• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Pendekatan Inkuiri Pada Pembelajaran Biologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Pendekatan Inkuiri Pada Pembelajaran Biologi"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

AAN ARNASARI

NIM: 108016100069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Aan Arnasari, 108016100069. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Pada Pembelajaran Biologi (Penelitian Deskriptif di Madrasah Aliyah Negeri Se-Jakarta Selatan). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penggunaan pendekatan inkuiri pada MA Se-Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dengan teknik survey pada 5 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan 1 Madrasah Aliyah Swasta (MAS) di Jakarta Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari salah satu kelas XI IPA dan salah satu guru biologi kelas XI IPA. Penggunaan pendekatan inkuiri diambil dengan menggunakan lembar kuesioner, lembar wawancara, lembar observasi dan dokumentasi RPP yang terkait dengan penerapan pendekatan inkuiri. Data penelitian yang didapat bahwa semua sekolah telah menerapkan pendekatan inkuiri dan hasil analisis dokumentasi yang disertai observasi menunjukkan sebagian besar sekolah menerapkan pendekatan inkuiri terstruktur. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis dokumentasi kelengkapan RPP dengan kemunculan indikator-indikator inkuiri secara eksplisit yang termasuk kategori cukup, hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap penggunaan pendekatan inkuiri dengan kategori baik dan dibenarkan dengan jawaban kuesioner siswa dengan kategori baik.

(6)

ii

Aan Arnasari, 108016100069. Biology Learning by Using Inquiry Approach (Descriptive Research in Several Islamic High School in South Jakarta). BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study is aimed to get the description on the use of inquiry approach in Several Islamic High School in South Jakarta. The research with survey as the technique was carried out on five Public Islamic School and one Private Islamic School in South Jakarta. The samples in this study were all students from eleven science classes and one of the biology teachers of the eleven science classes. The implementation of inquiry approach was researched by using the questionnaire, interview, observation sheets and the documents with the application of lesson plan that are correlated with the implementation of inquiry approach. The research data showed all schools implemented the inquiry approach and documentation of the analysis showed most schools implemented structured inquiry approach. This is supported by the result of analysis on the lesson plans documentation with the explicit emergence of the inquiry indicators with moderate category, while the result of the questionnaire showed that the perception of the teacher towards the implementation of inquiry approach has a good category and confirmed with the result of the students questionnaire with a good category.

(7)

iii

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum Wr. Wb

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat dan ridha-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat teriring salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan, Nabiyullah Muhammad SAW. yang telah berjuang keras untuk menyempurnakan akhlak al-karimah

serta membawa khazanah ilmu pengetahuan melalui Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Berkenaan dengan skripsi ini, penulis dapat menyelesaikannya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rif'at Syauqi Nawawi, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu guru biologi di MAN 4, MAN 7, MAN 11, MAN 13, MAN 19, MP UIN Jakarta yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk penulis melakukan penelitian.

(8)

iv

9. Sahabat-sahabat Rumah Kos Bunga: Wiwin, Irma, Hj. Lia, Mukromah, Nurhabibah, Wulan, Bu Euis, Sarah, Dede, Tyas, Niken, Yusra dan teman-teman lain yang telah memberikan semangat dan dukungannya serta menemani baik suka maupun duka dalam penyusunan skripsi ini.

10. Semua teman-teman seperjuangan pada Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2008: Yuli, Titik, Nuli, Nurhalimah, Lidya, Nenden, Trisu, Haris dan teman-teman lain yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas persahabatan dan dukungannya, semoga selalu diberi kesuksesan.

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan sains pada umumnya. Jazakumullah khairal jaza’

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 08 Mei 2013

(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teoretis ... 9

1. Pendekatan Pembelajaran... 9

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ... 9

b. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran ... 10

2. Pendekatan Inkuiri ... 15

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri ... 15

b. Karakteristik Pendekatan Inkuiri... 20

c. Macam-macam Pendekatan Inkuiri ... 23

d. Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri ... 26

e. Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri ... 27

f. Keunggulan Pendekatan Inkuiri ... 31

(10)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Prosedur Penelitian ... 38

G. Kalibrasi Instrumen ... 39

1. Validitas ... 40

2. Reliabilitas ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 42

1. Data Guru ... 42

2. Data Siswa ... 44

3. Dokumentasi ... 52

4. Observasi ... 53

B. Pembahasan ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(11)

vii

Tabel 4.1 Skor Penggunaan Inkuiri Guru dalam Pembelajaran Biologi ... 42

Tabel 4.2 Jawaban Kuesioner Inkuiri Terstruktur Siswa ... 45

Tabel 4.3 Jawaban Kuesioner Inkuiri Terbimbing Siswa ... 48

Tabel 4.4 Hasil Analisis RPP Terlampir LKS ... 52

Tabel 4.5 Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terstruktur ... 54

(12)

viii

Gambar 4.1 Persentase Penggunaan Inkuiri Terstruktur ... 46

Gambar 4.2 Persentase Pernyataan Inkuiri Terstruktur ... 46

Gambar 4.3 Persentase Pernyataan Inkuiri Terbimbing ... 49

Gambar 4.4 Data Rekapitulasi Inkuiri ... 56

(13)

ix

Lampiran 1. Kuesioner Pembelajaran Biologi Inkuiri Terstruktur ... 67

Lampiran 2. Kuesioner Pembelajaran Biologi Inkuiri Terbimbing ... 68

Lampiran 3. Kuesioner Pengajaran Biologi ... 70

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Inkuiri Siswa ... 72

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Inkuiri Guru ... 74

Lampiran 6. Lembar Observasi Inkuiri Terstruktur ... 76

Lampiran 7. Lembar Observasi Inkuiri Terbimbing ... 78

Lampiran 8. Hasil Wawancara Inkuiri Siswa ... 79

Lampiran 9. Hasil Wawancara Inkuiri Guru ... 85

Lampiran 10. Data Mentah Kuesioner Siswa ... 87

Lampiran 11. Data Mentah Kuesioner Guru ... 93

Lampiran 12. Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner ... 95

Lampiran 13. Data Reliabilitas Spearman Brown Awal Akhir ... 96

Lampiran 14. Hasil Analisis RPP terlampir LKS ... 97

Lampiran 15. Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terstruktur ... 98

Lampiran 16. Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terbimbing ... 100

Lampiran 17. Dokumentasi Foto Penelitian ... 101

Lampiran 18. Uji Referensi ... 105

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia dalam membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat agar mencapai kehidupan yang lebih baik.1 Berdasarkan hal itu, pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, sehingga dapat menentukan hidup seseorang dimasa yang akan datang.

Pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: 2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut bahwa pendidikan yang diterapkan di Indonesia mempunyai tujuan yang berlandaskan pancasila.

Dalam hal ini, kemampuan seseorang dibentuk dan dikembangkan demi terwujudnya pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Peran pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 19 ayat 1

menyatakan bahwa, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

1

Hasbullah, Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.1. 2

(15)

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”.3

“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang didapat melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan dedukasi untuk menghasilkan suatu penjelasan mengenai sebuah gejala yang dapat diakui kebenarannya”.4 Pada kegiatan pembelajaran IPA, siswa

diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dengan mengajukan pertanyaan, mencari jawaban dan memahami jawaban mengenai materi yang diajarkan berdasarkan pengalaman yang didapat.

National Research Council (1996) menyebutkan enam standar guru

dalam melaksanakan pembelajaran sains sebagai berikut: (1) Dapat merencanakan pembelajaran sains yang berbasis inkuiri; (2) Melaksanakan pembelajaran sains yang mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam belajar; (3) Melaksanakan penilaian yang disesuaikan dengan kegiatan guru mengajar dan sesuai dengan pembelajaran siswa; (4) Mengembangkan pembelajaran dari lingkungan dimana siswa belajar; (5) Menciptakan masyarakat pembelajar sains; dan (6) Merencanakan dan mengembangkan pembelajaran dari program sains sekolah.5

Pada Negara maju seperti Amerika jika guru sudah mampu melaksanakan enam standar tersebut dapat dikatakan bahwa guru sudah profesional, sedangkan di Indonesia seorang guru dikatakan profesional jika

guru sudah menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi serta menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan proses pembelajaran.6

3

Ibid., h. 151. 4

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 151. 5

Ramdhan Witarsa, Analisis Kemampuan Inkuiri Guru yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi dalam Pembelajaran Sains SD, Jurnal Pendidikan Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, h. 39.

6

(16)

Menurut Wingo yang dikutip Hakim menyatakan bahwa salah satu prinsip belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari pengalaman. Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah peristilahan pendidikan, hal ini dikenal dengan learning by doing, yaitu belajar dengan jalan melakukan suatu kegiatan.7 Pembelajaran IPA yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mendorong siswa secara aktif memahami konsep-konsep IPA, dengan kemampuan daya nalar dan berpikir kritis, serta penerapannya

pada kehidupan nyata.

Selain itu, gagasan belajar IPA dengan tidak sekedar belajar sederetan fakta IPA sebenarnya sudah lama dicanangkan secara ekplisit dan dikenalkan sejak Kurikulum 1975 yakni dengan bergesernya praktek pembelajaran dari yang berorientasi telling science ke orientasi doing science. Adanya perubahan orientasi ini adalah salah satu upaya agar outcome lulusan memiliki kinerja yang dapat mengkaitkan ke tiga ranah kemampuan kognitif-afektif-psikomotor.8

Menurut Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), terdapat kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di Indonesia, yaitu:

1) Pembelajaran hanya berorientasi pada tes/ujian; 2) Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar; 3) Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual; 4) Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya; 5) Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik perkelas yang terlalu banyak; 6)

7

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 74. 8

(17)

Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses.9

Rustaman mengemukakan bahwa guru seringkali merasa sudah mengajar dan bertanggung jawab setelah menyampaikan materi, tanpa meminta siswa untuk belajar lebih lanjut.10 Dalam hal ini, seharusnya guru mengembangkan pembelajaran secara kreatif, salah satu contohnya penggunaan model, strategi, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran, baik yang diadaptasi dari luar maupun dalam negeri yang telah dilakukan penelitiannya. Dengan mengembangkan hal tersebut diharapkan dapat mengurangi kecenderungan

pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata.

Pembelajaran biologi yang dilakukan guru selama ini belum efektif bila dilihat dari hasil belajar dan pengalaman belajar yang diberikan pada siswa. Hal ini ditandai dengan guru masih cenderung memberikan banyak materi dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kebiasaan berpikir, seperti keterampilan berpikir (penalaran) dan keterampilan inkuiri.11

Di sisi lain, beberapa siswa berpandangan bahwa pelajaran biologi adalah pelajaran yang membosankan karena begitu banyak konsep yang membuat siswa sulit dalam memahaminya. Selain itu, kurangnya minat siswa terhadap pelajaran biologi karena bersifat hafalan. Hal ini dikarenakan biologi merupakan salah satu pelajaran yang dinilai cukup kompleks.

Biologi sebagai cakupan ruang lingkup IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains.12 Agar terciptanya pengalaman belajar dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri. Menurut Mathison yang dikutip Campbell memaparkan

9

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran MIPA (Kompetensi Supervise Kademik 03-B6a), (Depdiknas, 2008) Tersedia :http://www.bpgdisdik-jbar.net/materi/PS-1203-15.pdf. Diakses pada 13/09/2012, h. 21.

10 Nuryani Y. Rustaman, “Pengembangan Model Pembelajaran MIPA,”

Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA dan Implementasinya pada Pelaksanaan KBK, FPMIPA IKIP PGRI Semarang, h. 2.

