STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA
DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
NURDAMAYANTI NIM 1204632
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA
STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA
DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP
Oleh Nurdamayanti S.Pd UMSU, 2003
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia
© Nurdamayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Yus Rusyana
Pembimbing II,
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
NIP 19660320 199103 004
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Struktur dan Nilai-Nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Puisi Lama di SMP”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara, (2) nilai-nilai yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara, dan (3) perancangan bahan ajar sastra dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode dekriptif analisis. Metode analisis deskripsi sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, dinterpretasi, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta berhubungan dengan struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yang kemudian hasil analisis tersebut dirancang untuk menjadi bahan ajar. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber data terdiri dari: (1) rekaman berbagai acara, (2) sumber cetak, berupa buku dan brosur. Data dalam penelitian ini adalah pantun-pantun yang tedapat dalam sumber data, dengan rincian 33 teks pantun dari rekaman dan 39 teks pantun dari sumber cetak.
DAFTAR ISI
Hlm.
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ……… . vii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix
BAB 1 PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ………. 4
1.3 Batasan Masalah Penelitian ……… 5
1.4 Rumusan Masalah Penelitian ………. 5
1.5 Tujuan Penelitian ……… 5
1.6 Manfaat Penelitian………. 6
1.7 Struktur Organisasi Tesis………. 7
BAB II LANDASAN TEORETIS……… 9
2.1 Hakikat Pantun……… 9
2.1.1 Pendekatan dalam Mengkaji Pantun……… 11
2.1.1.1 Bentuk Pantun……… 14
2.1.1.2 Rima Pantun……….. 17
2.1.1.3 Sampiran dan Isi Pantun.……… 20
2.2 Hakikat Nilai………. 24
2.2.1 Nilai Karakter ……… 25
2.3 Perancangan Bahan Ajar……….. 29
2.3.1 Hakikat Bahan Ajar……… 29
2.3.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar………... 30
2.3.4 Perancanagan Bahan Ajar Pantun………. 31
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan……… 33
BAB III METODE PENELITIAN……….. 35
3.1 Metode Penelitian………. 35
3.2 Defenisi Operasional ……….. 36
3.3 Sumber Data dan Data ………. 36
3.4 Instrumen Penelitian ……… 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..……… 38
3.6 Teknik Analisis Data……….. 38
3.7 Paradigma Penelitian ……… 42
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA……… 43
4.1 Analisis Struktur Pantun dan Nilai Karakter……… 43
4.1.1 Analisis Pantun dari Rekaman Berbagai Acara di Kota Tebing Tinggi……….. 43
4.1.2 Analisis Pantun dari Sumber Tertulis ………. 111
4.2 Hasil Analisis ………. 181
4.3 Pembahasan Hasil Analisis……….. 264
BAB V PERANCANAGAN BAHAN AJAR……….. 267
5.1 Rancangan Bahan Ajar Pantun………. 267
5.2 Hasil Uji Kelayakan LKS Sebagai Bahan Ajar di SMP………... 294
5.3 Perbaikan Bahan Ajar………... 294
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……… 301
6.1 Simpulan ……….. 301
6.2 Saran ……… 303
DAFTAR PUSTAKA………
LAMPIRAN-LAMPIRAN………
305
DAFTAR TABEL
Tabel Hlm.
2.1 Struktur Pantun……… 23
2.2 Nilai-Nilai Karakter Puskur………. 27
3.1 Pedoman Analisis Struktur Pantun……….. 39
3.2 Pedoman Analisis Nilai-Nilai Karakter Puskur………... 40
4.1 Jumlah Larik ………..……… 182
4.2 Jumlah Suku Kata dalam Larik yang Sesuai Syarat Pantun ... 185
4.3 Jumlah Suku Kata dalam Larik yang Tidak Sesuai Syarat Pantun………. 192
4.4 Rima Sempurna………... 196
4.5 Rima Tak Sempurna……… 199
4.6 Rima Mutlak………... 205
4.7 Rima Terbuka……… 207
4.8 Rima Tertutup………. 209
4.9 Rima Alterasi………. 213
4.10 Rima Asonansi……… 214
4.11 Rima Disonansi………... 219
4.12 Rima Awal………. 220
4.13 Rima Tengah……….. 222
4.14 Rima Akhir……….... 224
4.15 Rima Tegak……… 229
4.16 Rima Datar……… 237
4.17 Rima Bersilang………. 240
4.18 Rima Berpola a-b-a-b……… 246
4.19 Rima Berpola a-a-a-a……… 252
4.20 Pantun Tentang Agama……… 252
4.21 Pantun Tentang Percintaan……… 254
4.22 Pantun Tentang Sosial……… 254
4.23 Pantun Tentang Keluarga/adat/perkawinan……… 256
4.25 Pantun Tentang Budi Pekerti……… 258
4.26 Nilai Religius………. 259
4.27 Nilai Jujur……… 260
4.28 Nilai Disiplin……….. 261
4.29 Nilai Kerja Keras……… 261
4.30 Nilai Kreatif……… 261
4.31 Nilai Mandiri……….. 262
4.32 Nilai Rasa Ingin Tahu……… 262
4.33 Nilai Menghargai Prestasi……….. 262
4.34 Nilai Cinta Damai……… 263
4.35 Nilai Peduli Sosial……….. 263
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Teks Pantun
Lampiran 2. Instrumen Penelaahan Lembar Kerja Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran,
kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah
memprihatinkan dan perlu penanganan yang serius. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah penanaman nilai moral dan karakter mulai sejak dini. Di sinilah
peran penting pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan seharusnya
tidak hanya memperhatikan bidang akademik, aspek pembentukan moral dan
karakter juga perlu mendapat perhatian agar dapat menciptakan generasi bangsa
yang cerdas dan berakhlak mulia.
Sebagai bangsa yang beragama, bangsa Indonesia sebenarnya memiliki
akar yang sangat kuat dalam hal moralitas dan akhlak. Bahkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indoesia 1945 secara khusus menekankan pentingnya
pendidikan bagi peningkatan keimanan dan akhlak. Pasal 31 ayat (3)
menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.”
Selanjutnya, Presiden Republik Indonesia Dr. Soesilo Bambang
Yudhoyono pada peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara pada
tanggal 11 Mei 2010 menekankan bahwa ada lima agenda penting yang harus
dikerjakan bangsa Indonesia yang menyangkut dengan dunia pendidikan, salah
satu agendanya adalah tentang pendidikan karakter. Untuk membina karakter para
generasi muda, setiap komponen bangsa ini memiliki peran dan tanggung jawab
yang sama dalam membina akhlak, moral, dan karakter bangsa, khususnya para
guru yang merupakan motor dalam dunia pendidikan. Melalui Pendidikan
pembinaan akhlak, moral, dan karakter bangsa dapat ditanamkan sejak dini pada
Salah satu media yang dapat digunakan dalam menanamkan dan membina
moral, akhlak, dan karakter bangsa adalah melalui karya sastra. Karya sastra
sebagai karya seni yang mengandung nilai keindahan juga sarat dengan makna.
