i
ABSTRAK
SURIYANTO. Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Acara Merisik Adat Melayu
Deli serta Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Puisi Lama Siswa Kelas XI SMA.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan nilai moral pantun dalam
acara merisik adat Melayu Deli, serta mengetahui pemanfaatannya sebagai bahan ajar
puisi lama siswa kelas XI SMA. Dalam melakukan penelitian tersebut dipergunakan
dua analisis, yaitu analisis struktur dan nilai moral yang berfokus pada pantun merisik
adat melayu Deli. Analisis struktur digunakan untuk menganalisis unsur-unsur
dalam pantun merisik tersebut. Dan analisis nilai moral digunakan untuk mengkaji isi
pantun merisik adat Melayu Deli tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(1) struktur dalam pantun merisik adat Melayu Deli memiliki variasi dari segi rima
meliputi a-b-a-b, a-a-b-b, a-a-a-a, serta a-a dan a-b. (2) nilai moral yang muncul
dalam pantun merisik adat Melayu Deli merupakan 18 nilai karakter yang meliputi
nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung-jawab (3) pantun merisik dapat dimanfaatkan sebagai bahan
ajar karena berisi petuah-petuah, petunjuk, serta pegangan hidup yang sarat dengan
makna pada sampiran dan isi sebuah pantun.
Kata kunci : Struktur, nilai moral, pantun merisik, dan bahan ajar
ii
ABSTRACT
SURIYANTO : The Structure Moral valve and use from pantun in merisik of
Deli as old poem in teaching prosess for grade XI in senior high school. Post
Graduate program in state university of Medan 2016.
This research is aimed to describe the structure, moral valve and use from pantun in
merisik of Deli Malay as old poem in teaching process for grade XI in senior high
school. In doing this research, there are two analysis namely structure analysis and
moral analysis focused on pantunin merisi of Deli Malay. Structure analysis is used
for analyzing aspect in that Deli Malay’s pantun. Them, moral value analysis is used
for analyzing thecontent of pantun merisik in Deli Malay. This result of
researchshows that 1) structure from pantun merisik in Deli Malay has some
variations namely : a-b-a-b, a-a-b-b, a-a-a-a, a-a and a-b, 2)there are 18 moral value
rising inthat structur namely : religious, honest tolerant, discipline, hard working
creative,independent, democratic,willing to know,spirit of nationality, love this
nation, respect,encourage, achievement, friendly/communicative, love peacing, like
reading, care the environment, care the social life and responsible, 3) pantun merisi is
alde to be used as teaching material because it is containing advice, way or principle
of life as its deep inference through sampiran and pantn
Key words : The Structure, Moral valve, Pantun Merisik, and teaching material
iii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Acara Merisik Adat Melayu
Deli serta Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Puisi Lama Siswa Kelas XI
SMA”.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Tentunya tesis ini tidak terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tesis ini.
Terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr.
Bornok Sinaga, M.Pd.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Ibunda Prof. Dr. Rosmawaty
Harahap, M.Pd, dan Sekretaris Prodi Bapak Dr. Abdurrahman Adisahputera,
M.Hum. atas semangat dan arahannya hingga terselesaikannya tesis ini.
4. Pembimbing tesis, Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd dan Ibu Prof. Dr.
Rosmawaty Harahap, M.Pd, atas segala curahan ilmu dan kesabaran dalam
memberikan arahan, bimbingan, dan semangat hingga terselesaikannya tesis
ini.
5. Narasumber seminar dan sidang tesis, Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A,
Ph.D., Ibu Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M.Pd. dan Bapak Dr. M. Oky Fardian
Gapari, S.Sos, M.Hum, yang telah memberikan motivasi dan bimbingan
hingga terselesaikannya tesis ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Pascasarjana Unimed atas ilmu pengetahuan, semangat, dan juga
iv
7. Tata usaha Prodi Nasrul Kahfi, SE, M,Si dan Seluruh Staf Tata Usaha
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang selalu siap sedia dalam
memfasilitasi segala kebutuhan mahasiswa dalam melaksanakan perkuliahan.
