikan kepada orang-orang untuk memelihara kesehatan atau meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai peristiwa hidup. Dukungan sosial selanjutnya dibagi dalam dua kategori yaitu: dukungan formal dan informal. Pasangan dari individu, anak, keluarga jauh, teman, maupun tetangga merupakan sumber dari dukungan informal. Sedangkan dukungan formal berupa dukungan yang berasal dari layanan profesional, kegiatan rutin, dan agensi (Shaffer, 2012). Dukungan sosial menurut House (Smet, 1994) mencakup 4 aspek: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Dengan bantuan empat aspek yang diperoleh dari orang lain, seseorang dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Dukungan seperti informasi, uang, tenaga, penghargaan adalah suatu bentuk dukungan yang diperlukan oleh para orang tua dari anak autistik.

(58)

dukungan sosial yang diperoleh ibu berada pada kategori tinggi, yang berasal dari suami dan guru atau terapis di SLB. Konseling dari pihak sekolah kepada ibu dari anak autistik dipercaya dapat membantu ibu untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan perilaku anak dan cara menangani anak autistik.

5.2.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan Pada Ibu dari Anak Autistik

Stres dan depresi adalah dua faktor utama yang menyebabkan ibu dari anak autistik untuk mencari dukungan sosial. Akibat dari beberapa stres yang dialami, ibu pertama sekali mencari dukungan sosial dari keluarganya (khususnya, pasangan mereka). Pada umumnya, dukungan informal lebih efektif mengurangi stres pada ibu daripada dukungan formal. Sumber paling penting pada dukungan formal untuk ibu yaitu menjadi bagian dari kelompok dukungan orang tua (parent support group), dimana mereka bebas untuk menyampaikan kekhawatiran mereka membesarkan anak autistik (Krauss dkk, 1993 dalam Boyd, 2002). engan memiliki sumber dukungan ini, orang tua akan memiliki kesempatan untuk mengungkapkan kecemasan mereka mengenai gangguan autistik, proses diagnostik, dan pengobatan yang tersedia. Oleh sebab itu, dukungan-dukungan ini membantu orang tua dalam mengatasi dan menyesuaikan diri dengan anak autistik mereka (Ahman & Dokken, 2009., Davis & Carter, 2008 dalam Serrata, 2012).

(59)

kesejahteraan, ketahanan, dan keterampilan pada orang tua. Sikap positif pada orang tua dapat dipertahankan walaupun dengan stresor yang berlangsung terus menerus, bahkan ketika stresor tersebut adalah tingkah laku anak mereka yang bermasalah. Kesimpulannya adalah dukungan sosial dapat mengurangi tekanan subjektif dari keluarga, dan juga mendorong pribadi lebih positif, keluarga, dan anak menjadi lebih aktif. Dukungan sosial memungkinkan orang tua untuk membiasakan diri hidup normal meskipun membesarkan anak cacat (Shaffer, 2012).

Setelah melalui analisis pengolahan data diperoleh hasil bahwa nilai korelasi dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak autistik adalah sebesar 0,634 dengan p= 0,0001 < 0,001. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik. Maka hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima yaitu adanya hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik. Nilai R-Square pada penelitian ini sebesar 0,460 jadi nilai koefisien determinasi (KD) 46%. Hal ini menunjukkan variabel X yaitu dukungan sosial mempengaruhi variabel Y yaitu stres pengasuhan yaitu sebesar 46% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.

(60)

mengurangi perasaan stres secara tidak langsung dan tergantung lingkungan atau individu mana yang memberikan dukungan sosial.

5.2.5 Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini hanya melihat stres pengasuhan pada ibu. Orang lain yang biasa mengasuh anak autistik seharusnya juga perlu dinilai stres yang dialaminya seperti ayah, nenek atau kakek, saudara, pengasuh, dan guru terapis anak.

2. Penelitian ini tidak menilai sumber dukungan sosial yang paling mempengaruhi stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik.