Hal ini senada dengan pendapat Horace (Wellek dan Warren, 1995: 25) bahwa
karya sastra “dulce et utile”, yaitu indah dan bermakna. Selanjutnya Endraswara
(2008: 160) menyatakan bahwa karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia
yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan
penciptaannya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang
imajinatif dan emosional. Sebagai hasil imajinasi, sastra selain berfungsi sebagai
hiburan yang menyenangkan juga berguna untuk menambah pengalaman batin
bagi para pembacanya. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang
sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di
dalamnya dan mampu mencerminkan pesan positif bagi pembacanya.
Salah satu genre sastra adalah puisi dan pantun merupakan salah satu jenis
puisi, yang masuk dalam jenis puisi lama. Dibandingkan puisi-puisi yang lain,
pantun lebih mudah dimengerti dan dipahami maknanya. Pantun merupakan karya
sastra asli bangsa kita sebelum masuknya pengaruh budaya barat, hal ini senada
dengan pendapat Rizal (2010) “pantun termasuk sastra Melayu (Indonesia) yang
pertama muncul bersama mantera dan syair. Pada zaman sastra Melayu inilah
cikal bakal lahirnya sastra Indonsia. Karena bahasa Melayu adalah cikal bakal
lahirnya bahasa Indonesia”.
Pantun sangat dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara, karena pantun
terdapat hampir di semua daerah Indonesia. Namum di daerah Sunda, pantun
memiliki bentuk yang berbeda dari pantun Melayu. Dalam kesusastraan Sunda,
pantun merupakan dongeng atau prosa liris. Hal ini senada dengan pendapat
Mustafa (1995: 73) yang menjelaskan bahwa pantun merupakan sejenis cerita
lisan dalam sastra Sunda yang dituturkan oleh juru pantun diiringi petikan kecapi
atau dengan alat musik lainnya selama satu malam suntuk, diawali dan ditutup
Sampai saat ini pantun masih digunakan, namun kebanyakan hanya
sebagai pelengkap acara yang berfungsi untuk menghibur bukan sebagai proses
pewarisan nilai-nilai. Hal ini sejalan dengan pendapat Effendi (2004: 77) yang
mengatakan bahwa dalam kehidupan masa kini pantun masih hidup dan
berkembang tetapi isinya tidak lagi berpuncak kepada nilai-nilai luhur budaya
asalnya. Berubahnya fungsi pantun menyebabkan banyak pantun yang tercipta
saat ini tidak memenuhi struktur pantun yang baik dan tidak mengandung
nilai-nilai. Pantun-pantun yang seperti ini tidak dapat digunakan sebagai media untuk
penanaman nilai-nilai karakter.
Pantun-pantun yang sarat dengan ajaran budi pekerti dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa perlu digali kembali. Pantun-pantun inilah yang sesuai untuk
dijadikan media penanaman nilai-nilai luhur bagi generasi bangsa. Oleh karena
itu, pantun perlu mendapat perhatian dalam pengajaran sastra. Dalam kurikulum
SMP, materi pengajaran sastra tidak hanya disebutkan sastra modern, tetapi juga
termasuk di dalamnya sastra lama. Peningkatan mutu apresiasi sastra tidak hanya
berlaku pada sastra modern, tetapi juga pada sastra lama. Namun pada
kenyataanya para peserta didik kurang mengapresiasi pembelajaran pantun, hal ini
disebabkan kurang menariknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Pada umumnya pembelajaran yang dilaksanakan terkesan monoton, di mana guru
hanya memberikan siswa tugas untuk membuat pantun, setelah selesai
dikumpulkan kepada guru.
Salah satu faktor yang berperan serta mempengaruhi kualitas pembelajaran
adalah penggunaan bahan ajar. Hal senada disampaikan Dardiri (2011: 34) yang
menyatakan bahwa seorang guru atau calon guru harus memiliki kemampuan
menulis karya ilmiah, lebih-lebih menulis bahan ajar. Penggunaan bahan ajar
yang kontekstual sangat mendukung kesuksesan pembelajaran. Siswa akan lebih
mudah memahami dan memaknai pembelajaran karena mereka mengenal,
mengetahui, atau bahkan mengalami permasalahan yang disajikan dalam
pembelajaran. Agar pembelajaran pantun di lebih menarik dan bermakna maka
analisis nilai-nilai pada pantun-pantun yang hidup dan berkembang di daerah
tempat tinggal penulis, yaitu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
Diharapkan dengan hal ini apresiasi para siswa yang ada di SMP Kota Tebing
Tinggi, Provinsi Sumatra Utara terhadap sastra khususnya pada pantun dapat lebih
meningkat. Mereka harus tahu dan mampu berpantun karena berpantun
merupakan bagian dari tradisi masyarakatnya. Hampir di setiap kegiatan ataupun
acara-acara yang ada di masyarakat Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara
menyajikan acara berpantun.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Sastra sebagai bagian dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia
diharapakan mampu membangun karakter anak bangsa yang sekarang ini sedang
mengalami krisis. Bahan ajar yang disusun dapat diupayakan berkolaborasi
dengan nilai-nilai karakter. Berdasarkan hal tersebut disertai uraian latar belakang
penelitian yang telah penulis paparkan maka ada beberpa permasalahan yang
penulis identifikasi, di antaranya sebagai berikut.
1. kurangnya minat siswa dalam mengapresiasi pantun sebagai karya sastra lama
karena proses pembelajaran yang tidak menarik;
2. kreativitas guru dalam membuat bahan ajar yang kontekstual perlu diasah
sehingga pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pantun menjadi
menarik dan tidak monoton;
3. mengidentifikasi Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi Provinsi
Sumatra Utara yang memenuhi struktur pantun yang baik;
4. mengidentifikasi Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi Provinsi
Sumatra Utara yang mengandung nilai-nilai luhur;
5. merancang bahan ajar dengan menggunakan pantun yang memenuhi struktur
pantun dan mengandung nilai yang baik sebagai bahan pembelajaran puisi
1.3 Batasan Masalah Penelitian
Batasan masalah penelitian ini pada hal-hal sebagai berikut.
1. analisis struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra
Utara;
2. analisis nilai-nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra
Utara;
3. perancangan bahan ajar dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan
nilai-nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara sebagai
bahan ajar pantun di SMP.
