• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Sistem lnformasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh Dalam Penentuan Wilayah Potensial Wisata Bahari Terumbu Karang di Pulau Satonda, Dompu, Nusa Tenggara Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Sistem lnformasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh Dalam Penentuan Wilayah Potensial Wisata Bahari Terumbu Karang di Pulau Satonda, Dompu, Nusa Tenggara Barat"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

or4

APLlKASl SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DAN

PENGINDERAAN JAUH DALAM PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL

WISATA BAHARI TERUMBU KARANG Dl PULAU SATONDA,

DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT

H A Z M I

C06498017

PROGRAM STUD1 ILMU KELAUTAN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

APLlKASl SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DAN

PENGINDERAAN JAUH DALAM PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL

WISATA BAHARI TERUMBU KARANG Dl PULAU SATONDA,

DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT

Oleh:

H A Z M I C06498017

SKRlPSl

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan

PROGRAM STUD1 ILMU KELAUTAN

DEPARTEMEN lLMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(3)

H A Z M 1. C06498017

"

Aplikasi Sistem lnformasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh Dalam Penentuan Wilayah Potensial Wisata Bahari Terumbu Karang di Pulau Satonda, Dompu, Nusa Tenggara Barat " Dibawah bimbingan Dr. Ir. Jonson Lumban

Gaol, M.Si (Ketua) dan lr. Agustinus M. Samosir, M.Phil (Anggota).

Pariwisata (travel & tourism) merupakan seluruh kegiatan orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di suatu tempat diluar lingkungan kesehariannya untuk jangka waktu tidak lebih dari satu tahun dan untuk bersantai (leisure), bisnis dan berbagai maksud dan tujuan lain (DKP, 2002). Salah satu czra untuk memanfaatkan potensi kelautan yang ada adalah pariwisata. Jenis pariwisata dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan kelautan adalah Wisata Bahari.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) lnventarisasi Sumber Daya Alam dilihat dari aspek Terumbu Karang dari data lnderaja dan data lapangan yang diintegrasikan dalam Sistem lnformasi Geografis (SIG) dan 2) Menentukan tingkat kesesuaian lokasi kegiatan wisata bahari terumbu karang dengan penggunaan SIG.

Penelitian ini dilakukan di Pulau Satonda, Perairan Teluk Saleh, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat terletak pada 117 O 42'

-

117 O 45' BT dan 08 O 65'

-

08 75' LS.

Penelitian ini berbasis pada metode integrasi antara Penginderaan Jauh dan Sistem lnformasi Geografis (SIG). Alur kegiatan dalam metode ini meliputi input data, penyusunan data baik data spasial maupun data atribut, analisis dan evaluasi data. Input data berasal dari data citra, peta-peta, data lapangan dan data sekunder yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber. Metode analisis SIG yang digunakan adalah analisis keruangan dengan pembobotan dan skoring. Parameter yang digunakan untuk keperluan wisata bahari ini merupakan modifikasi dari Bakosurtanal (1996), dimana pariwisata ini lebih dikaitkan dengan rekreasi bahari seperti menyelam (diving), snorkeling dan kegiatan lainnya untuk rnelihat keindahan taman laut yang ada seperti berenang (swimming) dan cannoing. Adapun parameter yang digunakan untuk snorkeling dan menyelam (diving) antara lain: 1) Kecerahan Perairan, 2) Tutupan Terumbu Karang Hidup, 3) Jenis Terumbu Karang, 4) Jenis lkan Karang, 5) Kecepatan Arus dan 6) Kedalaman Perairan sedangkan untuk kegiatan berenang (swimming) dan cannoing adalah: 1) Kecerahan Perairan, 2) Material Dasar Perairan, 3) Kecepatan Arus dan 4) Kedalaman Perairan. Tiap

-

tiap parameter tersebut diberi bobot dan skor masing-masing. Pemberian bobot untuk masing parameter didasarkan pada tingkat kepentingan suatu peruntukan dalam ha1 ini untuk Wisata Bahari.

