• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Orientasi Belanja dan Gender Differences terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online (Studi Kasus pada Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Orientasi Belanja dan Gender Differences terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online (Studi Kasus pada Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ORIENTASI BELANJA DAN GENDER

DIFFERENCES TERHADAP PENCARIAN INFORMASI

ONLINE DAN BELANJA ONLINE

(Studi Kasus pada Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Disusun oleh:

GITA CHAIRUN NISA

107081003297

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gita Chairun Nisa

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 30 April 1989

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Bukit Indah Blok J1/11 Sarua, Ciputat

E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal

2007-2013 : Strata 1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2004-2007 : SMA Islam Al-Azhar 1

2001-2004 : SLTP Islam Al-Azhar 1

1995-2001 : SD Islam Al-Azhar 4

1993-1995 : TK Islam Al-Azhar 4

1992-1993 : Play Group Cut Mutia, Jakarta Pusat

Pendidikan Non Formal

ESQ Training Basic pada tahun 2007

Pelatihan Fasilitator GeMAH 99 pada tahun 2008 ESQ In House Training MCB UIN pada tahun 2009

Pengalaman Organisasi

(7)

ABSTRACT

The aim of this research is to to analyze the influence of shopping orientations on online information search and online purchase, and the differences between male and female in their shopping orientations. The samples of this research are students of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta who have online purchased at least one time. The data collection in this research uses a questionnaire containing 22 statements wich are distributed to 60 respondents. This research uses purposive sampling technique in the form of multiple linear regression analysis by firstly referring to the classic assumption analysis. This research also uses independent sample T test to analyze the differences between male and female students in their shopping orientations. Shopping orientations were indentified into six variables: shopping enjoyment, brand/fashion conscious, convenience/time conscious, price conscious, shopping confidence, and brand/store loyalty. The results show that simultaneously shopping orientations significantly influence on online information search but not significantly influence on online purchase. Partially, only convenience/time conscious and price conscious variable have significant influence on online information search and shopping enjoyment variable has significant influence on online purchase. Convenience/time conscious and price conscious were significantly different between male and female students’ shopping orientations. No significant differences were found in shopping enjoyment, brand/fashion conscious, shopping confidence, andbrand/store loyalty between male and female students.

(8)

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh orientasi belanja terhadap pencarian informasi online dan belanja online, serta menganalisis perbedaan orientasi belanja antara pria dan wanita. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah melakukan belanja online minimal satu kali. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan kuesioner yang berisi 22 butir pertanyaan yang disebarkan kepada 60 responden. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan metode analisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan terlebih dahulu mengacu pada uji asumsi klasik. Selanjutnya penelitian ini juga menggunakan independent sample T test untuk menganalisis perbedaan orientasi belanja pada mahasiswa pria dan wanita. Orientasi belanja dijelaskan dalam enam variabel, yaitu shopping enjoyment, brand/fashion conscious, convenience/tima conscious, price conscious, shopping confidence, dan brand/store loyalty. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan orientasi belanja berpengaruh signifikan terhadap pencarian informasi online tetapi tidak signifikan terhadap belanja online. Secara parsial hanya variabel convenience/time conscious dan price conscious yang berpengaruh signifikan terhadap pencarian informasi online dan variabel shopping enjoyment yang berpengaruh signifikan terhadap belanja online. Terdapat perbedaan orientasi belanja yang signifikan antara pria dan wanita pada variabel convenience/time conscious dan price conscious. Pada variabel shopping enjoyment, brand/fashion conscious, shopping confidence, dan brand/store loyalty tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita.

kata kunci: orientasi belanja, shopping enjoyment, brand/fashion conscious, convenience/time conscious, price conscious, shopping confidence, brand/store loyalty, gender differences, pencarian informasi online, belanja online.

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hamba-Nya, Shalawat dan salam tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Orientasi Belanja dan Gender Differences Terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online (Studi Kasus Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)” ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, dalam arti masih terdapat kekurangan baik dari segi materi bahasan maupun teknik penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan sekaligus sangat menghargai saran dan kritik dari pembaca, guna mewujudkan karya ilmiah yang lebih berkualitas.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Sandy Haryanto dan Ibunda Indhrawaty Diah Permata atas kesabarannya yang telah membesarkan, mendidik dan mengasuh penulis dengan penuh rasa kasih sayang yang besar dan tulus, serta senantiasa mendukung dan memanjatkan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta

(10)

v

Herni Ali HT, SE, MM selaku pudek III bidang kemahasiswaan yang telah memberikan motivasi dan didikan yang baik untuk penulis.

4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Titi Dewi Warnida, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta

5. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, MA selaku Pembimbing I dan Ibu Leis Suzanawati, SE, Msi selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Dr. Suhendra, MM selaku salah satu penguji komprehensif yang telah memberikan motivasi dan ilmu kepada penulis.

7. Seluruh dosen, asisten dosen, karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya yang berada di jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya serta pelayanan akademik selama ini bagi penulis.

8. Teman-teman kuliah jurusan Manajemen angkatan 2007, khususnya kelas C dan kelas pemasaran B yang telah memberikan dukungan, keceriaan, kenangan, serta berbagi pengalaman selama kita kuliah bersama-sama. Teman-teman seperjuangan, Resha, Agi, Isti, Neng, Wandi, terima kasih atas sharing-sharingnya :D

9. Geng rempongers Yolan, Pipit, Wenny dan my PIC Arini yang kadang nyebelin tapi ngangenin, hahaha :D Terima kasih atas kebersamaan, kegilaan, dan dukungannya selama ini. Semoga kebersamaan ini akan terjalin seterusnya.

10.Sahabat terbaik dari SMA, para cewek kece, Zahra, Odi, Fitri, Nadia yang terus saling mendukung dan tentunya ikut mewarnai kehidupanku selama beberapa tahun belakangan ini.

(11)

skripsi ini. Teruntuk Tecin, terima kasih yang juga tak terkira karena sering diculik kemana-mana untuk menemani mencari referensi atau sekedar jalan-jalan melepas penat hehehe.. Juga dua lagi, untuk para sepupu, Dinda dan Phalen yang juga telah menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabat dan saudara baruku di FOSMA UIN dan Naml Foundation, trio Kameta - Kacipa - Kalia, Racil, Nina, Rifa, Hani, Ibnu, Romi, Reza, Kak Oci, Abe, Kak Wildan, Kak Novas, Angga, Dian, Lela, Ulan Bonte, serta yang lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas doa, dukungan dan perhatiannya (yang kadang mengganggu :p) selama ini. Ucapan khusus teruntuk pasangan Kak Isti dan Kak Bhara yang pernah direpotkan masalah statistik, haha terima kasih kakak S.S.T :D

13.Keluarga besarku, Eyang Uti, para om dan tanteku, serta para sepupu, sodara dan sodari yang selalu memberikan dukungan melalui doa sehingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

14.Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan pahala atas semua kebaikan pihak-pihak yang telah membantu dalam masa perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Jakarta, 25 Oktober 2013

Penulis,

(12)

vii

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Electronic Commerce ... 12

B. Orientasi Belanja ... 13

1. Shopping Enjoyment ... 15

2. Brand/Fashion Cosncious ... 17

3. Convenience/Time Conscious ... 18

4. Price Conscious ... 20

5. Shopping Confidence ... 22

6. Brand/Store Loyalty ... 22

C. Gender Differences ... 24

(13)

viii

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 43

E. Operasional Variabel Penelitian ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas dan Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perkembangan E-commerce ... 57

C. Pembahasan dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Variabel a. Deskriptif Variabel Shopping enjoyment ... 67

b. Deskriptif Variabel Brand/Fashion Conscious ... 70

c. Deskriptif Variabel Convenience/Time Conscious ... 72

d. Deskriptif Variabel Price Conscious ... 74

e. Deskriptif Variabel Shopping Confidence ... 78

f. Deskriptif Variabel Brand/Store Loyalty ... 80

(14)

ix

h. Deskriptif Variabel Belanja Online ... 83

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data ... 84

b. Uji Multikolinieritas ... 86

c. Uji Heteroskedastisitas ... 89

d. Uji Autokorelasi ... 92

3. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi Berganda ... 94

b. Uji Koefisien Determinasi ... 96

c. Uji t (Parsial) ... 98

d. Uji F ... 117

e. Uji Independent Sample T Test ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 136

B. Implikasi ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 141

(15)

x

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.