11

Putu Budi Adnyana, Penggunaan Suplemen Bahan Ajar Biologi Berorientasi Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Penalaran, dan Keterampilan Inkuiri Siswa SMP, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 3, 2007, h. 655.

12

(18)

inkuiri sebagai sebuah strategi instruksional yang menjanjikan, jika biasa dilakukan di ruang kelas.13 Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Selain itu, kurikulum biologi yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri terdapat proses-proses mental yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data serta menarik kesimpulan.14

Henrichsen & Jarrett seperti dikutip Zulfiani menyatakan bahwa pada pembelajaran IPA, “inkuiri merupakan esensi kegiatan ilmiah dan merupakan suatu strategi pengajaran dan pembelajaran sains”.15 Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara dalam membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa inkuiri memberikan pengaruh baik dalam pembelajaran, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Soetjipto (1996), menyatakan bahwa inkuiri banyak dilakukan oleh guru-guru sekolah di Victoria, Australia. Temuan yang lain menyatakan bahwa

penggunaan inkuiri ini ternyata dapat meningkatkan rasa keingintahuan siswa

13

Todd Campbell, et.all., Development Of Instruments To Assess Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experiences In Science Classroom, Journal Science Teacher Education, 2010, p. 27.

14

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 76. 15

(19)

akan topik yang diteliti, meningkatkan kerja sama kelompok dan mendorong siswa menjadi pemecah masalah yang independen (independent problem solvers).16

Selain itu, penelitian tentang inkuiri juga banyak dilakukan dalam penyusunan skripsi untuk mengetahui pengaruh penggunaan inkuiri terhadap hasil belajar dan keterampilan proses sains. Di antaranya, Siti Aisyah (2010) yang menunjukkan bahwa pembelajaran model inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.17 Penelitian lain yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa

pembelajaran inkuiri tidak hanya berpengaruh terhadap hasil belajar saja melainkan keterampilan proses sains, diantaranya hasil penelitian Nunung Nurjanah (2010) yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan proses sains.18 Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Naeli Zakiyah (2011) bahwa dalam penerapan pendekatan inkuiri terstruktur memberikan pengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa.19

Jika ditinjau dari beberapa teori di atas serta hasil penelitian yang telah dilakukan, begitu besar pengaruh positif yang dapat dihasilkan dari aplikasi pendekatan inkuiri tersebut. Kemudian pendekatan inkuiri dengan kelebihan-kelebihannya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga dapat membuktikan bahwa begitu pentingnya inkuiri dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan survai awal peneliti yang dilakukan di MAN Se-Jakarta Selatan menunjukkan bahwa beberapa guru belum mengenal inkuiri.

16

Budi Eko Soetjipto, dkk., Penyusunan Video Pembelajaran Inovatif Untuk IPS SD dengan Model Inkuiri, Jigsaw, Group Investigation, TGT dan STAD, Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 20, No. 1, April 2010, h. 69.

17

Siti Aisyah, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”,

Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan, h. 56.

18 Nunung Nurjanah, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Proses Sains pada Konsep Kalor”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan, h. 68.

19

(20)

Walaupun mungkin secara tidak langsung guru sudah pernah menerapkannya. Selain itu, kelengkapan fasilitas pendukung dalam melakukan eksperimen pun menjadi salah satu alasan mengapa guru jarang melakukan penyelidikan, dan sistem pembelajaran yang digunakan beberapa sekolah berupa SKS (Sistem Kredit Semester) yang menuntut guru menyampaikan materi secara cepat dan padat sehingga guru tidak sempat melakukan kegiatan-kegiatan praktikum ataupun bereksperimen.

Berdasarkan kondisi beberapa MA di Jakarta Selatan seperti dipaparkan

di atas, maka peneliti berminat melakukan kajian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan inkuiri di beberapa sekolah. Dari penelitian ini diharapkan lahir data otentik mengenai penerapan pendekatan inkuiri dan seberapa sering guru menerapkan pendekatan tersebut, serta pendekatan pembelajaran inkuiri apa yang pernah dilakukan.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Penggunaan Pendekatan Inkuiri Pada Pembelajaran Biologi (Penelitian Deskriptif di MAN Se-Jakarta Selatan)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru.

2. Guru hanya memberikan banyak materi dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kebiasaan berpikir.

3. Pelajaran biologi yang membosankan, membuat siswa cenderung sulit dalam memahaminya.

4. Minimnya pengetahuan guru mengenai pembelajaran yang berbasis inkuiri.

5. Kurangnya kelengkapan fasilitas praktikum menjadi hambatan bagi guru dalam melaksanakan praktikum.

(21)

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan inkuiri yang diteliti adalah pendekatan inkuiri yang digunakan di MAN Se-Jakarta Selatan yakni MAN 4, MAN 7, MAN 11, MAN 13, MAN 19 dan MA Pembangunan UIN.

2. Pendekatan inkuiri yang akan diteliti hanya kelas XI IPA.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah:

”Bagaimana penggunaan pendekatan inkuiri pada pembelajaran biologi di MAN Se-Jakarta Selatan?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan pendekatan inkuiri yang diterapkan di MAN Se-Jakarta Selatan.

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi guru, memberikan masukan untuk lebih baik dalam menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran seperti pendekatan pembelajaran inkuiri. 2. Bagi sekolah, memberikan masukan untuk lebih menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat dengan mudah menerapkan pendekatan pembelajaran yang sedang berkembang.

3. Bagi pembuat kebijakan, data dasar penggunaan inkuiri oleh guru biologi di Jakarta Selatan dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan

pembelajaran biologi khususnya di MA.

