• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial Di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial Di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran)"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

EKA PUJI SEPTIANI NIM : 1112054100021

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i Eka Puji Septiani

Dampak Film Pornografi terhadap Psikososial di kalangan Remaja (Studi Kasus pada Remaja yang Berpacaran)

Permasalahan pornografi saat ini sudah berkembang dengan sangat pesat hal ini disebabkan karena adanya perkembangan teknologi terutama pada internet melalui celluler. Tak sedikit orang tua yang menganggap pornografi dan seks adalah sesuatu yang tabu. Sehingga mereka tidak memberikan pendidikan tentang seks ke anaknya, atau karena mereka sendiri tidak tahu mengenai informasi itu sendiri dan tidak mengerti bagaimana cara mengkomunikasikan hal pornografi dan seks yang baik kepada anak. Padahal pornografi bisa menyebabkan kecanduan dan berdampak buruk bagi pribadi dan lingkungan sosialnya.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya penelitian ini penting dilakukan karena pornografi lebih berbahaya dari narkoba. Pornografi dapat merusak lima sel otak. Pornografi bersifat candu dan kecanduan pornografi merupakan masalah yang nyata yang dapat terjadi kepada seluruh kalangan dan dapat merusak otak, jiwa, bahkan fisik seseorang. Pornografi juga dapat mempengaruhi perkembangan dan kreatifitas generasi muda. Masalah pornografi akan menimbulkan masalah yang kompleks dan merusak moral anak bangsa apabila tidak ditangani secara intensif. Pornografi dapat memicu adanya penyimpangan sosial yang ada di masyarakat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah film pornografi dapat mempengaruhi perkembangan psikososial remaja seperti perubahan dalam berpikir, bertingkah laku serta cara menilai seseorang. Pornografi ini juga dapat memberikan dampak kepada cara berpacaran remaja. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus, di mana dalam teknik pengumpulan data peneliti melakukan wawancara, observasi serta dokumentasi. Penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan penelitian deskriptif (Descriptive Research), Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling bertujuan dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang orang yang tepat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Peneliti melakukan wawancara dengan remaja pecandu film pornografi, remaja yang berpacaran, teman remaja serta guru Bimbingan Konseling Sekolah Menengah Atas Al-Azhar.

(6)

ii Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. Dialah sumber tempat bersandar, Dia lah sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya. Sehingga peneliti diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Dampak Film Pornografi

Terhadap Psikososial Di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran).”

Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi banyak dukungan, baik dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memotivasi hingga selesainya penyusunan skripsi ini kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M. Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaidah, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial. Terimakasih atas nasihat serta bimbingan nya.

(7)

iii dan pengalaman nya kepada peneliti.

5. Yang terhormat dan terkasih kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Tasno dan Ibu Kusdiati atas kasih sayang, doa, bimbingan dan motivasinya. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan karunia dan nikmat yang tiada henti sebagai balasan yang telah diberikan kepada peneliti.

6. Kepada seluruh informan peneliti yang telah bersedia memberikan informasi dan waktunya sehingga penelitian ini dapat selesai tepat waktu.

7. Kepada Aisyah Rahma Utami yang sudah dengan ikhlas menjadi mentor selama berlangsungnya skripsi ini, dan juga kepada Ira Rahmawati dan Dyah Ayu yang secara tidak langsung sudah memberikan motivasinya untuk fokus menyelesaikan skripsi ini. Serta Sahabatku Tria Anjarwati, Annisa Elfa Arianty, Nurmila Afrilianida, Annissa Dian, Saila Arimi, Khusnul Fadillah, Heni Purwati dan teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2012 yang sudah bersama-sama dalam berjuang berbagi suka dan duka dalam menjalankan skripsi ini. 8. Kepada Taufik Kustiawan, Diyah Jovita Sari dan Muhammad Hakhi Affandi

yang sudah membantu, memberi doa, dukungan, wejangan-wejangan serta menghibur peneliti dikala lelah dalam mengerjakan skripsi ini hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat terbaikku Dian Ayu, Riza Aulia, Ayu Wulandari, Zellardia, Husniati Najmi, Sevira Aulia, Billian Putra dan sahabat-sahabat lain yang tidak bisa peneliti tulis satu persatu yang sudah memberikan doa, dukungan dan menjadi tempat keluh kesah peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

Jakarta, September 2016

(8)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Sistematika Penelitian ... 19

BAB II LANDASAN TEORI A. Dampak.. ... 20

B. Pornografi ... 21

1. Pengertian Pornografi.. ... 21

2. Macam-macam Pornografi ... 22

3. Penyebab Pornografi ... 23

4. Hukum Pornografi ... 25

5. Dampak Pornografi... 27

C. Psikososial ... 32

(9)

v

4. Struktur Kepribadian ... 39

D. Pacaran di Usia Remaja ... 41

1. Usia Remaja ... 41

2. Pengertian Pacaran ... 43

3. Alasan Remaja Berpacaran ... 44

BAB III PROFIL INFORMAN A. Profil Informan ZP ... 47

B. Profil Informan BL ... 49

C. Profil Informan MT... 51

D. Profil Informan AA ... 53

E. Profil Informan YG ... 56

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS A. Penyebab Pornografi ... 58

1. Faktor Internet... . 58

2. Faktor Lingkungan... . 61

3. Faktor Teman Sebaya ... 64

4. Faktor BLAST ... 67

B. Psikososial Remaja Pecandu Pornografi ... 70

1. Dampak Psikososial Remaja Pecandu Pornografi ... 70

a. Perubahan dalam Berpikir…... . 70

b. Perubahan dalam Bertingkah Laku... 74

(10)

vi

a. Keluarga... . 87

b. Pendidikan... ... 91

4. Kepribadian Remaja Pecandu Pornografi ... 94

C. Dampak Film Pornografi terhadap Cara Berpacaran Remaja ... 104

1. Alasan Remaja Berpacaran ... 104

2. Dampak Pornografi pada Remaja Berpacaran ... 106

D. Hukum Pornografi dalam Islam ... 115

E. Peran BK dalam Menangani dan Mencegah Kasus Pornografi ... 116

F. Analisis Kasus ... 120

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(11)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 -Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 -Pedoman Wawancara