8. Kepala Sekolah SMA Sinar Husni helvetia, Bapak Drs. H. Sosiar yang telah
memberikan izin penelitian.
9. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Pratiwi, S.Pd, Ibu
Erniwati, S.Pd, dan Ibu Wina Wulandari, S.Pd atas kesediaan menjadi
narasumber dalam penelitian penulis.
10.Kedua orang tua, Ayahanda Panut dan Ibunda Hj. Jariah yang telah
memberikan kasih sayang yang tak terbalas dan selalu mendoakan serta
memberi motivasi kepada penulis untuk terus melanjutkan pendidikan.
11.Teristimewa untuk Istri tercinta Endang Sapriyani, M.Pd serta anak-anakku
tersayang Natasya Shabina Dinisya Fajar, Muhammad Dzaki Naufal Fajar,
dan Muhammad Danish Luthfi Fajar yang selalu memberi inspirasi dan energi
sehingga penulis bisa menjadi imam di dalam rumah kita
12.Sahabat-sahabat seperjuangan, Dewi Handayani, Vicktor Brahmana, Tanita
Liasna, kak Fitri, kak Elen, kak Elfi, Mistari, Fatwa, Indri, adekku Ridwan
Syahputra, Dina Syafitri, Luki Arianto dan Bobby Pratama P yang telah
memotivasi dan memberi warna dalam penyelesaian tesis ini.
13.Seluruh rekan seperjuangan mahasiswa Kelas B angkatan kedua Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan yang tak henti memberi motivasi dan informasi
selama perkuliahan.
Akhirnya, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis, pendidikan
pada umumnya, dan pembaca pada khususnya.
Medan, Agustus 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
... i
Abstrak
... iii
Daftar Isi
... v
Daftar Tabel
... vii
Daftar Lampiran
... viii
BAB I PENDAHULUAN
... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1
1.2 Identifikasi Masalah……….. 9
1.3 Batasan Masalah .……….. 10
1.4 Rumusan Masalah ……….. 10
1.5 Tujuan Penelitian .………...………... 11
1.6 Manfaat Penelitian..………...………. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
... 13
2.1 Dasar Teoretis...………...………. 13
2.2 Pantun .……….. 13
2.3 Sejarah Pantun Merisik .…...………. 16
2.4 Acara Dalam Merisik ……… 25
2.5 Struktur Pantun…...………...……… 33
2.6 Nilai Moral ….………..……… 38
2.7 Pengertian Bahan Ajar …...………..……… 44
2.8 Kajian yang relevan …..………... 52
2.9 Kerangka Berpikir …….………...……….. 52
BAB III METODE PENELITIAN
……… 59
3.1 Desain Penelitian ……….. 59
vi
3.3 Instrumen Penelitian. ………...………. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEM
BAHASAN ……… 70
4.1 Hasil Penelitian ………. 70
4.1.1 Struktur Pantun Merisik ………. 70
4.1.2 Nilai Moral dalam Pantun Merisik……….91
4.1.3 Pemanfaatan Pantun Merisik dijadikan Bahan Ajar puisi Lama …...107
4.2 Pembahasan ……… 129
4.2.1 Struktur Pantun Merisik ……… 129
4.2.2 Nilai Moral dalam Pantun Merisik ...………...………156
4.2.3 Pemanfaatan sebagai Bahan Ajar puisi Lama ………...185
BAB V SIMPULAN DAN SARA
N ………..……… 194
5.1 Simpulan ………...………...………..194
5.2 Saran ……… 195
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Alur Berpikir Dalam Penelitian ... 58
2.
Data Penelitian Pada Acara Adat Merisik ... 61
3.
Pedoman Analisis Struktur Pantun ... 64
4.
Pedoman Analisis Data Nilai-Niolai Moral ... 66
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran Bahan Ajar
2. Lampiran Hasil Wawancara
3. Lampiran SK Pembimbing
4. Lampiran Surat Undangan Proposal
5. Lampiran Surat Izin Penelitian
6. Lampiran Balasan Surat Penelitian
1 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan sunah nabi. Untuk menuju suatu perkawinan banyak
hal yang harus ditempuh dalam adat Melayu Deli diantaranya adalah kegiatan
merisik, meminang, berandam, berinai, khatam Alquran, akad nikah, dan tepung
tawar. Salah satu kegiatan tersebut selalu diawali dengan kegiatan merisik.