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka
muncul masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini perumusan masalah akan
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi
Sumatra Utara?
2. Nilai-nilai apakah yang terdapat dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi
Provinsi Sumatra Utara?
3. Bagaimanakah perancangan bahan ajar berdasarkan hasil analisi stuktur dan
nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara
sebagai bahan ajar pantun di SMP?
1.5 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
jelas tentang struktur dan nilai-nilai dalam pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi.
Berdasarkan hal di atas, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk:
1. mendeskripsikan struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi
2. mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota
Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;
3. mendeskripsikan perancangan bahan ajar sastra dengan menggunakan hasil
analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi,
Provinsi Sumatra Utara.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitaan ini diharapkan dapat dapat bermanfaat. Pada tataran
teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat;
1. memberikan seperangkat pengetahuan yang mendalam tentang stuktur Pantun
Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;
2. memberikan seperangkat pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai
yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi
Sumatra Utara;
3. memberikan pengetahuan tentang perancangan bahan ajar sastra dengan
menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di
Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
Manfaat Praktis hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan
manfaat terhadap sejumlah pihak, khususnya siswa, guru, pembaca, sekolah, dan
peneliti selanjutnya.
1. bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu dan memicu minat
siswa terhadap sastra khususnya pantun;
2. bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
kreativitas guru-guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra khususnya
dalam analisis struktur dan nilai-nilai pada pantun. Guru dapat memanfaatkan
hasil penelitian ini dalam kegiatan pembelajaran di kelas;
3. bagi pembaca pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan motivasi untuk semakin meningkatkan apresiasi terhadap Pantun
Melayu;
4. bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan inspirasi kepada
khususnya buku pantun. Sekolah tidak lagi memandang sebelah mata
pelajaran Sastra Indonesia. Sebagaimana yang diamanatkan Standar Isi
(2006), bahwa selama 3 tahun pelajaran diharapkan para siswa membaca
buku sastra sebanyak 15 judul;
5. bagi peneliti, selanjutnya hasil penelitian dan temuan penelitian dapat
dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lanjutan pada Pantun
Melayu atau pantun dari daerah lainnya. Dengan adanya penelitian lanjutan
atau penelitian lain tersebut, akan didapatkan gambaran tentang
keberagamanan pantun.
1.7 Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian isi, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut.
1. Bagian Awal. Informasi yang dicantumkan pada bagian awal adalah halaman
judul, halaman pengesahan, pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar,
ucapan terima kasih, abstrak,daftar isi, dan daftar lainnya.
2. Bagian Isi. Bagian isi terdiri atas enam bab. Masing-masing bab dijelaskan
sebagai berikut.
(a) Bab I Pendahuluan. Pada bab I dipaparkan latar belakang penelitian,
identifikas masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi tesis.
(b) Bab II Kajian Pustaka. Pada bab II dipaparkan (1) Konsep-konsep atau
teori-teori tentang pantun, (2) konsep-konsep atau teori-teori tentang
nilai-nilai, dan konsep-konsep bahan ajar, (3) Penelitian terdahulu yang
relevan.
(c) Bab III Metode Penelitian. Pada bab III dipaparkan tentang (1) Metode
penelitian (2) Defenisi operasional, (3) Sumber data dan data penelitian
(4) Instrument penelitian, (5) Teknik pengumpulan data, (6) Teknik
(d) Bab IV Analisis Data dan Pembahasan. Pada bab IV dipaparkan tentang
(1) Analisis data, (2) Hasil analisis, dan (3) Pembahasan hasil analisis.
(e) Bab VI Perancangan Bahan Ajar. Pada bab V ini dipaparkan tentang (1)
Rancangan bahan ajar pantun, (2) Hasil uji kelayakan LKS, dan (3)
Perbaikan bahan ajar.
(f) Bab VI Kesimpulan dan Saran. Pada bab V dipaparkan tentang (1)
Simpulan penelitian dan (2) Saran
3. Bagian Akhir. Bagian akhir terdiri atas dua hal penting, yaitu daftar pustaka
dan lampiran. Data yang dilampirkan pada tesis ini adalah pantun dari buku,
brosur, dan pantun yang telah ditransformasikan dalam bentuk teks dari
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian, defenisi
operasional, sumber data dan data, instrument penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, dan paradigm penelitian.
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
dekriptif analisis. Menurut Ratna (2007: 39) “Metode analisis deskriptif adalah
metode yang digunakan dengan cara menganalisisdan menguraikan untuk
menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang dijadikan pusat perhatian dalam
penelitian”.
Metode analisis dekriptif digunakan untuk membantu mengidentifikasi dan
pemaparan unsur-unsur yang menjadi fokus penelitian. Sudjana dan Ibrahim
(2007: 64) mengemukakan “Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian pada saat penelitian berlangsung”. Dengan kata
lain, metode analisis deskriptif digunakan untuk menguraikan kemudian
mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan hal-hal yang menjadi pusat
perhatian.
Metode analisis deskripsi sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah
terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian,
interpretasi, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan.
Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta berhubungan
dengan struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi,
Provinsi Sumatera Utara yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yang
3.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Nilai Karakter
Nilai karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai baik yang
terkandung dalam pantun yang mendorong, menggerakkan, dan membentuk
jiwa pada pemikiran, serta sikap siswa.
2. Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
Pantun Melayu yang ada dan dipakai dalam berbagai kegiatan masyarakat di
Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
3. Perancangan Bahan Ajar
Perancangan bahan ajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kegiatan menyusun hasil analisis nilai karakter dalam Pantun Melayu yang ada
di Kota Tebing Tinggi menjadi bahan pembelajaran yang menarik sehingga
dapat meningkakan apresiasi siswa terhadap pantun.
3.3 Sumber Data dan Data
Sumber data yang dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yakni (1) hasil
rekaman kegiatan berpantun dari berbagai acara yang dilaksanakan di kota Tebing
Tinggi, dan (2) sumber tercetak, berupa buku dan brosur penerimaan siswa baru
SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2013-2014. Buku yang dijadikan
sumber data dalam penelitian adalah buku Pantun Melayu Kota Tebing Tinggi
yang disusun oleh Farizal Nasution dan Shafwan Hadi Umry, M. Hum yang
diterbitkan oleh Penerbit Mitra.
