• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Kinerja Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Kinerja Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2007"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN KINERJA PADA BANK YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2007

Oleh Sarah Viota NIM : 105081002493

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

DETERMINAN KINERJA PADA BANK YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2007

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Sarah Viota NIM : 105081002493

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data diri

Nama : Sarah Viota

Tempat Tgl Lahir : Tangerang, 28 Februari 1987 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Warga Negara : Indonesia

Hobby : Membaca, nonton film

Latar Belakang Pendidikan Formal

1992 – 1993 : Lulus TK Islam As-Salam Jakarta Barat 1993 – 1999 : Lulus SD Negeri 03 Pagi Jakarta Barat 1999 – 2002 : Lulus SLTP Negeri 206 Jakarta Barat 2002 – 2005 : Lulus SMU Negeri 112 Jakarta Barat

2005 – 2009 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Jakarta

Non Formal

1999 – 2000 : Kursus bahasa Inggris di APRILIA basic level

2000 – 2002 : Kursus bahasa Inggris di Lembaga Indonesia Amerika (LIA) step level

(4)

Tingkat SMU/SMK se-Jakarta Barat di Walikota Jakarta Barat 2002 – 2003 : Kursus Bimbingan Belajar di PRIMAGAMA kelas 1 SMU 2004 – 2005 : Kursus Bimbingan Belajar di NURUL FIKRI kelas 3 SMU

Pengalaman Kerja

2007 : Magang di bagian operator CV. Bima Saputra

2008 : Kuliah Kerja Sosial / magang di bagian pembuat daftar gaji di PPTMGB ”Lemigas”

Pengalaman Organisasi

1995 – 1999 : Dokter Kecil Tingkat SD

(5)

ABSTRAK

Analisa Determinan Kinerja pada bank yang meliputi faktor internal yang terdiri dari : Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Depocit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Operation Cost Ratio (OCR), Size dan faktor eksternal yang terdiri dari : Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, Stock Market Capitalization (SMC), Concentration (CONC) dapat digunakan untuk menentukan kesehatan bank. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja bank yang dinyatakan oleh Return On Asset (ROA). Penelitian ini menggunakan sampel bank konvensional dari tahun 2004-2007 dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah laporan keuangan bank yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang signifikan adalah CAR, NPL, size dan GDP. Dan pada uji Adjusted R-Square menunjukkan bahwa ROA dapat dijelaskan oleh faktor internal dan faktor eksternal sebesar 67,3 %, sedangkan sisanya yaitu 32,7 % dijelaskan oleh faktor lain.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohamnirrohim Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji hanya milik Allah SWT, maha suci Allah SWT, tiada daya dan upaya kecuali atas kuasa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatanku dan keburukan amalku. Hanya karena kuasa-Nya dan anugerah dari-Nyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan-Nya, Nabi pemberi syafa’at, Nabi di akhir zaman, Muhammad SAW.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Keuangan dan Pasar Modal pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan kali ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Seluruh keluarga, terutama kedua orang tua yang telah membesarkan, serta memberikan pendidikan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil hingga penulis mampu meraih gelar sarjana. Buat kakakku Bima Saputra dan adikku Dara Mutiara Fiesca yang telah banyak memberikan support dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berusaha mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial hingga saat ini.

(7)

4. Ibu Titi Dewi Warninda S.E, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan FEIS yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.

Jakarta, Juli 2009

(8)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup... i

Ab stra c t… … … ii

Ab stra k... iii

Ka ta Pe ng a nta r... iv

Da fta r Isi... v

Da fta r Ta b e l... vii

Da fta r G a m b a r... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori……….. 9

B. Penelitian Sebelumnya………... 34

C. Kerangka Pemikiran………... 35

D. Hipotesis Penelitian……… 40

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……… 41

B. Metode Pentuan Sampel……… 41

C. Metode Pengumpulan Data……….. 42

D. Metode Analisis Data……… 42

E. Operasional Variabel Penelitian……… 50

(9)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia………. 54 B. Analisis dan Pembahasan……… 67 C. Interpretasi……….. 94 BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan………. 97 B. Implikasi………. 98 Daftar Pustaka

(10)

Daftar Tabel

No. Keterangan Halaman 4.1 Capital Adequacy Ratio (X1)Tahun 2004-2007 (dalam %) 67

4.2 Non Performing Loan Tahun (X2) 2004-2007 (dalam %) 68

4.3 Operation Cost Ratio (X3) Tahun 2004-2007 (dalam %) 70

4.4 Loan to Deposit Ratio (X4) Tahun 2004-2007 (dalam %) 71

4.5 Size (X5) Tahun 2004-2007 (dalam jutaan rupiah) 73

4.6 Gross Domestic Product(X6)Tahun 2004-2005

(dalam jutaan rupiah) 74

4.7 Tingkat Inflasi (X7) Tahun 2004-2007 (dalam %) 75

4.8 Stock Market Capitalization (X8) Tahun 2004-2007

(dalam jutaan rupiah) 76

4.9 Concentration (X9) Tahun 2004-2007 (dalam %) 77

4.10 Return On Asset (Y) Tahun 2004-2007 (dalam %) 78 4.11 Data Output Analisis Statistik 81 4.12 Data Output Uji Multikolinearitas 83

4.13 Data Output Uji Autokorelasi 84

4.14 Data Output Uji T 87

4.15 Data Output Uji F 90

(11)

Daftar Gambar

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 38

4.2 Struktur Pasar Modal Indonesia 59

4.3 Data Output Analisis Grafik 80

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi ekonomi yang merubah perilaku dunia usaha, telah mempengaruhi perkembangan perkembangan perekonomian Indonesia khususnya sektor perbankan. Bank merupakan institusi keuangan yang paling penting dalam perekonomian karena kegiatan bank diantaranya adalah penghimpun dana, alokasi dana dan pelayanan jasa keuangan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak di Indonesia (Rose and Hudgins, 2005).