3. Penelitian ini tidak menilai keparahan gejala autistik pada anak yang dilaporkan dapat meningkatkan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik

(61)

BAB 6

KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan pada responden dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Responden pada penelitian ini paling banyak berusia 36-45 tahun (53,8%), pendidikan terakhir sarjana (69,2%), berprofesi sebagai ibu rumah tangga (46,2%), berasal dari keluarga dengan penghasilan keluarga per bulan 5 juta -10 juta (46,2%), mayoritas suku Batak (35,9%). Sedangkan anak autistik dalam penelitian ini paling banyak berusia 6-11 tahun (48,7%), mayoritas berjenis kelamin laki-laki (84,6%) dan sebagian besar anak didiagnosis autistik pada umur 2 tahun (43,6%)

2. Responden penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki dukungan sosial yang tinggi (64,1%)

3. Responden penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki stres yang rendah (74,4%)

4. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik (r=0.634 ; p=0,0001)

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Ibu Dari Anak Autistik

1. Untuk ibu dengan dukungan sosial dan tingkat stres dalam kategori sedang, diharapkan dapat menerima kondisi anak dan dapat membuka diri untuk menerima dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengurangi ataupun menghindari stres pengasuhan yang dialami. 2. Ibu sebaiknya lebih sering mengikuti kegiatan atau perkumpulan dari

(62)

6.2.2 Untuk Pihak Keluarga dan Teman

Diharapkan dapat memberikan dukungan sosial untuk mengurangi stres pada ibu yang memiliki anak autistik dengan cara bersikap lebih empati dan peduli, memberikan dorongan untuk maju, memberikan masukan kepada individu, menolong individu saat membutuhkan bantuan, dan melakukan kegiatan bersama.

6.2.3 Untuk Pihak Yayasan Terapi dan SLB

Diharapkan pihak yayasan terapi ataupun pihak sekolah SLB untuk dapat bekerjasama dengan ibu dari anak autistik dalam perkembangan anaknya dengan memberikan informasi dan masukan mengenai gangguan autististik sehingga ibu dapat menerima keadaan anaknya.

6.2.4 Untuk Masyarakat

Diharapkan meningkatkan sosialisasi mengenai gejala autistik baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga masyarakat dapat mendeteksi gejala autistik yang terjadi pada anak lebih awal sehingga anak dapat ditangani lebih baik. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai gangguan autistik sehingga dapat mengurangi pandangan buruk terhadap ibu dan diharapkan masyarakat dapat memberikan dukungan kepada ibu.

6.2.5 Untuk Peneliti Selanjutnya

(63)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

2.1.1. Definisi Stres

Banyak ahli telah mengemukakan pendapat tentang definisi stres sehingga pengertian stres berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang ahli yang mendefinisikannya. Berikut beberapa pendapat tentang stres:

Istilah stres sendiri ditemukan oleh Hans Selye, seorang ahli fisiologi dari Universitas Montreal. Ia merumuskan bahwa stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap aksi tuntutan atasnya. Sehingga tubuh bereaksi secara emosi (psikis) dan somatik (fisik) untuk mempertahankan kondisi fisi yang optimal. Reaksi ini disebut GAS (General Adaptation Syndrome) (Liza, 2010).

Menurut Robert S. Fieldman, stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stres dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu. (Zulistianah, 2009)

(64)

2.1.2. Tahap-Tahap Stres

Hans Selye mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap berbagai stresor yang tidak menyenangkan, baik sumber stres berupa serangan bakteri mikroskopis, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran. Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stres, tubuh kita seperti jam dengan sistem alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis (Liza, 2009). Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu

a. Tahap waspada (Alarm reaction Stage)

Adalah persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction) (Zulistianah, 2009).

b. Tahap pertahanan (Resistance Stage)

Reaksi ini merupakan tahap adaptasi dimana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada. Reaksi terhadap stresor sudah melampaui batas kemampuan tubuh, timbul gejala psikis dan somatik. Individu berusaha mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatur stresor, tubuh akan berusaha mengimbangi proses fisiologi yang terjadi pada fase waspada, sedapat mungkin bisa kembali normal, bila proses fisiologis ini telah teratasi maka gejala stres akan turun (Liza, 2009).

c. Tahap kelelahan (Exhaustion Stage)

(65)

Gambar 2.1. The General Adaptation Syndrome (GAS)

Model GAS menggambarkan mekanisme coping tubuh terhadap stres Sumber: Donatelle, 2009

2.1.3. Sumber Stres

Secara umum sumber stres dapat dibagi menjadi tiga yaitu stresor fisik, sosial, dan psikologis

1. Stresor Fisik

Bentuk dari stressor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising, polusi udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimia).

2. Stresor Sosial

a. Stresor sosial, ekonomi, dan politik, misalnya tingkat inflasi yang tinggi, tidak ada pekerjaan, perubahan teknologi yang cepat, kejahatan. b. Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota

(66)

c. Jabatan atau karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan kerja.

d. Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan sosial yang terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan sosial yang buruk. 3. Stresor Psikologis

a. Frustasi, adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada hambatan.

b. Ketidakpastian, apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti mengenai masa depan atau pekerjaannya. Atau merasa selalu bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan rendah diri.