Perairan laut sekitar Pulau Satonda, Teluk Saleh Kabupaten Dompu merupakan perairan yang memiliki kedalaman berkisar dari 0 m

-

304 m. Kondisi angin pada Musim Barat bertiup dengan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 7

-

16 knot (3,5

-

8 mldetik), dan dapat mencapai lebih dari 17 knot (Desember sampai Januari). Angin Musim Timur bertiup dengan kecepatan angin rata-rata 5-10 knot (2,5

-

5 mldetik). Tinggi gelombang perairan rata-rata berkisar antara 0,5 m

-

1,O m, gelombang tertinggi terjadi pada Musim Barat yaitu antara bulan Februari

-

Maret dimana tinggi gelombang dapat mencapai 1,5 m. Kecepatan arus pasang surut di perairan Pulau Satonda Teluk Saleh maksimum sebesar 0,3 knot (0,15 mldt) pada waktu pasang dan pada waktu surut sebesar 0,26 Knot (0,13 mldt). Tingkat kecerahan di perairan Pulau Satonda bervariasi untuk beberapa tempat mulai dari 5 m sampai 10 m variasi kecerahan lebih dipengaruhi oleh jenis substrat yang ada disekitar pantai. Keadaan iklim di lokasi penelitian termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Berdasarkan analisis Citra Satelit dengan menggunakan data Citra LANDSAT

7

-

ETM diperoleh nilai koefisien attenuasi perairan ( KilKj ) sebesar 1,37 sehingga algoritma yang digunakan untuk pemetaan perairan dangkal adalah Y

=

In TMI + 1,37 In TM2. Sebaran
(4)

nilai spektral hasil transformasi menghasilkan beberapa kelas spektral dan objek antara lain kelas karang hidup 10,786

-

10,933, karang mati 10,933

-

11,057, lamun 11,057

-

11,2 dan pasir > 11,2. Dengan luas masing-masing kelas karang hidup 24,84 ha, karang mati 6,3 ha, lamun 4,5 ha dan pasir 6,93 ha.

Persentase penutupan karang hidup tertin'ggi terdapat di Stasiun 2 (sebelah selatan pulau) pada kedalaman 3 meter yaitu sebesar 78,90%, sedangkan yang terendah ditemukali di Stasiun 1 (sebelah timur pulau) pada kedalaman 10 meter yaitu sebesar 61,74%. Kerusakan karang yang cukup tinggi ditemukan pada Stasiun 1 dikedalaman 10 meter dengan persentase karang mati (Dead Coral) yaitu sebesar 25,86 %. Kerusakan yang tergolong tinggi, dapat ditemukan juga di Stasiun 1 pada kedalaman 3 meter dengan nilai persentase 22%. Nilai lndeks Keanekaragaman (H') life form karang hidup ditemukan di Stasiun 1 pada kedalaman 3 meter sebesar 1,96 dan pada Stasiun 1 kedalaman 10 meter sebesar 1,59 begitu juga pada Stasiun 2 kedalaman 3 meter sebesar 1,88 serta pada kedalaman 10 meter sebesar 1,26 dan jumlah ikan karang yang ditemukan sejumlah 27 spesies ikan karang dengan 8 jenis famili. Jumlah ikan karang tertinggi terdapat di Stasiun I pada kedalaman 3 meter yaitu sejumlah 105 ekor ikan sedangkan jumlah terkecil di Stasiun 2 pada kedalaman 10 meter yaitu 50 ekor ikan.

