• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X IPS SMA SWASTA DHARMAWANGSA MEDAN T. A. 2014 / 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X IPS SMA SWASTA DHARMAWANGSA MEDAN T. A. 2014 / 2015."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN

MASALAH PADA MATERI SISTEM PERSAMA LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X IPS SMA SWASTA

DHARMAWANGSA MEDAN T. A. 2014 / 2015

Oleh: Laura Gultom NIM 4103311026

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya yang memberikan kemampuan dan kesempatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Kelas X IPS SMA Swasta Dharmawangsa Medan T.A 2014/2015”, dimana untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada bapak Dr. M. Manullang, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Dr.KMS Amin Fauzi, M.Pd., Bapak Drs. W. L. Sihombing, M.Pd., dan Ibu Dra.Katrina Samosir, M.Pd, sebagai dosen penguji/pemberi saran yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Edi Surya, M.Si, selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, beserta seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai Jurusan Matematika yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak sebagai dosen pembimbing akademik, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D, selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di fakultas.

(4)

v

bidang studi matematika di Kelas X IPS 4 SMA Swasta Dharmawangsa Medan serta guru-guru yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada kepada Ayahanda tersayang Drs.Pieter Gultom dan Ibunda tercinta Dra.Farida Silitonga yang telah banyak memberikan dukungan, do’a, semangat, motivasi, perhatian dan pengertian yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Unimed, terkhusus juga kepada Adik – adik saya Rio Gultom, Handayani Gultom dan Christian Gultom yang senantiasa membantu serta memberikan dukungan dan semangat.

Ucapan terima kasih terkhusus juga disampaikan sahabat saya yang tercinta Inka Delyana Sembiring dan Yuli Namira yang telah banyak membantu serta memberi dukungan dan semangat kepada saya.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan. Semoga Tuhan senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, 20 Januari 2015 Penulis,

(5)

UPAYA MENINGKATKAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN

MASALAH PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X IPS SMA SWASTA

DHARMAWANGSA MEDAN T. A. 2014 / 2015

Laura Gultom (NIM. 4103311026) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran, aktivitas belajar siswa, dan peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA Swasta Dharmawangsa Medan T.A 2014/2015.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS SMA Swasta Dharmawangsa Medan T.A 2014/2015 yaitu kelas X IPS 4 sebanyak 30 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Cara pengambilan data adalah melalui nilai tes kemampuan awal, tes hasil belajar dan observasi. Tes kemampuan awal dan tes hasil belajar berbentuk uraian yang terlebih dahulu sudah divalidasikan oleh pakar pendidikan yaitu dosen-dosen matematika UNIMED dan guru matematika SMA Swasta Dharmawangsa Medan. Setiap siklus dilakukan satu kali tes hasil belajar. Observasi bertujuan untuk melihat strategi pembelajaran dan aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

(6)

DAFTAR ISI

2.1.1. Hakekat Belajar dan Mengajar 8 2.1.2. Belajar dan Mengajar Matematika 9

2.1.3. Koneksi Matematis 10

2.1.4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 12 2.1.5. Konsep Dasar model Pembelajaran Berbasis Masalah 13 2.1.6. Komponen Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 15 2.1.7. Tujuan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 16 2.1.8. Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa 17 2.1.9. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah serta cara mengatasinya 18 2.1.10 Teori yang mendukung Model Pembelajaran Berbasis Masalah 20 2.1.11 Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(7)

2.2.1. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel 23 2.2.1.1. Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel 23 2.2.1.2. Grafik Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel 24 2.2.2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel(SPLDV) 25 2.2.2.1. Perbedaan antara PLDV dan SPLDV 26

2.2.2.2. Penyelesaian SPLDV 27

2.2.2.3. Menentukan himpunan penyelesaian SPLDV 27

Dengan cara Grafik 28

2.2.2.4. Menentukan himpunan penyelesaian SPLDV

Dengan Cara Susbtitusi 28 2.2.2.5. Menentukan himpunan penyelesaian SPLDV

Dengan Cara Eleminasi 29 2.2.3. Penerapan SPLDV Dalam Kehidupan Sehari – hari 32

2.3. Kerangka Konseptual 33

2.4 Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 35 3.2 Subjek dan Objek Penelitian 35

