DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format peneliotian sosial. Jakarta: Rajawali Pers Hamidi, 2004. Metode penelitian kualitatif. malang: UMM Press
Haryadi, Dedi & Tjandraningsih, 1995. Buruh anak dan dinamika industri kecil. Bandung: Yayasan Akatiga.
Huraerah, Abu, 2007. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa Mujiyadi, 2011. Studi Pelayanan Anak Jalanan. Jakarta: P3KS Press
Moleong, lexy J, 2006. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Siagian, Matias, 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama.
Soekanto, soerjono, 1990. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikwal Keluarga Remaja dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumardi & Evers, 1982. Kemiskinan dan kebutuhan pokok. Jakarta: Rajawali Suyanto, Bagong, 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana
Suyanto, Bagong & Srisanituti Hariadi, 2002. Krisis and Child Abuse:
Kajian Sosiologi Tentang Pelanggaran Hak Anak dan Anak-anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus. Surabaya: Airlangga University Perss. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002. Tentang Perlindungan Anak. Sinar
Grafika.
Usman, Hardius & Nachrowi Djalal Nachrowi. 2004. Pekerja Anak di Indonesia: Kondisi, Determinan, dan Eksploitasi (Kajian Kuantitatif). Jakarta: PT.Grasindo.
Sumber-Sumber Lain:
Andari, Soetji, Jurnal Penelitian Sosial: Pengaruh Keberadaan Rumah Singgah Terhadap Kebutuhan Rasa Aman Anak Jalanan Perempuan di Kota Yogyakarta Vol.II,No.6, 2003
Batubara, Hambali, 2010. The Baboes: Suara Mereka dari Jalanan. Medan: Yayasan KKSP.
Hikmawati, Eny, 2011. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial : Pendorong Anak Masuk Dunia Kerja.
Ikawati dan Yoga, Tateki Tursilarini, Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial: Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan Dasar anak Terhadap Kondisi Fisik, Psikis, dan Sosial Anak Jalanan Yang Masih Tinggal Dengan Orang Tua di Kota Semarang Vol.II,No.6,2003.
PKPA, 2011. Situasi Anak Jalanan Kota Medan. Medan: PKPA.
Siregar, Hairani & dkk. 2006. Faktor dominan anak menjadi anak jalanan di kota medan. Jurnal Studi Pembangunan
Tono, 2003. Mengapa Anak-Anak Memasuki Dunia Kerja. Malang: Yayasan Anak Alam.
Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992. Tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992. Tentang Kesehatan Waspada.2012.kondisi-anak-jalanan-memprihatinkan.Diaksesdari:
http://www.waspada.co.id/index.kondisi-anak-jalanan memprihatinkan/html,
Wikipedia, 2014. Ekonomi. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi. Wikipedia, 2014. Interaksi Sosial, Diaksesdari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi_sosial
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian Kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dengan cara mendeskripsikanya dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006: 6)
Agar penelitian terjamin tingkat validitasnya, maka pemilihan metode penelitian harus didasarkan pada realitas yang menjadi obyek. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang sekedar hanya untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, wilayah Kota Medan yang dimaksud adalah wilayah atau tempat dimana anak jalanan sering ditemukan. Dalam penelitian ini ditetapkan bahwa tempat penelitiannya adalah di kawasan Simpang Pos yang merupakan pertemuan antara jalan Jamin Ginting, Ngumban Surbakti dan jalan A. H. Nasution dan terletak di kecematan Medan Johor, kelurahan Kwala Bekala. Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut dikarenakan kawasan Simpang Pos merupakan tempat yang cukup strategis bagi anak jalanan yang bekerja untuk mencari uang.
3.3 Subjek Penelitian
Penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel tetapi meggunakan subjek penelitian. Istilah subjek penelitian merujuk pada orang/individu atau kelompok yang dijadikan unit usaha/satuan kasus yang diteliti. Yang menjadi informan utama adalah responden itu sendiri, yang merupakan sumber keterangan yang penting. Penulis dalam penelitian ini menggunakan lima orang sebagai informan dalam mengangkat profil kehidupan mereka.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang
2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan peneliti langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan melakukan:
a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran tentang objek penelitian yaitu dengan cara mengumpulkan data dengan melihat, mendengarkan, dan mencatat kejadian sasaran penelitian
b. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka atau berhadapan langsung dengan responden
Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung turun kelapangan, untuk mengumpulkan data dengan cara mengadakan percakapan/tanya jawab secara lisan kepada responden dan pihak yang mendukung. Instrument yang digunakan adalah pedoman wawancara semi struktur. Peneliti melakukan wawancara dengan menanyakan sederetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu-persatu diperdalam untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan mendalam. Tata cara pelaksanaanya bebas terpimpin, dimana pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang ditanyakan.
3.5 Teknik Analisis Data
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data (Moleong, 2006: 103)
Data yang diperoleh dalam penelitian ini di analisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan perkasus dari data-data yang telah dikumpulkan. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, dilakukan dengan pengamatan peserta yang menjadi subyek penelitia. Hasil penelitian ini dituangkan dalam sebuah catatan lapangan sebagai salah satu sumber data. Hal yang akan digali dari wawancara tujuannya adalah untuk mengetahui detail kehidupan, pengalaman, perasaan dan subyek serta kehidupan keluarga mereka. Setiap informasi yang telah dikumpulkan dalam catatan lapangan baik data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan analisa data yang akhirnya nanti dapat manghasilkan suatu analisa data yang baik dan dapat mengungkap permasalahan dari penelitian ini.
Data-data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan perkasus dari data-data yang telah dikumpulkan. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, dilakaukan pengamatan peserta yang menjadi subjek penelitian. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam sebuah catatan lapangan sebagai salah satu sumber data. Hal-hal yang akan digali dari wawancara tujuannya adalah untuk mengetahui detail-detail kehidupan dan pengalaman, dan perasaan subjek serta kehidupan keluarga mereka
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kawasan Simpang Pos Medan
Kawasan Simpang Pos merupakan suatu persimpangan jalan yang terletak di Kota Medan, kawasan ini merupakan salah satu ruas jalan utama yang paling banyak dilintasi kendaran pribadi maupun kendaraan umum yang ada di Kota Medan. Hal ini dikarenakan persimpangan ini merupakan pertemuan antara tiga jalan utama kota yaitu Jl. Letjen Jamin Ginting, Ngumban Surbakti dan Jl. A. H. Nasution.
Banyaknya kendaraan yang melintasi kawasan ini dikarenakan Kawasan Simpang Pos terletak di tengah-tengah pemukiman padat penduduk, rumah-rumah warga terdapat di sepanjang Jl. Letjen Jamin Ginting, Ngumban Surbakti dan Jl. A. H. Nasution. Dikarenakan kawasan padat penduduk, kawasan ini pun sering menimbulkan kemacetan yang panjang hal ini dikarenakan letak persimpangan ini merupakan jalur transportasi yang menghubungkan pengguna jalan untuk dapat ke berbagai tempat di kota Medan.
Mengatasi masalah kemacetan di kawasan simpang pos maka pemerintah berencana membangun jembatan layang (Fly over) yang rencananya akan dibangun di atas jalan A.H Nasution dan Ngumban Surbakti, tahap awal pembangunan sudah dimulai sehigga Kawasan Simpang Pos menjadi tidak nyaman untuk dilewati, banyak debu yang menganggu para pengguna jalan. Kawasan yang padat lalulintas membuat Simpang Pos menjadi salah satu persimpangan yang cukup stategis bagi anak jalanan yang ingin beraktifitas mencari uang. Kendaraan yang berhenti pada saat lampu merah di persimpangan ini menjadi sasaran utama bagi mereka untuk mendapatkan uang yaitu dengan mengamen dan menawarkan dagangan mereka seperti rokok, aqua dan koran.