Lampiran 3 -Pedoman Observasi

Lampiran 4 -Transkip Wawancara

Lampiran 5 -Hasil Observasi

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pornografi telah ada sejak 30.000 tahun yang lalu. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno, telah ada patung-patung yang bertemakan homoseksualitas, dan juga yang menggambarkan hubungan seksualitas yang tidak wajar. Semakin berkembangnya zaman, pornografi telah menggurita di berbagai kalangan melalui gaya hidup, style, musik hingga film. Kemajuan teknologi seringkali disalah gunakan oleh masyarakat. Sehingga pornografi makin terfasilitasi dan kalangan masyarakat dari segala umur akan lebih mudah untuk mengakses pornografi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2 pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi. Menurut Sugihastuti dan Siti Hariti Sastriyani dalam bukunya yang berjudul Glosarium Seks dan Gender 3 menyatakan bahwa pornografi merupakan jenis kekerasan lain terhadap perempuan. Jenis kekerasan ini termasuk non fisik, yakni pelecehan terhadap kaum perempuan yang tubuh perempuan itu dijadikan objek demi keuntungan seseorang.1 Di dalam UU RI No. 44 Tahun 2008 mendefinisikan pornografi sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau

1

(13)

pertunjukan dimuka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.2

Dalam al-quran pun tercantum tentang hukum pornografi. Terbukti pada surah Al-Isra’ ayat 32 sebagai berikut :

“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (Al -Israa’: 32)3

Allah melarangan hambanya mendekati zina. Di dalam Islam ada beberapa macam zina, melihat film pornografi merupakan salah satu dari zina mata.

Dra. Perwitasari mengatakan bahwa, pornografi menimbulkan rasa ketagihan, dan keinginan untuk mengulanginya kembali.4 Menurut Tifatul Sembring mantan Menteri Komunikasi dan Informatika mengatakan bahwa

“Pornografi merusak lima sel otak sedangkan narkoba merusak tiga sel otak.5

Dampak buruk pornografi yang bisa diakses melalui internet diindikasikan akan mempengaruhi perkembangan dan kreatifitas generasi muda. Masalah pornografi akan menimbulkan masalah yang kompleks dan merusak moral anak bangsa apabila tidak ditangani secara intensif.

2

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

3

Surat Al-Isra' Ayat 32 artikel diakses pada 15 Maret 2016 dari http://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-32

4

Dra. Perwitasari (Psikolog, Konselor, trainer di YKBH dan RSIA KMC), “Mengobati Kecanduan Pornografi Pada Anak, diskusi online pada tanggal 26 Maret 2016

5

(14)

Pada zaman ini sudah banyak remaja beranggapan bahwa menonton film serta melakukan pornografi adalah hal yang biasa dan sayangnya banyak remaja yang tidak memahamai bahwa kecanduan pornografi itu berdampak buruk bagi pribadi dan lingkungan sosialnya.

Seperti pendapat remaja “BL” yang saya wawancarai dia mengatakan

bahwa : “Ya wajar sih nonton film porno, kalau ga nonton malah ga normal.”6 Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) bahwa dari 4.500 remaja, ternyata 97% mereka pernah melihat pornografi. KPAI menyebutkan jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online telah menembus angka 1.022 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 11% anak korban kekerasan seksual online, 15% objek CD porno, 20% prostitusi anak online, 21% pornografi online, 24% anak memiliki materi pornografi, dan 28% merupakan korban pornografi offline.7

Menurut data survey KPAI dan Kementrian Kesehatan pada Oktober 2013 menyatakan 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan seks di luar nikah. 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan aborsi.

Menurut psikolog, Elly Risman pimpinan Yayasan Kita dan Buah Hati, setelah mengkonsumsi pornografi anak-anak dan remaja secara perlahan-lahan akan terbangun perpustakaan porno di otaknya. Perpusatakaan inilah yang bisa kapan saja diakses oleh anak-anak dan remaja.8 Tanpa disadari orang ingin melihat kembali gambar pornografi, orang yang sudah mulai kecanduan akan

6

Wawancara Remaja BL, Jakarta, 13 Agustus 2016

7Davit Setyawan, “KPAI : 1.022 Anak Jadi Korban Pornografi dan Kejahatan Online”

diakses pada 17 Febuari 2016 dari http://www.kpai.go.id/berita/kpai-1-022-anak-jadi korban-pornografi-dan-kejahatan-online/

8

(15)

megalami tahapan penurunan kepekaan dan peningkatan keinginan untuk melihat pornografi dan seterusnya akan timbul dorongan untuk meniru apa yang pernah dilihatnya.

Dampak pornografi ini tentu juga mempengaruhi psikososialnya. Perkembangan psikososial adalah serangkaian tugas perkembangan atau tahapan perkembangan, termasuk di dalamnya perubahan dalam berpikir, berperasaan, bertingkah laku, menilai dan berinteraksi dengan orang lain dan diri sendiri.9 Dari situlah remaja yang tercandu pornografi akan berpengaruh lebih luas atau kompleks. Konsentrasi dalam belajar juga akan terpecah karena di dalam otaknya sudah terdapat pornografi. Bahkan pornografi pada remaja bisa menyebabkan penyimpangan seksual dan tindakan kriminalitas jika remaja tidak bisa menyalurkan hawa nafsunya.

Hal ini dapat dibuktikan seperti kasus pornografi yang dilakukan oleh 14 pemuda di daerah Bengkulu. Pada hari Senin, 4 April 2016 polisi menemukan mayat perempuan bernama Yuyun, dalam kodisi telanjang, tertutup daun pakis. Posisi badan menelungkup dan tangan terikat tali dari atas hingga ke bawah paha. Saat ditemukan, terdapat lebam bekas pukulan pada muka dan tanda kekerasan pada kemaluan korban.10

Ahli Neuropsikologi Psikologi Saraf Ihsan Gumilaf memprediksi, kasus kejahatan seksual seperti yang dialami siswi SMP di Bengkulu, Yuyun, bakal terulang dalam waktu dekat. Kejahatan seksual seperti itu, 90 persen pelakunya

9

Amy Elizabeth Dupre Casanova, The Relationship Between Creativity and Psychosocial Development Among College Honor Students And Non-Honors Students, (Disertasi Universitas Texas A&M University,2008), h.14

10

Yuliardi Hardjo Putro, “Kronologi Kasus Kematian Yuyun di Tangan 14 ABG

(16)

adalah remaja dan pemuda. Penyebabnya, karena pergaulan tak terkontrol, seperti orang dewasa memperkenalkan pornografi kepada anak kecil. Banyak pihak keliru menganggap tuak penyebab utama 14 pelaku kejahatan seksual kepada Yuyun. Minuman keras itu hanya pemicu. Penyebab utamanya, karena para tersangka rutin mengonsumsi tayangan pornografi, baik video maupun gambar.11

Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawangsa pun menganalogikan bahaya pornografi seperti fenomena gunung es. Menteri Khofifah menegaskan bahwa sejak Februari 2015 lalu, Indonesia sudah menyatakan perang dan darurat pornografi.12 Itu artinya tampak di bagian permukaan sedikit tetapi faktanya sangat banyak terjadi. Jumlah kasus kejahatan seksual oleh anak di bawah umur sebenarnya jauh lebih banyak lagi. Sebab tidak semuanya diliput situs berita di televisi maupun online. Serta perubahan zaman yang menyebabkan banyak remaja Indonesia melakukan seks bebas.