(22)

9 A.Kajian Teoretis

1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, kemampuan guru dalam menguasai pendekatan pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.1 Dalam menyampaikan suatu materi pelajaran guru harus pandai dalam menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, sebelum menggunakannya sebaiknya guru mengenali setiap karakter yang dimiliki

siswa sehingga guru mengetahui pendekatan apa yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Menurut Rusman pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai

titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.2 Berhasilnya suatu proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru. Kemampuan guru dalam menguasai kelas merupakan salah satu keberhasilan dalam pembelajaran, untuk itu guru harus dapat mengenali segala kemampuan siswa serta mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran dengan mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

Selain itu, Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam

1

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 91.

2

(23)

pengolahan pesan sehingga tercapai tujuan belajar.3 Semua kemampuan yang dimiliki siswa akan berkembang jika guru mampu melakukan pendekatan-pendekatan yang dapat memberikan dorongan dalam mengatasi berbagai masalah dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

La Iru dan La Ode mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara umum dalam memandang permasalahan atau cara pandang guru terhadap pembelajaran.4 Misalnya pendekatan siswa aktif memandang

pembelajaran akan terjadi apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dengan menerapkan pendekatan tersebut guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif dalam memahami berbagai kompleksitas masalah pembelajaran.

b. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran

Menurut Rustaman, dkk., pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi antara lain:5

1. Pendekatan Tujuan Pembelajaran

Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Dengan adanya pendekatan tersebut maka semua komponen pembelajaran ditata dan diarahkan demi tercapainya suatu tujuan.

2. Pendekatan Konsep

Pada pendekatan ini siswa dibimbing untuk memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.

3. Pendekatan Lingkungan

Pendekatan yang mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dan menjadikannya sebagai sumber belajar untuk memahami

materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

3

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 185. 4

La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2012), h. 3.

5

(24)

4. Pendekatan Inkuiri

Pada pendekatan ini siswa dituntut untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian. Sementara itu, guru merencanakan situasi sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat

ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman. 5. Pendekatan Penemuan

Pendekatan penemuan merupakan pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah.

6. Pendekatan Proses

Pada pendekatan ini, tujuan utamanya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.

7. Pendekatan Interaktif

Pendekatan dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.

8. Pendekatan Pemecahan Masalah

Pendekatan pemecahan masalah berawal dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini terdapat dua versi. Versi yang pertama siswa menerima saran tentang

(25)

9. Pendekatan Sains-Teknologi dan Masyarakat

Pendekatan ini menegaskan bahwa dalam pembelajaran sains siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan bagaimana teknologi itu berperan di masyarakat.

10.Pendekatan Terpadu

Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang

dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain.

Berdasarkan La iru dan La ode pendekatan pembelajaran terdiri dari beberapa bagian diantaranya:6

1. Pendekatan Induktif

Merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penalaran dari khusus ke umum.

2. Pendekatan Deduktif

Merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus.

3. Pendekatan Pemecahan Masalah Sosial

Merupakan pendekatan pembelajaran yang berangkat dari kompleksitas masalah-masalah sosial. Dimana siswa diharapkan dapat menemukan dan mengatasi masalah keragaman sosial sehingga dalam pembelajaran terjadi interaksi dalam menyelesaikan perbedaan masalah-masalah yang ada.

4. Pendekatan Inkuiri

Merupakan pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu seperti

6

(26)

merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

Menurut Zulfiani, dkk., pendekatan pembelajaran terdiri dari :7 1. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan secara langsung menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada siswa

unruk mencari tahu bagaimana konsep itu diperoleh. Dalam hal ini guru lebih banyak berperan dari pada siswa.

2. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam keterampilan proses seperti proses penemuan atau penyusunan suatu konsep.

3. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir siswa dari umum ke khusus.

4. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir siswa berlangsung dari keadaan khusus ke keadaaan umum.

5. Pendekatan Ekspositori

Pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran, dimana guru lebih aktif daripada siswa dalam memberikan informasi, menjelaskan

suatu konsep, dan kegiatan lainnya. 6. Pendekatan Heuristik

7

(27)

Pendekatan heuristik merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan menggunakan data tersebut.

7. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang menerapkan konsep belajar dengan mengaitkan materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan

penerapan kehidupan mereka.

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zaini, ada beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat membantu guru dalam memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya:8

1. Pendekatan Individual

Pendekatan individual merupakan pendekatan yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi perbedaan karakter yang terdapat pada setiap peserta didik secara individual. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan ini, karena kesulitan belajar siswa lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat diperlukan pendekatan kelompok.

2. Pendekatan Kelompok

Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang digunakan guru untuk mengembangkan sikap sosial peserta didik serta dapat mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. 3. Pendekatan Bervariasi

Pendekatan bervariasi merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Maka dengan itu, pendekatan

8

(28)

bervariasi dapat dijadikan sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

4. Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan didasari tindakan, sikap dan perbuatan yang bernilai pendidikan, sehingga peserta didik dapat menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.

5. Pendekatan Keagamaan

Pendekatan keagamaan merupakan pendekatan yang berasaskan keagamaan dimana dalam penerapannya guru menyisipkan pesan-pesan keagamaan terutama pada mata pelajaran umum.

6. Pendekatan Kebermaknaan

Pendekatan kebermaknaan merupakan pendekatan yang digunakan guru untuk memaknai sebuah konsep belajar sehingga siswa merasa bahwa konsep tersebut sangat penting dan bermakna bagi somebody for information about something, ‘request for information about

something; investigation’ atau ‘act of asking questions or collecting information about something or somebody’. Jadi, inkuiri diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang

diajukan.9

Pembelajaran inkuiri biologi pada mulanya dikembangkan oleh Schwab tahun 1965 yang termuat dalam Biological Science Curriculum

9

(29)

Study (BSCS), dan membahas tentang pengembangan kurikulum dan bentuk pembelajaran biologi pada sekolah menengah.10 Dimana siswa diajak terlibat dalam proses ilmiah, mengumpulkan dan menganalisis data, menguji hipotesis dan teori, dan merefleksikan hakekat pembentukkan pengetahuan.

