PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI BAMBU
APUS JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Mira Humaira Azalia
NIM : 109052000008
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Mira Humaira Azalia NIM : 109052000008
Pembimbing :
Dr. Suparto, S.Ag, M.Ed NIP. 19710330 199803 1 004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Mei 2014
i
Mira Humaira Azalia
Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur.
Peran Bimbingan Rohani Islam dalam mengatasai perilaku menyimpang di kalangan remaja, sangat penting dalam menumbuhkan nilai-nilai keagamaan terhadap remaja agar bertindak sesuai dengan petunjuk agama Islam. Di era globalisasi ini yang berperilaku menyimpang sangat marak terjadi di kalangan remaja, maka akan berdampak besar bagi kehidupan bangsa kita. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan rohani Islam terhadap remaja yang berperilaku menyimpang agar mereka dapat mengetahui mana perkara-perkara yang diharamkan dalam agama dan mana yang diperbolehkan.
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang pembimbing rohani Islam dan 5 orang remaja yang berperilaku menyimpang dengan kasus yang berbeda-beda diantaranya kasus pengeroyokan dan kasus penyalahgunaan narkoba.
Dari hasil analisis bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur diketahui bahwa peran bimbingan rohani
Islam adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada klien dengan
menjalankan fungsi preventif, kuratif, preservatif dan developmental agar kondisi psikologis dan kondisi sosial remaja dapat tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat. Selain itu, remaja dapat menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas, berakhlak mulia, serta menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap remaja yang berperilaku menyimpang yang dapat menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung.
Kata Kunci: Bimbingan, Rohani, Islam, Perilaku, Menyimpang.
ii
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT. Dialah sumber tempat bersandar, Dialah sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya. Sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul: “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
Bambu Apus Jakarta Timur.”
Shalawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang
telah membuka pintu keimanan yang bertauhidan kebahagiaan, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang
dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.
Setulusnya dari hati yang paling dalam penulis menyadari, bahwa suksesnya penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Drs. RHE. Ghazali Thoyib (Alm) dan Ibunda Hj. Ida
iii skripsi ini, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Bapak Dr. Suparto, S.Ag, M.Ed selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan masukan, ilmu dan motivasi selama penulis
mengerjakan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bapak Drs. Sigiharto, MA selaku
Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan tenaga dan pikirannya untuk mendidik penulis. Semoga do’a dan didikannya menjadi berkah dan dapat menuntun penulis untuk memasuki kehidupan yang lebih baik.
5. Segenap pengelola Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan pelayanan, fasilitas kepada penulis dalam mencari literatur pustaka.
6. Seluruh karyawan, Pembina Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yang
iv
7. Ibu Dewi Kania dan Ibu Nova yang telah meluangkan waktu, sehingga
penyusunan skripsi ini berjalan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
8. Teristimewa Suami tercinta H. Fuad Ubaidillah, Lc yang dengan tulus dan ikhlas mencurahkan perhatian, kasih sayang, doa dan dukungan moril maupun materil yang senantiasa mengiringi penulis.
9. Semua saudara penulis, Lia Hafiliani, S.Pd.I dan H. Asep Supriadi, Lc, MA., Meliani Thoyib, S.Pd.I dan Ismatullah, SE., Nadiana Fikriani dan
H. Aom Romli, Lc., Ria Rizki Amalia, SH.I., dan H. Abdul Ghofur, Lc. yang telah membantu dengan doa dan materi serta memberikan motivasi kepada penulis.
10.Kepada teman-teman satu kelas BPI angkatan 2009 yang selalu memberikan kenangan yang tak terlupakan yaitu: Kantata Anita Maharani, Sri Yulianah, Abir, Sri Hesty Hardiyati, Dini Hayati Nufus,
Dede Iskandar, Andrian Saputra, Yofie Novera, Muhammad Hari dan Zainal Abidin, terima kasih semuanya kawan atas motivasi dan
doa-doanya, semangat terus Perisai 09 ku.
Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun materiil, penulis panjatkan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan imbalan
v bagi penulis dan semua pihak. Aamiin..
Jakarta, Mei 2014 M 05 Rajab 1435 H
vi
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Tinjauan Pustaka ... 10
E. Metodologi Penelitian ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Teori Peran ... 20
1. Peran ... 20
2. Pengertian Bimbingan Rohani Islam ... 22
3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam... 25
4. Metode Bimbingan Rohani Islam ... 27
B. Akhlak ... 31
1. Pengertian Akhlak ... 31
2. Macam-macam Akhlak ... 33
vii
5. Faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak .... 39
C. Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja ... 40
1. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 41
2. Bentuk Perilaku Menyimpang... 43
3. Faktor Penyebab berperilaku menyimpang ... 43
4. Langkah-langkah Dasar Pencegahan Perilaku Menyimpang ... 46
D. Penyalahgunaan Narkoba sebagai Bentuk Perilaku Menyimpang………... 49
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA A. Sejarah Berdirinya ... 53
B. Visi dan Misi ... 56
C. Maksud dan Tujuan ... 58
D. Tugas Pokok dan Fungsi ... 59
E. Sasaran Garapan ... 61
F. Sarana dan Prasarana... 63
G. Struktur Organisasi ... 65
H. Jadwal Kegiatan ... 66
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Informan ... 67
[image:11.595.100.512.66.638.2]viii
2. Materi Bimbingan Rohani Islam ... 70
3. Metode Bimbingan Rohani Islam ... 74 4. Media Bimbingan Rohani Islam ... 75
C. Peran Bimbingan Rohani Islam Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus. ... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, masa remaja merupakan masa dimana seseorang sedang
mencari jati dirinya dan mudah terpengaruh sehingga remaja merupakan kelompok yang rentan terlibat dalam perilaku menyimpang. Terlebih dalam era
globalisasi sebagaimana yang digambarkan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani berikut ini.