Mayoritas remaja dapat dipastikan pernah menonton film dan melakukan pornografi. Tetapi menurut prinsip pekerja sosial yaitu tidak menghakimi, hal ini berarti pekerja sosial menerima klien dengan apa adanya disertai prasangka atau penilaian. Pekerja sosial tidak boleh meyatakan klien itu salah ataupun benar. Dalam menangani kasus pornografi remaja, peneliti sebagai pekerja sosial tidak boleh memberi penilaian atas sikap dan ucapan klien. Ini adalah salah satu alasan peneliti meneliti tentang dampak dari film pornografi ini. Karena jika nanti

11

Audrey Santoso, “Psikolog: Kasus Seperti Yuyun Terjadi karena Kecanduan Pornografi”, diakses pada 20 Mei 2016 dari http://news.liputan6.com/read/2501381/psikolog-kasus-seperti-yuyun-terjadi-karena-kecanduan-pornografi

12

(17)

pekerja sosial berhadapan dengan kasus pornografi, pekerja sosial akan lebih mudah dalam memahami klien dan mendapatkan solusi yang tepat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja, mereka beranggapan bahwa menonton film pornografi adalah hal yang wajar dan ketika sudah menjadi korban masyarakat baru menyadari akan hal itu. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat menyadari akan bahayanya kecanduan pornografi dan pihak-pihak tertentu bisa lebih peka untuk meminimalisir pornografi.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti ingin

membuat judul sebagai berikut “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial

di Kalangan Remaja (Studi Kasus pada Remaja yang Berpacaran)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Karena permasalahan pornografi sangat kompleks maka peneliti membatasi fokus permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian. Yaitu yang akan menjadi pembatas masalah pada penelitian ini adalah dampak film pornografi terhadap psikososial remaja dan dampak pornografi terhadap remaja yang berpacaran.

2. Perumusan Masalah

(18)

a) Bagaimana dampak psikososial pada remaja yang kecanduan film pornografi?

b) Bagaimana dampak film pornografi terhadap remaja yang berpacaran?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, maka yang menjadi tujuan peneliti adalah:

a) Untuk mengetahui apa dampak psikososial pada remaja yang kecanduan film pornografi.

b) Untuk mengetahui apa dampak film pornografi terhadap remaja yang berpacaran.

2. Manfaat Penelitian a) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa khususnya jurusan Kesejahteraan Sosial yang nantinya akan berhadapan dengan kasus pornografi. Karena permasalahan pornografi pada remaja masih terus berkembang dan belum menemukan solusi yang tepat, sehingga diharapkan penelitian dapat menemukan solusi yang tepat untuk menangani kasus permasalahan pornografi pada remaja.

b) Manfaat Praktis

(19)

c) Manfaat Sosial

Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat luas terutama kepada orang tua agar tetap mewasapadai dan mengawasi anak mereka dari bahaya pornografi. Dan para orang tua, masyarakat, pelajar sadar akan dampak yang terjadi akibat pornografi yang dipengaruhi karena berbagai faktor.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berlandaskan filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualiatatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.13

Pengertian kualitatif menurut Strauss dan Corbin seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah

13

(20)

pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.14

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, pada mulanya bersumber pada pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan (perhitungan atau angka) suatu ciri tertentu. Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan jumlah tersebut. Atas dasar petimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.15

Sedangkan dalam penelitian sosial, dikenal adanya dua metodologi (proses, prinsip dan prosedur yang ditempuh seorang peneliti dalam mendekati permasalahan dan mencari jawabannya) yang dikenal dengan istilah kualitatif dan kuantitatif.16

Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

14

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cetakan Ke-10, h. 3.

15

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 9.

16

(21)

bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.17

Menurut Nawawi dalam bukunya Instrumen Penelitian Bidang Sosial, pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya., untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.18

Menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat.

Penelitian ini bersifat studi kasus (Case Study) yang mana menurut Vredenbregt via Silvia, studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek penelitian. Sehingga segala data yang terkumpul dalam metode Studi Kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuan dari studi kasus adalah untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek.

17

Moleong, Metodologi Penelitian, h. 3

18

(22)

Teknik pendekatan studi kasus merupakan bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Bentuk studi kasus dapat diperoleh dari laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, biografi orang yang diteliti dan keterangan dan orang banyak mengetahui hal itu.19

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan penelitian deskriptif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh dilapangan secara terperinci sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan.20 Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yaitu bagaimana.21 Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara secara langsung, catatan lapangan atau memo dan dokumentasi lainnya.22

19

Robert K yi, Studi Kasus Desain & Metode. Penerjemah: M Djauzi Mudzaakir, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), ed. Revisi Cet. Ke 5,h. 4.

20

Lexy J. Moleong, Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 131

21

W. Gulo, Metodelogi Kualitatif (Jakarta : Grafindo, 2000), h. 19.

22

(23)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di sekitar wilayah Jakarta Selatan ssesuai dengan lokasi informan yang akan diteliti. Dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai dengan bulan September 2016.

4. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling bertujuan dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang orang yang tepat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.23

Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memilih informan misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang diteliti. Yang terpenting disini bukan jumlah informannya, melainkan potensi dari setiap kasus untuk dapat memberikan secara teoritis mengenai aspek yang dipelajari.24 Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan lima remaja yang menjadi informan atau subjek penelitian, berikut karateristiknya :

1. Remaja yang berumur 15-22 tahun 2. Remaja yang kecanduan pornografi 3. Remaja yang berpacaran

24

(24)

Karaterisrik Informan

Informan ZP Berumur 17 tahun. Pertama kali menonton film pornografi saat kelas 4 SD. Sudah memiliki pacar dan pernah melakukan pelecehan seksual.