Bank memiliki peranan penting dalam perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang memerlukan dana (deficit unit). Kegiatan utama usaha perbankan di indonesia adalah menghimpun dana dari masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk pemberian kredit kepada nasabah, menunjang mekanisme pembayaran dalam masyarakat, penyediaan jasa dalam perdagangan internasional, jasa penitipan surat berharga, jasa kartu kredit dan berbagai jenis jasa lainnya. Di samping itu, bank juga sebagai industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga kinerja bank perlu dipelihara.

(13)

dialami Indonesia. Berbagai peristiwa ekonomi makro telah mewarnai aktivitas perbankan. Semakin meningkatnya aktivitas perbankan telah meningkatkan mobilitas dana pada sektor perbankan. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh bank ternyata juga dilakukan oleh lembaga keuangan selain bank. Walaupun semakin ketat persaingan antar lembaga-lembaga keuangan tetapi industri perbankan tetap memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan nasional hingga saat ini.

Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam deregulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan. Diawali dengan diluncurkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan di bidang perbankan antara lain meliputi pemberian kemudahan-kemudahan dalam membuka kantor bank, dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, memperkenankan pendirian bank-bank swasta baru antara lain dengan penetapan syarat modal disetor minimal Rp10 milyar, juga memberikan kesempatan untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan modal minimum Rp50 juta, dan memperingan persyaratan bagi bank menjadi bank devisa.

(14)

asuransi 3,38 persen, dana pensiun 3,01 persen, industri pembiayaan 2,32 persen, sekuritas 0,65 persen, dan pegadaian 0,20 persen, (Supriyanto, 2003).

Pertumbuhan yang pesat itu ternyata tidak dapat mendorong terciptanya industri perbankan yang kuat. Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada waktu itu jauh lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea Selatan, Malaysia, Philipina dan Thailand. Non Performing Loan (NPL) bank-bank komersial mencapai 50 persen, tingkat keuntungan industri perbankan berada pada titik minus 18 persen, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kondisi minus 15 persen, (Hawkins, 1999). Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi memaksa pemerintah melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi untuk beroperasi. Hal ini mengakibatkan timbulnya krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan. Sebagai lembaga kepercayaan untuk menyimpan dana, bank dituntut masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan bank.

(15)

pengelola bank, masyarakat maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank.

Dalam kondisi persaingan yang ketat, hanya bank-bank yang sehat yang akan mampu bertahan. Hanya perbankan yang berkinerja baik yang mampu untuk tumbuh menjadi bank yang (lebih) sehat. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) memaparkan desain perbankan Indonesia menuju bank sehat yang berkelanjutan. Salah satu ukuran perbankan yang sehat adalah kinerja yang baik secara terus-menerus. Kinerja bank tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah struktur perbankan itu sendiri dalam satu wilayah. Menurut Rose dan Hudgins (2005), faktor yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dapat diukur secara kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kinerja suatu bank melalui penilaian atas factor CAMEL atau kuantitatif yang merupakan penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio keuangan pada bank. Indikator dari kinerja perbankan dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Indikator kuantitatif yang biasa digunakan misalnya seperti kinerja, tingkat pengembalian, besarnya dana pihak ketiga yang terkumpul dan pangsa pasar yang mampu dikuasai. (Steph Subanidja,2006).

Dalam penelitiannya Bodla dan Verma (2007) menerangkan bahwa tingkat kesehatan bank dapat diukur dari tingkat biaya operasi. Tingkat biaya operasi dapat menentukan tingkat efisiensi dari bank tersebut. Semakin tinggi biaya operasi dari suatu bank yang tidak diiringi oleh peningkatan pendapatan yang sesuai maka akan menurunkan efisiensi bank tesebut, karena semakin besar biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai aktifitas bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana.

(16)

profitabilitas suatu bank. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi ; Operation Cost Ratio, Capital Adequacy Ratio, Loan to Depocit Ratio, Non Performing Loan, Size. Sedangkan faktor eksternal meliputi ; Gross Domestic Product Growth, Tingkat Inflasi, Stock Market Capitalization dan Concentration.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor internal dan faktor eksternal terhadap pendapatan bersih pada bank-bank di Indonesia yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) untuk periode 2004-2007, yang tertuang dalam judul penelitian :

“DETERMINAN KINERJA PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2007”.

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bank-bank yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007 yang merupakan 18 Bank yang aktif dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 secara lengkap.

Dalam penelitian ini penulis memberikan pembatasan masalah, supaya penelitian ini mempunyai ruang lingkup dan arah penelitian yang jelas. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bank yang diteliti adalah bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004-2007.

(17)

3. Bank yang diteliti adalah bank komersil yang menggunakan sistem bunga dalam sumber pendapatan dan pembiayaan bank.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah erdapat pengaruh yang signifikan dari faktor internal (CAR, NPL, OCR, LDR dan SIZE) dan faktor eksternal (GDP, Inflasi, SMC dan Concentration) terhadap kinerja (ROA) pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Variabel apakah yang paling dominan yang mempengaruhi kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan pada variable faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007.

b. Untuk menganalisis variable yang paling dominan mempengaruhi kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007.

2. Manfaat Penelitian :

(18)

a. Bagi Peneliti

Untuk menerapkan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama menempuh perkuliahan serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbankan , khususnya pengetahuan tentang kinerja perbankan.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor eksernal terhadap kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan dan sebagai kajian literature pelengkap bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dibidang yang sama. c. Bagi Perusahaan

Sebagai sumber informasi bagi manajer keuangan bank dalam mengetahui pengaruh dari karakteristik bank dalam mengambil kebijakan dan kondisi makroekonomi terhadap kemampuan dalam mendapatkan laba sehingga dapat digunakan oleh manajer keuangan dalam pengambilan keputusan.

d. Bagi Investor

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lembaga Perbankan a. Pengertian Bank

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah sebagai berikut:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah:

“Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

(20)

“Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

(Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin,2003).

Pengertian jasa lainnya yang merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa perbankan lainnya antara lain meliputi : 1) Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air maupun uang kuliah. 2) Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah. 3) Jasa pengiriman uang (transfer).

4) Jasa penagihan (Inkaso). 5) Jasa kliring (clearing).

6) Jasa penjualan mata uang asing (valas).

(21)

9) Jasa kartu kredit.

