• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DI SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DI SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

DI SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

ROPINUS SIDABUTAR NIM : 8146171077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)

i ABSTRAK

ROPINUS SIDABUTAR. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Di SMP Negeri 8 Tanjungbalai.Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan (2) Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen, populasi penelitian ini adalahsiswakelas VII SMP Negeri 8 Tanjungbalai yang berakreditasi B. Kemudian secara acak dipilih dua kelas.Kelas eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol diberi perlakuan model pengajaran biasa.Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemecahan masalah matematis, (2) tes kemampuan komunikasi matematis.

Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (Anacova).Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini terlihat dari hasil Anacova untuk Fhitung =4,255lebih besar Ftable adalah 3,99. Konstanta persamaan regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah yaitu 58,739 lebih besar dari model pembelajaran biasa yaitu56,595.(2) terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.Hal ini terlihat dari hasil Anacova untuk Fhitung =5,349 lebih besar Ftabel adalah 3,99. Konstanta persamaan regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah yaitu 52,786 lebih besar dari model pembelajaran biasa yaitu 41,062.

(3)

ii ABSTRACT

Ropinus Sidabutar. The Effect of Problem Based Learning on Problem Solving Ability and Mathematical Communication of Students at SMP Negeri 8 Tanjungbalai. Thesis. Medan. Mathematics ducation Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, 2016.

The objectives of this research are: (1) to determine whether there is effect of problem based learning on students’ mathematical problem solving ability and, (2) to determine whether there is effect of problem based learning on students’ mathematical communication ability. This research is quasi experiment, and the population of this research is the students of class VII SMP NegeriTanjungBalai which accredited B. And then there are two classes selected randomly. xperimental class treated problem based learning model and control class treated regular teaching. The instrument which applied are: (1) Mathematical problem solving ability test, (2) mathematical communication ability test.

ata analysis was performed with covarian analysis (Anacova). The results of this research showed that (1) there is effect of problem based learning on students’ mathematical problem solving ability. This evidence is showed from Anacova result for F observe = 4,255 is higher than F table = 3.99. Regression equality onstanta of problem based learning model is 58,739higher than the regular learning 56,595.(2) there is effect of problem based learning on students’ mathematical communication ability. This evidence is showed from Anacova result for F observe = 5,349is higher than F table = 3.99. Regression equality onstanta of problem based learning model is 52,786 higher than the regular learning 41,062.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis saya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Di SMP Negeri 8 Tanjungbalai ”

dapat diselesaikan.

Sejak mulai dari persiapan sampai dengan selesaimya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.Semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.

Terimakasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Ayahanda tercinta A.Sidabutar, BA (+) dan Ibunda K br Siagian, istrri Y br Laowa, S.Pd. Kons, ananda Reydonaldo Thomas Sidabutar dan semua sanak keluarga yang selalu memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dian Armanto,M.Pd., M.A, M.Sc., Ph.D dan Bapak

Dr. Waminton Rajagukguk M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

(5)

iv

memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian tesis ini.

. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr.Mulyono, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed serta Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si, Cand Dr selaku staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed.

. Bapak Prof. Dr.Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Unimed serta Asisten Direktur I dan Asisten Direktur II Program Pascasarjana Unimed

. Seluruh Bapak Dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penuis selama menjalani pendidikan.

. Kepada Ibu Naomi Pakpahan, S.Pd selaku kepala sekolah dan guru-guru serta pegawai SMP Neeri Tanjungbalai yang telah memberikan dukungan, kesempatan dan izin kepada penulis selama melakukan penelitian.

