• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan pada siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan pada siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman Yogyakarta"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN

DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN JIWA

KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI SMK

NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Bagas Galih Saputra NIM : 131334015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN

DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN JIWA

KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI SMK

NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Bagas Galih Saputra NIM : 131334015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN

DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN

JIW

A

KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI SMK

NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Telah diseiujui oleh :

Pembimbing

Tanggal18 Mei 2017

(4)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN JIWA

KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI SMK NEGERIDlKABUPATENSLEMANYOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Bagas Galih Saputra

NIM: 131334015

Sekretaris : Natalina Premastuti Brataningrum S.Pd., M.Pd. Ketua : Ignatius Bondan Suratno S.Pd:, M.Si.

Tanda tangan

ONセGNセNj

4JlL-___

...Hセ .... Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 15 Juni 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji,

Nama Lengkap

: Drs. px. Muhadi, M.Pd.

: Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si.

: Dr. S. WidanartoPrijowuntato, S.Pd., M.Si. Anggota

Anggota Anggota

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih dan sukacita

Karya ini saya persembahkan untuk:

† Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang telah memberikan

berkat dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

† Kedua Orang Tua saya, yaitu Bapak Yoseph Sakimun dan Ibu M

M Nana Sri Kristiani, yang telah memberikan dukungan berupa

nasehat, doa, dan dukungan materi.

† Kesayanganku Stefani Mega Yuniar Christanti yang telah setia

menemani, mendengarkan keluh kesah, memberikan dukungan

nasehat, doa dan perhatian.

† Mas Tomi, Mandala, Leo, Yudha, Dasanta, Dorus, Yohanes, Desty,

Teti, dll yang sudah memotivasi, menemani dan mendukung

selama ini.

† Sahabat dan teman-teman di Pendidikan Akuntansi, terimakasih

atas segala dukungan selama 4 tahun ini.

† Kupersembahkan karya ini untuk Almamaterku Universitas

(6)

v

MOTTO

“Jangan pernah kehilangan harapan, hidup memang banyak masalah. Terus berusaha, cari solusinya dan jangan menyerah.”

“nikmati saja prosesnya karena sukses hanya masalah waktu”

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN JIWA

KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI SMK

NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Bagas Galih Saputra Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara: 1) motivasi belajar dengan jiwa kewirausahaan; 2) tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilaksanakan pada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Godean, SMK Negeri 2 Godean dan SMK Negeri 1 Depok. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2017. Penelitian ini merupakan penelitian sampel, dengan jenjang pendidikan sekolah adalah SMK Negeri Kabupaten Sleman yang memiliki koperasi siswa dan dikelola oleh siswa. Dari sampel 368 siswa, diperoleh responden yang mengisi data sebanyak 368 siwa. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik korelasi spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan jiwa kewirausahaan (spearman’s

(10)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING MOTIVATION

OF ENTREPRENEURSHIP AND THE LEVEL OF EDUCATION

OF PARENTS AND THE SPIRIT OF ENTREPRENEURSHIP ON

THE TWELTH CLASS STUDENTS OF SMK NEGERI IN

SLEMAN REGENCY, YOGYAKARTA

Bagas Galih Saputra Sanata Dharma University

2017

This research aims to know the positive and significant relationships between: (1) learning motivation and the spirit of entrepreneurship; (2) level of

parent’s education and the spirit of entrepreneurship.

This research is a correlational research which was conducted on the twelth grade students of SMK Negeri 1 Godean, SMK Negeri 2 Godean and SMK Negeri 1 Depok. This research was carried out from February until April 2017. This research is a kind of research sample. The samples were SMK Negeri in Sleman Regency which have students’ co-operative and managed by students. The population and the samples were 368 students. Data were collected by questionnaires and analyzed by using the spearman correlation techniques.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, karena berkat dan kasih-Nya yang luar biasa sehingga skripsi ini yang berjudul Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Pada Siswa-Siswi Kelas XI

SMK Negeri Di Kabupaten Sleman Yogyakarta dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skrisi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Pendidikan Akunatnsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; 4. Bapak Drs. Bambang Purnomo S.E., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak memberikan waktu, sabar dalam mengarahkan, mengoreksi, dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Jiwa Kewirausahaan ... 6

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan ... 6

2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 7

(14)

xiii

b. Membangun tim yang baik ... 8

c. Berpikir dan berjiwa besar ... 9

d. Berani mengambil resiko ... 9

e. Pikiran yang terbuka ... 11

f. Adanya kepercayaan ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan ... 12

B. Motivasi Belajar ... 13

C. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 14

1. Pengertian Pendidikan ... 14

2. Klasifikasi Pendidikan ... 15

a. Pendidikan Informal ... 15

b. Pendidikan Formal ... 16

c. Pendidikan Non-Formal ... 16

D. Kerangka Berfikir ... 16

1. Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan ... 16

2. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa Kewirausahaan ... 18

E. Paradigma Penelitian ... 19

F. Hipotesis ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

1.Tempat Penelitian ... 21

2.Waktu Penelitian ... 21

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 22

1. Subjek Penelitian ... 22

2. Objek Penelitian ... 22

D. Populasi dan Sampel ... 22

(15)

xiv

2. Sampel Penelitian ... 23

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 24

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 24

1. Variabel Penelitian ... 24

a. Variabel bebas (Independent variable) ... 24

b. Variabel terikat (Dependent variable) ... 25

2. Pengukuran Variabel ... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Kuesioner ... 27

2. Penyusunan Kuesioner ... 28

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 29

1. Uji Validitas Instrumen ... 29

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 36

1. Analisis Deskriptif ... 36

2. Pengujian Hipotesis ... 38

3. Penarikan Kesimpulan ... 39

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Deskripsi Data ... 40

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 40

a. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

b. Berdasarkan Asal Sekolah ... 41

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 41

a. Motivasi Belajar Kewirausahaan ... 41

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 43

c. Jiwa Kewirausahaan ... 44

B. Analisis Data ... 46

1. Pengujian Hipotesis ... 46

(16)

xv

b. Pengujian Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 48

C. Pembahasan ... 51

a. Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 52

b. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 53

BAB V PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

C. Keterbatasan ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman ... 23

Tabel 3.2 Motivasi Belajar Kewirausahaan ... 26

Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 26

Tabel 3.4 Jiwa Kewirausahaan ... 26

Tabel 3.5 Daftar Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan ... 28

Tabel 3.6 Daftar Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 29

Tabel 3.7 Daftar Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 29

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan ... 32

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan ... 32

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 33

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan ... 35

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 35

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 35

Tabel 3.14 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 36

Tabel 3.15 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 39

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Asal Sekolah ... 41

(18)

xvii

Kewirausahaan ... 42

Tabel 4.5 Deskripsi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 43

Tabel 4.6 Deskripsi Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 44

Tabel 4.7 Nilai-nilai Statistik Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 45