Informan BL Berumur 16 tahun, pertama kali menonton film pornografi saat kelas 4SD.BL pernah melakukan pelecehan seksual. BL adalah teman SD, SMP informan ZP.

Informan MT Berumur 22 tahun, pertama kali menonton film pornografi saat kelas 2 SMP. MT adalah seorang homoseksual dan dia sudah memiliki pacar.

Informan AA Berumur 21 tahun. Pertama kali menonton film porno saat kelas 2SMP. AA sudah lama menjalin kasih dengan pacarnya.

Informan YG Berumur 19 tahun, pertama kali menonton film porno saat kelas 6 SD. Sekarang YG sudah menikah dengan pacarnya karena kehamilan di luar nikah.

5. Sumber Data

Sumber data yang diambil peneliti ini terdapat dua data, yaitu data primer (pokok) dan data sekunder (pendukung).

(25)

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan surat kabar atau media kabar, dokumen yang berkaitan dengan penelitian25 seperti isu isu yang terjadi di Indonesia melalui pemberitaan online, surat kabar atau Koran yang membahas mengenai permasalahan

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi, yaitu mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian untuk mengetahui gejala-gejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data. Observasi atau pengamatan berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan atau observasi. Observasi atau pengamatan berperan serta sebagai peneliti yang mencirikan interaksi secara sosial memakan waktu cukup lama antara peneliti dan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.26 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan

25

Jaenal Arifin, Theknik Penarikan Sample Dan Pengumpulan Data, (Jakarta, 2005) h.17.

26

(26)

peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada.27

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, dengan wawancara, proses wawancara data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.28 Wawancara ini dilakukan karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaannya akan diajukan telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu bentuk catatan.

Selain dengan wawancara mendalam peneliti juga menggunakan jenis wawancara pembicaraan informal, dalam jenis ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu

27

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 166.

28

(27)

pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai29

c. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto sehingga dengan adanya bantuan dokumen peneliti terbantu mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.30

7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian. Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.31

Pada saat menganalisis data hasil wawancara, peneliti mengamatinya secara detail dan dilakukan berulang-ulang dari awal sampai akhir, kemudian

29

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-26 edisi revisi, h. 187.

30

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 216.

31

(28)

menyimpulkannya. Setelah itu menganalisa katagori-katagori yang terlihat pada data data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi suatu objek dan peristiwa. Kategori dari analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat pada tempat penelitian tersebut. Setelah data dianalisa kemudian disajikan dalam tulisan tulisan.

8. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data pengecekan atau perbandingan terhadap dua data tersebut. Teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainnya.32

9. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penelitian skripsi ini. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan literatur berupa skripsi, yaitu:

1) Nama : Rahajeng Putri

Judul : Hubungan paparan pornografi di media massa dengan perilaku seksual siswa SMA 6 Jakarta

Universitas : Universitas Indonesia, Kesehatan Masyarakat Tahun 2010

32

(29)

Pada skripsi ini peneliti mengetahui bagaimana pornografi bisa mempengaruhi perilaku seksual remaja khusunya siswa SMA 6 Jakarta. Peneliti menemukan perbedaan skripsi ini dengan peneliti, skripsi ini memfokuskan bagaimana pornografi di media masa dapat mempengaruhi perilaku seksual sedangkan peneliti memfokuskan kepada dampak psikososial yang terjadi akibat film pornografi.

2) Nama : Yuswandi

Judul : Pengaruh Pornografi Media Internet Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Studi Kasus Remaja Desa Cisetu Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka)

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Pada skripsi ini peneliti mengetahui tentang pengaruh media internet terhadap perilaku seksual remaja, peneliti juga dapat mengetahui bentuk-bentuk dari perilaku seksual remaja. Peneliti menemukan perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang akan peneliti buat yaitu peneliti memfokuskan tentang dampak psikosoial remaja pecandu pornografi dan cara berpacaran remaja akibat pornografi.

10.Teknik Penelitian

Adapun dalam penelitian skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku

“Pedoman Penelitian Karya Ilmiah”, (skripsi, tesis, dan disertasi).Diterbitkan

oleh CeQDA (Center For Quality Development amd Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun 2007.33

33

(30)

E. Sistematikan Penelitian

Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5) bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab dengan kebutuhan pembahasan dan uraiannya, yaitu:

BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah tentang pornografi, berbagai macam kasus pornografi secara global ataupun universal, fakta-fakta serta faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi pelaku. Selanjutnya pada bab ini peneliti menuliskan apa yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian dalam menuliskan hasil temuan dalam melaksanakan penelitian ini dan metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penelitian.

BAB II : Bab ini akan membahas mengenai landasan teori saat melaksanakan penelitian.

BAB III : Pada bab ini berisi tentang bagaimana profil infrorman yang dibagi menjadi biodata informan, hubungan dengan keluarga, riwayat menonton film pornografi dan pemahaman tentang pornografi.

(31)

20

KERANGKA TEORI

Untuk menunjang penelitian yang berisikan tentang dampak film Pornografi terhadap psikosiaal di kalangan remaja yang berpacaran, maka peneliti menuliskan teori-teori yang terkait dengan penelitian ini, yaitu:

A. DAMPAK

Pengetian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang yang berbeda) yang ikut mebentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Dampak berarti benturan, pengaruh kuat yang cukup hebat antara 2 (dua) benda negatif maupun positif), benturan yang cukup hebat antara 2 (dua) benda sehingga menyebablan perubahan yang cukup berarti dalam momentum sistem yang mengalami benturan itu.1

Menurut penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dampak adalah akibat, imbas atau pengaruh yang terjadi (baik itu negatif atau positif) dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh satu / sekelompok orang yang melakukan kegiatan tertentu. Dampak positif adalah akibat baik / pengaruh yang menguntungkan yang didapatkan dari berbagai hal atau peristiwa yang terjadi. Dampak negatif adalah akibat yang dihasilkan cenderung merugikan atau memperburuk keadaan. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai dampak apa yang terjadi dari film pornografi dan bagaimana dampaknya terhadap psikososial remaja.