3.1 Skala Likert 43

3.2 Operasional Variabel Penelitian 54

4.1 Uji Validitas Item Pertanyaan 60

4.2 Uji Realibilitas 61

4.3 Jenis Kelamin Responden 62

4.4 Fakultas Responden 63

4.5 Semester Responden 64

4.6 Usia responden 65

4.7 Jumlah Pengeluaran Untuk Belanja Online Responden 66 4.8 Berbelanja online membuat saya menjadi gembira 68 4.9 Saya menikmati aktivitas belanja melalui internet 68 4.10 Saya menikmati dalam menghabiskan waktu saya untuk mencari

produk melalui internet

69

4.11 Saya menyukai membeli produk dengan merek yang sudah dikenal 70

4.12 Saya tertarik dengan fashion 71

4.13 Pakaian yang saya pakai selalu up to date sesuai dengan tren fashion saat ini

71

4.14 Saya dapat menghemat waktu dengan berbelanja di toko online 72 4.15 Bagi saya, hal yang paling penting dalam berbelanja adalah

kenyamanan

73

4.16 Saya membeli produk di toko online yang tampilannya sederhana dan mudah digunakan

74

4.17 Sebelum melakukan pembelian, saya memperhatikan harga terlebih dahulu

75

4.18 Saya berbelanja banyak ketika mendapatkan harga promosi 76 4.19 Saya mengunjungi ke berbagai toko online terlebih dahulu sebelum

memutuskan untuk membeli suatu produk

(16)

xi

4.20 Saya dapat menghemat uang ketika berbelanja melalui internet 77 4.21 Saya memutuskan untuk membeli suatu produk secara online tanpa

bertanya pada orang lain

78

4.22 Saya mampu membeli produk yang tepat untuk saya sendiri” 79

4.23 Saya adalah seorang pembelanja yang baik 79

4.24 Saya melakukan pembelian ulang pada toko atau merek yang sama 80 4.25 Saya tidak berpindah toko atau merek ketika terjadi perubahan

harga pada produk yang biasa saya beli

81

4.26 Memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin mengenai ukuran, warna dan bahan suatu produk

82

4.27 Saya memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin mengenai ukuran, warna dan bahan suatu produk fashion yang akan saya beli

83

4.28 Frekuensi melakukan belanja online dalam satu tahun terakhir 84

4.29 Hasil Uji Normalitas (Y1) 85

4.30 Hasil Uji Normalitas (Y2) 86

4.31 Hasil Uji Multikolinieritas (Y1) 87

4.32 Hasil Uji Multikolinieritas (Y2) 88

4.33 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Y1) 90

4.34 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Y2) 91

4.35 Hasil Uji Autokorelasi (Y1) 93

(17)

xii

4.46 Hasil Uji Independent Sample T Test (X1) 126

4.47 Hasil Uji Independent Sample T Test (X2) 127

4.48 Hasil Uji Independent Sample T Test (X3) 128

4.49 Hasil Uji Independent Sample T Test (X4) 130

4.50 Hasil Uji Independent Sample T Test (X5) 132

(18)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

1.1 Persentase Penggunaan Internet oleh Penduduk Indonesia 3

1.2 Item yang Diminati Konsumen Online 6

2.1 Hubungan sikap relatif pada pembelian ulang 23

(19)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal.

1. Kuesioner Penelitian 145

2. Skor Jawaban Penelitian 149

3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas 151

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, persaingan pasar semakin hari terasa

semakin ketat. Semakin banyak penjual yang mencoba masuk ke dalam pasar

yang baru. Di tengah persaingan yang semakin ketat tersebut, para penjual

pun berlomba-lomba untuk mendapatkan pembeli. Berbagai macam cara akan

dilakukan para penjual untuk meraih banyak pembeli, dimulai dari

menawarkan kualitas super, harga yang miring, hingga menawarkan

kemudahan-kemudahan lain seperti layanan pesan antar.

Dengan semakin banyaknya penjual yang menjual barang sejenis,

pembeli pun semakin sulit untuk menentukan pilihan. Berbagai alternatif

yang ditawarkan penjual menjadi penentu seseorang untuk membeli

produknya. Tak jarang para pembeli sering keluar masuk berbagai macam

toko hanya untuk mendapatkan sebuah barang yang sesuai dengan

keinginannya. Tetapi berbeda dengan mereka yang memiliki sedikit waktu

untuk berbelanja. Mereka tidak mau membuang waktunya untuk keluar

masuk toko hanya untuk mendapatkan sebuah barang. Mereka menginginkan

kemudahan dalam melakukan pembelian barang yang diinginkannya.

Pencarian informasi merupakan tahap penting dalam model pengambilan

(21)

pembelian aktual (Nam, 2003:40). Sebelum konsumen melakukan pembelian,

seperti biasa mereka sebelumnya akan mencari informasi mengenai produk

yang diinginkannya, atau pun produk yang sedang ditawarkan oleh penjual.

Bagi konsumen online, pencarian informasi tersebut bisa didapat melalui

search engine di internet, atau dengan berkeliling keluar masuk toko online.

Informasi yang dikumpulkan bisa berupa harga, merek, spesifikasi barang,

bentuk, bahan material, dan lain-lain yang selanjutkan dijadikan bahan

pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian.

Fenomena tersebut menjadikan peluang bagi para penjual untuk

memanfaatkan teknologi yang menawarkan kemudahan bagi mereka, yaitu

internet. Internet adalah jaringan publik luas dari jaringan komputer yang

menghubungkan pengguna di seluruh dunia satu sama lain dan

menghubungkan mereka dengan “penyimpanan informasi” yang sangat besar

(Kotler dan Armstrong, 2010:237). Jumlah pengguna internet yang besar dan

semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Berdasarkan survey

yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia

semakin meningkat (tabel 1.1). Dimulai dari tahun 2000, prosentase

penduduk Indonesia yang menggunakan internet sebesar 1%, kemudian di

tahun 2007 menjadi 8,9%, lalu meningkat hingga 10,5% di tahun 2008, dan

terus meningkat di tahun 2010, yakni sebesar 12,3%. Penelitian yang

dilakukan Yahoo bersama TNS pada tahun 2010 kepada responden pengguna

internet menunjukkan bahwa 64% pengguna internet di Indonesia adalah pada

(22)

16% (Alfiyah, 2012). Data juga menunjukkan bahwa pemanfaatan internet

sebagai media jual-beli saat ini didominasi oleh kalangan anak muda, baik itu

sebagai penjual maupun pembeli. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena

sebagian besar dari para pengguna internet aktif adalah orang-orang yang

berusia 17-40 tahun (http://www.dinomarket.com).