“Arus globalisasi memberi sumbangan yang cukup besar terhadap permasalahan remaja. Ketidakstabilan emosi dan kondisi pada remaja seringkali menjadikan pemahaman mereka tentang makna dari arus globalisasi salah sehingga menyebabkan perilaku yang salah arah. Akibatnya menimbulkan berbagai permasalahan pada masyarakat umumnya dan khususnya remaja antara lain perkelahian, pencurian, narkotika, bahkan pelecehan seksual sehingga seorang remaja harus berhadapan dengan hukum.”1
Uraian di atas menegaskan bahwa transparansinya peradaban dunia saat ini dapat menimbulkan multi budaya, apakah ia cenderung kearah yang positif atau sebaliknya, cenderung ke arah yang negatif. Persoalan tersebut berkembang
dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa, sesuai dengan kelompok masyarakat yang terbentuk.
Terkait dengan remaja, berbagai gejala yang melibatkan perilaku remaja
akhir-akhir ini tampak menonjol di masyarakat. “Perilaku-perilaku tersebut menonjol baik dalam bentuk kenakalan biasa maupun perilaku yang menjurus
tindak kriminal. Masyarakat pun secara langsung ataupun tidak langsung menjadi
gelisah menghadapi gejala tersebut.”2 Oleh sebab itu, seorang remaja perlu dibimbing dan diberi arahan agar tidak mengalami hambatan dari masalah-masalah yang kecil sampai pada persoalan yang besar, yang mungkin
menimbulkan tekanan-tekanan dalam perkembangannya.
Perkembangan tersebut erat kaitannya dengan pola asuh sebagaimana
dijelaskan Astuti bahwa “proses pengasuhan sangat mempengaruhi perkembangan remaja. Pola asuh yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang terus berubah akan menyebabkan remaja tersebut melakukan hal-hal yang
menyimpang.”3
Pandangan Astuti tersebut menegaskan bahwa pola asuh yang tepat
merupakan usaha preventif terhadap perubahan tingkah laku remaja. Mengingat remaja merupakan suatu periode di mana individu mengalami perubahan, baik fisik maupun mental dari seorang anak yang menjadi dewasa. Perubahan tersebut
dapat diketahui dari pembagian masa remaja bahwa “masa remaja (adolescent) dibagi menjadi dua, yaitu remaja awal dan remaja akhir, di mana perubahan tingkah laku terjadi lebih cepat pada masa awal dari pada masa akhir tersebut.”4
Pembagian masa remaja tersebut mengarahkan kita kepada pandangan bahwa pada remaja akhir seharusnya mereka telah mendapat ketenangan dalam
menghadapi masalah-masalah dibandingkan dengan masa remaja awal. Mengingat remaja umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, sebab remaja berada dalam masa transisi. Emosi remaja cenderung meninggi dan belum
2 Paulus Hadisuprapto, “Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan Remaja” Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. III (September 2004): h. 9.
3 Astuti, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Gejala Kenakalan Anak/Remaja. (Semarang: Universitas Diponegoro, 2004), h. 91.
stabil. Mereka cenderung kurang dapat menguasai diri dan tidak lagi memperhatikan keadaan sekitarnya.
Tentu kondisi perilaku dan kepribadian remaja yang demikian sangat jauh
dari yang diharapkan. Apalagi jika terjadi perilaku yang cenderung menyimpang dari nilai-nilai ajaran agama, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya. Contohnya
adalah remaja usia sekolah yang terjerumus pada pergaulan bebas atau bahkan seks bebas, pemakai dan pengedar narkoba, terlibat dalam kasus-kasus kriminal, seperti pencurian, perampokan dan pemerkosaan. Hal ini menunjukkan betapa
kondisi anak-anak remaja usia sekolah pada saat ini berada dalam masalah besar sebagai akibat dari perilaku yang menyimpang.
Perilaku menyimpang di kalangan remaja merupakan salah satu problema lama yang senantiasa muncul ditengah-tengah masyarakat. “Masalah tersebut hidup, berkembang, dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa yang sulit
untuk dicari ujung pangkalnya, sebab kenyataan perilaku menyimpang telah merusak nilai-nilai susila, agama, dan hukum.”5
Sebagai contohnya adalah penyalahgunaan narkotika. “Tidak sedikit
negara-negara di dunia, baik di negara-negara maju maupun berkembang, masalah narkotika ini merupakan problem sosial yang masing-masing negara tengah
mencari upaya untuk menanggulangi dan begitu juga dengan Indonesia.”6 Narkoba merupakan racun yang tidak hanya merusak manusia secara fisik, tetapi juga merusak jiwa dan masa depannya. Bahaya narkoba nyata terlihat pada
pemakainya bahwa “secara fisik semakin lama semakin ambruk, sedangkan
5
M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001), h. 155.
mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan pemenuhan narkoba yang semakin tinggi. Jika dia tidak menemukan narkoba maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan.”7
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh masalah narkotika sebagaimana disebutkan di atas bukan lagi merupakan masalah sosial. Fakta-fakta
menunjukkan bahwa narkotika sudah merupakan masalah nasional dan nilainya pun sejalan dengan subversif dan hampir 25% korban penyalahgunaan narkotika di Indonesia adalah remaja sebagaimana yang diungkapkan oleh Gun Gun
Siswandi berikut ini.
“Menurut data Badan Narkotika Nasional Pada tahun 2012 pengguna narkoba di Indonesia ada sekitar 4.000 orang atau sekitar 2,8% dari jumlah keseluruhan penduduk nasional, dimana 70% atau sekitar 2.800 orang merupakan pecandu dari kalangan pekerja, mulai dari karyawan perusahaan swasta, pegawai negeri (PNS) dan pegawai BUMN. Sementara sekitar 25% atau sekitar 1.000 orang merupakan pecandu narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiwa se Indonesia. Baru 5% atau sekitar 200 orang merupakan penyalahguna narkoba dari kalangan ibu rumah tangga dan lainnya.”8
Terlepas dari data tersebut, maksud dari perilaku menyimpang dengan bentuk penyalahgunaan narkoba, baik dipandang buruk atau perbuatan dosa
maupun sebagai manifestasi dari rasa tidak puas dan kegelisahan ialah perbuatan-perbuatan yang mengganggu ketenangan dan kepentingan orang lain, dan diri
sendiri. Efek dari perilaku menyimpang inilah yang akan berdampak besar bagi kehidupan bangsa kita. Karena budaya mencerminkan bangsa dan yang seperti kita ketahui bahwa remaja adalah penerus generasi bangsa yang sangat di
harapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa ini agar lebih maju dan sejahtera. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan keagamaan khususnya terhadap remaja yang berperilaku menyimpang, salah satu diantaranya adalah bimbingan rohani
Islam, karena bertujuan untuk menuntun agar mereka mengenal dan mengetahui ilmu agama lebih dalam di kehidupan sehari-hari.