Dalam acara merisik adat Melayu Deli si pembawa acara merupakan
penyambung lidah masyarakat Melayu yaitu dengan menggunakan pantun.
Karena pantun menggambarkan cerminan kehidupan masyarakat Melayu itu
sendiri.
Pantun merupakan sastra lama ketika dikumandangkan dengan syairnya
sangat mempesona dan menyejukan hati. Karena itu apabila kita memaknai
pantun itu sendiri ternyata pantun memiliki nilai-nilai tersendiri yang terkandung
di dalamnya. Nilai-nilai itu berupa nilai moral, nilai sosial, nilai pendidikan, nilai
budaya sampai kepada nilai estetika.
Adat di daerah Melayu sendiri telah ada dan berkembang sejak lama
hingga kini. Masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang
bersumberkan dari ajaran agama Islam. Tradisi Islam sangat kental dalam budaya
2
ketentuan adat. Tradisi tersebut berupa tradisi kelahiran, tradisi pernikahan,
tradisi pakaian Melayu, bahkan sampai pada tradisi kematian.
Di dalam adat Melayu Deli, pantun merupakan petuah, amanah, suri
teladan, dan nasihat yang membawa manusia ke jalan yang lebih baik. Dalam
falsafah pantun Melayu menggunakan ungkapan-ungkapan yang berkaitan
dengan semua aspek kehidupan dan berbagai ajaran luhur Melayu. Dengan
demikian, siapa saja yang akan mempelajari tunjuk ajar Melayu maka akan
menjadi pribadi yang baik. Jadi, tunjuk ajar Melayu bukan saja untuk orang
Melayu, melainkan juga dapat dijadikan acuan sikap bagi siapapun yang ingin
mengambil hikmahnya. Tunjuk ajar Melayu bukan saja untuk menjadi bacaan,
sastra indah, atau menunjukkan tradisi, adat, dan kebiasaan orang Melayu di
negeri Melayu, tetapi bisa dijadikan pedoman dalam sendi kehidupan dengan
segala dinamikanya. Pantun bias dijadikan sebagai landasan hikmah menata diri,
keluarga, masyarakat, dan negara. Jika tunjuk ajar dihayati dan diamalkan dalam
setiap individu, maka cita-cita negeri madani yang diinginkan akan mudah
terwujud.
Merisik dalam adat Melayu merupakan suatu yang sangat sakral untuk
diayomi karena dalam merisik diakhiri dengan pantun. Sebuah proses awal dari
tiga rangkaian proses pramenikah (merisik, meminang dan menikah) dimana ibu
bapak yang memiliki anak laki-laki yang sudah dewasa mulai berpikir bahwa
anaknya tersebut sudah cukup umur untuk beristri. Sebagai orang tua tentu,
3
anaknya. Biasanya calon dipilih bedasarkan keturunan, pendidikan, agama,
kecantikan, dan hubungan kekeluargaan. Dahulu, tanggung jawab untuk
memilihkan pengantin perempuan jatuh kepada ibu bapak pihak laki-laki secara
keseluruhan. Nantinya, kedua orang tua mungkin memilihkan beberapa calon
untuk dipilih, dengan persetujuan anak lelaki mereka atau sebaliknya.
Bagaimanapun, kini sebahagian orang Melayu khususnya mereka yang sudah
berpendidikan maju dan modern, membebaskan pilihan untuk mencari calon istri
kepada anak-anak lelaki mereka saja.