Gambar 1.1

Persentase Penggunaan Internet oleh Penduduk Indonesia

Sumber: www.internetworldstats.com

Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu dan pandangan

dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di

seluruh dunia mempunyai akses internet yang mudah atas bermacam-macam

informasi. Perkembangan Internet juga telah mempengaruhi perkembangan

ekonomi. Teknologi ini dimanfaatkan oleh beberapa penjual yang ingin

memasuki pasar baru atau pun melebarkan sayap usahanya. Penggunaan

0 2 4 6 8 10 12 14

2005 2007 2008 2010

Persentase

(23)

teknologi internet merupakan pilihan yang populer dipilih oleh para penjual

beberapa tahun belakangan ini. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya

hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (dan sebagian sangat kecil

melalui pos atau telepon), kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui

Internet. Proses jual beli yang didukung dengan perangkat elektronik,

terutama internet ini dikenal dengan nama e-commerce (Kotler dan

Armstrong, 2010).

Dalam usaha untuk mendapatkan banyak pembeli, para pedagang

mencoba mempromosikan barang dagangannya melalui internet. Tidak hanya

itu, banyak juga para pedagang yang membuat suatu situs tertentu yang

disebutnya sebagai ‘toko online’, untuk memenuhi kebutuhan para konsumen

yang menginginkan kemudahan dalam berbelanja. Toko online merupakan

pilihan mudah bagi orang yang memiliki sedikit waktu untuk berbelanja,

namun memiliki banyak kebutuhan untuk dipenuhi. Mereka bisa memilih dan

membeli barang yang diinginkan kapanpun tanpa harus pergi ke toko ataupun

pusat perbelanjaan. Mereka hanya tinggal duduk santai di rumah atau bisa

saja di kantor, kemudian membuka internet lalu mulai melakukan pencarian

terhadap barang yang diinginkannya. Cukup dengan beberapa klik, barang

yang diinginkannya tersebut akan segera dimiliki. Banyak diantara toko

online tersebut yang tidak memiliki toko nyata. Jadi, mereka hanya

(24)

Ada beberapa alternatif media yang digunakan bagi para penjual untuk

menawarkan produknya secara online, melalui blog salah satunya. Sebut saja

Blogspot, Multiply, blogger.com, dan masih banyak lagi. Blog tersebut dapat

dimiliki dengan mudah secara gratis. Penjual bisa menambahkan

ornamen-ornamen sendiri yang sesuai dengan barang yang dijualnya ataupun sesuai

kepribadian pemilik toko. Selain itu, blog tersebut juga menawarkan template

menarik yang dapat digunakan para penjual untuk menarik minat pembeli.

Situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter pun kini sudah mulai banyak

digunakan pagi para penjual untuk mendirikan toko online-nya. Berbeda

dengan blog, penampilan toko online di situs jejaring sosial tidak dapat

disesuaikan dengan keinginan pribadi pemilik toko. Mereka hanya bisa

menampilkan gambar-gambar produk yang akan dijual. Alternatif lain yang

dapat dipilih adalah dengan membuat situs web sendiri. Disini penjual lebih

bebas dalam menentukan tampilan yang akan digunakan untuk toko online

nya tersebut. Situs web bisa didapatkan secara gratis, ataupun dapat juga

dengan menggunakan situs web yang berbayar.

Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan Nielsen, menunjukkan

bahwa sekitar 85% dari responden telah melakukan pembelian secara online.

Hal ini menunjukkan perbaikan dalam tren belanja online. Klaim lain adalah

bahwa sekitar 50% dari orang yang menggunakan internet di seluruh dunia,

adalah pembeli online aktif. Sebuah survei yang dilakukan sekitar tahun

2009, tentang jumlah pembeli online, tercatat sekitar 627 juta orang

(25)

juta orang. Orang-orang dari Negara-negara seperti Korea, Jerman, Inggris,

Jepang dan Amerika Serikat, adalah mereka yang sangat gemar belanja online

(sumberdaya.web.id).

Gambar 1.2

Item yang Diminati Konsumen Online

Sumber:www.viva.co.id

Di Indonesia sendiri, berdasarkan temuan Nielsen bertajuk Global

Nielsen Consumer Report 2009, sebanyak 47% masyarakat di Indonesia

pernah melakukan transaksi online. Berdasarkan gambar 1.1 diatas, terlihat

Item yang paling popular ditransaksikan adalah reservasi tiket pesawat, yakni

sebesar 40%. Selain itu, item lain seperti kategori buku diminati konsumen

sebesar 37%, kategori baju, aksesoris, dan sepatu sebesar 21%, serta kategori

barang elektronik juga sebesar 21% (Chandrataruna, 2010). untuk persentase

reservasi tiket pesawat, 40%

buku, 37% baju, aksesoris

dan sepatu, 21%

(26)

penetrasi penduduk Indonesia yang pernah melakukan belanja online,

berdasarkan catatan MarkPlus Insight tahun 2010, baru sebesar 6,3%. Namun,

ketika survei kembali dilakukan pada bulan April 2011, penetrasi belanja

online meningkat dua kali lipat menjadi 12,7%. Data ini menunjukkan bahwa

dari waktu ke waktu belanja melalui internet akan semakin meningkat ke

depannya (Hassanuddin, 2011).

Dalam belanja online, gender dapat mempengaruhi kegiatan belanja.

Meskipun di jaman globalisasi sekarang ini kesetaraan gender selalu

dijunjung tinggi oleh masyarakat, bahkan pria dan wanita dianggap memiliki

kemampuan yang sama dalam memutuskan berbelanja online, tapi dalam

beberapa penelitian menunjukkan bahwa gender merupakan faktor penting

yang dapat mempengaruhi konsumen dalam perilaku belanja secara online

(Prabowo dan Suwarsi, 2009:108). Dalam sebuah penelitian, ditemukan

bahwa terdapat perbedaan jumlah produk atau jasa yang dibeli secara online

antara pembeli pria dan wanita (Leonard dalam Lim et al, 2010:158). Gender

dikatakan merupakan faktor yang membedakan frekuensi pembelian online

(Wells dan Chen dalam Prabowo dan Suwarsi, 2009:108). Selanjutnya dalam

penelitian yang dilakukan Prabowo dan Suwarsi (2008), juga terdapat

perbedaan dimensi shopping orientation, online search information, dan

online purchase antara pria dan wanita.

Berdasarkan penjelasan yang telah diurai penulis mengenai beberapa

(27)

online information search dan belanja online mendorong penulis untuk

meneliti variable-variabel tersebut. Sehingga diperoleh judul penelitian yaitu

“Pengaruh Orientasi Belanja dan Gender Differences terhadap Pencarian

Informasi Online dan Belanja Online” dengan studi kasus pada Mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Perumusan Masalah

Dengan memodifikasi penelitian sebelumnya yang dilakukan olehSeock

dan Bailey (2008), peneliti menggunakan enam variabel independen untuk

menjelaskan Orientasi Belanja, yaitu variabel Shopping Enjoyment, Brand

Conscious, Price Conscious, Shopping Confidence, Convenience/Time

Conscious, dan Brand/Store Loyalty. Variabel-variabel tersebut digunakan

peneliti untuk mengukur pengaruh Orientasi Belanja terhadap Pencarian

Informasi Online dan Belanja Online. Dalam penelitian ini, peneliti juga akan

meneliti apakah terdapat perbedaan orientasi belanja antara Pria dan Wanita.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permusan masalah dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Apakah Shopping Enjoyment berpengaruh secara signifikan terhadap

Pencarian Informasi Online?