3.2.1. Subjek Penelitian 35

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Siswa Sebelum Pemberian Tindakan 47 4.1.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 52

(8)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan 82

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel. 2.1 Peran guru, peserta didik dan masalah 14

Tabel. 2.2 Tahapan – tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah 15 Tabel. 2.3 Teknik Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis Siswa 17 Tabel. 2.4. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis 42 Tabel 4.1. Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi 48 Tabel 4.2. Deskripsi Ketegori Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 49 Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 59 Tabel 4.4. Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi

Matematis pada Siklus I 62

Tabel 4.5. Deskripsi Ketegori Tingkat Kemampuan Siswa

pada Tes Siklus I 63 Tabel 4.6. Deskripsi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 73

Tabel 4.7. Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi

Matematis pada Siklus II 75 Tabel 4.8. Deskripsi Ketegori Tingkat Kemampuan Siswa

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaa Pembelajaran I (Siklus I) 83 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaa Pembelajaran II (Siklus I) 94 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaa Pembelajaran III (Siklus II) 105 Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaa Pembelajaran IV (Siklus II) 115 Lampiran 5 : Lembar Aktifitas Siswa (LAS) I 128 Lampiran 16: Alt. Penyelesaian dan Teknik Penskoran Tes Diagnostik 156 Lampiran 17: Alt. Penyelesaian dan Teknik Penskoran

Tes Kemampuan Koneksi Matematis I 159 Lampiran 18: Alt. Penyelesaian dan Teknik Penskoran

Tes Kemampuan Koneksi Matematis II 165 Lampiran 23: TeknikPenskoran Kemampuan Koneksi Matematis 182 Lampiran 24: Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematis I 184 Lampiran 25:Hasil Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematis I 186 Lampiran 26: Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematis II 188 Lampiran 27: Rekapitulasi Hasil Observasi Guru

(12)

Lampiran 28: Rekapitulasi Hasil Observasi Guru

Proses Pembelajaran Pada Siklus II 193

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Karena, pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang handal untuk masa yang akan datang yang harus dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap perrnasalahan yang dihadapinya. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk meningkatkan kualitas SDM, salah satunya adalah ilmu matematika.

Sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika menuntut siswa kepada pengembangan pola pikir untuk memecahkan masalah.

Sekalipun demikian, mata pelajaran matematika belum menjadi mata pelajaran yang diminati oleh banyak siswa. Siswa masih beranggapan matematika itu sulit. Pandangan siswa bahwa pelajaran matematika sulit disebabkan oleh pandangan mereka bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta atau rumus-rumus yang harus dihadapi. Selain itu objek matematika yang abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya yang banyak memanipulasi bentuk-bentuk dan menghubungkan ide-ide matematika ternyata menimbulkan anggapan siswa bahwa matematika itu sulit.

Dalam dunia pendidikan, kemampuan menghubungkan suatu materi yang satu dengan materi yang lain atau dengan kehidupan sehari-hari berperan penting dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika. Didalam matematika memuat beberapa kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai siswa, salah satunya adalah kemampuan dalam melakukan koneksi matematis. Melalui kemampuan koneksi matematis, kemampuan berfikir siswa terhadap matematika diharapkan dapat menjadi semakin luas. Selain itu, koneksi matematis dapat pula meningkatkan kemampuan kognitif siswa seperti mengingat kembali, memahami penerapan suatu konsep terhadap lingkungan dan sebagainya. Tanpa menerapkan konsep dengan pengalaman siswa, maka ia akan sulit mengingat suatu materi yang disampaikan.

(14)

Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah, baik masalah dalam mata pelajaran lain ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun sampai sekarang ini, masih banyak siswa yang berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan merupakan

pelajaran yang penuh dengan rumus-rumus. Terutama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan soal cerita atau pun kehidupan sehari - hari.

Siswa masih kurang bisa menentukan data-data apa saja yang dapat diperoleh dari soal cerita itu, bagaimana menghubungkannya dengan materi matematika dan melihat keterkaitannya dengan materi yang lain. Hal ini berarti siswa kurang mampu memahami keterkaitan antar materi sehingga kemampuan koneksi matematis siswa rendah.