10) Jasa-jasa yang ada di pasar modal seperti penjamin emisi dan pedagang efek.

11) Jasa Letter of Credit (L/C). 12) Serta jasa bank lainnya.

Semakin mampu bank tersebut, maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya (Kasmir, 2003).

b.Penggolongan Bank

a. Menurut Fungsinya : 1) Bank Sentral

Bank ini berfungsi sebagai pengawas bank-bank umum dan stabilisator moneter. Di Indonesia namanya Bank Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan diatur dalam UU No.13 Tahun 1968.

2) Bank Umum

Adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito serta memberikan kredit dalam jangka pendek. Contohnya : Bank BCA, Bank BNI, Bank Danamon.

(22)

Yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Contohnya : Bank Tabungan Pensiun, Bank Nasional, Bank Tabungan Nasional.

4) Bank Pembangunan

Merupakan bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang dibidang pembangunan. Contohnya : Bank Pembangunan Inndonesia, Bank Pembangunan Daerah.

b. Menurut Kepemilikannya : 1) Bank Pemerintah

Bank yang seluruh atau sebagian besar modal sahamya dimiliki oleh pemerintah. Contoh : Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, bank Tabungan Negara dan bank Mandiri ( Merupakan Hasil dari penggabungan Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, bank Ekspor Impor dan Bank pembangunan Indonesia).

2) Bank Swasta Nasional

(23)

Niaga, bank Central Asia, Bank Artha Graha, Bank Muamalat dan Bank Lippo.

Bank swasta ini dapat dibagi lagi berdasarkan kemampuan melaksanakan transaksi internasional dan valuta asing.

a. Bank Devisa (foreign exchange)

Adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, jual beli valuta asing, dan lain-lain. Contoh : Bank Internasional Indonesia, Bank Central Asia, Bank Niaga. b. Bank Nondevisa

Adalah bank yang dalam kegiatan usahanya tidak dapat melakukan transaksi internasional. Contoh : Bank Rama, Bank Asta.

3) Bank Asing

Merupakan bank yang seluruh modal sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Bank asing hanya membuka cabangnya di Indonesia sedaangkan kantor pusatnya berada di luar negri. Contoh : Citibank, Standar Chartered Bank, Chase Manhattan Bank dan Bank of Tokyo.

4) Bank Campuran

(24)

dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contoh : Fuji Internasional Bank, Bank Sakura Swadarma dan Mitsubishi Buana Bank.

c.Fungsi dan Usaha Bank

Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan jasa-jasa keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit.

a. Fungsi Pokok bank Umum

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi

2. Menciptakan uang

3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

b. Usaha Bank Umum

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah sebagai berikut:

a) Menghimpun dana dari mayarakat b) Memberikan kredit

c) Menerbitkan surat pengakuan hutang

(25)

1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakses oleh bank 2. Surat pengakuan utang

3. Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah

4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 5. Obligasi

6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun 7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun

e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah

f) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainya

g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan penghitungan dengan atau antara pihak ketiga h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat

berharga

(26)

j) Melakukan penempatan dana dari menambah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek

k) Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya

l) Melakukan kegiatan anjak piutang (Factoring), kartu kredit dan kegiatan wali amanat (trustee)

m) Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

n) Melakukan kegiatan lain misalnya kegiatan dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek dan asuransi, dan melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit

o) Kegiatan lain yang lazim digunakan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.

d.Sumber Dana Bank

(27)

apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya (Kasmir, 2003).

a. Sumber Dana Tradisional

Dana ini berasal dari masyarakat luas atau institusi berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, obligasi dan saham

b. Sumber Dana Sendiri

Dana ini diperoleh dari para pemegang saham maupun dari hasil keuntungan yang diperoleh. Keuntungan tersebut dapat berupa modal disetor, cadangan, sisa laba tahun lalu, laba ditahan, laba berjalan dan agio saham.

c. Sumber Dana Lainnya

Dana ini berasal dari lembaga keuangan lainnya yang berupa kredit likuiditas Bank Indonesia, pinjaman antar bank (call money), fasilitas diskonto dan pasar uang antara bank.

2. Kinerja Bank

(28)

berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, 2003).

Pernyataan tersebut juga didukung penelitian yang dilakukan oleh kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa kinerja bank merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh manajemen bank karena mengindikasi tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari produktivitas asset. Maksud dari pernyataan tersebut sehat atau tidaknya suatu bank dapat diukur dari besarnya laba yang diperoleh bank tersebut. Tingkat kesehatan bank dalam meningkatkan pendapatannya tentunya dengan meningkatkan produktivitas asset. Semakin tinggi tingkat profit dari bank yang menggambarkan tingkat kesehatan yang baik. Struktur pasar keuangan, kondisi ekonomi Negara, hukum dan politik lingkungan semua dapat mempengaruhi kinerja bank. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008), dua faktor utama yang diteliti untuk eksternal, yaitu : kondisi makroekonomi (Gross Domestic Product dan inflasi) dan indikator struktur keuangan perbankan juga pasar saham (Stock Market Capitalization dan concentration).

(29)

bersih. Tobin’s Q untuk mengukur nilai pasar sebagai peluang investasi. Tingginya tingkat dari Return on Asset, Return on Equity dan Tobin’s Q dapat mengidentifikasikan tingkat kesehatan bank yang baik (Staikouras, 2007).

Menurut Selamet Riyadi (2006), ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Sedangkan ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan.

3. Faktor Internal

a. Capital Adequacy Ratio

(30)

digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri, semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka akan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi bank.

CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for Internasional Settlement (Selamet Riyadi, 2006).