Setelah membuat keputusan tentang bakal menantu perempuan
berdasarkan keputusan-keputusan yang dikumpulkan sebelum meminang, ibu
bapak dari pihak lelaki akan membuat keputusan terakhir dengan menghantar
beberapa kawan atau saudara (biasanya wanita) ke rumah anak dara itu untuk
mengenalnya secara peribadi. Biasanya, utusan-utusan itu diantar ke rumah anak
dara tanpa ada pemberitahuan sebelumnya karena adanya makna khusus pada
kedatangan tersebut, yakni untuk merisik (menengok). Orang Melayu pada zaman
dahulu (serta sebagian kecil pada saat ini) masih memercayai bahwa kedatangan
utusan-utusan di rumah anak dara itu, apabila gadis itu sedang mandi atau
mencuci, ini merupakan petanda yang bertuah untuk masa depan pernikahan.
Sebaliknya, jika gadis itu didapati sedang memasak di dapur, ini merupakan
petanda yang kurang baik. Orang Melayu pada zaman itu juga mempercayai
bahwa jika perjalanannya ke rumah anak dara lambat atau dihalang atas beberapa
4
tidak begitu bahagia. Bagaimana pun hal tersebut hanya diposisikan sebagai mitos
dalam kearifan lokal sebuah suku bangsa sebagai media komunikasi alternatif.
Pada akhir rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan dan disusun tadi
yakni, setelah menengok, menelisik dan menilai tersebut barulah kedua pihak
antara pihak laki-laki dan perempuan mengadakan pertemuan kecil. Prosesi
upacara yang berlangsung sejak awal dibuka sampai akhir ditutup dengan dua
orang mediator yang disebut ‘Telangkai” dengan percakapan yang didominasi
oleh jual beli pantun tersebut yang dinamakan upacara merisik.
Bagi pihak si gadis, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan
sebelum menerima lamaran pihak lelaki antaranya ialah lelaki tersebut perlulah
mempunyai latar belakang agama serta mempunyai pekerjaan yang baik. Apabila
wakil pihak lelaki sampai di rumah si gadis, para wakil keluarga lelaki akan
bercakap-cakap mengenai keadaan kehidupan, pekerjaan, maupun isu-isu terkini
sembil menikmati jamuan yang dihidangkan dan dihantarkan sendiri oleh si gadis.
Pada saat si gadis menghidangkan jamuan itulah para wakil dari pihak lelaki
berkesempatan untuk melihat wajah si gadis. Setelah itu, topik pembicaraan mulai
difokuskan untuk menyampaikan maksud kedatangan pihak lelaki, dan pantun
untuk merisik mulai diperdengarkan oleh juru pembicaraan mereka. Pada tahap
ini, pihak lelaki menyatakan kehendak hati untuk “memetik bunga yang sedang
menguntum” apabila si gadis belum memiliki pasangan.
Pantun merisik ini diawali oleh pihak keluarga lelaki yang kemudian akan
5
lelaki. Maka pihak keluarga lelaki memulai dengan pantun pembuka seperti
berikut :
Telangkai:
Tumbuh ulam dekat petula Rebah ditimpa si pokok langsat Asalamualaikum tanda pembuka Kata tanda kita orang beradat
Wa'alaikum salam warrahmatullah dijawab pihak tuan rumah
Gobek canti gobek cek puan Sirih dikunyah menjadi sepah Adat kami adatlah tuan
Kami datang menghatur sembah
kami adalah utusan dari bapak Tengku Mahdin di Pantai Labu
membawa amanah hendak mencari tahu rumah sekuntum bunga. jadi, waktu itu,
melintaslah seekor kumbang di dekat rumah nan bertuah ini. terpandang ia akan
sekuntum bunga yang elok rupanya dan harum pula baunya. hati siapa takkan
tergoda akan indahnya bunga. lalu, kumbang pun terkena racun asmara. makan
tak enak tidur tak lena. sebelum sampai hajat dihati, tentang badan menanggung
duri. benarkah ini rumah bunga yang kami maksud? kalau benar, tentu ini satu
pertanda baik buat kami. memang kumbang kami ini pun masih terlampau muda.
umur baru setahun jagung, darah baru setampuk pinang. walaupun sudah
berkhitan dan sudah pula khatam alquran tapi masih perlu banyak belajar.
kumbang ini kumbang yang baru pandai terbang. belum bisa membedakan mana
kembang mana kiambang. jadi, demikianlah datuk sedikit pembuka dari kami
6
Dalam adat Melayu, pihak si gadis biasanya tidak langsung menjawab apa
yang menjadi kehendak pihak lelaki. Sesudah berpantun wakil lelaki tersebut akan
memberikan sebentuk cincin berupa cincin belah rotan dan jika pihak gadis
bersetuju mereka akan menetapkan tarikh untuk peminangan. Walau
bagaimanapun adat merisik jarang dilakukan lagi kerana pasangan tersebut telah
berkenalan terlebih dahulu, justru itu mereka akan terus menjalankan adat
meminang untuk menhemat waktu dan biaya.
