"
Karena Sesungguhizya Sesudalz Kesulitan itu Ada Keinudahan,
Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu Pasti Ada Keinudahait
"
(A1
-
Insyirah
:5
-6)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
FAST FOOD
DI RESTORAN WARALABA
KOTAMADYA BOGOR
Oleh :
ASTRID ARYARINI
A07497108
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOIW PERTARTIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERT- BOGOR
ASTRID ARYARINI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Fast Food di Restoran Waralaba Kotamadya Bogor @ibawah bimbingan ibu HARMINI).
RINGKASAN
Dengan adanya peningkatan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keadaan ekonomi yang semakin membaik, dapat menyebabkan perubahan pada pola
konsumsi dan cara makan masyarakat. Perubahan perilaku makan dari sebagian
masyarakat dapat mempengaruhi timbulnya tuntutan akan pemenuhan kebutuhan
pangan yang berkualitas, tejangkau daya beli, dan praktis. Hal ini tejadi pada
masyarakat kota modem dimana harnpir semua orang menghabiskan waktu dari pagi
sampai sore di tempat kerja. Biasanya pada masyarakat demikian akan berkembang
kebiasaan makan di luar nunah seperti di restoran fast food.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1). Mendeskripsikan
karakteristik konsumen fast food, (2). Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian fast food, dan (3). Mendeskripsikan
strategi penlasaran restoran fast food.
Penelitian meng,wakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung restoran-restoran waralaba di
Kota Bogor, yaitu di Kentucky Fried Chicken, McDonald's, Texas Fried Chicken,
A&W, dan California Fried Chicken juga melalui kuesioner dan wawancara langsung
kepada tamu atau pelanggan yang kebetulan sedang makan di restoran-restoran
tersebut, sedangkan data sekunder diperoleh dari infomasi-infom~asi bersifat umum
yang dapat diperoleh dari majalah-majalah, b u h , surat kabar, makalah, internet, serta
Untuk mengetahui hubungan antara variabel jenis kelamin dengan frekuensi
pembelian dan untuk mengetahui hubungan antara variabel respon konsumen
terhadap kestrategisan tempat digunakan Uji Khi Kuadrat, sedangkan Uji Korelasi
Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu (umur,
tingkat pembelian, besar keluarga, pengeluaran keluarga per bulan) dengan frekuensi
pembelian fast food.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase terbesar responden
berada pada selang umur 15-20 tahun. Jumlah responden perempuan lebih banyak
daripada responden laki-laki yaitu sebanyak 55 orang (55%). Mayoritas responden
berpendidikan sekolah menengah pertama. Pengunjung pada restoran fast food
terbesar adalah mahasiswa/pelajar sekitar hampir setengah dari jumlah responden
(43%). Persentase terbesar responden mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan
yang paling tinggi, yaitu lebih dari Rp 900.000,OO per bulan (20%). Secara umum
keluarga responden berada pada selang 3 - 6 orang. Untuk faktor lingkungan, faktor yang mempenga~hi konsumen dalam proses pengambilan keputusan dominan untuk
mengkonsumsi fast food adalah faktor keluarga (5 1%).
Terdapat l i i a tahap dalam pada proses keputusan pembelian fast food, tahap
pertama yaitu pengenalan kebutuhan dimana responden mempunyai motivasi dalam
melakukan pembelian, yaitu cita rasa makanan, harga yang terjangkau, suasana yang
menyenangkan serta gengsi. Tahap kedua adalah sumber informasi dimana media
informasi yang paling banyak digunakan responden untuk mengenal kelima restoran
fast food adalah televisi, yang digunakan oleh lebih dari 30% responden. Tahap
utama yang dipertimbangkan oieh sebagian .besar responden. Tahap keempat yaitu
proses pembelian dimana McDonald's merupakan tempat yang paling banyak dipilih
responden dalam melakukan pembelian, Berdasarkan lokasi, sebagian besar
konsumen mempunyai alasan bahwa mereka memilih restoran fast food karena dekat
dengan sekolahlkampus yaitu sebesar 53%, pada umumnya frekuensi pembelian yang dilakukan responden adalah lebih dari tiga kali dalam sebulan. Jenis fast food yang
paling digemari responden adalah ayam goreng crispy. Mayontas responden
menggunakan waktu untuk mengkonsumsi fast food pada pukul 15 - 21 WIB, yaitu
pada jam makan malam.
Perencanaan pemasaran strategis mencakup penentuan tujuan pemasaran,
penyeleksian target pasar dan pengembangan bauran pemasaran strategis untuk
memuaskan pasar dan mencapai tujuan. Pada strategi produk, upaya perusahaan
dalam pengembangan menciptakan produk baru yang memiliki rasa khas sesuai
dengan lidah orang Indonesia melalui penggabungan rasa lokal dan universal. Pada
strategi harga, harga yang ditawarkan agar terkesan murah sebaiknya tidak ditetapkan
dalam jumlah yang bulat, tapi menggunakan angka yang tidak bulat (Odd Pricing)
Pada strategi promosi, untuk meningkatkan loyalitas akan merek, strategi promosi
yang dilakukan penayangan iklan yang berulang-ulang disertai dengan menampilkan
keunggulan merek dan mutu yang terjamin. Pada strategi lokasi, pemilihan tempat
untuk mendistribusikan outlet restoran hams memperhatikan faktor kenyamanan,
dekat dengan tempat dimana konsumen membutuhkannya, dan merupakan wilayah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
FAST FOOD
DI RESTORAN WARALABA
KOTAMADYA BOGOR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat
Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
JURUSAN E M U - E M U SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAICULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama : Astrid Aryarini NRP : A07497108 Program Studi : Agribisnis
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN FAST FOOD DI RESTORAN
WARALABA KOTAMADYA BOGOR
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2001 Menyetujui,
Dosen Pembimbing
.
-459 y,!i:&e"tt4$
JurusanPERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSIINI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIN DAN BELUM PERNAH DIkTUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUNPenulis
Astrid h a r i n i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Maret 1979 di Bogor, sebagai putri kedua dari Bapak Suyadi P. dan Ibu Laksrnini Salim
Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 1985 di TK Nugraha, selanjutnya menempuh pendidikan sekolah dasar di SD N Pengadilan I1 Bogor'dan tamat pada tahun 1991. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Bogor, tamat tahun 1994. Kemudian menemskan studinya di SMU Negeri 1 Bogor, tamat pada tahun 1997.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Fast Food Di Restoran Waralaba Kotamadya Bogor", yang bertujuan agar dapat memberikan informasi kepada para pembaca pada umumnya dan perusahaan pada khususnya mengenai bagaimana faktor-faktor individu dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perilaku konsumen fast food dalam proses pembelian fast food, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh perusahaan dalam menerapkan strategi selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Desember 200 1
UCAPAN TERIMA IUSIII
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan studi ini, banyak mendapat
bantuan dan bimbingan serta kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Harmini, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Rita Nurmalina, MS yang telah bersedia menjadi penguji utama pada
ujian sidang dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Iman Firmansyah, Msi yang telah bersedia menjadi penguji
komdik pada ujian sidang.
4.
Bapak Arnzul Rifin, SP selaku moderator seminar.5. Bapak, Mama, and my lovely sisters yang telah banyak memberikan doa,
dorongan, kasih sayang, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
6 . Seluruh pihak manajemen dan karyawan Texas, CFC, KFC, A&W, dan
McDonald's atas kerjasamanya.
7. Teman-teman terbaikku : Nawa (Thank's for everything, for your pray and spirit), Ika (You're so sweet...), Mira (untuk kebaikannya selama ini), Farra
(Thank's ya Far untuk semangat dan pengarahannya), Eda (Makasih ya da
atas bantuannya, and tetap ceria ...), Ine (Makasih juga ya ne, loe baek
dech..), and last, but not least.. . .untuk Aan (Makasih atas doa, nasehat, dan
8. Teman-teman AGB '34 atas kebersamaannya selama empat tahun ini.
9. Lia (Makasih buat koreksi tabelnya ya.. .) dan Alam (Makasih untuk bantuan
pengolahan datanya).
10. Semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi
DAFTAR IS1
Halanlan
I W A PENGANTAR
...
i. .
UCAPAN TERIMA KASIH...
11DAFTAR IS1
...
ivDAFTAR TABEL
...
viDAFTAR GAMBAR
...
viiDAFTAR LAMPIRAN
...
viiI
.
PENDAHULUAN...
11.1. Latar Belakang
...
11.2. Perumusan Masalah
...
51.3. Tujuan Penelitian
. .
...
81.4. Kegunaan PenelitIan
...
8I1
.
TINJAUAN PUSTAKA...
2.1. Perilaku Konsumen...
2.1.1. Faktor-faktor yang Mempengamhi Perilaku Konsumen...
2.1.2. Proses Keputusan Pelnbelian...
2.1.2.1. Pengenalan Kebutuhan dan Pencarian...
2.1.2.2. Evaluasi Alternatif...
2.1.2.3. Pembelian dan Hasilnya...
2.1.3. Faktor-faktor yang mempenganthi Proses Keputusan Pembelian...
2.1.4. Kepuasan pelanggan...
...
2.2. Fast Food 2.3. Konsep Waralaba...
2.4. Kerangka Pemikiiran...
1'-
2.6. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya...
I11.
METODOLOGI PENELITIAN. .
...
283.1. Lokasi dan Waktu Penelltian
...
283.2. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
...
283.3. Pengolahan dan Analisis Data
...
30. . 3.4. Defin~si Operasional
...
33V
.
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN FAST FOOD...
...
5.1. Pengenalan Kebutuhan...
5.2. Sumber Informasie
...
5.3. Evaluasi Altematif
5.4. Proses Pembelian
...
...
5.5. Perilaku Setelah Pembelian
5.6. Impliiasi Analisis Perilaku Pembelian Fast Food
...
Pada Strategi Pemasaran...
5.6.1. Strategi Produk5.6.2. Strategi Harga
...
...
5.6.3. Strategi Promosi...
5.6.4. Strategi Lokasi
...
.
VI IaESIMPULAN DAN SARAN 77
6.1. Kesimpulan
...
776.2. Saran
...
79DAFTAR PUSTAKA
...
80DAFTAR TABEL
No.
Teks
Hal1. Sebaran Responden menurut Umur Untuk Setiap Restoran Fast Food.
...
2. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin...
Untuk Setiap Restoran Fast Food3. Sebaran Responden menumt Tingkat Pendidikan
Untuk SetiapRestoran Fast Food
...
4. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Unlur Responden...
5. Sebaran Responden menurut Jenis Pekerjaan
Setiap Restoran Fast Food
...
6. Sebaran responden menumt Pengeluaran KeluargafBulanUntuk Setiap Restoran Fast Food
...
7. Sebaran Responden menurut Besar Keluarga
Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
8. Sebaran Responden menurut Motivasi BerkunjungUntuk Setiap Restoran Fast Food
...
9. Sebaran Responden menurut Sumber Informasi yang DiterimaUntuk Seiap Restoran Fast Food
...
10. Rata-rata Frekuensi Pembelian Responden per Bulanmenurut Sumber Informasi Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
11. Sebaran Responden menurut Pertimbangan Awal MembeliUntuk S e t i a ~ RestoranFast Food
...
12. Sebaran Responden Berdasarkan Restoran yang Paling Sering Dikunjungi 13. Sebaran Responden berdasarkan Restoran yang Paling Sering . - - -Dikunjungi dan Preferensi Responden
...
14. Sebaran Responden menurut Alasan dalam memilib RestoranFast Food berdasarkan Lokasi Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
15. Sebaran Responden menurut Alasan dalam memilih RestoranFast Food berdasarkan Lokasi dan Frekuensi Pembelian
...
16. Sebaran Responden menurut Frekuensi Kunjungan per Bulanke Restoran Fast Food Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
17. Sebaran Responden menurut Fast Food yang Paling DisukaiUntuk Setiap Restoran Fast Food
...
18. Sebaran Responden menumt Waktu Kunjungan ke Restoran Fast FoodUntuk Setiap Restoran Fast Food
...
19. Sebaran Responden menurut Jam Kunjungan ke Restoranvii
25. Sebaran Responden menurut Pengambil Keputusan
Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
6226. Sebaran Responden menurut Kebiasaan Untuk Setiap Restoran Fast Food 63 27. Sebaran Responden berdasarkan Orang yang Biasa Bersama Responden saat Berkunjung ke Restoran Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
6428. Skor rata-rata Evaluasi Responden menurut Atribut Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
7029. Mayoritas Pilihan Responden Secara Umum menurut Proses Pembelian Fast Food
...
7130. Strategi Penlasaran yang Perlu Diperhatikan Untuk Setiap Restoran Fast Food
...
76DAFTAR GAMBAR No.
&
Halaman 1. Model Perilaku Konsumen Engel, Blackwell, Miniard...
122. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif
...
143. Model Perilaku Konsumen
... .. ... ...
...
174. Kerangka pemikiran
...
27DAFTAR LAMPIRAN No.
&
Halaman 1. Kuesioner Responden Fast Food...
832. Hasil Analisis Uji Korelasi Spearman
...
88I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses modernisasi yang sedang terjadi di Indonesia dewasa ini, temyata
banyak memberikan perubahan di bidang kehidupan, seperti ekonomi, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Dengan adanya peningkatan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi serta keadaan ekonomi yang semakin membaik, dapat menyebabkan
perubahan pada pola konsumsi dan cara makan masyarakat.
Galler (1984) menyatakan bahwa pembahan pada pendapatan yang
menyebabkan meningkatnya kekayaan, akan membawa perubahan pada pola makan
seseorang, dan akan semalan banyak orang yang mengkonsumsi pangan berorientasi
pada kesenangan. Selain itu, kesibukan masyarakat di kota-kota besar dengan
pekerjaan sehari-hari yang banyak menyita waktu, serta jam kantor yang senlakin
mengikat menyebabkan mereka tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
menyiapkan makanan, sehingga menimbulkan kebiasaan baru, yaitu makan di luar
rumah (Suhardjo, 1989).
Perubahan perilaku makan dari sebagian masyarakat dapat mempengaruhi
timbulnya tuntutan akan pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas, terjangkau
daya beli, dan praktis. Hal tersebut akan menjadi daya tank bagi pemilik modal
untuk mengembangkan usaha pelayanan makanan, antara lain restoran. Hal ini
diiarenakan orang yang sudah semakin tinggi tingkat pendapatan dan pendidikannya
telah didapat. Menurut Sidabutar (1998), semakin banyak orang yang merasa bahwa
makan di restoran lebih mudah karena tidak perlu lagi bersusah payah menyiapkan
makan di ~ m a h . Namun kini motivasi orang pergi ke restoran sudah semakin
berubah. Makan di restoran bukan sekedar hanya untuk makan saja, tetapi juga untuk
menikmati pelayanan dan hiburan yang memang dibutuhkan. Hal ini terjadi pada
masyarakat kota modem dimana hampi semua orang menghabiskan waktu dari pagi
sampai sore di tempat kerja, sudah tentu tidak punya banyak waktu untuk memasak.
Biasanya pada masyarakat demikian akan berkembang kebiasaan makan di luar
mmah seperti di restoranfast food atau di tempat dimana makanan disediakan oleh
pengusaha katering (Suhardjo, 1989). Marsum (1995) menyatakan bahwa usaha
restoran semakin berkembang karena beberapa alasan, yaitu :
1. Potensi pasar besar sekali dan akan selalu bertambah.
2. Alat-alat perhidangan makanan, sistem, kontrol serta pertolongan fisik
lainnya yang telah berkembang selain akan membuat bisnis restoran
menjadi semakin mudah dan lancar, juga akan semakin menguntungkan.