Dalam menetapkan CAR terdapat perhitungan yang cukup

(31)

Kinerja bank dapat diketahui dengan cara mengukur rasio kecukupan modal yang dimiliki oleh bank. Modal memiliki pengaruh positif terhadap profit yang dimiliki, sehingga semakin besar tingkat permodalan bank maka akan meningkat profit bank dan akan mengurangi resiko dari kebangkrutan. Maksud dari pernyataan tersebut, jika tingkat permodalan bank tinggi maka bank akan mampu memenuhi kewajibannya untuk membiayai aktifitas bank. Aktifitas bank dapat meliputi penghimpunan dana dari masyarakat dan penyaluran dana pada masyarakat (Kosmidou, 2008)

Penyediaan modal yang cukup memungkinkan bank meneruskan operasinya tanpa terganggu khususnya dalam periode ekonomi yang sulit sampai mencapai tingkat keuntungan yang normal kembali. Dengan demikian fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan. Unsur kepercayaan ini merupakan masalah vital dan merupakan suatu resep keberhasilan pengelolaan suatu bank (Dahlan Siamat, 2004).

b. Non Performing Loan

(32)

yang tentunya harus diminimalisasi serendah mungkin terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Non performing loan yang tentunya harus diminimalisasi serendah mungkin terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Non performing loan dapat diukur dengan cara membandingkan cadangan aktiva yang diklasifikasikan yang merupakan jumlah dari kredit lancar yang dikalikan dengan 0%, kredit dalam perhatian khusus yang dikalikan dengan 25%, kredit kurang lancar yang dikalikan dengan 50%, kredit yang diragukan yang dikalikan dengan 75% dan kredit macet yang dikalikan dengan 100% dengan total kredit yang diberikan. Oleh karena itu bank harus memproyeksikan dengan tepat besarnya Non Performing Loan tesebut (Rose dan Hudgins, 2005).

Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5 %, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/skor yang diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank (Selamet Riyadi, 2006).

(33)

akan mendatangkan masalah bagi bank, karena bank tidak memperoleh penghasilan dari bunga pinjaman. Jumlah pendapatan bunga yang berkurang akan mengakibatkan pada turunnya profit serta tingkat kesehatan bank. Semakin besar rasio dari kredit macet maka akan semakin menurun kinerja bank, sehingga rasio kredit macet memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank (Sharma,2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa Non Performing Loan secara negative mempengaruhi profit bank. Pengaruh negative dari non performing loan terhadap profit disebabkan karena berkurangnya pendapatan bunga pinjaman oleh para debitur. Bank dapat mengurangi tingkat dari non performing loan dengan cara meningkatkan kemampuan bank dalam melakukan analisa pada calon debitur yang ingin melakukan peminjaman dana untuk meningkatkan kualitas kredit.

c. Operation Cost Ratio

(34)

OCR merupakan barometer dalam mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional dan tingkat efisiensi. Antara OCR dan kinerja bank (ROA) mempunyai hubungan yang sangat erat dan timbal balik, yaitu pengukuran efisiensi di satu sisi, dan produktivitas di lain pihak. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa bank tidak efisien dalam pengeluaran yang menjadi beban biaya atau terjadi pemborosan. (Eddie Rinaldy, 2008).

Dalam penelitiannya Kosmidou (2008) menyatakan operation cost ratio digunakan untuk mengukur biaya yang dikeluarkan bank untuk melakukan kegiatan operasionalnya tersebut. Bila biaya operasi bank tidak sebanding dengan pendapatan bank, maka bank tersebut memiliki tingkat efisiensi yang rendah dan sebaliknya. Dengan kata lain Operation cost ratio memiliki pengaruh yang negative terhadap pendapatan bank, sehingga diharapkan tingkat rasio dari biaya operasi yang rendah agar pendapatan bank meningkat yang diiringi pula dengan peningkatan kinerja bank.

d. Loan to Deposit (LDR)

(35)

aktivanya lebih besar pada aktiva jangka pendek. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan. Dalam menentukan tingkat likuiditas bank dapat diukur dari berbagai cara seperti kredit yang dibandingkan dengan dana pihak ketiga. Likuiditas bank juga dapat diukur dengan cara metode aliran kas dimana bank harus dapat memprediksi aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Selain metode arus kas, likuiditas juga dapat diukur dengan giro wajib minimum. Semakin tinggi tingkat Loan to Deposit Ratio maka akan semakin rendah kondisi likuiditas bank karena penempatan dana pada kredit dibiayai dari dan pihak ketiga yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh nasabah. Tingginya tingkat Loan to Deposit Ratio akan mengurangi dana likuid bank yang berakibat pada penurunan kinerja bank (Rose dan Hudgins, 2005).

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan

dengan total deposit (Total Loan dibagi Total Deposit). (Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, 2003).

(36)

yang diterima bukan dari bank (lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi), deposito dan pinjaman anta bank (jangka waktunya tidak lebih tiga bulan), surat berharga yang diterbitkan, modal inti dan modal pinjaman. Namun bila dilihat dari pandangan konservatif, pengertian deposit sama dengan penjumlahan dana pihak ketiga, dan loan adalah kredit yang diberikan setelah dikurangi dengan kredit-kredit yang bersifat keloaan. Berdasarkan LDR ini dapat diketahui sejauh mana pihak manajemen melakukan perpencaran dalam penempatan dananya, yaitu besaran yang disalurkan dalam bentuk pemberian kredit dan yang ditanamkan dalam bentuk penanaman dana lainnya. Perpencaran ini sangat penting, karena hasil dan bobot resikonya berbeda. (Eddie Rinaldy, 2008)

Sedangkan menurut Selamet Riyadi (2006), LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110 %.

(37)

Deposit Ratio maka akan semakin rendah likuiditas bank karena kredit yang diberikan kepada nasabah berasal dari dana pihak ketiga, sehingga bank tidak mempunyai simpanan apabila ada nasabah yang mengambil dananya secara tiba-tiba. Maka dari itu rasio likuiditas memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank.

e. Size

Size digunakan dalam penelitian untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada nasabah. Semakin besar asset dari bank maka akan semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Tetapi didalam penelitian size hanya berpengaruh apabila faktor dari makroekonomi ikut serta dalam penelitian, walaupun pada faktanya bahwa size selalu berpengaruh terhadap semua kasus. Besar kecilnya size suatu bank dapat menggambarkan aktifitas yang dilakukan bank tersebut, semakin besar size maka semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Diharapkan size memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja bank karena besarnya aktifitas suatu bank dapat mengidentifikasikan besarnya pengeluaran serta peneriman yang dialami bank (Kosmidou,2008).