Adat Merisik dalam masyarakat Melayu Deli merupakan upaya pelestarian
tradisi yang sudah berlangsung secara turun temurun. Adat merisik tidak hanya
berupa prosedural rangkaian upacara pesta, tetapi juga mengandung pesan-pesan
tunjuk ajar yang berkaitan dengan tunjuk ajar bagi masyarakat yang terlibat
sebelum upacara perkawinan tersebut. Untuk mengetahui tunjuk ajar yang
disampaikan dalam adat merisik masyarakat Melayu Deli perlu adanya penelitian
yang konstruktif.
Dalam acara Adat Melayu Deli tahapan-tahapan seperti: merisik,
meminang, berandam, berinai, khatam Alquran, akad nikah, dan tepung tawar.
Masing-masing tahapan menggunakan pantun sebagai media komunikasi.
Pantun-pantun tersebut mempunyai nilai-nilai pendidikan karakter dan syarat
akan nilai-nilai moral. Hal ini dapat diperoleh jika kita mencermati
pantun-pantun tersebut baris demi baris, baik yang berkaitan dengan struktur, nilai-nilai
7
terhadap teks, konteks, dan fungsi pantun menjadi bahan pertimbangan yang
sangat penting. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah struktur sintaksis
baris-baris pada pantun.
Acara adat merisik Melayu Deli mempunyai dua bentuk komunikasi
untuk menyampaikan pesan. Pertama melalui simbol-simbol yang melekat pada
upacara tersebut. Kedua melalui bahasa dalam hal ini berbentuk pantun.
Kedua-duanya menarik untuk diteliti. Penelitian ini mengarah kepada kajian teks bahasa
pada pantun serta tahapan-tahapan adat praperkawinan masyarakat Melayu Deli.
Penelitian akan mengamati persoalan teks dan konteks struktur serta nilai moral
yang terkandung di dalamnya.
Data penelitiann diambil dari upacara adat merisik Melayu Deli,
khususnya berkaitan dengan pantun-pantun yang digunakan sebagai objek
penelitian. Adapun aspek yang penulis teliti adalah struktur teks, konteks,proses
penciptaan dan pewarisan,nilai-nilai moral serta nilai- nilai tunjuk ajar dan fungsi
pantun tersebut.
Penelitian sastra daerah pernah ada yang melakukan, seperti yang sudah
dilakukan oleh Sudarmono (2009) dengan judul “Melestarikan Seni Tradisi Gaok
Melalui Pembelajaran Bahasa dan Satra Indonesia”.Penelitian ini bertumpu pada
teks dan pertunjukan sehingga memperhatikan juga pada aspek pertunjukan.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulisa akan bertumpuh pada
teks dan konteks penuturan, sehingga tidak ada kaitandengan aspek pertunjukan.
Penelitian sejenis tentang tradisi lisan pernah dilakukan oleh Badrun
8
berorientasi pada pertunjukan dan konteksnya karena dianggap memungkinkan
melihat objek penelitian sebagai produk tradisi lisan secara komprehensif dan
melihat objek penelitian sebagai bagian integral dari budaya Bima. Penelitian ini
sangat berbeda dengan yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaan tersebut
berdasarkan struktur teks, konteks penuturan, proses penciptaan dan pewarisan
dalam budaya Melayu.
Penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Maryanti (2011) dengan
judul “Cerita Maung Panjalu: Struktur, Konteks Penuturan, Proses Penciptaan
dan Fungsi”. Penelitian tersebut hanya mengkaji dari segi sastra lisannya, tidak
ada kajian yang mengaitkan dengan nilai pendidikan, bahan ajar, dan proses
pembelajaran. Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan
penelitian tersebut. Seperti diungkapkan Hidayat (2012:2), pentingnya
mengembangkan bahan ajar yang berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan bertemakan pendidikan karakter. Hal itu dapat dilakukan juga
salah satunya dengan mengambil pelajaran nilai-nilai moral yang luhur dari salah
satu budaya bangsa yang terkandung dari dalam sastra lisan.
Selanjutnya, penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti
penulis adalah penelitian mengenai tunjuk ajar melayu yang digunakan dalam
menganalisis puisi lama pernah dilakukan oleh Susi Susilawati dalam skripsinya
yang berjudul Analisis Nilai-nilai Tunjuk ajar Melayu dalam Syair Khadamuddin
Karya Aisyah Sulaiman pada KTSP di Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung pinang. Kajian mengenai tunjuk ajar melayu juga diteliti oleh Titin
9
Berbasiskan Kearifan Lokal “Tunjuk ajar Melayu” dalam Upaya Meminimalisir Konflik di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu, penelitian ini tidak hanya
mengkaji secara keilmuan murni tentang sastra lisan, tetapi disertai dengan
pemanfaatannya dalam proses pembelajaran sastra di sekolah. Dengan demikian,
nilai-nilai moral dalam sastra lisan pantun dapat dijadikan muatan positif dalam
bahan ajar apresiasi satra.
1.2 Identifikasi Masalah
Perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai pendidikan yang terjadi pada
saat ini dimulai dari kurangnya menanamkan nilai-nilai moral di lingkungan
peserta didik dan pengaruh akan situasi dan kondisi peserta didik serta pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik mudah
terpengaruhi oleh dunia luar. Pihak sekolah kurang mengoptimalkan atau kurang
menanamkan nilai-nilai pendidikan moral tersebut.
Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab dari perilaku yang meyimpang
dari nilai-nilai moral bangsa. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata
pelajaran yang berperan dalam rangka membangun karakter peserta didik dalam
berperilaku, bahan ajar yang disusun dapat dilengkapi dengan nilai-nilai moral.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipaparkan permasalahan yang teridentifikasi,
diantaranya sebagai berikut:
1. Pendidik memiliki keterbatasan dalam mengembangkan bahan pembelajaran
10
2. Proses kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia lebih menitikberatkan pada
pembelajaran bahasa dibandingkan dengan pembelajaran kesusasteraan.
3. Pendidik lebih memokuskan pada nilai-nilai kecerdasan dibandingkan
dengan nilai-nilai moral dan pendidikan.
4. Perilaku peserta didik pada saat ini, sudah menyimpang dari nilai-nilai
moral dan pendidikan.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka yang menjadi
batasan masalah penelitian adalah tentang pemahaman struktur dan nilai-nilai
moral dalam pantun pada acara merisik adat Melayu Deli dan pemanfaatannya
sebagai bahan ajar puisi lama di SMA.
1.4 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini difokuskan pada
pantun yang digunakan dalam adat perkawinan Melayu yaitu pada tahapan
merisik. Penelitian difokuskan pada teks dan konteks bahasa. Penelitian juga
ditujukan pada amanat yang berkaitan dengan nilai–nilai pendidikan karakter
dan tunjuk ajar melayu. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur pantun pada acara merisik adat Melayu Deli ?
2. Bagaimanakah nilai-nilai moral yang terkandung dalam pantun pada acara
merisik adat Melayu Deli?
3. Mengapa struktur dan nilai moral Pantun pada acara merisik adat Melayu
11
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mendeskripsikan hal-
hal sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur teks pantun pada acara merisik adat Melayu Deli.
2. Mendekripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam pantun acara
merisik adat Melayu Deli.
3. Menemukan pemanfaatan pantun acara merisik adat Melayu Deli sebagai
bahan ajar di SMA.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis setelah diadakan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Signifikasi dari segi teori. Penelitian ini dapat mengembangkan ilmu sastra
terutama dalam kajian puisi lama. Teori yang berhubungan dengan Pantun
sudah cukup banyak diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya pengembangan teori tentang pantun dan menambah khazanah
ilmu pengetahuan khususnya sastra lisan.