3. Dengan meningkatnya rekreasi, banyaknya waktu luang serta berbagai
ha1 lain yang mengakibatkan keadaan tertentu yang menarnbah alasan
untuk makan di luar akan mengakibatkan pasar pelayanan makanan akan
semakin besar pula.
4. Harga makanan yang menjadi lebih tinggi merupakan kesempatan yang
baik uncuk mendapatkan lebih banyak uang.
Walaupun usaha ini sangat menarik untuk dijalankan, tetapi dalarn
banyak orang yang mempunyai persepsi yang salah tentang restoran. Banyak orang
berpendapat bahwa bisnis restoran ini akan tetap dapat berjalan dengan baik dan
berhasil, walaupun perekonomian sedang resesi dan manajemen yang buruk, ha1 itu
tidak akan mempengaruhi, karena menurut mereka setiap orang tetap membutuhkan
makanan. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, sebagian usaha pelayanan
ini mengalami kesuksesan yang luar biasa, sementara yang lain mengalami
kehancuran. Menurutnya juga, tidak ada suatu ramuan khusus yang tetap, yang dapat
digunakan untuk menjamin keberhasilan suatu restoran. Belajar dari pengalaman
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari kesalahan yang sama.
Dengan adanya proses globalisasi di Indonesia, rnembuat masyarakat dapat
memperoleh berbagai pilihan dalam jenis makanannya. Masyarakat dengan tingkat
sosial ekonomi yang lebih baik, akan cenderung memilih makanan yang lebih enak
dan lebih bergengsi (lebih padat protein dan kalori) seperti fast food, termasuk dalam
pilihan serta variasi makanan yang dimakan (Soerjodibroto, 1995).
Produk fast food, dewasa ini semakin beragam dan terus berkembang,
sehubungan dengan p e ~ b a h a n gaya hidup menuju hidup serba cepat dan praktis, ha1
ini ditunjang oleh hasil penelitian Karamoy (1998), seperti dikutip oleh Nurhanif
(1999), yaitu perhmbuhan waralaba asing yang bergerak di bidang makanan di
Indonesia sangat tinggi yaitu 43,3% per tahun, yang berarti sejak tahun 1991-1996
rata-rata tiap bulan dua waralaba asing beroperasi di Indonesia.
Dalam mengembangkan usaha restoran mereka, pengusaha restoran lokal
maupun non lokal lebih memilih sistem waralaba vranchise). Sistem ini banyak
tingkat kegagalan bisnis non waralaba adalah 70 persen. Hal ini disebabkan karena
tersedianya teknologi, peralatan dan manajemen siap pakai, jaminan hvalitas produk
dan merek yang dikenal, serta adanya akses pasar sehingga para pengusaha yang
merupakan franchisee tidak memulai usaha dari no1 (Karamoy, 1996).
Restoran fast food mampu menyerap devisa besar dari negara. Devisa yang
diserap oleh waralaba asing sangat besar karena pemegang hak waralaba di Indonesia
hams membayar sejumlah biaya kepada pernilik waralaba. Selain biaya untuk
memperoleh hak waralaba, pemegang hak waralaba membayar biaya royalti
(Karamoy, 1996). Untuk beberapa restoran asing, biaya untuk memperoleh hak
waralaba besamya sekitar US$100.000 (Karamoy, 1996).
Di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya remaja di perkotaan, istilah
burger, fried chicken, french fries, dan pizza, yang biasa disajikan di restoran fast
food tampak sudah tak asing lagi. Di samping itu fried chicken sebagai salah satu
produk fast food, saat ini terus berkembang dan telah populer di masyarakat luas.
Fast food mempunyai daya tarik tersendiri, dimana orang yang mengkonsumsi
produk tersebut ingin tampak kebarat-baratan atau modern. Berbagai outlet fast food
terus bermunculan dan tak pemah sepi dari pengunjung, terutama anak-anak dan
remaja.
Di samping sebagai makanan praktis, fast food diduga menlpunyai gengsi
yang tinggi, khususnya di kalangan remaja. Beberapa peneiitian tentang konsumsi
fast food yang dilakukan sebelum ini, dilakukan pada outlet fast food dan hanya untuk
satu jenis makanan saja, sehingga tidak memungkinkan dilakukan perbandingan
peneliti tertarik untuk mengetahui perilakw dan preferensi konsumen terhadap fast
food di beberapa restoran waralaba.
1.2. Perurnusan Masalah
Konsumen sangat memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu usaha. Oleh karena itu, produsen/pengusaha hmslah benar-benar
berorientasi pada konsumen, dengan kata lain produsen harus mengetahui keinginan
dan kebutuhan konsumen, untuk mengetahui ha1 tersebut, salah satunya adalah
dengan cara melakukan penelitian terhadap perilaku konsumen.
Perilaku konsumen mencerminkan tanggapan mereka terhadap berbagai
rangsangan, baik dari pemasaran maupun dari diri mereka seildiri yang bempa
pengmh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. Dengan
mempelajari bagaimana proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen,
maka pihak pemasar dapat merumuskan suatu strategi pemasaran yang tepat bagi
produk-produknya.
Konsumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu perusahaan. Tingkat persaingan yang semakin tinggi di antara
perusahaan yang ada membuat penelitian tentang perilaku konsumen sangat
dibutuhkan. Penelitian ini akan sangat membantu perusahaan dalam mengetahui
perilaku atau hal-ha1 yang diinginkan oleh konsumennya. Konsumen mempunyai
kebebasan penuh untuk memilih, dengan demikian hanya perusahaan yang paling
Menurut Suhardjo (1989), seperti dikutip oleh Candraningsih (1995), dalam
masyarakat, berbagai jenis makanan dan bahan makanan memiliki nilai sosial
tertentu, karena itu masyarakat akan mengkonsumsi bahan makanan dan makanan
yang memiliki nilai sosial tertentu sesuai dengan tingkat naluri pangan yang terdapat
pada masyarakat tersebut. Dalam Galler (1984), dijelaskan bahwa kebiasaan makan
ada1ah tingkah laku manusia atau kelompok masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan
makanan. Maka dari itu, perbedaan lingkungan budaya, kelas sosial, keluarga, daya
beli, motivasi, pengetahuan, sikap, gaya hidup dan demografi akan membentuk
perilaku konsumen yang berbeda dalam mengkonsumsi makanan.
Perkenlbangan restoran fast food di kota besar seperti Jakarta bisa dikatakan
sangat pesat pada dekade belakangan ini. Hal ini berdampak pula pada kota-kota di
sekitanlya, seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Bisnis ini sepertinya tidak
mengenal resesi. Ketika perekonomian tidak menentu, konsumen yang mendatangi
suatu restoran fast food tetap ada. Yang menjadi permasalahannya sekarang adalah
P ~ N s ~ E ~ se~ingkali tidak mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan konsumen,
Hal ini akan membuat konsumen tidak puas akan produk fast food dari perusahaan
tersebut, maka untuk menghindari ha1 ini terjadi, diperlukan pengkajian lebih lanjut
mengenai karakteristik konsunlen, yaitu siapa dan bagaimana sebenarnya konsumen
suatu restoran fast food itu ? Faktor apa yang mendorong seorang konsumen n~enghabiskan waktunya di restoran ?
Dan
hal-ha1 apa yang menarik dari suatu restoran fast food yang membuat konsumen mengeluarkan uang dengan jumlah uangPerusahaan yang menerapkan strategi yang sesuai dengan konsumen akan
sukses, karena perusahaan tersebut memperoleh kepercayaan konsumen, sehingga
dapat mempengaruhi mereka untuk melakukan tindakan pembelian. Oleh karena itu,
perusahaan sangat membutuhkan informasi mengenai respon konsumen terhadap
atribut pemasaran yang telah mereka terapkan. Maka masalah selanjutnya adalah
bagaimana respon konsumen fast food terhadap atribut pemasaran, pembelian fast
food, dan konsumsi fast food ? Hal ini sangat berguna bagi perusahaan dalam menerapkan strategi selanjutnya, apalagi di tengah persaingan yang ketat dimana
produk yang dihasilkan restoran fast food hampir tak ada bedanya.