Bimbingan dapat diartikan sebagai “proses bantuan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan sehingga mereka menentukan sendiri jalan hidupnya,
serta bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain.”9 Berdasarkan definisi ini bimbingan yang diberikan kepada para remaja adalah dengan
memberikan bekal ilmu akhlak, dengan itu mereka dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang dilarang, juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
Akhlak yang dimaksud di atas adalah akhlak menurut Imam al-Ghazali – sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Mubarok- yaitu ‘keadaan yang bersemayam di dalam jiwa yang menjadi sumber keluarnya tingkah laku, dengan
mudah tanpa berpikir untung ruginya.’10 Dari definisi ini jelas bahwa akhlak itu bukan perbuatan, tetapi keadaan rohani yang menjadi sumber lahirnya perbuatan.
Apabila akhlak dan tingkah lakunya baik di dalam kehidupan seseorang itu, maka dia akan memperoleh hasil yang baik pula. Perbaikan akhlak adalah merupakan diantara misi Rasulullah diatas dunia ini, untuk memperbaiki tingkah laku,
perbuatan dan kehidupan umat manusia.
9
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkasan), (Denpasar: Ghalia Indonesia, 1984), h. 17.
Definisi akhlak tersebut menyiratkan bahwa terdapat akhlak yang baik atau akhlak yang buruk. “Akhlak buruk menjadi musuh Islam yang utama karena misi Islam pertama-tama untuk membimbing manusia berakhlak mulia, untuk itu
Islam sangat memerangi akhlak yang buruk terutama terhadap orang tuanya sendiri. Misalnya seperti bohong atau dusta, takabbur, bakhil dan amarah.”11 Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw dimana beliau diutus menjadi Rosul adalah untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak manusia,
ِإ
ﱠ
َ
ُ
ِ
ْ
ُ
ُ ِ
َ
ﱢ
َ
َﻣ
َ
ِر
َم
َ ا
ْ
َ
ِق
. 12“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.13
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam Islam akhlak merupakan tolok ukur tingginya peradaban suatu masyarakat. Ketidakberdayaan
masyarakat dalam memilih perbuatan baik atau buruk untuk dilakukan telah menjadi bukti bahwa masyarakat kita sedang mengalami demoralisasi (kemerosotan moral). Kurangnya pemahaman baik tentang nilai-nilai akhlak telah
menjadikan sebagian masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang sangat berlawanan dengan norma-norma yang ada. Oleh karena itu, sangat penting
kiranya menumbuhkan nilai-nilai akhlakul karimah pada anak-anak terutama remaja agar mereka dapat bertindak sesuai dengan petunjuk agama.
Tentu memiliki akhlakul karimah tidaklah mudah sebagaimana yang
dicita-citakan. Oleh karena itu, bimbingan rohani Islam menjadi sangat penting bagi remaja dalam menumbuhkan sikap sosial dan keagamaan yang baik
11 Ahmad Mahmud Subhi, Filsafat Etika: Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intuisionalis Islam (Jakarta: Serambi, 2001), h. 30.
12 Abu Bakar Ahmad Ibn al-Husain al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi al-Kubra (Makkah: Dar Al-Baz, 1994), Jilid X, h. 191.
khususnya dalam mengatasi perilaku yang menyimpang. Melalui bimbingan rohani Islam mereka mendapat bimbingan agama dengan cara berkesinambungan, karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus bangsa Indonesia.
Sikap keberagamaan sebagaimana yang disinggung di atas merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja diluar masalah kesejahteraan. Hal ini
dikarenakan “sikap keberagamaan ini dapat mengendalikan emosi yang kerap kali muncul karena soal kesejahteraan. Jika lingkungan mendukung untuk melakukan kegiatan keberagamaan, maka sikap itu akan muncul dengan sendirinya tetapi
dapat hilang dengan sendirinya.”14
Sikap keberagamaan itulah yang menjadi salah satu fokus pembinaan di
Panti Sosial. Panti Sosial adalah “lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan
normatif secara fisik, mental dan sosial.”15
Panti Sosial sebagaimana disinggung di atas berada di bawah pengawasan Direktorat Pelayanan Sosial Anak yang melakukan program rehabilitasi untuk
anak-anak yang berhadapan dengan hukum melalui panti sosial. Di bidang perlindungan anak, Direktorat Pelayanan Sosial Anak memiliki child protection
home (rumah perlindungan sosial anak). Rumah perlindungan anak ini akan
menjadi rencana aksi nasional mengenai perlindungan anak. Sebagai contoh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP-Handayani) yang terletak di wilayah
14 Charletty Choesyana Sofat, “Pengembangan Karakter Melalui Pendidikan Keluarga: Studi Komparatif Teori al-Ghazali dan Teori Kornadt,” (Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 4.
Cipayung, Jakarta Timur. Panti Sosial ini menerima anak-anak dan remaja dari penduduk setempat yang kurang mampu, pelimpahan keluarga dan hasil sidang.