Kawasan Simpang Pos terletak di Kecamatan Medan Johor , Kelurahan Kwala Bekala dan terdiri dari 20 lingkungan dan simpang pos terletak di lingkungan IV dan IX. Mata mencarian masyarakat di sekitar kawasan simpang pos adalah berdagang hal ini dapat dilihat dengan banyaknya toko-toko di sepanjang jalan A.H Nasution, Nungbansurbakti dan Lenjen Jamin Ginting. Anak jalanan yang ada di kawasan simpang pos pada umumnya tinggal di kecamatan Kwala Bekala yang terdiri dari 20 lingkungan, mereka tinggal bersama orang tua ada juga yang mengotrak/kos.
4.2 Gambaran Umum Kelurahan Kwala Bekala
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Bringin Kecamatan Medan Selayang
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Sempa Kata Kecamatan Medan Selayang
4.3 Pemerintahan Kelurahan Kwala Bekala
Kelurahan Kwala Bekala merupakan bagian dari Kecamatan Medan Johor yang merupakan bagian dari wilayah pemerintahan yang kecil dalam wilayah pemerintahan Republik Indonesia yang dikepalai oleh seorang Lurah. Kelurahan Kwala Bekala terdiri dari 20 Lingkungan. Lurah merupakan pimpinan tunggal dalam penyelenggaraan pemerintah kelurahan yang mempunyai kedudukan dan fungsi bertanggung jawab kepada Walikota Medan melalui Camat Medan Johor sebagai kepala wilayah Kecamatan Medan Johor.
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dibidang pembangunan dan masyarakat.
4.4 Kedaan Demografis
4.4.1 Gambaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Adapun komposisi penduduk Kelurahan Kwala Bekala berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (100%) 1
2
Laki-laki Perempuan
17.311 17.407
49,88 50,16
Total 34.702 100,00 Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
Berdasarkan data Tabel 4.1 Kelurahan Kwala Bekala diketahui jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah 34.702 jiwa dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17.311 jiwa dengan persentase 49,88%, sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 17407 jiwa dengan persentase 50,16%.
4.4.2 Gambaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
No Kelompok Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (100%) 1 2 3 4 5 6 7 8 0-5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 25-55 Tahun 56-79 Tahun ≥ 80 Tahun
1.951 2.591 4.841 7.027 6.191 9.937 1.258 906 5,62 7,47 13,95 20,25 17,84 28,63 3,63 2,61
Total 34.702 100,00
Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
Dari table 4.2 maka dapat dilihat bahwa komposisi penduduk di Kelurahan Kwala Bekala berdasarkan usia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok usia yaitu:
1) Kelompok usia belum produktif (usia 0-15 tahun) dengan persentase 27% 2) Kelompok usia produktif (usia 16-55 tahun) dengan persentase 67%
4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarka Agama
Adapun komposisi penduduk Kelurahan Kwala Bekala berdasarkan agama adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase (100%)
1 2 3
Islam Protestan Khatolik
12.556 17.768 4.378
36,18 51,20 12,62
Total 34.702 100,00
Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
Berdasarkan data yang disajikan pada table 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Kwala Bekala mayoritas beragama Kristen Protestan. Persebaran agama Kristen Protestan di wilayah Kelurahan Kwala Bekala lebih banyak dibandingkan dengan agama-agama yang lain. yakni sebanyak 17,768 jiwa yaitu 51,20% dari jumlah penduduk yang ada di wilayah Keluarahan Kwala Bekala.
4.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarka Pendidikan
Adapun komposisi penduduk Kelurahan Kwala Bekala berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (100%) 1 2 3 4 5 6 Sarjana Akademi SLTA SLTP SD
Tidak Tamat SD
7.797 1.779 22.181 2.415 374 174 22,64 5,12 63,88 6,97 1,07 0,50
Total 34.702 100,00
Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
Data yang disajikan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk Kelurahan Kwala Bekala mayoritas adalah SLTA 22.181 (63,88%) sedangkaan Sarjana dan akademi sebannyak 7.797 jiwa (22,64%) sedangkan penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 174 jiwa yaitu hanya (0,50%) dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Kwala Bekala.
4.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
No Suku Bangsa Jumlah (Jiwa) Persentase (100%) 1 2 3 4 5 6 7 8 Jawa Karo Pak-pak Dairi Toba Padang Mandailing Simalungun Nias 5.978 10.936 2.877 10.802 312 1.715 1.535 547 17,22 31,51 8,30 31,13 0,90 4,94 4,42 1,58
Total 34.702 100,00
Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
4.4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
Adapun komposisi penduduk Kelurahan Kwala Bekala berdasarkan mata pencaharian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah (KK)
Dari table 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Kwala Bekala mempunyai mata pencarian sebagai pedagang, yakni sebanyak 22,133 kepala keluarga. Kemudian selebihnya bermata pencaharian sebagai buruh tani sebanyak 3.452 kepala keluarga, pegawai swasta sebanyak 3.339 kepala keluarga, peternak sebanyak 879 kepala keluarga, TNI/Polri sebanyak 461 kepala keluarga, tukang batu sebanyak 410 kepala keluarga, supir sebanyak 366 kepala keluarga, pengemudi becak sebanyak 205 kepala keluarga, pengrajin sebanyak 14 kepala keluarga, dokter sebanyak 13 kepala keluarga, dan yang bermata pencaharian lain-lain sebanyak 1.762 kepala keluarga.
4.5 Sarana dan Prasarana
Adapun data yang dibuat mengenai fasilitas/prasarana di Kelurahan Kwala Bekala adalah sebagai berikut :
4.5.1 Sarana Pendidikan
Tabel 4.7 Sarana Pendidikan
No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) 1
2 3 4 5 6
TK SD SLTP SLTA
Perguruan Tinggi Kursus-Kursus
12 18 7 7 4 8
Total 56 Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Kwala Bekala terdiri dari 18 unit bangunan sokolah dasar, 12 unit bangunan taman kanak-kanak, 8 unit bangunan kursus seperti keterampilan menjahit, bidang keagamaan dan lain-lain.
4.5.2 Sarana Ibadah
Tabel 4.8
Sarana Tempat Ibadah No Sarana Tempat Ibadah Jumlah (Unit) 1
2 3 4
Mesjid Greja Kristen Gereja Khatolik Mushola
8 14 2 2
Total 26
Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
4.5.3 Prasarana Kesehatan
Tabel 4.9 Prasarana Kesehatan
No Jenis Tempat Jumlah (Unit)
1 2 3 4 6
Puskesmas Pembantu Poliklinik/Balai Pengobatan Apotik
Posyandu
Tempat Dokter Praktek
1 3 6 9 12
Total 35 Sumber: Profil Kelurahan Kwala Bekala 2013
BAB V ANALISIS DATA
Sesuai dengan teknik analisa data yang digunakan oleh penulis yaitu teknik analisa data secara kualitatif, maka dalam bab ini akan dibahas gambaran kehidupan objek penelitian, dalam hal ini anak janalan yang ada di kawasan Simpang Pos Medan
5.1 Uraian Tahapan Pengumpulan Data
Validitas data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian akan mendukung objektivitas hasil penelitian. Kevalidan data sangat diperlukan dalam memperoleh hasil yang diharapkan. Maka untuk itu pelaksanaan pengumpulan data dilapangan mengenai anak jalanan di kawasan Simpang Pos Medan harus benar-benar objektif pada sasarannya. Secara rinci uraian tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
5.2 Studi Kepustakaan
Sebelum melihat realitas yang terjadi di lapangan mengenai gambaran anak jalanan umumnya dan sosial ekonomi anak jalanan khususnya maka penulis lebih dahulu membekali pengetahuan dengan membaca bahan-bahan referensi hubungan dengan hal tersebut melalui buku-buku, Koran, internet, dan sumber-sumber bacaan lainnya.
5.3 Penjajakan Lokasi Penelitian
1. Dilokasi tersebut terdapat anak jalanan dengan berbagai kegiatan dan latar belakang
2. Dilokasi tersebut memungkinkan untuk diteliti baik dari segi pertimbangan dana, waktu, dan kondisi geografi
5.4Permohonan Izin Penelitian
Setelah memperoleh surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian dari pihak Fakultas dengan nomor 5609/UN5.2.1.9/PPM/2014 yang ditujukan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara dan mendapat surat izin penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara dengan nomor 070/271/BPP/I/2014.