(38)

pada nasabah yang dilakukan bank. Pendapatan bank yang lebih besar dibanding pengeluaran akan meningkatkan profit bank sehingga semakin besar pendapatan yang diperoleh bank maka akan meningkatkan profit dari bank tersebut. Besarnya pendapatan bank yang diimbangi dengan pengeluaran bank yang lebih besar akan mengurangi profit bank, sehingga diharapkan pendapatan lebih besar dibanding pengeluaran agar memberikan dampak positif bagi kinerja bank (Staikouras,2007).

4. Faktor eksternal

a. Gross Domestic Product/ Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto Indonesia adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestic, termasuk pendapatan yang diperoleh faktor-faktor produksi yang dimiliki asing ; pengeluaran total barang dan jasa yang diproduksi secara domestic (Mankiw, 2005).

Gross Domestic Product adalah nilai semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara tiap tahun dan diukur menurut harga pasar. Produk Domestik Bruto diperoleh dari penjumlahan konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor) dalam suatu periode. (Maulidah dan Irwan Gunawan, 2004)

(39)

mengetahui aktifitas dalam perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan Gross Domestic Product diharapkan dapat mempengaruhi jumlah penawaran dan permintaan atas tabungan dan pinjaman dari masyarakat terhadap suatu bank. Gross Domestic Product diharapkan memiliki pengaruh yang positif terhadap profit bank yang dapat meningkatkan kinerja bank. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pertumbuhan Gross Domestic Product dapat mengidentifikasikan pada tingkat kemakmuran masyarakat, maka diharapkan akan semakin tinggi permintaan dan penawaran akan pinjaman dan tabungan dari masyarakat pada bank. Tingginya tingkat permintaan dan penawaran akan pinjaman dan tabungan memiliki pengaruh yang positif terhadap profit yang akan mengakibatkan pada kenaikan kinerja bank (Kosmidou,2008).

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa Gross Domestic Product berpengaruh positif terhadap profit bank. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang telah dinyatakan sebelumnya. Pertumbuhan Gross Domestic Product dapat meningkatkan penawaran dan permintaan akan tabungan dan pinjaman pada bank yang dapat meningkatkan kinerja bank.

(40)

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan barang dalam perekonomian suatu Negara keseluruhan (Umi Murtini dan Nathalia Dewi, 2006).

Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator dari makroekonomi yang dapat mempengaruhi profit secara langsung dan tidak langsung tergantung dari perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan bank karena tingkat inflasi mengidentifikasikan dari harga suatu komoditas yang mengalami kenaikan harga dalam jangka waktu yang cukup lama. Barang dan jasa yang mengalami inflasi dapat meningkatkan pendapatan secara nominal bukan secara riil tetapi begitu juga dengan pengeluaran secara nominal. Tingkat inflasi akan berpengaruh positif terhadap profit bank apabila perubahan pada pendapatan lebih besar dibanding dengan perubahan pada pengeluaran. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya maka tingkat inflasi akan berpengaruh negative terhadap profit bank. Maksud dari pernyataan tersebut bahwa tingkat kesehatan juga bergantung pada tingkat inflasi, sehingga diharapkan bahwa tingkat inflasi dapat memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan bank yang akan meningkatkan kinerja bank.

c. Stock Market Capitalization

(41)

tingkat kesehatan bank, sehingga Stock Market Capitalization secara negatif berpengaruh terhadap margin dan berakibat dapat mengurangi kinerja bank. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat Stock Market Capitalization maka akan semakin banyak dana yang dibutuhkan bank dalam menjalankan aktifitasnya yang mengidentifikasikan pada rendahnya kinerja bank (Demirguc-kunt dan Huizinga, 1999).

Stock Market Capitalization digunakan untuk mengetahui besarnya saham bank yang diterbitkan di pasar modal. Stock Market Capitalization merupakan jumlah dari nilai saham yang dimiliki oleh bank yang diedarkan ke pasar modal. Stock Market Capitalization memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank. Karena semakin banyak nilai saham yang diterbitkan maka akan menandakan bahwa bank tersebut sedang membutuhkan sejumlah dana untuk menjalankan aktifitas bank. Kurangnya dana bank tersebut mengidentifikasikan pada kinerja bank yang menurun (Kosmidou, 2008).

(42)

d. Concentration

Concentration digunakan untuk bank yang memiliki lima aset terbesar dari seluruh bank yang dijadikan sampel penelitian. Karena pada umumnya bank yang memiliki aset terbesar memiliki tingkat aktifitas dalam menghimpun dan menyalurkan dana pada nasabah yang tinggi dan dapat memonopoli pendapatan, sehingga diharapkan bahwa concentration dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap profitabilitas bank yang berakibat pada peningkatan kinerja bank (Kosmidou, 2008).

Concentration melindungi bank dari persaingan. Concentration mengidentifikasikan aset bank. Sebesar apapun persaingan antar sektor perbankan, bank yang memiliki asset yang terbesar akan tetap dapat memonopoli industri perbankan. Semakin tinggi tingkat Concentration bank maka akan dapat menyelamatkan bank dari tingkat persaingan dari pertumbuhan sektor perbankan yang pesat. Besarnya aset bank dapat menggambarkan tingginya tingkat aktifitas yang dilakukan bank, tingginya tingkat pengeluaran dan pemasukan bank, sehingga Concentration memiliki pengaruh positif terhadap kinerja bank (Demirguc-kunt dan Huizinga, 1999).

(43)

meningkatkan aktifitas serta peningkatan resiko bank, tingginya tingkat resiko yang diderita bank dapat mengurangi kinerja bank.

B. Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian yang terdahulu, Menurut Rose dan Hudgins (2005) penilaian kesehatan bank dapat didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh bank. Faktor yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dapat diukur secara kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kinerja suatu bank melalui penilaian atas faktor CAMEL atau kuantitatif yang merupakan penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio keuangan pada bank.

Penelitian selanjutnya oleh Staikouras (2007) menyatakan bahwa tingginya tingkat dari Return on Asset, Return on Equity dan Tobin’s Q dapat mengidentifikasikan tingkat kesehatan bank yang baik. Dalam hal rasio likuiditas (OCR) memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank.

