• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA

DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

NURDAMAYANTI NIM 1204632

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA

DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP

Oleh Nurdamayanti S.Pd UMSU, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia

© Nurdamayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Yus Rusyana

Pembimbing II,

Dr. Sumiyadi, M. Hum.

NIP 19660320 199103 004

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M. Hum.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Struktur dan Nilai-Nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Puisi Lama di SMP”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara, (2) nilai-nilai yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara, dan (3) perancangan bahan ajar sastra dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode dekriptif analisis. Metode analisis deskripsi sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, dinterpretasi, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta berhubungan dengan struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yang kemudian hasil analisis tersebut dirancang untuk menjadi bahan ajar. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber data terdiri dari: (1) rekaman berbagai acara, (2) sumber cetak, berupa buku dan brosur. Data dalam penelitian ini adalah pantun-pantun yang tedapat dalam sumber data, dengan rincian 33 teks pantun dari rekaman dan 39 teks pantun dari sumber cetak.

(5)

DAFTAR ISI

Hlm.

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……… . vii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ………. 4

1.3 Batasan Masalah Penelitian ……… 5

1.4 Rumusan Masalah Penelitian ………. 5

1.5 Tujuan Penelitian ……… 5

1.6 Manfaat Penelitian………. 6

1.7 Struktur Organisasi Tesis………. 7

BAB II LANDASAN TEORETIS……… 9

2.1 Hakikat Pantun……… 9

2.1.1 Pendekatan dalam Mengkaji Pantun……… 11

2.1.1.1 Bentuk Pantun……… 14

2.1.1.2 Rima Pantun……….. 17

2.1.1.3 Sampiran dan Isi Pantun.……… 20

2.2 Hakikat Nilai………. 24

2.2.1 Nilai Karakter ……… 25

2.3 Perancangan Bahan Ajar……….. 29

2.3.1 Hakikat Bahan Ajar……… 29

2.3.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar………... 30

(6)

2.3.4 Perancanagan Bahan Ajar Pantun………. 31

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan……… 33

BAB III METODE PENELITIAN……….. 35

3.1 Metode Penelitian………. 35

3.2 Defenisi Operasional ……….. 36

3.3 Sumber Data dan Data ………. 36

3.4 Instrumen Penelitian ……… 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ..……… 38

3.6 Teknik Analisis Data……….. 38

3.7 Paradigma Penelitian ……… 42

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA……… 43

4.1 Analisis Struktur Pantun dan Nilai Karakter……… 43

4.1.1 Analisis Pantun dari Rekaman Berbagai Acara di Kota Tebing Tinggi……….. 43

4.1.2 Analisis Pantun dari Sumber Tertulis ………. 111

4.2 Hasil Analisis ………. 181

4.3 Pembahasan Hasil Analisis……….. 264

BAB V PERANCANAGAN BAHAN AJAR……….. 267

5.1 Rancangan Bahan Ajar Pantun………. 267

5.2 Hasil Uji Kelayakan LKS Sebagai Bahan Ajar di SMP………... 294

5.3 Perbaikan Bahan Ajar………... 294

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……… 301

6.1 Simpulan ……….. 301

6.2 Saran ……… 303

DAFTAR PUSTAKA………

LAMPIRAN-LAMPIRAN………

305

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Hlm.

2.1 Struktur Pantun……… 23

2.2 Nilai-Nilai Karakter Puskur………. 27

3.1 Pedoman Analisis Struktur Pantun……….. 39

3.2 Pedoman Analisis Nilai-Nilai Karakter Puskur………... 40

4.1 Jumlah Larik ………..……… 182

4.2 Jumlah Suku Kata dalam Larik yang Sesuai Syarat Pantun ... 185

4.3 Jumlah Suku Kata dalam Larik yang Tidak Sesuai Syarat Pantun………. 192

4.4 Rima Sempurna………... 196

4.5 Rima Tak Sempurna……… 199

4.6 Rima Mutlak………... 205

4.7 Rima Terbuka……… 207

4.8 Rima Tertutup………. 209

4.9 Rima Alterasi………. 213

4.10 Rima Asonansi……… 214

4.11 Rima Disonansi………... 219

4.12 Rima Awal………. 220

4.13 Rima Tengah……….. 222

4.14 Rima Akhir……….... 224

4.15 Rima Tegak……… 229

4.16 Rima Datar……… 237

4.17 Rima Bersilang………. 240

4.18 Rima Berpola a-b-a-b……… 246

4.19 Rima Berpola a-a-a-a……… 252

4.20 Pantun Tentang Agama……… 252

4.21 Pantun Tentang Percintaan……… 254

4.22 Pantun Tentang Sosial……… 254

4.23 Pantun Tentang Keluarga/adat/perkawinan……… 256

(8)

4.25 Pantun Tentang Budi Pekerti……… 258

4.26 Nilai Religius………. 259

4.27 Nilai Jujur……… 260

4.28 Nilai Disiplin……….. 261

4.29 Nilai Kerja Keras……… 261

4.30 Nilai Kreatif……… 261

4.31 Nilai Mandiri……….. 262

4.32 Nilai Rasa Ingin Tahu……… 262

4.33 Nilai Menghargai Prestasi……….. 262

4.34 Nilai Cinta Damai……… 263

4.35 Nilai Peduli Sosial……….. 263

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Teks Pantun

Lampiran 2. Instrumen Penelaahan Lembar Kerja Siswa

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran,

kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah

memprihatinkan dan perlu penanganan yang serius. Salah satu usaha yang dapat

dilakukan adalah penanaman nilai moral dan karakter mulai sejak dini. Di sinilah

peran penting pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan seharusnya

tidak hanya memperhatikan bidang akademik, aspek pembentukan moral dan

karakter juga perlu mendapat perhatian agar dapat menciptakan generasi bangsa

yang cerdas dan berakhlak mulia.

Sebagai bangsa yang beragama, bangsa Indonesia sebenarnya memiliki

akar yang sangat kuat dalam hal moralitas dan akhlak. Bahkan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indoesia 1945 secara khusus menekankan pentingnya

pendidikan bagi peningkatan keimanan dan akhlak. Pasal 31 ayat (3)

menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa.”

Selanjutnya, Presiden Republik Indonesia Dr. Soesilo Bambang

Yudhoyono pada peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara pada

tanggal 11 Mei 2010 menekankan bahwa ada lima agenda penting yang harus

dikerjakan bangsa Indonesia yang menyangkut dengan dunia pendidikan, salah

satu agendanya adalah tentang pendidikan karakter. Untuk membina karakter para

generasi muda, setiap komponen bangsa ini memiliki peran dan tanggung jawab

yang sama dalam membina akhlak, moral, dan karakter bangsa, khususnya para

guru yang merupakan motor dalam dunia pendidikan. Melalui Pendidikan

pembinaan akhlak, moral, dan karakter bangsa dapat ditanamkan sejak dini pada

(11)

Salah satu media yang dapat digunakan dalam menanamkan dan membina

moral, akhlak, dan karakter bangsa adalah melalui karya sastra. Karya sastra

sebagai karya seni yang mengandung nilai keindahan juga sarat dengan makna.