5.5 Penentuan Subjek Penelitian
Untuk mendeskripsikan kehidupan anak jalanan di kawasan Simpang Pos Medan maka peneliti menetapkan 5 (lima) orang informan sebagai subjek penelitian.
5.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data a. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran tentang objek penelitian.
b. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap informan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Kemudian setelah diterima, peneliti menjelaskan tujuan wawancara yang dilakukan adalah semata-mata untuk penelitian
- Peneliti mengajukan pertanyaan secara mendalam dan mencatat semua jawaban informan
5.7 Penyajian dan Analisa Data
Setelah mengadakan penelitian lapangan, maka tahapan selanjutnya adalah analisis dan penyajian data. Analisis yang dilakukan berdasarkan observasi dan wawancara melalui daftar wawancara. Analisis data selanjutnya dilakukan dengan menelaah data secara kualitatif
Seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber melalui observasi dan wawancara dicatat dalam bentuk catatan lapangan. Data tersebut kemudian dibaca, diteliti, dan ditelaah. Kemudian dilakukan kategorisasi dan perbandingan-perbandinan sebelum akhirnya menarik kesimpulan
DATA INFORMAN I
Nama : Ronal
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 (dua) dari tiga bersaudara Usia : 16 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Mengasong Usia Mulai Bekerja : 13 Tahun
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong dengan orang tua yang sudah berpisah
Pada saat penulis datang ke kawasan Simpang Pos Medan, tampak seorang anak laki-laki yang sedang mengasong yaitu berjualan barang dagangan seperti rokok, tisu, mancis, permen dan minuman mineral. Beberapa saat penulis mengamati anak tersebut dari jarak yang tidak begitu jauh dari tempat dia berjualan, setelah melihat anak tersebut tidak lagi sibuk dengan pekerjaannya penulis kemudian mencoba mendekati anak tersebut untuk memperkenalkan diri dan berusaha melakukan pendekatan.
Perkenalan pertama kali dengan anak tersebut awalnya terasa canggung dan kaku, namun seiring berjalannya waktu dan penulis berusaha untuk seramah mungkin dalam berkomunikasi akhirnya suasana perbincangan dengan anak tersebut bisa berjalan dengan baik. Informan I penulis bernama Ronal. Seorang anak laki-laki berkulit sawo matang, pertama jumpa dengan Informan I dia memakai kaos oblong serta celana panjang, pada bagian dengkulnya sudah tampak koyak dengan membawa kotak berisi barang daggangan.
Situasi inilah yang dimanfaatkan Ronal untuk menjual barang daggangannya kepada pengendara kendaraan pribadi maupun umum seperti angkot.
Ketika penulis menanyakan alasan mengapa ia bekerja di jalanan Ronal mengatakan ia ingin bekerja dan mendapat penghasilan sendiri. Dengan bekerja sebagai pengasong dijalanan dan mendapat penghasilan Ronal kemudian dapat menyisihkan atau memberi uang hasil kerjanya kepada keluarganya. Penghasilan Ronal dalam bekerja 30.000 – 40.000. Disamping itu ia mengatakan tidak mau menjadi beban bagi ayahnya yang bekerja hanya sebagai tukang roti keliling, sehingga ia ingin mandiri dengan mengasong dan memiliki penghasilan sendiri.
“aku nga mau ngerepotin bapak bang jadi aku ngasong biar dapat duit kan aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri, kadang kalo aku punya uang aku kasih juga ke bapak untuk nambahin modal usahanya”
Menurut penuturan Ronal, ia pernah memberi uang kepada ayahnya sebesar 200.000 ribu, uang tersebut digunakan untuk menambahi modal usaha ayahnya. Aktivitas Ronal dijalanan diketahui oleh ayahnya, sebelum turun kejalanan Ronal terlebih dahulu memberi tahu ayahnya jika ia ingin mengasong di jalanan, ia menuturkan bahwa ayahnya memberikan keputusan sepenuhnya kepada dirinya. ayahnya hanya berpesan agar hati-hati dalam bekerja di jalanan mengingat kawasan Simpang Pos merupakan jalan yang padat dengan aktivitas lalu lintas.
mengerjai pekerjaan rumah tangga, bersih-bersih memasak dan sebagainya. Urusan rumah tangga menjadi pekerjaan kakak Ronal sehari-harinya hal ini dikarenakan ayah dan ibu Ronal sudah lama berpisah, Ronal ngatakan bahwa Ibunya pergi begitu saja meninggalkan rumah dan tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang. Penulis merasakan ada perasan enggan pada diri Ronal untuk bercerita mengenai masalah keluarganya tersebut.
lingkungan rumahnya Ronal bergaul dengan anak tetangga yang seusianya mereka kebanyakan masih sekolah. Ronal mengaku ada sedikit perasaan minder dengan teman-temannya akan tetapi dalam diri Ronal ada kebanggaan akan dirinya mengingat ia bekerja dan memiliki pendapatan sendiri sehingga mampu mandiri memenuhi kebutuhannya seperti, membeli baju, hand phone, uang pulsa dan jajan, .Aktifitas Ronal bersama anak-anak di lingkungan lebih sering dilakukan untuk bermain bola.
“kalo pas aku lagi nga ngasong teman-teman ngajak aku main bola bang, di lapangan nga jauh dari rumah kami”
Ronal berbicara dengan bangga mengatakan bahwa ia mahir dalam bermain bola, sehingga ia sering mendapat ajakan dari teman-temannya untuk bermain bersama mereka, ia juga mengatakan terkadang mereka dalam bertanding bermain bola melakukan taruhan, nominalnya bisa sampai 50.000 ribu dalam satu kali pertandingan.
mencari-cari alasan untuk tidak membayar ketika saat ditagih. Kontak fisik diantara merekapun hampir terjadi jika teman-teman yang lain tidak melerai mereka, setelah kejadian tersebut Ronal mengatakan pada esok harinya temanya langsung membayar pinjamannya tersebut.
“Aku pernah bang, berantam sama kawanku, Adi namanya dia kemaren minjam uang samaku 30.000 ribu udah hampir seminggu nga di bayar-bayar sama dia, asal ditagih banyak kali alasannya kumarahin, dia malah bentak-bentak aku, jadi berantamlah kami”
Aktivitas Ronal dalam mengasong di jalanan haruslah dilakukan dengan hati-hati mengingat jalanan tersebut adalah padat lalu lintas, banyak kendaraan yang lewat pada setiap harinya. Menurut penuturan Ronal ia pernah di tabrak oleh becak bermotor sampai terjatuh memang tidak sampai luka, akan tetapi Ronal kemudian menegur tukang becak tersebut mendengar teguran dari Ronal, tukang becak kemudian marah dan memaki-maki dirinya.
“Aku pernah di tabrak sama tukang becak, memang kemaren itu lampu merahnya udah nyala bang, jadi aku mau jualan eh ada tukang becak nga ngerem pas aku lewat jadi aku tertabraklah, aku rasa waktu itu dia mau nerobos lampu merah”
gitar ia sudah bisa mencari uang. Gitar yang ia gunakan adalah gitar sewaan yang disewa seharga Rp10.000 ribu perharinya. Pada saat bekerja sebagai pengasong, Ronal awalnya hanya menjualkan barang dagangan milik orang lain/pemilik modal yaitu orang yang sama yang menyewakan gitar kepadanya. Seiring berjalannya waktu sekarang Ronal memiliki dagangan asongannya sendiri dagangannya itu dia peroleh dari hasil tabungannya selama ia bekerja.
Uang yang ia peroleh dalam mengasong, ia tabung sebesar 10.000 ribu selebihnya dipakai untuk memenuhi kebutuhanya sendiri dan keluarganya, terkadang juga diberikan kepada adik yang masih sekolah kelas 5 SD sebesar 3.000 ribu, dan kakak yang duduk di kelas 2 SMA sebesar 5.000 ribu sebagai tambahan uang jajan mereka untuk sekolah. Ronal juga memberi upah kepada kakanya karena telah mencucikan pakaiannya sehari-hari. Jika kakaknya mencuci pakaiannya Ronal memberikan uang 10.000 ribu untuk kakanya tersebut sedangkan untuk urusan dapur Ronal mengatakan pernah memberi kakaknya uang untuk membeli beras.