1

(32)

B. PORNOGRAFI

1. Pengertian Pornografi

Menurut “Ensiklopedia Hukum Islam”, pornografi berasal dari bahasa

Yunani, yaitu porne yang artinya perempuan jalang, sedangkan graphein artinya tulisan atau gambaran. Pornografi adalah bahan yang dirancang dengan sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi (seksual atau syahwat).2 Dalam buku Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS, Prof Dadang Hawari menjelaskan lebih luas lagi tentang pornografi :

Pornografi mengandung arti :

a. Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan perbuatan atau usaha untuk membangkitkan nafsu birahi (seksual), misalkan dengan pakaian merangsang. b. Perbuatan atau sikap merangsang atau dengan melakukan perbuatan seksual (cabul). Pornografi dapat dilakukan secara langsung seperti hubungan seksual, ataupun melalui media cetak dan elektronik, seperti gambar atau bacaan porno yang dengan sengaja dan dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi.3

Sedangkan dalam Undang-Undang tentang pornografi nomor 44 tahun 2008 dalam bab 1 pasal 1 yang dimaksud dengan “Pornografi” adalah “Materi Seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau

2

Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS (Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), h.24

3

(33)

pertunjukan dimuka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.”

Menurut beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pornografi adalah segala bentuk materi baik audio, visual, dan audiovisual yang berada dalam konteks seksual berupa tulisan, gambar, tayangan yang berfokus pada alat kelamin dan perilaku seksual untuk keperluan kepuasan atau kesenangan seksual.

2. Macam- macam Pornografi

Menurut Dadang Hawari dalam bukunya yang berjudul “Konsep Agama

(Islam) Menanggulangi HIV/AIDS”, menyebutkan beberapa hal yang terkait

dengan kategori pornografi anatara lain;

a. Pakaian merangsang, misalnya pakaian mini yang menampakan tubuh bagaian atas (dada dan payudara) dan tubuh bagian bawah (paha dan bokong), pakaian yang tipis menembus pandangan (transparan), atau pakaian yang ketat melekat pada lekuk-lekuk tubuh sehingga membangkitkan nafsu birahi bagi yang memandangnya.

b. Perbuatan atau sikap merangsang, misalnya pose “menantang” disertai ekspose bagian-bagian tubuh yang sensual (payudara, paha, dan bokong), begitu pula sorotan mata dan ekspresi bibir. Termasuk dalam kategori ini gerak-gerik atau tarian erotis.

(34)

elektronik (majalah, tabloid, VCD/BF) yang menampilkan adegan-adegan hubungan seksual.4

3. Penyebab berkembangnya Pornografi

a. Faktor Teknologi dan Internet

Internet merupakan media komunikasi antar komputer seluruh dunia yang berkecepatan tinggi dan berkapasitas besar. Seluruh server ini terhubung melalui jaringan kabel serat optik bawah laut (Backbone) antar benua.5 Teknlogi berkembang sangat pesat saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa selain membawa pengaruh positif juga memberikan dampak negatif bagi pengunanya terutama di kalangan remaja saat ini. Mereka yang tidak memiliki kontrol diri akan memicu perilaku yang tidak seharusnya. Di internet sudah tak heran bila mempelihatkan tayangan-tayangan yang berbau pornografi. Walaupun sudah banyak situs pornografi yang sudah dihilangkan oleh pemeritah namun kenyataannya masih tersedia situs-situs film pornografi di internet.

b. Faktor Kurangnya Spiritual

Spiritualitas pada hakikatnya adalah suatu kekuatan yang datang dari luar kekuatan diri sebagai manusia. Spiritual adalah pencarian manusia akan makna dan tujuan hidup, sehingga memiliki keseluruhan kepribadian dari sejumlah pengalaman hidup yang beragam. Aspek spiritual sendiri sangat penting bagi setiap manusia di dunia ini, karena

4

Hawari, Konsep Agama (Islam) menanggulangi HIV/AIDS, h.24-25

5

(35)

aspek spiritual yang akan membantu kita dalam membedakan baik-buruk, benar-salah, dan lain sebagainya. Untuk itu dibuatlah sebuah aturan-aturan serta norma-norma untuk membantu kita dalam memahami konsep benar salah, baik-buruk dan lain sebagainya. Terkikisnya nilai-nilai keagamaan moral dan etika karena berbagai pengaruh yang ada, membuat seseorang lemah akan iman dan akan mudah terpancing oleh hal-hal yang berbau pornografi.

c. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah tempat manusia hidup, menyesuaikan dirinya (beradaptasi), dan mengembangkan dirinya.6 Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Lingkungan dan pergaulan adalah faktor kuat yang mempengaruhi pornografi di kalangan remaja. Hal ini memicu pornografi akan meluas kepada tahap pornoaksi.

d. Faktor Teman Sebaya

Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.7 Pada masa remaja pola interaksi dan waktu banyak dihabiskan bersama teman sebayanya.8 Banyak remaja yang mengaku bahwa mereka pertama kali melihat pornografi karena diberitahu oleh teman yang sudah melihat sebelumnya. Timbulnya rasa penasaran karena sudah banyak orang disekitar membicarakan pornografi.

6

Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Pustaka Setia, 1997), h.13

7

Santrock, J.W, Adolesence Perkembangan Remaja (Jakarta : Erlangga 2003)

8

(36)

e. Faktor BLAST

Menurut Dra. Perwitasari, hal yang membuat seseorang mudah kecanduan pornografi adalah kondisi BLAST (Bored, Lonely, Afraid, Stress, Tired). Kondisi BLAST akan menuntut otak untuk melakukan sesuatu yang menstimulisasi keluarnya dopamin pada otak. Sehingga menimbulkan rasa ketagihan, dan keinginan untuk mengulanginya kembali. Sedangkan menurut Elly Risman,Psi kondisi BLAST ini dapat terjadi karena faktor pengasuhan orangtua yang terlalu sibuk dengan aktivitasnya sendiri dan cenderung kurang perhatian terhadap anak, serta kurikulum di sekolah yang terlalu padat. Kondisi BLAST menyebabkan anak mudah diserang oleh pornografi.