Tabel 4.8 Tabel Korelasi Spearman Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 47

Tabel 4.9 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ayah) Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 49

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 61

LAMPIRAN 2 DATA INDUK PENELITIAN ... 68

LAMPIRAN 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 104

LAMPIRAN 4 DESKRIPSI DATA ... 111

LAMPIRAN 5 HASIL UJI HIPOTESIS ... 116

LAMPIRAN 6 PENILAIAN ACUAN PATOKAN TIPE II ... 119

LAMPIRAN 7 DAFTAR TABEL STATISTIK DAN PERHITUNGAN r TABEL ... 123

LAMPIRAN 8 SURAT IJIN PENELITIAN ... 126

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, pengangguran adalah salah satu masalah yang memerlukan perhatian. Tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan tinggi meluluskan generasi siap kerja setiap tahunnya, namun banyak lulusan menganggur. Pengangguran disebabkan karena minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia. Menurut Saiman (2009: 22), angka pengangguran diciptakan oleh kelompok terdidik.

Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut jenjang pendidikan menunjukkan persentase tingkat penggangguran lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah sebesar 2,74 %, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6,22 %, Sekolah Menengah Atas (SMA) 10,32 %, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 %, Diploma 7,54 % dan Sarjana 6,40 %. Pengangguran terjadi karena perbandingan jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan. Menurut data statistik, bulan Februari 2016 menunjukkan data dari sebanyak 7,02 juta orang terdapat tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,5 % dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai 7,45 juta orang (5,81 %) sehingga, mengalami penurunan (Badan Pusat Statistik RI, 2016).

Membuka usaha-usaha baru atau berwirausaha mengatasi masalah pengangguran. Rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia

(22)

menciptakan usaha baru dewasa ini menjadi pemikiran serius bagi banyak pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan, dunia industri, maupun masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk membentuk jiwa kewirausahaan terutama merubah mindset para pemuda yang selama ini hanya berminat sebagai pencari kerja (job seeker). Hal ini memunculkan tantangan bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan terdidik siap kerja.

Proses menciptakan lapangan kerja sendiri di Indonesia belum mencapai angka ideal yaitu 2 % dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data Global Entrepreneurship Monitor (GEM), Indonesia mempunyai 1,65 % pelaku wirausaha dari total jumlah penduduk 250 juta jiwa (kompas.com: Rabu, 30 Maret 2016 | 19:28 WIB).

Negara Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah, namun kegiatan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri masih kurang. Sedangkan, negara lain memiliki sumber daya alam terbatas, namun penduduknya berhasil menciptakan dan mengembangkan lapangan pekerjaan sendiri. Lapangan pekerjaan sendiri diciptakan oleh penduduknya karena penduduknya memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi.

(23)

lapangan pekerjaan yang tersedia semakin terbatas. Keterbatasan ini menimbulkan pemikiran baru bagi angka kerja untuk membuka lapangan pekerjaan seperti berwirausaha. Pemikiran harus digali dan dibangun melalui pendidikan sejak dini.

Kewirausahaan dipelajari melalui proses pendidikan formal atau informal, karena kewirausahaan tidak termasuk bakat bawaan sejak lahir. Menurut Suryana (2009:2), kewirausahaan dipelajari melalui lembaga pendidikan salah satunya SMK. SMK mempunyai peluang dalam mendidik siswanya menjadi pelaku wirausaha. Lembaga pendidikan khususnya SMK membekali pengetahuan kewirausahaan kepada siswa-siswi SMK. Pembekalan pengetahuan membuat pengetahuan kewirausahaan siswa-siswi SMK meningkat sehingga, siswa-siswi mendapatkan wawasan yang luas tentang kewirausahaan. Hal ini terlihat dari motivasi belajar kewirausahaan siswa, ketika siswa mengikuti proses pembelajaran di kelas. Ketika siswa-siswi mempunyai motivasi belajar kewirausahaan tinggi, antusiasnya dalam mengikuti proses pembelajaran meningkat. Antusias dalam mengikuti proses pembelajaran ini meningkatkan pengetahuannya sehingga, siswa-siswi dapat mengaplikasikan pengetahuannya kedalam kehidupan nyata.

(24)

banyak hal. Semangat berprestasi menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Sebaliknya, orang tua yang berpendidikan rendah membuat siswa kurang termotivasi untuk berprestasi, hal ini berdampak pada rendahnya jiwa kewirausahaan siswa.

Penulis melakukan penelitian dengan judul Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Pada Siswa-Siswi Kelas XI SMK Negeri Di Kabupaten Sleman Yogyakarta untuk mengetahui hubungan motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada siswa SMK.

B. Batasan Masalah

Penulis membatasi bidang yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada motivasi belajar kewirausahaan, tingkat pendidikan orang tua dan jiwa kewirausahaan siswa.

C. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan?

(25)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti ingin mencapai tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

E. Manfaat Penelitian

(26)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Menurut Ahmadi (1978: 2), jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak menggerakkan dan mengatur perbuatan-perbuatan pribadi.

Istilah kewirausahaan merupakan kata dari entrepreneurship. Kata entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis entreprende yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini menggambarkan keadaan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi.

Menurut Coulter (dalam Suryana, 2010:12), kewirausahaan adalah proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang berorientasi pada perolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan pembentukan produk atau jasa baru yang unik dan inovatif. Menurut Suryana (2010: 12), kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Menurut Hisrich-Peters (dalam Suryana, 2010:12), kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu, kegiatan, modal, risiko,

(27)

menerima balas jasa, kepuasan dan kebebasan pribadi. Jadi jiwa kewirausahaan adalah daya hidup rohaniah manusia yang menggerakkan dan mengatur manusia menjadi manusia unggul untuk melakukan usaha dengan kemampuan sendiri.