“Waktu itu beras kami abis bang, bapak belum pulang dari jualan jadi aku kasih aja uangku sama kakak 30.000 ribu untuk beli beras biar bisa dia masak”
dan adiknya seperti membelikan perlengkapan alat-alat tulis untuk kedua saudaranya tersebut.
ANALISA KASUS
Ronal beraktifitas dijalan sebagai pengasong selama tiga tahun, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekoahnya sehingga Ronal hanyalah anak yang bertamatkan SMP. Keputusan Ronal untuk bekerja dikarenakan keinginannya untuk dapat hidup mandiri dan tidak membebani orang tuanya, terlebih dua saudaranya masih sekolah. Dengan bekerja ia juga mempunyai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya disamping kebutuhannya sendiri. Ronal adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, ayahnya hanya bekerja sebagai tukang roti keliling sedangkan ibunya telah lama pergi dari rumah dan keberadaanya tidak di ketahui.
Keinginan Ronal untuk dapat mandiri menjadi motivasi dirinya untuk menjalani pekerjaannya, dengan keinginan itulah Ronal yang tadinya seorang pengamen dengan menyewa gitar dan kemudian menjual barang dagangan milik orang lain sekarang ia telah memiliki bagarang dagangannya sendiri yang didapatkan dari hasil tabungannya selama ia bekerja.
DATA INFORMAN II
Nama : Jonatan Sinaga Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : 3 (tiga) dari empat bersaudara Usia : 13 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak
Pekerjaan : Mengamen Usia Mulai Bekerja : 11 Tahun
Alamat : Jln Cinta Karya, Medan
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengamen dan tidak memiliki ayah
yang beraktifitas sebagai pengamen. Jonatan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara ia sudah bekerja dijalanan selama satu tahun.
Jonatan tinggal bersama ibunya dan ke tiga saudaranya sedangkan ayahnya sudah lama meninggal sekitar empat tahun yang lalu. Ibu Jonatan bekerja sebagai penjual pakaian bekas (monza) dan tukang kredit baju di pasar tradisional Kwala Bekala. Jonatan memiliki satu orang kakak dan satu orang abang serta adik laki-laki, kakak Jonatan bekerja di rumah makan dan abangnya bekerja di tempat pencucian mobil sedangkan adiknya masih duduk di bangku kelas 2 SD. Dalam beraktifitas sebagai pengamen jonatan bekerja 3-4 jam, Ia mengamen mulai pukul 14:00 WIB sampai dengan 19:00 WIB namun tidak setiap harinya ia mengamen terkadang ia membantu ibunya berjualan di pasar, menurut penuturan Jonatan ibunya mengetahui aktifitasnya dijalanan dan saat penulis bertanya bagaimana tanggapan ibunya Jonatan mengatakan ibunya tidak setuju ia mengamen di jalanan, ibunya ingin ia membantu berjualan dipasar.
“mamak nga setuju bang aku ngamen, dia mau aku bantu-bantu dia jualan di pajak tapi tetap ngamen aja aku bang, ya kalo lagi nga ngamen aku bantu mamak jualan jadi dia nga marahin aku”
Semasa hidup, ayah Jonatan hanya seorang buruh bangunan yang pekerjaannya tidak tetap, hanya menunggu adanya borongan bangunan, pada saat itu abang Jonatan yang membantu ayahnya dalam bekerja, tetapi saat ayahnya meninggal dunia beban ekonomi semakin berat karena yang mencari nafkah hanyalah ibunya. Dari peristiwa tersebut kakak dan abang Jonatan memilih untuk bekerja, hal inilah yang kemudian memotivasi Jonatan untuk bekerja.
abangnya tidak terlalu sering terjadi karena mereka bekerja dari pagi hingga malam hari, jonatan lebih sering melakukan interaksi dengan adiknya yang masih SD, terkadang ia juga mengantarkan adiknya tersebut ke sekolah sebelum ia pergi mengamen hal ini ia lakukan jika ibunya sudah pergi ke pasar untuk berjualan karena biasanya ibunya yang mengantar adiknya tersebut. Dalam pergaulannya jonatan hanya memiliki teman sesama anak jalanan terkadang dalam mengamen mereka membentuk kelompok kecil dua dampai tiga orang akan tetapi Jonatan mengatakan lebih nyaman jika mengamen sendiri karena pendapatannya tidak dibagi dan dapat dinikmati sendiri. dalam pergaulannya Jonatan mengatakan tidah pernah bertengkar dengan teman-temannya dan ia juga tidak pernah menerima perlakuan kasar dari orang dewasa disamping itu kegiatan mengelem yang pada umumnya dilakukan oleh anak jalanan seusiannya tidak ia lakukan.
“Kadang aku ngamen berdua sama kawan bang, biar musiknya lebih rame jadi lagunya lebih enak, aku maen gitar kawanku maen kricingan. Tapi aku lebih enak ngamen sendiri karena duitnya sama aku semua bang, nga di bagi-bagi lagi ama kawan”
jalanan, sedangkan untuk sarapan dan makan malam Jonatan makan di rumah. Disela-sela pekerjaannya ternyata Jonatan terkadang meluangkan waktu untuk bermain game online di warnet yang juga dekat dengan kawasan Simpang Pos, di warnet tersebut biasannya Jonatan bermain selama 3 jam dengan biaya 7.000 Ribu, tak jarang di warnet tersebut ia berjumpa dengan teman-temanya yang merupakan anak jalanan juga.
“Sebelum ngamen kadang-kadang aku maen Poin Blank(PB) dulu bang di warnet, nga jauhnya dari sini, aku maen paling paket tiga jam”
Disala-sela wawancara penulis dengan informan II, Jonatan meminta izin kepada penulis untuk melanjutkan aktifitasnya mengamen. Pada saat Informan II melakukan aktifitasnya penulis disapa oleh orang tua separuh baya yang bekerja sebagai tukang becak yang sedang istrirahat sembari menunggu penumpang, bapak tersebut ternyata memperhatikan saya ketika sedang mewawancarai Informan II dan tertarik untuk mengetahui apa sebenarnya yang saya lakukan. Maka sayapun memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan saya melakukan kegiatan wawancara, Anto merupakan nama dari Bapak tersebut yang merupakan tentangga dari Jonatan dan merupakan teman dari mendiang ayahnya. Menurut penuturan bapak Anto, Jonatan sering dimarahi oleh ibunya dikarenakan ia tidak mau sekolah.
pemikiran bahwa ingin melakukan kegiatan yang menurutnya lebih menguntungkan dari pada bersekolah. Ia pun mengaku bahwa ibunya juga sering memarahi dia agar mau pergi ke sekolah. Jonatan merasa bisa lebih mandiri karena tidak lagi meminta uang jajan kepada orang tuanya
ANALISA KASUS
Jonatan beraktifitas dijalan sebagai pengamen selama satu tahun, ia merupakan anak yatim ayahnya sudah meninggal dan ibunya menjadi tulang punggung keluarga dari keterangan diatas keluarga Jonatan merupakan keluarga yang mandiri karena mayoritas anggota keluarga memiliki pekerjaan seperti ibu, kakak, serta abang dan Jonatan kecuali adiknya yang masih SD. Jonatan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Keinginan mendapatkan penghasilan dan nyaman dengan pekerjaan yang ia lakukan membuat Jonatan menomor duakan pendidikannya sehingga ia berhenti dari sekolahnya.
Interaksi sosial Jonatan tergolong biasa-biasa saja, tidak ada konflik yang menimbulkan pertengkaran, baik di keluarganya maupun di lingkungan pergaulannya dengan teman-temannya. Di dalam keluarga Jonatan jarang berinteraksi dengan kakak dan abangya di karenakan kegiatan pekerjaan mereka yang membuat waktu mereka dirumah hanya sedikit yaitu pada malam hari. Disamping pekerjaannya mengamen Jonatan masih membantu ibunya dalam berjualan di pasar serta menjaga adiknya yang masih SD, bahkan ia juga memberi perhatian kepada adiknya dengan mengantarkannya ke sekolah.
sendiri seperti jajan, membeli baju, makan siang ketika bekerja di jalanan dan menikmati hiburan seperti bermain game online di warnet sedangkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga Jonatan tidak berpartisipasi.