Data yang diambil dari sumber data sebanyak 15 pantun, yang terdiri dari
10 pantun dari sumber rekaman, yakni pantun pada acara penutupan pesantren
kilat terdiri dari 2 bait, pantun pada acara halal bilhalal guru-guru terdiri dari 4
bait, pantun pada acara pengajian ibu-ibu terdiri dari 3 bait, pantun pada acara
pelantikan HMI terdiri dari 2 bait, pantun pada acara upah-upah berangkat haji
terdiri dari 2 bait, pantun pada acara pelatihan guru-guru Muhammadiyah Tebing
perkawinan terdiri dari 5 bait, pantun pada acara menyambut pengantin terdiri dari
8 bait, pantun pada acara nasi-adab-adaban pengantin terdiri dari 2 bait, dan
pantun pada acara ibadah kurban terdiri dari 3 bait. Jumlah keseluruhan data dari
rekaman berbagai kegiatan acara di Tebing Tinggi sebanyak 33 bait pantun.
Untuk data yang diambil dari rekaman berbagai acara di Kota Tebing Tinggi,
pengambilan data dimulai dari tanggal 8 Agustus 2013 sampai dengan 18
Oktober 2013.
Dalam buku Pantun Melayu Tebing Tinggi yang dijadikan sumber data,
terdapat 44 subjudul dan hanya 18 sub judul yang merupakan pantun sedangkan
yang lainnya merupakan syair. Tidak semua pantun yang ada dalam buku ini
dijadikan data, hanya 4 sub judul, yaitu Pantun Kegiatan Koperasi terdiri dari 12
bait, Pantun Haji yang Mabrur terdiri dari 10 bait, Pantun Nasihat terdiri dari 7
bait, dan Pantun Perpisahan terdiri dari 9 bait. Jumlah keseluruhan data dari buku
sebanyak 38 bait. Pantun yang telah ditetapkan menjadi data merupakan pantun
yang berbeda dari segi isi dengan pantun-pantun dari sumber yang lain. Data yang
terakhir dari brosur penerimaan siswa baru SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun
Ajaran 2013-2014 sebanyak 1 pantun dan terdiri dari 1 bait. Total keseluruhan
data yang akan dianalisis dari semua sumber data adalah sebanyak 72 bait (Teks)
pantun
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti dan para penutur pantun. Untuk
melaksanakan teknik penelitian digunakan alat pendukung sebagai berikut:
1. Kartu analisis teks: kartu ini digunakan untuk menganalisis setiap pantun
2. Pedoman analisis struktur pantun: pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam
penganalisisan struktur setiap pantunn
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka penelitian tidak akan mendapat
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun alat yang digunakan
untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah alat perekam (tape recorder),
pengambil gambar (handycam), dan kartu pencatat data. Berikut ini teknik
pengumpulan data yang peneliti lakukan:
1. Studi Pustaka
Teknik ini dilakukan penulis untuk menggali teori yang relevan dengan
hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini. Teori tersebut di antaranya adalah teori
tentang struktur pantun, Nilai-Nilai, dan Bahan Ajar.
2. Merekam Kegiatan Berpantun di Kota Tebing Tinggi
Teknik ini digunakan dalam upaya menggali data tentang kegiatan berpantun
yang ada di Kota Tebing Tinggi. Hasil rekaman kemudian diubah dalam
bentuk transkip.
3. wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengetahui informasi tentang para penutur pantun
yang merupakan narasumber dalam penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses
pengorganisasian dan pengurutan data tentang struktur dan nilai karakter dalam
Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi. Selanjutnya hasilnya dimasukkan
ke dalam pola kategori satuan uraian sehingga pada akhirnya dapat ditarik
kesimpulan tentang struktur dan nilai karakter dalam pantun yang dilengkapi
dengan data-data pendukung. Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul,
1. membaca pantun;
2. mengidentifikasi struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Tebing
Tinggi;
3. membuat interpretasi terhadap struktur dan nilai karakter dalam pantun;
4. mendeskripsikan struktur dan nilai karakter dalam pantun berdasarkan
interpretasi yang telah dilakukan;
5. Menyusun hasil analisis atau hasil pengkajian.
Tabel 3.1
Pedoman Analisis Struktur Pantun
Unsur-Unsur Jenis
(1) (2)
1. Jumlah suku kata setiapbaris/ larik Terdiri dari 8-10 suku kata
2. Jumlah larik/baris setiap bait Pantun biasa (terdiri dari 4 larik)
Pantun yang bersambung-sambung (pantun berkait)
Talibun (terdiri dari 6, 8, 1o, 12, dst) Pantun kilat/Karmina (terdiri dari 2 larik);.,
3. Rima: pengulangan bunyi dalam puisi.
Dengan pengulangan bunyi tersebut
puisi menjadi merdu bila dibaca.
a.Pola rima pantun a,b,a,b atau a,a,a,a,
b. Jenis rima
Berdasarkan bunyi: Rima sempurna Rima tak sempurna Rima mutlak Rima terbuka Rima tertutup Rima alitersi Asonansi Disonansi
Berdasarkan letak kata-kata dalam baris-baris:
(1) (2)
perasaan penciptanya yang
berhubungan dengan permasalahan
kehidupan
a. Pokok Permasalahan dalam isi pantun
Agama
b. Hubungan antara sampiran dengan isi
c. Jenis Pantun berdasarkan isi Pantun orang tua Pantun orang muda Pantun anak-anak
Tabel 3.2
Pedoman Analisis Nilai-Nilai Karakter
No Nilai Deskripsi
(1) (2) (3)
1 Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakana
ajaran agama yang dianutnya, toleren terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
(1) (2) (1)
3 Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sugguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiba dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri sendiri
11 Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan perbuatan yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain
13 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
(1) (2) (1)
15 Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16 Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya),Tuhan Yang Maha Esa.
3.7 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini adalah sebagaimana tergambar pada skema berikut.
Nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi 45.Rasa ingin tahu 46.Semangat kebangsaan 47.Cinta tanah air 48.Menghargai prestasi
Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 9. Jumlah larik
Pantun Melayu Tebing Tinggi 27.Rasa ingin tahu 28.Semangat kebangsaan 29.Cinta tanah air 30.Menghargai prestasi
Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 5. Jumlah larik
6. Jumlah suku
kata 7. Rima 8. Isi/Sampiran Analisis struktur pantun dan
nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi
Langkah-langkah: 5. Membaca Pantun Melayu
Tebing Tinggi
6. Mengidentifikasi struktur dan nilai karakter
7. Membuat catatan-catatan untuk interpretasi
8. Mendeskripsikan struktur dan nilai karakter pantun
Hasil analisis
Perancangan bahan ajar pantun Nilai karakter pada
Pantun Melayu Tebing Tinggi 11.Cinta tanah air 12.Menghargai prestasi
Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 1. Jumlah larik
2. Jumlah suku
kata 3. Rima 4. Isi/Sampiran Analisis struktur pantun dan
nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi
Langkah-langkah: 1. Membaca Pantun Melayu
Tebing Tinggi
2. Mengidentifikasi struktur dan nilai karakter
3. Membuat catatan-catatan untuk interpretasi
4. Mendeskripsikan struktur dan nilai karakter pantun
Hasil analisis
BAB V
PERANCANGAN BAHAN AJAR
5.1 Rancangan Bahan Ajar Pantun
Dalam memilih bahan ajar, guru sastra hendaknya mengutamakan
karya-karya sastra yang mudah dipahami siswa dan berkaitan dengan kehidupannya.