2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan seseorang dianggap kuat apabila seseorang memiliki kepercayaan diri, inisiatif, disiplin dan kreatifitas yang kuat. Percaya diri menjadi kuat bahkan berkembang apabila aktifitas seseorang jarang mengalami kegagalan, jika aktifitas seseorang pernah mengalami kegagalan maka kegagalan itu dipandang sebagai guru yang terbaik. Inisiatif dapat diperkuat dengan mengingat pepatah yang ada di masyarakat yang bersifat mendorong bersikap kreatif, meniru nilai keteladanan dan kedisiplinan. Kedisiplinan dibentuk tanpa paksaan.

Menurut Suryana (2010: 24), karakter jiwa kepemimpinan yang dimiliki seorang wirausaha yaitu:

a. Keberanian untuk bertindak (Dare to Act)

(28)

utama dan hakiki. Keberanian berwirausaha dimiliki seseorang untuk:

1) Menembus ketidakpastian 2) Menanggapi peluang usaha

3) Siap menghadapi risiko setelah melakukan perhitungan 4) Mengambil keputusan yang cepat dan tepat

b. Membangun tim yang baik

Pemimpin dan karyawan perusahaan berkomimen dalam tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai target penjualan dan biaya operasi. Aspek administratif usaha mendukung komitmen atas target yang ingin dicapai perusahaan pada periode tertentu. Perusahaan memerlukan kebersamaan dalam melangkah oleh semua karyawan yang dikendalikan pemimpin perusahaan sehingga, komitmen tersebut terwujud. Kebersamaan karyawan intern perusahaan mencerminkan keterlibatan, kontribusi tenaga dan pikiran seluruh karyawan dalam mewujudkan target perusahaan. Hubungan antara karyawan dengan karyawan lainnya, maupun hubungan pemimpin perusahaan memiliki sifat saling memberi, menerima dan berorientasi pada target perusahaan. Kualitas kebersamaan karyawan dalam perusahaan terlihat pada:

1) Terealisasinya rencana penjualan dan keuangan.

(29)

menindaklanjuti masalah tersebut dengan tetap memegang komitmen sehingga, masalah tersebut mendapatkan solusi, solusi yang diambil merupakan kebijakan pemimpin perusahaan.

c. Berpikir dan berjiwa besar

Kegiatan mengevaluasi diri atas daftar perbuatan yang panjang dari kesalahan seseorang, kekurangan dan ketidakmampuan dirinya. Kita harus mengenali ketidakmampuan diri kita karena hal ini memperlihatkan kepada kita atas bidang – bidang yang masih dapat diperbaiki, akan tetapi jika kita hanya mengenal dari segi negatif diri kita, maka nilai diri kita akan semakin kecil. Pemikiran besar adalah ahli dalam menciptakan gambar yang positif, memandang ke depan, optimistik baik pikiran mereka sendiri maupun orang lain. Dalam berpikir besar, kita harus menghasilkan citra atau gambar mental positif dan besar.

d. Berani mengambil risiko

Risiko yang dihadapi oleh perusahan bisnis dan keluarga yaitu: 1) Risiko Objektif

Risiko objektif adalah risiko yang terjadi secara alami, sama bagi setiap orang dan cara mengatasinya pun sama.

2) Risiko Subjektif

Risiko subjektif adalah risiko yang diperkirakan akan terjadi oleh setiap orang sebagai akibat dari risiko objektif.

(30)

Ketidakpastian adalah kesadaran orang muncul atas risiko dalam situasi tertentu, tetapi orang mengalami kesulitan dalam memperkirakan akibat atau hasil yang terjadi. Kemungkinan dan ketidakpastian ini tidak dapat diukur.

4) Reaksi Terhadap Risiko

Reaksi terhadap risiko adalah reaksi seseorang melakukan tindakan dalam situasi yang tidak pasti. Reaksi orang menghadapi risiko tidak sama, tergantung pada:

a) Jenis kelamin b) Pendidikan c) Umur d) Intilegensi e) Kondisi ekonomi

Kemauan dan kemampuan mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Wirausaha lebih menyukai risiko yang seimbang. Kepuasan diperoleh wirausaha apabila wirausaha dapat melaksanakan tugas – tugasnya secara realistik. Kemampuan wirausaha mengambil risiko ditentukan oleh: 1) Keyakinan pada diri sendiri

2) Kesediaannya untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan

(31)

e. Pikiran yang terbuka

Orang yang memiliki pemikiran terbuka terhadap pengalaman baru akan lebih siap untuk merespon segala peluang dan tanggap terhadap tantangan atau perubahan sosial. Orang yang memiliki pemikiran terbuka terhadap ide – ide baru merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif. Dalam menggapai keberhasilan usaha, kita harus memiliki pemikiran yang terbuka untuk memperoleh masukan dan kritikan dari berbagai pihak. Masukan dan kritikan ini dijadikan sebagai bahan koreksi, evaluasi dan perbaikan atas langkah yang harus diambil serta sebagai bahan untuk mengambil keputusan.

f. Adanya kepercayaan

(32)

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jiwa Kewirausahaan

Menurut Basrowi (2011: 19), faktor-faktor yang memengaruhi jiwa kewirausahaan meliputi:

a. Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan individu secara sadar untuk menyesuaikan pemikirannya terhadap tuntutan baru yaitu penyesuaian mental terhadap masalah dan keadaan baru. Intelegensi terkait dengan pemecahan masalah perencanaan, pengejaran prestasi (motivais belajar) yang sangat berarti membuka jiwa wirausaha.

b. Latar belakang budaya

Manusia tidak lepas dari lingkungan sekitar sehingga mereka secara tidak langsung dibatasi oleh norma/nilai budaya setempat. Kebudayaan adalah cara manusia membentuk dan menentukan perilaku manusia.

c. Jenis kelamin

Pria memiliki sifat agresif, independensi, ambisius, sedangkan wanita memiliki sifat sensitif, kooperatif, dan intuitif.

d. Tingkat pendidikan e. Usia

(33)

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan di atas, peneliti memfokuskan penelitiannya pada motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua.

B. Motivasi Belajar

Menurut Winkel (1984: 27), motivasi memiliki kata dasar ‘motif’ yang berarti daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi adalah daya penggerak yang menjadi aktif. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut demi mencapai tujuan yang dikehendaki.