4. Hukum Pornografi

a. Hukum Pornografi dalam Islam

Di dalam Islam masalah aurat sangat penting. Aisyah ra meriwayatkan bahwa Asma binti Abu Bakar (saudaranya) pernah masuk ke dalam rumah Rasulullah s.a.w dengan berpakaian tipis sehingga nampak kulitnya. Rasulullah saw pun bersabda :

H a H a i

(37)

Dalam agama Islam, sebenarnya sudah memperingatkan untuk tidak terjerumus ke dalam dunia pornografi dan pornoaksi. Terbukti dalam surah Al-Isra ayat 32:

“Dan janganlah kalian mendekati zina: (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

b. Hukum Pornografi dalam UU No. 44 Tahun 2008

Dalam pasal 4 ayat 1 berbunyi “Setiap orang dilarang memproduksi,

membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjual belikan, menyewakan atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat :

a) Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; b) Kekerasan seksual;

c) Masturbasi atau onani;

d) Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;

e) Alat kelamin; atau f) Pornografi anak

Ayat 2 pasal 4 “Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:

(38)

b) Menyajikan secara eksplisit alat kelamin

c) Mengekspolitasi atau memamerkan aktivitas seksual

d) Menawarkan atau mengiklankan baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual.

5. Dampak Pornografi

Akibat dari pornografi dilihat dari segi psikologisnya dapat menyebabkan melemahnya fungsi pengendalian diri terutama terhadap naluri agresivitas fisik maupun seksual. Pornografi dapat memicu dan merupakan tindakan awal agresivitas seksual sebagai akibat terlepasnya kontrol diri. Jika pornografi dilakukan secara terbuka dan terus menerus akan berdampak pada meningkatnya:9

a. Perzinaan

Perbuatan zina termasuk ruang lingkup macam-macam fiqh jina<yah. Zina adalah hubungan kelamin antara laki-laki dengan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah dan dilakukan dengan sadar serta tanpa adanya unsur syubhat.10

b. Pergaulan bebas

Pergaulan bebas adalah bentuk perilaku yang tidak wajar atau menyimpang di mana makna bebas tersebut adalah meyelesihi dari batas norma agama maupun norma kesusilaan.

9

Hawari, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS, h25-26

10

(39)

c. Perselingkuhan

Perselingkuhan adalah hubungan antara individu baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah ataupun yang belum menikah dengan orang lain yang bukan pasangannya.

d. Kehamilan di luar nikah

Kehamilan yang terjadi sebelum adanya ikatan pernikahan dan biasanya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan

e. Aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal

dengan istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel

telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: Aborsi Spontan / Alamiah, Aborsi Buatan / Sengaja, dan Aborsi Terapeutik / Medis.

f. Pelecehan atau Kekerasan Seksual

(40)

yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai.11

Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga pemerkosaan.12

g. Perilaku seksual menyimpang

Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifa psikologis atau kejiwaan, yang di peroleh dari pengalaman sewaktu kecil, maupun dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.13

11

Usman dan Nachrowi Djalal, Pekerja Anak di Indoneisa : Kondisi, Determinan, dan Eksploitasi (Kajian Kuantitatif), (Jakarta : PT. Gramedia Widisiarna Indonesia, 2004)

12

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual : Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, (Bandung : Refika Aditama, 2001)

13

(41)

Perilaku sekusual seperti (homoseksual, lesbianism, pedophilia sadism,masochisme, fetishisme, voyeurism)..

Menurut M. Ali Yafie, Rektor Institut Ilmu Alquran dan Dewan

Syari‟ah Nasional yang dikutip dari buku Neng Djubaedah mengatakan

bahwa “Amerika menyerang Irak merupakan kezaliman dengan senjata

(modern terlengkap), sedangkan tindak pidana pornografi dan tindak pidana pornoaksi merupakan kezaliman tanpa senjata.”14

Kandungan makna dari M. Ali dapat diartikan bahwa pornografi dan pornoaksi mengandung unsur yang bisa lebih berbahaya dibandingkan senjata-senjata Amerika seperti rudal, tank, bom nuklir dan lainnya. Pornografi merusak jiwa yang ada di dalam diri kita seperti menodai akal, akhlak dan, membunuh akidah.

C. PSIKOSOSIAL

1. Pengertian Psikososial

Psikologi sosial merupakan cabang ilmu dari psikologi yang baru muncul dan intensif dipelajari pada tahun 1930. Kata psikologi sosial itu sendiri menggaris bawahi satu hubungan yang dinamis antara efek psikologis dan sosial, yang mana masing-masingnya saling mempengaruhi. Bidang psikologi sosial bukan hanya terapan yang terbatas oleh dua orang saja, psikologi sosial mencakup berbagai perilaku sosial lainnya, seperti perilaku massa, perilaku menolong dan lainnya.

14

(42)

Menurut Dewey dan Huber (1996) mengatakan bahwa “psikologi sosial adalah studi tentang manusia individual ketika ia berinteraksi, biasanya secara

simbolik, dengan lingkungannya.”15

Maksud dari simbol dalam interaksi simbolik adalah lambang-lambang yang biasa digunakan manusia untuk saling berinteraksi, seperti kata-kaya, huruf-huruf, tanda pangkat, busana, bahasa tubuh, dan sebagainya.

Menurut Sarlito, psikologi sosial adalah bidang ilmiah yang mencari pengertian tentang hakikat dan sebab-sebab dari perilaku dan pikiran-pikiran individu dalam situasi sosial.16 Maksud definisi ini, psikologi sosial bukan hanya mempelajari perilaku tetapi juga mencari pengertian dan sebab-sebab dari perilaku tersebut.

Jadi psikologi sosial merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain yang dimana interaksi tersebut dapat mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku seseorang dan mempelajari sebab-sebab dari pikiran dan perilaku tersebut.

Dalam buku John W Santrock, Erikson menyatakan perkembangan kepribadian seseorang berasal dari pegalaman sosial sepanjang hidupnya sehingga disebut dengan perkembangan psikososial.17 Erikson berpendapat bahwa dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang terjadi terus-menerus selama hidupnya, manusia tidak hanya mengalami krisis semasa kanak-kanaknya, tetapi sepanjang hidupnya.18

15

Sarlito,Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta : Balai Pustaka, 2002). h,7

16

Sarlito,Psikologi Sosial,Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial, h,10

17

John W. Santrock, Remaja Edisi 11 jilid 2 (Jakarta : Erlangga,2007). h,50.

18

(43)

Menurut Chickering dan Reisser yang dikutip oleh Amy Elizabeth Dupre Casanova, menyebutkan bahwa:

“Psychosocial development is definded as a series of development task or stages, including qualitative changes in thinking, feeling, behaving, valuing, and reating to others and to oneself.”19

Perkembangan psikososial adalah serangkaian tugas perkembangan atau tahapan perkembangan, termasuk didalamnya perubahan dalam berpikir, berperasaan, bertingkah laku, menilai, dan berinteraksi dengan orang lain dan dirinya sendiri.