Medan, 1 September 201 Penulis,

(6)

v

2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 31

2.3 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 36

2.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 46

2.4.1.Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 49

2.4.2.Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 52

2.4.3.Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 53

2.5 Model Pembelajaran Biasa ... 53

2.6 Teori Yang Mendasari Pembelajaran Berbasis Masalah ... 56

2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 60

2.8 Kerangka Konseptual ... 62

2.8.1.Kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang diberi pembelajaran biasa ... 69

2.8.2.Kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang diberi pembelajaran biasa ... 67

2.9 Hipotesis Penelitian ... 72

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 73

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 73

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 75

(7)

vi

3.5 Definisi perasional ariabel Penelitian ... 80

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 81

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 82

3.8 Teknik Analisis Data... 83

3.9 Prosedur Penelitian ... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 96

4.1.1.Analisis Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96

4.1.1.1.Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 97

4.1.2.Analisis Deskriptif Kemampuan Komunikasi Matematis... 105

4.1.2.1.Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 105

4.1.3.Analisis Statistik Inferensial Anacova Kemampuan Pemecahan Masalah ... 113

1. ji ormalitas Data ... 113

2. ji Homogenitas Data ... 115

3. Model Regresi Linier ... 117

4. ji Independensi dan ji Linieritas ... 115

a. ji Independensi Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 118

b. ji Linieritas Persamaan Regresi Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 116

c. ji Independensi Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 121

d. ji Linieritas Persamaan Regresi Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 123

e. ji Kesamaan Dua Model Regresi ... 125

f. ji Kesejajaran Dua Model Regresi Linier ... 126

g. Analisis Kovarian Pemecahan Masalah ... 128

4.1.4. Analisis Statistik Inferensial Anacova Kemampuan

a. ji Independensi Kelas Model Pembelajaran Biasa .... 135

b. ji Linieritas Persamaan Regresi Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 137

c. ji Independensi Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 138

d. ji Linieritas Persamaan Regresi Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 140

e. ji Kesamaan Dua Model Regresi ... 141

f. ji Kesejajaran Dua Model Regresi Linier ... 143

g. Analisis Kovarian Kemampuan Komunikasi Matematis ... 144

4.2 TemuanPenelitian ... 146

(8)

vii

4.3.1.Faktor Pembelajaran ... 149

4.3.2.Kemmapuan Pemecahan Masalah Matematis ... 153

4.3.3.Kemampuan Komunikasi Matematis ... 154

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 154

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 156

5.2 Saran ... 157

DAFTAR PUSTAKA ... 161

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 57 Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Biasa ... 59 Tabel 2.3 Perbedaan Pedagogik antara Pembelajaran Berbasis Masalah

dengan Pembelajaran Biasa ... 60 Tabel 3.1 Hasil Evaluasi SMP Negeri 8 Tanjungbalai ... 80 Tabel 3.2 Rancangan Uji Coba ... 81 Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis ... 83 Tabel 3.4 Rancangan Analisis Data untuk Anakova ... 84 Tabel 3.5 Weiner Tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas dan

VariabelTerikat ... 85 Tabel 3.6 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data,

Alat Uji dan Uji Statistik ... 93 Tabel 4.1 Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Matematis Kelas

Model Pembelajaran Biasa Secara Kuantitatif ... 97 Tabel 4.2 Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Matematis Kelas

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Secara Kuantitatif ... 98 Tabel 4.3 Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Matematis Kelas

Model Pembelajaran Biasa Secara Kuantitatif ... 99 Tabel 4.4 Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Matematis Kelas

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Secara Kuantitatif ... 100 Tabel 4.5 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 103 Tabel 4.6 Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Kelas

Model Pembelajaran Biasa Secara Kuantitatif ... 105 Tabel 4.7 Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Kelas

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Secara Kuantitatif ... 106 Tabel 4.8 Kemampuan Akhir Komunikasi Matematik Kelas

Model Pembelajaran Biasa Secara Kuantitatif ... 108 Tabel 4.9 Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Kelas

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Secara Kuantitatif ... 109 Tabel 4.10 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 111 Tabel 4.11 Deksripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Di Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kelas

Model Pembelajaran Biasa ... 115 Tabel 4.12 Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Di Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kelas

Model Pembelajaran Biasa ... 115 Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Pemecahan Masalah

Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kelas

(10)

ix

Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 117 Tabel 4.15 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 117 Tabel 4.16a Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 119 Tabel 4.16b Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Model

Pembelajaran Biasa ... 119 Tabel 4.17 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 120 Tabel 4.18 Analisis Varians untuk Uji Independensi

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Model

Pembelajaran Berbasis Masalah ... 123 Tabel 4.19 Analisis Varians untuk Uji Independensi

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas

Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 123 Tabel 4.20 Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Model

Pembelajaran Berbasis Masalah ... 124 Tabel 4.21 AnalisisVarians untuk Uji Linieritas Regresi

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Model

Pembelajaran Berbasis Masalah ... 125 Tabel 4.22 Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Pemecahan Masalah... 125 Tabel 4.23a Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Pemecahan Masalah... 126 Tabel 4.23b Koefisien Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua

Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 126 Tabel 4.24 Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah

untuk Kesejajaran Model Regresi ... 127 Tabel 4.25 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap

Kemampuan PemecahanMasalah... 129 Tabel 4.26 Deksripsi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kelas

Model Pembelajaran Biasa ... 132 Tabel 4.27 Deskripsi Postes Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan

Kelas Model Pembelajaran Biasa... 132 Tabel 4.28 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Komunikasi

Matematis Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah

dan Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 134 Tabel 4.29 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi

(11)

x

dan Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 134 Tabel 4.30 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 135 Tabel 4.31 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 136 Tabel 4.32 Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi

Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Model

Pembelajaran Biasa ... 136 Tabel 4.33 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi

Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Model

Pembelajaran Biasa ... 137 Tabel 4.34 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Model Pembelajaran

Berbasis Masalah ... 139 Tabel 4.35 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Model Pembelajaran

Berbasis Masalah ... 139 Tabel 4.36 Koefisien AnalisisVarians untuk Uji Independensi

Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Model

Pembelajaran Berbasis Masalah ... 140 Tabel 4.37 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi

Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Model

Pembelajaran Berbasis Masalah ... 140 Tabel 4.38 Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 141 Tabel 4.39 Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 142 Tabel 4.40 Koefisien Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua

Model Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 142 Tabel 4.41 Analisis Kovarians Kemampuan Komunikasi Matematis

untuk Kesejajaran Model Regresi ... 143 Tabel 4.42 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 3.1 Rangkuman Alur Penelitian ... 95 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 97 Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 98 Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Tes Akhir Pemecahan Masalah

Matematis Siswa pada Kelas Model Pembelajaran Biasa... 97 Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 97 Gambar 4.5 Diagram Hasil Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Kelas Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dan Biasa ... 102 Gambar 4.6 Tingkat Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Siswa

pada Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 106 Gambar 4.7 Tingkat Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Siswa

pada Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 107 Gambar 4.8 Tingkat Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa

pada Kelas Model Pembelajaran Biasa ... 108 Gambar 4.9 Tingkat Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa

pada Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 110 Gambar 4.10 Diagram Hasil Tes Akhir Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa pada Kelas Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dan Biasa ... 107 Gambar 4.11 Grafik Linieritas Tes Awal (Pretest) dengan

Tes Akhir (postest) Kemampuan Pemecahan Masalah

Model Pembelajaran Biasa ... 121 Gambar 4.12 Grafik Linieritas Tes Awal (Pretest) dengan

Tes Akhir (postest) Kemampuan Pemecahan Masalah

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat akan selalu mengalami berbagai perubahan,

dimana perubahan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pendidikan sebagai salah

satu faktor terpenting membuat perubahan didalam kehidupan masyarakat,

idealnya tidak hanya berorientasi pada jangka pendek, tetapi sudah seharusnya

merupakan proses yang mengantisipasi dan membekali peserta didik untuk jangka

panjang. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang

akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang.

Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan handal untuk dapat

bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap

permasalahan yang dihadapinya serta dapat membentuk karakter manusia

Indonesia yang baik, dan diharapkan menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, maju, cerdas, kreatif, terampil,

disiplin, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan

rohani.