DATA INFORMAN III
Nama : Jhon Putra Pardede Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 (dua) dari empat bersaudara Usia : 17 Tahun
Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Toba Pekerjaan : Mengasong Usia Mulai Bekerja : 14 Tahun
Alamat : Jln Jamin Ginting. Medan
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong dengan kondisi keluarga yang kurang harmonis
berbincang-bincang. Melihat anak tersebut penulis kemudian meminta Ronal untuk memperkenalkan penulis kepada anak tersebut.
Informan III penulis bernama Jhon Putra Pardede, ia merupakan anak ke dua dari empat bersaudara, Johanes tidak tinggal bersama kedua orang tuannya ia mengekost bersama temannya tidak jauh dari kawasan Simpang Pos yaitu masih berada di sekitar Jln Jamin Ginting. Jhon sudah beraktifitas di jalanan selama tiga tahun, ia dalam bekerja berpindah-pindah tempat banyak persimpangan lampu merah menjadi lokasi pekerjaannya seperti Simpang Titi Kuning, Simpang Pos, Simpang Kampus, dan Simpang Iskandar Muda. alasan Jhon bekerja mengasong di jalanan adalah karena diajak oleh temannya dan keinginan untuk mendapatkan uang. Awalnya Johanes bekerja di simpang Titi Kuning akan tetapi lama-kelamaan anak Punk mendominasi persimpangan tersebut sehingga ia dan teman-temannya berpindah ke simpang Pos. Dari penuturan Jhon ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan anak Punk di persimpangan tersebut mereka cinderung kasar, karena mayoritas usianya lebih dewasa dibandingkan dengan dirinya dan teman-temannya
“Aku dulu ngasong di Simpang Titi Kuning bang, tapi pas disana udah banyak anak Punk aku pindah ke Simpang Pos. nga enak sama orang itu banyak yang sok berkuasa”
“Males aku sama mereka bang, berantam saja kerjaannya. Nga betah pun aku tinggal sama orang tu”
Lebih lanjut penulis bertanya mengapa ia menjawab seperti itu, ternyata menurut penuturan Jhon, ayah dan ibunya sering bertengkar hal ini dikarenakan ayah Jhon yang pengangguran, ibunya selalu menegur agar ayahnya mau mencari pekerjaan. Sebenarnya ayah Jhon dulu adalah supir angkutan umum namun ketika pengeliatannya terganggu/rabun ayahnya tidak lagi membawa mobil angkutan, sudah satu tahun lamanya ayahnya tidak bekerja lagi. Disamping pengangguran ternyata ayah Jhon sering berjudi di warung daerah rumahnya sedangkan ibu Jhon membuka usaha rantangan atau katring. Setiap kali Jhon ingin melerai pertengkaran mereka, ia selalu di marahi serta mendapat makian dari ayahnya.
Mendengar penjelasan Jhon mengenai situasi keluargannya penulis kemudian mengerti mengapa Jhon memilih untuk ngekost bersama temannya, tetapi terkadang ia juga pulang kerumah sekedar melihat kondisi ibu dan kedua adik-adiknya, hampir setahun Jhon mengekost baru dua kali ia sempatkan untuk pulang kerumah orang tuannya yang berada di daerah Dilitua. Abang Jhon sudah tidak tinggal lagi bersama kedua orang tuannya, karena merantau dan bekerja di salah satu pabrik di Batam sudah hampir lima tahun ia bekerja disana. Sedangkan kedua adiknya masih SD, saat dia pulang kerumah Jhon memberi mereka tambahan uang jajan masing-masing 3.000 ribu ketika hendak pergi kesekolah.
jalanan yang mengekost di sana. Menurut penjelasan Jhon ada empat orang yang bekerja di jalanan mengekost di tempat tersebut, termasuk dirinya yang paling muda di antara mereka berempat.
“Pernah bang mereka kehilangan Laptop, terus dituduhnya kami yang mengambil padahal kami nga ada ngambil, lantaran kami ini kerja di jalanan jadi mereka langsung nuduh kami yang nyuri”
Modal awal Jhon dalam mengasong berasal dari abangnya, ia meminta uang kepada abangnya sebesar 300.000 ribu, dari uang tersebut ia kemudian membeli perlengkapan untuk di jual seperti beberapa bungkus rokok dengan berbagai merek, permen, tisu, dan minuman mineral. Pendapatan Jhon dalam bekerja rata-rata 30.000 - 40.000 ribu dalam satu hari, uang tersebut digunakanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yaitu untuk makan, membeli keperluan mandi, pakaian, rokok, dll. Jhon sudah hampir satu tahun mengekost di jalan Jamin Ginting dalam hal membayar uang kost Jhon patungan dengan temannya yaitu sebesar 400.000 ribu, berarti Jhon perbulannya menyisihkan pendapatannya sebesar 200.000 untuk membayar uang kost sedangkan untuk uang listrik ia membayar 40.000 ribu.
Kebutuhan akan pakaian Jhon mengatakan lebih sering membeli pakaian bekas (monza) ketimbang pakaian baru hal ini dilakukannya untuk menghemat pendapatannya dalam bekerja.
ANALISIS KASUS
Jhon beraktifitas di jalan sebagai pengasong selama tiga tahun, keluarga Jhon merupakan keluarga yang tidak harmonis hal ini dikarenakan sering terjadinya pertengkaran antara ayah dan ibunya. Ketidak harmonisan ini membuat Jhon tidak betah tinggal dirumahnya sehingga ia memutuskan untuk mengekost. Adanya ajakan teman membuat Jhon turun ke dunia jalanan bekerja sebagai pengasong, tentu hal ini sudah ia perhitungkan resiko dan keuntungan yang ia peroleh jika ia bekerja di jalanan.
Interaksi Jhon dengan keluarganya kurang baik hal ini dapat dilihat dari situasi keluarga yang kurang harmonis, ditambah kepergian Jhon dari rumah membuat ia jarang berinteraksi dengan anggota keluarganya terutama kepada kedua adiknya, akan tetapi kepedulian terhadap kedua adik-adiknya masih bisa ditunjukkan oleh Jhon dengan memberi tambahan uang jajan untuk mereka sekolah. Dengan tidak tinggal bersama kedua orang tuannya Jhon menjadi anak yang mandiri berusaha dan bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri.
INFORMAN IV
Nama : Ridwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : pertama dari empat bersaudara Usia : 16 Tahun
Agama : islam
Suku : jawa
Pekerjaan : Mengasong Usia Mulai Bekerja : 13 tahun
Alamat : Jln Cinta Karya
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong dan tidak memiliki ayah
mencari dan kebetulan mendapatkan seorang anak laki-laki. Dani kemudian mempertemukan penulis dengan temannya tersebut.