2. Apakah Brand Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap

Pencarian Informasi Online?

3. Apakah Convenience/Time Conscious berpengaruh secara signifikan

(28)

4. Apakah Price Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap

Pencarian Informasi Online?

5. Apakah Shopping Confidence berpengaruh secara signifikan terhadap

Pencarian Informasi Online?

6. Apakah Brand/Store Loyalty berpengaruh secara signifikan terhadap

Pencarian Informasi Online?

7. Apakah Shopping Enjoyment, Brand Conscious, Convenience, Price

Conscious, Shopping Confidence, dan Brand/Store Loyalty berpengaruh

secara simultan terhadap Pencarian Informasi Online?

8. Apakah Shopping Enjoyment berpengaruh secara signifikan terhadap

Belanja Online?

9. Apakah Brand Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja

Online?

10. Apakah Convenience/Time Conscious berpengaruh secara signifikan

terhadap Belanja Online?

11. Apakah Price Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja

Online?

12. Apakah Shopping Confidence berpengaruh secara signifikan terhadap

Belanja Online?

13. Apakah Brand/Store Loyalty berpengaruh secara signifikan terhadap

(29)

14. Apakah Shopping Enjoyment, Brand Conscious, Convenience/Time

Conscious, Price Conscious, Shopping Confidence, dan Brand/Store

Loyalty berpengaruh secara simultan terhadap Belanja Online?

15. Apakah terdapat perbedaan Shopping Enjoyment antara Pria dan Wanita?

16. Apakah terdapat perbedaan Brand Conscious antara Pria dan Wanita?

17. Apakah terdapat perbedaan Convenience/Time Conscious antara Pria dan

Wanita?

18. Apakah terdapat perbedaan Price Conscious antara Pria dan Wanita?

19. Apakah terdapat perbedaan Shopping Confidence antara Pria dan

Wanita?

20. Apakah terdapat perbedaan Brand/Store Loyalty antara Pria dan Wanita?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan penulis, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Shopping

enjoyment, brand conscious, price conscious, shopping confidence,

convenience/time conscious, dan brand/store loyalty terhadap pencarian

informasi online dan belanja online, serta menganalisis perbedaan

orientasi belanja antara pria dan wanita dengan mengambil studi kasus

(30)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

1) Peneliti dapat menerapkan ilmu Ekonomi khususnya dalam

bidang Manajemen Pemasaran yang telah diperoleh selama

perkuliahan

2) Sebagai media untuk menambah wawasan pengetahuan

mengenai pengaruh orientasi belanja dan gender differences

terhadap pencarian informasi online dan belanja online

b. Bagi pihak toko online

Agar pemilik toko online mengetahui seberapa besar pengaruh

orientasi belanja dan gender differences terhadap pencarian

informasi online dan belanja online dan untuk membantu

memutuskan strategi yang akan diambil untuk meningkatkan

pembelian konsumen

c. Bagi akademisi

Sebagai referensi untuk mempermudah para akademisi yang

ingin melakukan penelitian dengan objek yang sama, sehingga

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Electronic Commerce

E-commerce diartikan sebagai kegiatan menjual produk secara online,

tapi faktanya jenis bisnis apapun yang dilakukan secara elektronik adalah

e-commerce. Kegiatan e-commerce merupakan kegiatan membuat, mengelola,

dan meluaskan hubungan komersial secara online (Kienan, 2001).

Terdapat empat kategori dalam istilah e-commerce (Bearden et al., 2001),

yaitu:

1. Bussiness to Customer (B2C), pelaku bisnis melakukan penjualan barang

dan jasa kepada konsumen akhir.

2. Business to Business (B2B), melibatkan penjualan produk dan layanan

antar perusahaan. Pemasar B2B menggunakan situs web B2B, e-mail,

catalog produk online, jaringan perdagangan online, dan sumber daya

online lainnya untuk menjangkau pelanggan bisnis baru, melayani

pelanggan yang ada dengan lebih efektif, dan memperoleh efisiensi

pembelian dan harga yang lebih baik.

3. Consumer to Consumer (C2C), konsumen dapat melakukan transaksi jual

beli atau pertukaran informasi barang atau jasa secara langsung dengan

(32)

ke konsumen. Transaksi ini terjadi di dalam naungan sebuah situs web.

Contohnya seperti situs web eBay, amazon.com, dan kaskus.co.id yang

memungkinkan orang menjual barang mereka ke konsumen lain atau

dengan melelangnya kepada penawar tertinggi.

4. Consumer to Business (C2B), konsumen individu menjual produk atau

jasa kepada pelaku bisnis.

B. Orientasi Belanja

Orientasi belanja adalah gaya pembeli yang menempatkan penekanan

khusus pada aktivitas tertentu (Hawkins, Best, dan Coney dalam Gehrt dan

Shim, 1998:35). Orientasi belanja dapat didefinisikan sebagai gaya

pembelanja yang memberikan penekanan khusus pada gaya hidup belanja

yang mencakup kegiatan belanja, kepentingan dan pendapat, dan

mencerminkan pandangan dari belanja sebagai sebuah fenomena sosial,

rekreasi dan ekonomi yang kompleks (Visser dan Preez dalam Hassan et al.,

2010:176). Orientasi belanja dikonsepkan sebagai bagian tertentu dari gaya

hidup dan dijalankan oleh berbagai kegiatan, kepentingan dan pernyataan

pendapat yang relevan dengan tindakan belanja (Li et al. dalam Kwek et

al.,2010:5).

Orientasi belanja dapat diidentifikasi menjadi sebelas kelompok: pembeli

confident, brand conscious, convenience/time conscious, pembeli mall,

pembeli toko lokal, pembeli apatis terhadap produk yang dibuat oleh

(33)

pembeli ekonomis dan fashion conscious. Pembeli confident yakin akan

kemampuannya membuat keputusan dalam melakukan pembelanjaan,

sedangkan brand conscious mencari merek-merek yang terkenal.

Convenience/time conscious mencari toko yang paling nyaman menurut

mereka, sedangkan pembeli mall lebih menyukai berbelanja di pusat

perbelanjaan. Pembeli toko lokal lebih menyukai untuk membeli pada

toko-toko lokal yang lebih kecil, sedangkan pembeli apatis terhadap produk yang

dibuat oleh Amerika tidak peduli di mana produk tersebut dibuat. Pembeli

katalog memilih untuk berbelanja melalui katalog. Appearance managers

meyakini bahwa pilihan akan suatu produk akan mempengaruhi reputasi

mereka di mata orang lain. Pembeli ekonomis lebih memperhatikan produk

yang lebih murah, sedangkan fashion conscious membeli produk sesuai

musim yang sedang terjadi (Shim dan Kostiopulos dalam Zhang, 2010:11).