2. Signifikasi dari segi kebijakan. Penelitian ini diharapkan menjadi
pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk melestarikan budaya
berpantun di sekolah. Kebijakan tersebut dapat diterapkan dalam muatan
lokal, sehingga budaya berpantun bisa menjadi budaya yang kekinian
khususnya pada masyarakat Melayu.
3. Signifikasi dari segi praktik. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan
12
juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan peserta didik dalam bidang
sastra dan membangkitkan minat peserta didik untuk lebih menyenangi karya
sastra lisan.
4. Signifikasi dari segi isu serta aksi sosial. Penelitian ini diharapkan
memotivasi kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih melestarikan
budaya berpantun dalam berinteraksi sosial. Selanjutnya, penelitian ini
diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk membentuk sanggar
budaya Melayu yang memokuskan kepada kesenian berpantun. Jadi,
nilai-nilai pendidikan dalam pantun dapat diterapkan sebagai jati diri masyarakat
Indonesia yang menjunjung tinggi nilai moral dan nilai etika dalam
bersosialisasi di masyarakat.
195
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai struktur dan nilai
moral pantun pada Acara Merisik Adat Melayu Deli serta pemanfaatannya
sebagai Bahan ajar Puisi Lama Siswa Kelas XI SMA dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Struktur dalam pantun merisik adat Melayu Deli mengandung keberagaman,
meliputi berima a-b-a-b, a-a-b-b, a-b, dan a-a-a-a.
2. Nilai moral yang terkandung dalam pantun merisik memiliki 18 nilai-nilai
karakter yang meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab
3. Dalam proses wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia di SMA Sinar
Husni Helvetia yang menyatakan bahwa perlunya pantun merisik dijadikan
bahan ajar pantun di sekolah karena sarat dengan struktur dan nilai-nilai
moral serta religius yang diharapkan mampu memberikan khasanah baru
dalam pembelajaran pantun di SMA. Penggunaan pantun merisik dalam
kegiatan pembelajaran puisi lama di SMA akan melestarikan adat istiadat
(kearifan lokal) dan bahan pembelajaran secara mudah diperoleh oleh para
siswa dan guru karena terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
195
5.2 Saran
1. Bagi siswa, penelitian ini berguna untuk dapat bahan bacaan tentang pantun
merisik yang selama ini hanya dapat didengar atau dilihat dalam acara-acara
adat Melayu Deli.
2. Bagi guru, penelitian ini berguna untuk alternatif dalam pencarian bahan
pembelajaran pantun di tingkat SMA. Penelitian ini juga memberikan
inspirasi bagi guru Bahasa Indonesia untuk menggunakan kearifan lokal
berupa budaya Melayu Deli dengan penggunaan pantun merisik yang masih
menjunjung nilai-nilai moral dan religius serta dalam pelestarian budaya.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan terutama
dalam bahan materi puisi lama berupa pantun dan sebagai referensi peneliti
196
196
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2011. Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Amir, A. 2013. Sastra lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi.
Aqib, Z. & Sujak. 2011. Panduan dan aplikasi pendidikan karakter. Bandung: Yrama Widya.
Badrun, A. 2003. Patu Mbojo: struktur, konteks pertunjukan, proses penciptaan, dan fungsi. (Disertasi). Jakarta.
Balawa. 1991. Teori sastra. Kendari: Unhalu Press.
Bartens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Damayanti, D. 2014. Panduan implementasi pendidikan karakter di sekolah.Yogyakarta: Araska.
Danandjaja, J. 2007. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti.
Effendy, M. R. 1983. Selayang pandang kesusastraan Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.
Effendy, T. 2004. Tunjuk ajar Melayu (butir-butir budaya melayu Deli). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu. Endraswara, S. 2006. Metode penelitian kebudayaan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Gunawan, H. 2012. Pendidikan karakter: konsep dan implementasinya. Bandung: Alfabeta.
