• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM

IRIGASI DENGAN PADI SAWAH SISTEM TADAH HUJAN

(Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk

Pakam Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

ARPAN DALIMUNTHE

070309009

PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM

IRIGASI DENGAN PADI SAWAH SISTEM TADAH HUJAN

(Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

ARPAN DALIMUNTHE

070309009

PKP

Skripsi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir.Hj.Lily Fauzia, M.Si) (Ir.H.M.Roem.S, M.Si

NIP : 19630822 198803 2 003 NIP : 19550918 198202 1 001

)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRAK

ARPAN DALIMUNTHE (070309009) dengan judul penelitian Analisis

Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh

Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini

dibimbing oleh Ibu Ir.H.Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir.H.M.Roem, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, produktivitas, penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan secara purposive, untuk metode penentuan sampel digunakan metode proportionated stratified random sampling (pengambilan sampel secara acak) berdasarkan strata luas lahan. Penentuan sampel dibedakan sesuai dengan daerah penelitian. Sampel petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem irigasi diambil dari Kelurahan Paluh Kemiri dan petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem tadah hujan diambil dari Desa Bakaran Batu. Populasi sampel di Kelurahan Paluh Kemiri adalah 256 KK dan Desa Bakaran Batu adalah 247 KK kemudian dari masing-masing daerah diambil 15 sampel sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis uji-t.

Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan; terdapat perbedaan biaya produksi usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan. Terdapat perbedaan Produksi, produktivitas, penerimaan, dan pendapatan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi lebih tinggi dibandingkan sistem tadah hujan; Masalah yang dihadapi petani sistem irigasi seperti masalah hama, sedangkan sistem tadah hujan seperti masalahair dan hama; Upaya mengatasi masalah sistem irigasi seperti dengan pemberian racun, sedangkan sistem tadah hujan seperti menggunakan sumur bor dan pemberian racun.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Arpan Dalimunthe, lahir di Siborangan pada Tanggal 05 Februari 1988,

sebagai anak yang ke 13 dari 13 bersaudara, anak dari Bapak Saloan Dalimunthe (Alm) dan Ibu Marni.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 142847 Siborangan , dan

lulus SD pada Tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Madrasah Tsanawiyah Swasata Darul Mursyid Simanosor Julu, dan lulus Mtss pada Tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Swasta UISU Medan, dan lulus SMA pada Tahun 2007.

4. Tahun 2007, diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur Pemandu Minat dan Kemampuan (PMDK).

5. Tanggal 27 Juni-27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Suka Kecamatan Talaei Kabupaten Batubara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah “Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa

Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam

Kabupaten Deli Serdang)”. Adapun tujuan penulisan skripssi ini adalah untuk

mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, prodiktivitas usahatani,penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(6)

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU

3. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis

4. Ibunda tercinta Marni Ritonga selaku orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang sangat luar biasa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2012

(7)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori ... 13

Kerangka Pemikiran ... 18

Hipotesis Penelitian ... 21

METODE PENELITIAN ... 22

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

Metode Pengambilan Sampel ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 23

Metode Analisis Data ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

Defenisi ... 28

Batasan Operasional... 29

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 30

Deskripsi Wilayah Kelurahan Paluh Kemiri ... 30

Luas dan Kondisi Geografis... 30

Tata Guna Lahan Kelurahan Paluh Kemiri ... 31

Keadaan Penduduk... 31

Keadaan Sarana dan Prasarana ... 32

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

Perbedaan Tahap-Tahap Pengelolaan Lahan Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Usahatani Sistem Tadah Hujan ... 36

Tahapan-Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi ... 36

Tahapan-Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Tadah Hujan ... 43

Perbedaan Biaya Produksi Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan... 50

Perbedaan Produksi Usahatani Padi Sawah Petani Sitem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan... 55

Perbedaan Produktivitas Usahatani padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Petani Sistem Tadah Hujan ... 57

Perbedaan Penerimaan Usahatani padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Petani Sistem Tadah Hujan ... 58

Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Petani Sistem Tadah Hujan ... 60

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dan Padi sawah Sistem Tadah Hujan ... 62

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Tadah Hujan ... 62

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Padi Sawah Sistem Tadah Hujan ... 63

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Sistem Irigasi Dan Padi Sawah Tadah Hujan ... 64

Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Sistem Irigasi ... 64

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Sistem Tadah Hujan ... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

Kesimpulan ... 66

Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas Lahan Sawah Irigasi dan Sawah Tadah Hujan... 22

2. Distribusi Populasi, Sampel, dan Strata Luas Lahan... 23

3. Tata Guna Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010... 31

4. Ditribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010... 31

5. Sarana Peribadatan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010... .. 32

6. Sarana Kesehatan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010... 32

7. Sarana Pendidikan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010... 33

8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Bakaran Batu Tahun 2010... .... 34

9. Sarana Pendidikan Desa Bakaran Batu Tahun 2010... 34

10. Sarana Peribadatan Desa Bakaran Batu Tahun 2010... 35

11. Sarana Kesehatan Desa Bakaran Batu Tahun 2010... 35

12. Perbedaan Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dan Sistem Tadah Hujan... 49

13. Perbedaan Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi dan Tadah Hujan Per Petani Per Hektar Per Musim Tanam 2011... 51

14. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Total Biaya Produksi Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan... 54

(10)

16. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sitem Tadah Hujan Per Hektar Per Musim

Tanam... 56 17. Perbedaan Rata-Rata Produktivits Usahatani Padi Sawah Petani Sistem

Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan Per Hekter Per Musim Tanam... 57 18. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Produktivitas Usahatani Padi Sawah

Sistem Irigasi Dengan Sitem Tadah Hujan Per Hektar Per Musim

Tanam... 58 19. Perbedaan Rata-Rata Penerimaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi

Dengan Sitem Tadah Hujan Per Petani Per Hektar Per Musim Tanam... 59 20. Hasil Analisis Perbedaan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Petani

Sistem Irigasi dan Sistem Tadah Hujan... 60 21. Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi

Dengan Sitem Tadah Hujan Per Hektar Per Musim Tanam.... 61 22. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1a. Biaya sarana produksi benih petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

2. Lampiran 1b.Biaya produksi Benih petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

3. Lampiran 1ab. Total biaya saran produksi benih petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam

4. Lampiran 1bc. Total biaya saran produksi benih petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam

5. Lampiran 2a. Biaya sarana produksi pupuk petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

6. Lampiran 2b. Biaya saran produksi pupuk petani padi sawah sistem tadah hujan per petani

7. Lampiran 2ab. Total biaya sarana produksi pupuk petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam

8. Lampiran 2bc. Total biaya sarana produksi pupuk petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam

9. Lampiran 3a. Biaya sarana produksi pestisida petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

10.Lampiran 3b. Biaya sarana produksi pestisida petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

11.Sambungan 1 dan 2 Lampiran 3b. Biaya sarana produksi pestisida per petani

12.Lampiran 3ab. Total biaya pestisida petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani permusim tanam

13.Lampiran 3bc. Total biaya pestisida petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani permusim tanam

(12)

16.Lampiran 4ab. Biaya enaga kerja luar keluarga petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

17.Lampiran 4bc. Biaya tenaga kerja luar keluarga petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

18.Lapiran 5a. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

19.Lampiran 5b. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

20.Lampiran 5ab. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam

21.Lampiran 5bc. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam

22.Lampiran 6a. Biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

23.Lampiran 6b. Biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

24.Lampiran 6ab. Total biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem irigasi per hektar per per musim tanam

25.Lampiran 6bc. Total biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per per musim tanam

26.Lampiran 7a. Total Biaya lain-lain petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

27.Lampiran 7b. Total Biaya lain-lain petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

28.Lampiran 7ab. Total biaya lain-lain petani padi sawah sistem irigasi per hektar per musim tanam

29.Lampiran 7bc. Total biaya lain-lain petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per musim tanam

30.Lampiran 8a. Produksi, produktivitas usahatani petani padi sawah sistem irigasi per petani per hektar per musim tanam

(13)

32.Lampiran 9a. Penerimaan usahatani petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

33.Lampiran 9b. Penerimaan usahatani petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

34.Lampiran 9ab. Total penerimaan petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam

35.Lampiran 9bc. Total penerimaan petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam

36.Lampiran 10a. Biaya pengairan petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

37.Lampiran 10ab. Total biaya pengairan petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam

38.Lampiran 11a. Total biaya produksi petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

39.Lampiran 11b. Total biaya produksi petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

40.Lampiran 11ab. Total biaya produksi petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam

41.Lampiran 11bc. Total biaya produksi petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam

42.Lampiran 12a. Pendapatan petani padi padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam

43.Lampiran 12b. Pendapatan petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

44.Lampiran 12ab. Total pendapatan petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam

(14)

ABSTRAK

ARPAN DALIMUNTHE (070309009) dengan judul penelitian Analisis

Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh

Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini

dibimbing oleh Ibu Ir.H.Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir.H.M.Roem, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, produktivitas, penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan secara purposive, untuk metode penentuan sampel digunakan metode proportionated stratified random sampling (pengambilan sampel secara acak) berdasarkan strata luas lahan. Penentuan sampel dibedakan sesuai dengan daerah penelitian. Sampel petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem irigasi diambil dari Kelurahan Paluh Kemiri dan petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem tadah hujan diambil dari Desa Bakaran Batu. Populasi sampel di Kelurahan Paluh Kemiri adalah 256 KK dan Desa Bakaran Batu adalah 247 KK kemudian dari masing-masing daerah diambil 15 sampel sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis uji-t.

Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan; terdapat perbedaan biaya produksi usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan. Terdapat perbedaan Produksi, produktivitas, penerimaan, dan pendapatan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi lebih tinggi dibandingkan sistem tadah hujan; Masalah yang dihadapi petani sistem irigasi seperti masalah hama, sedangkan sistem tadah hujan seperti masalahair dan hama; Upaya mengatasi masalah sistem irigasi seperti dengan pemberian racun, sedangkan sistem tadah hujan seperti menggunakan sumur bor dan pemberian racun.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang paling penting bagi Bangsa Indonesia. Pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini sektor pertanian sebagai salah satu sektor andalan bagi perekonomian negara kita. Namun, pada umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan-lahan yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu sendiri, bahkan kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensi, 2003).

Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena bertujuan selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini masih perlu terus ditumbuh kembangkan. Dibalik peranan sektor pertanian yang semakin penting, keadaan sumber daya manusia yang berada disektor ini masih memprihatinkan karena sebagian besar masih tergolong berkualitas rendah. Sekitar 69% penduduk yang berada di sektor ini tergolong miskin, diantaranya 82% berada di pedesaan (Noor, 1996).

(16)

sangat signifikan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman, dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi kualitas hidup masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, sekitar 204 jiwa dan terus bertambah 1,6% per tahun, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumber daya yang besar untuk memenuhinya (Suryana, 2003).

Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi pedesaan, strategi pembangunan pedesaan haruslah berbasiskan pertanian. Agar kesempatan berusaha, kesempatan kerja, dan penciptaan nilai tambah di pedesaan dapt ditingkatkan. Basis pembangunan pertanian pedesaan diperluas pada kegiatan-kegiatan yang mempunyai keterkaitan yang erat dengan pertanian. Strategi pembangunan pedesaan ini dapat disebut dengan pendekatan pembangunan sistem agribisnis. Tampaknya pendekatan ini merupakan salah satu alternatif

yang mendapat banyak dukungan, baik dari para akademisi dan praktisi (Mubyarto, 1984).

(17)

m meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000).

Adanya perkembangan terus menerus dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang begitu pesat, memungkinkan meningkatnya produksi baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Walaupun demikian, peningkatan produksi ini masih terus diimbangi oleh laju pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Inilah yang menjadi permasalahan yang khususnya bagi para petani yang mengusahakan tanaman padi (AAK,1990).

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat dari hujan atau mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak. Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman di dalamnya juga termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis, setengah teknis, dan irigasi sederahana (Mubyarto, 1985).

(18)

tersebut drainase. Cadangan air yang berjumlah banyak akan dipergunakan untuk pertubuhan tanaman dalam waktu lama untuk masa mendatang, dan disimpan dalam simpanan cadangan air. Sumber cadangan air tersebut perlu mendapat perlindungan atau konservasi (Supradjo, 1993).

Pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah

dengan maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk, 1990). Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu; (1) menjamin keberhassilan produksi tanaman dalam mengahdapi kekeringan

jangka pendek, (2) mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3) mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau

melarutkan garam dalam tanah, (5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda

pertunasan dengan cara pendinginan lewat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan melarutkan garam dalam tanah (Pusposutardjo, 2001).

(19)

manusia mengembangkan irigasi untuk tujuan memberikan air irigasi kepada sawah lahan tadah hujan (Pasandaraan, 1991).

Air untuk tanaman padi di lahan tadah hujan sangatlah sulit diatur karena sumber air berasal dari air hujan yang datangnya tidak tentu, tergantung keadaan cuaca. Pada saat musim hujan, sering air berlimpah, sedangkan pada musim kemarau, sering kali kekurangan air bahkan tidak ada air. Keadaan air di lahan tadah hujan dapat dikendalikan dengan teknologi embung. Embung merupakan tempat untuk menampung air pada musim hujan. Air tersebut kemudian didistribusikaan pada saat diperlukan. Dari segi fungsi, embung merupakan danau-danau air yang besar karena tidak saja merupakan sumber air bagi tanaman, tetapi bagi manusia dan juga ternak. Namun, perbedaannya dengan danau atau bendungan terletak pada sumber airnya. Sumber air danau berasal dari mata air yang keluar dari dalam tanah, Sedangkan sumber air embung dari hujan. Embung juga dapat berfungsi sebagai penahan banjir dan tempat pemeliharaan ikan (Suprayono, 1997).

(20)

Berdasarkan survey dilapangan bahwa produksi usahatani padi sawah irigasi lebih tinggi dari pada usahatani padi sawah tadah hujan. Sehubungan dengan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian secara ilmiah tentang perbandingan usahatani padi sawah irigasi dan tadah hujan di Kelurahan Paluh Kemiri dan Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: Bagaimana pengelolaan usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apakah ada perbedaan produksi, produktivitas usahatani, penerimaan dan pendapatan, antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi petani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian.

Tujuan penelitian

(21)

tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, produksi, prodiktivitas usahatani,penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

(22)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPITESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman padi merupakan tanaman musiman (annual) dengan sistematika atau taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae

Ordo : Graminales

Familiy : Gramineae

Genus : Oryza

Species : Oryza sativa L ( AAK, 1992).

(23)

Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif berupa bunga dan malai.

Bagian tanaman Vegetatif tanaman padi sawah sebagai berikut:

a. Akar

Akar padi terolong akar serabut, akar tumbuh dari kecambah biji dasar akar utama (primer, radikula). Akar lain yang tumbuh didekat buku disebut akar seminal. Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan.

b. Batang

Batang padi bentuknya bulat, berongga dan beruas-ruas. Antara ruas dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas-ruas sangat pendek dan bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium produktif, ruas-ruas memanjang dan berongga. Pada buku yang paling bawah tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder. Selanjutnya batang sekunder menghasilkan batang tersier.

c. Daun

(24)

Panjang malai tergantung pada varietes padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu malai pendek 20 cm, malai sedang antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi baru, setiap malai bisa mencapai 100- 200 bunga ( AAK, 2006).

Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik di daerah beriklim panas yang lembab. Pengertian iklim ini menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim ( AAK, 2006).

(25)

Tanaman padi seperti halnya tanaman lainnya membutuhkan pemeliharaan. Bahkan dapat dikatakan pemeliharaan merupakan bagian yang terpenting dari pekerjaan bercocok tanam padi. Tujuan penanaman padi adalah memberikan hasil berupa biji padi yang maksimal. Hasil yang maksimal tidak akan tercapai tanpa ada pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman padi meliputi pekerjaan mulai dari penyiangan, pengairan, pemupukan, dan pemberanrasan hama penyakit ( Yandianto, 2003).

Tanaman padi merupakan tanaman yang sensitif terhadap hama dan penyakit. Di Indonesia kombinasi antara iklim tropis, varietas dan ketersediaan tanaman padi sepanjang tahun sangat cocok untuk perkembangan hama dan penyakit. Adapun hama padi adalah wereng coklat, tikus, dan penggerek batang. Penyakit padi dapat digolongkan kedalam bakteri, jamur, dan virus. Penyakit bakteri antara lain hawar daun atau hawar daun jingga. Penyakit jamur antara lain hawar pelepah, busuk batang, bercak coklat, dan blast. Penyakit virus antara lain tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput. Cara pengendalian hama dan penyakit padi biasanya terdiri dari berbagai macam. Dalam pelaksanaannya sebaiknya cara itu saling menunjang atau memungkinkan dilakukan secara terpadu baik itu secara mekanis, biologis dan kimiawi. Biasanya dari beberapa cara yang tersedia yang dapat disarankan adalah penanaman untuk padi sawah ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena itu, air untuk tanaman padi di lahan tadah hujan sangat sulit diatur karena sumber air

(26)

Pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah

dengan maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk, 1990). Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu ; (1) menjamin keberhassilan produksi tanaman dalam mengahdapi kekeringan

jangka pendek, (2) mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3) mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam dalam tanah, (5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan cara pendinginan lwat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan melarutkan garam dalam tanah (Pusposutardjo, 2001).

Dilihat dari segi konstruksinya jaringan irigasinya, Direktorat Jenderal peng\airan mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat macam yaitu: 1. Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan dengan

sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengaturan dan alat pengujur sehingga air irigasi tidak dapat diatur dan tidak terukur, dan disadari efisiensinya rendah.

(27)

3. Irigasi teknis, yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan pengaatur dan pengukur air pada head work, sehingga air terukur dan teratur dan diharapkan efisiensinya tinggi.

4. Irigasi teknis maju, yaitu suatu sistem irigasi yang airnya dapat diaatur dan terukur pada seluruh jaringan dan diharapkan sfisiensinya tinggi sekali.

( Effendi Pasandaraan, 1991).

Dipandang dari sudut pertanian rakyat, pengairan memiliki beberapa fungsi penting diantaranya:

1. Mendatangkan air sebagai bahan yang diperlukan untuk kehidupan tanaman, ikan dan ternak.

2. Membantu meniadakan/mengurangi keganjilan dan peredaran hujan. 3. Mempertahankan atau manambah kesuburan tanah.

4. Dan lain-lain seperti: membersihkan tanah ari racun dan hama, mengatur tingginya panas tanah, menimbun tanah rendah dan membuang kotoran dari kota ( Kaslan, 1991).

(28)

Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efesien dan efektif untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) ( Soekartawi, 1995).

Pada umumnya petani tidak mempunyai catatan usahatani (farm recording) sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat-ingat anggaran arus uang tunai ( cash flow) yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan (Soekartawi, 1995).

(29)

Setiap petani memperhitungkan biaya dan hasil, betapapun hasil primitif atau majunya metode bertaninya pertimbangan mengenai biaya selalu mencakup jerih payah yang dikeluarkan. Biaya tunai untuk peralatan dan bahan yang dipergunakanpun diperhitungkannya. Petani memperhitungkan pula dana-dana ketika menghadapi berbagai resiko kegagalan panen, kemungkinan jatuhnya harga pasar pada waktu panen dan ketidakpastian tentang efektifnya metode baru yang sedang ia pertimbangkan masukan dan keluaran mencakup biaya dan hasil pada pertanian primitif. Biaya utama adalah kegiatan jerih payah dan keterampilan petani beserta keluarganya. Setelah pertanian lebih maju semakin banyak biaya dan penerimaan yang berupa uang tunai. Uang yang dibayaar untuk sarana dan peralatan produksi dan kadang-kadang untuk membayar upah tenaga kerja, upah diterima dari penjualan berbagai komoditi atau produk (Mosher, 1987).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: (a) biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi, 1996).

(30)

input (benih, pupuk, pestisida, dan obat-obatan), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga,, pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam satu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara pengeluaran dan penerimaan dalam usahatani (Soekartawi, 1995).

(31)

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Biaya usahatani diklsifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun prodiksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.

2. Biaya tidak tetap (variabel cost) addalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Biaya usahatani atau disebut dengan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, dengan rumus sebagai berikut:

TC= FC + VC

Keterangan:

TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Y. PY

(32)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani PY = Harga (Rp)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya sehingga dapat ditulis dengan rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp) ( Soekartawi, 2002).

Kerangka Pemikiran

Petani adalah orang yang menjalankan dan mengelola uasahataninya. Usahatani yang diusahakan petani dalam hal ini adalah usahatani padi sawah sistem irigasi dengan usahatani padi sawah sistem tadah hujan.

Dalam mengelola usahataninya petani dikategorikan memegang peranan yaitu sebagai juru tani. Petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakannya mulai dari persemaian, pengolahan lahan, penyulaman, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengaturan air, pengendalian hama dan penyakit, serta panen.

(33)

usahatani padi sawah sistem tadah hujan. Faktor produksi modal biasanya digunakan untuk pembiayaan produksi dan sarana produksi misalnya pembelian bibit, pupuk, pestisida dan lainnya. Selain faktor-faktor tersebut air merupakan faktor utama dalam usahatani padi sawah. Pada sistem sawah irigasi air mudah diatur pada musim kemarau sehingga membutuhkan tambahan air. Kemudahan pengaturan air akan mempermudah pengolahan uasahatani padi sawah mulai dari persemaian sampai panen.

Produksi padi sawah merupakan hasil penen yanng diperoleh petani dari satu kegiatan usahatani padi sawah. Dengan dicapainya produksi padi sawah yang maksimal maka produktivitasnya juga tentu akan maksimal. Produktivitas dihitung dari hasil pembagian antara produksi yang dicapai dengan luas panen. Produksi padi sawah akan mempengaruhi penerimaan usahatani yaitu merupakan hasil perkalian antara produksi padi sawah yang diperoleh dengan harga jual gabah. Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahataninya.

Setelah itu, maka dapat dibandingkan antara usahatani padi sawah sistim irigasi dengan usahatani sistin tadah hujan yaitu pada pengelolaan, biaya produksi, produksi, produktivitas, penerimaan, dan pendapatan.

(34)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1: Skema kerangka Pemikiran

Keterangan Gambar: Pengendalian Hama dan

Penyakit Panen

(35)

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan pengelolaan uasahatani padi sawah sistem irigasi dan tadah hujan

2. Ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dan tadah hujan 3. Ada perbedaan biaya usahatani, produksi, produktivitas usahatani,

penerimaan, dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dan tadah hujan

4. Ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dan tadah hujan

(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja. Penelitian dilakukan di Kelurahan Paluh Kemiri dan Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Kelurahan Paluh Kemiri merupakan lokasi usahatani padi sawah sistem irigasi dan Desa Bakaran Batu lokasi tadah hujan. Daerah ini dipilih menjadi daerah penelitian karena berdasarkan data sekunder yang diperoleh, bahwa daerah tersebut mempunyai lokasi usahatani padi sawah sistem irigasi dan usahatani tadah hujan. Dapat dilihat pada tabel 1 brikut:

Tabel 1. Luas Lahan Sawah Irigasi dan Sawah Tadah Hujan

No Tata Guna Lahan Luas Lahan (ha)

1 Lahan Sawah Irigasi (Kelurahan Paluh kemiri) 150 2 Lahan Sawah Tadah Hujan (Desa Bakaran Batu) 50

Total 200

Sumber: Penyuluh Pertanian Lapangan Tanjung Garbus Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deliserdang, 2011

Metode Penentuan Sampel

(37)

hujan. Penentuan sampel dibedakan sesuai dengan daerah penelitian. Sampel petani yang menerapkan usahatani sistem irigasi diambil dari Kelurahan Paluh Kemiri dan petani yang menerapkan usahatani sistem tadah hujan diambil dari Desa Bakaran Batu. Populasi sampel di Kelurahan Paluh Kemiri adalah 256 KK dan Desa Bakaran Batu adalah 247 KK kemudian dari masing-masing daerah penelitian diambil 15 sampel sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30 sampel.

Adapun distribusi populasi dan sampel yang menerapkan usahatani sistem irigasi dan usahatani sistem tadah hujan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Distribusi Populasi, Sampel, dan Strata Luas Lahan

Pakam Kabupaten Deliserdang, 2011

Metode Pengumpulan Data

(38)

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis (1), dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan bagaimana proses pengelolaan usahatani padi sawah sistem irigasi dan usahatani padi sawah dengan sistem tadah hujan mulai dari persamaian sampai panen di lapangan.

Untuk menguji hipotesis (2), dianalisis dengan analisis tabulasi sederhana yaitu biaya usahatani masing-masing usahatani ditabulasikan dan dihitung, kemudian dilanjutkan dengan analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan perbedaan biaya produksi antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan usahatani padi sawah sistem tadah hujan.

Kemudian dianalisis dengan menggunakan uiji statistik dengan menggunakan uji t atau t-test

Dengan rumus:

t

Keterangan:

(39)

Kriteria uji

Uji dua pihak atau two tails

Jika thitung > ttabelα/2 dan thitung < - ttabelα/2, H1 ditolak dan H0 ditolak (Ada perbedaan antara usahatani sistem irigasi dengan tadah hujan) Jika ttabel α/2 < thitung < ttabel α/2 Ho diterima dan H1 ditolak

(Tidak ada perbedaan antara usahatani sistem irigasi dengan tadah hujan) Dengan formulasi Ho dan H1

Ho : μ1= μ2

H1 : μ1 ≠ μ2

μ1 = Rata-rata variabel 1 (petani pada lahan irigasi)

μ2 = Rata rata variabel 2 (petani pada lahan tadah hujan) (Sugiono, 2006).

Untuk menguji hipotesis (3), perbedaan produksi, produktivitas, dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dan usaha padi sawah sistem irigasi tadah hujan diderah penelitian dianalisis dengan:

(40)

b. Untuk produktivitas digunakan rumus:

Produktivitas Lahan = Produksi (kg)

Luas Lahan (ha)

Kemudian dibandingkan produktivitas rata-rata antara usahatani sistem irigasi dengan usahatani sistem tadah hujan. Setelah itu dianalisis dengan menggunakan uji statistik t-test untuk melihat perbedaan produktivitas antara usahatani sistem irigasi dengan sistem tadah hujan.

c. Untuk pendapatan digunakan analisis pendapatan yaitu:

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dengan rumus:

Pd = TR – TC

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)

Biaya usahatani atau total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap,dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

Keterangan:

(41)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y. PY

Keterangan:

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani PY = Harga (Rp)

Kemudian dibandingkan penerimaan dan pendapataan rata-rata petani untuk usahatani padi sawah sistem irigasi dengan usahatani padi sawah tadah hujan. Setelah itu dianalisis dengan menggunakan uji statistik t-test untuk melihat nyata atau tidak perbedaan pendapatan usahatani padi sawah sistem irigasi dengan usahatani padi sawah tadah hujan.

Unutuk menguji hipotesis (4), dianalisis dengan mengugunakan analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan apa saja masalah-masalah yang dihadapi petani padi sawah sistem irigasi dan petani padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian.

(42)

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

Untuk menghindari kesalapahaman dalam penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Usahatani padi sawah adalah sistem budidaya yang dijalankan oleh petani dengan memanfaatkan faktor produksi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.

2. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan usahatani padi sawah sistem irigasi dan tadah hujan.

3. Usahatani irigasi adalah usahatani padi sawah yang dilakukan dengan menggunakan irigasi. Irigasi terdiri dari :

a. Irigasi Setengah Teknis, yaitu suatu sistem irigasi dengan konstruksi

pintu pengatur dan alat pengukurnya pada bangunan pengambilan (head work) , sehingga air hanya teratur dan terukur pada head work

saja dan diharapkan efisiennya sedang.

b. Irigasi Teknis, yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur dan pengukur air pada head work, sehingga air terukur dan teratur serta diharapkan efisiennya tinggi.

4. Usahatani tadah hujan adalah usahatani padi sawah yang hanya mendapatkan air dari air hujan.

5. Produksi adalah seluruh hasil panen padi sawah yang berupa gabah kering 6. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani selama

(43)

7. Komponen biaya produksi yaitu tenaga kerja, biaya penyusutan, pajak dan biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan pertanian.

8. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan proses produksi usahatani yang terdiri dari modal, tenaga kerja, dan sarana produksi.

9. Produktivitas adalah jumlah hasil produksi per luas lahan yang dinyatakan dalam ton/ha.

10.Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual. 11.Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya

produksi.

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Kelurahan Paluh Kemiri dan Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitian adalah pada tahun 2011.

(44)

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

Deskripsi Wilayah Kelurahan Paluh Kemiri

Luas dan Kondisi Geografis Kelurahan Paluh Kemiri

Kelurahan Paluh Kemiri merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan Paluh Kemiri memiliki luas wilayah 187 Ha yang terdiri dari 4 lingkungan yaitu lingkungan I, lingkungan II, lingkungan II, dan lingkungan IV. Kelurahan Paluh Kemiri mempunyai ketinggian 0-8 m di atas permukaan laut dengan curahan hujan rata-rata pertahun 3.000 mm.

Kelurahan Paluh Kemiri memiliki jarak 1 Km dari pusat pemerintahan kecamatan Lubuk Pakam, 2 Km dari ibu kota pemda Deli Serdang, dan 30 Km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Paluh Kemiri adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Bakaran Batu Sebelah Selatan : Kelurahan Petapahan

(45)

Tata Guna Lahan Kelurahan Paluh Kemiri

Tanah di desa Kelurahan Paluh Kemiri menurut fungsinya dibagi menjadi lahan pertanian, tempat tinggal, perkantoran, dan perkuburan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Tata Guna Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%) 1 Lahan Pertanian 125 67 2 Tempat Tinggal 60 32 3 Perkantoran 0,5 0,2 4 Perkuburan 1,5 0,8 Total 187 100 Sumber: Kantor Kelurahan Paluh Kemiri, 2010

Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa mayoritas lahan digunakan sebagai lahan pertanian yaitu 125 ha, tempat tinggal seluas 60 ha, perkantoran seluas 0,5 ha, perkuburan seluas 1,5 ha.

Keadaan Penduduk Kelurahan Paluh Kemiri

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan keadaaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Paluh kemiri adalah:

Tabel 4. Ditribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1 Laki-laki 1.471 50,14

2 Perempuan 1.463 49,86

Total 2.934 100

(46)

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa total distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak 2.934 jiwa, yang terdiri dari 1.471 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1.463 jiwa berjenis kelamin perempuan.

Keadaan Sarana dan Prasarana Kelurahan Paluh Kemiri

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam kegiatan penduduk sehari harinya, dan juga sebagai akses untuk mempercepat masuknya informasi yang dibutuhkan masyarakat.

Tabel 5. Sarana Peribadatan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010

N o.

Sarana Peribadatan Jumlah (unit)

Sumber: Kantor Kelurahan Paluh Kemiri

Dari Tabel 5, dapat dilihat sarana peribadatan di daerah penelitian yaitu mesjid 3 unit, musholla 3 unit, dan klenteng 1 unit.

Tabel 6. Sarana Kesehatan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010

N o.

Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

(47)

Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 1 unit posyandu dan 1 unit bidan desa di daerah penelitian. Hal ini menunjukkan masih minimnya pelayanan kesehatan di daerah penelitian.

Tabel 7. Sarana Pendidikan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010

N o.

Sarana Pendidikan Jumlah (unit)

1

PAUD 2

2

Sekolah Dasar (SD) 1

Sumber: Kantor Kelurahan Paluh Kemiri

Dari Tabel 7, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 2 unit PAUD dan 1 unit Sekolah Dasar (SD). Hal ini menunjukkan masih minimnya sarana pendidikan untuk bangunan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di daerah penelitian.

Deskripsi Wilayah Desa Bakaran Batu

Luas dan Kondisi Geografis

Desa Bakaran Batu merupakan salah satu desa di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Bakaran Batu memiliki sawah tadah hujan sebanyak 50 Ha, dan tanah permukiman sebanyak 120 Ha. Suhu rata-rata di Desa Bakaran Batu sekitar 29-32 °C.

(48)

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Paluh Kemiri adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Deasa Tumpatan

Sebelah Selatan : Kelurahan Lubuk Pakam Pekan Sebelah Timur : Desa Tanjung Garbus

Sebelah Barat : Kelurahan Paluh Kemiri

Keadaan Penduduk

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Bakaran Batu adalah:

Tabel 8. Ditribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Bakaran Batu Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1 Laki-laki 4.245 49,52

2 Perempuan 4.327 50,48

Total 8.572 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Bakaran Batu

Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa total distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak 8.572 jiwa, yang terdiri dari 4.245 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4.327 jiwa berjenis kelamin perempuan.

Keadaan Sarana dan Prasarana

(49)

Tabel 9. Sarana Pendidikan Desa Bakaran Batu Tahun 2010

N o.

Sarana Pendidikan Jumlah (unit)

Sumber: Kantor Kepala Desa Bakaran Batu

Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa di Desa Bakaran Batu terdapat 2 unit TK, 4 unit SD, 2 unit SLTP, dan 1 unit SLTA. Hal ini menunjukkan sarana pendidikan di daerah penelitian sudah cukup baik karena telah memiliki sarana pendidikan dari tingkat TK sampai SLTA.

Tabel 10. Sarana Peribadatan Desa Bakaran Batu Tahun 2010

N o.

Sarana Peribadatan Jumlah (unit)

Sumber: Kantor Kepala Desa Bakaran Batu

Dari Tabel 10, dapat dilihat sarana peribadatan yang ada di daerah penelitian yaitu mesjid 4 unit, musholla 4 unit, kristen 1 unit dan vihara 4 unit.

Tabel 11. Sarana Kesehatan Desa Bakaran Batu Tahun 2010

N

(50)

2

Apotik 1

3

Puskesmas 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Bakaran Batu

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Tahap-Tahap Pengelolaan Lahan Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Usahatani Sistem Tadah Hujan

Dalam usahatani padi sawah ada beberapa tahap-tahap pengelolaan yang dilakukan petani mulai dari proses persemaian sampai pada panen. Adapun tahapan-tahapan pengelolaan tersebut sebagai berikut:

Tahapan-Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi.

Pesemaian

Membuat pesemaian merupakan tahap pertama dalam bertanam padi. Didaerah penelitian petani padi sawah sistem irigasi melakukan persemaian dilahan yang basah atau pesemaian basah. Lahan persemaian terlebih dahulu dibersihkan kemudian di genangi dengan air secukupnya supaya tanah menjadi lunak kemudian dibajak sebanyak 2 kali. Setelah itu tanah diratakan kemudian dibuat bedengan dengan ukuran; tinggi 20-30 cm, lebar 100-150 cm, dan panjang 500-600 cm.

Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah agar mudah ditanammi. Pengolahan lahan dengan mesin jetor. Tahap-tahap pengolahan lahan yang dilakukan petani yaitu:

1. Pembersihan

(52)

banyak jeraminya, maka jerami itu perlu dibersihkan dengan babat, kemudian dikumpulkan dan membersihkan rumpu-rumput liar yang tumbuh di lahan. 2. Pencangkulan

Tahap ini dimulai dengan memperbaiki pematang petakan sawah yang sukar untuk dijetor atau di bajak. Perbaikan pematang ini supaya air dapat tertampung dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman padi.

3. Meluku/Membajak

Meluku atau membajak berarti mambalik tanah beserta tumbuhan rumput, sisa tanaman sebelumnya hingga terbenam, sehingga akhirnya membusuk. Dengan Pelukuan atau pembajakan ini maka unsur-unsur yang ada didalamnya akan masuk ketanah dan menjadi makanan tanaman. Pelukuan atau pembajakan biasanya dilakukan 2 kali dalam priode musim tanam, tergantung pada kondisi tanahnya. Kedalaman lapisan olah tanah sekitar 18-20 cm.

4. Menggaru (Perataan).

Sebelum penggaruan genangan air dikurangi dan ditinggalkan sedikit saja untuk membasahi tanah. Selama penggaruan lubang pemasukan dan pembuangan harus ditutup supaya lumpur tidak hanyut oleh air yang keluar dari petakan. Menggaru dilakukan dengan menghancurkan tanah dan diratakan. Menggaru dapat dengan jalan melintang atau memanjang sehingga tanah dapat dihancurkan dan diratakan. dengan penggaruan yang dilakukan petani permukaan tanah akan menjadi rata dan memudahkan penanaman padi.

(53)

Sebelum melakukan penanaman patani memindahkan dari persemaian kelahan yang akan ditanam. Bibit di persemaian yang telah berumur 25-40 hari,bibit dipindahkan kelahan yang telah disiapkan untuk ditanami. Syarat-syarat bibit sudah siap untuk dipindahkan ke sawah yaitu, tinggi bibit lebih kurang 25 cm, berumur 25-40 hari, dan bibit sejenis dan seragam. Untuk pencabutan bibit yang akan ditanam, 2-3 hari sebelum dicabut persemaian digenangi dengan air untuk melunakkan tanah. Pencabutan dimulai dari tepi ke tengah, kemudian dilakukan dengan cara memegang 5-10 batang kemudian ditarik ke arah badan kita. Ketika mencabut bibit bagian bawah tidak boleh putus. Kemudian bibit yang dicabut diikat dan dipindahkan ke lahan untuk ditanam.

1. Menanam

Dalam menanam bibit padi petani didaearh penelitian melakukannya dengan sistem larikan yaitu dengan menggunakan alat berupa dan alat penggaris yang sekaligus dapat digunakan unutk mengatur jarak tanam. Dengan menggunkan sistem larikan akan memudahkan pemeliharaan yaitu penyiangan dan pemupukan dan penyiangan. Adapun jarak tanam tanaman padi sawah petani sistem irigasi yaitu 20cm x 20cm.

(54)

Penyulaman

Tindakan mengganti tanaman yang mati atau kerdil dengan tanaman yang sehat merupakan langkah yang tepat. Tindakan mengganti tanaman ini dinamakan penyulaman. Didaerah penelitian petani melakukan penyulaman kurang lebih 10 hari setelah tanam. Bibit yang digunakan petani dalam penyulaman merupakan sisa bibit terdahulu.

Pengaturan Air

Pengaturan air yang dilakukan petani usahatani sistem irigasi yaitu menggunakan air irigasi. Hal inilah yang membedakan petani sistem irigasi dengan petani tadah hujan. Petani sistem irigasi mengatur kebutuhan airnya melalui irigasi. Pengaturan air dilakukan dengan mengatur pemasukan dan pembuangan air yaitu:

a. Penggenangan 1. Awal Pertumbuhan

Setelah bibit padi ditanam, petani menggenangi petakan sawah dengan air setinggi kurang lebih 2-5 cm dari permukaan tanah. Penggenangan air dilakukan kurang lebih 15 hari padi mulai membentuk anakan. Tujuannya agar struktur tanah yang diperoleh saat pengolahan dapat dipertahankan dan penggenangan dapat menghambat pertumbuhan gulma.

2. Pembentukan Anakan

(55)

3. Masa Bunting

Pada masa bunting, tanaman padi sangat membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Oleh karena, itu ketinggian genangan harus cukup yaitu sekitar 10 cm. Kekurangan air harus dihindari karena dapat berakibat terhadap tanaman padi yaitu terbentuknya butir gabah hampa.

4. Pembungaan

Pada saat pembungaan, tanaman padi membutuhkan ketinggian air antara 5-10 cm. Kebutuhan air pada saat pembungaan sangat banyak. Pada saat bunga padi sudah keluar lahan dikeringkan selama kurang lebih 5-7 hari supaya pembungaan terjadi secara serentak. Pada saat bunga padi muncul serentak, air dimasukkan kembali agar makan dari air dapat diserap oleh akar tanaman padi. Ketinggian air yang dilakukan petani yaitu 5-10 cm.

b. Pengeringan 1. Menjelang Bunting

Pengeringan sawah menjelang bunting untuk menghentikan pembentukan anakan yang baru . Petani melakukan pengeringan sawah kurang lebih 4-5 hari.

2. Pemasakan Biji

(56)

karena dapat berakibat malai padi menjadi kosong. Pengeringan dilakukan pada saat mau panen padi.

Pemupukan

Pemupukan adalah pemberian unsur makanan kepada tanaman supaya zat makanan tanaman itu bertambah. Oleh karena itu dalam berusahatani padi sawah harus dilakukan pemupukan. Adapun pupuk yang digunakan petani yaitu:

1. Pupuk Urea/NPK

Pupuk ini diberikan sebanyak 2-3 kali dalam satu tanam. Pada saat padi berumur 3-4 minggu, pemberian pupuk dilakukan dengan disebar dan diinjak-injak, agar urea dapat terbenam ke dalam tanah. Pemupukan urea yang kedua dilakukan pada saat padi berumur lebih kurang 6-8 minggu.

2. Pupuk Fosfat (TSP, SP36)

Pupuk TSP/SP 36 diberikan satu hari sebelum tanam. Pupuk disebar di lahan secara merata sampai pupuk terbenam dalam lumpur.

3. KCL

Pupuk kalium diberikan sebanyak 2-3 kali. Pupuk dibuat terbenam dalam tanah agar tidak mudah larut oleh aliran air. Pupuk diberikan pada waktu tanam.

4. Ponsca,Za

(57)

berumur 3 minggu dan yang ke tiga diberikan pada saat padi berumur 6-7 minggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Gangguan dari tanaman padi sangat banyak, ada yang disebabkan oleh penyakit dan hama.Gangguan yang terpenting adalah dari hama.Untuk mengatasi hama dan penyakit, petani menggunakan pestisida/obat obatan. Pestida/ obat-obatan yang digunakan petani sangat bermacam-macam seperti spontan, bestox, dan racun keong, score, desis, kurater, dan dimpo. Pengendalian hama dan penyakit diberikan dalam penyemprotan pestisida/obat-obatan tersebut. Spontan diberikan pada tanaman yang berumur 5-8 minggu untuk mencegah hama sundut. Bestox diberikan 4 minggu setelah tanam,pada saat padi berbunga dan setelah padi berbuah untuk mencegah walang sangit dan ulat padi. racun keong dan kurater diberikan seminggu sebelum tanam dengan sistem tabur. Granrin dan Score deberikan pada saat umur padi 4 minggu untuk mencegah jamur padi. Dimpo dan desis diberikan pada saat padi berumur 4-5 minggu untuk mencegah bercak daun pada padi. Dimpo dugunakan petani juga untuk mencegah walang sangit. Triptopan diberikan pada saat padi berumur 7-8 minggu dan sampai padi berbuah untuk mencegah werang dan ulat padi.

Panen

(58)

3. Gabah sudah berisi dan keras 4. Daun bendera malai sudah tua

Perontokan

Perontokan merupakan dari kegiatan untuk memisahkan gabah dari malai. Untuk perontokan padi petani di daerah penelitian menggunakan mesin perontok (tresher).

Tahapan-Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Tadah

Hujan.

Pesemaian

Membuat pesemaian merupakan tahap pertama dalam bertanam padi. Petani tadah hujan didaerah penelitian membuat persemaian dilahan kering atau persemain kering. Pesemaian dilakukan dengan cara tanah dibersihkan dari rumput dan sisa-sisa jerami yang masih tertinggal kemudian tanah dibajak atau dicangkul,selanjutnya tanah digaru sebanyak 2 kali. Kemudian tanah diratakan dan membuat bedengan dengan ukuran; tinggi 20-30 cm, lebar 100-150 cm, dan panjang 500-600 cm.

Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah agar mudah ditanammi. Pengolahan lahan dengan mesin jetor. Tahap-tahap pengolahan lahan yang dilakukan petani yaitu:

a. Pembersihan

(59)

sebelumnya masih banyak jeraminya, maka jerami itu perlu dibersihkan dengan babat, kemudian dikumpulkan. Membersihkan rumpu-rumput liar yang tumbuh agar bibit padi tidak mengalami persaingan dalam mendapatkan makanan.

b. Pencangkulan

Tahap ini dimulai dengan memperbaiki pematang petakan sawah yang sukar untuk dijetor atau di bajak. Tujuan perbaikan pematang agar air dapat tertampung dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman padi.

c. Meluku/Membajak

Meluku atau membajak berarti mambalik tanah beserta tumbuhan rumput, sisa tanaman sebelumnya hinggs terbenam, sehingga akhirnya membusuk. Dengan pelukuan atau pembajakan ini maka unsur-unsur yang ada didalamnya akan masuk ketanah dan menjadi makanan tanaman. Pelukuan atau pembajakan biasanya dilakukan 2 kali dalam priode musim tanam.

d. Menggaru(Perataan)

(60)

Penanaman

Bibit yang akan ditanam oleh petani dipindahkan dari persemaian. Bibit di persemaian yang telah berumur 25-40 hari, dipindahkan kelahan yang telah disiapkan untuk ditanami. Syarat-syarat bibit sudah siap untuk dipindahkan ke sawah yaitu, tinggi bibit lebih kurang 25, berumur 25-40 hari, bibit sejenis dan seragam. Untuk pencabutan bibit yang akan ditanam, 2-3 hari sebelum dicabut persemaian digenangi dengan air untuk melunakkan tanah. Pencabutan dimulai dari tepi ke tengah, kemudian dilakukan dengan cara memegang 5-10 batang kemudian ditarik ke arah badan kita. Ketika mencabut bibit harus hati-hati karena batang bagian bawah tidak boleh putus. Kemudian bibit yang dicabut diikat dan dipindahkan ke lahan untuk ditanam.

1. Menanam

Dalam menanam bibit padi petani didaearh penelitian melakukannya dengan sistem larikan yaitu dengan menggunakan alat berupa dan alat penggaris yang sekaligus dapat digunakan unutk mengatur jarak tanam. Dengan menggunkan sistem larikan dapat petani lebuh mudah melakukan pemeliharaan yaitu penyiangan dan pemupukan dan penyiangan. Adapun jarak tanam tanaman padi sawah yang dubuat petani sistem tadah hujan yaitu 20cm x 20cm.

(61)

disediakan. Dalam penanaman, bibit dibuat tegak lurus supaya mendapatkan anakan yang merata.

Penyulaman

Tindakan mengganti tanaman yang mati atau kerdil dengan tanaman yang sehat merupakan langkah yang tepat. Tindakan mengganti tanaman ini dinamakan penyulaman. Penyulaman dilakukan kurang lebih 10 hari setelah tanam. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyulaman adalah bibit yang digunakan harus jenis yang sama dan merupakan sisa bibit terdahulu.

Penyiangan

Bila tanah selalu digenangi air, tidak akan tumbuh rumputan, tetapi bila kekurangan air akan banyak tumbuh rumput-rumput liar. Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman padi sawah berumur 3 minggu, penyiangan kedua berumur 6 minggu. Menyiang atau mencabut rumput dilakukan dengan tangan atau cangkul/garu saja.

Pengaturan Air

Pengaturan air yang dilakukan petani sistem tadah hujan yaitu menggunakan air hujan. Tetapi jika musim kemarau yang panjang maka petani tadah hujan menggunakan air dari sumur bor. Hal inilah yang membedakan petani sistem irigasi dengan petani tadah hujan. Petani sistem tadah hujan mengatur kebutuhan airnya dari hujan dan sumur bor.

(62)

sawah harus dilakukan pemupukan. Adapun pupuk yang digunakan oleh petani di daerah penelitian yaitu:

1. Pupuk Urea/NPK (NPK mutiara)

Pupuk ini diberikan sebanyak 2-3 kali dalam satu musim tanam. Pada saat padi berumur 3-4 minggu, pemberian pupuk dilakukan dengan disebar dan diinjak-injak, agar urea dapat terbenam ke dalam tanah. Pemupukan urea yang kedua dilakukan pada saat penanaman telah berumur lebih kurang 6-8 minggu.

2. Pupuk Fosfat (TSP, SP36)

Pupuk TSP/SP 36 diberikan satu hari sebelum tanam. Pupuk disebar secara merata dan pupuk dibuat terbenam dalam lumpur.

3. KCL

Pupuk kalium diberikan sebanyak 2-3 kali. Pupuk ini dibuat terbenam dalam tanah agar tidak mudah larut oleh aliran air. Pemberian pupuk ini dilakukan pada waktu tanam.

4. Ponsca,Za

(63)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Gangguan dari tanaman padi sangat banyak, ada yang disebabkan oleh penyakit. Gangguan yang terpenting adalah dari hama sedang dari penyakit kurang diperhatikan. Untuk mengatasi hama dan penyakit, petani menggunakan pestisida/obat-obatan. Pestida/obat-obatan yang digunakan petani sangat bermacam-macam seperti spontan, bestox, racun keong, score, kurater, reagen, tirtako, mats, dan fujiwan. Pengendalian hama dan penyakit diberikan dalam penyemprotan pestisida/obat-obatan tersebut. Spontan diberikan pada tanaman yang berumur 5-8 minggu untuk mencegah hama sundut. Bistox, reagen, dan tirtako diberikan pada saat padi mejelang berbunga dan sampai berbuah untuk mencegah walang sangit dan ulat padi. Racun keong dan kurater diberikan seminggu sebelum tanam dengan sistem tabur. Score diberikan pada saat umur padi 4 minggu untuk mencegah jamur padi. Mats dan fujuwan diberikan pada saat padi berumur 7-8 minggu dan sampai padi berbuah untuk mencegah kupu-kupu dan werang.

Panen

Panen dilakukan petani dengan melihat tanda-tanda padi sawah sebagai berikut :

(64)

Perontokan merupakan dari kegiatan untuk memisahkan gabah dari malai. Untuk perontokan padi petani menggunakan mesin perontok (tresher).

Untuk melihat perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan usahatani padi sawah sistem irigasi dan sistem tadah hujan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Perbedaan Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dan Sistem Tadah Hujan

Tahapan Pengelolaan

Sistem Irigasi Sistem Tadah Hujan

Pesemaian

Pengendalian Hama dan Penyakit

(65)

air, usahatani sistem irigasi pengaturan airnya dengan saluran irigasi sedangkan usahatani sistem tadah hujan pengaturan airnya hanya mengharapakan air hujan dan pada musim kemarau menggunakan pompa sumur bor.

Perbedaan Biaya Produksi Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikelurkan petani dalam usahatani padi sawah selama satu musim tanam. Biaya-biaya produksi dalam usahatani padi sawah sistem irigasi antara lain biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya peyusutan, dan biaya lain-lain(transportasi, pajak bumi dan bangunan, sewa lahan, dan iuran irigasi). Sedangkan Biaya-biaya produksi dalam usahatani padi sawah sistem tadah hujan antara lain: biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengaturan air, dan biaya lain-lain (tansportasi,pajak bumi dan bangunan, dan sewa lahan).

(66)

Tabel 13. Perbedaan Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi dan Tadah Hujan Per Hektar dan Per Petani Dalam Satu Musim Tanam, 2011

N o

Jenis Biaya

Usahatani Padi Sawah Irigasi

917.985 11,38 1.747.71

1

Sumber : Data primer diolah dari lampiran 11ab dan 11 bc

1. Tenaga Kerja

(67)

Rp. 90.000/rante. Sedangkan untuk penyiangan upahnya berbeda-beda mulai dari Rp 50.000/hari dan Rp. 70.000/hari.

Dari Tabel 13 dapat dilihat besarnya brata-rata biaya tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani padi sawah sistem irigasi yaitu sebesar Rp.4.730.426 per hektar per petani per musim tanam. Sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja yang digunakan petani padi sawah sistem tadah hujan sebesar Rp.5.061.045 per hektar per petani per musim tanam. Dapat dilihat ada perbedaan penggunaan biaya tenaga kerja dimana petani sistem irigasi lebih kecil biaya tenaga kerjanya daripada petani sistem tadah hujan.

2. Sarana Produksi

Dari tabel 13 dapat dilihat biaya rata-rata sarana produksi yang dikeluarkan petani padi sawah sistem irigasi adalah sebesar Rp. 2.176.851 per hektar per petani per musim tanam. Sedangkan untuk biaya rata-rata sarana produksi yang dikeluarkan petani padi sawah sistem tadah hujan adalah sebesar Rp. 2.235.055 per hektar per petani per musim tanam. Dapat dilihat ada perbedaan baiya rata-rata sarana produksi antara petani padi sawah sistem irigasi dengan tadah hujan. Biaya rata-rata sarana produksi petani padi sawah sistem irigasi lebih kecil daripada petani padi sawah sistem tadah hujan.

3. Penyusutan

Gambar

Gambar 1: Skema kerangka Pemikiran
Tabel 1. Luas Lahan Sawah Irigasi dan Sawah Tadah Hujan
Tabel 2. Distribusi Populasi, Sampel, dan Strata Luas Lahan
Tabel 3. Tata Guna Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Paluh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Responden dalam penelitian ini adalah petani padi sawah irigasi teknis sebanyak 33 petani dan tadah hujan sebanyak 30 petani di Kabupaten Lampung Tengah yang dipilih dengan

Adapun judul dari skripsi ini adalah &#34;PENGARUH PUPUK TERHADAP OPTIMASI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Kelurahan Paluh Kemiri, Kecamatan

Secara ekonomi usahatani padi layak dikembangkan di lahan pengkajian karena memiliki nilai R/C rasio &gt; 1 dan secara finasial usahatani padi sawah irigasi di Kabupaten Teluk

Besarnya pendapatan total yang dihasilkan dari lahan irigasi teknis disebabkan karena tingkat produksi padi sawah yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tadah

Perbedaan respon yang besar antara sawah tadah hujan dan irigasi pada Provinsi Jawa Timur menunjukan bahwa sistem irigasi akan berdampak besar bila dikembangkan pada

50 Nisam sehingga mengalami penurunan produksi padi sawah baik tanah sawah tadah hujan maupun sawah irigasi diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu penggunaan pupuk anorganik secara

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi sawah tadah hujan

Metode analisis data yang digunakan untuk analisis efisiensi teknis usahatani padi sawah tadah hujan digunakan rumus yaitu: Y TER Yi Keterangan : TER = tingkat efisiensi teknis Y =