(44)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008), dalam hal CAR, modal memiliki pengaruh positif terhadap profit yang dimiliki, sehingga semakin besar tingkat permodalan bank maka akan meningkat profit bank dan akan mengurangi resiko dari kebangkrutan. Dalam hal NPL atau Non Performing Loan secara negative mempengaruhi profit bank. Pengaruh negative dari non performing loan terhadap profit disebabkan karena berkurangnya pendapatan bunga pinjaman oleh para debitur. Dalam hal OCR atau Operation cost ratio memiliki pengaruh yang negative terhadap pendapatan bank, sehingga diharapkan tingkat rasio dari biaya operasi yang rendah agar pendapatan bank meningkat yang diiringi pula dengan peningkatan kinerja bank. Untuk size, size memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja bank karena besarnya aktifitas suatu bank dapat mengidentifikasikan besarnya pengeluaran serta peneriman yang dialami bank. Pada GDP atau Gross Domestic Product berpengaruh positif terhadap profit bank. Sedangkan pada tingkat inflasi akan berpengaruh positif terhadap profit bank. Sedangkan Stock Market Capitalization dapat mempengaruhi profit bank secara negatif. Dan Concentration memiliki pengaruh negatif terhadap profit bank.

C. Kerangka Pemikiran

(45)

dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu-lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat, sehingga kesehatan bank perlu dipelihara (Ikatan Akuntan Indonesia).

Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya, terutama kebijakan moneter (Perry Warjiyo, 2004)

Tingkat kesehatan bank perlu diketahui masyarakat agar dapat menjadi pertimbangan bank dalam memilih bank, tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Tingkat kesehatan bank dapat dianalisa dari dua faktor yang meliputi faktor internal yaitu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank dari internal bank itu sendiri dan faktor eksternal yang dapat diukur dari kondisi makroekonomi suatu negara (Kosmidou, 2008).

(46)
(47)

Faktor eksternal diantaranya meliputi pertumbuhan Gross Domestic Product, tingkat inflasi, Stock Market Capitalization dan Concentration (Kosmidou, 2008). Pertumbuhan Gross Domestic Product digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat yang diharapkan dapat mempengaruhi besarnya penawaran dan permintaan akan tabungan dan pinjaman pada bank. Tingkat inflasi digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap besarnya pendapatan dan pengeluaran bank. Stock Market Capitalization digunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan bank dengan membandingkan saham bank yang diedarkan ke pasar modal dengan total aset deposit bank yang beroperasi di suatu negara pada periode tertentu. Concentration digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui lima pemilik asset terbesar yang diperkirakan akan dapat memonopoli perbankan di indonesia. Concentration dapat dihitung dengan cara menjumlah dari lima bank yang memiliki asset terbesar yang dibandingkan dengan aset dari seluruh bank yang beroperasi pada periode tersebut.

(48)

Faktor Eksternal :

-GPD -Stock Market Capitalization -Inflasi -Concentration

Faktor Internal : -OCR -NPL -CAR -Size -LDR

Kinerja Bank

(ROA)

Analisis Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda : Normalitas

Autokorelasi Heteroskedastisitas

Multikoliniearitas

Analisis Uji Statistik Regresi Berganda : Uji Adjusted R2

Uji T-test Uji F-test

(49)

D. Hipotesis Penelitian

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja keuangan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode penelitian eksploratif, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor internal dan faktor eksternal terhadap kemampuan bank dalam meningkatkan kinerja pada industri-industri bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, artinya populasi yang akan dijadikan sampel penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, yang kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive sampling maka dapat diperoleh populasi sebagai berikut :

(51)

• Bank yang diteliti adalah bank komersil yang menggunakan sistem bunga dalam sumber pendapatan dan pembiayaan bank.

• Bank yang menjadi sampel penelitian merupakan perusahaan yang memiliki data lengkap mulai dari data 2004-2007

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil adalah bank-bank komersil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004-2007. Berdasarkan hal tersebut maka sampel bank yang diambil sebanyak 18 bank komersil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, karena datanya diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

D. Metode Analisis Data

(52)

asumsi klasik persamaan regresi yang meliputi uji auto kolerasi, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan analisis regresi berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi berganda. Didalam penelitian ini dilakukan 4 pengujian asumsi klasik yang dianggap penting dalam penelitian yaitu normalitas, tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen, tidak terjadi autokolerasi dan heterokedastisitas. Hal ini dimaksudkan agar persamaan regresi yang dihasilkan adalah BLUE (Best Linear Unbiased Estimators). (Ghozali, 2005).

a.Uji Normalitas

(53)

data memusat pada nilai rata-rata dan median. (Santoso dan Ashari, hal. 33321,2005).

Ada beberapa cara untuk mengeksplorasi asumsi kenormalitasan suatu data (Stanislaus, hal.35, 2006) antara lain: Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.

Distribusi normal mempunyai ciri-ciri, yaitu:

a. Datanya bentuk kontinus

b. Distribusinya berbentuk unimodal (satu puncak seperti gunung) c. Distribusinya simetris

d. Distribusinya asimtotik atau tidak bersenthan dengan sumbu x. Dalam uji normalitas data ckriteria untuk menolak atau menerima data terdistribusi normal berdasarkan P-value adalah sebagai berikut:

Jika p-value < α, maka data tidak normal

Jika p-value > α, maka data normal

p-value merupakan istilah significance (disingkat Sig.), dalam penelitian ini α = 5% (0,05).

a. Uji Multikolinearitas

(54)

yang baik seharusnya tidak terdapat hubungan yang kuat diantara variabel independennya.

Uji asumsi multikolinieritas dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan menggunakan nilai VIF (variance inflation factor)

dan tolerance value. Secara umum uji ini tidak dianggap sebagai masalah yang besar jika nilai VIF lebih kecil dari 5 (VIF<5%) atau

tolerance value lebih besar dari 0,10.