Dari hasil analisis keruangan keenam parameter Wisata Bahari snorkeling dan menyelam (diving) diatas menghasilkan dua kelas kesesuaian dengan kategori : Kurang Sesuai dan Sesuai. Dearah dengan kategori Sesuai mempunyai kisaran nilai hasil analisis tabular antara (16-20). Dengan luas daerah sekitar 35,483 ha dan terletak hampir diseluruh bagian dari Pulau Satonda. Untuk kategori kelas Kurang Sesuai mempunyai kisaran nilai 14 dengan luas daerah yang dihasilkan yaitu sekitar 18,574 ha berada di bagian tenggara sampai kearah timur dari Pulau Satonda.

(5)

Judul Skripsi : Aplikasi Sistem informasi Geografis (SIG ) Dan Penginderaan Jauh Dalam Penentuan Wilayah Potensial Wisata Bahari Terumbu Karang di Pulau Satonda, Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Nama Mahasiswa : H a z m i Nomor Pokok : C06498017 Program Studi : llmu Kelautan

Menyetujui:

I. Komisi Pembimbing

0

Ir. Aqustinus M. Samosir, M.Phll

1'

Ketua Anggota
(6)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Syukur ,

Alhamdulillah penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SVVT karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikana~i dan llmu Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor. Adapun judul skripsi ini adalah "Aplikasi Sistem lnformasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh dalam Penentuan Wilayah Potensial Wisata Bahari di Pulau Satonda, Doinpu, Nusa Tenggara Barat ".

Penulis mengucapkan terin~a kasih sebesar

-

besarnya atas saran, kritik, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil kepada kelllarga tercinta; Bapak Jonson L. Gaol dan Bapak Agustinus M. Samosir, atas waktu dan bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dan tidak lupa pula kepada seluruh civitas acadernica IPB, terutama para dosen dan teman mahasiswa; BAPPEDA Dompu; Pemda Tk. II Dompu; Fisheries Diving Club dan semua pihak yang telah membantu.

Akhir kata, skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan dapat dijadikan sebagai masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

(7)

DAFTAR

I

S

1

Halarnan

.

DAFTAR TABEL

...

ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I

.

PENDAHULUAN ... 1

1

.

1 Latar Beiakang

...

I 1.2 Tujuan

...

2

1.3 Manfaat ... 2

2

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

3

2.1 Ekowisata Bahari Terurnbu Karang ... 3

2.1 . 1 Pengertian dan Batasan

...

3

2.1.2 Persyarstan dalarn Wisata Bahari

...

4

...

2.2 Terurnbu Karang 7 2.2.1 Morfologi Terurnbu Karang

...

7

2.2.2 Faktor Pernbatas dari Terurnbu Karang

...

8

2.2.3 Tipe Terurnbu Karang

...

9

2.2.4 Jenis Bentuk Perturnbuhan Karang

...

10

2.2.5 Fungsi Terumbu Karang

...

12

2.3 Sistem lnforrnasi Geografis ... 13

2.3.1 Pengertian Sistern lnformasi Geografis

...

13

...

2.3.2 Peranan dan Manfaat Sistem lnforrnasi Geografis 13 2.3.3 Kornponen Sistern lnformasi Geografis ... 14

...

2.3.4 Jenis Data Sistern lnformasi Geografis 16 2.4 Penginderaan Jauh

...

16

...

2.4.1 Pengertian Penginderaan Jauh 16 2.4.2 Penggunaan Citra Satelit LANDSAT 7

-

ETM untuk Pernetaan Terurnbu Karang ... 17

3

.

METODE PENELlTlAN

...

20

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

...

20

3.2 Alat dan Bahan

...

20

3.2.1 Alat ... 20

3.2.2 Bahan

...

. .

20

3.3 Metode Penel~tran

...

22

3.3.1 Pengunipulan Data

...

22

3.3.1 . 1 Data Primer ... 22

3.3.1.2 Data Sekunder

...

22

3.3.2 Penyusunan Basis Data Digital ... 24

3.3.3 Analisis Penginderaan Jauh ... 25

...

3.3.4 Pengolahan dan Analisis Sistern lnforrnasi Geografis 28

...