Hal ini senada dengan pendapat Horace (Wellek dan Warren, 1995: 25) bahwa

karya sastra “dulce et utile”, yaitu indah dan bermakna. Selanjutnya Endraswara

(2008: 160) menyatakan bahwa karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia

yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan

penciptaannya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang

imajinatif dan emosional. Sebagai hasil imajinasi, sastra selain berfungsi sebagai

hiburan yang menyenangkan juga berguna untuk menambah pengalaman batin

bagi para pembacanya. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang

sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di

dalamnya dan mampu mencerminkan pesan positif bagi pembacanya.

Salah satu genre sastra adalah puisi dan pantun merupakan salah satu jenis

puisi, yang masuk dalam jenis puisi lama. Dibandingkan puisi-puisi yang lain,

pantun lebih mudah dimengerti dan dipahami maknanya. Pantun merupakan karya

sastra asli bangsa kita sebelum masuknya pengaruh budaya barat, hal ini senada

dengan pendapat Rizal (2010) “pantun termasuk sastra Melayu (Indonesia) yang

pertama muncul bersama mantera dan syair. Pada zaman sastra Melayu inilah

cikal bakal lahirnya sastra Indonsia. Karena bahasa Melayu adalah cikal bakal

lahirnya bahasa Indonesia”.

Pantun sangat dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara, karena pantun

terdapat hampir di semua daerah Indonesia. Namum di daerah Sunda, pantun

memiliki bentuk yang berbeda dari pantun Melayu. Dalam kesusastraan Sunda,

pantun merupakan dongeng atau prosa liris. Hal ini senada dengan pendapat

Mustafa (1995: 73) yang menjelaskan bahwa pantun merupakan sejenis cerita

lisan dalam sastra Sunda yang dituturkan oleh juru pantun diiringi petikan kecapi

atau dengan alat musik lainnya selama satu malam suntuk, diawali dan ditutup

(12)

Sampai saat ini pantun masih digunakan, namun kebanyakan hanya

sebagai pelengkap acara yang berfungsi untuk menghibur bukan sebagai proses

pewarisan nilai-nilai. Hal ini sejalan dengan pendapat Effendi (2004: 77) yang

mengatakan bahwa dalam kehidupan masa kini pantun masih hidup dan

berkembang tetapi isinya tidak lagi berpuncak kepada nilai-nilai luhur budaya

asalnya. Berubahnya fungsi pantun menyebabkan banyak pantun yang tercipta

saat ini tidak memenuhi struktur pantun yang baik dan tidak mengandung

nilai-nilai. Pantun-pantun yang seperti ini tidak dapat digunakan sebagai media untuk

penanaman nilai-nilai karakter.

Pantun-pantun yang sarat dengan ajaran budi pekerti dan nilai-nilai luhur

budaya bangsa perlu digali kembali. Pantun-pantun inilah yang sesuai untuk

dijadikan media penanaman nilai-nilai luhur bagi generasi bangsa. Oleh karena

itu, pantun perlu mendapat perhatian dalam pengajaran sastra. Dalam kurikulum

SMP, materi pengajaran sastra tidak hanya disebutkan sastra modern, tetapi juga

termasuk di dalamnya sastra lama. Peningkatan mutu apresiasi sastra tidak hanya

berlaku pada sastra modern, tetapi juga pada sastra lama. Namun pada

kenyataanya para peserta didik kurang mengapresiasi pembelajaran pantun, hal ini

disebabkan kurang menariknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

Pada umumnya pembelajaran yang dilaksanakan terkesan monoton, di mana guru

hanya memberikan siswa tugas untuk membuat pantun, setelah selesai

dikumpulkan kepada guru.

Salah satu faktor yang berperan serta mempengaruhi kualitas pembelajaran

adalah penggunaan bahan ajar. Hal senada disampaikan Dardiri (2011: 34) yang

menyatakan bahwa seorang guru atau calon guru harus memiliki kemampuan

menulis karya ilmiah, lebih-lebih menulis bahan ajar. Penggunaan bahan ajar

yang kontekstual sangat mendukung kesuksesan pembelajaran. Siswa akan lebih

mudah memahami dan memaknai pembelajaran karena mereka mengenal,

mengetahui, atau bahkan mengalami permasalahan yang disajikan dalam

pembelajaran. Agar pembelajaran pantun di lebih menarik dan bermakna maka

(13)

analisis nilai-nilai pada pantun-pantun yang hidup dan berkembang di daerah

tempat tinggal penulis, yaitu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.

Diharapkan dengan hal ini apresiasi para siswa yang ada di SMP Kota Tebing

Tinggi, Provinsi Sumatra Utara terhadap sastra khususnya pada pantun dapat lebih

meningkat. Mereka harus tahu dan mampu berpantun karena berpantun

merupakan bagian dari tradisi masyarakatnya. Hampir di setiap kegiatan ataupun

acara-acara yang ada di masyarakat Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara

menyajikan acara berpantun.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Sastra sebagai bagian dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia

diharapakan mampu membangun karakter anak bangsa yang sekarang ini sedang

mengalami krisis. Bahan ajar yang disusun dapat diupayakan berkolaborasi

dengan nilai-nilai karakter. Berdasarkan hal tersebut disertai uraian latar belakang

penelitian yang telah penulis paparkan maka ada beberpa permasalahan yang

penulis identifikasi, di antaranya sebagai berikut.

1. kurangnya minat siswa dalam mengapresiasi pantun sebagai karya sastra lama

karena proses pembelajaran yang tidak menarik;

2. kreativitas guru dalam membuat bahan ajar yang kontekstual perlu diasah

sehingga pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pantun menjadi

menarik dan tidak monoton;

3. mengidentifikasi Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi Provinsi

Sumatra Utara yang memenuhi struktur pantun yang baik;

4. mengidentifikasi Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi Provinsi

Sumatra Utara yang mengandung nilai-nilai luhur;

5. merancang bahan ajar dengan menggunakan pantun yang memenuhi struktur

pantun dan mengandung nilai yang baik sebagai bahan pembelajaran puisi

(14)

1.3 Batasan Masalah Penelitian

Batasan masalah penelitian ini pada hal-hal sebagai berikut.

1. analisis struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra

Utara;

2. analisis nilai-nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra

Utara;

3. perancangan bahan ajar dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan

nilai-nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara sebagai

bahan ajar pantun di SMP.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka

muncul masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini perumusan masalah akan

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi

Sumatra Utara?

2. Nilai-nilai apakah yang terdapat dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi

Provinsi Sumatra Utara?

3. Bagaimanakah perancangan bahan ajar berdasarkan hasil analisi stuktur dan

nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara

sebagai bahan ajar pantun di SMP?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

jelas tentang struktur dan nilai-nilai dalam pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi.