Hal lain yang hams diperhatikan perusahaan adalah bentuk promosi apakah
yang efektif dilakukan untuk menunjang pemasaran ? Dan melalui media apakah promosi itu dilakukan ? Pro~nosi sudah hampir dipastikan akan membawa pengaruh
atas penjualan melalui kehadiran iklan itu sendiri. Para konsumen diyakinh-an akan
nilai barang dari jenis produk tertentu yang diiklankan dengan baik (Kotler, 1994).
Oleh karena itu, sumber infomasi mengenai produk, dalam ha1 ini fast food, penting
untuk dikaji, agar menanamkan citra jangka panjang dari produk fast food tersebut.
Selain itu, diperlukan perhatian khusus pada strategi pemasaran tentang bagaimana
karakteristik dan kepuasan para pelanggan, sehingga perlu dilakukan identifikasi
berbagai karakteristik dan pengukaran tingkat kepuasan yang diperoleh pelanggan.
Dari uraian pemnlusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis
perilah konsu~nen fast food sailgat penting untuk dilakukan agar pemsahaan dapat
menlbahagiakan konsumen yang dilayani dengan memenuhi, bahkan melebihi apa
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1). Mendesknpsikan karakteristik responden fast food.
2). Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan proses
keputusan pembelian fast food.
3). Mendesknpsikan strategi pemasaran restoran fast food.
1.4. ICegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah.
1). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengusaha
restoran agar dapat meningkatkan pelayanan, pemasaran, dan
mengarahkan produknya pada pemenuhan gizi yang seimbang.
2). Bagi penulis sendiri, merupakan pengalaman yang berharga dan sekaligus
sebagai wadah latiban dalam menerapkan ilmu yang telah didapat di
bangku kuliah, terutama tentang perilaku konsumen.
3). Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi penelitian lebih lanjut
mengenai industri pelayanan makanan terutama restoran fast food baik
bagi pibak akademis dan pihak-pihak yang berperan dalam
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen berkaitan dengan proses pemilihan produk yang akan
dibeli, yang terdapat pada proses pembelian. Proses pe~nbelian dapat menggambarkan
mengapa seseorang memilih dan membeli serta lebib menyukai produk dengan merek
tertentu. Hal ini berkaitan dengan persepsi dan preferensi seseorang terhadap produk
dari merek tertentu tersebut.
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel, Blackwell,
dan Miniard, 1994). Tindakan membeli benvujud pada pilihan-pilihan konsumen
terhadap merek, jumlah produk, tempat, waktu dan frekuensi peinbelian.
Sedangkan inenumt Mellot (1983), perilaku konsumen merupakan aktivitas
manusia, baik individu maupun kelompok dalam meinbuat keputusan-keputusan
langsung dalam memperoleh dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa,
termasuk proses membuat keputusan tersebut dan menentukan tindakan-tindakannya.
Menumt Loudon dan Bitte (1988), perilaku konsumen adalah proses membuat
keputusan dan aktivitas fisik individu yang mengikat ketika melakukan evaluasi,
menggunakan atau menentukan barang dan jasa.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah
membeli, memakai maupun membuang suatu produk dan jasa. Dalam perilaku
konsumen ini juga dijelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seorang
konsurnen dalam pengambilan suatu keputusan.
2.1.1. Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Perilaku Konsumen
Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku kosumen, yaitu
faktor individu yang terdiri atas umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengeluaran
rata-rata keluarga, serta besar keluarga. Faktor yang lain adalah faktor lingkungan
yang terdiri dari lingkungan sosial (keluarga, ternan, dll.) sumber informasi
(Herdinsyah dan Suhardjo, 1987).
Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan
membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah, yaitu berupa desakan yang
membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan. Tahap iili
diikuti oleh tahap mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan, yang
dilanjutkan dengan tahap evaluasi altematif yang berupa penyeleksian. Tahap
berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan pembelian yang diaklliri dengan
perilaku sesudah pembelian : membeli lagi atau tidak, tergantung tingkat kepuasan
yang didapat dari produk atau jasa tersebut (Kotler, 1994).
2.1.2. Proses Keputusan Pembetian
Sen~enjak digunakan konsep pemasaran, maka perusahaan memusatkan
perhatiannya pada konsumen. Hal ini disebabkan makin kompetitifnya dunia usaha
hams mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran
yang sudah dilakukan pemsahaan. Hal ini dapat dijelaskan oleh model perilaku
konsumen pada Gan~bar 1.
Menurut Assauri (1987), dalam proses keputusan pembelian, kegiatan
konsumen baik yang bersifat mental maupun fisik, dapat dibagi menjadi beberapa
tahap. Pada tahap pertama konsumen akan merasakan adanya suatu kebutuhan yang
bersifat umum atau spesifik. Tahap kedua adalah kegiatan yang dilakukan konsumen
sebelum dilaksanakannya pembelian, antara lain melakukan penelitian tentang
sumber penawaran yang memungkinkan dapat dipenuhinya atau dipuaskannya
kebutuhan tersebut. Tahap terakhir menyangkut proses pengambilan keputusan
pembelian, yaitu menentukan apa yang akan atau tidak akan dibeli berdasarkan hasil
yang diperoleh dari kegiatan sebelum proses pembelian dijalankan.
Keputusan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengaruh
pribadi, pengaruh lingkungan, dan pengaruh psikologi. Akibat dari keputusan itu
adalah konsumen akan memberikan respon. Biasanya respon yang diberikan adalah
puas atau tidak puas. Respon ini akan kembali mempengaruhi faktor piibadi dari
konsumen. Sedang bagi pemasar, respon konsumen ini akan dijadikan patokan lebih
lanjut untuk menentukan strategi berikutnya.
Pemasar melakukan kebijakan terhadap bauran pemasaran yang disebut 4P,
yaitu: strategi produk, dinlana pengembangan sebuah produk mengharuskan
p e ~ s a h a a n menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh produk itu.
Manfaat-manfaat itu dikomunikasikan dan dipenuhi oleh atribut produk seperti ciri,
dinilai sebagai masalah utama yang dihadapi perusahaan, narnun banyak perusahaan
yang tidak menangani harga dengan baik. Strategi berikutnya adalah strategi
distribusi dimana sebagian besar produsen mengunakan perantara pemasaran untuk
memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran distribusi. Saluran
distribusi ini membentuk tingkatan saluran untuk menentukan panjangnya saluran
distribusi. Strategi terakhir adalah strategi promosi dengan tujuan agar perusahaan
dapat mengkomunikasikan produknya kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan
pada akhirnya dibeli.
PENGARUH
Kelas Sosial Pengaruh Pribadi
PERBEDAAN INDIVIDU Sumberdaya Konsumen Motivasi &Keterlibatan Pengetahuan , Sikap Gaya Hidup,
[image:28.599.98.516.314.615.2]Demografi, Kepribadian
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen Engel, Blackwell, Miniard
Sumber : Engel, Blackwell, Miniard (1994) STR A TEGT PFFM A U R AN
Produk, Tempat Harga, Promosi
-+
_
PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi Evaluasi Altematif Pembelian & Hasilnya
+
2.1.2.1. Pengenalan Kebutuhan dan Pencarian
Timbulnya kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal yaitu kebutuhan
dasar seseorang seperti rasa lapar, haus dan lain-lainnya yang akan timbul suatu saat
pada suatu tingkat tertentu dan menjadi sebuah dorongan yang memotivasi orang itu
untuk segera memuaskan dorongan tersebut. Selain itu kebutuhan dapat juga berasal
dari rangsangan ekstemal. Segera setelah konsumen tergerak oleh suatu stimuli,
maka kemungkinan ia akan bemsaha mencari lebih banyak informasi (Engel,
Blackwell, dan Miniard, 1995).