Ridwan merupakan nama dari Informan IV penulis, Pekerjaan sebagai pengasong sudah ditekuni oleh Ridwan semenjak tiga tahun yang lalu barang yang Ia jual yaitu rokok, tisu, permen dan minuman mineral (aqua). Ridwan beraktifitas di jalanan selama 3-7 jam dalam satu hari, menurut penuturanya pada saat pagi dan sore hari merupakan waktu yang ia sukai dalam bekerja hal ini dikarenakan waktu tersebut merupakan waktu dimana keadaan kawasan Simpang Pos padat arus lalulintas. Pukul 07.00-10.00 WIB ia mulai bekerja kemudian pulang kerumah untuk istirahat, jika ibunya pergi untuk bekerja Ridwan menjaga adiknya dan kios bensin eceran yang mereka jual di depan rumahnya. Pukul 15.00 WIB Ridwan kembali ke Simpang Pos untuk mengasong dan pukul 19.00 WIB ia pulang ke rumah. Alasan Ridwan untuk bekerja sebagai pengasong adalah untuk membantu orang tuanya. Ridwan merupakan anak pertama dari empat bersaudara ia memiliki satu adik perempuan dan dua adik laki-laki, kedua adiknya masih sekolah di bangku SD sedangkan adiknya yang paling bungsu belum sekolah karena masih berusia 3 tahun . Ia tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang mereka sewa, sedangkan ayah Ridwan telah meninggal dunia ketika ia masih SMP.
uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Setiap pulang mengasong Ridwan selalu memberi uang sebesar 15.000 ribu kepada orang tuannya
“kasian mamak bang, sendirian nyarik uang untuk kami, ngga tega aku ngeliatnya, jadi ngasonglah aku biar bisa bantu-bantu mamak nyarik uang”
Hubungan Ridwan dengan ibu serta ketiga adiknya menurutnya baik-baik saja, tidak pernah terjadi permasalahan yang sampai menimbulkan konflik. Ia mengaku sangat menyayangi keluarganya tersebut tetapi ia juga merasa rindu akan sosok ayah yang sudah lama meninggal. Ridwan juga terkadang membantu ibunya untuk menjaga adiknya yang paling bungsu jika ibunya pergi untuk bekerja, setelah ibunya selesai dan pulang barulah Ridwan pergi mengasong
Pergaulan Ridwan dengan teman-temannya di jalanan dapat berjalan dengan baik, ia mengaku jika ada perselisihan tidak sampai menimbulkan perkelahian bisa di selesaikan dengan damai, Ridwan dalam pergaulan di jalanan tidak melakukan hal-hal yang negatif seperti yang di pesankan oleh ibunya, judi, minuman keras, obat-obatan terlarang ia hindari dalam melakukan pergaulan di jalanan. Menurut Ridwan hal-hal tersebut hanya akan menghambur-hamburkan uang yang telah didapatkannya. Ridwan tidak memiliki teman sebaya yang bukan anak jalanan hal ini dikarenakan di lingkungan rumahnya hanya ada beberapa anak yang seusiannya dan bersekolah, ia mengatakan mereka duduk di bangku SMA. Interaksi yang terjadi dengan anak sebayanya tersebut hanya sekedar bertegur sapa dan ketika mereka datang untuk membeli bensin yang ia jual.
200.000 ribu kekurangan 102.000 ribu Ia menggunakan uang tabungannya. Uang 302.000 ribu digunakan untuk membeli 20 bungkus rokok dengan berbagai merek seperti, Djarum Super, Gudang Garam, Sempoerna, dan Djisamsoe dengan harga rata-rata 12.000 ribu satu bungkus, 5 tisu wajah dengan harga 20.000, 1 kardus minuman mineral (Aqua) 37.000 ribu, dan 1 bungkus permen dengan harga 5.000 ribu. Pendapatan terbesar berasal dari penjualan rokok dan minuman mineral, untuk rokok ia menjual 4 batang seharga 5.000 dan satu botol aqua seharga 2.500. Disamping memberi uang kepada ibunya sebesar 15.000 ribu setiap kali Ia mengasong Ridwan juga dapat memenuhi kebutuhan dirinya tanpa meminta lagi kepada orang tua seperti uang untuk membeli pakaian, hand phone, uang pulsa, dan menikmati hiburan seperti bermain game online di warnet.
Keluarga Ridwan, menurutnya dalam hal pemenuhan kebutuhan akan makanan tidak mengalami kesulitan yang besar, Ia beserta keluarga dapat makan tiga kali dalam satu hari, untuk memenuhi kebutuhan pangan terkadang ibu Ridwan meminta uang untuk membeli sembako, Ridwan kemudian memberi uang sebesar 30.000 ribu, uang tersebut untuk membeli telur, mie instan, dan sayur-sayuran
“Kadang kalo ibu mau belanja dia minta uang sama aku bang, kalo aku lagi punya duit ya aku kasihlah 30.000 ribu. ibu nga setiap hari minta uang untuk belanja bang paling seminggu sekali”
\300.000 ribu, uang tersebut digunakan untuk membeli bajunya serta menambahi uang untuk membeli baju adik-adiknya.
“Waktu Hari Raya aku sama mamak dan adik-adik pergi ke sambu untuk belanja pakaian, aku beli pakaian satu setel 150.000 ribu, terus aku kasih juga ke mamak uang 150.000 ribu untuk beli baju adik”
Ridwan tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah kontrakan, menurut penuturan Ridwan uang sewa rumah mereka sebesar 450.000 per bulannya dan biaya listri sekitar 50.000 setiap bulan utuk kebutuhan air mereka menggunakan air sumur. Untuk biaya perumahan Ridwan menanggung uang listrik setiap bulan, hal ini tentu sangat membantu ibunya dalam menanggung beban ekonomi keluarganya “Kalo untuk biaya rumah aku cuman ngasih duit ke mamak 50.000 ribu bang, uang itu untuk bayar listrik”
ANALISA KASUS
Ridwan merupakan anak jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong, ia tinggal dengan ibu beserta ketiga saudaranya sedangkan ayahnya sudah meninggal. keinginan untuk membantu ibunya dalam memikul beban ekonomi keluarga menjadi motivasinya untuk bekerja. Ridwan bekerja menghabiskan waktu 3-7 jam dalam satu hari dengan waktu tersebut Ia dapat memperoleh pendapatan sebesar 30.000 – 50.000 ribu, setiap kali Ridwan pulang mengasong Ia memberi uang kepada ibunya sebesar 15.000 ribu dari pendapatan yang telah di peroleh. Dengan bekerja Ridwan dapat menjadi anak yang mandiri dan tidak membebani ibunya, Ridwan dapat memenuhi kebutuhannya seperti membeli baju, hand phone, uang pulsa, dan menikmati hiburan seperti bermain game online di warnet.
Kebutuhan akan pangan keluarga Ridwan tidak mengalami kesulitan yang besar untuk memenuhi kebutuhan mereka, terkadang Ridwan memberi uang kepada ibunya sebesar 30.000 ribu untuk membeli telur, mie instan, dan sayur-sayuran. Untuk memenuhi kebutuhan sandang Ridwan sudah dapat membeli pakaiannya sendiri. Ia pernah menghabiskan uang sebesar 300.000 ribu untuk membeli pakaian dirinya beserta ketiga adiknya. Untuk urusan perumahan Ridwan membayar uang listrik sebesar 50.000 setiap bulan sedangkan untuk keperluan sekolah adik-adiknya Ia memberi tambahan uang jajan sebesar 2.000 dan untuk membeli buku tulis sebesar 30.000 ribu
untuk menjaga adiknya yang paling bungsu jika ibunya pergi untuk bekerja, setelah ibunya selesai dan pulang barulah Ridwan pergi mengasong
INFORMAN V
Nama : Sandy
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : 3 (dua) dari tiga bersaudara Usia : 12 Tahun
Agama : islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Mengamen Usia Mulai Bekerja : 12 Tahun
Alamat : Jln Pintu Air IV, Medan
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengamen dan masih bersekolah
Hari jumat, pukul 14.00 WIB penulis datang kembali ke kawasan Simpang Pos guna bertemu Informan V, hampir satu jam penulis menunggu di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya, akhirnya Informan V datang menghampiri penulis. Informan V penulis bernama Sandy, ia merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sandy tinggal bersama kedua orang tuannya dan kedua saudarannya, ayah Sandi bekerja di bengkel las dan ibunya berjualan jajanan tahu keliling. Sandy memiliki satu orang abang yang bekerja di bengkel sepeda motor sedangkan kakaknya masih duduk di kelas 1 SMA
Waktu yang dihabiskan oleh Sandy untuk beraktifitas di jalanan adalah 2-3 jam dalam satu hari, aktifitas mengamen dilakukan ketika saat selesai pulang sekolah, ia mulai mengamen pada saore hari pukul 15:00 WIB. Menurut penuturan Sandy, ia masih bersekolah dan duduk di bangku kelas 5 SD di sekolah dekat lingkungan rumahnya sedangkan dalam beraktifitas sebagai pengamen ia jalani masih sekitar 4 bulanan. Saat penulis bertanya apa yang menjadi alasannya mengamen di jalanan, Sandy mengatakan awalnya ia hanya coba-coba dan ikut - ikut teman
“Aku ngamen di jalanan untuk main-main aja bang, cuman nyarik uang jajan ketimbang di rumah bosan nga ngapa-ngapain, cuman modal kricingan aja aku dah bisa dapat duit”
sedangkan ibunya juga begitu karena berjualan jajanan tahu sehingga tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk saling berinteraksi dengan Sandy. Akan tetapi menurut Sandy hubungan dengan kakaknya sangat akrab, kakaknya sering membantu mengerjakan PR, Sandy merasa beruntung karena kakanya masih bersekolah dan duduk di kelas 1 SMA sehingga masih bisa membantu ia dalam hal pelajaran sedangkan abang Sandy sudah bekerja di bengkel sebagai montir sehingga juga jarang berinteraksi dengan abanya tersebut.