Berdasarkan hal di atas, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk:

1. mendeskripsikan struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi

(15)

2. mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota

Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;

3. mendeskripsikan perancangan bahan ajar sastra dengan menggunakan hasil

analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi,

Provinsi Sumatra Utara.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitaan ini diharapkan dapat dapat bermanfaat. Pada tataran

teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat;

1. memberikan seperangkat pengetahuan yang mendalam tentang stuktur Pantun

Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;

2. memberikan seperangkat pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai

yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi

Sumatra Utara;

3. memberikan pengetahuan tentang perancangan bahan ajar sastra dengan

menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di

Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.

Manfaat Praktis hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan

manfaat terhadap sejumlah pihak, khususnya siswa, guru, pembaca, sekolah, dan

peneliti selanjutnya.

1. bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu dan memicu minat

siswa terhadap sastra khususnya pantun;

2. bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

kreativitas guru-guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra khususnya

dalam analisis struktur dan nilai-nilai pada pantun. Guru dapat memanfaatkan

hasil penelitian ini dalam kegiatan pembelajaran di kelas;

3. bagi pembaca pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan motivasi untuk semakin meningkatkan apresiasi terhadap Pantun

Melayu;

4. bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan inspirasi kepada

(16)

khususnya buku pantun. Sekolah tidak lagi memandang sebelah mata

pelajaran Sastra Indonesia. Sebagaimana yang diamanatkan Standar Isi

(2006), bahwa selama 3 tahun pelajaran diharapkan para siswa membaca

buku sastra sebanyak 15 judul;

5. bagi peneliti, selanjutnya hasil penelitian dan temuan penelitian dapat

dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lanjutan pada Pantun

Melayu atau pantun dari daerah lainnya. Dengan adanya penelitian lanjutan

atau penelitian lain tersebut, akan didapatkan gambaran tentang

keberagamanan pantun.

1.7 Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal,

bagian isi, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut.

1. Bagian Awal. Informasi yang dicantumkan pada bagian awal adalah halaman

judul, halaman pengesahan, pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar,

ucapan terima kasih, abstrak,daftar isi, dan daftar lainnya.

2. Bagian Isi. Bagian isi terdiri atas enam bab. Masing-masing bab dijelaskan

sebagai berikut.

(a) Bab I Pendahuluan. Pada bab I dipaparkan latar belakang penelitian,

identifikas masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan

masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

organisasi tesis.

(b) Bab II Kajian Pustaka. Pada bab II dipaparkan (1) Konsep-konsep atau

teori-teori tentang pantun, (2) konsep-konsep atau teori-teori tentang

nilai-nilai, dan konsep-konsep bahan ajar, (3) Penelitian terdahulu yang

relevan.

(c) Bab III Metode Penelitian. Pada bab III dipaparkan tentang (1) Metode

penelitian (2) Defenisi operasional, (3) Sumber data dan data penelitian

(4) Instrument penelitian, (5) Teknik pengumpulan data, (6) Teknik

(17)

(d) Bab IV Analisis Data dan Pembahasan. Pada bab IV dipaparkan tentang

(1) Analisis data, (2) Hasil analisis, dan (3) Pembahasan hasil analisis.

(e) Bab VI Perancangan Bahan Ajar. Pada bab V ini dipaparkan tentang (1)

Rancangan bahan ajar pantun, (2) Hasil uji kelayakan LKS, dan (3)

Perbaikan bahan ajar.

(f) Bab VI Kesimpulan dan Saran. Pada bab V dipaparkan tentang (1)

Simpulan penelitian dan (2) Saran

3. Bagian Akhir. Bagian akhir terdiri atas dua hal penting, yaitu daftar pustaka

dan lampiran. Data yang dilampirkan pada tesis ini adalah pantun dari buku,

brosur, dan pantun yang telah ditransformasikan dalam bentuk teks dari

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian, defenisi

operasional, sumber data dan data, instrument penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, dan paradigm penelitian.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

dekriptif analisis. Menurut Ratna (2007: 39) “Metode analisis deskriptif adalah

metode yang digunakan dengan cara menganalisisdan menguraikan untuk

menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang dijadikan pusat perhatian dalam

penelitian”.

Metode analisis dekriptif digunakan untuk membantu mengidentifikasi dan

pemaparan unsur-unsur yang menjadi fokus penelitian. Sudjana dan Ibrahim

(2007: 64) mengemukakan “Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa, kejadian pada saat penelitian berlangsung”. Dengan kata

lain, metode analisis deskriptif digunakan untuk menguraikan kemudian

mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan hal-hal yang menjadi pusat

perhatian.

Metode analisis deskripsi sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah

terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian,

interpretasi, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan.

Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta berhubungan

dengan struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi,

Provinsi Sumatera Utara yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yang

(19)

3.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Nilai Karakter

Nilai karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai baik yang

terkandung dalam pantun yang mendorong, menggerakkan, dan membentuk

jiwa pada pemikiran, serta sikap siswa.

2. Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.

Pantun Melayu yang ada dan dipakai dalam berbagai kegiatan masyarakat di

Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.

3. Perancangan Bahan Ajar

Perancangan bahan ajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kegiatan menyusun hasil analisis nilai karakter dalam Pantun Melayu yang ada

di Kota Tebing Tinggi menjadi bahan pembelajaran yang menarik sehingga

dapat meningkakan apresiasi siswa terhadap pantun.

3.3 Sumber Data dan Data

Sumber data yang dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yakni (1) hasil

rekaman kegiatan berpantun dari berbagai acara yang dilaksanakan di kota Tebing

Tinggi, dan (2) sumber tercetak, berupa buku dan brosur penerimaan siswa baru

SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2013-2014. Buku yang dijadikan

sumber data dalam penelitian adalah buku Pantun Melayu Kota Tebing Tinggi

yang disusun oleh Farizal Nasution dan Shafwan Hadi Umry, M. Hum yang

diterbitkan oleh Penerbit Mitra.

Data yang diambil dari sumber data sebanyak 15 pantun, yang terdiri dari

10 pantun dari sumber rekaman, yakni pantun pada acara penutupan pesantren

kilat terdiri dari 2 bait, pantun pada acara halal bilhalal guru-guru terdiri dari 4

bait, pantun pada acara pengajian ibu-ibu terdiri dari 3 bait, pantun pada acara

pelantikan HMI terdiri dari 2 bait, pantun pada acara upah-upah berangkat haji

terdiri dari 2 bait, pantun pada acara pelatihan guru-guru Muhammadiyah Tebing

(20)

perkawinan terdiri dari 5 bait, pantun pada acara menyambut pengantin terdiri dari

8 bait, pantun pada acara nasi-adab-adaban pengantin terdiri dari 2 bait, dan

pantun pada acara ibadah kurban terdiri dari 3 bait. Jumlah keseluruhan data dari

rekaman berbagai kegiatan acara di Tebing Tinggi sebanyak 33 bait pantun.

Untuk data yang diambil dari rekaman berbagai acara di Kota Tebing Tinggi,

pengambilan data dimulai dari tanggal 8 Agustus 2013 sampai dengan 18

Oktober 2013.