Dengan memperkenalkan budaya di sekitar lingkungannya diharapkan siswa
menghargai budaya sendiri dan tidak mengagungkan budaya luar, dan
menganggapnya lebih baik.
Pantun Melayu Kota Tebing Tinggi memaparkan hal-hal yang menjadi
realita kehidupan yang berkaitan dengan budaya masyarakat Melayu, yang
merupakan masyarakat mayoritas di Kota Tebing Tinggi, serta mengandung
nilai-nilai dan ajaran hidup yang bermanfaat bagi kehidupan siswa. Hal ini dapat
mendekatkan siswa dengan karya sastra sekaligus melatih siswa memiliki
kepekaan terhadap persoalan yang tengah terjadi di lingkungan, budaya, dan
masyarakatnya.
Hasil analisis struktur dan nilai karakter dalam pantun perlu dilakukan
sebuah tindak lanjut dengan memanfatkannya sebagai bahan ajar. Pemanfaatan
bahan ajar ditujukan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk kelas VII pada semester 1.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu dirancang
bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran pantun dengan
menggunakan hasil analisi. Bahan ajar yang akan dirancang adalah berupa lembar
kerja siswa (LKS). Pemilihan LKS sebagai bahan ajar pantun berdasarkan teori
para ahli yang telah diuraikan pada bab II, salah satunya menyatakan bahwa
dengan penggunaan LKS guru dapat mengetahui kemampuan yang telah dicapai
oleh siswa. Bagi siswa LKS menjadi alat untuk menguatkan respon
(reinforcement), jika pekerjaan yang dibuat benar. Dengan disediakan LKS,
belajar yang bersifat intrinsik dapat dapat terpelihara pada diri siswa (Sumiati dan
Asra, 2007: 172).
Setelah LKS selesai dirancang langkah berikutnya adalah merancang
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dan dapat menarik minat
siswa untuk belajar, serta dapat merangsang kreatifitas siswa dalam menulis
pantun. Dalam kegiatan pembelajaran pantun ini peneliti merancang RPP dengan
menerapkan model Sinektetik. Penggunaan model sinektetik dipilih karena model
ini dianggap mampu merangsang siswa lebih kreatif, hal ini sejalan dengan
pendapat Gordon, (1961) “Sinektik adalah sebuah pendekatan untuk berpikir
kreatif yang didasarkan pada pemahaman bersama, bahwa apa yang tampaknya
berbeda dapat dikaitkan bersama”.
Sinektik adalah metode pemecahan masalah yang merangsang proses
berpikir yang mungkin tidak disadari oleh subjek. Sebenarnya ada dua strategi
atau model pengajaran yang didasarkan pada prosedur-prosedur sinektik. Salah
satu dari dua strategi tersebut, yakni membuat sesuatu yang baru (creating
something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing,
untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan dan hasil-hasil
yang lama dengan cara yang baru, pandangan lebih kreatif. Sedangkan strategi
yang lain, yakni membuat yang asing menjadi familiar (making the strange
familiar), dirancang untuk membuat gagasangagasan yang baru dan tidak familiar
menjadi lebih bermakna. Meskipun dua strategi ini menggunakan tiga jenis
analogi tadi, sasaran, struktur, dan prinsi-pprinsip tanggapan keduanya berbeda.
Strategi pertama membantu siswa melihat sesuatu yang biasa dengan
cara-cara yang tidak biasa dengan menggunakan analogi-analogi untuk membuat jarak
konseptual. Kecuali pada langkah terakhir dimana siswa kembali pada masalah
yang semula, mereka tidak membuat perbandingan-perbanding sederhana. Sasaran
strategi ini adalah untuk mengembangkan pemahaman baru: berempati dengan /
pada sikap yang sedikit berlagak dan mengertak: merancang jalan masuk yang
barn: memecahkan masalah-masalah sosial atau interpersonal, seperti sampah atau
seperti bagaiamana berkonsentrasi dengan lebih baik saat membaca buku. Peran
guru adalah berhati-hati terhadap analisis atau kesimpulan yang terlalu dini.
Struktur Strategi Pertama: Membuat Sesuatu yang Baru
Tahap pertama: mendeskripsikan situasi saat ini
Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat
saat ini
Tahap kedua: analogi langsung
Siswa mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi
(mendeskripsikan) lebih jauh.
Tahap ketiga: analogi personal
Siswa menjadi analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.
Tahap keempat: konflik padat
Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan
beberapa analogi konflik padat dan memilih salah satunya.
Tahap kelima: analogi langsung
Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan pada
analogi konflik padat.
Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal
Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan
analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya.
Transkrip sesi sinektik menunjukkan seorang guru membantu
siswa--siswanya melihat konsep yang biasa dengan cara-cara segar. Pada awalnya siswa
memilih konsep biasa, untuk kemudian dideskripsikan dalam komposisi
7-11. Model sinektik menstimulasi siswa untuk melihat dan merasakan gagasan
orisinil dengan cara-cara yang baru, yang lebih segar. Jika siswa ingin
menyelesaikan masalah, kita berharap mereka akan melihat masalah itu dengan
lebihbijaksana dan mengembangkan solusi-solusi yang dapat mereka eksplorasi.
Sebaliknya, strategi kedua, membuat sesuatu yang asing menjadi familiar,
mencari untuk meningkatkan pemahaman siswa dan internalisasi materi yang barn
dan sulit secara substantif Dalam strategi ini metafora digunakan untuk
menganalisis, tidak untuk membuat jarak konseptual sebagaimana dalam strategi
pertama. Contoh, guru mungkin menyajikan konsep kebudayaan pada
siswa-siswanya. Dengan menggunakan analogi-analogi yang familiar (seperti dapur atau
rumah) siswa mulai menjabarkan/membatasi/mejelaskan karakteristikkarakteristik
yang hadir dan tidak ada dalam konsep. Strategi ini bersifat analitis dan kovergen:
siswa secara terus menerus bergantian antara mendefinisikan karakteristik subjek
yang lebih familiar dengan membandingkan subjek-subjek tersebut dengan
karakteristik-karakteristik topik yang tidak familiar.