Menurut penuturan Sandy dalam hal pergaulan dengan Sesama anak jalanan Ia tidak terlalu akrab dikarenakan ia masih tergolong baru di jalanan tetapi menurutnya ada beberapa teman bermain se-usianya, mereka terkadang mengamen dengan membentuk kelompok dengan 3 orang. Sedangkan untuk teman sebaya yang bukan anak jalanan Sandy hanya mempunyai teman-teman yang ada disekolahnya menurut Sandy ada beberapa teman yang mengetahui jika ia mengamen tetapi ada juga yang tidak tahu.
“Kalo aku ngamen kadang sama teman, si Andi dan Wanson. Orang itu kawan sekelas ku bang, kami kadang main-main sama karena rumah orang itu nga jauh dari rumah ku bang”
“Uang hasil ngamen aku tabung juga bang, kalo dapat 20.000 ribu aku simpan 10.000 ribu, tapi kalo dapatnya 10.000 abis buat jajan dan maen Plays Station sama Game Online”
ANALISIS KASUS
Sandy merupakan anak jalanan yang beraktifitas sebagai pengamen dan masih bersekolah, ia duduk di bangku kelas 5 SD. Sandy tiggal bersama kedua orang tuannya dan kedua saudaranya. Ayah Sandy bekerja di bengkel las sedangkan ibunya bekerja sebagai penjual jajanan tahu keliling sedangkan abang sandy sudah bekerja di bengkel sepeda motor abang Sandy merupakan tamatan dari SMK sedangkan kakaknya masih sekolah di bangku kelas 1 SMA
Sandy mengamen menghabiskan waktu di jalanan 2-3 jam dalam satu hari dan memperoleh pendapatan 10.000-20.000 ribu dalam satu hari, ia tidak mengamen setiap hari dalam satu minggu ia mengamen 3-4 kali. Aktifitas dalam mengamen hanya dilakukan oleh Sandy untuk mendapatkan uang jajan tambahan untuk ia bermain. Dengan mengamen dan uang yang ia simpan Sandy dapat membeli sepatu baru untuk sekolah dengan harga 70.000 ribu
BAB VI PENUTUP
6.1Kesimpulan
1. Pekerjaan anak jalanan di Kawasan Simpang Pos Medan adalah mengasong dan mengamen. Mereka menghabiskan waktu dijalanan selama 2-7 jam tetapi tergantung dari jenis pekerjaan mereka, anak jalanan yang mengasong lebih banyak meluangkan waktu untuk bekerja dari anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen
2. Pendapatan anak jalanan bervariasi tergantung jenis pekerjaannya anak jalanan yang mengasong bisa mendapatkan 30.000-50.000 ribu sedangkan anak jalanan yang mengamen berpendapatan 10.000-30.000 ribu
3. Keinginan bekerja dan mendapatkan penghasilan menjadi motivasi anak dalam bekerja, meski ada anak yang menjadi anak jalanan dikarenakan kondisi keluarga yang kurang harmonis.
4. Anak yang berpenghasilan sudah dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan keluarga. Adanya bantuan secara ekonomi untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga seperti pangan, sandang, dan perumahan di lakukan oleh anak yang berusia 16-17 tahun sedangkan anak yang berusia 12-13 tahun hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri seperti jajan dan bermain.
terjadi pada malam hari. Sedangkan interaksi dengan teman sesama anak jalanan dilakukan pada saat bekerja dan interaksi dengan teman yang tidak anak jalanan dilakukan pada saat tidak sedang bekerja
6. Interaksi yang dilakukan dengan teman sebaya yaitu bermain seperti bermain bola dan game online, nongrong di pinggir jalan bagi sesama teman anak jalanan sembari beristirahat saat bekerja
6.2Saran
1. Adanya penyuluhan sosial dari pemerintahan setempat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para orang tua atas hak-hak anak untuk memperloleh perlindugan, seperti penyuluhan melalui media cetak, spanduk, stiker dan poster.
2. Membina anak-anak secara bertahap agar tidak menggunakan public Space seperti jalan raya, terminal bus, stasiun kereta api, plataran pertokoan dan pusat perbelanjaan) yang terlarang untuk di jadikan sebagai tempat bekerja mencari uang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak jalanan
2.1.1 Pengertian Anak jalanan
Pengertian anak dalam Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia
21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut
undang-undang tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Jika dicermati, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak
terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21
tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepetingan usaha kesejahteraan sosial
serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental
seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang malampaui usia 21 tahun
(Huraerah, 2007: 31).
Anak jalanan adalah anak-anak yang mencari nafkah di jalan. Umumnya
sebagai pengamen, pedagang asongan, gelandangan, pengemis, penjual Koran,
tukang semir, pemulung, tukang parkir hingga pekerja seks anak. Mereka ini masih
ada yang tinggal dengan keluarga maupun yang tinggal di jalan (Batubara, 2010:
v). Sedangka definisi anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan
sebagian besar waktunnya untuk bekerja, bermain, atau beraktivitas lain di jalanan
dikarenakan dicampakkan atau tercampak dari keluarga yang tidak mampu
2.1.2 Karakteristik Anak Jalanan
Pada umumnya anak jalanan memiliki ciri-ciri yang membuat mereka
berbeda dengan anak pada umumnya. Adapun ciri-ciri anak jalanan secara umum,
antara lain:
a. Berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, temapt hiburan) selama
3-24 jam sehari
b. Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, dan sedikit sekali yang tamat
SD)
c. Berasal dari keluarga-keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum urban,
dan beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya)
d. Melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor informal)
(Mulandar, dalam Andari, 2003: 35).
Berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan di
bedakan kedalam tiga kelompok yakni:
1. Children on the street, yakni anak-anak yang memiliki kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan namun masih mempunyai hubungan yang kuat
dengan orang tua mereka. Sebahagian penghasilan mereka di jalan diberikan
kepada orang tuanya, Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau
tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
kedua orang tuanya.
2. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalan, baik secara sosial maupun ekonomi beberapa di antara mereka masih mempunyai
hubungan dengan orang tuanya, akan tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak
biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Anak –anak pada kategori ini
sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial emosional, fisik
maupun seksual
3. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan
kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari
satu tempat ke tempat lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari
kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi
bahkan masih sejak dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah
ditemui diberbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar di sepanjang rel kerita
api dan sebagainya (Suyanto & Srisanituti, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Departemen Sosial anak jalanan memiliki
kriteria sebagai berikut:
1. Anak jalanan yang hidup di jalan dengan kriteria :
a. Putus hubungan atau tidak bertemu dengan orang tuanya
b. Selama 8-10 jam berada di jalanan untuk bekerja (mengamen, mengemis,
memulung) dan sisanya mengelandan/tidur
c. Tidak lagi bersekolah
d. Rata-rata berusia di bawah 14 tahun
2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan dengan kriteria:
a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya
b. 8-16 jam berada di jalanan
c. Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua/saudara, yang
pada umumnya tinggal di daerah kumuh
e. Pekerjaan : penjual koran, pedagang asongan, pencuci bus, pemulung,
penyemir sepatu dan lain-lain.
f. Rata-rata di bawah usia 16 tahun (Soetarso dalam Huraerah, 2007: 91-92).