Hong et al dalam Prabowo dan Suwarsi (2007) melakukan penelitian

pada konsumen Korea yang menggunakan internet untuk pembelian. Dari

penelitian tersebut ditemukan bahwa konsumen bervariasi karena adanya

perbedaan orientasi belanja. Mereka mengidentifikasi empat tipe dalam

orientasi belanja, yaitu: highly-involved, customer service conscious, price

conscious dan apathetic shopping orientations. Mereka menemukan bahwa

highly-involved shoppers cenderung mencari informasi yang lebih luas

(34)

Seock dan Bailey (2008) mengakui ada 7 orientasi belanja, yaitu:

1. Shopping enjoyment, pembeli pada segmen ini menikmati transaksi

pembelian tidak hanya untuk produk yang dibeli, tetapi demi

pengalaman itu sendiri.

2. Brand and fashion conscious shopper, mencari merek-merek terkenal

dan lebih trendi

3. Price conscious, adalah pembeli yang mencari harga produk yang

lebih rendah

4. Shopping confidence, adalah pembeli yang yakin pada kemampuan

mereka untuk menjadi pembeli yang bijaksana

5. Convenience/time conscious, lebih mencari transaksi pembelian yang

membuat mereka nyaman

6. In-home shopping, adalah pembeli yang lebih suka berbelanja dari

rumah

7. Brand/store loyalty, merupakan segmen yang menujukkan para

pembeli yang setia terhadap merek atau toko tertentu.

1. Shopping Enjoyment

Shopping Enjoyment atau kesenangan belanja diartikan sebagai

kesenangan yang diperoleh dari proses belanja (Beatty dan Ferrell

dalam Kwek et al.,2010:8). Kenikmatan belanja diidentifikasi menjadi

tiga jenis konstruk, yang meliputi pelarian, kesenangan, dan gairah.

(35)

kegiatan yang menarik, sampai ke titik yang menawarkan pelarian diri

dari tuntutan dunia sehari-hari. Kesenangan adalah sejauh mana

seorang merasa gembira, bahagia, atau puas dalam belanja online.

Sedangkan gairah adalah sejauh mana seorang merasa terangsang,

aktif, atau waspada selama melakukan belanja online (Menon dan

Khan dalam Kwek et al.,2010:8). Konsumen yang masuk dalam

kategori shopping enjoyment, akan mencapai kesenangannya dengan

menghabiskan waktu untuk melakukan browsing produk yang

diinginkannya (Seock dan Bailey, 2008:118). Seock dan Bailey juga

menjadikan suasana hati yang bagus sebagai salah satu alat ukur dari

shopping enjoyment. Suasana hati yang bagus atau positif dapat

berupa perasaan suka, bagus dan senang (Peter dan Olson, 1999).

Menurut Menon dan Kahn dalam Kwek et al (2010), pengalaman

yang menyenangkan atau membangkitkan akan berdampak pada

pengalaman berikutnya. Jika pelanggan merasa senang dan

membangkitkan rangsangan selama pengalaman belanja online

mereka, mereka lebih cenderung terlibat dalam perilaku pembelian

berikutnya. Kenikmatan belanja diciptakan dari kesenangan dari

pengalaman belanja online, bukan dari penyelesaian aktivitas

berbelanja. Dengan demikian kenikmatan belanja mencerminkan

(36)

2. Brand/Fashion Conscious

Brand/Fashion Conscious adalah pembeli yang mencari merek

yang sudah dikenal (Shim dan Kotsiopulos dalam Zhang, 2010).

Brand/fashion conscious shopper memiliki arti konsumen yang sadar

akan merek atau mode. Pembeli yang sadar akan merek dan mode

akan mengunjungi situs web untuk memeriksa produk terbaru dari

situs tersebut dan mereka akan membelinya jika sesuai dengan selera

mereka (Seock dan Bailey, 2008:118). Merek didefinisikan sebagai

pembeda nama atau simbol (seperti logo, merek dagang dan desain

package) yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa

penjual atau pengecer, dan membedakan mereka dari pesaingnya

(Aaker dalam Tjiptono, 2007). Merek adalah nama, istilah, tanda,

simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau

kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau

jasa pesaing (Kotler, 2009:332). Merek lebih dari sekedar nama dan

simbol. Merek adalah elemen penting dalam hubungan perusahaan

dengan konsumen. Merek merepresentasikan persepsi konsumen dan

perasaan terhadap produk dengan kinerja produk tersebut (Kotler dan

Armstrong, 2010:260). Bagi banyak penjual online, nama merek

adalah nama perusahaan dalam lingkungan e-commerce. Perusahaan

yang terpercaya dan nama merek digunakan untuk menggantikan

(37)

melakukan pembelian online (Ward dan Lee dalam Kwek et al.,

2010). Nama merek yang kuat bukan hanya menarik pelanggan yang

baru, tapi juga memiliki kemampuan untuk membuat pelanggan

merasa nyaman dengan keputusan pembelian mereka (Kwek et al.,

2010).

3. Convenience/Time Conscious

Convenience/Time Conscious dapat diartikan sebagai pembeli

yang sadar akan waktu dan kenyamanan. Pembeli dengan tipe ini

memiliki kecenderungan untuk berbelanja di toko yang dapat

menghemat waktu ketika mereka melakukan kegiatan belanja (Seock

dan Bailey, 2008:119). Convenience atau kenyamanan dapat diartikan

sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan penghematan dimensi

waktu dan usaha dalam melakukan suatu transaksi pembelian.

Kenyamanan jasa adalah persepsi konsumen terhadap waktu dan

usaha berkaitan dengan pembelian atau pemakaian suatu jasa.

Konseptualisasi ini menggunakan dimensi waktu dan usaha sebagai

manfaat kenyamanan (penghematan waktu dan atau usaha) atau biaya

atau beban ketidaknyamanan (pemborosan waktu dan atau usaha)

(Berry et al, dalam Tjiptono, 2007:60). Dilihat dari sisi e-commerce,

kenyamanan dapat mengacu pada sejauh mana pelanggan merasa

bahwa suatu situs web bersifat sederhana, intuitif, dan mudah

(38)

Beberapa studi menunjukkan bahwa kenyamanan adalah

motivator utama bagi pelanggan untuk berbelanja online dan

berinteraksi dengan vendor online (Meuter et al dalam Kwek et al,

2010:8). Kemungkinan pembelian online akan meningkat seiring

dengan peningkatan persepsi pelanggan terhadap kenyamanan belanja

online (Bhatnagar et al dalam Kwek et al, 2010:8). Beberapa jenis

kemudahan dapat dianggap sebagai keseluruhan proses berbelanja.

Sebagai contoh, produk yang mudah dijangkau memiliki “kemudahan

akses”, sedangkan produk-produk yang mudah untuk ditemukan dan

dibandingkan menunjukkan “kenyamanan pencarian”. “kenyamanan

kepemilikan” terjadi ketika produk mudah diperoleh, sedangkan

kemudahan pembelian dan pengembalian memungkinkan pembeli

untuk memiliki “kenyamanan transaksi”. Selain itu, belanja yang

cepat dan tanpa penundaan mewujudkan “kenyamanan waktu”

(Seiders et al dalam Kwek et al, 2010:8).