Remaja yang ada di Panti ini diberikan pendidikan serta bimbingan rohani
Islam. Karena pada masa remaja ini merupakan kesempatan yang sangat tepat untuk membentuk pengendalian agama, sehingga mereka dapat mengetahui mana
pekara-perkara yang di haramkan dalam agama dan mana yang diperbolehkan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan
remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus dalam sebuah bentuk karya ilmiah skripsi yang berjudul :
“Peran Bimbingan Rohani Islam dalam mengatasi Perilaku
Menyimpang di Kalangan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
Bambu Apus Jakarta Timur”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pokok pemikiran pada latar belakang masalah tersebut, maka perlu adanya pembatasan untuk lebih mengarah pada titik
poin yang diharapkan. Untuk itu, penulis membatasi pada masalah peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja yang menyalahgunakan narkotika di Panti Sosial Marsudi
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja
pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain :
a. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pendidikan akhlak yang lebih baik dan dapat menjadi
b. Manfaat Akademis
Secara akademis hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk para penyuluh atau konselor dan diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Kepustakaan
Dalam penelitian ini, penulis mengambil referensi dari beberapa
pustaka dan menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat dan mepertajam analisa. Penelitian ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah
ada sebelumnya, yaitu :
1. Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Akhlak Bagi Anak
Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta
Selatan oleh Rike Aryana mahasiswi jurusan BPI tahun 2007. Hasil
penelitiannya adalah penekanannya pada hal pola pendidikan, pola asuh orang tua dan pola perilaku mereka dengan menggunakan metode
pendekatan perorangan, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan massal atau umum. Penelitiannya hanya difokuskan pada
aktifitas seorang penyuluh agama dalam membina akhlak anak pemulung dengan menggunakan pola pendidikan, pola asuh orang tua dan pola perilaku mereka. Tentu catatan kritis perlu ditujukan pada
disebutkan dibab akhir perlu dianalisa lebih mendalam lagi. Dalam bab penutup semestinya diuraikan saran untuk peneliti selanjutnya.
2. Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir Di Majelis Taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan oleh
Rachmawati mahasiswi jurusan BPI tahun 2002. Hasil penelitiannya adalah dzikir yang digunakan berupa tahlil, pembacaan ratib, surat
yaasin serta shalawat yang mana dengan dzikir tersebut remaja akan merasakan ketenangan dalam jiwa mereka sehingga mereka mampu
berpikir dengan jernih dan melakukan hal yang baik. Penelitian ini bersifat khusus, karena pembinaan akhlaknya hanya melalui dzikir saja. Penulis karya ini dengan sangat baik memperkaya penelitiannya
dengan tabel-tabel yang terkait dengan tema yang dibahas, akan tetapi alangkah lebih baik jika penulis karya ini menyertakan halaman tabel
dibagian daftar isi sehingga mempermudah pembaca dalam mendapatkan informasi. Selain itu, kekurangan yang ada pada karya ini dapat ditelusuri dalam bab kesimpulan. Kesimpulan akhir dari
penelitian ini dinilai masih mengambang dan kurang menggambarkan isi penelitian secara tegas.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan
remaja. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penulis lebih fokus dalam memberikan bimbingan rohani Islam, seperti kegiatan
menyimpang dari norma-norma sosial maupun agama dengan menggunakan metode pendekatan individu dan kelompok agar terbentuk remaja yang berakhlakul karimah. Penelitian ini bersifat
umum, karena kegiatan bimbingan rohani Islam nya tidak hanya memberikan materi akhlak dan kegiatan dzikir saja, melainkan seluruh
materi agama seperti fiqih, tauhid, sirah nabawiyah dan belajar iqro’ pun mereka pelajari.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah ‘prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.’16
Penelitian kualitatif ini sebagaimana dijelaskan oleh Tohirin
bermaksud:
“memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”17
16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: RosdaKarya, 2008), h. 4.
Dalam hal ini penulis mendeskripsikan tentang bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus
Jakarta.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 7 orang,
diantaranya 2 orang pembimbing rohani dan 5 orang remaja. Kedua pembimbing rohani Islam ini menjadi subjek dalam penelitian ini karena
para pembimbing lebih tahu keadaan mental para remaja di PSMP Handayani. Serta peneliti memilih subjek 5 orang remaja dengan kasus yang berbeda-beda, diantaranya remaja yang berhadapan dengan hukum
karena kasus penyalahgunaan narkotika.
Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peran
bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja di PSMP Handayani Bambu Apus Jakarta Timur.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu “pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.”18 Dalam melakukan pengamatan, dalam hal ini penulis sebagai peneliti
tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. “Peneliti sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Peranan demikian masih
membatasi para subjek menyerahkan dan memberikan informasi terutama yang bersifat rahasia.”19 Dalam melakukan observasi, peneliti pun ikut serta dalam kegiatan Bimbingan Rohani sebagai pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani. Peneliti melakukan observasi selama 10 kali, selain itu
peneliti juga memperhatikan, mencatat, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dari fenomena yang ada pada pelaksanaan
bimbingan rohani Islam.
b. Wawancara, merupakan “bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dengan
seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.”20 Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang pembimbing rohani
Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Bambu Apus dan 5 orang remaja yang ada di panti tersebut.
19 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: RosdaKarya, 2008), h. 177
Tabel 1
DAFTAR INFORMAN DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI BAMBU APUS
No Nama Subjek Status Asal
1 Bpk. Sudirman Pembimbing Kebumen
2 Bpk. Jubaidi Pembimbing Bogor
3 Andika Riski Pratama Penerima Manfaat Kelapa Gading 4 Dwi Akbar Penerima Manfaat Cakung
5 Rizky Kurnianto Penerima Manfaat Ciamis 6 Usman Ari Penerima Manfaat Banten 7 M. Gilang Maulana Penerima Manfaat Jakarta Timur
Sumber: Wawancara pribadi dengan para informan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur.
c. Dokumentasi, merupakan “catatan peristiwa yang sudah berlalu.”21 Dengan mencari data berupa buku, majalah, agenda yang berhubungan dengan bimbingan rohani islam bagi remaja yang
berperilaku menyimpang di Panti Sosial tersebut. “Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.”22
Dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang akan diteliti dan juga
berhubungan dengan objek penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Analisa data sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono adalah: “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 326
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.23
Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara,
penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak
pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah di tetapkan lalu menganalisanya secara
sistematis.