Berdasarkan jenis pekerjaannya anak jalanan dikelompokkan menjadi empat
kategori, yaitu :
1. Usaha dagang yang terdiri dari pedagang asongan, penjual koran, majalah serta
menjual sapu atau lap kaca mobil.
2. Usaha di bidang jasa yang terdiri dari pembersih bus, pengelap kaca mobil,
pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang semir sepatu, dan
kenek atau calo.
3. Pengamen. Dalam hal ini menyanyikan lagu dengan berbagai macam alat musik
seperti gitar, kecrekan, suling bambu, gendang, radio karaoke, dan lain-lain.
4. Kerja serabutan yaitu anak jalanan tidak mempunyai pekerjaan tetap, dalam arti
dapat berubah-ubah sesuai keinginan mereka.
Menurut penelitian Any Hikmawati terdapat beberapa faktor pendorong anak
memasuki dunia kerja yaitu:
1. Membantu ekonomi keluarga
2. Anak ingin memiliki uanh unutk memenuhi keinginan (prilaku konsumerisme)
sementara otang tua tidak bisa memenuhi kebutuhannya
3. Para pengusaha yang memanfaatkan tenaga anak untuk menekan upah
4. Dengan bekerja dapat digunakan anak sebagai sarana bermain ( Yahya, dalam
2.2 Hak Anak
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Menyebutkan hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan
negara. Dalam hak asasi tersebut disebutkan tentang berbagai hal antara lain:
Pasal 4 : Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pasal 5 : Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan
Pasal 6 : Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir,
dan
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usiannya, dalam
bimbingan orang tua
Pasal 7 : (1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan
dan diasuh oleh orang tuannya sendiri
(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuannya tidak dapat
menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan
terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat
sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 8 : Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya
Pasal 10 : Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,
menerima, mencari dan mendapatkan informasi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usia demi pengembangan dirinya sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan
Pasal 11 : Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu
luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi
sesuai
dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasan demi pengembangan
diri
Pasal 12 : Setiap anak yang penyandang cacat berhak memperoleh
rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
Pasal 13 : (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali ataupun
pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. Diskriminasi
b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun sexsual
c. Penelantaran
d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
e. Ketidakadilan
Pasal 14 : Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tua sendiri, kecuali jika
ada alasan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa
pemisaan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dn
merupakan pertimbangan akhir
Pasal 16 : (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang
tidak manusiawi
(2) Setiap anak berhak memperoleh kebebasan sesuai dengan
hukum.
Kewajiban anak yaitu:
1. Menghormati orang tua,wali, dan guru
2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman
3. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara
4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
5. Melaksanakan etika dan akhlak mulia
Adapun hak-hak pokok anak, antara lain sebagai berikut:
1. Hak utuk hidup yang layak
Setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang layak dan terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal, dan
perawatan kesehatan
2. Hak untuk berkembang
Setiap anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan.
Mereka berhak mendapatkan pendidikan, bermain, bebas mengeluarkan
pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinannya, dan semua hak yang
3. Hak untuk dilindungi
Setiap anak berhak untuk dilindungi dari segala bentuk tindakan kekerasan,
ketidak pedulian dan eksploitasi
4. Hak untuk berperan serta
Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat dan di negaranya
termasuk kebebasan untuk berekspresi, kebebasan untuk berinteraksi dengan
orang lain dan menjadi anggota suatu perkumpulan (Atika. 2004: 94)
Faktanya masih terdapat anak yang belum mendapatkan haknya secara
optimal, dalam penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian dan Perlindugan Anak,
terdapat beberapa alasan mengapa keluarga anak jalanan merasa tidak mampu
memberikan hak dasar untuk tumbuh kembang anak yaitu:
1. Jumlah beban anggota keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan
orang tua. Mayoritas orang tua anak jalanan bekerja disektor informal, seperti
penarik beca, pedagang kaki lima, pemulung, dengan penghasilan 20-30 ribu
rupiah per hari sementara jumlah keluarga rata-rata lebih dari 5 orang.
2. Ketidakmampuan keluarga mengolah keuangan keluarga untuk melihat prioritas
pengeluaran rumah tangga. Misal biaya rokok, minuman keras si ayah, vocer
handpone dan keperluan-keperluan tersier lainnya. Kebutuhan tersebut
termasuk kedalam pengeluaran rutin yang utama mengorbankan biaya
kebutuhan pendidikan anak, gizi dan kesehatan keluarga.
3. Urbanisasi: kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah,
baik masalah ekonomi, sosial dan pendidikan rendah membuat sebagian
2.3 Sosial
Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam
hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman
sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang)
yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan
mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat. Dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk
sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang
lain disekitarnya.
Kata sosial erat kaitannya dengan adanya interaksi antar manusia, disebut
juga sebagai interaksi sosial yang merupakan hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Bentuk-bentuk interaksi yang mendukung terjadinya lembaga
kelompok dan organisasi sosial.
1. Interaksi antar individu dengan individu
Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu
lainnya. Wujud interaksi bias dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur,
bercakap-cakap hingga terjadinya pertengkaran
2. Interaksi individu dengan kelompok
Betuk interaksi individu dengan kelompok yaitu misalnya seorang ustaz sedang
berpidato di depan orang banyak. Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa
kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok
Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam
kelompok lain. Contoh suatu kesebelasan sepak bola bertanding melawan
kesebelasan lain.
Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling
bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. Interaksi sosial tidak
mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
1. Kontak sosial
Adanya proses interaksi melahirkan kontak sosial, dalam pengertian
sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik,
sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya,
misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu,
hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial
memiliki sifat-sifat berikut:
a. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah
pada suatu pertentangan atau konflik.
b. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer
terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung.
Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan
pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan.
Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung
melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon (Wikipedia,
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting
dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku
(pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang
disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau
pikiran kepada pihak lain.
b. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan,
pikiran, atau perasaan.
c. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat
berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
d. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat
berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
e. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah
mendapatkan pesan dari komunikator.
2.3.1 Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah segala factor ekstern yang mempengaruhi
perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari luar diri pribadi. Secara
konsepsional, maka lingkungan sosial mencakup unsur-unsur yaitu:
1. Proses sosial
Proses sosial merupakan inti dinamika lingkungan sosial. Inti proses sosial
adalah interaksi sosial, yang merupakan proses hubungan timbale balik antar
sendiri mencakup hubungan berbagai bidang kehidupan manusia, seperti bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahan keamanan, dan hukum.
2. Struktur sosial
Struktur sosial menjadi landasan lingkungan sosial, oleh karena mencakup
aspek-aspek sosial yang pokok. Aspek-aspek itu yang merupakan hasil
abstraksi proses sosial adalah kelompok sosial, kebugayaan, lembaga-lembaga
sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang.
3. Prubahan-prubahan sosial
Perubahan pada struktur sosial biasanya disebabkan karena perkembangan
kebutuhan yang ada, terutama kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, yang terdiri
dari:
a) Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
b) Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
c) Kebutuhan akan perkembangan potensi diri
d) Kebutuhan akan kasih sayang (Soekanto, 1990:80).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
yang termasuk kategori tingkat sosial seorang anak merupakan semua faktor non
ekonomis seperti interaksi antar teman, anggota keluarga dan lingkungan sekitar,
serta keadaan kondisi keluarga.
2.4 Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap
barang dan jasa. Istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos
hukum. Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau
manajemen rumah tangga (Wikipedia, 2014).
Menurut BKKBN, fungsi ekonomi dalam keluarga dilakukan dengan cara
mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa datang. Setiap anggota
keluarga punya kewajiban yang sama untuk melakukan kegiatan yang akan
menambah kesejahteraan keluarga. Ini mempunyai makna bahwa seluruh anggota
keluarga dapat bersikap ekonomis, relistis dan mau berjuang untuk peningkatan
kesejahteraan keluarga.
Kegiatan ekonomi lebih mengedepankan usaha pemenuhan kebutuhan
manusia maka untuk daripada itu terdapat model kebutuhan pokok yaitu:
1. Pangan
2. Sandang
3. Perumahan
4. Kesehatan
5. Pendidikan
6. Kebersihan
7. Partisipasi masyarakat (Sumardi & Evers, 1982)
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula sepera