Dalam buku Pantun Melayu Tebing Tinggi yang dijadikan sumber data,

terdapat 44 subjudul dan hanya 18 sub judul yang merupakan pantun sedangkan

yang lainnya merupakan syair. Tidak semua pantun yang ada dalam buku ini

dijadikan data, hanya 4 sub judul, yaitu Pantun Kegiatan Koperasi terdiri dari 12

bait, Pantun Haji yang Mabrur terdiri dari 10 bait, Pantun Nasihat terdiri dari 7

bait, dan Pantun Perpisahan terdiri dari 9 bait. Jumlah keseluruhan data dari buku

sebanyak 38 bait. Pantun yang telah ditetapkan menjadi data merupakan pantun

yang berbeda dari segi isi dengan pantun-pantun dari sumber yang lain. Data yang

terakhir dari brosur penerimaan siswa baru SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun

Ajaran 2013-2014 sebanyak 1 pantun dan terdiri dari 1 bait. Total keseluruhan

data yang akan dianalisis dari semua sumber data adalah sebanyak 72 bait (Teks)

pantun

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti dan para penutur pantun. Untuk

melaksanakan teknik penelitian digunakan alat pendukung sebagai berikut:

1. Kartu analisis teks: kartu ini digunakan untuk menganalisis setiap pantun

2. Pedoman analisis struktur pantun: pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam

penganalisisan struktur setiap pantunn

(21)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling utama karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka penelitian tidak akan mendapat

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun alat yang digunakan

untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah alat perekam (tape recorder),

pengambil gambar (handycam), dan kartu pencatat data. Berikut ini teknik

pengumpulan data yang peneliti lakukan:

1. Studi Pustaka

Teknik ini dilakukan penulis untuk menggali teori yang relevan dengan

hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini. Teori tersebut di antaranya adalah teori

tentang struktur pantun, Nilai-Nilai, dan Bahan Ajar.

2. Merekam Kegiatan Berpantun di Kota Tebing Tinggi

Teknik ini digunakan dalam upaya menggali data tentang kegiatan berpantun

yang ada di Kota Tebing Tinggi. Hasil rekaman kemudian diubah dalam

bentuk transkip.

3. wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengetahui informasi tentang para penutur pantun

yang merupakan narasumber dalam penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses

pengorganisasian dan pengurutan data tentang struktur dan nilai karakter dalam

Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi. Selanjutnya hasilnya dimasukkan

ke dalam pola kategori satuan uraian sehingga pada akhirnya dapat ditarik

kesimpulan tentang struktur dan nilai karakter dalam pantun yang dilengkapi

dengan data-data pendukung. Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul,

(22)

1. membaca pantun;

2. mengidentifikasi struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Tebing

Tinggi;

3. membuat interpretasi terhadap struktur dan nilai karakter dalam pantun;

4. mendeskripsikan struktur dan nilai karakter dalam pantun berdasarkan

interpretasi yang telah dilakukan;

5. Menyusun hasil analisis atau hasil pengkajian.

Tabel 3.1

Pedoman Analisis Struktur Pantun

Unsur-Unsur Jenis

(1) (2)

1. Jumlah suku kata setiapbaris/ larik Terdiri dari 8-10 suku kata

2. Jumlah larik/baris setiap bait  Pantun biasa (terdiri dari 4 larik)

 Pantun yang bersambung-sambung (pantun berkait)

 Talibun (terdiri dari 6, 8, 1o, 12, dst)  Pantun kilat/Karmina (terdiri dari 2 larik);.,

3. Rima: pengulangan bunyi dalam puisi.

Dengan pengulangan bunyi tersebut

puisi menjadi merdu bila dibaca.

a.Pola rima pantun a,b,a,b atau a,a,a,a,

b. Jenis rima

Berdasarkan bunyi: Rima sempurna Rima tak sempurna Rima mutlak Rima terbuka Rima tertutup Rima alitersi Asonansi Disonansi

Berdasarkan letak kata-kata dalam baris-baris:

(23)

(1) (2)

perasaan penciptanya yang

berhubungan dengan permasalahan

kehidupan

a. Pokok Permasalahan dalam isi pantun

 Agama

b. Hubungan antara sampiran dengan isi

c. Jenis Pantun berdasarkan isi  Pantun orang tua  Pantun orang muda  Pantun anak-anak

Tabel 3.2

Pedoman Analisis Nilai-Nilai Karakter

No Nilai Deskripsi

(1) (2) (3)

1 Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakana

ajaran agama yang dianutnya, toleren terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun

dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

(24)

(1) (2) (1)

3 Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis pendapat, sikap, dan tindakan orang lain

yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sugguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiba dirinya dan orang lain.

9 Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu

yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

10 Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri sendiri

11 Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan perbuatan yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain

13 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

(25)

(1) (2) (1)

15 Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi

dirinya.

16 Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18 Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial, dan budaya),Tuhan Yang Maha Esa.

3.7 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini adalah sebagaimana tergambar pada skema berikut.

Nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi 45.Rasa ingin tahu 46.Semangat kebangsaan 47.Cinta tanah air 48.Menghargai prestasi

Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 9. Jumlah larik

Pantun Melayu Tebing Tinggi 27.Rasa ingin tahu 28.Semangat kebangsaan 29.Cinta tanah air 30.Menghargai prestasi

Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 5. Jumlah larik

6. Jumlah suku

kata 7. Rima 8. Isi/Sampiran Analisis struktur pantun dan

nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi

Langkah-langkah: 5. Membaca Pantun Melayu

Tebing Tinggi

6. Mengidentifikasi struktur dan nilai karakter

7. Membuat catatan-catatan untuk interpretasi

8. Mendeskripsikan struktur dan nilai karakter pantun

Hasil analisis

Perancangan bahan ajar pantun Nilai karakter pada

Pantun Melayu Tebing Tinggi 11.Cinta tanah air 12.Menghargai prestasi

Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 1. Jumlah larik

2. Jumlah suku

kata 3. Rima 4. Isi/Sampiran Analisis struktur pantun dan

nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi

Langkah-langkah: 1. Membaca Pantun Melayu

Tebing Tinggi

2. Mengidentifikasi struktur dan nilai karakter

3. Membuat catatan-catatan untuk interpretasi

4. Mendeskripsikan struktur dan nilai karakter pantun

Hasil analisis

(26)

BAB V

PERANCANGAN BAHAN AJAR

5.1 Rancangan Bahan Ajar Pantun

Dalam memilih bahan ajar, guru sastra hendaknya mengutamakan

karya-karya sastra yang mudah dipahami siswa dan berkaitan dengan kehidupannya.

Dengan memperkenalkan budaya di sekitar lingkungannya diharapkan siswa

menghargai budaya sendiri dan tidak mengagungkan budaya luar, dan

menganggapnya lebih baik.