Adapun proses analisis dimulai dengan :
a. Reduksi Data, berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.”24 Selain itu reduksi data juga merupakan suatu kegiatan yang berupa penajaman analisis, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu, dan pengorganisasian
sedemikian rupa untuk bahan penarikan kesimpulan.
b. Penyajian Data, maksudnya adalah “data mentah diolah sedemikian rupa dengan kalimat yang mudah dicerna, selanjutnya
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-3, h. 244.
penulis menganalisa masing-masing kasus tersebut.”25 Dalam penyajian data ini, penulis kembali melakukan analisa dengan mengombinasikan berbagai kasus yang selanjutnya data tersebut
dijadikan panduan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah dengan cara menganalisanya
dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab.
c. Penarikan Kesimpulan, yaitu “pada tahap akhir data yang telah
dianalisa khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian ini diuraikan secara lebih padat dan ringkas,”26 sehingga penulis mendapatkan kesimpulan mengenai peran bimbingan rohani islam
dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani.
5. Teknik Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari, 2007”.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 247.
6. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan, maka penulis membagi pembahasan skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan terdiri dari: Latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis terdiri dari: Teori Peran, pengertian
bimbingan rohani Islam, tujuan bimbingan rohani Islam, metode bimbingan rohani Islam, pengertian akhlak, pembagian akhlak, tujuan
pembinaan akhlak, manfaat akhlakul karimah, faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, pengertian remaja, pengertian perilaku menyimpang, bentuk perilaku menyimpang, faktor penyebab berperilaku menyimpang,
langkah-langkah dasar pencegahan dan penanganan perilaku menyimpang di kalangan remaja, penyalahgunaan narkoba sebagai bentuk perilaku
menyimpang.
BAB III Gambaran Umum tentang profil Panti Sosial Marsudi
Putra Handayani Bambu Apus terdiri dari: Sejarah didirikannya Panti
Sosial Marsudi Putra, visi dan misi, maksud dan tujuan, pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial, sasaran pelayanan, indikator
keberhasilan, monitoring dan evaluasi.
BAB IV Peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi
Putra Handayani Bambu Apus – Jakarta Timur, terdiri dari: Deskripsi
data, analisis data, analisis bimbingan rohani Islam di PSMP, analisis remaja yang berperilaku menyimpang di PSMP Handayani, peran
bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu
Apus).
20
TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini akan diuraikan kajian teori mengenai peran dan bimbingan
rohani Islam serta perilaku menyimpang agar penelitian yang dilakukan mempunyai dasar yang kokoh. Kajian ini bersumber dari pandangan para ahli
maupun organisasi terkemuka dalam bidang atau disiplin terkait sebagaimana dijelaskan dalam bab ini.
A. Teori Peran
1. Peran
“Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah
melaksanakan sesuatu peran.”1 Pandangan ini mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa peran sangat penting, karena dapat mengatur
perikelakuan seseorang, disamping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan
perilaku orang-orang sekeloompoknya.
Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia, peran didefinisikan
sebagai “beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.’2 Dengan mengacu
1
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana, 2007), h. 158-159.
kepada definisi jelas bahwa setiap manusia pasti mempunyai kegiatan yang ia ikuti karena apabila ia tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut maka ia tidak mempunyai peranan yang baik dalam lingkungan
masyarakatnya. Peranan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau
peristiwa.
Selanjutnya, peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan
menjalankan suatu peran. Suatu peran paling sedikit mencakup tiga hal, yaitu :
a) Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
b) Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.
c) Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3
Cakupan di atas menunjukkan kepada kita bahwa seseorang yang mempunyai peran tertentu diharapkan agar seseorang tadi berperilaku
sesuai dengan peran tersebut, karena perilaku ditentukan oleh peran sosial.
2. Pengertian Bimbingan Rohani Islam
Menurut Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, bimbingan adalah “bantuan kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi
agar tercapai pemahaman diri, realisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dalam mencapai perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri yang lebih baik dengan lingkungannya.”4
Dalam buku Prayitno dan Erman Amti Dasar-dasar Bimbingan
dan Konseling yang mengutip pendapat Crow & Crow, bimbingan dapat
diartikan sebagai:
‘bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.’5
Sementara Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai:
“suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.”6
Dari dua definisi di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya
esensi bimbingan itu merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada
4 M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), h. 65.
5
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 94.
orang lain dalam segala usia secara terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk menerima
dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam
mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya
potensi yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal.
Selanjutnya, secara etimologis rohani berasal dari bahasa arab
yaitu ور yang mempunyai arti “mental”.7 Adapun secara terminologi definisi rohani terkait erat dengan definisi ruh sebagaimana diuraikan
Samudra berikut ini.
“Ruh adalah bagian yang halus dari susunan kehalusan manusia yang memiliki kecenderungan kepada sifat-sifat Allah. Wujud dari ruh secara riil pada jasmani ialah dalam bentuk sifat/akhlak atau perilaku manusia yang baik sesuai pandangan Al-Qur’an. Sedangkan kata rohani menunjuk kepada bendanya yaitu tubuh roh itu sendiri. Kedua kata tersebut yakni ruh dan rohani pada prinsipnya bermakna sama. Allah meniupkan ruh dan sekaligus dengan inti hidup dan kecerdasan kepada setiap rohani manusia. Dengan kata lain, setiap manusia yang hidup, masing-masing memiliki ruh beserta inti hidup dan kecerdasan.”8
Berdasarkan uraian mengenai bimbingan dan rohani diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam adalah suatu proses
7
pemberian bantuan kepada orang lain dalam segala usia secara sistematis kepada individu dalam membentuk akhlak atau perilaku manusia yang baik sesuai pandangan Islam, serta meningkatkan keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT.