Tahap kedua dari proses keputusan pembelian yaitu pencarian, dapat
didefinisikan sebagai aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersiinpan dalam
ingatan atau pemerolehan informasi dari lingkungan (Engel, Blackwell, dan Miniard,
1995). Pencarian ini dapat bersifat intemal maupun ekstemal. Pencarian internal
adalah pencarian informasi dengan jalan melihat kembali pengetahuan yang relevan
dengan kebutuhan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Jika infom~asi
yang didapat dari pencarian intemal ini telah memadai untuk dapat memberikan arah
tindakan yang memuaskan, maka pencarian ekstemal tidak diperlukan. -
Menumt Kotler dan Armstrong (1994) sumber-sumber infom~asi konsumen
terdiri dari empat kelompok, yaitu :
1. Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2. Sumber Komersial : iklan, tenaga penjual, pedagang.
3. Sumber Publik : media massa, organisasi penilai konsumen.
Setiap sumber informasi tersebut memberikan fungsi yang berbeda-beda dalam
mempengaruhi keputusan pernbelian. Informasi dari sumber komersial biasanya
menje!ankan fungsi pemberitahuan dan sumber-sumber pribadi menjalankan fungsi
pengesahan atau evaluasi. Sumber-sumber informasi yang berbeda dapat lnenuntun
konsumen dalam setiap keputusan pembelian yang berbeda.
2.1.2.2. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif rnempakan proses dimana suatu altematif pilihan
dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Engel, Blackwell, dan
Miniard, 1995). Komponen dari tahap evaluasi ini adalah : (1) menentukan kriteria
evaluasi yang akan digunakan untuk menilai altematif, (2) memutuskan altematif
mana yang akan dipertimbangkan, (3) menilai kinerja dari alternatif yang
dipertimbangkan, dan (4) memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat
pilihan akhir (Gambar 2).
Menentukan Kriteria Evaluasi
Menentukan Alternatif
/
P i l i p -I
Menilai Kinerja Alternatif
i
+
[image:30.599.117.491.482.625.2]Menerapkan Kaidah Keputusan
Untuk memilih alternatif, konsumen akan menggunakan beberapa kriteria
evaluasi yang berbeda, misalnya harga, nama merk, negara asal produk, dan
sebagainya. Kriteria ini biasanya bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif
mereka. Dengan kriteria-kriteria tersebut konsumen dapat menentukan beberapa
altematif yang salah satunya akan dipilih. Faktor yang digunakan dalam penentuan
pemilihan kriteria evaluasi tertentu yang akan digunakan oleh konsumen selama
pengambilan keputusan yaitu pengaruh situasi, kesamaan alternatif-altematif pilihan,
motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan (Engel, Blackwell, dan Miniard, 1995).
2.1.2.3. Pembelian dan Hasilnya
Tindakan ini mempakan tahap akhir dari proses keputusan pembelian. Pada
tahap ini konsumen hams mengambil keputusan mengenai kapan dan dimana
membeli serta bagaimana membayar. Engel, Blackwell, dan Milliard (1995)
menyatakan bahwa pembelian mempakan fungsi dari dua detenninan, yaitu niat dan
pengamh lingkungan danlatau perbedaaan individu.
Terdapat dua faktor yang dapat mempengamhi niat pembelian dan keputusan
pembelian, yaitu faktor pertama adalah sikap orang lain. Seberapa jauh faktor ini
mempengaruhi altematif yang disukai seseorang tergantung pada intensitas pada
pendirian negatif orang lain terhadap altematif yang disukai konsumen dan ~notivasi
konsumen untuk menumti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang
lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan
yang tidak diinginkan. Adanya faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian
suatu produk yang akan dilakukan konsumen.
Hasil dan evaluasi pasca pembelian adalah kepuasan atau ketidakpuasan.
Kepuasan berhngsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat
menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut
ganti mgi melalui sarana hukum.
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian
Proses keputusan konsunlen untuk membeli suatu produk dipengaruhi ole11
banyak faktor seperti yang dijelaskan dalarn teori perilaku konsumen oleh Engel,
Blackwell, dan Miniard (1995). Sejak digunakan konsep pemasaran, maka
perusahaan memusatkan perhatiannya pada konsumen. Hal ini disebabkan makin
kompetitifnya dunia usaha serta aktivitas pemasarannya yang diarahkan untuk
memuaskan konsumen. Pemsahaan h m s mengetahui tanggapan konsumen terhadap
rangsangan pemasaran yang sudah dilaksanakan pemsahaan. Hal ini dapat dijelaskan
oleh model perilaku konsumen pada Gambar 3. Pada ga~nbar tersebut terlihat bahwa
tanggapan pembelian oleh konsumen dipengamhi oleh proses yang tejadi pada kotak
hitam pembeli, sehingga pemsahaan hams dapat mempengamhi proses ini. Proses
kotak hitam ini dapat dipengaruhi oleh kemampuan pemsahaan dalam memberikan
stimuli pemasaran dan pengamh lingkungan. Hasil dari proses kotak hitam pembeli
tersebut adalah beberapa tanggapan pembelian dalam bentuk pilihan produk, merek,
Gambar 3. Model Perilaku Konsumen Surnber : Kotler, 1994.
STIMULI P E M A S l -Produk
-Harga -Tempat -Promosi
Penilaian konsurnen terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh atribut
produk, merek, kemasan, dan label yang menyertai produk tersebut. Atribut produk
seperti mutu, ciri-ciri, dan model mempakan alat yang membedakan produk yang satu
dengan produk pesaing lainnya. Merek dianggap penting sebagai tanda pengenal dan
sekaligus sebagai pelindung konsumen dari ancaman kualitas yang rendah. Kemasan
dan label tidak lagi hanya berfungsi sebagai wadah, tetapi juga berfungsi sebagai
penjelasan beberapa ha1 mengenai produk. Mendisain kemasan dan label sernenarik
rnungkin mempakan ha1 yang sangat penting karena kemasan merupakan atribut
produk yang pertama kali diiihat oleh konsumen.
Harga yang dibayarkan oleh konsumen terhadap produk yang dibeli
merupakan apresiasi konsumen terhadap kepuasan yang diperolehnya dari produk
tersebut. Harga mempakan pencerminan kualitas suatu produk sehingga bila
mengalami peningkatan, maka kualitas produk juga hams ditingkatkan. Oleh karena
itu, harga hams disesuaikan dengan variabel-variabel produk yang menjadi bahan
pertimbangan konsumen.
-Jumlah Pembelian
TANGGAPAN PEMBELI -Pilihan Produk -Pilihan Merek -Pilihan Desain -Saat Pembelian
-
---+
KOTAK HITAM PEMBELI
Keputusan pembelian suatu produk juga dapat dipengaruhi oleh kemudahan
memperoleh produk tersebut, disain peletakan serta suasana tempat pembeliannya.
Jauh dekatnya jarak lokasi atau tempat pembelian umumnya perlu dirancang
sedemikian rupa oleh pemasar sehingga memberikan suasana yang lebih menarik
bagi konsumen.
Disamping itu, promosi juga sangat berperan dala~n mengkomunikasikan
produk kepada konsumen. Kotler (1993) menyebutkan ernpat alat utama promosi
yaitu iklan, promosi, penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi. Iklan mempunyai
banyak tujuan seperti menginformasikan, menciptakan image jangka panjang, dan
~nenstimulasikan penjualan jangka pendek. Keefektifan suatu iklan hams diukur dari
tercapai tidaknya tujuan-tujuan tersebut. Promosi penjualan merupakan insentif
jangka pendek untuk merangsang pembelian. Terlepas dari alat promosi manapun
yang akan digunakan pemasar, promosi yang baik dan efisien adalah promosi yang
akan ~nembuat konsumen mengenal produk dan dapat mempengaruhi konsumen
untuk membeli produk tersebut.