Pantun Melayu Kota Tebing Tinggi memaparkan hal-hal yang menjadi

realita kehidupan yang berkaitan dengan budaya masyarakat Melayu, yang

merupakan masyarakat mayoritas di Kota Tebing Tinggi, serta mengandung

nilai-nilai dan ajaran hidup yang bermanfaat bagi kehidupan siswa. Hal ini dapat

mendekatkan siswa dengan karya sastra sekaligus melatih siswa memiliki

kepekaan terhadap persoalan yang tengah terjadi di lingkungan, budaya, dan

masyarakatnya.

Hasil analisis struktur dan nilai karakter dalam pantun perlu dilakukan

sebuah tindak lanjut dengan memanfatkannya sebagai bahan ajar. Pemanfaatan

bahan ajar ditujukan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra mata pelajaran

Bahasa Indonesia untuk kelas VII pada semester 1.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu dirancang

bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran pantun dengan

menggunakan hasil analisi. Bahan ajar yang akan dirancang adalah berupa lembar

kerja siswa (LKS). Pemilihan LKS sebagai bahan ajar pantun berdasarkan teori

para ahli yang telah diuraikan pada bab II, salah satunya menyatakan bahwa

dengan penggunaan LKS guru dapat mengetahui kemampuan yang telah dicapai

oleh siswa. Bagi siswa LKS menjadi alat untuk menguatkan respon

(reinforcement), jika pekerjaan yang dibuat benar. Dengan disediakan LKS,

(27)

belajar yang bersifat intrinsik dapat dapat terpelihara pada diri siswa (Sumiati dan

Asra, 2007: 172).

Setelah LKS selesai dirancang langkah berikutnya adalah merancang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dan dapat menarik minat

siswa untuk belajar, serta dapat merangsang kreatifitas siswa dalam menulis

pantun. Dalam kegiatan pembelajaran pantun ini peneliti merancang RPP dengan

menerapkan model Sinektetik. Penggunaan model sinektetik dipilih karena model

ini dianggap mampu merangsang siswa lebih kreatif, hal ini sejalan dengan

pendapat Gordon, (1961) “Sinektik adalah sebuah pendekatan untuk berpikir

kreatif yang didasarkan pada pemahaman bersama, bahwa apa yang tampaknya

berbeda dapat dikaitkan bersama”.

Sinektik adalah metode pemecahan masalah yang merangsang proses

berpikir yang mungkin tidak disadari oleh subjek. Sebenarnya ada dua strategi

atau model pengajaran yang didasarkan pada prosedur-prosedur sinektik. Salah

satu dari dua strategi tersebut, yakni membuat sesuatu yang baru (creating

something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing,

untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan dan hasil-hasil

yang lama dengan cara yang baru, pandangan lebih kreatif. Sedangkan strategi

yang lain, yakni membuat yang asing menjadi familiar (making the strange

familiar), dirancang untuk membuat gagasangagasan yang baru dan tidak familiar

menjadi lebih bermakna. Meskipun dua strategi ini menggunakan tiga jenis

analogi tadi, sasaran, struktur, dan prinsi-pprinsip tanggapan keduanya berbeda.

Strategi pertama membantu siswa melihat sesuatu yang biasa dengan

cara-cara yang tidak biasa dengan menggunakan analogi-analogi untuk membuat jarak

konseptual. Kecuali pada langkah terakhir dimana siswa kembali pada masalah

yang semula, mereka tidak membuat perbandingan-perbanding sederhana. Sasaran

strategi ini adalah untuk mengembangkan pemahaman baru: berempati dengan /

pada sikap yang sedikit berlagak dan mengertak: merancang jalan masuk yang

barn: memecahkan masalah-masalah sosial atau interpersonal, seperti sampah atau

(28)

seperti bagaiamana berkonsentrasi dengan lebih baik saat membaca buku. Peran

guru adalah berhati-hati terhadap analisis atau kesimpulan yang terlalu dini.

Struktur Strategi Pertama: Membuat Sesuatu yang Baru

Tahap pertama: mendeskripsikan situasi saat ini

Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat

saat ini

Tahap kedua: analogi langsung

Siswa mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi

(mendeskripsikan) lebih jauh.

Tahap ketiga: analogi personal

Siswa menjadi analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.

Tahap keempat: konflik padat

Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan

beberapa analogi konflik padat dan memilih salah satunya.

Tahap kelima: analogi langsung

Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan pada

analogi konflik padat.

Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal

Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan

analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya.

Transkrip sesi sinektik menunjukkan seorang guru membantu

siswa--siswanya melihat konsep yang biasa dengan cara-cara segar. Pada awalnya siswa

memilih konsep biasa, untuk kemudian dideskripsikan dalam komposisi

(29)

7-11. Model sinektik menstimulasi siswa untuk melihat dan merasakan gagasan

orisinil dengan cara-cara yang baru, yang lebih segar. Jika siswa ingin

menyelesaikan masalah, kita berharap mereka akan melihat masalah itu dengan

lebihbijaksana dan mengembangkan solusi-solusi yang dapat mereka eksplorasi.

Sebaliknya, strategi kedua, membuat sesuatu yang asing menjadi familiar,

mencari untuk meningkatkan pemahaman siswa dan internalisasi materi yang barn

dan sulit secara substantif Dalam strategi ini metafora digunakan untuk

menganalisis, tidak untuk membuat jarak konseptual sebagaimana dalam strategi

pertama. Contoh, guru mungkin menyajikan konsep kebudayaan pada

siswa-siswanya. Dengan menggunakan analogi-analogi yang familiar (seperti dapur atau

rumah) siswa mulai menjabarkan/membatasi/mejelaskan karakteristikkarakteristik

yang hadir dan tidak ada dalam konsep. Strategi ini bersifat analitis dan kovergen:

siswa secara terus menerus bergantian antara mendefinisikan karakteristik subjek

yang lebih familiar dengan membandingkan subjek-subjek tersebut dengan

karakteristik-karakteristik topik yang tidak familiar.

Pada tahap pertama dalam strategi kedua ini, yakni menjelaskan topik

baru, siswa disediakan informasi. Pada tahap kedua, guru atau siswa mengusulkan

analogi langsung. Tahap ketiga meminta siswa untuk "menjadi hal-hal yang

familiar" (mempersonalisasi analogi langsung). Pada tahap keempat, siswa

mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara analogi dengan

materi substantif. Pada tahap kelima siswa menjelaskan perbedaan-perbedaan di

antara analogi-analogi. Untuk mengukur perolehan-perolehan informasi barn,

siswa dapat mengusulkan dan menganalisis analogi-analogi familiarnya pada

(30)

Struktrur Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar

Tahap pertama: input substantif

Guru menyediakan informasi tentang topik baru

Tahap kedua: analogi langsung

Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa mendeskripsikannya.

Tahap ketiga: analogi personal

Guru meminta siswa menjadi analogi langsung

Tahap keempat: membandingkan analogi-analogi

Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru

dengan analogi langsung.

Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan

Siswa menjelaskan dimana saja analogi-analogi yang tidak sesuai

Tahap keenam: eksplorasi

Siswa mengeksplorasi kembali topik asli

Tahap ketujuh: membuat analogi

Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaanpersamaan

dan perbedaan-perbedaan.

Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreatifitas individu dan kelompok.

Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan kebersamaan

antarsiswa. Siswa belajar tentang kawan sekelasnya saat mereka merespon

gagasan atau masalah. Pemikiran-pemikiran dinilai sebagai kontribusi potensial

dalam proses kelompok. Prosedur-prosedur sinektik membantu menciptakan

(31)

Standar yang sangat cukup menyenangkan seperti ini tentu akan memberikan

dukungan pada peserta didik yang sangat pemalu.

Prosedur-prosedur sinektik bisa diterpkan pada siswa dalam semua bidang

kurikulum, baik sains maupun seni. Prosedur-prosedur ini dapat dihubungkan

dengan diskusi guru-siswa dalam kelas dan pada materi-materi yang dibuat guru

siswa. Hasil atau kendaraan aktivitas sinektik tidak selalu hams ditulis; hasil ini

dapat dilisankan, atau hasil-hasil tersebut dapat berbentuk aktifitas-aktifitas

bermain paran (role plays), seperti melukis dan menggambar, atau

perubahan-perubahan dalam perilaku. Ketika menggunakan sinektik untuk melihat

massalah-masalah sosial atau perilaku anda mungkin ingin memberitahukan perilaku

situasional sebelum dan sesudah aktivitas sinektik, serta mengamati

perubahan-perubahan. Hal ini juga menarik dilakukan untuk memilih gaya-gaya akspresif

yang berbeda dengan topik awal, seperti meminta siswa melukis gambar tentang

kerugian atau diskriminasi. Konsep abstrak, tetapi gaya ekspresinya hams konkret.

Sinektik dapat diterapkan pada siswa di semua tingkatan umur, meskipun

dengan siswa yang sangat muda, sinektik adalah cara terbaik untuk memberikan

latihan-latihan peregangan (stretching exercises). Lebih dari itu pengaturannya

juga sama seperti pendekatan laian dalam pengajaran –cermat bekerja dalam

pengalaman, memperkaya penggunaan materi yang konkret, menerapkan secara

hati-hati, dan merangkum prosedur-prosedur dengan jelas.

Model ini sering kali berfungsi secara efektif, khususnya pada siswa-siswa

yang mundur dari aktifitas-aktifitas pembelajaran akademik karena tidak rela

untuk mengambil risiko yang salah. Sebaliknya siswa-siswa yang unggul yang

hanya merasa nyaman saat memberikan respon yang mereka yakini benar sering

kali merasa segan untuk berpartisipasi. Untuk alasan ini kami percaya bahwa

sinektik bernilai bagi semua orang.

Sinektik berkombinasi dengan model-model lain dengan mudah. Ia dapat

memperpanjang konsep-konsep untuk dieksplorasi dengan kelompok model

(32)

dieksplorasi melalui bermain peran, investigasi kelompok, atau berfikir

yurisprudensi; dan mengembangkan kekayaan masalah dan perasaan-perasaan

yang dikuak oleh model-model lain dalam kelompok model pengajaran personal.

Penerapan model sinektik yang paling efektif selalu berkembang setiap

waktu is memiliki hasil jangka pendek dalam memperluas pandangan tentang

konsep dan masalah, tetapi ketika siswa diekspos untuk menerapkan model ini

secara berulang-ulang maka mereka dapat belajar bagaimana menggunakannya

dengan cara meningkatkan ketrampilan, dan mereka belajar rnemasuki gaya

metaforis dengan cara meningkatkan ketenangan dan kesempurnaan.

Strategi ini secara umum cukup atraktif, dan kombinasi keberuntungannya

dalam meningkatkan pemikiran produktif, empati yang mendidik, dan kedekatan

impersonal menjadikannya dapat diterapkan pada siswa diseluruh tingkatan umur

dan semua bidang kurikulum.

Manfaat lain dari metode sinektik adalah dapat membentuk kreatifitas

individu dan kelompok. Pengalaman sinektik dapat menumbuhkan jiwa sosial

para siswa. Mereka belajar bersama dengan melihat bagaimana rekan-rekarmya

bereaksi kepada suatu ide atau masalah. Hal ini akan menyebabkan setaiap

individu berpartsipasi dalam suasana belajar yang menyenangkan.

Penerapan Model Sinektik dalam Pembelajaran Anilisis Pantun dan

Nilai Karakter

Struktur Strategi Pertama: Membuat Sesuatu yang Baru

Tahap pertama: mendeskripsikan pantun berdasarkan jenisnya

 Guru meminta siswa memperhatikan kegiatan berpantun yang ada pada rekaman yang ditampilkan

Tahap kedua: analogi langsung

(33)

rima, sampiran , dan isi.

 Siswa mengkaitkan antara larik, suku kata, rima, sampiran , dan isi dengan salah satu pantun yang ada dalam rekaman

 Siswa membuat puisi sendiri berdasarkan aspek struktur pantun ( larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) dan mendeskripsikannya lebih jauh.

Tahap ketiga: analogi personal

 Siswa menjadi analogi dari pantun yang telah mereka buat dalam tahap kedua tadi.

Tahap keempat: konflik padat (perbandingan yang kuat)

 Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan beberapa analogi konflik padat (perbandingan yang kuat) dan

memilih salah satunya.

Tahap kelima: analogi langsung

 Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain yaitu pantun karya dia sendiri yang didasarkan pada analogi konflik padat.

Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal

 Guru meminta siswa kembali pada pembahasan aspek struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) atau masalah awal dan menggunakan analogi

terakhir ( pilihan analisis menurut siswa) dan atau seluruh pengalaman

sinektiknya.

Struktrur Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar

Tahap pertama: input substantif

(34)

Tahap kedua: analogi langsung

 Guru mengusulkan analogi langsung kedua puisi tersebut dan meminta siswa mendeskripsikannya berdasarkan analisis struktur (larik, suku kata, rima,

sampiran, dan isi)

Tahap ketiga: analogi personal

 Guru meminta siswa untuk membuat sebuah analogi/ perumpamaan tersendiri berdasarkan penagalaman siswa sendiri sebuah pantun berdasarkan aspek

struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi).

Tahap keempat: mebandingkan analogi-analogi

 Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan aspek analisis struktur antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada

contoh dengan pantun karya siswa sendiri.

Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan

 Siswa menjelaskan aspek apa saja yang tidak bersesuaian berdasarkan analisis struktur antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada

contoh dengan pantun karya siswa sendiri.