Menurut Slameto (2003:2), belajar adalah usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.

(34)

Menurut Uno (2007:23), motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar memiliki beberapa indikator meliputi:

1. Adanya hasrat ingin berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita

4. Adanya penghargaan dalam belajar

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas, maka seseorang itu memiliki motivasi belajar yang sangat baik.

Seseorang yang mempunyai motivasi belajar tinggi, dia akan lebih berprestasi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar kewirausahaan tinggi, dia mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajarinya dan dia memiliki jiwa untuk berwirausaha tinggi.

C. Tingkat Pendidikan Orang Tua

1. Pengertian Pendidikan

(35)

Menurut Muhadjir (1975: 11), pendidikan adalah kegiatan membimbing anak menuju kedewasaan oleh seorang yang bertanggung jawab. Menurut Langeveld (dalam Muhadjir, 1975: 11), pendidikan adalah kegiatan mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya menjadi manusia yang dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Pendidikan mempersiapkan generasi mendatang secara matang dan siap dibekali ilmu pengetahuan, keterampilan serta kemampuan jiwa untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

2. Klasifikasi Pendidikan

Menurut Zahara (1981: 58), pendidikan diklasifikasikan dalam: a. Pendidikan Informal

(36)

b. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan sekolah mempunyai struktur yang teratur, sistematis, berjenjang dan dibagi dalam waktu tertentu berlangsung dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan formal diperoleh dengan syarat-syarat tertentu, di antaranya umur. Pendidikan formal dilaksanakan menurut sistem pendidikan yang berlaku dan pendidikan formal dilaksanakan secara ketat, teratur dan berurutan.

c. Pendidikan Non-formal

Pendidikan non formal adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, terarah dan berencana. Pendidikan ini berada di luar kegiatan persekolahan. Pendidikan non-formal memiliki tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian, waktu yang disesuaikan dan komponen-komponen lainnya yang disesuaikan dengan keadaan peserta didik agar peserta didik mendapatkan hasil yang memuaskan.

D. Kerangka Berfikir

1. Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa

kewirausahaan

(37)

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi adalah daya penggerak yang menjadi aktif. Menurut Slameto (2003:2), belajar adalah usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Jadi, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut demi mencapai tujuan yang dikehendaki.

Menurut Ahmadi (1978: 2), jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak menggerakkan dan mengatur perbuatan-perbuatan pribadi. Menurut Hisrich-Peters (dalam Suryana, 2010:12), kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu, kegiatan, modal, risiko, menerima balas jasa, kepuasan dan kebebasan pribadi. Jadi jiwa kewirausahaan adalah daya hidup rohaniah manusia yang menggerakkan dan mengatur manusia menjadi manusia unggul untuk melakukan usaha dengan kemampuan sendiri.

(38)

2. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa

kewirausahaan

Proses membimbing, mendidik dan mendampingi anak mempersiapkan masa depan agar anak memiliki bekal keterampilan, keahlian dan kemampuan berpikir. Hal ini dapat diwujudkan dengan membimbing dan membiasakan anak untuk berdisiplin belajar. Kemampuan orang tua membimbing kegiatan belajar anak-anaknya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah membantu kesulitan belajar anak, karena orang tua memiliki pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, sedangkan bagi orang tua yang berpendidikan rendah tentu saja kemampuannya terbatas sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya, sebab pendidikan formal yang ditempuh rendah.

(39)

Jiwa kewirausahaan anak akan tumbuh melalui bimbingan dan dorongan dari orang tua, walaupun tingkat pendidikan orang tua tinggi jika tidak memiliki jiwa kewirausahaan maka anak sulit menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

E. Paradigma Penelitian

Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir di atas, penulis membuat paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1. Paradigma Penelitian

Dari gambar 2.1, penulis mengetahui bahwa ada hubungan antara motivasi belajar kewirausahaan (X1) dan tingkat pendidikan orang tua (X2) dengan jiwa kewirausahaan (Y).

Motivasi Belajar Kewirausahaan

(X1)

Tingkat Pendidikan Orang Tua

(X2)

Jiwa Kewirausahaan

(40)

F. Hipotesis

Menurut Siregar (2012: 65), hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih. Jadi, hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, Penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut:

Ada hubungan antara motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan.

(41)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian korelasi atau korelasional. Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga, tidak terdapat manipulasi variabel (Fraenkel dan Wallen, 2008:328). Penelitian korelasi atau korelasional ini menjelaskan tentang Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa-Siswi Kelas XI SMK Negeri Di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean dan SMK N 1 Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2017.

(42)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean dan SMK N 1 Depok di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah motivasi belajar kewirausahaan, tingkat pendidikan orang tua dan jiwa kewirausahaan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

(43)

Tabel 3.1

Data Populasi Siswa-Siswi SMK Negeri di Kabupaten Sleman

No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa

1 SMK N 1 Cangkringan Negeri 923

2 SMK N 1 Depok Negeri 848

3 SMK N 2 Depok Negeri 2073

4 SMK N 1 Godean Negeri 947

5 SMK N 2 Godean Negeri 624

6 SMK N 1 Kalasan Negeri 1073

7 SMK N 1 Sayegan Negeri 1216

8 SMK N 1 Tempel Negeri 851

Total 8.555

2. Sampel Penelitian

Menurut Siregar (2012:56) Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data sebagian populasi yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Menurut Sukardi (2016:55), jumlah sampel ditentukan dengan rumus formula empiris yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

S = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

= nilai tabel chisquare untuk satu derajad kebebasan reltif level konfiden yang diinginkan = 3,841 tingkat kepercayaan 0,95.

P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel. Harga ini diambil P = 0,50.

d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d umumnya diambil 0,05.

(44)

= 368 Pembulatan

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan teknik purporsive sampling. Teknik

purporsive sampling adalah metode penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2010: 148). Sampel yang diambil adalah siswa-siswi kelas XI SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean dan SMK N 1 Depok di Kabupaten Sleman Yogyakarta, karena sekolah tersebut memiliki koperasi siswa dan melakukan praktek wirausaha di koperasi siswa.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 64). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok yaitu variabel bebas atau independent variable dan variabel terikat atau dependent variable.

a. Variabel bebas (Independent variable)

(45)

adalah motivasi belajar kewirausahaan (X1), dan tingkat pendidikan

orang tua (X2 ).

b. Variabel terikat (Dependent variable)

Menurut Sugiyono (2011 : 64), variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah jiwa kewirausahaan (Y).