2.1.4. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan konsumen setelah
membandingkan dengan harapannya. Seorang pelanggan yang merasa puas terhadap
nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, kemungkinan besar akan menjadi
pelanggan dalam waktu yang lama (Umar,1999). Faktor-faktor yang mempengamhi
kepuasan pelanggan adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatan penjualan,
penjualan terdiri dari variabel pesan (sebagai penghasil serangkaian sikap tertentu
mengenai pemsahaan, produk, dan tingkat kepuasan yang dapat diharapkan oleh
pelanggan), sikap (sebagai penilaian pelanggan atas pelayanan pemsahaan), dan
perantara (sebagai penilaian pelanggan atas perantara pemsahaan seperti dealer dan
grosir).
Pelayanan setelah penjualan terdiri dari variabel-variabel pelayanan
pendukung, seperti garansi serta yang berkaitan dengan umpan balik, seperti
penanganan keluhan dan pengembalian uang. Vanabel-vanabel nilai pemsahaan
terdiri dari dua macam, yaitu nilai resmi yang dinyatakan oleh pemsahaan itu sendiri
dan nilai tidak resmi yang tersirat dalam segala tindakan perusahaan sehari-hari.
2.2. Fast Food
Fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat disiapkan untuk
dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat, yang biasanya nlerupaka~i
makanan orang-orang yang mempunyai waktu yang singkat untuk
memasaklmenyediakan makanan (Bertram, 1975). Pembahan pola konsumsi ke arah
yang lebih beranekaragam diakibatkan oleh kemajuan di bidang sosial ekonomi.
Dalam waktu yang relatif singkat, masyarakat Indonesia telah diperkenalkan dengan
selera makanan gaya "jast food". Kecendemngan pembahan budaya makan ini juga
mengandung resiko makin tingginya konsumsi lemak dan zat gizi hewani lainnya
yang berdampak negatif terhadap kesehatan (Sinaga, 1997).
Adanya pembahan gaya hidup ini, khususnya peningkatan partisipasi tenaga
menyebabkan fast food semakin populer (Nainggolan, 1994). Disamping itu,
merebaknya restoran-restoran fast food di kota-kota besar Indonesia tidak lepas dari
proses sosialisasi melalui media, baik cetak maupun elektronik (Laksono,1996).
Suatu restoran dapat dikatakan sebagai restoran makanan siap saji @st
food) dan cocok untuk dijalankan dengan sistem franchise, bila restoran tersebut
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Makanan disajikan dengan cepat dan memiliki standardisasi tertentu yang
meliputi sistem mutu, pelayanan, dan harga.
b. Makanan tersebut serba cepat, unik, dan sudah terkenal.
c. Makanan dijual di outlet tertentu dan memilki ruangan untuk bersantap di
tempat, baik dengan cara melayani din sendiri (selfservice) maupun dengan
pesanan.
d. Restoran tersebut dioperasikan dalam skala tertentu dan makanannya
diproduksi secara massal.
e. Makanan yang dijual hams relatif menguntungkan dan kesuksesan telah
terbukti minimal dua tahun.
Restoran fast food tersebut berbeda cukup besar dengan n~akanan traidisonal
Indonesia. Makanan tradisional biasanya memerlukan waktu penyajian yang cukup
lama, penyajian makanan dengan pesanan, hidangan baru diproduksi bila ada yang
memesail d m belum memiliki standar tertentu sehingga kualitas makanan beragam
(Sanjur, 1982,'seperti dikutip oleh Titarezsa, 1996).
Oleh karena itu, makanan siap santap (fast food) di Indonesia dapat
makanan Jepang, Korea, Cina dan berbagai makanan asing laimya, dan masakan
lokal Indonesia. Sebagian besar restoran fast food dikelola dalarn sistem franchise
karena sistem ini memungkinkan output yang seragam dan konsisten bagi konsumen
dimanapun produk itu dibeli (CIC Consulting Group, 1993).
2.3. Konsep Waralaba
Waralaba merupakan bagian dari sistem pemasaran vertikal dan merupakan
suatu metode kemitraan usaha dimana salah satu pihak memberikan lisensi usaha
untuk memasarkan produk atau jasa kepada pihak lain dengan kondisi tertentu (V.
Minarto dan Karamoy, 1997). Jadi bisa diartikan bahwa sistem waralaba akan
menciptakan hubungan antara pemberi laba ifranchisor) dengan penerima waralaba
ifraizchisee).
Kata waralaba diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen (LPPM), sebagai kata padanan fraltcl7ise. Dalam konteks
bisnis, franchise berarti kebebasan untuk ~nenjalankan usaha secara lnandiri di
wilayah tertentu. Kata mandiri atau bebas mengarah pada arti kepemilika~l.
Te~waralaba bukan anak atau cabang perusahaan atau unit coinparty owned milik
pewaralaba, melainkan perusahaan yang mandiri. Huburlgan antara pewaralaba dan
tenvaralaba bersifat horizontal. Dalam hubungan bisnis dan aspek hukum kedua-
duanya setara dalam arti sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang hams ditaati
dan dilaksanakan sesuai kesepakatan.
Waralaba berasal dari kata wara (lebih atau istimewa) dan laba (untung).
memasarkan suatu produk atau jasa dari pemilik (pewaralaba) kepada pihak lain
(tenvaralaba) yang diatur dalanl suatu aturan permainan tertentu (Mendelshohn, 1993,
seperti dikutip oleh Nurhanif, 1999).
Jadi sistem waralaba &an menciptakan hubungan antara pemberi waralaba
@anchisor) dengan penerima waralaba (franchisee). Hubungan ini meliputi sistem
distribusi milik pemberi waralaba. Sering pula dijumpai seorang penerima waralaba
memperoleh hak eksklusif atau lisensi untuk memasarkan dan mendistribusikan
barang dan jasa milik pemberi waralaba pada suatu wilayah geografi tertentu.
Menumt Mendelshohn (1993), seperti dikuti ole11 Nurhanif (1999), beberapa
persyaratan tertentu dari waralaba sebagai bentuk altematif bisnis kemitraan untuk
menunjang keberhasilan kerjasama usaha di antara kedua belah pihak yang
berkepentingan adalah sebagai berikut :
1. Profitability, yaitu kemarnpuan suatu usaha atau komoditi untuk mernberikan
pemasttkan bempa keuntungan kepada pengelola usaha.
2. Teachability, memjuk kepada suatu ukuran bahwa pengetahuan lnengenai
sistem manajemen atau pengelolaan usaha, produksi, pemasaran atau
pelayanan kepada konsumen bahkan tata mang, dapat ditransfer atau
diajarkan dengan mudah kepada pihak lain.
3. Marketability, adalah suatu ukuran yang menyatakan bahwa komoditi atau
jasa yang diproduksi atau sistem manajernen yang dianut memiliki potensi per
mintaan atau potensial untuk dipasarkan.
4. Trade Mark, adalah merek dagang atas komoditi yang sudah cukup dikenal
2.4. Kerangka Pemikiran
Akhir-akhir ini, persaingan yang ketat di dunia usaha semakin ineningkat,
termasuk restoran waralaba yang menyebabkan perusallaan hams berorientasi pada
konsumen. P ~ N s ~ ~ ~ ~ I I harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan
konsumen, lalu menterjemahkan dan mengiformasikan kedalam bentuk strategi
pemasaran, sehingga konsumen terpuaskan kebutuhannya. Strategi pemasaran sangat
membantu perusahaan dalam mempengamhi keputusan pembelian konsumen.
Perilaku konsumen pangan didefinisikan sebagai proses pengambilan
keputusan konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis pangan. Dala~n model Engel,
proses pengambilan keputusan oleh konsumen dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
menilai, tahap membeli, dan tahap proses keputusan pembelian. Pada tahap menlbeli,
perilaku konsumen dalam membeli fast food dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor psikologis. Faktor individu ineliputi
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengeluaran rata-rata keluarga, serta besar
keluarga. Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial (keluarga, ternan, pacar.).
Pengaruh lingkungan sosial dilihat dari pengambilan keputusan dalanl memilih
restoran fast food yang dilakukan ole11 orang yang biasa pergi bersa~na responden ke
restoran fast food. Faktor psikologis meliputi sumber infomlasi yang diperoleh
konsumen dalam memilih restoran fast food.