Tahap keenam: eksplorasi

 Siswa mengeksplorasi kembali pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada contoh

Tahap ketujuh: membuat analogi

 Siswa menyiapkan pantun karya sendiri dan mengeksplorasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dengan pantun orang tua dan pantun

(35)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

A. Identitas Sekolah dan Standar Kompetensi

B. Tujuan pembelajaran

1. Siswa mampu menemukan unsur/struktur pantun (larik, suku kata, rima,

sampiran, dan isi) dan nilai-nilai karakter dalam pantun,

2. Siswa mampu menulis pantun yang memenuhi syarat.

C. Materi pokok pembelajaran :

 Pantun: Unsur/Struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) dan nilai karakter

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/semester : VII/ 1

Aspek pembelajaran : Menulis karya sastra

Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman

melalui, pantun dan dongeng

Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

Indikator :

1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan

isi)

2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun

3. Menulis pantun

(36)

D. Model pembelajaran

Model pembelajaran sinektik yang terdiri atas dua struktur pengajaran yaitu:

E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1

Langkah – langkah Pembelajaran

Karakter yang dibangun

Alokasi Waktu

Aktivitas guru Aktivitas peserta didik

1.Menyajikan rekaman kegiatan berpantun

(37)

3.meminta siswa struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengarkan (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) serta nilai yang terkandung memilih satu peristiwa

untuk dijadikan

bahasan dalam pantun yang akan mereka buat

7.Membagikan LKS 2 kemudian meminta siswa mengerjakannya yaitu menulis sebuah pentun yang sesuai dengan syarat atau struktur pantun, berkaitan dengan peristiwa yang mereka alami. pantun yang telah didengar

4. Melakukan tanya jawab tentangstruktur pantun pada pantun yang telah didengarkan (larik, suku kata, rima,

sampiran, dan isi) serta nilai yang terkandung di dalamnya

Elaboraasi

5. Mendata peristiwa-peristiwa menarik yang pernah dialami

6. Memilih satu peristiwa

untuk dijadikan

bahasan dalam pantun yang akan dibuat.

7. Mengerjakan LKS 2, yaitu menulis sebuah pentun yang sesuai dengan syarat atau

struktur pantun,

berkaitan dengan

peristiwa yang mereka alami.

8. Salah satu siswa untuk menuliskan pantun yang dibuatnya di papan tulis

(38)

yang dibuatnya di papan tulis

Konfirmasi

9.Bersama-sama dengan siswa menganalisis pantun tersebut dari aspek struktur maupun nilai yang terkandung di dalamnya.

Konfirmasi

9. Bersama-sama dengan guru menganalisis pantun tersebut dari aspek struktur maupun nilai yang terkandung di dalamnya.

jujur

Kegiatan Penutup

1. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi

2. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah

1. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi

2. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah

10 “

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2

Langkah – langkah Pembelajaran

Karakter yang dibangun

Alokasi Waktu

Aktivitas guru Aktivitas peserta didik pantun pada pelajaran sebelumnya

1. Menjawab dan bertanya tentang menganalisis struktur pantun pada

(39)

Kegiatan Inti

1. mendengarkan pantun yang disampaikan oleh

guru, kemudian

melakukan tanya jawab tentang peristiwa yang

berkaitan dengan struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengar.

(40)

Konfirmasi

5. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengeksplorasi kembali struktur pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh

6. Membagikan LKS 2, dan meminta siswa orang tua dan pantun orang muda yang orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh

Konfirmasi

5. Melakukan tanya jawab dengan guru untuk mengeksplorasi kembali struktur pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh

6. Mengerjakan LKS 2, dengan menganalisis persamaan dan

perbedaan antara pantun karyanya sendiri dengan pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh

Kegiatan Penutup

3. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi

4. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah

3. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi

(41)

F. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA

1)Buku Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII Erlangga

2) LKS

3) Rekaman Pantun

G. PENILAIAN

1) Teknik : Tes Unjuk kerja

2) Bentuk Instrumen : Unjuk kerja dan proses

3) Kisi – Kisi soal penilaian

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Instrumen

Mengekspresikan,pikiran,

Tulislah sebuah pantun

(42)

LEMBAR KERJA SISWA

Oleh

Nurdamayanti

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(43)

LEMBAR KERJA SISWA 1

(Pertemuan I)

Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman

melalui, pantun dan dongeng

Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

Indikator :

1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku

kata, rima, sampiran, dan isi)

2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun

3. Menulis pantun

Bacalah pantun berikut ini dengan seksama!

Setelah membaca pantun di atas jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Terdiri dari berapa larik/baris pantun di atas?

2. Berapakah jumlah suku kata dari setiap larik/baris pantun di atas?

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/semester : VII/ 1

Kain basah bawa mandi,

sudah mandi dibawa pulang.

Amal ibadah dibawa mati,

(44)

3. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam sampiran pantun di atas, yaitu pada baris ke-1 dan ke-2!

4. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam isi pantun di atas, yaitu pada baris ke-3 dan ke-4!

5. Jelaskan nilai apa yang terkandung dalam isi pantun di atas!

Pedoman Penilaian

No Aspek

Penilaian Deskriptor Skor

1 Larik 1. Menuliskan jumlah larik dengan benar

2. Jumlah larik yang yang ditulis tidak benar

1

0

2 Jumlah suku

kata

1. Menuliskan jumlah suku kata pada semua larik dengan

benar

2. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada

satu larik

3. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada dua

larik

1. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun tepat

2. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun kurang

tepat

3. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun tidak

tepat

4. Tidak menjelaskan tentang bahasan sampiran pantun 3

2

1

0

4 Isi Pantun 1. Penjelasan tentang bahasan isi pantun tepat

2. Penjelasan tentang bahasan isi pantun kurang tepat

3. Penjelasan tentang bahasan isi pantun tidak tepat

4. Tidak menjelaskan tentang bahasan isi pantun

(45)

pantun kurang tepat

3. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi

pantun tidak tepat

4. Tidak menjelaskan tentang nilai yang terkandung dalam

isi pantun

1

0

Skor Maksimal 14

Skor = jumlah skor diperoleh X 100

(46)

LEMBAR KERJA SISWA 2

(Pertemuan I)

Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman

melalui, pantun dan dongeng

Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

Indikator :

1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku

kata, rima, sampiran, dan isi)

2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun

3. Menulis pantun

Dalam menulis pantun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu;

1. satu bait terdiri dari 4 larik/baris;

2. satu larik/baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata;

3. larik/baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran sedangkan larik/baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi;

4. Berima akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a.

Kerjakanlah tugas berikut ini!

Buatlah sebuah pantun yang sesuai dengan syarat pantun di atas berdasarkan

peristiwa yang pernah kamu alami!

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

(47)
(48)

LEMBAR KERJA SISWA 1

(Pertemuan II)

Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng

Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

Indikator :

1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)

2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun 3. Menulis pantun

Bacalah dua bait pantun berikut ini dengan seksama!

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/semester : VII/ 1

Sirih Aceh warnanya perang, kuntum melati sukar digubah. Berpisah jauh kita sekarang, di dalam hati jangan berubah.

(49)

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

a. Terdiri dari berapa larik (baris) setiap bait pada pantun di atas?

b. Berapakah jumlah suku kata dalam setiap larik dari ke dua pantun pantun di

atas?

c. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam sampiran kedua pantun di atas, yaitu

pada larik ke-1 dan larik ke-2!

d. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam isi kedua pantun di dai atas, yaitu pada

larik ke-3 dan larik ke-3!

e. Jelaskan nilai apa yang terkandung dalam isi kedua pantun di atas!