Bimbingan rohani Islam dilakukan oleh manusia dan kepada manusia. Oleh karena itu Al- Qur’an dan Hadist menganjurkan pada
manusia agar memberikan bimbingan dan nasehat dengan wajar. Kedua hal tersebut merupakan sumber segala sumber pedoman hidup umat
Islam, Al- Qur’an dan Sunnah Rasul dapat diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan rohani Islam. Dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep (pengertian makna
hakiki) bimbingan rohani Islam bersumber. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al- Imran ayat 104:
3
tF
9
u
ρ
Ν3ΨΒ
πΒ
&
t
βθ
ã‰t
ƒ
’
n
<
)
sƒ
:
$#
t
βρ
Β
't
ƒ
u
ρ
∃ρ
èp $$/
t
βθ
y
γΖ
t
ƒ
u
ρ
tã
s
3Ψϑ9
$#
y
7×
‾
≈
s
9
'
ρ
&u
ρ
Νδ
š
χθ
s
= ϑ9
$#
∩⊇⊃⊆∪
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar9 merekalah orang-orang yang beruntung”.
Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa kita diwajibkan
menyeru atau mengingatkan kepada kebaikan. Dan itu dapat kita lakukan melalui bimbingan rohani Islam atau bimbingan penyuluhan Agama.
Karena dengan agama dapat menuntun kita kearah jalan kebenaran sehingga kita akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Bimbingan Rohani Islam memfokuskan pembahasannya pada pengalaman hidup dalam hubungannya dengan Allah SWT atau dengan kata lain kehidupan religius yang lebih diperhatikan. Selain itu,
bimbingan rohani Islam juga membicarakan tentang kehidupan pribadi pada masalah hidup dan bagaimana mengubah sikap untuk membuka diri
kepada hubungan yang bersifat personal dengan Allah. Dengan cara itulah dapat dicari penyembuhan, penjelasan dan arah hidup.
3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam
a. Fungsi bimbingan rohani Islam
Bimbingan rohani Islam sifatnya hanyalah membantu individu dalam menemukan alternatif pemecahan masalah, yaitu menemukan jalan
pemecahan tertentu. Untuk dapat menemukan pemecahan tersebut pasti ada jalan keluarnya. Dengan demikian bimbingan Islam merupakan tujuan
umum dan tujuan khusus, sehingga dapat dirumuskan fungsi bimbingan Islam itu sebagai berikut:
1) Fungsi preventif yaitu membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif atau korektif yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3) Fungsi presertatif yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah)
menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4) Fungsi developmental atau pengembangan yaitu membantu
telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.10
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam mempunyai fungsi sebagai pencegahan, membantu dan
memecahkan masalah, membantu dan mengembangkan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh klien. Selain hal tersebut yang menjadi fungsi
fundemental bimbingan rohani Islam adalah membantu individu dalam memecahkan masalahnya sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baru baginya.
b. Tujuan bimbingan rohani Islam
Adapun tujuan dari bimbingan rohani Islam menurut M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky adalah sebagai berikut :
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang dan damai
(mutmainah), bersikap lapang dada (rodliyah) dan mendapat taufik
dan hidayah tuhannya (mardliyah).
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberi manfaat pada diri sendiri,
lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial dan alam
sekitarnya.
3) Untuk menghasilkan kecerdasan (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong
menolong dan rasa kasih sayang.
4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Allah SWT, serta tabah dalam menerima ujiannya.11
Tujuan yang diuraikan di atas menggambarkan kepada kita bahwa
pada kenyataannya di dalam setiap diri manusia, disadari atau tidak pastilah
memiliki berbagai kekuatan postif di dalam dirinya. Dengan adanya
bimbingan rohani Islam tersebut individu dibantu untuk menyadari segala
potensi yang ada di dalam dirinya.
4. Metode Bimbingan Rohani Islam
Dalam kegiatan bimbingan seorang pembimbing dapat menggunakan metode-metode, diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah “melakukan dialog dengan terbimbing untuk mendapatkan masalah-masalah yang dihadapi oleh terbimbing.
Dengan melakukan dialog, pembimbing akan masuk dalam kehidupan terbimbing dan akan mengetahui sebab-sebab terbimbing.”12
Seperti yang dilakukan di Panti ini yaitu dengan tanya jawab antara pembimbing dan terbimbing mengenai masalah yang dihadapi oleh terbimbing, baik masalah interpersonal maupun intrapersonal.
11
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar pustaka, 2004), h. 168.
b. Metode Kelompok
Yaitu bimbingan melalui metode kelompok ini merupakan komunikasi langsung antara pembimbing dan para remaja dalam
bentuk kelompok. Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan beberapa teknik berikut, yaitu :
1) Metode Ceramah
Ceramah merupakan “teknik pembinaan dan bimbingan yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak diwarnai
oleh karakteristik dan gaya bicara seorang da’i atau pembimbing.”13 Pada metode ini mereka hanya mendengarkan penjelasan-penjelasan
materi yang sedang dijelaskan pembimbing. Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang ramai-ramainya dipergunakan instansi pemerintah ataupun swasta, organisasi (jam’iyah), baik melalui televisi, radio
maupun ceramah secara langsung.” Hal ini menunjukkan bahwa istilah ceramah sudah sangat luas penggunaannya.
2) Metode Tanya Jawab (Dialog) sebagaimana didefinisikan oleh
Asmuni Syukir sebagai berikut.
“penyampaian dakwah dengan cara mendorong
audience (peserta pengajian) untuk menyatakan sesuatu
masalah yang dirasa belum dimengerti agar lebih aktif dan bersungguh-sungguh memperhatikan materi yang diberikan. Sehingga dengan metode ini pendengar akan langsung memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya.”14
13
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 104.