2.2. Stres Pengasuhan

2.2.1. Pengertian Stres Pengasuhan

(67)

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Pengasuhan

Hidangmayun (2010) dalam Chairini (2013) menjabarkan stres pengasuhan disebabkan oleh:

a. Karakteristik Anak 1. Jenis Kelamin

Sabih dan Sajid (2008) dalam penelitiannya melaporkan bahwa orang tua yang memiliki anak laki-laki cenderung menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak perempuan.

2. Kebiasaan Anak

Kebiasaan anak menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi stres pengasuhan, yaitu terkait dengan perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan orang tua.

3. Usia Anak

Stres yang dialami oleh orang tua dihubungkan dengan usia anak dapat dikaitkan dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Umumnya anak dengan usia muda cenderung lebih sulit untuk menyesuaikan dirinya dibandingkan dengan anak yang lebih tua.

b. Karakteristik Orang tua 1. Usia Orang tua

Orang tua dengan usia yang masih muda dianggap belum matang atau belum dewasa untuk melakukan pengasuhan, sementara orang tua yang telah lanjut usia dianggap akan mengalami kesulitan dalam perawatan anak terkait dengan kondisi fisik yang melemah.

2. Pendidikan Orang tua

(68)

3. Pekerjaan

Penelitian yang dilakukan Forgays (2001) dalam Chairini (2013) menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mengalami stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, namun dari jenis pekerjaan yang dilakukan ibu tidak terdapat perbedaan stres pengasuhan yang signifikan.

4. Penghasilan

Kelemahan ekonomi juga mempengaruhi sejauh mana orang tua mengalami stres pengasuhan. Merawat anak dalam konteks kemiskinan atau kekurangan materi sangatlah sulit, yaitu dapat meningkatkan stres jika orang tua tidak dapat memberikan makanan, pakaian, pengobatan yang adekuat, serta tempat tinggal yang menetap dan aman.

5. Temperamen

Temperamen merupakan reaksi emosional, status perasaan, serta atribut energi seseorang. Beberapa penelitan menunjukkan terdapat interaksi yang signifikan antara intoleransi orang tua dan status kekerasan oleh orang tua.

6. Dukungan sosial

Beberapa penelitian menyebutkan tentang pentingnya melihat variabel dukungan sosial dengan pengalalaman stres pengasuhan yang dialami orang tua.

2.3. Dukungan Sosial

2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial

(69)

Menurut Dimatteo (1991) dalam Maysithah (2012), dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain. Saronson (1991) dalam Masyithah (2012) menerangkan bahwa dukungan sosial dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.

2.3.2. Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang diterima dapat bersumber dari berbagai pihak. Kahn & Antonoucci (Afriyanti, 2011) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat. 2. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit

berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.

3. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.

2.3.3. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2002) dalam Afriyanti (2011), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

1. Dukungan Emosional

(70)

mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta.

2. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.

3. Dukungan Instrumental

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.

4. Dukungan Informasi

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres (DiMatteo, 1991). Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaiman individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.

5. Dukungan Kelompok

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi
Tabel 4.2 Nomor-nomor item pada tiap dimensi PSS Dimensi No.item
Tabel 4.3 Rancangan Jumlah Item Skala Dukungan Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pelabuhan sungai dan danau yang melayani trayek lintas Daerah kabupaten/ kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi yang dikelola swasta. Jumlah pelabuhan pengumpan regional

[r]

Jika tidak terjadi kesalahan, maka akan tampil kembali daftar IKU yang

Kapasitas adsorpsi terbesar pada kedua adsorben diperoleh pada konsentrasi awal metilen biru 100 ppm, yaitu sebesar 4,895 mg/g oleh adsorben SSzM dan 4,924 mg/g oleh adsorben SSzC

gangguan tidur, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa skripsi. 4) Penelitian Magdalena Mlek tahun 2011 menganalisis

Application software MAG's Pro yang dihasilkan pada tugas akhir ini dirancang untuk menyusun suatu prosedur pengelasan las busur C02 dengan mudah serta bersifat

Hasil wawancara dengan informan tentang pengertian Manajemen Rantai Suplai adalah permintaan dari pelanggan atau customer atau buyer sampai pemilihan pemesanan

Adapun implikasi dalam penelitian ini yaitu dengan penggunaan Bahan Ajar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)