Pada tahap pertama dalam strategi kedua ini, yakni menjelaskan topik
baru, siswa disediakan informasi. Pada tahap kedua, guru atau siswa mengusulkan
analogi langsung. Tahap ketiga meminta siswa untuk "menjadi hal-hal yang
familiar" (mempersonalisasi analogi langsung). Pada tahap keempat, siswa
mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara analogi dengan
materi substantif. Pada tahap kelima siswa menjelaskan perbedaan-perbedaan di
antara analogi-analogi. Untuk mengukur perolehan-perolehan informasi barn,
siswa dapat mengusulkan dan menganalisis analogi-analogi familiarnya pada
Struktrur Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar
Tahap pertama: input substantif
Guru menyediakan informasi tentang topik baru
Tahap kedua: analogi langsung
Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa mendeskripsikannya.
Tahap ketiga: analogi personal
Guru meminta siswa menjadi analogi langsung
Tahap keempat: membandingkan analogi-analogi
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru
dengan analogi langsung.
Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan
Siswa menjelaskan dimana saja analogi-analogi yang tidak sesuai
Tahap keenam: eksplorasi
Siswa mengeksplorasi kembali topik asli
Tahap ketujuh: membuat analogi
Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaanpersamaan
dan perbedaan-perbedaan.
Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreatifitas individu dan kelompok.
Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan kebersamaan
antarsiswa. Siswa belajar tentang kawan sekelasnya saat mereka merespon
gagasan atau masalah. Pemikiran-pemikiran dinilai sebagai kontribusi potensial
dalam proses kelompok. Prosedur-prosedur sinektik membantu menciptakan
Standar yang sangat cukup menyenangkan seperti ini tentu akan memberikan
dukungan pada peserta didik yang sangat pemalu.
Prosedur-prosedur sinektik bisa diterpkan pada siswa dalam semua bidang
kurikulum, baik sains maupun seni. Prosedur-prosedur ini dapat dihubungkan
dengan diskusi guru-siswa dalam kelas dan pada materi-materi yang dibuat guru
siswa. Hasil atau kendaraan aktivitas sinektik tidak selalu hams ditulis; hasil ini
dapat dilisankan, atau hasil-hasil tersebut dapat berbentuk aktifitas-aktifitas
bermain paran (role plays), seperti melukis dan menggambar, atau
perubahan-perubahan dalam perilaku. Ketika menggunakan sinektik untuk melihat
massalah-masalah sosial atau perilaku anda mungkin ingin memberitahukan perilaku
situasional sebelum dan sesudah aktivitas sinektik, serta mengamati
perubahan-perubahan. Hal ini juga menarik dilakukan untuk memilih gaya-gaya akspresif
yang berbeda dengan topik awal, seperti meminta siswa melukis gambar tentang
kerugian atau diskriminasi. Konsep abstrak, tetapi gaya ekspresinya hams konkret.
Sinektik dapat diterapkan pada siswa di semua tingkatan umur, meskipun
dengan siswa yang sangat muda, sinektik adalah cara terbaik untuk memberikan
latihan-latihan peregangan (stretching exercises). Lebih dari itu pengaturannya
juga sama seperti pendekatan laian dalam pengajaran –cermat bekerja dalam
pengalaman, memperkaya penggunaan materi yang konkret, menerapkan secara
hati-hati, dan merangkum prosedur-prosedur dengan jelas.
Model ini sering kali berfungsi secara efektif, khususnya pada siswa-siswa
yang mundur dari aktifitas-aktifitas pembelajaran akademik karena tidak rela
untuk mengambil risiko yang salah. Sebaliknya siswa-siswa yang unggul yang
hanya merasa nyaman saat memberikan respon yang mereka yakini benar sering
kali merasa segan untuk berpartisipasi. Untuk alasan ini kami percaya bahwa
sinektik bernilai bagi semua orang.
Sinektik berkombinasi dengan model-model lain dengan mudah. Ia dapat
memperpanjang konsep-konsep untuk dieksplorasi dengan kelompok model
dieksplorasi melalui bermain peran, investigasi kelompok, atau berfikir
yurisprudensi; dan mengembangkan kekayaan masalah dan perasaan-perasaan
yang dikuak oleh model-model lain dalam kelompok model pengajaran personal.
Penerapan model sinektik yang paling efektif selalu berkembang setiap
waktu is memiliki hasil jangka pendek dalam memperluas pandangan tentang
konsep dan masalah, tetapi ketika siswa diekspos untuk menerapkan model ini
secara berulang-ulang maka mereka dapat belajar bagaimana menggunakannya
dengan cara meningkatkan ketrampilan, dan mereka belajar rnemasuki gaya
metaforis dengan cara meningkatkan ketenangan dan kesempurnaan.
Strategi ini secara umum cukup atraktif, dan kombinasi keberuntungannya
dalam meningkatkan pemikiran produktif, empati yang mendidik, dan kedekatan
impersonal menjadikannya dapat diterapkan pada siswa diseluruh tingkatan umur
dan semua bidang kurikulum.
Manfaat lain dari metode sinektik adalah dapat membentuk kreatifitas
individu dan kelompok. Pengalaman sinektik dapat menumbuhkan jiwa sosial
para siswa. Mereka belajar bersama dengan melihat bagaimana rekan-rekarmya
bereaksi kepada suatu ide atau masalah. Hal ini akan menyebabkan setaiap
individu berpartsipasi dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Penerapan Model Sinektik dalam Pembelajaran Anilisis Pantun dan
Nilai Karakter
Struktur Strategi Pertama: Membuat Sesuatu yang Baru
Tahap pertama: mendeskripsikan pantun berdasarkan jenisnya
Guru meminta siswa memperhatikan kegiatan berpantun yang ada pada rekaman yang ditampilkan
Tahap kedua: analogi langsung
rima, sampiran , dan isi.
Siswa mengkaitkan antara larik, suku kata, rima, sampiran , dan isi dengan salah satu pantun yang ada dalam rekaman
Siswa membuat puisi sendiri berdasarkan aspek struktur pantun ( larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) dan mendeskripsikannya lebih jauh.
Tahap ketiga: analogi personal
Siswa menjadi analogi dari pantun yang telah mereka buat dalam tahap kedua tadi.
Tahap keempat: konflik padat (perbandingan yang kuat)
Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan beberapa analogi konflik padat (perbandingan yang kuat) dan
memilih salah satunya.
Tahap kelima: analogi langsung
Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain yaitu pantun karya dia sendiri yang didasarkan pada analogi konflik padat.
Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal
Guru meminta siswa kembali pada pembahasan aspek struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) atau masalah awal dan menggunakan analogi
terakhir ( pilihan analisis menurut siswa) dan atau seluruh pengalaman
sinektiknya.