Hidayat, K. 2012. Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia bertemakan pendidikan karakter. Makalah pada seminar internasional Riksa Bahasa V: Kebijakan nasional dan penguatan kearifan lokal dalam pendidikan bahasa Indonesia. Bandung, 2 Februari 2012.
197
Hoed, B. H. 2008. “Komunikasi lisan sebagai dasar tradsi lisan” dalam Pudentia MPPS (Editor). Metodologi kajian tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
Iskandarwassid & Dadang, S. 2009. Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Karim, Maizar. 2015. Menyelisik Sastra Melayu. Jambi:Histokultura.
Keraf, G. 2010. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia
Utama. Koentjaraningrat. 1990. Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koesoema, D. 2010. Pendidikan karakter strategi mendidik anak di zaman global.Jakarta: Grasindo.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus linguitik edisi keempat. Jakarta: Gramedia.
Kusnaedi. 2013. Strategi dan implementasi pendidikan karakter: Panduan Untuk Guru & Orang Tua. Bekasi Utara: Duta Media Tama. Lord, A. B. 2000. The singer of tales. New York Atheneum.
Lubis, M. 2009. Evaluasi perkembangan nilai. Bengkulu:
Pustaka Pelajar. Luxemburg. 1989. Tentang sastra. Jakarta: Intermesa.
Noor, R. 2004. Pengantar pengkajian sastra. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.
Maryanti, S. 2011. Carita Maung Panjalu: struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, dan fungsi. (Skripsi). FPBS UPI: tidak diterbitkan.
Megawangi, R. 2004. Pendidikan karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Moleong, L. J. 2001. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Rosda.
Mulyasa. 2011. Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
198
Nugiyantoro, B. 1998. Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Nugiyantoro, B. 2007. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Pradopo, R. D. 2010. Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pusbangprodik. 2012. Pedoman Penyususnan Modul. Kementrian Pendidikan danKebudayaan Badan Pengembangan SDMPK dan PMP.
Rahmanto, B. Ramlan, M. 2001. Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Ratna, N. K. 2008. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Rohman, M. 2012. Kurikulum berkarakter: refleksi dan proposal solusi terhadap KBK dan KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Rosidi, I. 2005. Ayo senang menulis karya tulis ilmiah. Jakarta: Media Pustaka.
Salahudin, A. & Irwanto, A. 2013. Pendidikan karakter: pendidikan berbasis agama & budaya bangsa. Bandung: Pustaka Setia.
Samani, M. 2011. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Samani, M. & Haryanto. 2012. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarumpaet, R. K. T. 2003. Sastra masuk sekolah. Magelang: Indonesia Tera.
Sedyawati, E. dkk. 2004 Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa.
Sibarani, R. 2012. Kearifan lokal: hakikat, peran, dan metode tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).
Siswantoro. 2005. Metode penelitian sastra: analisis psikologi sastra. Surakarta: Muhammadyah University Press.
199
Sjarkawi. 2011. Pembentukan kepribadian anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudarmono, N. 2009. Melestarikan seni tradisi Gaok melalui pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. (Tesis). SPs UPI: tidak diterbitkan.
Sudikan, S. Y. 2007. Antropologi sastra. Surabaya: Unesa University Press. Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,
kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya dan UPI.
Sumardjo, J. 1988. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suseno,Franz Magnis. 1993. Etka Dasar :Masalah-masalah Pokok Filsafat. Moral. Jakarta: Pustaka Filsafat
Syamsuddin & Vismaia, S. D. 2007. Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: UPI – Remaja Rosdakarya.
Taum, Y. Y. 2011. Studi sastra lisan: sejarah, teori, metode dan pendekatannya disertai contoh penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.
Teeuw, A. 2003. Sastra dan ilmu sastra. Bandung:
Pustaka Jaya. Waluyo, H. J. 1995. Teori dan apresias puisi. Jakarta: Erlangga.
Wellek & Warren. 1989. Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Zaimar, O. K. S. 2008. Metode penelitian sastra lisan dalam metodologi kajian tradisi lisan (Ed. Pudentia MPSS). Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.