Kenyamanan sering dikonseptualisasikan sebagai gagasan

berorientasi waktu, meskipun ada bukti bahwa kemudahan tidak

terdiri dari dimensi ruang dan usaha. Masing-masing mungkin

termotivasi oleh satu atau semua dimensi. Misalnya belanja online

mengeliminasi waktu berkendara dan memungkinkan pembeli untuk

mengakses toko yang jauh (Gehrtet al dalam dalam Kwek et al,

(39)

4. Price Conscious

Price conscious adalah pembeli yang memusatkan perhatian pada

harga suatu barang. Mereka mencari dan membandingkan suatu

penawaran dengan harga yang lebih rendah. Konsumen akan

mengunjungi situs internet untuk mencari tahu tentang penjualan atau

penawaran promosi, atau untuk membandingkan harga dari situs

perusahaan yang berbeda. Harga yang rendah dapat menjadi faktor

yang menyebabkan seorang konsumen memilih salah satu situs web

mana yang akan mereka pilih (Seock dan Bailey, 2008:118). Calon

pembeli yang sadar akan harga sering juga dikatakan sebagai

economic shopper (pembeli ekonomis). Pembeli ekonomis adalah

mereka yang berkeliling-keliling sebelum melakukan keputusan

pembelian (Vijayasarathy dan Jones dalam Kwek et al, 2010:8).

Pendapat lain mengatakan pembeli ekonomis adalah mereka yang

menaruh perhatian pada penghematan uang (Shim dan Kotsiopulos

dalam Zhang, 2010:12). Pembeli ekonomis juga dideskripsikan

sebagai kelompok yang memiliki perhatian utama pada harga berbagai

produk sehingga mereka akan berbelanja untuk pilihan harga dan

kualitas yang terbaik (Lumpkin dalam Zhang, 2010:11).

Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah

produk atau jasa, atau sejumlah nilai yang pelanggan tukarkan atas

kepemilikan atau penggunaan manfaat dari sebuah produk atau jasa

(40)

yang dibebankan untuk mendapatkan suatu produk atau jasa. Pada

zaman dahulu, untuk mendapatkan suatu barang atau jasa biasa

dilakukan dengan barter. Namun seiring perkembangan zaman, kini

masyarakat telah mengenal uang sebagai alat tukar untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.

Harga merupakan aspek penting dalam belanja online. Kekuatan

harga terbukti nyata dalam peringkat format toko. Beberapa pembeli

sangat sensitif terhadap harga dan karena itu melihat barang yang

murah. Individu itu akan secara aktif mencari dan membeli produk

dari internet untuk mendapatkan harga yang lebih rendah, karena

harga rendah merupakan alasan utama mengapa pembeli berbelanja di

toko online (Forrester Research dalam Kim et al, 2000:689). Bakos

dalam Korgaonkar dan Silverblatt (2003) menegaskan bahwa internet

menurunkan biaya pencarian untuk mendapatkan informasi tentang

harga dan penawaran produk, dan mengurangi inefisiensi yang

disebabkan oleh pencarian harga dari pembeli. Dalam temuannya

tersebut tersirat bahwa internet secara signifikan mengurangi biaya

mencari harga bagi konsumen yang sadar akan harga dengan

menyediakan akses informasi cepat mengenai produk dan jasa kepada

(41)

5. Shopping Confidence

Shopping confidence adalah konsumen yang merasa aman dengan

kemampuan mereka dalam membuat keputusan pembelian (Shim dan

Kotsiopulos dalam Zhang, 2010). Pengertian lain dari shopping

confidence ini adalah konsumen yang merasa percaya diri dalam

berbelanja. Mereka telah mengetahui apa yang akan mereka beli dan

tempat yang akan dikunjungi, dan menganggap bahwa dirinya adalah

pembeli yang baik. Beberapa pembeli pakaian (terutama wanita)

merasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk memilih pakaian

yang tepat untuk diri mereka sendiri, sedangkan yang lainnya lebih

memerlukan kepastian dan bimbingan dari orang lain saat berbelanja

(Tatzel et al dalam Hansen dan Jensen, 2009:1157).

6. Brand/Store Loyalty

Brand loyalty atau loyalitas merek adalah suatu ukuran

keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu

memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan

beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika

pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut

harga ataupun atribut lainnya (Aaker, 1997). Loyalitas merek

merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan terhadap sebuah

merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin

tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain,

(42)

menyangkut harga ataupun atribut lain (Durianto dkk, 2004:126).

Oliver dalam Tjiptono (2007:387) mengemukakan bahwa loyalitas

merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang

atau berlangganan dengan produk atau jasa yang disukai secara

konsisten di masa datang, sehingga menimbulkan pembelian merek

atau rangkaian merek yang sama secara berulang.

Loyalitas pelanggan dipandang sebagai kekuatan hubungan antara

sikap relatif (relative attitude) individu dan pembelian ulang (repeat

patronage) (Dick dan Basu dalam Tjahyadi, 2006). Dick dan basu

mengembangkan suatu kerangka konseptual baru untuk memahami

lebih lengkap faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan sikap

relatif pembelian ulang dan konsekuensinya.

Gambar. 2.1

Hubungan Sikap Relatif Pada Pembelian Ulang

Repeat Patronage

High Low

Relative attitude

High Loyalty Latent Loyalty

Low Spurious Loyalty No Loyalty

Sumber: Dick dan Basu dalam Tjiptono (1994)

Berdasarkan gambar di atas, loyalitas terjadi ketika pembelian

(43)

mengetahui perbedaan kualitas merek dibanding pesaing, dan

konsumen tersebut memiliki tingkat pembelian yang tinggi. Spurious

loyalty terjadi ketika konsumen memiliki sikap relatif yang rendah dan

pembelian ulangnya tinggi. Pembelian ulang terjadi karena hanya ada

satu merek yang tersedia dan ditawarkan. No loyalty terjadi ketika

konsumen memiliki sikap relatif dan pembelian yang rendah. Kondisi

ini terjadi ketika konsumen mengetahui tidak adanya perbedaan di

antara merek yang ada. Terakhir, latent loyalty terjadi ketika

konsumen memiliki sikap yang relatif tinggi, tetapi tingkat pembelian

ulangnya rendah. Hal ini terjadi karena keadaan lingkungan atau

faktor situasional yang mempengaruhi tingkat pembelian konsumen

tersebut.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa loyalitas merek

merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek

melalui preferensi terhadap merek tersebut dibanding merek lain,

terutama jika dalam merek tersebut didapati adanya perubahan, baik

menyangkut harga ataupun atribut lain dan dapat dilihat dengan

melakukan pembelian secara berulang.

C. Gender Difference

Oakley dalam Relawati dan Sukesi (2011) menyatakan gender adalah

(44)

dikonstruksikan secara sosial, yang dibuat oleh laki-laki dan perempuan itu

sendiri.

Dalam penelitian yang dilakukan Slyke et al.dalam Prabowo dan Suwarsi

(2009), ditemukan bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita dalam

persepsi mereka mengenai pembelian online. Lebih lanjut lagi Slyke et al.

menemukan bahwa persepsi pria terhadap online shopping lebih baik

daripada wanita. Hasil studi lain yang dilakukan oleh Rodger dan Harris

(2003) menunjukkan bahwa laki-laki lebih memiliki kepercayaan yang tinggi

dalam hal internet shopping dan menerima internet sebagai outlet belanja

yang lebih nyaman daripada wanita. Dalam penelitian berbeda yang

dilakukan oleh Leonard dan Tweney dalam Lim et al (2010) mengenai

perbedaan gender, hasilnya ditemukan bahwa pria meneliti dan membeli

lebih banyak produk dan jasa melalui internet dibandingkan dengan wanita.