Pendekatan inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki alam sekitar secara kritis sehingga mereka dapat merumuskan

penemuan dengan penuh percaya diri.11 Pada pendekatan inkuiri siswa terlibat langsung secara aktif, sehingga semua kemampuan yang dimiliki mereka digunakan dalam melakukan sebuah penyelidikan.

Pembelajaran inkuiri adalah belajar mencari dan menemukan sendiri, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, melainkan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.12 Pada inkuiri guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang pengetahuan yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang diberikan serta menghubungkannya dengan kehidupan nyata.

Esensi dari pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan seperti halnya para peneliti biologi melakukan penelitian. Sedangkan prosedurnya adalah melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah yang sebenarnya. Dengan cara melibatkan dalam penelitian, membantu siswa mengidentifikasi konsep atau metode dan mendorong siswa menemukan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

10

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Cet Ke-2, h. 67.

11

Kitri Nur Indah Sari, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar Purbalingga,Jurnal Kependidikan Dasar, 1, 2010, h. 88.

12

(30)

Menurut Alan Colburn penyelidikan berbasis inkuiri adalah kreasi kelas, dimana siswa terlibat didalamnya, berpusat pada siswa dan kegiatan berupa praktikum.13 Pembelajaran inkuiri ini memang diharapkan dapat merubah pola pikir siswa dimana guru menganggap bahwa siswa merupakan subjek dan objek yang telah memiliki ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan dan kecakapan siswa lebih jauh dapat menumbuhkan motivasi instrinsik, karena siswa merasa puas atas kerjanya sendiri.

Menurut Alberta, inkuiri adalah proses dinamis yang terbuka

mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dianggap bingung dan digunakan untuk mengetahui dan memahami dunia.14 Sedangkan, pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebuah proses dimana siswa terlibat dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan kemudian membentuk pemahaman baru, makna dan pengetahuan. Pengetahuan baru yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk mengembangkan solusi atau untuk mendukung posisi atau poin-poin apa yang dilihat. Pengetahuan ini biasanya disajikan kepada orang lain dan mungkin mengakibatkan semacam aksi. 15

National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan

inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil.16

Inkuiri adalah kegiatan yang diawali dengan suatu pengamatan, kemudian berkembang untuk memahami suatu konsep atau fenomena yang

13

Alan Colburn, An Inquiry Primer, Science Scope March 2000, (http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60-primer.pdf.) Diakses pada 24/9/2012, h. 42.

14

Alberta, Focus On Inquiry: A Teacher’s Guide To Implementing Inquiry-Based Learnin

(Alberta learning, Alberta, Canada, 2004) Tersedia: (http://education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf.) Diakses tanggal 24/9/2012, h. 1.

15 Ibid. 16

(31)

menggunakan keterampilan berpikir kritis.17 Dalam pengertian lebih luas, disini siswa ingin mengetahui apa yang sedang terjadi dengan cara mencari tahu sendiri sesuai kemampuan dan kreatifitas berpikir kritisnya untuk membandingkan berbagai hal yang ditemukannya. Inkuiri memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa, cara ini dapat memberikan dorongan siswa untuk menemukan sendiri

pengetahuannya.

Menurut Rensus Silalahi, pembelajaran berdasarkan inkuiri merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan.18 Dalam pembelajaran inkuiri siswa diajak untuk dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator menciptakan proses belajar aktif dan kreatif.

Piaget mengemukakan bahwa pendidikan yang baik mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin menggunakan simbol-simbol, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan penemuan lain, dan membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.19 Dengan begitu kemampuan yang telah dimiliki siswa dapat terasah dan berkembang serta siswa mendapatkan pengalaman yang bermakna ketika melakukan sendiri penyelidikan sehingga pembelajaran akan mudah diingat.

17

Florentina Widihastrini, Peningkatan Kemampuan Penemuan Sumber Bahan Pada Mata Kuliah Pendidikan Keterampilan Melalui Pendekatan Inkuiri, Jurnal Kependidikan, 2, 2009, h. 112.

18

Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus, 2, 2011, h. 135.

19

(32)

Proses belajar mengajar yang lebih menekankan siswa dalam menemukan masalah akan membuat siswa terbiasa dalam menghadapi suatu masalah. Mereka akan mencari tahu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut sehingga menemukan jalan keluar yang tepat dengan pemikiran-pemikiran yang kritis dan logis.

Sedangkan menurut Suchman dalam Trianto mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri itu dengan mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya, mengidentifikasi

komponen-komponen yang berada disekeliling kondisi tersebut, merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut, memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya”

atau “tidak”, dan membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.20 Pada intinya pendekatan inkuiri adalah memberi pembelajaran pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata dengan menggunakan teknik yang diterapkan oleh seorang peneliti. Dalam pembelajaran inkuiri, berarti para guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja seperti seorang peneliti dengan menggunakan prosedur penelitian/investigasi, dan menyiapkan kerangka berfikir, hipotesis, dan penjelasan yang kompatibel dengan pengalaman pada dunia nyata.21

Kegiatan pembelajaran inkuiri ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan-kemampuan dalam menggunakan keterampilan proses antara lain mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulan data, mengolah data, mengevaluasi hasil, dan mengkomunikasikan temuannya kepada orang lain dengan berbagai cara.

Selain itu, pembelajaran inkuiri juga menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan

20

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), cet. I. h. 139.

21

(33)

memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

b. Karakteristik Pendekatan Inkuiri

Menurut Kusian dan Stone dalam Simeon, ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pendekatan inkuiri:22

1. Menggunakan proses IPA

2. Waktu tidak menjadi masalah, tidak ada keharusan untuk

menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu.

3. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui terlebih dahulu. 4. Siswa berhasrat sekali untuk menemukan pemecahan masalah. 5. Proses belajar mengajar berpusat pada pertanyaan.

6. Suatu masalah ditemukan dan dipersempit, hingga terlihat ada kemungkinan masalah ini dapat dipecahkan oleh siswa.

7. Hipotesis dirumuskan oleh siswa-siswa yang membimbing penyelidikan.

8. Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan menggunakan sumber-sumber lain.

9. Semua usul tersebut dinilai bersama.

10.Para siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipoteis. 11.Para siswa mengolah data dan sampai pada kesimpulan sementara.

Dengan demikian, dalam inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Menurut Hinrichsen & Jarrett dalam program Report The Northwest

Regional Educational Laboratory menyatakan terdapat 4 karakter inkuiri, yaitu :23

22

(34)

1) Koneksi Pada tahap ini:

a) Siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep komunitas sains.

b) Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomena.

c) Guru mendorong untuk mendiskusikan dan menjelaskan pemahaman mereka bagaimana suatu fenomena bekerja, menggunakan contoh dari pengalaman pribadi, menemukan

hubungan dengan literatur.

d) Proses koneksi melalui : konsiliasi, pertanyaan, dan observasi. 2) Desain

Pada tahap ini :

a) Proses melalui prosedur materi

b) Siswa membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakna yang ditujukan pada pertanyaan.

c) Siswa berperan aktif mendiskusikan prosedur, persiapan materi, menentukan variabel kontrol, pengukuran.

d) Guru memantau ketepatan aktivitas siswa. 3) Investigasi

Pada tahap ini:

a) proses melalui koleksi dan mempresentasikan data.

b) siswa dapat membaca data secara akurat, mengorganisasi data dalam cara yang logis dan bermakna, dan memperjelas hasil penyelidikan.

4) Membangun pengetahuan Pada tahap ini:

a) Proses melalui refleksi-konstruksi-prediksi.

b) Konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih bermakna dan mampu berpikir kritis.

23

(35)

c) Siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang mengembangkan inferensi, generalisasi, dan prediksi.

d) Guru melakukan sharing pemahaman siswa.

Menurut Alberta Learning, inkuiri memiliki karakteristik diantaranya :24 1) Inkuiri adalah sebuah bentuk dari masalah-masalah otentik (kehidupan

nyata) dalam konteks kurikulum dan atau masyarakat. 2) Inkuiri mengkapitalisasi pada rasa ingin tahu siswa.

3) Data dan informasi secara aktif digunakan, menginterpretasikan, menyaring, mencerna dan membahasnya.

4) Guru, siswa dan guru-pustakawan berkolaborasi.

5) Komunitas dan masyarakat dihubungkan dengan inkuiri. 6) Guru mencontohkan perilaku inkuiri.

7) Guru menggunakan bahasa inkuiri yang sedang berlangsung. 8) Siswa berperan dalam pembelajaran mereka.

9) Guru memfasilitasi proses pengumpulan dan menyajikan informasi. 10) Para guru dan siswa menggunakan teknologi untuk mendukung

penyelidikan.

11) Guru mencakup penyelidikan baik sebagai konten dan pedagogik. 12) Para guru dan siswa berinteraksi lebih sering dan lebih aktif dari

pembelajaran biasa.

13) Terdapat identifikasi waktu untuk pembelajaran inkuiri.

c. Macam-macam Pendekatan Inkuiri

Menurut Alan Colburn pembelajaran inkuiri terdiri dari:

1) Stuctured Inquiry, dimana guru memberikan siswa sebuah masalah untuk diselidiki, serta prosedur, dan bahan-bahan, tetapi tidak memberitahu mereka tentang hasil yang diharapkan. Siswa dapat menemukan variabel atau generalisasi dari data yang dikumpulkan. Jenis penyelidikan ini serupa dengan buku kegiatan masak, meskipun

24

(36)

kegiatan masak umumnya lebih terarah dari pada kegiatan inkuiri terstruktur tentang apa yang siswa amati dan data mereka untuk dikumpulkan.

2) Guided Inquiry, guru hanya menyediakan bahan dan masalah untuk diselidiki. Siswa menyusun prosedur mereka sendiri untuk memecahkan masalah.

3) Inquiry Open-ended, pendekatan ini mirip dengan inkuiri terbimbing, dengan tambahan bahwa siswa juga merumuskan masalah mereka

sendiri untuk diselidiki. Inkuiri terbuka, dalam banyak hal adalah sejalan dalam melakukan penyelidikan. kegiatan peduli sains sering dicontohkan dengan inkuiri terbuka.

4) Learning Cycle, siswa terlibat dalam kegiatan yang memperkenalkan konsep baru. Guru kemudian memberikan nama resmi pada sebuah konsep. siswa menentukan konsep dengan menerapkannya dalam konteks yang berbeda.25

Dalam Standard For Science Teacher Preparation (1998) dalam Zulfiani, dkk. Terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni :26

1) Discovery/Structured Inquiry

Pada tingkatan ini, guru mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.

2) Guided Inquiry

Pada tingkatan ini, guru mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah.