Struktrur Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar
Tahap pertama: input substantif
Tahap kedua: analogi langsung
Guru mengusulkan analogi langsung kedua puisi tersebut dan meminta siswa mendeskripsikannya berdasarkan analisis struktur (larik, suku kata, rima,
sampiran, dan isi)
Tahap ketiga: analogi personal
Guru meminta siswa untuk membuat sebuah analogi/ perumpamaan tersendiri berdasarkan penagalaman siswa sendiri sebuah pantun berdasarkan aspek
struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi).
Tahap keempat: mebandingkan analogi-analogi
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan aspek analisis struktur antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada
contoh dengan pantun karya siswa sendiri.
Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan
Siswa menjelaskan aspek apa saja yang tidak bersesuaian berdasarkan analisis struktur antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada
contoh dengan pantun karya siswa sendiri.
Tahap keenam: eksplorasi
Siswa mengeksplorasi kembali pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada contoh
Tahap ketujuh: membuat analogi
Siswa menyiapkan pantun karya sendiri dan mengeksplorasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dengan pantun orang tua dan pantun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A. Identitas Sekolah dan Standar Kompetensi
B. Tujuan pembelajaran
1. Siswa mampu menemukan unsur/struktur pantun (larik, suku kata, rima,
sampiran, dan isi) dan nilai-nilai karakter dalam pantun,
2. Siswa mampu menulis pantun yang memenuhi syarat.
C. Materi pokok pembelajaran :
Pantun: Unsur/Struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) dan nilai karakter
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/semester : VII/ 1
Aspek pembelajaran : Menulis karya sastra
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman
melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan
isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun
3. Menulis pantun
D. Model pembelajaran
Model pembelajaran sinektik yang terdiri atas dua struktur pengajaran yaitu:
E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1
Langkah – langkah Pembelajaran
Karakter yang dibangun
Alokasi Waktu
Aktivitas guru Aktivitas peserta didik
1.Menyajikan rekaman kegiatan berpantun
3.meminta siswa struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengarkan (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) serta nilai yang terkandung memilih satu peristiwa
untuk dijadikan
bahasan dalam pantun yang akan mereka buat
7.Membagikan LKS 2 kemudian meminta siswa mengerjakannya yaitu menulis sebuah pentun yang sesuai dengan syarat atau struktur pantun, berkaitan dengan peristiwa yang mereka alami. pantun yang telah didengar
4. Melakukan tanya jawab tentangstruktur pantun pada pantun yang telah didengarkan (larik, suku kata, rima,
sampiran, dan isi) serta nilai yang terkandung di dalamnya
Elaboraasi
5. Mendata peristiwa-peristiwa menarik yang pernah dialami
6. Memilih satu peristiwa
untuk dijadikan
bahasan dalam pantun yang akan dibuat.
7. Mengerjakan LKS 2, yaitu menulis sebuah pentun yang sesuai dengan syarat atau
struktur pantun,
berkaitan dengan
peristiwa yang mereka alami.
8. Salah satu siswa untuk menuliskan pantun yang dibuatnya di papan tulis
yang dibuatnya di papan tulis
Konfirmasi
9.Bersama-sama dengan siswa menganalisis pantun tersebut dari aspek struktur maupun nilai yang terkandung di dalamnya.
Konfirmasi
9. Bersama-sama dengan guru menganalisis pantun tersebut dari aspek struktur maupun nilai yang terkandung di dalamnya.
jujur
Kegiatan Penutup
1. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
2. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah
1. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
2. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah
10 “
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2
Langkah – langkah Pembelajaran
Karakter yang dibangun
Alokasi Waktu
Aktivitas guru Aktivitas peserta didik pantun pada pelajaran sebelumnya
1. Menjawab dan bertanya tentang menganalisis struktur pantun pada
Kegiatan Inti
1. mendengarkan pantun yang disampaikan oleh
guru, kemudian
melakukan tanya jawab tentang peristiwa yang
berkaitan dengan struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengar.
Konfirmasi
5. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengeksplorasi kembali struktur pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
6. Membagikan LKS 2, dan meminta siswa orang tua dan pantun orang muda yang orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
Konfirmasi
5. Melakukan tanya jawab dengan guru untuk mengeksplorasi kembali struktur pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
6. Mengerjakan LKS 2, dengan menganalisis persamaan dan
perbedaan antara pantun karyanya sendiri dengan pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
Kegiatan Penutup
3. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
4. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah
3. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
F. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA
1)Buku Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII Erlangga
2) LKS
3) Rekaman Pantun
G. PENILAIAN
1) Teknik : Tes Unjuk kerja
2) Bentuk Instrumen : Unjuk kerja dan proses
3) Kisi – Kisi soal penilaian
Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Instrumen
Mengekspresikan,pikiran,
Tulislah sebuah pantun
LEMBAR KERJA SISWA
Oleh
Nurdamayanti
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
LEMBAR KERJA SISWA 1
(Pertemuan I)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman
melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku
kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun
3. Menulis pantun
Bacalah pantun berikut ini dengan seksama!
Setelah membaca pantun di atas jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Terdiri dari berapa larik/baris pantun di atas?
2. Berapakah jumlah suku kata dari setiap larik/baris pantun di atas?
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/semester : VII/ 1
Kain basah bawa mandi,
sudah mandi dibawa pulang.
Amal ibadah dibawa mati,
3. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam sampiran pantun di atas, yaitu pada baris ke-1 dan ke-2!
4. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam isi pantun di atas, yaitu pada baris ke-3 dan ke-4!
5. Jelaskan nilai apa yang terkandung dalam isi pantun di atas!
Pedoman Penilaian
No Aspek
Penilaian Deskriptor Skor
1 Larik 1. Menuliskan jumlah larik dengan benar
2. Jumlah larik yang yang ditulis tidak benar
1
0
2 Jumlah suku
kata
1. Menuliskan jumlah suku kata pada semua larik dengan
benar
2. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada
satu larik
3. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada dua
larik
1. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun tepat
2. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun kurang
tepat
3. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun tidak
tepat
4. Tidak menjelaskan tentang bahasan sampiran pantun 3
2
1
0
4 Isi Pantun 1. Penjelasan tentang bahasan isi pantun tepat
2. Penjelasan tentang bahasan isi pantun kurang tepat
3. Penjelasan tentang bahasan isi pantun tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang bahasan isi pantun
pantun kurang tepat
3. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi
pantun tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang nilai yang terkandung dalam
isi pantun
1
0
Skor Maksimal 14
Skor = jumlah skor diperoleh X 100
LEMBAR KERJA SISWA 2
(Pertemuan I)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman
melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku
kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun
3. Menulis pantun
Dalam menulis pantun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu;
1. satu bait terdiri dari 4 larik/baris;
2. satu larik/baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata;
3. larik/baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran sedangkan larik/baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi;
4. Berima akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a.
Kerjakanlah tugas berikut ini!
Buatlah sebuah pantun yang sesuai dengan syarat pantun di atas berdasarkan
peristiwa yang pernah kamu alami!
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
LEMBAR KERJA SISWA 1
(Pertemuan II)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun 3. Menulis pantun
Bacalah dua bait pantun berikut ini dengan seksama!
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/semester : VII/ 1
Sirih Aceh warnanya perang, kuntum melati sukar digubah. Berpisah jauh kita sekarang, di dalam hati jangan berubah.
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
a. Terdiri dari berapa larik (baris) setiap bait pada pantun di atas?
b. Berapakah jumlah suku kata dalam setiap larik dari ke dua pantun pantun di
atas?
c. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam sampiran kedua pantun di atas, yaitu
pada larik ke-1 dan larik ke-2!
d. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam isi kedua pantun di dai atas, yaitu pada
larik ke-3 dan larik ke-3!
e. Jelaskan nilai apa yang terkandung dalam isi kedua pantun di atas!
Pedoman Penilaian
No Aspek
Penilaian Deskriptor Skor
1 Larik 1. Menuliskan jumlah larik dari kedua bait pantun dengan
benar
2. terdapat kesalahan penulisan jumlah larik pada satu bait
pantun
2. Jumlah larik yang yang ditulis dari ke dua bait pantun
tidak benar
bait pantun dengan benar
2. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 1 -
2 larik dari kedua bait pantun
3. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 3-
4 larik dari kedua bait pantun
4. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 5-6
larik dari kedua bait pantun
5. semua penuliskan jumlah suku kata pada semua larik
dari kedua bait pantun tidak benar
4
3
2
1
3 Sampiran
4 Isi Pantun 1. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun tepat
2. Penjelasan tentang isi hanya satu bait pantun yang
tepat.
4. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun kurang
tepat
3. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang isi dari kedua bait pantun 3
pantun dari kedua bait pantun tepat
2. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi
pantun hanya satu bait yang tepat.
4. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi
pantun dari kedua bait kurang tepat
3. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi
pantun dari kedua bait tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang nilai yang terkandung dalam
isi pantun dari kedua bait pantun
LEMBAR KERJA SISWA 2
(Pertemuan II)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman
melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku
kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun
3. Menulis pantun
Setelah kamu mengerjakan LKS 1, selanjutnya kerjakanlah tugas-tugas berikut ini!
1 . Jelaskan hal apa yang sama antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam pantun
yang ada dalam LKS 1!
2. Jelaskan hal apa yang berbeda antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam
pantun yang ada dalam LKS 1!
3. Apakah ada perbedaan dan persamaan antara kedua pantun yang ada dalam
LKS 1 dengan pantun yang kamu buat? Jelaskan!
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Pedoman Penilaian
No Aspek
Penilaian Deskriptor Skor
1 Persamaan
pada bait 1
dengan bait 2
1. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tepat
2. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2
kurang tepat
3. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tidak
tepat
1. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tepat
2. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2
kurang tepat
3. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tidak
tepat
4. Tidak menjelaskan tentang perbedaan bait 1 dan bait 2 3
1.Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait
pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai bukti
dan alasan
2.Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait
pantun pada contoh dengan karya sendiri tanpa bukti
dan alasan
3.Hanya menjelaskan persamaan atau perbedaan antara
bait pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai
bukti dan alasan
4. Hanya menjelaskan persamaan atau perbedaan antara
bait pantun pada contoh dengan karya sendiri tanpa
disertai bukti dan alasan
5. Tidak menjelaskan persamaan ataupn perbedaan
antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri
5.2 Hasil Uji Kelayakan LKS Sebagai Bahan Ajar di SMP
Tahap uji kelayakakan LKS ini dilakukan dengan cara meminta
pertimbanagan kepada tiga orang guru Bahasa Indonesia yang mengajar di SMP
Negeri 3 dan SMP Negeri 14 Bandung, Yaitu: (1) Ibu Mulyati, (2) Ibu Heni
Herlina P. dan (3) Bapak Jalaludin.
Ibu Mulyati menyatakan LKS yang telah dirancang sudah baik, karena
telah memenuhi komponen LKS yang baik. Beliau menyarankan sebaiknya setiap
satu pertemuan dalam pembelajaran hanya satu LKS yang diberikan kepada anak
untuk efisiensi waktu. Pendapat Ibu Heni Herlina juga sama dengan pendapat Ibu
Mulyati, yang menyatakan LKS yang telah dirancang telah baik, telah memenuhi
semua komponen LKS, dan sebaiknya setiap satu pertemuan dalam pembelajaran
hanya satu LKS yang diberikan kepada anak untuk efisiensi waktu.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Bapak Jalaludin bahwa LKS yang
digunakan sudah memenuhi komponen LKS yang baik, tapi perlu perbaikan
sedikit dari segi penulisan, karena pada contoh LKS yang diberikan untuk
ditimbang terdapat kesalahan print. Contoh pantun yang ada di LKS tidak
lengkap, terpotong ketika diprint. Beliau juga menyarankan hal yang sama
dengan kedua guru di atas, sebaiknya satu LKS untuk setiap pertemuan dan
tambahkan penjelasan tentang materi.
5.3 Perbaikan Bahan Ajar
Berdasarkan hasil pertimbangan para guru yang telah melakukan
pertimbangan terhadap LKS yang telah dirancang, maka peneliti menyimpulkan
bahwa LKS sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran menulis pantun.
Namun, agar lebih baik maka perlu perbaikan sedikit sesuai dengan saran dari
para guru yang telah menimbang LKS dan LKS yang akan digunakan cukup dua
saja, satu LKS untuk satu pertemuan. Adapun hasil LKS yang telah diperbaiki
LEMBAR KERJA SISWA
(Pertemuan I)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman
melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator : Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Perhatikan teks pantun berikut ini!
Dalam menulis pantun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu;
1. satu bait terdiri dari 4 larik/baris;
2. satu larik/baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata;
3. larik/baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran sedangkan larik/baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi;
4. Berima akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a.
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/semester : VII/ 1
Kain basah bawa mandi,
sudah mandi dibawa pulang.
Amal ibadah dibawa mati,
Kerjakanlah tugas berikut ini!
Buatlah sebuah pantun yang sesuai dengan syarat pantun di atas berdasarkan
peristiwa yang pernah kamu alami!