Tahap selanjutnya yaitu tahap proses keputusan pembelian yang meliputi
komponen pengenalan kebutuhan seperti motivasi, pencarian informasi seperti
serta proses pembelian seperti waktu, kekuensi, lokasi, jenis fast food dan restoran
yang paling disukai, serta proses setelah pembelian seperti tingkat kepuasan
konsumen terhadap produk.
Dari proses keputusan pembelian dapat diperoleli kebijakan pemasaran yang
tepat. Kebijakan pemasaran perusahaan dapat diimplementasikan dalam strategi
bauran pemasaran (marketing mix) yang merupakan koinbinasi dari strategi produk,
harga, tempat, dan promosi. Kombinasi dari strategi yang diimplementasikan
perusahaan diharapkan dapat mempengaruhi proses keputusan konsumen dalam
pembelian, sehingga konsumen dapat menerima dan terpuaskan oleh produk yang
ditawarkan perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
2.5. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya
Dari hasil penelitian Yulia Hartati (1999) yang bexjudul "Kajian tentang
Pembelian, Konsumsi, dan Respon Konsumen Fast Food di Wilayah DKI Jakarta"
dapat disimpukan bahwa :
1. Sumber informasi yang paling banyak memberikan masukan kepada
responden dan yang membuat responden tertarik untuk mengkonsumsi fast
food adalah informasi melalui televisi, terutama informasi mengenai
restoran McDonald's.
2. Mayoritas responden menyatakan bahwa pengambilan keputusan dalam
menentukan tempat pembelian dilakukan oleh dirinya sendiri, sedangkan
lingkungan sosial yang paling berperan dalam pengambilan keputusan
3. Alasan responden melakukan pembelian (dari pilihan terbanyak) adalah cita
rasa makananfminuman.
4. Pada umumnya frehuensi pembelian yang dilakukan responden adalah lebih
dari tiga kali dalam sebulan.
5. Pada tahap mengkonsumsi, jenis fast food yang paling digemari responden
adalah ayam goreng crispy, sedangkan waktu yang paling banyak
digunakan adalah akhir pekan, tepatnya pada pukul 15 - 21 WIB, yaitu pada jam makan sorelmalam.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitria Hayati (2000) yang berjudul
"Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Fast Food Waralaba Modem
dan Tradidional pada Remaja Siswa SMU Negeri di Jakarta Selatan" dapat
disimpulkan bahwa :
1. Faktor individu yang berhubungan dengan fiekuensi penlbelian adalah
pengeluaran keluarga, sedangkan tempat pembelian cendemng
berhubungan dengan umur, jenis kelamin, dan pengeluaran keluarga.
2. Menurut responden, restoran fast food yang paling ideal adalah restoran
Me. Donald's, sedangkan restoran yang paling kurang ideal adalah Texas -- ..
--
Fried Chicken.
3. Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi fast
food karena alasan biologis (rasa lapar).
4. Terdapat huuungan yang nyata antara preferensi dan besarnya pendapatan
responden terhadap fiekuensi konsumsinya (semakin tinggi status sosial
5. Preferensi responden terhadap produk (warna, aroma, kemasan, rasa)
bervariasi. Pada kelompok fast food, KFC merupakan produk yang paling
menarik, sedangkan CFC mempunyai warna yang paling menarik, serta
Pizza Hut mempunyai kemasan yang paling menarik. Pada beberapa
produk, preferensi produk memitiki hubungan yang bermakna dengan
PENGARUH LINGKUNGAN
Keluarga
Pacar
Besar Keluarga
I
I
Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Pengeluaran Keluarga
+
STRATEGI PEMASARAN
Produk, Tempat Harga, Promosi
[image:43.595.91.530.135.511.2]+
Gambar 4. Kerangka Pemikiran KEPUTUSAN
Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi
Evaluasi Altematif
PSIKOLOGIS
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
mengambil lokasi di lima restoran fasf food wilayah Kotamadya Bogor, yaitu di
Kentucky Fried Chicken cabang Baranangsiang, McDonald's cabang Padjadjaran,
California Fried Chicken cabang Warung Jambu, Texas Fried Chicken cabang
Warung Jambu, dan A&W cabang Merdeka. Penentuan lokasi dilalwkan secara
sengaja (purposive), dengan pertirnbangan bahwa masyarakat kota Bogor adalah
konsumen fast food yang potensial, serta atas pertimbangan bahwa konsumen pada
restoran-restoran ini dianggap dapat mewakili konsumen-konsumen fast food yang
lain. Penelitian ini dimulai pada pertengahan Maret sampai awal April 2001 selama 3
minggu, dan dilakukan pada hari Sabtu, Minggu, dan hari k e j a pada pukul 08.30
WIB hingga 11.30 WIB. Dengan pertimbangan hari yang homogen, peneliti
mengambil dua dari lima hari kerja, yaitu hari Karnis dan Rabu.
3.2. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey. Sedangkan teknik
pengambilan sampel responden dilakukan dengan teknik accidental sampling (sampel
kebetulan). Dalam teknik ini, sampel yang diambil berdasarkan konsumen yang
kebetulan makan di restoran, kecuali anak-anak balita. Survey dilakukan beberapa
saat setelah responden makan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dalam penelitian
tanpa membedakan status mereka, sehingga informasi yang dihasilkan benar-benar
mewakili seluruh keinginan konsumen restoran fast food.
Penelitian menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung restoran-restoran waralaba di
Kota Bogor, yaitu di Kentucky Fried Chicken, McDonald's, Texas Fried Chicken,
A&W, dan California Fried Chicken juga melalui kuesioner dan wawancara langsung
kepada tamu atau pelanggan yang kebetulan sedang makan di restoran-restoran
tersebut. Adapun jurnlah responden yang diwawancarai di masing-masing restoran
adalah sama, yaitu 20 orang di masing-masing tempat, sehingga total responden
dalam penelitian ini adalah 100 orang. Data sekunder diperoleh dari informasi-
informasi bersifat umum yang dapat diperoleh dari majalah-majalah, buku, surat
kabar, makalah, internet, serta dari berbagai instansi yang berhubungan dengan topik
yang dibahas.
Paket kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama dari
kuesioner berkaitan dengan identitas responden dan bagian kedua memuat
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku konsumen yang mengacu
pada model perilaku konsumen Engel, Blackwell, dan Miniard. Jenis pertanyaan
yang dibuat dalam kuesioner adalah pertanyaan berstruktur dimana responden sudah
diberi alternatif jawahan dan responden hanya memilih salah satu jawaban yang
tersedia. Adapun bentuk pertanyaan dalam kuesioner adalah pertanyaan tertutup
dengan alasan, yaitu memudahkan responden dalam menjawab pe;tanyaan karena
mereka pada umumnya memiliki waktu yang terbatas dan memudahkan peneliti
3.3. Pengolahan dan Analisis Data
Data mengenai faktor individu, faktor lingkungan, pembelian, dan konsumsi
dianalisis secara deskriptif dengan pengelompokan berdasarkan jawaban yang sama
dan kemudian dipresentasikan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar
yang diperoleh merupakan faktor yang dominan dari masing-masing variabel yang
diteliti.
Data mengenai Kategori Kepuasan Konsumen (KKK) dianalisis dengan
menggunakan nilai rata-rata. Nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai skala yang diberikan responden untuk suatu atribut dibagi dengan
jumlah responden yang memberikan jawaban terhadap atribut yang bersangkutan.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel jenis kelamin dengan frekuensi
pembelian dan untuk mengetahui hubungan antara variabel respon konsumen
terhadap keskategisan tempat digunakan Uji Khi Kuadrat (Lampiran 3). Effendi dan
Singarimbun (1985), menuliskan bahwa ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan
jika peneliti ingin menghitung dengan menggunakan uji Khi Kuadrat :
1. Tidak boleh dipakai untuk sampel yang kurang dari 20.
2. Frehensi teoritis (ft) minimum harus 5 dalarn setiapkotak untuk table 2 x 2
dan untuk table yang lebih besar dari 2
x
2, maka 80%ft
dari sel-sel tabletersebut minimum harus 5.