2. Fase-Fase Perkembangan

Terdapat delapan tahapan perkembangan psikososial dalam teori yang didefinisikan oleh Erik Erikson seperti yang dikutip oleh John W. Santorck yaitu sebagai berikut :

a. Kepercayaan versus Ketidakpercayaan (Basic Trust vs Mistrust)

Pada tingkatan ini berlangsung pada bayi 0 – 18 bulan. Pada tahap ini anak mulai belajar percaya pada orang yang ada disekitarnya. Namun di sisi lain pada tahap ini anak dapat merasa tidak percaya pada orang lain. Dalam tahap ini pemenuhan kebutuhan lebih bersifat fisik seperti pemenuhan kepuasan untuk makan, rasa hangat, nyaman, sentuhan kasih sayang, dan rasa aman. Pemenuhan inilah yang menyebabkan rasa percaya anak terhadap seseorang. Jika pemenuhan kebutuhan ini tidak terpenuhi

19

(44)

dengan baik maka akan mengakibatkan perasaan curiga, rasa takut dan tidak percaya kepada orang lain.

b. Otonomi versus Rasa Malu dan Keragu-raguan (Automy vs Shame and Doubt)

Tahapan ini terjadi pada usia 18 bulan - 3 tahun. Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Peningkatan kemampuan anak untuk mengotrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatan untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya. Selain itu anak menggunakan kemampuamentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Sebagai contoh kejadian-kejaidan penting meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, atau pemilhan pakaian.

(45)

akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak cukup dan akan mempunyai keraguan terhadap diri sendiri.

c. Inisiatif versus Rasa Bersalah (Initiative vs Guity Feeling)

Tahap ini terjadi pada usia 3 - 5 tahun. Selama masa usia ini anak mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.

Inisiatif anak sudah mulai berkembang pada tahapan ini. Pada tahapan ini anak sudah mulai menanyakan tugas apa yang diberikan dan sudah sebaiknya orangtua dapat melatih anak untuk mengintergrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Bukan hanya itu, keinginan anak untuk menghasilkan sesuatu dari dirinya membuat mereka bereksplorasi. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu atau kompeten dalam memimpin orang lain dan tumbuhnya peningkatan rasa tanggung jawa. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan tidak berguna, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.

(46)

Tahap ini terjadi pada usia 6 – 20 tahun. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan keterampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.

Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas. Dalam proses pendidikan anak belajar untuk bersaing (sifat kompetitif), sifat koperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, mempelajari peraturan yang berlaku, dan memulai pertemanan. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standar dan dia merasa kurang mampu dibandingkan dengan teman yang lainya, makan akan timbul rasa rendah diri.

e. Identitas versus Kebingungan Identitas (Indentity vs Identity Diffusion)

Tahap ini terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 - 20 tahun. Pada tahap (Indentity vs Identity Diffusion) ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur, dan kegiatan.20 Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).

20

(47)

Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Peran kelompok dan teman sebaya lah yang akan mempengaruhi jati dirinya. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, lingkungan dan mendapatkan teman sebaya yang tidak baik maka akan terjadi kebingungan identitas. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman.

f. Keintiman versus Keterkucilan (Intimaci vs Isolation)

Tahap ini terjadi selama masa dewasa awal 20 - 30 tahun. Setelah menemukan identitasnya, orang akan mulai membentuk hubungan yang positif dengan orang lain.21 Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman. Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri dan tidak tercapainya identitas yang baik akan cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

g. Generasi versus Stagnasi (Generativity vs Stagnation)

21

(48)

Tahap ini terjadi selama masa pertengahan dewasa 30 – 50tahun). Generativitas yang ditandai jika individu mulai menunjukan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan. Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan.

Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak sukses melewatinya maka akan merasa bahwa dirinya tidak produktif dan tidak berguna serta tidak dapat melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya (stagation)

h. Integritas versus Kekecewaan (Integritas vs Despair)

(49)

berhasil pada tahap ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma, mengalami banyak penyesalan, dan putus asa.

Dari keseluruhan teori mengenai fase perkembangan psikososial, penulis hanya akan meneliti fase Identitas versus Kebingungan Indentitas (Identifity vs Identifity Diffusion) dan Keintiman versus Keterkucilan (Intimaci vs Isolation). Karena kedua aspek ini merupakan aspek psikososial mengenai perkembangan remaja, hal ini sesuai dengan subjek penelitian penulis yaitu pornografi terhadap perubahan psikososial remaja.

3. Faktor Psikososial

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial seseorang. Dalam hal ini peneliti akan menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial pada remaja adalah sebagai berikut:

a. Keluarga

Menurut Duval dan Logan keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial diri tiap anggota keluarga.22 Sikap, mental, perilaku, pola pikir seseorang terbentuk pertama kali karena pengaruh keluarga.

Pola asuh keluarga yang baik dan bijak tentu akan membuat perkembangan remaja menjadi tidak di luar batas kewajaran. Dalam hal ini

22

(50)

keluarga yang memiliki pola asuh yang baik tentu bisa memahami dan mengerti dalam menghadapi dampak internet bagi remaja.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah proses menuju perubahan perilaku masyarakat dan akan memberi kesempatan pada individu untuk menemukan ide/nilai baru. Pendidikan mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia.23 Pendidikan merupakan elemen mendasar dalam mempelajari berbagai hal, hakikat pendidikan dalam psikososial dapat menjadi proses pengoperasian ilmu yang normatif. Jika remaja memiliki cukup bekal pendidikan tentang kontrol diri, pornografi, dan mengerti pendidikan seks, dampak remaja akan kecanduang pornografi tentu akan berkurang.

c. Emosi dan Intelegensi

Emosi dan Intelegensi adalah dua hal yang tidak dapat dihilangkan, keduanya merupakan faktor penting dalam pembentukan karakter seseorang. Dimana intelegensi merupakan cara seseorang dalam memecahkan sebuah masalah. Sedangkan emosional yaitu sebuah kontrol manajemen diri dan menjadi ujung tombak atas kesuksesan yang akan dicapainya.