Singkatnya, pria ditemukan cenderung lebih aktif dalam belanja online

daripada wanita. Menurut Leonard, pria menyukai pembelian hardware,

software, dan perangkat elektronik sedangkan wanita lebih menyukai

pembelian produk makanan, minuman dan pakaian. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Seock dan Bailey (2008) juga mengungkapkan bahwa pria dan

wanita memiliki perbedaan dalam orientasi belanja, pencarian informasi

(45)

D. Information Search

Pencarian informasi adalah tahap proses keputusan pembelian dimana

konsumen terangsang untuk mencari informasi lebih lanjut. Konsumen

mungkin hanya menaruh perhatian yang tinggi atau pergi ke satu pencarian

informasi yang aktif. Hal ini termasuk yang berasal dari sumber pribadi

(keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, penjual, situs

penjual), sumber publik (media massa, organisasi rating konsumen, pencarian

melalui internet), dan sumber berdasarkan pengalaman dalam menangani,

memeriksa atau menggunakan sebuah produk (Kotler dan Armstrong,

2010:178).

Ottman dalam Mowen dan Minor (2002:18) memecah kegiatan pencarian

informasi dalam dua kategori. Kategori pertama disebut pencarian sebelum

pembelian (prepurchase search), yaitu kegiatan mencari informasi dimana

para konsumen terlibat untuk memudahkan pengambilan keputusan mengenai

pembelian spesial setelah melewati tahap pengenalan masalah. Sedangkan

kategori pencarian kedua adalah pencarian secara terus-menerus (ongoing

search), yaitu kegiatan pencarian yang independen dari kebutuhan pembelian

atau keputusan yang khusus. Orang akan melakukan pencarian kategori ini

karena mereka sangat berminat atas kelas produk tersebut. Mereka berusaha

untuk membentuk bank informasi yang akan digunakan di masa depan atau

hanya karena mereka memperoleh kepuasan yang mendalam dari

(46)

1. Online Information Search

Pencarian informasi online merupakan proses pencarian informasi

yang dilakukan konsumen dengan menggunakan media internet.

Pencarian informasi dalam pengaturan online terdiri dari dua tahap yang

menggabungkan perencanaan dengan tindakan (Payne et al dalam Punj

dan Moore, 2009:646). Pada tahap awal melibatkan penyaringan

alternatif pilihan dengan melakukan pencarian ulang untuk

mengidentifikasi alternatif yang sesuai kebutuhan. Sekali teridentifikasi,

alternatif selanjutnya dapat diperiksa dan diteliti untuk informasi lebih

lanjut.

Dalam proses pencarian informasi online, Chen (2009) membagi

menjadi dua bagian, yaitu pencarian informasi dan evaluasi online, dan

proses informasi online/pengalaman yang bermanfaat. Pada bagian

pencarian informasi dan evaluasi online, Chen membagi menjadi dua

tahap. Tahap pertama adalah untuk mencari tahu fungsi dan spesifikasi

dari produk yang dibutuhkan, kemudian beberapa kandidat toko online

terpilih akan masuk ke dalam tahap dua, yaitu tahap perbandingan harga.

Mengenai produk fashion, pencarian informasi karakteristik produk

meliputi harga, ukuran, warna dan bahan (Ha dan Stoel dalam Wynn

dalam Chen, 2009: 31).

Selanjutnya pada bagian kedua, yaitu proses informasi

(47)

oleh Chen (2009) ditemukan bahwa lebih dari setengah sampel

penelitiannya melakukan pencarian informasi dan evaluasi untuk

meningkatkan pengetahuannya mengenai berbagai macam produk dalam

rangka untuk mengetahui kebutuhan mereka. Dari penelitian tersebut

juga menunjukkan bahwa mereka melakukan perbandingan harga untuk

mencegah pembayaran yang berlebih. Berkenaan dengan pengalaman

yang bermanfaat dalam pencarian informasi melalui internet, setengah

dari sampel penelitian tersebut menyatakan puas dengan pembelian

mereka setelah melakukan pencarian informasi dan evaluasi online.

Kegiatan mencari meliputi jumlah website yang dikunjungi oleh

konsumen sebelum mereka melakukan pembelian, jenis situs web

pencarian, frekuensi browsing online, jumlah pencarian, dan penggunaan

istilah pencarian atau kata kunci (Ahuja et al dalam Lim et al, 2010:157).

Ahuja meneliti jumlah orang yang mengunjungi situs web sebelum

mereka membuat keputusan pembelian. Ia menemukan bahwa baik

pelajar maupun non pelajar biasanya mengunjungi antara satu sampai

tiga situs sebelum mereka melakukan pembelian. Perencanaan dan

penelitian yang baik sebelum konsumen menyelesaikan transaksi

pembelian menunjukkan hubungan positif antara aktivitas pencarian dan

perilaku pembelian online.

Penelitian yang dilakukan Seock dan Bailey dengan menggunakan

(48)

shopping orientations terhadap intensitas pencarian informasi online dan

pembelian online. Dari hasil uji tersebut didapatkan hasil bahwa

shopping orientations secara signifikan mempengaruhi tingkat pencarian

informasi online dan pembelian online (Prabowo dan Suwarsi,

2009:110).

E. Belanja Online

Online shopping atau biasa juga disebut internet shopping atau internet

buying merupakan proses dari pembelian produk atau jasa melalui internet

(Prabowo dan Suwarsi, 2009:110). Aktivitas belanja dapat diukur dari jumlah

waktu yang dihabiskan selama berbelanja, frekuensi berbelanja, dan jumlah

uang yang dikeluarkan dalam berbelanja (Magie, 2008:45). Seperti belanja di

toko biasa, sebelum melakukan belanja online, seorang konsumen juga dapat

mencari dan membandingkan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan

dan kemampuan konsumen tersebut. Namun bedanya, dalam belanja online

juga menggunakan fasilitas internet dalam pencarian informasi mengenai

produk yang diinginkannya. Untuk sistem pembayarannya, pembeli online

dapat menggunakan kartu plastik, transfer antar rekening, ataupun dengan

transaksi Cash on Delivery dimana seorang konsumen baru akan membayar

setelah produk yang dibeli telah sampai ke tangan konsumen. Berbagai

metode pembayaran tersebut dapat dipilih sesuai dengan sistem pembayaran

(49)

F. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini Peneliti merujuk pada 4 penelitian terdahulu.

Penelitian pertama dilakukan oleh Choon Ling Kwek, et al. Pada tahun 2010

dengan judul “Investigating The Shopping Orientations on Online Purchase

Intention in The E-Commerce Environment” yang dilakukan di Malaysia

dengan objek penelitian Mahasiswa di sebuah Universitas di Klang Valley,

Malaysia. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda. Data

yang dikelola berjumlah 242 kuesioner dari 250 kuesioner yang disebar

peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dorongan orientasi pembelian

berhubungan secara positif terhadap niat pembelian online. Hal ini

ditunjukkan dari hasil perhitungan, dorongan orientasi belanja memiliki nilai

sig 0,015. ini berarti nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai

probabilitas 0,05 (0,015<0,05).

Hasil berikutnya diperoleh bahwa orientasi belanja berhubungan secara

positif terhadap niat pembelian online. Ditunjukkan dengan nilai probabilitas

0,036 (0,036<0,05). Kemudian hasil lain yang didapat dari penelitian ini

adalah shopping enjoyment orientation tidak memiliki hubungan yang positif

terhadap niat pembelian online. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas sebesar

0,263, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Terakhir,

penelitian ini menunjukkan bahwa convenience orientation berpengaruh

(50)

probabilitas yang lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 yaitu 0,007

(0,007<0,05).