Dalam penelitian ini indikator nilai VIF digunakan untuk menguji multikolinieritas, dianakriteria untuk mendeteksinya:

Jika VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas

Jika VIF < 5, maka terdapat korelasi moderat sampai kuat (moderate to strong)

Jika VIF > 10, maka tidak terdapat korelasi tinggi (high corelation)

b. Uji Asumsi Homokedastisitas

(55)

regresi yang baik adalah persamaan yang mengandung asumsi homokedastisitas.

Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode Goldfield quands test, dimana pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara F hitung (λ) dengan F tabel.

Kriteria untuk mendeteksi apakah persamaan regresi tersebut mengandung asumsi homokedastisitas.

Ho = homokedastisitas (λ < F tabel)

H1 = terdapat heteroskedastisitas (λ > F tabel)

Rumus :

λ = RSS2/df2

RSS1/df1

Keterangan:

RSS1 = residual sum square 1

RSS2 = residual sum square 2

df1 = residual degree of freedom 1

(56)

4. Uji Statistik Koefisien Regresi

Penggunaan analisis regresi untuk menaksir pengaruh antar variabel yang telah ditetapkan sebelunnya berdasarkan teori. (Ghozali, 2005;160). Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis. Persamaan regresinya adalah :

Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + b5.X5 + b6.X6 + b7.X7

+ b8.X8 + b9.X9 + ẻ

Dimana :

Y = Kinerja bank a = Konstanta

b1 to b9 = Slope atau koefisien regresi atau intersep

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X2 = Non Performing Loan (NPL)

X3 = Operation Cost Ratio (OCR)

X4 = Loan Deposit Ratio (LDR)

X5 = Size (Total Aset)

X6 = Gross Domestic Product (GDP)

X7 = Tingkat Inflasi

X8 = Stock Market Capitalization (SMC)

X9 = Concentration

(57)

Untuk mencapai tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Pengujian terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut:

Uji signifikasi antara variabel terkait, baik secara bersama-sama maupun secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji statistik t dan uji statistik F (Fisher).

Uji t-statistic

Uji signifikansi koefisien (bi) dilakukan dengan statistik t (student t). uji t digunakan uji menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠ 0

Artinya tidak terdapat (alternatifnya terdapat) pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Nilai t-statistic dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujaranti, 1995: 114).

t- hit = koefisien regresi bi

(58)

Untuk menentukan nilai t-statistic tabel ditentukan tingkat signifikasi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah observasi dan adalah jumlah variabel yang termasuk intersep dengan kriteria uji adalah:

• Jika t hit > t tabel (α, n-k-1), maka Ho ditolak • Jika t hit < t tabel (α, n-k-1), maka Ho diterima

Uji statistik F

Uji F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut.

Ho: b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 = 0

H1: b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9≠ 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terkait.

Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1995:121):

F hitung = R2 / (k-1)

(59)

Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah:

Jika F hit > tabel (a; k-1; n-k), maka Ho ditolak

Jika F hit < tabel (a; k-a; n-k), maka Ho diterima

Untuk melihat kontribusi kemampuan menjelaskan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variansi variabel terikat dapat dilihat dari koefisien determinasi (R2) berganda dimana nilai koefisiennya antara 0 ≤ 1. hal ini berarti nlai R2 yang semakin besar mendekati 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel bebas dan variabel terikat beserta cara pengukurannya :

1. Variabel Bebas

a. Operation Cost Ratio

(60)

Operation Cost Ratio = Beban Operasi x 100 %

Pendapatan Operasi

b. Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio dapat diukur dari modal dibagi dengan total aktiva tertimbang menurut resiko (Rose dan Hudgins). Capital Adequacy Ratio = Modal x 100%

ATMR

c. Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio dapat diukur dari kredit dibagi dengan dana pihak ketiga (Kosmidou, 2008).

Loan to deposit Ratio = Kredit x 100%

Dana Pihak Ketiga

d. Non Performing Loan

Non Performing Loan dapat diukur dari penjumlahan cadangan aktiva yang diklasifikasikan dibagi dengan jumlah kredit bersih (Rose dan Hudgins, 2005).

NPL = Total cadangan aktiva yang diklasifikasikan x 100%

Total kredit

e. Size

Size dapat diukur dari logaritma asset bank tersebut (Pasiouras, 2008).

(61)

2. Variabel Terikat

ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Net Income dibagi Total Assets), ( Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, 2003).

ROA = EAT x 100%

Rata-rata total asset 3. Variabel Kontrol

a. Pertumbuhan GDP

Pertumbuhan GDP dapat dihitung dari tingkat pertumbuhannya (Kosmidou, 2008)

b. Tingkat Inflasi

Tingkat Inflasi dapat dihitung dari tingkat pertumbuhannya (Kosmidou, 2008)

c. Stock Market Capitalization Ratio

Stock Market Capitalization Ratio dapat diukur dari stock market capitalization dibagi dengan total asset deposit (Kosmidou, 2008).

Stock Market Capitalization Ratio = Stock Market Capitalization x 100% Total Asset Deposit d. Concentration

Concentration dapat diukur dari lima pemilik asset terbesar (Kosmidou, 2008)

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia.Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Veregining Voor Effectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek Belanda lainnya.

Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya Perang Dunia kedua.

(63)

pemberian fasilitas perpajakan, bak kepada perusahaan-perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan keudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bungan deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternative lain dalam menginvestasikan uangnya.

(64)

Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tangal 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta

Automated Trading System (JATS), sebuah system perdagangan otomatis yang menggankan system perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melali lantai bursa, dimana transaksi dapat dilakukan oleh WPPE dikantornya masing-masing. Sistem baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan.

Bursa Efek Jakarta juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan aspek pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan tahun 2002.

(65)

menjadi entitas bursa baru, yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi beroperasi.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

• 14 Desember 1912 : Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

• 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

• 1925 – 1942 : Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

• Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

• 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta di tutup kembali selama Perang Dunia II.

(66)

• 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

• 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

• 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Pesiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emitan pertama.

• 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 198 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibanding instrumen Pasar Modal.

• 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 1987) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

• 1988 – 1990 : Paket deregulasi di bidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivita bursa terlihat meningkat.

(67)

• Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

• 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

• 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

• 22 Mei 1955 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ diaksanakan dengan system computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

• 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini dimulai Januari 1996.