3) Open Inquiry

Pada tingkatan ini, guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

25

Colburn, loc.cit. 26

(37)

Staver dan Bay (1987) membedakan tiga jenis inkuiri yaitu:27 1) Inkuiri terstruktur

Dalam Inquiry Structured (SI) guru menyediakan sebuah masalah untuk diselidiki, serta prosedur dan bahan, tetapi guru tidak memberitahu hasil akhir kepada siswa. Inkuiri ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep, keterampilan proses dan metode penyelidikan yang membimbing siswa dalam penemuan khusus guna mendapatkan pengalaman dan siswa terbiasa dalam mengembangkan keterampilan

secara ilmiah. 2) Inkuiri Terbimbing

Dalam Inquiry Guided (GI) guru memberikan materi dan isu-isu, yang berfungsi sebagai investigasi, tetapi peserta didik merancang prosedur mereka sendiri untuk memecahkan masalah. Inkuiri terbimbing digunakan untuk menantang pemahaman konseptual dan keterampilan siswa, mengembangkan kreativitas, dan untuk menemukan pemahaman yang lebih dalam dan lebih luas dari siswa, serta untuk memperoleh beberapa keterampilan dalam melakukan penelitian.

3) Inkuiri Terbuka

Inkuiri terbuka membutuhkan peserta didik untuk merumuskan masalah mereka sendiri, mengembangkan prosedur, menyelidiki dan memecahkan masalah. Tujuan dari inkuiri terbuka adalah untuk menghasilkan pertanyaan, mengembangkan kreativitas dalam menjawab pertanyaan secara mandiri, menarik kesimpulan berdasarkan bukti, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, menemukan lebih dalam dan pemahaman yang lebih luas tentang subjek, dan untuk

merefleksikan pembelajaran.

27

Susan Vajoczki, et.al., Inquiry Learning: Level, Discipline, Class Size, What Matters?,

(38)

Dalam penerapannya dibidang pendidikan, ada beberapa jenis pendekatan inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge bahwa pendekatan inkuiri terdiri dari:28

1) Inkuiri terbimbing (Guide inquiry)

Inkuiri terbimbing digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan inkuiri. Siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk-petunjuk ini biasanya berupa pertanyaan yang sifatnya membimbing.

2) Inkuiri bebas (Free inquiry)

Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Namun kenyataannya inkuiri bebas yang murni sukar diterapkan pada siswa sebab pada umumnya siswa sewaktu-waktu masih memerlukan bimbingan guru.

3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)

Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Adapun dalam Willoughby (2005) jenis pembelajaran inkuiri dinyatakan sebagai berikut:29

1) Inkuiri terstruktur

Siswa mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan kegiatan hands-on dengan sempurna.

2) Inkuiri terbimbing

Siswa mengembangkan cara kerja untuk menyelidiki pertanyaan yang dipilih/diberikan guru.

(39)

Siswa menurunkan pertanyaan tentang topik yang dipilih guru dan merencanakan sendiri penyelidikannya.

d. Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.

1) Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf.

2) Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan adanya tindakan fisik memungkinkan dapat mengembangkan daya pikir, dan menghasilkan gagasan-gagasan atau ide-ide.

3) Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan

oranglain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturannya sendiri. Dalam hal ini anak akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan akan memunculkan kesadaran bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya.

4) Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Anak dituntut untuk memperbarui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai.30

30

(40)

Menurut Masnur Muchlis, Prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri sebagai berikut :31

1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.

2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih baik apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data-data yang ditemukan sendiri oleh siswa.

3) Siklus inkuiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan membuat kesimpulan.

4) Langkah-langkah kegiatan inkuiri : a) Merumuskan masalah.

b) Mengamati atau melakukan observasi.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, dan tabel.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru dan lainnya).

e. Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri

Menurut Gulo sebagai mana dikutip oleh Trianto menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut :32

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dilaksanakan ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan kejelasan sebuah pertanyaan maka pertanyaan tersebut ditulis di papan tulis dan dibacakan ulang, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan atau ide yang

31

Masnur Muchlis, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), cet. Ke 6, h. 45.

32

(41)

kemungkinan besar akan menjadi hipotesis. Dari semua gagasan yang ada kemudian dipilihlah salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3) Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun dalam pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matriks atau grafik.

4) Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan

dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam

menguji hipotesis adalah pemikiran “benar“ atau „„salah“. Setelah

memperoleh kesimpulan dari data percobaan maka siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila hipotesis yang dihasilkan salah atau ditolak, maka siswa harus menjelaskan alasannya sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan.

5) Membuat kesimpulan

Langkah selanjutnya dalam pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh siswa dan langkah ini merupakan langkah penutup dalam pembelajaran inkuiri.

Menurut Florentina langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut:33

1. Merumuskan masalah

2. Mengumpulkan data melalui observasi

3. Menganalisis hasil temuan dan menyajikan hasil karya 4. Mengkomunikasikan hasil penemuan pada diskusi kelas

Menurut Sanjaya, secara umum proses pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :

1) Orientasi

33

(42)

Langkah orientasi adalah langkah penting dimana guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa dalam memecahkan sebuah masalah dengan mencari jawaban yang tepat. Melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Pada pembelajaran inkuiri siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis). Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, guru mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis

Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus

(43)

Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. 34

Menurut Syamsu Yusuf, dkk. Inkuiri terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:35

1) Membina suasana yang responsif

Guru menjelaskan arti dan proses inkuiri. Guru mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban siswa untuk terlibat.

2) Mengemukakan permasalahan untuk inkuiri

Guru mengemukakan permasalahan melalui cerita, film, gambar dan sebagainya. Dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kearah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan. Bila masalah telah terumuskan dengan jelas, siswa dalam hal ini, beraktivitas dalam bentuk bertanya, menjawab, menyimak, menganalisis, dan memutuskan.

3) Pertanyaan-pertanyaan siswa

Siswa mengajukan pertanyaan yang sifatnya mencari atau mengajukan informasi berdasarkan data yang sesuai dengan masalah yang diajukan. 4) Merumuskan hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diperkirakan akan menjawab permasalahan, dan nantinya akan diuji pada saat pengujian berlangsung. Guru membantu dan mengarahkan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing siswa untuk berpikir.

5) Menguji hipotesis

Guru mengajukan pertanyaan yang sifatnya meminta data, informasi dan alasan pembuktian. Dengan sendirinya, siswa menjawab dan memberikan data pembuktian yang sebenarnya.

6) Pengambilan kesimpulan

Langkah ini dilakukan guru bersama siswa.

34

Sanjaya, op.cit., h. 201. 35

(44)

f. Keunggulan Pendekatan Inkuiri

Menurut Roestiyah, pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut :

1) Dapat membentuk dan mengembangkan“self-consept“ pada diri siswa,

sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan siswa memiliki ide-ide yang lebih baik.

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi dan proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5) Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.

6) Situasi proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9) Guru dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.

10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.36

Menurut Sanjaya, keunggulan pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut : 37

1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna. 2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar

mereka.

(45)

4) Melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Menurut Jerome Bruner dalam Tarigan mengemukakan bahwa pendekatan inkuiri memberikan hal positif bagi perkembangan pendidikan diantaranya:38

1. Meningkatkan potensial intelektual siswa, karena dengan pendekatan

ini siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan hal-hal yang berhubungan dengan pengalamannya sendiri.

2. Siswa dapat memperoleh kepuasan intelektual tersendiri, karena siswa telah berhasil dalam penemuannya.

3. Siswa dapat belajar bagaimana melakukan penemuan.

4. Belajar melalui pendekatan inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan atau materi yang dipelajari melalui inkuiri akan lebih lama diingat.

g. Kelemahan Pendekatan Inkuiri

Menurut Budi Eko Sutjipto yang dikutip oleh Sitti Aisyah menyatakan bahwa kelemahan dari pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :39

1) Memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku.

2) Tidak bisa digunakan pada semua bidang mata pelajaran. 3) Siswa lebih suka dengan metode tradisional.

4) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.

Inkuiri sebagai salah satu pendekatan pembelajaran di samping memiliki banyak keunggulan juga memiliki kelemahan, diantaranya:40

38

Taringan, op.cit., h. 39.

39 Sitti Aisyah, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h. 20, tidak dipublikasikan.

40

(46)

1) Jika inkuiri digunakan sebagai pendekatan pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Pendekatan ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

1. Campbell, dkk. dalam artikel yang berjudul Development of Instruments to Asses Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experiences in Science

Classrooms, memaparkan bahwa instrumen yang dikembangkan bertujuan

dalam menjelaskan hasil observasi pelaksanaan inkuiri di dalam kelas dengan hasil wawancara guru dan siswa.

2. Vajoczki, dkk. dalam artikel yang berjudul Inquiry Learning: Level, Disipline, Class Size, What Matters?, menyimpulkan bahwa nilai inkuiri bervariasi secara signifikan jika diterapkan pada beberapa level, departemen dan kelas. Inkuiri lebih cenderung diterapkan di kelas kecil, dan terdapat perbedaan antara penerapan inkuiri terstruktur, terbimbing, dan terbuka. Inkuiri yang lebih sering diterapkan adalah inkuiri terstruktur. 3. Witarsa, dalam artikel yang berjudul Analisis Kemampuan Inkuiri Guru

(47)

kelompok (tersertifikasi portofolio, tersertifikasi diklat, dan belum tersertifikasi) kurang.

C.Kerangka Berpikir

Pembelajaran inkuiri merupakan belajar mencari dan menemukan sendiri, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, melainkan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Pada inkuiri guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang pengetahuan yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang diberikan serta menghubungkannya dengan kehidupan nyata.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi ke Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan izin penelitian dan informasi mengenai penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri di sekolah tersebut. Dalam prakteknya, peneliti menyebar instrumen penelitian pada siswa dan guru bidang studi biologi yang menjadi objek penelitian.

(48)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah MAN 4, MAN 7, MAN 11, MAN 13, MAN 19 dan MA Pembangunan UIN Jakarta. Dan waktu penelitian dilaksanakan padabulan Oktober - November semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

B. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survai. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.1 Jadi, dalam penelitian ini tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Pendekatannya sendiri peneliti menggunakan pendekatan survai yakni pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang

populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil.2 Selain itu, survai juga ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang

karakteristik populasi atau dalam pendidikan biasanya siswa dan guru serta perkembangan-perkembangan di sekolah.

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, h. 72.

2

Gambar

Tabel 4.1 Skor Penggunaan Inkuiri Guru dalam Pembelajaran Biologi  ............
Gambar 4.4 Data Rekapitulasi Inkuiri  ..............................................................
Tabel 4.1. Skor Penggunaan Inkuiri Guru dalam Pembelajaran Biologi
Tabel 4.2. Jawaban Kuesioner Inkuiri Terstruktur Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

biaya dan manfaat dari investigasi varian ini kemudian akan dipakai oleh manajemen atas untuk menganalisis kinerja DM yang bertanggung jawab atas varian

Dengan demikian, simulasi V dapat digunakan untuk memperkirakan produksi enam bulan ke depan dengan prediktor data umur tanaman, pemupukan, dan penyinaran matahari pada 18

perilaku disiplin, tanggung jawab dan kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni 2.4 Menunjukkan kemampuan bekerjasama dan berinteraksi dengan menggunakan

dukungan sosial yang diterima dari teman sebaya mereka di sekolah.. berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,

perpustakaan perpustakaan secara bertahap dapat mengejar ketinggalannya dari perpustakaan-perpustakaan yang lebih maju dan lebih modern serta dapat mengoptimalkan

Penelitian ini menghasilkan data bahwa proses Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Dzikir Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Bagi Seorang Tahanan Kasus Pencurian Di

Data tersebut antara lain data diameter, tinggi bebas cabang (Tbc), tinggi total (Ttot), dan berat basah batang, cabang, dan daun untuk selanjutnya dianalisis di

Relative Strength Index Indicator give a signal consolidations momentum at overbought oscillator, The Index has pulled back at upper Bollinger bands and signaling a