3. Suatu kotak tidak boleh memilikift kurang dari 1.
Suatu hubungan dapat dinyatakan signifikan apabila nilai Khi Kuadrat
Kuadrat (Effendi dan Singarimbun, 1985). Jadi, dapat dikatakan pada uji Khi
Kuadrat, Ho : ditolak bila nilai Khi Kuadrat hitung lebih besar daripada nilai Khi
Kuadrat tabel.
Adapun rumus dari uji Khi Kuadrat ini adalah :
Keterangan :
Oij = Jumlah observasi dari tiap sel
Eij = Hasil ekspektasi bila kedua variabel tidak berhubungan
Uji Korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor
individu (umur, tingkat pembelian, besar keluarga, pengeluaran keluarga per bulan)
dengan frekuensi pembelian fast food. Adapun rumus dari'Uji Korelasi Spearman ini
adalah (Daniel, 1989) :
Keterangan :
r, = koefisien korelasi peringkat Spearman
di = selisih antara peringkat bagi Xi dan Yi
Daniel (1989) menuliskan bahwa ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan jika peneliti ingin menghitung dengan korelasi Spearman, yaitu :
a. Data untuk analisis merupakan sebuah sampel acak yang terdiri dari 11 pasangan
hasil pengamatan numerik atau non numerik. Setiap pasangan hasil
pengamatan yang berasal dari 2 pengukuran terhadap objewindividu yang sama
disebut jenis asosiasi.
b. Jika data hasil pengamatan daru suatu populasi yang bivariet, kita menetapkan n
hasil pengamatan (XI, YI), (X2, Y2). (X,,, Y,,).
c. Setiap X ditetapkan peringkatnya relatif terhadap semua nilai X lain yang
teramati, dari yang terkecil hingga terbesar. Peringkat nilai X ke I diberi notasi
r (Xi) = 1 bila Xi adalah nilai X teramati yang paling kecil.
d. Setiap Y ditetapkan peringkatnya relatif terhadap semua nilai Y lain yang
teramati, dari yang terkecil hingga terbesar. Peringkat nilai Y ke i diberi notasi
r (Yi) = 1 bila Yi adalah nilai Y teramati yang paling kecil.
e. Jika di antara nilai-nilai X atau nilai Y terdapat angka yang sama, masing-
masing nilai yang sama diberi peringkat rata-rata dari posisi yang seharusnya.
f. Jika data terdiri dari hasil pengamatan non numerik, bukan angka, data tersebut
hams dapat diperingkat seperti yang sudah dijelaskan.
Suatu hubungan dapat dinyatakan signifikan apabila nilai r, hitung lebih
besar dari angka yang terdapat pada tabel distribusi Spearman (Daniel, 1989). Jadi,
dapat dikatakan pada uji Korelasi Spearman, Ho : ditolak bila nilai r, hitung lebih
3.4. Definisi Operasional
1. Fast food : Makanan cepat saji (Wamng Tegal, Rumah Makan Padang, dan
lainnya) dan makanan trendi (McDonald's, KFC, A&W, dan sebagainya).
2. Waralaba : Suatu bentuk kemitraan usaha dimana salah satu pihak
memberikan lisensi usaha untuk memasarkan produk atau jasa kepada pihak
lain dengan kondisi tertentu.
3. Perilaku Konsumen : Suatu proses pengambilan keputusan konsumen dalanl
membeli, memakai maupun membuang suatu produkljasa.
4. Produk : Sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen.
5. Harga : Jumlah uang yang hams dibayar konsumen untuk memperoleh
produk yang ditawarkan.
6. Lokasi : Tempat dimana konsumen hams membeli produk yang dijual produsen.
7. Promosi : Komunikasi persuasi yang dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi konsumen agar membeli produk yang ditawarkan pemsahaan.
8. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh konsumen selama satu
bulan (diukur dalam rupiah per bulan).
9. Responden adaiah pengunjung restoran fast food yang memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan, yaitu anak-anak, renlaja, dan orang dewasa yang
sedang makan di restoran terpilih dan pemah membeli atau mengkonsumsi
10. Atribut Fisik adalah karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki suatu produk,
dalanl ha1 ini produk fast food.
11. Tahap Pengenalan Masalah adalah tahap dimana responden menyadari
adanya kebutuhan-kebutuhan akan fast food. Tahap ini diukur dari
pandangan responden terhadap perlultidahya seseorang mengkonsumsi fast
food, motivasi responden membeli fast food, dan manfaat yang responden
cari dari membeli fast food.
12. Tahap Pencarian Informasi adalah tahap dimana responden mencari informasi
tentang jenis fast food. Tahap ini diukur dari sumber informasi, waktu yang
diperlukan untuk pencarian informasi serta jenis fast food yang dapat diingat
responden.
13. Tahap Evaluasi Altematif adalah intensitas responden dalam menilai dan
membandingkan informasi tentang berbagai fast food. Tahap ini diukur
dengan melihat beberapa ciri produk fast food yang diperbandingkan ole11
responden.
14. Tahap Pembelian adalah tahap dimana responden mengambil keputusan
mengenai kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana membayar.
Tahap ini diukur dengan jawaban responden mengenai alasan pemilihan fast
food yang paling dige~nari, tempat melakukan pembelian/mengkonsumsi fast
food, dan berapa besar pengeluaran untuk fast food dalam satu bulan.
15. Faktor Lingkungan adalah faktor yang mempengaruhi proses keputusan
pembelian konsumen yang terdiri dari budaya, kelaslstatus sosial, pengaruh
16. Kategori Kepuasan Konsunlen ((KKK) adalah suatu kategori untuk menentukan
tingkat kepuasan konsumen dimana tingkat kepuasan diukur dari angka 1 (sangat
tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Sedangkan skor rata-rata dikelompokkan
menjadi tiga range, yaitu skor kurang dari 3,00 (Kurang Baik), skor antara 3,00
IV.
KARAICTERISTIK RESP0NI)EN
FAST FOOD
Karakteristik responden dijelaskan dengan variabel umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, besar keluarga, dan pengeluaran rata-rata
keluarga per bulan. Jumlah responden sebanyak 100 orang dengan kisaran umur dari
15 tahun sampai dengan 45 tahun (Tabel 1). Proporsi responden terbanyak berada
pada selang umur antara 15 tahun sampai 20 tahun (42%). Karyadi (1998)
menyatakan bahwa selang usia tersebut digolongkan pada kelompok remaja. Hal ini
sesuai dengan hasil survai Bisnis Indonesia (YLKI, 1997) yang menunjukkan bahwa
pengunjung terbesar restoran fast food adalah kalangan remaja. Sedangkan menurut
Mappiere (1982), rentang usia 15-17 tahun merupakan golongan usia remaja awal
dengan sikap sosial sangat kuat terhadap teman sebaya yang tercermin dari rasa takut
terkucil (terisolir) dari kelompoknya, sehingga hal-ha1 yang menjadi kebiasaan
kelompoknya, akan menjadi kebiasaannya juga.
Pada Tabel 1 juga terlihat sebaran umur pengunjung contoh pada masing-
masing restoran fast food. Jumlah responden yang terbesar pada restoran Texas,
KFC, CFC, A&W, dan McDonald's secara berturut-tumt adalah selang unlur antara :
41-45 1 1
1
5,O 1 11
5,0 1 11
5,O 1 11
5,0 1 01
0,O1
41
4,O [image:53.602.104.499.133.258.2]Total
1
201
100,O1
201
100,O1
201
100,O1
201
100,O1
201
100.01
1001
100,OTabel 1. Sebaran Responden menurut Umur Untuk Setiap Restoran Fast Food
P,W*
Jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki
yaitu sebanyak 55 orang (55%), dan laki-laki sebanyak 45 orang (45%) (Tabel 2).
<