• 1995 : Bursa Paralel Indonesia meger dengan Bursa Efek Surabaya.

(68)

• 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

• 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia(BEI).

Gambar 4.2 Struktur Pasar Modal Indonesia

(69)

Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia

Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga masing-masing pihak yang mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah:

a. Perusahaan yang go publik (emiten)

Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi.

b. Perusahaan efek

Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi atau penasehat investasi.

c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpangan

Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yan terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain.

d. Perusahaan reksa dana

Adalah pihak yang kegiatan umumnya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi).

(70)

Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (gurator)

adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.

Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan penting dalam registrasi saham, setelah scripless berperan memelihara investasi hingga memantau perolehan deviden investor, penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua saham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

f. Profesi penunjang

Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal)

dan konsultan hukum.

(71)

sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang peraturan jabatan notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akta pendirian, izin usaha dan lain-lain.

g. Pemodal

Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.

h. Badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

Badan pengawas pasar modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan masyarakat..

(72)

perusahaan sekuritas dan para piaang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para profesional.

3. Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri Keuangan.

Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh bursa efek sendiri, selain itu peraturan dimulai oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten.

5. Perkembangan Usaha

Sejak tahun 1995, perkembangan kinerja bursa regional di Asia Pasifik relatif bervariasi. Hal ini terlihat dari pergerakan indeks harga sahamnya. Bursa Efek Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata indeks tahunan sebesar 12,7%. Peningkatan ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan pergerakan indeks bursa regional lainnya. Perkembangan indeks ini tetap menunjukkan peningkatan yang positif, meskipun beberapa negara Asia seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan termasuk Indonesia mengalami krisis ekonomi pada periode 1997-1999.

(73)

Akan tetapi, peranan pasar modal indonesia terhadap perekonomian negara, yang terlihat dari perbandingan nilai kapitalisasi pasar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), masih berada pada posisi yang cukup rendah. Pada tahun 2004, rasio nilai kapitalisasi pasar terhdap PDB di indonesia hanya mencapai 29,5%. Sementara beberapa bursa regional lainnya telah melampaui 100%. Disisi lain, kondisi ini menunjukkan masih besarnya potensi perkembangan pasar modal Indonesia.

Perkembangan penggalangan dana melalui pasar modal Indonesia sangat terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika krisis ekonomi melanda indonesia pada tahun 1997-1998, jumlah emiten hanya tumbuh sebesar 1% dengan nilai emisi saham tumbuh sebesar 7,15 pada tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk obligasi, tidak ada emiten yang menerbitkan obligasi sepanjang tahun 1998. setelah mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi, pasar saham mulai kembali bergairah sejak tahun 1999. pada tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesr 172,2% yaitu dari Rp. 75,9 triliun pada tahun 1998 menjadi Rp. 206,7 triliun pada tahun 1999. setelah meningkat secara signifikan pada tahun 1999, selanjutnya memasuki tahun 2000 hingga pertengahan 2005 jumlah emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5% pertahun, dengan nilai emisi mengalami pertumbuhan rata-rata 3,4% pada periode yang sama.

(74)

Namun demikian, dengan membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003 meberikan pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga nilai kapitalisasi pasar kembali tumbuh mencapai Rp.65,81 triliun pada bulan juni 2005. selanjutnya, rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB pada tahun 2004 mencapai 29,5% yang merupakan peningkatan yang cukup sgnifikan dalam lima tahun terakhir setelah masa krisis. Untuk perkembangan emisi saham, terlihat tidak terlalu signifikan, namun transaksi saham di BEJ bergerak cukup aktif. Rata-rata nilai perdagangan pada periode 1999 hingga juni 2005 berada pada kisaran Rp.794,43% miliar per hari dengan volume saham berkisar 1.03 miliar lembar per hari dan frekuensi berksar 16 ribu transaksi per hari.

(75)

B. Analisis dan Pembahasan

Penelitian ini akan menganalisis tentang beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan bank yang terdaftar di Bursa efek Indonesia pada periode 2004-2007.

1. Analisa Deskriptif

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) diperoleh dari perbandingan modal dengan total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri, semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka akan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi bank.

(76)

Tabel 4.1

9 BANK MAYAPADA INTERNASIO NAL 14.27 14.18 13.78 28.70

10 BANK MEG A 13.52 11.12 15.73 11.84

11 BANK NEG ARA INDO NESIA 17.09 15.99 15.3 15.74

12 BANK NIAG A 10.29 17.24 16.65 15.43

13 BANK NISP 15.11 19.71 17.07 16.15

14 BANK NUSANTARA PARAHYANG AN 11.43 10.34 16.23 17.00

15 BANK PERMATA 11.4 9.8 13.5 13.30

16 BANK UO B BUANA 21.83 19.92 30.36 27.24 17 BANK VIC TO RIA INTERNASIO NAL 14.39 20.28 20.27 15.43 18 BANK PAN INDO NESIA 37.43 28.72 29.47 21.58

Sumber : IDX Statistics, data : diolah

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 4.2  Struktur Pasar Modal Indonesia
Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

If we wanted every tmux session to start in the same default folder, or automatically open a split window, we could bake that right in to our default configuration, simply by using

Masyarakat penutur ash bahasa Melayu Belitung di Kabupaten Belitung merupakan pcmakai Bahasa Melayu Belitung dalam kehidupan sehani-hari, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas lingkungan yaitu parameter kualiatas lingkungan seperti DO ( Disolve Oxygen ), suhu, kekeruhan, pH air,

Hal ini berarti bahwa hipotesis ditolak yang artinya tidak ada perbedaan dalam menggunakan metode Problem Focused Coping pada subyek pria dan wanita dalam menghadapi pacaran

Penggunaan lahan haruslah memenuhi persyaratan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat berproduksi serta tidak mengalami kerusakan untuk jangka waktu yang tidak

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Dari sembilan komponen permukiman yang dinilai, 8 komponen permukiman sebagian besar masuk dalam kategori kondisi baik yaitu,

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik dari pihak STIE Perbanas Surabaya maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya