• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 10 MEDAN T.A. 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 10 MEDAN T.A. 2015/2016."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Rose Verawati Gultom 4123321045

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 10 MEDAN

T.A. 2015/2016

Rose Verawati Gultom NIM: 4123321045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional pada materi Teori Kinetik Gas di kelas XI Semester II di SMA Negeri 10 Medan T.A. 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sampel penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas XI-2 (sebagai kelas eksperimen) dan kelas XI-3 (sebagai kelas kontrol) yang masing-masing berjumlah 31 siswa yang ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini digunakan tes essai, jumlah soal 10 item.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 31,94 dan nilai rata-rata kelas kontrol 34,18. Pada pengujian normalitas untuk pretes pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data

kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas Fhitung < Ftabel , maka kedua

sampel berasal dari kelompok yang homogen. Dari hasil uji beda nilai kedua kelas diperoleh thitung < ttabel maka Ho diterima, maka dapat disimpulkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan nilai pretes kedua kelas, artinya kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model inquiry training terhadap keterampilan proses sains dan kelas kontrol dengan model konvensional. Setelah pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 74,35 dan kelas kontrol 53,06.

Berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung > ttabel maka Ha diterima, dengan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training

Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Teori Kinetik Gas Di Kelas XI Semester II SMA Negeri 10 Medan T.A 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Togi Tampubolon, M.Si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Ibu Dr. Sondang R Manurung, M.Pd dan Ibu Dra. Ida Wahyuni, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Alkhafi Maas Siregar, M.Si, dan Bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd selaku ketua jurusan fisika dan ketua program studi pendidikan fisika FMIPA UNIMED. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA Unimed.

(6)

yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda Maruli Gultom dan Ibunda Rista Sihombing yang selalu memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak pernah henti diberikan kepada penulis. Kepada Abang dan Kakak tersayang “Abang Jaya Manalu, Abang Kriss Sitorus, Kakak Rumondang Gultom, Abang Rainhard Gultom, dan Kakak Ririn Gultom” yang telah banyak berperan dalam memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Terkhusus kepada Diego Sitompul yang selalu memberikan doa yang tulus dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Kepada sahabat terkasih MiNiRoRoRi (Minar Sinaga, Nita Pani, Royarti Tamba, Rina Samosir) yang telah mendoakan dan memotivasi selama perkuliahan kepada penulis. Kepada sahabat PPLT ku terkasih (Eka Nababan, Lilis Banuarea, Maria Aruan, Ranti Sitanggang) yang telah memberikan samangat kepada penulis. Kepada sahabat-sahabat saya satu kelas Fisika NR B 2012 dan PPLT SMP Negeri 1 Kotarih yang telah memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Serta sahabat-sahabat lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, 18 Januari 2017

Penulis,

Rose Verawati Gultom

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Rumusan Masalah 5

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Penelitian 6

1.7 Defenisi Operasional 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Kerangka Teoritis 8

2.1.1 Pengertian Belajar 8

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar 8

2.1.3 Model Pembelajaran 9

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran 9 2.1.3.2 Model Pembelajaran Inquiry Training 10 2.1.3.3 Keterampilan Proses Sains 22 2.1.3.4 Model Pembelajaran Konvensional 24 2.1.4. Materi Pokok Teori Kinetik Gas 25

2.2 Kerangka Konseptual 34

2.3 Hipotesis 35

BAB III METODE PENELITIAN 36

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 36 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 36

3.3 Variabel Penelitian 36

(8)

3.4.1 Jenis Penelitian 36

3.4.2 Desain Penelitian 37

3.5 Instrumen Penelitian 37

3.5.1 Wawancara Guru 38

3.5.2 Lembar Observasi Sikap dan Keterampilan 38

3.5.3 Tes Hasil Belajar 39

3.5.1 Validitas Tes 39

3.6 Prosedur Penelitian 40

3.7 Teknik Pengumpulan Data 42

3.8 Teknik Analisis Data 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47

4.1 Hasil Penelitian 47

4.1.1. Deskripsi Data Penelitian 47 4.1.1.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 47 4.1.1.2. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48

4.1.2. Pengujian Analisis Data 49

4.1.2.1. Uji Normalitas Data 49

4.1.2.2. Uji Homogenitas Data 50

4.1.2.3. Uji Hipotesis 50

4.1.3. Hasil Belajar 52

4.1.3.1. Hasil Belajar KPS Siswa 52 4.1.3.2. Perkembangan Sikap Kelas Eksperimen 55 4.1.3.3. Perkembangan Keterampilan Kelas Eksperimen 56

4.2. Pembahasan 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 61

5.1. Kesimpulan 61

5.2. Saran 61

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Grafik hubungan p-V pada suhu konstan 27 Gambar 2.2 : Grafik hubungan p-V pada tekanan konstan 28 Gambar 2.3 : Grafik hubungan p-T pada volume konstan 29 Gambar 2.4 : Molekul gas bergerak pada tempat berbentuk kubus 31 Gambar 2.5 : Momentum molekul pada waktu terpantul dari dinding 31 Gambar 3.1 : Skema Rancangan Penelitian 41 Gambar 4.1 : Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48 Gambar 4.2 : Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49 Gambar 4.3 : Hasil Belajar KPS Siswa 52 Gambar 4.4 : Persentase Indikator KPS Siswa Kelas Eksperimen dan

Kontrol 55

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Sintaks model inquiry training 14 Tabel 2.2 : Komponen dan Indikator KPS 23 Tabel 3.1 : Two Group Pretest – Postest Design 37 Tabel 3.2 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar 37 Tabel 4.1 : Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 47 Tabel 4.2 : Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48 Tabel 4.3 : Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata,

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 64 Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 84 Lampiran 3 : Kisi-Kisi Instrumen KPS 93

Lampiran 4 : Soal Untuk Siswa 100

Lampiran 5 : Rubrik Penilaian Sikap dan Keterampilan Siswa 102 Lampiran 6 : Rekapitulasi Penilaian Sikap dan Keterampilan Siswa 104 Lampiran 7 : Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 108 Lampiran 8 : Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol 110 Lampiran 9 : Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 112

Lampiran 10 : Uji Normalitas 114

Lampiran 11 : Uji Homogenitas 118

Lampiran 12 : Uji Hipotesis 120

Lampiran 13 : Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen 125 Lampiran 14 : Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen 131 Lampiran 15 : Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Siswa Kelas

Eksperimen 133

Lampiran 16 : Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 135 Lampiran 17 : Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 136 Lampiran 18 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 137 Lampiran 19 : Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 138 Lampiran 20 : Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 140

Lampiran 21 : Dokumentasi 141

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuasaan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya, 2006:2).

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memperihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri,yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya (Trianto, 2009:5). Peristiwa belajar akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa jika guru bisa memberikan keterampilan-keterampilan tertentu dalam kegiatan pembelajaran fisika. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran fisika adalah keterampilan proses sains.

Fisika merupakan bagian dari sains yang memiliki sumbangan besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, karena fisika memiliki struktur pengetahuan yang diperoleh melalui metode yang teruji. Namun pengajaran fisika di sekolah menengah belum sepenuhnya mempunyai relevansi dengan tujuan yang diharapkan. Pengajaran Sains, termasuk fisika lebih banyak menekankan fakta dari pada mengembangkan pengetahuan yang diperoleh melalui metode

(13)

ilmiah. Berdasarkan pengalaman pengajaran di SMP Negeri 1 Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai, pada saat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) tahun 2015, bahwa mengatakan keaktifan siswa cenderung pasif, hasil belajar yang dicapai siswa kurang maksimal dikarenakan kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika di SMA Negeri 10 Medan, diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran fisika sehari-hari masih rendah, siswa hanya mendapatkan hasil ujian dengan nilai yang masih dibawah 65. Sedangkan KKM yang sudah ditentukan disekolah adalah 72.

Salah satu yang menyebabkan nilai siswa tidak mencapai KKM juga dapat ditinjau saat peneliti mengobservasi keadaan laboratorium di sekolah tersebut. Kondisi ruangan maupun alat-alat laboratorium sudah sangat memadai dan sangat memungkinkan siswa melakukan praktikum, namun guru tidak memanfaatkannya dengan baik.

Hal ini juga diperkuat dari hasil angket yang disebarkan kepada 40 orang siswa 15,5% diantaranya menyatakan mata pelajaran fisika sulit dan kurang menarik, 35,5% diantaranya siswa menganggap guru yang mengajar fisika hanya mencatat dan memberi contoh soal. Dengan kata lain proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS) siswa. Sedangkan Keterampilan proses sains siswa tidak dapat diajarkan hanya dengan menggunakan metode ceramah.

Kenyataan menunjukan bahwa guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan peralatan. Guru jarang menggunakan metode yang bervariasi yang dapat melatih kemampuan berpikir yang diungkapkan melalui kemampuan berkomunikasi siswa dan metode eksperimen yang dapat melatih keterampilan siswa untuk melakukan percobaan.

(14)

terutama dalam hal penguasaan keterampilan proses sains. Melalui proses pembelajaran yang mengitegrasikan keterampilan proses sains dalam suatu rangkaian proses pembelajaran, memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna (Dian, dkk.,2014).

Keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua jenis; Pertama keterampilan proses sains dasar yang meliputi keterampilan-keterampilan mengamati, menyimpulkan, mengukur/menghitung, mengkomunikasikan, mengklasifikasi dan memprediksi, Kedua keterampilan proses sains terpadu meliputi keterampilan merumuskan hipotesa, menafsirkan data dan bereksperimen. Komponen-komponen keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1) mengamati (observasi), 2) merumuskan hipotesis, 3) memprediksi, 4) menemukan pola dan hubungan, 5) berkomuniasi secara efektif, 6) merancang percobaan, 7) mengukur dan menghitung. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum di sekolah. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif sekaligus mengembangkan keterampilan proses sains siswa (Harlen dan Elstgees, 1992).

(15)

dan ada materi-materi instruksional yang dapat digunakan siswa untuk mengeksplorasi topik-topik penelitian. Voss menyatakan bahwa baik siswa sekolah dasar maupun sekolah lanjutan dapat memperoleh keuntungan dari model ini. Dalam suatu kajiannya yang menarik, Elefant berhasil melaksanakan model tersebut pada siswa-siswa yang tuli, seraya menganjurkan agar siswa-siswa yang memiliki panca indera akut dapat diajarkan melalui model ini (Joice et all., 2009). Peneliti sebelumnya dengan menggunakan model inquiry training yang dilakukan oleh Pandey, dkk (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model inquiry training lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Peneliti selanjutnya Trisno, dkk (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry training dengan model pembelajaran konvensional dengan hasil

perhitungan statistik diperoleh nilai thitung sebesar 4,28 dan ttabel pada taraf

signifikan 5% sehingga thitung >ttabel. Peneliti selanjutnya Bairusi, dkk (2015)

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA-Fisika siswa menggunakan model inquiry training dengan setting kooperatif dan dengan model pembelajaran langsung, aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berada dalam kategori sangat aktif dengan persentase sebesar 81,79%, dan motivasi belajar siswa berada dalam kategori termotivasi dengan persentase sebesar 77,9%. Selanjutnya Hakim, dkk (2012) menunjukkan bahwa data pretes diperoleh rata-rata kelas eksperimen 33,24 dan hasil yang diperoleh rata-rata postes kelas eksperimen 81,35. Selanjutnya Ratni, dkk (2013) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelas inquiry training lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa di kelas direct instruction.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Teori Kinetik Gas di

(16)

1.1Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang ada di sekolah yaitu :

1. Proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS) siswa. 2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika.

3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika.

4. Alasan guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan peralatan. 5. Penggunaan laboratorium di sekolah masih belum efektif.

1.2Batasan Masalah

Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian di SMA Negeri 10 Medan pada semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains siswa.

2. Hasil belajar yang diukur adalah Keterampilan Proses Sains siswa.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian di SMA Negeri 10 Medan pada semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas ini adalah:

1. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training?

2. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan Pembelajaran Konvensional?

(17)

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian di kelas XI SMA Negeri 10 Medan semester II T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas adalah:

1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training

2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan Pembelajaran Konvensional

3. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan pembelajaran Konvensional.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian SMA Negeri 10 Medan pada semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas adalah:

1. Sebagai bahan informasi hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Teori Kinetik Gas.

2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran.

1.6Definisi Operasional

1. Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan–latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat yang bertujuan dalam membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya (Joice et all., 2009).

(18)
(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan analisa data serta pengujian hipotesis di SMA Negeri 10 Medan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains siswa lebih memahami indikator pada setiap komponen KPS yang ada dikarenakan siswa dibawa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui eksperimen/percobaan yang diberikan peneliti dengan nilai rata-rata postes adalah 74,35.

2. Pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses sains siswa kurang memahami dari indikator yang ada pada setiap KPS terlihat dari persentasenya. Hal ini karenakan siswa hanya mendengarkan informasi tanpa melakukan eksperimen/percobaan secara langsung dan siswa lebih sering mengerjakan soal-soal perhitungan sehingga siswa lebih sulit untuk mengerjakan soal-soal yang berbentuk KPS dengan nilai rata-rata postes adalah 53,06.

3. Keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

5.2. Saran

Selama proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa kelemahan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Terlebih dahulu mencari tingkat kesukaran dari masing-masing soal yang akan diberikan kepada siswa.

2. Menggunakan validasi ramalan dalam memvalidkan soal yang akan diberikan kepada siswa ketika penelitian.

Gambar

Gambar 2.1 : Grafik hubungan p-V pada suhu konstan
Tabel 2.1 : Sintaks model inquiry training

Referensi

Dokumen terkait

kuantitas kalori pangan sekali konsumsi, dapat memperbaiki respons glikemik dan/atau menurunkan kadar glukosa darah pada siang atau sore hari dan menurunkan nafsu makan

diangkat sebagai kepala sekolah adalah guru yang telah mempunyai sertifikasi. dan pengalaman kerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga

PENGUMPULAN DATA &amp; INFORMASI PENDUKUNG AKREDITASI. SDN JATIBENING

Indikator yang dijadikan tolok ukur dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil adalah daya serap terhadap pelajaran yang di ajarkan dan perilaku siswa2. Hasil

Pada suhu 70°c, warna tempe yang dihasilkan adalah coklat dengan tekstur kering rnerata. Jenis

Efek tersebut diamati, melalui hubungan faktor- faktor personal dengan materi yang diperagakan lewat video, meliputi : hubungan persepsi tentang daya tarik video,

The techniques of analyzing data were classified the data in its linguistic form by employing the sentence theory, analyzed the politeness strategies of command utterances