3.3.4.1 Penyusunan Basis Data Digital Spasial dan Non

-

Spasial 28 3.3.4.2 Analisis SIG

...

28

...

3.3.4.3 Analisis Keruangan 28 3.3.5 Analisis Data Lapangan

...

34
(8)

3.3.5.1 Persentase Penutupan Terurnbu Karang ...

3.3.5.2 lndeks Keragaman ( H' ), lndeks Keseragaman ( E ) dan

lndeks Dominansi ( C )

...

4

.

DESKRlPSl UMUM LOKASl PENELlTlAN

...

4.1 Letak Geografis, Luas dan Batas Wilayah Lokasi Penelitian ... 4.2 ~ronologis Ditetapkannya Pulau Satonda Sebagai Wilayah Taman Wisata

Alam Kabupaten Dompu ...

...

4.3 Kondisi Fisik

4.3.1 Geologi Pantai

...

4.3.2 Kondisi lklim ... 4.4 Kondisi Biofisik Wilayah Pesisir Laut ...

4.4.1 Bathymetry dan Topografi Pantai ...

4.4.2 Angin dan Gelombang

...

4.4.3 Kecepatan Arus

...

4.4.4 Pasang Surut

. . . .

...

4.4.5 Kecerahan (V~s~b~lrty)

...

4.4.6 Salinitas dan pH Perairan

...

4.5 Ekosistem Perairan Laut ...

4.5.1 Terurnbu Karang

...

4.5.2 lkan Karang

...

...

4.6 Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat

4.6.1 Potensi Demografi Daerah Penelitian

...

4.6.2 Perekonomian

...

5

.

HASlL DAN PEMBAHASAN

...

5.1

Pemetaafl

Terumbu Karang

...

5.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Wtsata Bahari

...

6

.

KE!3J&lPUL;AN

...

6.1 Kesimpulan

...

6.2 Saran

...

(9)

DAFTAR TABEL

No

.

Teks Halaman

...

1

.

Parameter yang Digunakan untuk Kegiatan Wisata Bahari 6

2

.

Penggolongan Bentuk Pertumbuhan Biota Dasar Penyusun Ekosistem

Terumbu Karang dan Kode yang Digunakan

...

12

3 . Karakteristik Panjang Gelombang Sensor Satelit LANDSAT-7 ETM

...

18

4

.

Pengumpulan Data Primer

...

22

5

.

Pengumpulan Data Sekunder

...

22

6

.

Matriks Kesesuaian ur~tuk Wisata Bahari (Snorklling dan Diving) ... 30

7 . Sistem Penilaian Kelayakan Fisik Untuk Wisata Bahari (Snorklling. Diving) ... 30

8

.

Matriks Kesesuaian untuk Wisata Bahari (Swimming dan Cannoing)

...

31

9

.

Sistem Penilaian Kelayakan Fisik untuk Wisata Bahari (Swimming dan Cannoing)

...

31

10

.

Data Sebaran Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Menurut Bulan Berdasarkan Klasifikasi Kecamatan Pesisir Teluk Saleh. Tahun 2001 ... 38

11

. Persentase Penutupan Terumbu Karang dan Derivatnya di Pulau Satonda dan

Sekitarnya

...

49

12

.

lndeks Keanekaragaman (H') Karang Hidup di Pulau Satonda

...

50

13

. Jumlah Famili lkan Karang di Pulau Satonda ...

52

14

.

Komposisi Penduduk Kabupaten Dompu Menurut Kelompok Usia Berdasarkan Klasifikasi Kecamatan Pesisir Teluk Saleh Tahun 2001 ... 54

15

. Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok Pada Bidang

Usaha Berdasarkan Klasifikasi Kecamatan Pesisir Teluk Saleh Tahun 2000 .... 55

...

16 . Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dompu 56 17

. Luasan Kelas Citra Terklasifikasi ...

59

18

.

Kondisi dan Penilaian Parameter Wisata Bahari (Snorklling dan Diving) di Pulau Satonda dan Sekitarnya

...