2. Pengukuran Variabel

Variabel motivasi belajar kewirausahaan (X1), tingkat

pendidikan orang tua (X2 ) dan jiwa kewirausahaan Y merupakan

variabel interval dan diukur dengan menggunakan skala Likert.

Menurut Sugiyono (2014: 168), skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang/kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert,

variabel diukur dan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Skala

(46)

empat opsi jawaban yang bervariasi untuk setiap pertanyaan. Berikut ini penskoran item soal kuesioner bentuk positif dan negatif:

Tabel 3.2

Motivasi Belajar Kewirausahaan

Pilihan ganda Skor

A. 4

B. 3

C. 2

D. 1

Tabel 3.3

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pilihan Ganda Skor

A. 4 B. 3 C. 2 D. 1 Tabel 3.4 Jiwa Kewirausahaan Percaya Diri

Pilihan Ganda Skor

A. 4

B. 3

C. 2

D. 1

Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Pilihan Ganda Skor

A. 4

B. 3

C. 2

D. 1

Pengambilan resiko

Pilihan Ganda Skor

A. 4

B. 3

C. 2

(47)

Kepemimpinan

Pilihan Ganda Skor

A. 4

B. 3

C. 2

D. 1

Kerja Keras

Pilihan Ganda Skor

A. 4

B. 3

C. 2

D. 1

Kreatif dan Inovatif

Pilihan Ganda Skor

A. 4

B. 3

C. 2

D. 1

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

(48)

kuisoner dilakukan untuk pengumpulan data tentang motivasi belajar kewirausahaan, tingkat pendidikan orang tua dan jiwa kewirausahaan. Kuesioner diberikan kepada responden berupa daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan responden memberikan jawaban pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang sesuai.

2. Penyusunan Kuesioner

Kisi-kisi kuesioner dibuat agar kuesioner yang dibagikan kepada responden dapat memberikan gambaran mengenai jiwa kewirausahaan siswa-siswi SMK di Sleman. Penyusunan kisi-kisi dilakukan untuk memperoleh kuesioner yang memiliki validitas konstruk. Berikut ini penyusunan kisi-kisi kuesioner:

Tabel 3.5

Daftar Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Motivasi belajar Kewirausahaan

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif Motivasi

Belajar

Kewirausahaan

Adanya hasrat ingin berhasil

1,2 Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar

3,4,5, 6,7 Adanya harapan dan

cita-cita

8 Adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar

9,10 Adanya lingkungan belajar

yang kondusif

(49)

Tabel 3.6

Daftar Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif Tingkat

Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan 1,2

Tabel 3.7

Daftar Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Jiwa Kewirausahaan

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif Jiwa

Kewirausahaan

Percaya diri 1,2

Berorientasi pada tugas dan hasil

3 4

Pengambilan resiko 5 6

Kepemimpinan 7,8 9

Kerja keras 10,11

Kreatif dan inovatif 12,13,14,15

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Azwar (2009:105), validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

(50)

digunakan untuk mengetahui kuesioner yang digunakan sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur, yaitu:

1. Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3.

2. Jika koefisien korelasi product moment > r tabel (α ; n-2) n = jumlah sampel.

3. Nilai signifikan ≤ α

Keterangan : n = jumlah responden

x = skor total dari setiap item y = skor total dari seluruh item

Penulis menggunakan kriteria nomor 2 yaitu membandingkan koefisien korelasi product moment dengan r tabel untuk mengetahui kuesioner yang digunakan sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur. Item soal dalam kuesioner dinyatakan valid, jika koefisien korelasi product moment > r tabel (α ; n-2) n = jumlah sampel.

Menurut Siregar (2013: 49), langkah langkah menguji validitas sebagai berikut:

1. Menjumlahkan skor jawaban dari setiap butir pertanyaan yang diajukan kepada responden.

2. Menghitung nilai , nilai r (0,05 ; n-2) dari tabel product moment.

(51)

4. Membuat keputusan dengan cara membandingkan nilai dengan dalam setiap butir soal. Jika nilai > , maka butir soal tersebut dinyatakan valid. Jika nilai < , maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid.

Penulis melakukan pengujian validitas dengan bantuan program

(52)

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan Item Soal r tabel r hitung Keterangan

1 0,1031 0,210 Valid

2 0,1031 0,536 Valid

3 0,1031 0,402 Valid

4 0,1031 0,351 Valid

5 0,1031 0,425 Valid

6 0,1031 0,349 Valid

7 0,1031 0,325 Valid

8 0,1031 0,097 Tidak Valid

9 0,1031 0,459 Valid

10 0,1031 0,423 Valid

11 0,1031 0,388 Valid

12 0,1031 0,285 Valid

Tabel 3.8 menunjukkan hasil pengukuran validitas variabel motivasi belajar kewirausahaan dari 12 butir soal terdapat satu butir soal yang tidak valid. Item soal yang tidak valid adalah item soal nomor 8. Item soal tidak valid karena nilai lebih kecil dari . Butir soal yang tidak valid, kemudian dibuang dan dilakukan pengujian ulang. Hasil pengujian ulang sebagai berikut:

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan Item Soal r tabel r hitung Keterangan

1 0,1031 0,227 Valid

2 0,1031 0,540 Valid

3 0,1031 0,399 Valid

4 0,1031 0,355 Valid

5 0,1031 0,404 Valid

6 0,1031 0,355 Valid

7 0,1031 0,311 Valid

9 0,1031 0,481 Valid

10 0,1031 0,437 Valid

11 0,1031 0,399 Valid

(53)

Tabel 3.9 menunjukkan hasil pengukuran validitas variabel motivasi belajar kewirausahaan sebanyak 11 butir soal valid. Butir soal tersebut valid karena pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai lebih besar dari sehingga, butir soal dikatakan valid. Pada pengujian ini diketahui bahwa nilai = 0,1031. Hasil pengujian validitas variabel jiwa kewirausahaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan Item Soal r tabel r hitung Keterangan

1 0,1031 0,378 Valid

2 0,1031 0,228 Valid

3 0,1031 0,516 Valid

4 0,1031 0,454 Valid

5 0,1031 0,379 Valid

6 0,1031 0,414 Valid

7 0,1031 0,476 Valid

8 0,1031 0,337 Valid

9 0,1031 0,293 Valid

10 0,1031 0,473 Valid

11 0,1031 0,293 Valid

12 0,1031 0,412 Valid

13 0,1031 0,386 Valid

14 0,1031 0,453 Valid

15 0,1031 0,331 Valid

(54)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Siregar (2013: 55), reliabilitas adalah kegiatan mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Pengujian reliabilitas menggunakan Alpha Chronbach (Siregar, 2013: 58).