4. Struktur Kepribadian

Kepribadian sangat erat hubungannya dengan perilaku dan cara kita alam menjalani kehidupan sehari-hari, karena dari kepribadianlah orang lain

23

(51)

akan melihat kehidupan kita.24 Dalam sub ini peneliti menggunakan teori dari Sigmund Freud, ia berkeyakinan bahwa jiwa manusia mempunyai struktur jiwa. Struktur jiwa ini meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Masing-masing sistem ini memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri. Keharmonisan dan keselarasan kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan kesehatan jiwa seseorang. Ketiga sistem ini meliputi : Id, Ego, dan Superego.

a. Id/Es

Id/DasEs berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis), termasuk insting-insting Id merupakan reservoir energi psikis yang menggerakan ego dan super ego. Pedoman dalam berfungsinya Id ialah menghindarkan diri dari ketiakenakan dan mengejar kenikmatan, pedoman ini

disebut freud “prinsip kenikamatan atau prinsip keenakan” (Lust prinzip, the

pleasure principle).25 Id bersifar egoistis, tidak bermoral, dan tidak mau tau dengan kenyataaan. Pada mulanya, Id sama sekali berada diluar kontrol individu. Id hanya melakukan yang disukai dan dikendalikan oleh prinsip kesenangan (The Pleasure Principle).26

b. Ego/Ich

Ego ialah menjaga integritas pribadi dan menjamin penyesuaian dengan alam realitas. Selain itu juga berperan memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik dengan keinginan-keinginan yang tidak cocok satu

24Dwina Novi Jayanti dan Tri Mulyani Wahyuningsih, “

Kepribadian Tokoh Uemra Kana

dalam Drama Toire No Kamisama karya Uemura Kana”, Program Studi Sastra Jepang, Universitas Dian Nuswantoro

25

Drs.Sumadi Surya Brata,Psikologi kepribadian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2006) h.125

26

(52)

sama lain. Ego juga mengontrol apa yang akan masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan. Jadi, fungsi Ego adalah menjaga integritas kepribadian dengan mengadakan sintesis psikis.27 Ego berfungsi menjebatani tuntunan Id dengan realitas di dunia luar.28

c. Super Ego/Uber-Ich

Sistem kepribadian ini seolah-olah berkedudukan di atas Ego, karena itu dinamakan Superego. Fungsinya ialah mengontrol Ego. Ia selalu bersifat kritis terhadap aktivitas Ego, bahkan tak jarang menghantam dan menyerang Ego.29 Superego dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi Superego yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.30

D. PACARAN DI USIA REMAJA

1. Usia Remaja

Remaja atau dalam istilah lainnya adalah adolescence berasal dari kata Latin adolesence (kata bendanya, adolescentia yang artinya remaja) yang berarti

“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence mempunyai arti

27

Ibid

28Surya Brata,”Psikologi kepribadian”

, h.126

29

Jahja, “Psikologi Perkembangan”

30

(53)

yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial serta fisik.31 Sedangkan menurut Piaget, masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dirinya di bawah orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.”32 Menurut berbagai pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, yang ditandai oleh proses pematangan fisik maupun psikologis.

Zakiah Daradjat berbicara tentang batas usia remaja adalah 12-21 tahun. Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut33 :

a. Masa Remaja Awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha untuk melihatkan perubahan yang terjadi pada dirinya. Pada masa ini pula remaja ingin mencoba hal-hal yang baru yang sebelumnya belum pernah ia coba. Seperti contoh dalam hal menonton pornografi kebanyakan remaja mengetahui hal itu dari teman sebaya di lingkungannya. Pengaruh teman sebaya dan lingkungan sangat kuat disini, maka dari itu para orang tua sudah seharusnya mengawasi perkembangan remaja awal ini.

b. Masa Remaja Pertengahan (15-18 tahun)

31

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, h.206

32

Zahrotun Nihayah, Fadhilah Suralaga, dan Natris Indiyani, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.106

33

(54)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman sebaya memiliki peran penting pada masa ini. Tingkah laku serta pola pikir remaja bisa dipengaruhi oleh teman sebaya dan lingkungannya. Namun pada masa ini remaja sudah mampu mengarahkan diri sendiri, berani membuat keputusan, mulai mencari jati diri yang sebenarnya. Pada masa ini ketertarikan mereka dengan lawan jenis mulai melonjak. Seperti mengikuti tren saat ini yaitu berpacaran.

c. Masa Remaja Akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama masa ini remaja sudah memikirkan tujuan mereka pada masa yang akan datang. Mereka ingin diakui bahwa mereka bisa kuat dan menjadi matang saat masa dewasa nanti. Keinginan untuk diterima dan bisa menyeimbangkan diri dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa adalah salah satu ciri dari remaja akhir. Dan lebih memilih untuk mandiri dalam segala hal adalah proses remaja akhir menjadi dewasa.

2. Pengertian Pacaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercinta; berkasih-kasihan. Memacari adalah mengencani; menjadikan dia sebagai pacar.34 Ketika berpacaran laki-laki dan perempuan saling mencintai. Kata cinta tersebut menurut Drs. Abdul Mujib merupakan padanan

34

Gambar

gambar dan bukan angka-angka.
GAMBARAN UMUM INFORMAN

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui antara Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan Terhadap

tidak mempunyai agunan yang memadai. Aspek penilaian dari rasio permodalan adalah sebagai berikut:. 1) Rasio Modal Sendiri Terhadap

Amat penting difahami bahawa teks ini telah mengakarkan satu pegangan yang bukan sahaja bersifat praktikal tetapi juga optimis bahawa kesilapan yang dilakukan manusia masih

Deskripsi alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan miniatur kostum cosplay dengan menggunakan bahan kain pada siswa kelas X SMA Negeri 1

Informasi yang dihasilkan tersebut dapat mengetahui besaran masalah yang berhubungan dengan masalah gizi pada balita yang berguna untuk melakukan upaya penanggulangan sehingga

Mengingat bahwa tindak pidana korupsi sudah merupakan extra ordinary crime sehingga penanggulangannya pun diperlukan cara-cara yang luar biasa, sehingga dengan hanya

Secara keseluruhan, perusahaan Indonesia terlihat optimis dalam hal ini (Gambar 26). Lebih dari setengah percaya bahwa produktivitas tenaga kerja, penjualan dalam negeri,

Pada kelompok special purpose software, yakni pada program aplikasi untuk keperluan khusus, misalnya program aplikasi untuk inventori gudang, pengelolaan data