65
(10)

DAFTAR GAMBAR

No

.

Teks Halaman %

1

.

Tipe Terumbu Karang ... 10

2

.

Peta Lokasi Wilayah Penelitian Kabupaten Dompu

...

21

. .

3

.

Diagram Alir Tahap Penel~t~an

...

23

4

.

Tahapan Image Processing

...

25

5

.

Langkah

-

langkah Proses Overlay (tumpang susun)

...

29

6

.

Diagram Alir Proses Overlayuntuk Pariwisata Bahari (Snorkling dan Diving) ... 33

7

.

Diagram Alir Proses Overlay untuk Pariwisata Bahari (Swimming dan Cannoing) ... 33

8

.

Peta Geologi Pulau Satonda ... 39

9

.

Peta Sebaran Curah Hujan ... 40

10

. Peta Sebaran Kedalaman Perairan ...

42 [image:10.595.62.507.80.692.2] [image:10.595.55.522.86.691.2]

11

. Peta Sebaran Kecepatan Arus Perairan

...

43

...

12

. Peta Sebaran Kecerahan Perairan

45 13

. Peta Sebaran Jenis Substrat Dasar Perairan ...

46

14

. Kondisi Salinitas dan pH Perairan Teluk Saleh Kabupaten Dompu

...

Tahun 2002 47 15

. Kondisi Rata-Rata Suhu Perairan di Teluk Saleh Kabupaten Dompu

Tahun 2002 ... 48

16

.

Grafik Persentase Penutupan Substrat Dasar Perairan Pulau Satonda Pada Kedalaman 3 meter dan 10 meter

...

50 17

.

Grafik lndeks Keanekaragaman Jenis Bentuk Pertumbuhan (Life form) Karang

Hidup pada Kedalaman 3 meter dan 10 meter

...

...

...

...

...

...

...

...

18

.

Grafik lndeks Keanekaragaman Jenis Karang Batu dan Karang Lunak pada

Kedalaman 3 meter dan 10 meter ... 19

.

Grafik Jumlah lkan Karang pada Kedalaman 3 m dan 10 m

...

20

. Grafik Komposisi Penduduk Disekitar Pulau Satonda ...

21

.

Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok Disekitar

Pulau Satonda

...

22

. Gral'ik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dompu

...

...

23

. Citra Hasil Transformasi Algoritma Lyzenga dan Sebaran Nilai Digital

24

. Hasil Cropping Citra Perekaman Tanggal 19 Oktober 2000 dan Sebaran Nilai

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)

Gambar

Grafik lndeks Keanekaragaman Jenis Bentuk Pertumbuhan (Life form) Karang ...........

Referensi

Dokumen terkait

Desa ini berdiri karena adanya program transmigrasi besar besaran dari Pulau Jawa dan Pulau Bali yang dilakukan pemerintah pada tahun 1959 untuk mengurangi

Untuk dapat menjalankan sistem pada alat otomatisasi bel listrik yang perlu diperhatikan bukan hanya perangkat kerasnya saja, tetapi juga perangkat lunaknya ( software ) sebab

1) Perjalanan yang bertanggungjawab, dimana seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan ekowisata harus berupaya melakukan perlindungan alam atau setidak-tidaknya

E pistemology adalah pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari

Ditemukan sebanyak 1 data kesalahan penggunaan pengacuan, 2 data kesalahan penggunaan penyulihan ( substitution ), 1 data ketidakefektifan wacana karena tidak ada

Skrining II dilaku- kan dengan cara yang sama dengan skrining I, tetapi untuk memilih kembali bebe- rapa sel hibridoma penghasil McAb yang potensial menghasilkan McAb tinggi dan

Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja tidak harus serupa dengan bentuk- bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan

Berdasarkan uraian teori dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini yang menjadi variable independen adalah Current Ratio, Debt to Equity