Keterangan:

= reliabilitas instrument K = jumlah soal

= jumlah varians butir = varian total

Sedangkan untuk mendapatan varian digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Varian skor butir

= Jumlah kuadrat skor butir = jumlah skor butir

= banyaknya siswa

Ketentuan untuk menilai reliabel atau tidaknya suatu instrumen sebagai berikut: jika koefisien reliabilitas ( ) lebih besar dari 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel, sebaliknya jika koefisien reliabilitas

(55)

Penulis menggunakan bantuan program SPSS versi 22.0 for Windows untuk melakukan uji reliabiitas. Kriteria kuesioner dikatakan reliabel jika pada α = 5% nilai alpha cronbach setiap uji reliabilitas lebih dari 0,6. Hasil pengujian reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.11

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,729 ,738 11

Tabel 3.11 menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar kewirausahaan reliabel dimana koefisien Cronbach’s Alpha yaitu 0,738 lebih besar dari 0,600.

Tabel 3.12

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,724 ,724 2

Tabel 3.12 menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan orang tua reliabel dimana koefisien Cronbach’s Alpha yaitu 0,724 lebih besar dari 0,600.

Tabel 3.13

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Jiwa Kewirausahaan Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

(56)

Tabel 3.13 menunjukkan bahwa variabel jiwa kewirausahaan reliabel dimana koefisien Cronbach’s Alpha yaitu 0,729 lebih besar dari 0,600.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan data dalam bentuk distribusi frekuensi dan statistika yang akan diinterpretasikan secara kualitatif. Data penelitian menggunakan Penelitian Acuan Patokan (PAP) tipe II untuk mendeskripsikan. Berikut adalah tabel PAP tipe II (Masidjo, 1995: 157):

Tabel 3.14

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat Baik

66% - 80% Baik

56% - 65% Cukup

46% - 55% Tidak Baik

Dibawah 46% Sangat Tidak Baik

(57)

Skor terendah yang mungkin dicapai + {nilai persentase x (skor tertinggi yang mungkin dicapai – skor terendah yang mungkin dicapai)}. Berikut ini adalah perhitungan kategori kecenderungan untuk masing-masing variabel penelitian:

a. Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan Jumlah pertanyaan = 12 ; jumlah opsi = 4 Skor maksimal = 4 ; skor terendah = 1 Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 4 x 12 = 48 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 12 = 12

Perhitungan rentang skor untuk variabel motivasi belajar kewirausahaan:

Kategori Sangat Tinggi : 12 + 81% (48 – 12) = 41 - 48 Kategori Tinggi : 12 + 66% (48 – 12) = 35 - <40 Kategori Sedang : 12 + 56% (48 – 12) = 32 - <34 Kategori Rendah : 12 + 46% (48 – 12) = 28 - <31 Kategori Sangat Rendah : 12 + 0% (48 – 12) = 12 - < 27

b. Variabel Jiwa Kewirausahaan

(58)

Perhitungan rentang skor untuk variabel jiwa kewirausahaan: Kategori Sangat Tinggi : 15 + 81% (60 – 15) = 51 - 60 Kategori Tinggi : 15 + 66% (60 – 15) = 44 - < 50 Kategori Sedang : 15 + 56% (60 – 15) = 40 - < 43 Kategori Rendah : 15 + 46% (60 – 15) = 35 - <39 Kategori Sangat Rendah : 15 + 0% (60 – 15) = 15- < 34

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan rumus korelasi Spearman sebagai berikut (Siregar, 2013: 380):

Keterangan:

: nilai korelasi Spearman : selisih antara X dan Y : jumlah pasangan data

(59)

Menurut Siregar (2013 : 251), tingkat korelasi dan kekuatan hubungan dikategorikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.15

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No Nilai Korelasi Tingkat Hubungan

1 0,00 - 0,199 Sangat Lemah

2 0,20 – 0,399 Lemah

3 0,4 – 0,599 Cukup

4 0,60 – 0,799 Kuat

5 0,8 – 0,100 Sangat Kuat

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan dilakukan dengan membandingkan nilai pada tingkat signifikan 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05. Jika nilai > α = 0,05 maka Ho diterima dan sebaliknya jika < α = 0,05 maka Ho ditolak. Setelah membandingkan nilai probabilitas, langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan nilai koefisien. Interpretasi nilai koefisien digunakan untuk melihat tingkat keeratan korelasi. Menurut Nana (1996: 380), koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

(60)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2017 dengan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean dan SMK N 1 Depok. Jumlah responden penelitian ini adalah sebanyak 368 siswa, dari jumlah keseluruhan responden telah mengisi kuisioner secara lengkap dan apa adanya sehingga jumlah sumber data penelitian ini adalah 368 kuesioner.

1. Deskripsi Data Responden Penelitian

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Perempuan 359 97,6 %

Laki-laki 9 2,4 %

Total 368 100 %

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian ini sebanyak 368 dengan 9 siswa (2,4%) berjenis kelamin laki-laki dan 359 siswi (97,6%) berjenis kelamin perempuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan.

(61)

b. Berdasarkan Asal Sekolah

Data responden berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Asal Sekolah

Asal Sekolah Frekuensi Persentase

SMK N 1 Godean 117 31,79%

SMK N 2 Godean 101 27,45%

SMK N 1 Depok 150 40,76%

Total 368 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian ini sebanyak 368 siswa. Rinciannya sebagai berikut: 117 siswa (31,79%) dari SMK N 1 Godean, 101 siswa (27,45%) dari SMK N 2 Godean dan 150 siswa (40,76%) dari SMK N 1 Depok.