Penelitian kedua dilakukan oleh Tulay Girard Pradeep Korgaonkar dan

Ronnie Silverblatt (2003) dengan judul “Relationship of Type of Product,

Shopping Orientations, and Demographics With Preference for Shopping on

The Internet” yang dilakukan pada mahasiswa sebuah universitas di

Southeastern United States. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi

dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang. Korgaonkar dan Silverblatt

menemukan hasil bahwa convenience orientation berpengaruh positif

terhadap pembelian produk pakaian dan parfum (nilai sig 0,001<0,05).

convenience orientation juga perpengaruh secara positif terhadap pembelian

produk televisi dan telepon seluler (nilai sig 0,047<0,05) dan berpengaruh

secara positif juga terhadap pembelian produk vitamin, dengan nilai

probabilitas sebesar 0,03 (0,03<0,05).

Hasil lain yag didapat dari penelitian ini yaitu perbedaan gender

berpengaruh dalam pembelian produk online. Pembeli pria lebih banyak

melakukan belanja online untuk produk telepon seluler, sedangkan pembeli

wanita lebih banyak melakukan pembelian produk pakaian dan parfum.

Penelitian ketiga dengan judul “The Effects of Information Format and

Shopping Tasks on Consumers’ Online Shopping Behavior: A Cognitive Fit

Perspective” yang dilakukan oleh Hong et al. tahun 2005. Penelitian ini

(51)

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa variabel convenience yang

diukur dengan time saving, berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

pencarian informasi online.

Penelitian keempat yang bertajuk “Effects of Consumer Lifestyles on

Purchasing Behavior on The Internet: A Conceptual Framework and

Empirical Validation” yang dilakukan oleh Kim et al. pada tahun 2000.

Penelitian ini dilakukan terhadap 306 orang responden. Dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa gaya hidup yang berorientasi pada waktu memiliki

hubungan secara langsung terhadap perilaku pembelian melalui internet.

G. Kerangka Penelitian

Berdasarkan teori yang ditemukan oleh Seock dan Bailey dalam

penelitiannya yang berjudul The Influence of College Students’ Shopping

Orientations and Gender Differences on Online Information Searches and

Purchase Behaviours, peneliti kemudian melakukan modifikasi untuk

melakukan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan enam

variabel bebas yang terkait dalam orientasi belanja. Keenam variabel tersebut

adalah shopping enjoyment, brand conscious, price conscious, shopping

confidence, convenience/time conscious, dan brand/store loyalty.

Merujuk pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prabowo dan

Suwarsi, terdapat tiga tahapan dalam pengujian hipotesis penelitian. Pada

(52)

sebagai variabel dependen, dan enam variabel independen orientasi belanja.

Tahap selanjutnya yaitu melakukan regresi berganda pada variabel

independen yang sama dan menggunakan variabel belanja online sebagai

variabel dependen. Tahapan terakhir yang dilakukan dalam pengujian

hipotesis ini adalah untuk membedakan orientasi belanja terhadap Pria dan

Wanita dengan menggunakan uji beda Independent Sample T Test.

Berdasarkan uraian tersebut, maka model penelitiannya adalah sebagai

(53)

Gambar. 2.2

Kerangka Penelitian

H. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya.

Hipotesis ditolak apabila faktanya menyangkal dan diterima apabila faktanya Orientasi Belanja (X1)

Gender Differences(X2)

Uji Validitas

Uji Reliabilitas

Uji Asumsi Klasik

Uji Regresi Linear Berganda

Uji t

Uji F

Saran Kesimpulan

Pencarian Informasi (Y1)

Belanja Online (Y2)

Uji Beda

(54)

membenarkan. Berdasarkan paradigma penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan suatu hipotesis, yaitu :

1. Ho β1 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel shopping enjoyment terhadap pencarian informasi online.

Ha β1 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel shopping enjoyment terhadap pencarian informasi online.

2. Ho β2 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/fashion conscious terhadap pencarian informasi online.

Ha β2 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/fashion conscious terhadap pencarian informasi online.

3. Ho β3 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel convenience/time conscious terhadap pencarian informasi online.

Ha β3 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel convenience/time conscious terhadap pencarian informasi online.

4. Ho β4 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel price conscious terhadap pencarian informasi online.

Ha β4≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel price conscious terhadap pencarian informasi online.

5. Ho β5 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel shopping confidence terhadap pencarian informasi online.

(55)

6. Ho β6 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/store loyalty terhadap pencarian informasi online.

Ha β6≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/store loyalty terhadap pencarian informasi online.

7. Ho β7 = 0 : Diduga variabel shopping enjoyment, brand conscious, price conscious, shopping confidence, convenience/time conscious, dan brand

loyalty berpengaruh secara simultan terhadap pencarian informasi online.

Ha β7 ≠ 0 : Diduga variabel shopping enjoyment, brand conscious, price conscious, shopping confidence, convenience/time conscious, dan brand

loyalty tidak berpengaruh secara simultan terhadap pencarian informasi

online.

8. Ho β8 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel shopping enjoyment terhadap belanja online.

Ha β8 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel shopping enjoyment terhadap belanja online.

9. Ho β9 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/fashion conscious terhadap belanja online.

Ha β9 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/fashion conscious terhadap belanja online.

10.Ho β10 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel convenience/time conscious terhadap belanja online.

(56)

11.Ho β11 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel price conscious terhadap belanja online.

Ha β11 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel price conscious terhadap belanja online.

12.Ho β12 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel shopping confidence terhadap belanja online.

Ha β12 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel shopping confidence terhadap belanja online.

13.Ho β13 = 0 : Diduga bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/store loyalty terhadap belanja online.

Ha β13 ≠ 0 : Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand/store loyalty terhadap belanja online.

14.Ho β14 = 0 : Diduga variabel shopping enjoyment, brand/fashion conscious, price conscious, shopping confidence, convenience/time

conscious, dan brand loyalty berpengaruh secara simultan terhadap

belanja online.

Ha β14 ≠ 0 : Diduga variabel shopping enjoyment, brand/fashion conscious, price conscious, shopping confidence, convenience/time

conscious, dan brand loyalty tidak berpengaruh secara simultan terhadap

belanja online.

15.Ho µ1 = µ2 : Diduga bahwa tidak terdapat perbedaan shopping enjoyment

Gambar

Gambar. 2.1
Gambar. 2.2
Tabel. 3.1
Tabel. 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan dan analisis statistik, dapat dilihat bahwa dimensi penilaian tentang diri sendiri dari variabel konsep diri memiliki pengaruh yang signifikan dengan

Hal ini berarti 7,2% variabel altruisme dapat dijelaskan oleh 8 variabel yaitu kematangan emosi (kemandirian, mampu menerima kenyataan, mampu beradaptasi dan mampu

Mengetahui hubungan persepsi keseriusan yang dirasakan ( perceived seriousness ), kerentanan yang dirasakan ( perceived susceptibility ), persepsi manfaat yang dirasakan

Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara parsial preferensi belanja secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian online produk fashion di media sosial

Meskipun tidak terdapat hubungan yang signifikan, nilai OR menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami gejala gangguan somatoform cenderung meningkatkan risiko untuk

Dengan demikian hipotesis yang kedua yang menyatakan “kepercayaan dan risiko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat belanja online (Studi pada

Hasil penelitian ini secara parsial variabel Kepercayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian, Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap

readiness, semakin tinggi pula perilaku belanja online di Kota Denpasar. 2) Variabel demografi memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap perilaku belanja