Kemampuan koneksi matematis siswa yang masih jauh dari harapan dapat dilihat dari kemampuan siswa menyelesaikan soal yang membutuhkan koneksi, baik koneksi antar topik matematika, koneksi matematis dengan disiplin ilmu lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu materi matematika yang sering disajikan dalam bentuk soal cerita adalah Sistem Persamaan linear Dua Variabel Meskipun sekilas materi ini terlihat tidak rumit namun dalam praktiknya siswa masih sering mengalami kesulitan menerjemahkan soal-soal Sistem persamaan linear yang disajikan dalam bentuk soal cerita. Padahal jika disadari sistem persamaan linear dua variabel adalah materi yang contohny mudah dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Misalnya pada contoh soal berikut, Sebidang tanah berbentuk persegi panjang diketahui kelilingnya 18 m selisih panjang dan lebarnya 3 m . Berapakah panjang dan lebar tanah tersebut ?

Siswa mengalami kesulitan menjawab soal tersebut dengan benar, siswa mengalami kesulitan dalam menterjemahkan soal tersebut ke dalam bentuk matematis. Umumnya siswa mengetahui soal tersebut adalah penghitungan keliling tanah, namun siswa tidak paham apa langkah selanjutnya yang harus mereka lakukan untuk menentukan pnjang dan lebar tanah. Kemudian ditemukan juga kelemahan siswa dalam melakukan koneksi matematis dengan disiplin ilmu lain. Dalam waktu 10 jam jumlah jarak tempuh sepeda motor jenis A dan jenis B adalah 650 km, selisih jarak tempuh 50 km. tentukanlah kecepatan rata – rata sepeda motor jenis B !

(15)

panjang lintasan sirkuit yang berbentuk jajar genjang dan waktu yang dibutuhkan. Padahal mereka telah mempelajari materi tersebut dalam pelajaran fisika.

Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa ini bisa terjadi karena model pembelajaran yang digunakan guru bidang studi matematika kurang melatih keterampilan atau kemampuan koneksi matematis siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yuni, selaku guru matematika di kelas X IPS SMA Dharmawangsa, ditemukan bahwa siswa di kelas tersebut masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal koneksi,. Ditemukan bahwa rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa juga disebabkan karena pembelajaran yang berlangsung selama ini mengabaikan aspek keterkaitan matematik dengan topik matematik sebelumnya dengan disiplin ilmu lain dan dengan masalah-masalah nyata di sekitar kehidupan sehari-hari siswa.

Penggunaan model pembelajaran dalam menyajikan pelajaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Pada prinsipnya tidak satupun model pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok untuk semua materi yang ada dalam setiap mata pelajaran. Guru yang professional dan kreatif hanya akan memilih model pembelajaran yang lebih tepat. Setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pembelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan dengan adanya persiapan guru maka pembelajaran akan berjalan dengan baik.

Selama ini model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher oriented sehingga siswa menjadi pasif. Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapain hasil belajar tidak optimal. Trianto (2009 : 5) mengemukakan bahwa:

“Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri memalui penemuan dalam proses berpikirnya”.

(16)

yang sesuai yaitu pembelajaran berbasis masalah karena merupakan suatu strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah/kasus riil di kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, sedangkan peran guru hanya sebatas menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan siswa terhadap masalah yang diberikan.

Hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika di kelas X IPS, diperoleh gambaran bahwa proses belajar mengajar yang terjadi masih bersifat teacher oriented. Guru lebih banyak menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas dalam proses belajar seperti mengemukakan pendapat, berdiskusi, melakukan presentasi dan mengambil kesimpulan mengenai materi yang dibahas. Guru juga kurang memberikan latihan-latihan yang mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka seorang guru harus mampu memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan kebutuhan belajar. Salah satu alternatif yang ditempuh oleh guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan metode yang melibatkan langsung siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai fasilitator mempunyai peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Sebagai pengelola pembelajaran, guru harus mampu mengorganisir dan menggali potensi-potensi siswa dalam pembelajaran agar terjadi interaksi yang optimal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2009 : 117) menyatakan :

John dewey misalnya menekankan bahwa oleh karena belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri, maka insiatif harus datang dari murid-murid sendiri . guru adalah pembimbing dan pengarah yang mengemudikan perahu , tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar .

(17)

prinsip dasar matematika, sehingga siswa akan memahami konsep dengan baik, ingat lebih lama dan membuat siswa dapat berfikir secara abstrak. Disamping itu model PBM ini juga dapat melatih keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang konsep yang telah ia temukan.

Dengan menggunakan model PBM ini siswa diharapkan mampu melatih keterampilan berpikir siswa dan mengembangkan kepemimpinan siswa didalam mengemukakan pendapat.

Model PBM ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Seperti yang dikatakan Syaiful Sagala (2009 : 196) bahwa:

Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.

Oleh karena itu, melalui metode ini diharapkan pemahaman konsep siswa akan berkembang apabila mereka ikut serta dalam kegiatan matematika, sehingga masalah benar-benar dipahami dan diselesaikan oleh siswa melalui pengembangan berfikir secara deduktif. Dengan demikian model PBM dapat membantu siswa SMA dalam memahami konsep-konsep SPLDV.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X IPS SMA DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa 2. Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa

(18)

4. Aktivitas belajar matematika bersifat monoton

5. Siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap matematika. 6. Belum di terapkannya metode pembelajaran berbasis masalah.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti meneliti tentang rendahnya hasil belajar siswa, siswa tidak terbiasa melakukan proses penyelesaian kasus matematika dengan berbagai cara, aktivitas belajar matematika yang bersifat monoton, persepsi negatif siswa terhadap matematika, dan belum diterapkannya pembelajaran pendidikan koneksi matematika dengan metode pembelajaran berbasis masalah di kelas X IPS pada materi Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). 1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan koneksi matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel di Kelas X IPS SMA Swasta Dharmawangsa Tahun ajaran 2014 / 2015 .

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada materi Sistem persamaan linear dua variabel setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah di kelas X IPS SMA Swasta Dharmawangsa Tahun ajaran 2014 / 2015 .

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

Melalui penerapan metode pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan koneksi dan hasil belajar matematika siswa kelas X IPS SMA Swasta Dharmawangsa Medan pada pembelajaran matematika khususnya pada pokok Peluang.

2. Bagi guru

(19)

3. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, karena sesuai dengan

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Kemampuan koneksi matematis siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kielas X IPS SMA Swasta Dharmawangsa Medan dimana ketuntasan secara klasikal diperoleh setelah siklus II dilaksanakan. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan kepada subjek penelitian yaitu: Nilai rata-rata pada tes awal 25,0; nilai rata-rata pada test kemampuan koneksi matematis I (siklus I) 64,67; dan nilai rata-rata pada test kemampuan koneksi matematis II (siklus II) 75,16. Persentase ketuntasan klasikal tes awal 0% pada tes kemampuan koneksi matematis I (siklus I) 60% dan pada tes kemampuan koneksi matematis II (siklus II) 83,3%.

5.2Saran

Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif dalam proses pembelajaran matematika, agar pembelajaran yang dilaksanakan lebih bervariasi.

2. Guru juga dapat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.

(21)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Data Hasil Uji Imbibisi Carbonate Core Ct12 dengan Air Formasi ... Data Hasil Uji Imbibisi Carbonate Core Ct1 dengan Surfaktan F 2%

Pada bidang kehutanan dan lahan gambut, mitigasi dapat dilakukan melalui penurunan emisi dari pencegahan deforestasi dan degradasi hutan, serta

Berdasarkan permasalahan diatas, maka Universitas Pancasila khususnya Fakultas Teknik berniat menyelenggarakan seminar berskala nasional yang bertujuan untuk

VALUE CHAIN ANALYSIS SEBAGAI ALAT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DALAM MENCAPAI KEUNGGULAN BERSAING PADA PERUSAHAAN ROKOK.. (Studi Kasus Pada PT. X

praktikan dalam mengencerkan larutan asam asetat yang akan digunakan, atau. ketidaktepatan praktikan dalam memanaskan arang sehingga arang

Mahasiswa membawa bahan seminar lengkap yang telah ada tanda tangan Yuridis, Dosen Pembimbing Lapangan, dan Pembimbing Materi, minimal 2 Exemplar (1 untuk

Since point based visual SLAM cannot directly identify the structural features of a scene layout, the utilization of a single image estimated layout for

Skrpsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :.. Nama