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Data variabel penelitian dideskripsikan berdasarkan pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) II sebagai berikut:

a. Motivasi Belajar Kewirausahaan

Deskripsi data variabel motivasi belajar kewirausahaan yang dideskripsikan berdasarkan pedoman (PAP) II:

Tabel 4.3

Deskripsi Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan Interval Motivasi

Belajar Kewirausahaan Frekuensi Persentase Kategori

41 – 48 3 0,82% Sangat Tinggi

35 – 40 60 16,30% Tinggi

32 – 34 86 23,37% Sedang

28 – 31 145 39,40% Rendah

12 – 27 74 20,11% Sangat Rendah

(62)

Tabel 4.3 menunjukkan sebanyak 3 siswa (0,82%) mempunyai motivasi belajar kewirausahaan dengan kategori sangat tinggi, 60 siswa (16,30%) mempunyai motivasi belajar kewirausahaan dengan kategori tinggi, 86 siswa (23,37%) mempunyai motivasi belajar kewirausahaan dengan kategori sedang, 145 siswa (39,40%) mempunyai motivasi belajar kewirausahaan dengan kategori rendah, 74 siswa (20,11%) mempunyai motivasi belajar kewirausahaan dengan kategori sangat rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai motivasi belajar kewirausahaan dengan kategori rendah.

Tabel 4.4

Nilai - Nilai Statistik Variabel Motivasi Belajar Kewirausahaan

Statistics

N Valid 368

Missing 0

Mean 27,91

Median 28,00

Modus 26

Std. Deviation 3,995

Minimum 17

Maximum 39

Sum 10270

(63)

Dengan demikian skor mean, median masuk dalam kategori sangat rendah yaitu pada interval 12 – 27 dan skor modus masuk dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan motivasi belajar kewirausahaan yang dimiliki siswa kelas SMK di Sleman tergolong rendah dan bahkan sangat rendah.

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Data primer mendiskripsikan variabel tingkat pendidikan orang tua disertai frekuensi dan persentase untuk ayah dan ibu responden, sebagai berikut:

Tabel 4.5

Deskripsi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat

Pendidikan Orang Tua

Ayah Ibu

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tamatan SD 75 20,4 % 95 25,8 %

Tamatan SMP 81 22 % 82 22,3 %

Tamatan

SMA/SMK 180 48,9 % 169 45,9 %

Tamatan

Sarjana/Akademi 32 8,7 % 22 6 %

Jumlah 368 100 % 368 100 %

(64)

pendidikan SMA/SMK sebesar 169 siswa (45,9 %) kemudian diikuti dengan pendidikan SD sebesar 95 siswa (25,8 %), pendidikan SMP sebesar 82 siswa (22,3 %), dan dengan persentase terendah yaitu pendidikan di perguruan tinggi sebesar 22 siswa (6 %). Sehingga, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berasal dari tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) yang berpendidikan SMA/SMK.

c. Jiwa Kewirausahaan

Data variabel jiwa kewirausahaan dideskripsikan berdasarkan pedoman (PAP) II sebagai berikut:

Tabel 4.6

Deskripsi Variabel Jiwa Kewirausahaan Interval Motivasi

Belajar Kewirausahaan

Frekuensi Persentase Kategori

51 – 60 66 17,93% Sangat Tinggi

44 – 50 218 59,24% Tinggi

40 – 43 59 16,03% Sedang

35 – 39 15 4,08% Rendah

15 – 34 10 2,72% Sangat Rendah

Total 368 100

(65)

kewirausahaan dengan kategori sangat rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai jiwa kewirausahaan dengan kategori tinggi.

Tabel 4.7

Nilai - Nilai Statistik Variabel Jiwa Kewirausahaan

Statistics

N Valid 368

Missing 0

Mean 46,26

Median 47,00

Modus 47

Std. Deviation 4,670

Minimum 29

Maximum 60

Sum 17023

(66)

B. Analisis Data

1. Pengujian Hipotesis

Data penelitian ini termasuk dalam analisis non parametrik yang didukung dengan penggunaan skala ordinal, sehingga teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi Spearman. Peneliti menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 21.0 untuk menguji korelasi Spearman.

a. Pengujian Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan Dengan

Jiwa Kewirausahaan

1) Rumusan Hipotesis

Penulis merumusakan hipotesis motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan sebagai berikut: Ho: Tidak ada hubungan motivasi belajar kewirausahaan

dengan jiwa kewirausahaan.

(67)

2) Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman sebagai berikut:

Tabel 4.8

Tabel Korelasi Spearman

Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan Dengan Jiwa Kewirausahaan Correlations Motivasi_Belajar _Kewirausahaan Jiwa_Kewi rausahaan Spearma n's rho Motivasi_Belajar_Kewi rausahaan Correlation

Coefficient 1,000 ,539

**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 368 368

Jiwa_Kewirausahaan Correlation

Coefficient ,539

**

1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 368 368

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Sig.(2-tailed)

untuk motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan sebesar 0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih rendah dari α = 0,05.

(68)

kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan mempunyai keeratan korelasi yang cukup karena berada di interval 0,4 – 0,599.

b. Pengujian Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan

Jiwa Kewirausahaan

1) Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ayah) Dengan Jiwa Kewirausahaan

a. Rumusan Hipotesis

Penulis merumusakan hipotesis tingkat pendidikan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan sebagai berikut:

Ho: Tidak ada hubungan tingkat pendidikan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan.

(69)

b. Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi Spearman adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Tabel Korelasi Spearman

Hubungan Antara Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ayah) Dengan Jiwa Kewirausahaan.

Nonparametric Correlations Correlations Jiwa_Kewi rausahaan Tingkat_Pe ndidikan_ Ayah Spearma n's rho

Jiwa_Kewirausahaan Correlation

Coefficient 1,000 ,046

Sig. (2-tailed) . ,384

N 368 368

Tingkat_Pendidikan_A yah

Correlation

Coefficient ,046 1,000

Sig. (2-tailed) ,384 .

N 368 368

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Sig.(2-tailed)

(70)

orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan mempunyai keeratan korelasi yang sangat lemah karena berada di interval 0,00 – 0,199.

2) Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ibu) Dengan Jiwa Kewirausahaan

a) Rumusan Hipotesis

Penulis merumusakan hipotesis tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan sebagai berikut:

Ho: Tidak ada hubungan tingkat pendidikan orang tua (Ibu) dengan jiwa kewirausahaan.

(71)

b) Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi Spearman adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10

Tabel Korelasi Spearman

Hubungan Antara Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ibu) Dengan Jiwa Kewirausahaan.

Nonparametric Correlations Correlations Jiwa_Kewi rausahaan Tingkat_Pe ndidikan_I bu Spearma n's rho

Jiwa_Kewirausahaan Correlation

Coefficient 1,000 ,056

Sig. (2-tailed) . ,280

N 368 368

Tingkat_Pendidikan_I bu

Correlation

Coefficient ,056 1,000

Sig. (2-tailed) ,280 .

N 368 368

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Sig.(2-tailed)

(72)

kewirausahaan mempunyai keeratan korelasi yang sangat lemah karena berada di interval 0,00 – 0,199.

C. Pembahasan

a. Hubungan Motivasi Belajar Kewirausahaan dengan Jiwa Kewirausahaan

Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai coefficient correlation Spearman = (+) 0,539 dan probabilitas Sig.(2-tailed) = 0,000 < α 0,05, dari nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan motivasi belajar kewirausahaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan jiwa kewirausahaan. Nilai coefficient correlation Spearman

dapat diinterpretasikan bahwa hubungan motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan mempunyai keeratan korelasi positif yang cukup karena berada di interval 0,4 – 0,599. Jadi dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan.

(73)

berwirausaha. Berwirausaha akan berhasil dengan baik, bila seseorang memiliki motivasi belajar kewirausahaan yang tinggi. Temuan dari hasil penelitian ini, bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar kewirausahaan yang tinggi, dia akan mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajarinya dan akan lebih memiliki jiwa kewirausahaan.

b. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Jiwa Kewirausahaan

Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan. Hal ini didukung dengan korelasi tingkat pendidikan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan memiliki nilai coefficient correlation Spearman = (+) 0,046 dan probabilitas Sig.(2-tailed) = 0,384 > α 0,05,

(74)

Korelasi tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan memiliki nilai coefficient correlation Spearman = (+) 0,056 dan probabilitas Sig.(2-tailed) = 0,280 > α 0,05, dari nilai

probabilitas yang lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan. Nilai coefficient correlation Spearman dapat diinterpretasikan bahwa hubungan tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan mempunyai keeratan korelasi positif yang sangat lemah karena berada di interval 0,00 – 0,199. Jadi dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan.

(75)
(76)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis korelasi dan pembahasan di bab sebelumnya mengenai hubungan motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan adanya nilai probabilitas atau Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yaitu 0,05 dan nilai nilai koefisien korelasi Spearman sebesar (+) 0,539 dapat diinterpretasikan keeratan korelasi yang cukup, karena berada di interval tingkat korelasi dan kekuatan hubungan 0,4 – 0,599.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan adanya nilai probabilitas atau Sig.(2-tailed): hubungan antara tingkat pendidikan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan siswa sebesar 0,384 lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,05 dan nilai nilai koefisien korelasi Spearman sebesar (+) 0,046 dapat diinterpretasikan keeratan korelasi positif yang sangat lemah, karena

(77)

berada di interval tingkat korelasi dan kekuatan hubungan 0,00 – 0,199.

Hasil penelitian ini dibuktikan dengan adanya nilai probabilitas atau

Sig.(2-tailed): hubungan antara tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan siswa sebesar 0,280 lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,05 dan nilai nilai koefisien korelasi Spearman sebesar (+) 0,056 dapat diinterpretasikan keeratan korelasi positif yang sangat lemah, karena berada di interval tingkat korelasi dan kekuatan hubungan 0,00 – 0,199.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mencoba mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

(78)

memotivasi dan mendukung anaknya dalam belajar bila anaknya berminat untuk menjadi pengusaha.

2. Sejalan dengan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan. Sebagai orang tua, disarankan untuk selalu mendampingi dan mengarahkan anaknya dalam usahanya untuk berwirausaha, meskipun tingkat pendidikan orang tua tidak memungkinkan.

C. Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyajian data penelitian ini masih banyak keterbatasan meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Beberapa keterbatasan penulis sebagai berikut:

(79)
(80)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Drs. Abu, 1978. Ilmu Jiwa Umum. Sala: AB Siti Samsyah.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basrowi. 2011. Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

Uno. Hamzah. B. 2007. Teori motivasi dan pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Masidjo, Ign, 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Muhadjir, Noeg. 1975. Teori Pendidikan. Yogyakarta: Rake Press.

Nana, Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito. Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan: teori, praktek, dan kasus-kasus.

Jakarta: Salemba Empat.

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Malang: Adi Yogyakarta.

Siregar, Syofian, 2012. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Siregar, Syofian, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Siregar, Syofian. 2010. Statistik Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

(81)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata.

Soemanto, Wasty. 2001. Pendidikan Wirausaha. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2014. Metode Penelitian M

Gambar

Tabel 4.10 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian  ......................................................
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Data Populasi Siswa-Siswi SMK Negeri di Kabupaten Sleman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan perencanaan tindakan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam penelitian kali ini, diambil kompetensi dasar mendiskusikan hubungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kemasan, kewajaran harga dan brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap brand loyalty, artinya kemasan yang

Based on the research synthesis which has been made, this paper focuses on the development of distribution network model for spare parts based on customer segmentation

• PKBM adalah satuan pendidikan nonformal yang bertujuan untuk memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat. • Prinsip PKBM DARI masyarakat, OLEH masyarakat dan UNTUK

Memahami perintah-perintah DDL untuk pemetaan dari model data konseptual (ERD) ke model data DBMS (MySQL) dan perintah-perintah DML untuk memasukkan dan mengambil atau

Hasil pengamatan dan analisi data menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa implementasi pendidikan kearifan lokal dapat diterapkan

Dan ketika dihubungkan dengan teori, dimana manajemen yang melakukan proses rekrutmen, akan melakukan seleksi, baik dengan melakukan pemeriksaan resum dan juga

Pada perancangan digunakan batasan nilai maksimal nilai ADC ( Analog to Digital Converter ) 348 untuk kondisi normal, maka jika nilai kadar amonia diatas nilai ADC