Dialog atau tanya jawab sebagaimana definsi di atas merupakan tindak lanjut dari teknik ceramah, teknik ini dilakukan setelah pembimbing memberikan penjelasan terhadap materi yang
disampaikan kemudian mereka diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dibahas, yang mereka anggap kurang jelas
dan sulit untuk dipahami. “Dalam metode ini terdapat komunikasi dua arah maka penyampaian materi dengan efektif akan dapat dipahami oleh terbimbing.” Sehingga pokok-pokok persoalan agama dapat lebih
luas dan lebih dalam diketahui.15
Komunikasi dua arah tersebut juga harus memperhatikan
keadaan terbimbing. “Dalam proses bimbingan seorang pembimbing hendaknya mengarahkan minat dan perhatian mereka kepada hidup kebersamaan dan saling tolong menolong dalam memecahkan
permasalahan yang menyangkut kepentingan mereka bersama.”16 Dengan adanya komunikasi dua arah dan pengarahan pembimbing terhadap minat dan perhatian terbimbing ini maka tujuan bimbingan
akan sangat mudah tercapai.
c. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan terbimbing untuk berusaha mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada terbimbing ialah dalam memberikan secara
langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab
15
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 126-127.
kesulitan yang dialaminya. “Pada metode ini, pembimbing memberikan saran-saran atau solusi dan nasehat bagaimana sebaiknya bersikap dalam mengahadapi masalahnya tersebut.”17 Metode inilah yang seharusnya diterapkan dalam mengatasi perilaku menyimpang. Agar anak mengetahui mana yang baik dan buruk.
d. Metode Non Direktif
Metode ini lebih bersifat tidak mengarahkan, dan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Client Centered : dilakukan dengan cara memancing klien
dengan mengajukan satu atau dua pertanyaan, selanjutnya
klien di beri kesempatan untuk mengungkapkan masalah-masalahnya yang menjadi penghambatnya, seorang pembimbing hanya mendengarkan dan mencatat.18
2) Metode Edukatif : dilakukan dengan cara mengoreh sampai tuntas apa yang menjadi penyebab hambatan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam hal ini
pembimbing harus bersikap agak santai dan memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan masalah-masalah
yang menjadi penghambatnya.19
Penjelasan diatas menegaskan bahwa metode ini berasumsi bahwa
terbimbing mau bertanggungjawab atas proses belajarnya dan
17 H.M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Terayon Pers), h. 49.
18
H.M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Terayon Pers), h. 47.
keberhasilannya sangat tergantung kepada keinginan terbimbing dan pembimbing untuk berbagi gagasan secara terbuka dan berkomunikasi
secara jujur dan terbuka dengan orang lain.
B. Akhlak
Manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan yang lain karena manusia adalah makhluk sosial. Manusia dalam pergaulan hidupnya
dengan sesama manusia ada kalanya saling membantu, ada kalanya bersaing secara sehat, tak jarang menindas serta mengeksploitasi yang lain untuk
kepentingan dirinya.
1. Pengertian Akhlak
Menurut bahasa perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq
(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.
Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk
lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata
ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan
hati untuk melakukan perbuatan.
Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Ahmad Mubarok
akhlak ialah ‘keadaan yang bersemayam di dalam jiwa yang menjadi sumber keluarnya tingkah laku, dengan mudah tanpa dipikir untung ruginya.’20 Dari definisi itu jelas bahwa akhlak itu bukan perbuatan, tetapi keadaan ruhani yang menjadi sumber lahirnya perbuatan.
Adapun pengertian akhlak menurut istilah ialah,
“suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran, dan dapat dirumuskan pula bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk sekelilingnya.”21
Dari pengertian tersebut, akhlak sesuai fungsinya diharapkan dapat
mewujudkan cita-cita pengembangan kemampuan dalam bentuk watak pribadi menuju peradaban yang bermartabat dan dalam rangka mencerdaskan umat
Selanjutnya selain akhlak, ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak atau Ilmu akhlak tersebut.
Istilah-istilah itu ialah :
a. Moral, yaitu berasal dari bahasa Latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Yang dimaksud dengan moral “ialah kelakuan yang
sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas tindakan tertentu.”22 Dari pengertian ini jelas bahwa dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah laku yang baik disebut orang yang bermoral.
Selain itu dalam ajaran agama, moral sangat penting dimana kejujuran, kebenaran, keadilan dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama.
21
Din Zainudin, Menembus Ruang & Waktu menuju Pencerahan Spiritual (Jakarta: Almawardi Prima, 2005),h. 210
b. Etika, yaitu berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Yang dimaksud etika adalah “ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.”23 Pengertian tersebut menegaskan bahwa etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal
pikiran.
Dari uraian di atas, maka dapat dilihat persamaan antara akhlak,
etika dan moral, yaitu menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Perbedaan terletak pada tolok ukurnya masing-masing, dimana ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia
dengan tolok ukur ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
2. Macam-macam Akhlak
a. Akhlak Al-Karimah (Akhlak Mulia)
Akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, akhlak terhadap Allah, kedua akhlak terhadap diri sendiri, dan ketiga
akhlak terhadap sesama manusia. Ketiga akhlak yang mulia ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Akhlak terhadap Allah. Akhlak mulia kepada ini harus dimiliki dengan alasan sebagaimana diungkapkan Ardani berikut ini.
“Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak mulia terhadap Allah. Diantaranya karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya. Selain itu, karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya.”24
Dengan alasan-alasan tersebut diatas, sudah sepantasnya dan sewajarnya manusia berakhlak mulia terhadap Allah.
2) Akhlak terhadap Diri Sendiri
Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan dengan “menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri
dengan sebaik-baiknya, karena dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya.”25 Untuk menjalankan perintah-Nya maka setiap umat Islam harus
berakhlak dan bersikap seperti berikut: a) Hindarkan minuman keras
b) Hindarkan perbuatan yang tidak baik
c) Memelihara kesucian jiwa d) Pemaaf dan pemohon maaf
e) Sikap sederhana dan jujur f) Hindarkan perbuatan tercela.
24
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), h. 44.
Berakhlak yang baik terhadap diri sendiri erat hubungannya dengan pembinaan sumber daya manusia, yaitu pembinaan manusia agar fisik, akal dan mentalnya terbina secara seimbang dan optimal.
3) Akhlak terhadap Sesama Manusia
Manusia sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya
secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Dan Islam menganjurkan kita untuk berakhlak yang baik kepada saudara,
karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. “Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, tolong-menolong,
menghargainya dan sebagainya.”26 Dalam istilah agama akhlak ini tergolong ke dalam hablun minannas.
b. Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela)
Akhlak al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan
atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar
dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
1) Berbohong, ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
2) Takabur (sombong), ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.
3) Dengki, ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
4) Bakhil atau kikir, ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.27
Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang
tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang
terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.
3. Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah ketinggian akhlak. Ketinggian
akhlak diartikan dengan “meletakkan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan, minum, dan syahwat (seks) dengan cara yang halal. Ada pula yang
meletakkan ketinggian akhlak itu pada kedudukan dan tindakan ke arah pemikiran atau hikmah.”28
27
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf (Jakartra: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet. Ke-2, h.57-59.
Jadi, tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Ketinggian
akhlak terletak pada hati yang sejahtera dan ketentraman hati.
4. Manfaat Akhlakul karimah
Al-Qur’an dan al-Hadits banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat
97:
ٍ َ َذ ْ ِ ً ِ َ
َ ِ َ ْ َ
ْ ُھَ ْ َأ ْ ُ ﱠ َ ِ!ْ"َ َ َو ۖ ً$َ%ﱢ'َط ًة َ'َ ُ*ﱠ َ'ِ'ْ ُ َ+َ, ٌ ِ ْ.ُ َ/ُھَو ٰ َ1ْ ُأ ْوَأ
َن/ُ+َ ْ3َ ا/ُ َ َ ِ َ5ْ َ6ِ7
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97)
Ayat tersebut jelas menggambarkan manfaat dari akhlak yang
mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal shaleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki yang melimpah
ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia itu adalah keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.
Selanjutnya di dalam Hadits juga banyak keterangan tentang manfaatnya dari akhlak. Diantaranya ialah :
ُ8َ َر َ9 ْ:ِإ َ َ3َ< َﷲ ﱠنِإ
ُ*ﱠ ِ>َ, ِء َ@ﱠ5 اَو ِAُ+ُ@ْ ا ِ ْ5ُ ِ7 ُهْ/ُ ِ ْ َ6َ, ً ْ ِد َمَEْFِGا ْ
. َ ِ ِ7ﱠIِإ ُ ُ ْ8َ َI
29
“Allah telah memilihkan agama Islam untuk kamu, hormatilah agama dengan akhlak dan sikap dermawan, karena Islam itu tidak akan sempurna kecuali dengan akhlak dan sikap dermawan itu.”30
b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat. Nabi bersabda :
َJَ َ َ ْ َ KِLْ3ُ< َ$ﱠ َ"ْ ا ُ*َ+َ:ْدَأَو اً ْ'ِ5َ ً7 َ5ِ ُﷲ ُ*َ%َF َ ِ*ْ'ِ, ﱠ ُ ْ َ ٌثَEَN
ْ َ ُ ِOَ<َو َJَ َ+َظ ْ ﱠ َ اْ/ُQْ3َ<َو
ْ ا ُهاَوَر) َJَ3َLَS
.( ِUَ ْ'َ%
31
“Ada tiga perkara yang membawa kemudahan hisab (perhitungan amal di akhirat) dan akan dimasukkan ke surga yaitu engkau memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi apa pun kepadamu (kikir), engkau memaafkan orang yang pernah menganiayamu, dan engkau menyambung tali silaturahmi kepada orang yang tak pernah kenal padamu. (HR. Al-Baihaqi).”32
c. Menghilangkan kesulitan. Nabi bersabda :
ُ*ْ َ ُﷲ َVﱠQَ َ'ْ ﱡX ا ِبَ ُ ْ ِ ً$َ7 ْ ُ ٍ ِ ْ.ُ ْ َ َVﱠQَ ْ َ
ِم ْ/َ ِبَ ُ ْ ِ ً$َ7 ْ ُ
.(ٌ ِ+ْ5ُ ُهاَوَر) ِ$َ َ'ِUْ ا
33
“Barangsiapa melepaskan kesulitan orang mukmin dari kehidupannya di dunia ini, maka Allah akan melepaskan kesulitan orang tersebut pada hari kiamat. (HR. Muslim).34
d. Selamat hidup di dunia dan di akhirat. Nabi bersabda :
29
Al-Mawardi, adab ad-Dunya wa ad-Diin editor Muhammad Karim Rajih (Beirut: Daar Iqra`, 1985), Cet. Ke-4.
30 Berdasarkan terjemahan hadits yang dikutip dalam H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 173.
31
Abu Bakr Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, editor Muhammad Abdul Qadir 'Atha (Beirut: Dar el-Kutub, 2003), Jilid X. Cet.Ke-3, h. 235.
32 Berdasarkan terjemahan hadits yang dikutip dalam H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 174.
َZﱢ ا ِ, َلْXَ3ْ اَو ِ$َ'ِ َEَ3ْ اَو ﱢ ِ5 ا ِ, َ َ3َ< ِﷲ ُ$َ'ْ\َ: : ٍت َ'ِ"ْ ُ ُثَEَN
. َ ِ_ْ اَو ِ ْUَQْ ا ِ, ِXَOَUْ اَو ِ`َaَ_ْ اَو
35
“Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada Allah di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil pada waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu miskin, maupun waktu kaya.36
Banyak bukti yang dapat dikemukakan yang dijumpai dalam kenyataan sosial bahwa “orang yang berakhlak mulia itu semakin beruntung, pasti disukai oleh masyarakatnya, kesulitan dan penderitaannya
akan dibantu untuk dipecahkan, walaupun ia tidak mengharapkannya.”37 Dari kenyataan ini jelas bahwa jika akhlak yang mulia itu telah sirna dan
berganti dengan akhlak yang tercela, maka kehancuran pun akan segera datang menghadangnya. Tentu perubahan tersebut terjadi karena berbagai
macam fakor sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada remaja ada
dua, yaitu,
a. Faktor internal (dari dalam diri) yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang di bawa si anak dari sejak lahir.
b. Faktor eksternal (dari luar) dalam hal ini yaitu kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di
masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga
35 Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman (Beirut: Daar el-Kutub el-Ilmiyah, 1410 H), Jilid V, h, 452. 36
Berdasarkan terjemahan hadits yang dikutip dalam H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 175.
pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan), dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk akhlak pada diri anak.38
Bertolak dari dua faktor tersebut di atas, jelas bahwa pendidikan
sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku akhlak