Pedoman Penilaian

No Aspek

Penilaian Deskriptor Skor

1 Larik 1. Menuliskan jumlah larik dari kedua bait pantun dengan

benar

2. terdapat kesalahan penulisan jumlah larik pada satu bait

pantun

2. Jumlah larik yang yang ditulis dari ke dua bait pantun

tidak benar

bait pantun dengan benar

2. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 1 -

2 larik dari kedua bait pantun

3. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 3-

4 larik dari kedua bait pantun

4. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 5-6

larik dari kedua bait pantun

5. semua penuliskan jumlah suku kata pada semua larik

dari kedua bait pantun tidak benar

4

3

2

1

(50)

3 Sampiran

4 Isi Pantun 1. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun tepat

2. Penjelasan tentang isi hanya satu bait pantun yang

tepat.

4. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun kurang

tepat

3. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun tidak tepat

4. Tidak menjelaskan tentang isi dari kedua bait pantun 3

pantun dari kedua bait pantun tepat

2. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi

pantun hanya satu bait yang tepat.

4. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi

pantun dari kedua bait kurang tepat

3. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi

pantun dari kedua bait tidak tepat

4. Tidak menjelaskan tentang nilai yang terkandung dalam

isi pantun dari kedua bait pantun

(51)

LEMBAR KERJA SISWA 2

(Pertemuan II)

Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman

melalui, pantun dan dongeng

Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

Indikator :

1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku

kata, rima, sampiran, dan isi)

2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun

3. Menulis pantun

Setelah kamu mengerjakan LKS 1, selanjutnya kerjakanlah tugas-tugas berikut ini!

1 . Jelaskan hal apa yang sama antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam pantun

yang ada dalam LKS 1!

2. Jelaskan hal apa yang berbeda antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam

pantun yang ada dalam LKS 1!

3. Apakah ada perbedaan dan persamaan antara kedua pantun yang ada dalam

LKS 1 dengan pantun yang kamu buat? Jelaskan!

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

(52)

Pedoman Penilaian

No Aspek

Penilaian Deskriptor Skor

1 Persamaan

pada bait 1

dengan bait 2

1. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tepat

2. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2

kurang tepat

3. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tidak

tepat

1. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tepat

2. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2

kurang tepat

3. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tidak

tepat

4. Tidak menjelaskan tentang perbedaan bait 1 dan bait 2 3

1.Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait

pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai bukti

dan alasan

2.Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait

pantun pada contoh dengan karya sendiri tanpa bukti

dan alasan

3.Hanya menjelaskan persamaan atau perbedaan antara

bait pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai

bukti dan alasan

4. Hanya menjelaskan persamaan atau perbedaan antara

bait pantun pada contoh dengan karya sendiri tanpa

disertai bukti dan alasan

5. Tidak menjelaskan persamaan ataupn perbedaan

antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri

(53)

5.2 Hasil Uji Kelayakan LKS Sebagai Bahan Ajar di SMP

Tahap uji kelayakakan LKS ini dilakukan dengan cara meminta

pertimbanagan kepada tiga orang guru Bahasa Indonesia yang mengajar di SMP

Negeri 3 dan SMP Negeri 14 Bandung, Yaitu: (1) Ibu Mulyati, (2) Ibu Heni

Herlina P. dan (3) Bapak Jalaludin.

Ibu Mulyati menyatakan LKS yang telah dirancang sudah baik, karena

telah memenuhi komponen LKS yang baik. Beliau menyarankan sebaiknya setiap

satu pertemuan dalam pembelajaran hanya satu LKS yang diberikan kepada anak

untuk efisiensi waktu. Pendapat Ibu Heni Herlina juga sama dengan pendapat Ibu

Mulyati, yang menyatakan LKS yang telah dirancang telah baik, telah memenuhi

semua komponen LKS, dan sebaiknya setiap satu pertemuan dalam pembelajaran

hanya satu LKS yang diberikan kepada anak untuk efisiensi waktu.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Bapak Jalaludin bahwa LKS yang

digunakan sudah memenuhi komponen LKS yang baik, tapi perlu perbaikan

sedikit dari segi penulisan, karena pada contoh LKS yang diberikan untuk

ditimbang terdapat kesalahan print. Contoh pantun yang ada di LKS tidak

lengkap, terpotong ketika diprint. Beliau juga menyarankan hal yang sama

dengan kedua guru di atas, sebaiknya satu LKS untuk setiap pertemuan dan

tambahkan penjelasan tentang materi.

5.3 Perbaikan Bahan Ajar

Berdasarkan hasil pertimbangan para guru yang telah melakukan

pertimbangan terhadap LKS yang telah dirancang, maka peneliti menyimpulkan

bahwa LKS sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran menulis pantun.

Namun, agar lebih baik maka perlu perbaikan sedikit sesuai dengan saran dari

para guru yang telah menimbang LKS dan LKS yang akan digunakan cukup dua

saja, satu LKS untuk satu pertemuan. Adapun hasil LKS yang telah diperbaiki

(54)

LEMBAR KERJA SISWA

(Pertemuan I)

Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman

melalui, pantun dan dongeng

Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

Indikator : Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

Perhatikan teks pantun berikut ini!

Dalam menulis pantun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu;

1. satu bait terdiri dari 4 larik/baris;

2. satu larik/baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata;

3. larik/baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran sedangkan larik/baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi;

4. Berima akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a.

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/semester : VII/ 1

Kain basah bawa mandi,

sudah mandi dibawa pulang.

Amal ibadah dibawa mati,

(55)

Kerjakanlah tugas berikut ini!

Buatlah sebuah pantun yang sesuai dengan syarat pantun di atas berdasarkan

peristiwa yang pernah kamu alami!

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Analisis  Struktur Pantun
Tabel 3.2 Pedoman Analisis  Nilai-Nilai Karakter

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa Faktor penyebab kecelakaan bermotor di wilayah hukum Polres Kudus terdapat 2 (dua) faktor, yaitu faktor internal

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang kerangka dasar

[r]

Gambar 4.41: Kekaryaan seni rupa siswa SMP Negeri 4 Majalengka dipajang di ruang pajang, dikelompokkan berdasarkan jenis karya dan teknik berkarya

lebih banyak melibatkan siswa dalam belajar. Pada pembelajaran aktif posisi.. 12 guru sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam proses belajar. Siswa. aktif dan

peneliti akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat. dimanfaatkan untuk memahami fenomena

Pyrodictium dapat ditemukan pada sumber air panas dengan pH netral, sedangkan Methanococcus janna sch yang tergolong bakteri termofilik metanogen berhasil

Ferdinda Manoppo, 2013, Kualitas Pelayanan dan Servicescape Pengaruhnya terhadap Kepuasan pelanggan pada Hotel GrandPuri Manado, Jurnal Emba Vol1, No.4 Desember 2013,