Pendidikan juga berguna bagi pengembangan siswa agar kelak menjadi

sumber daya manusia yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka,

paling tidak sejajar dengan negara-negara lain, baik dalam pembangunan

(14)

menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat berguna bagi kebutuhan dirinya

serta kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Perubahan cepat dan pesat sering kali

terjadi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, politik, ekonomi, ilmu

pengetahuan, teknologi, dan budaya. Hal ini memungkinkan semua pihak dapat

memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber

dan tempat di dunia. Di sisi lain kita tidak mungkin untuk mempelajari

keseluruhan informasi dan pengetahuan yang tersedia karena sangat banyak dan

tidak semuanya berguna dan diperlukan Dikti Hidayat, 010 : 8 .

Kondisi seperti ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh

orang-orang terdidik dan mempunyai kemampuan dalam memperoleh, memilih,

mengelola, dan menindaklanjuti informasi itu untuk dimanfaatkan dalam

kehidupan yang dinamis, sarat tantangan, dan penuh kompetisi. Ini semua

menuntut kita memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, dan sistematis.

Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika,

karena pembelajaran matematika di sekolah bertujuan :

1 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,tabel,diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(15)

Menurut Johnson dan ising uherman dkk, 00 :1 bahwa

“matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang

logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefenisiskan secara cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan

padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi”.

Lebih lanjut uherman dkk 00 : mengemukakan matematika sebagai

ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa:

Matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan perkataan lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. ebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari isika dan Kimia yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep Kalkulus, khususnya tentang Persamaan Diferensial; Penemuan dan pengembangan eori Mendel dalam iologi melalui konsep Probabilitas; eori konomi mengenai Permintaan dan Penawaran yang dikembangkan melalui konsep ungsi dan Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, karena matematika adalah sarana atau cara

menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara

menggunakan informasi; menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan

yang paling penting memikirkan dalam diri manusia itu sendiri untuk melihat dan

menggunakan hubungan-hubungan Hasratuddin 01 : 8 , di samping itu

matematika juga merupakan faktor pendukung dalam laju perkembangan dan

persaingan di berbagai bidang. National esearch ouncil N ,1989:1

menyatakan:”Mathematics is the key to oppurtunity.” Matematika adalah kunci

kearah peluang-peluang keberhasilan. Matematika lahir karena dorongan

kebutuhan manusia. Menurut nsari 009: 1 , matematika merupakan alat bantu

(16)

sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta

generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah, karena cara berpikir yang

dikembangkan dalam matematika menggunakan kaidah-kaidah penalaran yang

konsisten dan akurat sehingga matematika dapat digunakan sebagai alat berpikir

yang sangat efektif untuk memandang berbagai permasalahan termasuk diluar

matematika sendiri. Dengan bantuan matematika, banyak peristiwa atau kejadian

alam semesta ini dapat dipelajari. da banyak alasan tentang perlunya siswa

belajar matematika. Menurut ockroft bdurrahman 009: mengemukakan :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1 elalu digunakan dalam segi kehidupan; emua bidang studi memerlukan keterampilan yang sesuai; Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, keruangan dan Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang

namanya masalah, sehingga pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam

pembelajaran matematika. Hasratuddin 01 : menyatakan bahwa: problem

solving sebagai salah satu tujuan pembelajaran matematika dan jantungnya

matematika. Dalam problem solving, tidak semua pertanyaan merupakan suatu

masalah. uatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu

menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur

rutin yang sudah diketahui oleh siswa. pabila kita menerapkan pengetahuan

matematika, keterampilan atau pengalaman untuk memecahkan suatu dilema atau

situasi yang baru atau yang membingungkan, maka kita sedang memecahkan

(17)

membutuhkan banyak kesempatan untuk menciptakan dan memecahkan masalah

dalam bidang matematika dan dalam konteks kehidupan nyata.

Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran matematika yang

dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan dari para guru sebagai

pengembang strategi pembelajaran di kelas. iswa mengalami kesulitan dalam

belajar matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berhubungan

dengan kemampuan pemecahan masalah matematika, sebagaimana diungkapkan

umarmo 010 : bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika pada umumnya belum memuaskan. Kesulitan yang dialami siswa

paling banyak terjadi pada tahap melaksanakan perhitungan dan memeriksa hasil

perhitungan.

elama ini pembelajaran matematika terkesan belum mengarah kepada

substansi pemecahan masalah. uru pada umumnya cenderung menyajikan proses

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran biasa yang berpusat kepada

guru teacher center . Karena kegiatan pembelajaran berpusat pada guru, maka

sistem belajar seperti ini merupakan sistem belajar satu arah yang membuat

kegiatan belajar jadi monoton. elanjutnya siswa juga menjadi bosan sehingga

tidak mengherankan jika banyak siswa yang kurang mengerti dalam

menyelesaikan tugas dan memahami materi. iswa cenderung diarahkan untuk

menghafalkan kosep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah sangat kurang.

paya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran

(18)

masih dipandang sebagai suatu pelajaran yang sulit bahkan pelajaran yang

menakutkan bagi sebagian siswa sehingga menyebabkan banyak siswa mengalami

kesulitan dalam belajar matematika.

Hal ini dapat dilihat dari hasil survei rends in International Math and

cience tahun 00 , yang dilakukan oleh lobal Institute Mulyasa, 01 : 0

menunjukkan hanya % peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal

penalaran berkategori tinggi; padahal peserta didik Korea dapat mencapai 1

persen. ebaliknya 8 persen peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal

hapalan berkategori rendah, sementara siswa Korea 10 persen. Data lain

diungkapkan oleh Programme for International tudent ssessment PI , hasil

studinya tahun 009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari

negara peserta PI , dalam kerangka inilah perlunya perubahan dan

pengembangan kurikulum, yang dimulai dengan penataan terhadap empat elemen

standar nasionaal, yaitu standar kompetensi kelulusan KL , standar isi, standar

proses, dan standar penilaian. Dalam hal itu dilakukan penataan terhadap empat

mata pelajaran, yakni: agama, PPKN, matematika, dan bahasa Indonesia.

Data tersebut di atas mengisyaratkan adanya permasalahan yang sangat

mendasar, dimana kondisi prestasi belajar siswa yang memprihatinkan tersebut

harus terus diupayakan untuk diperbaiki dimana kondisi ini tidak hanya

disebabkan oleh kesulitan yang bersumber dari diri siswa sendiri. Kemampuan

siswa dalam matematika harus memasukkan pengetahuan tentang konsep

matematika, prosedur matematika, kemampuan problem solving, reasoning dan

(19)

perubahan kearah yang lebih baik, siswa dituntut berperan aktif selama proses

pembelajaran.

elain itu menurut rianto 009: bahwa “masalah utama dalam

pembelajaran pada pendidikan formal sekolah dewasa ini adalah masih

rendahnya daya serap peserta didik”. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar

peserta didik yang senantiasa masih sangat memperihatinkan. Prestasi ini tentunya

merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat biasa konvensional

dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana

sebenarnya belajar itu. Pembelajaran biasa konvensional mengakibatkan suasana

kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif.

ejalan dengan hal di atas bahwa menurut rends rianto, 009: :

it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then about problem solving,” yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

erdasarkan hal tersebut, guru memfokuskan pembelajaran matematika

pada upaya penuangan pengetahuan matematika sebanyak mungkin kepada siswa.

Dengan adanya beberapa kelemahan di atas, terlihatlah bahwa pembelajaran

matematika selama ini baik di ekolah Dasar maupun ekolah Menengah MP

dan M , sepertinya kurang bermakna dan kurang memberikan kemandirian

belajar kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembentukan pengetahuan

matematika sehingga mereka lebih tergantung pada guru. Padahal yang diinginkan

(20)

8

ide yang kreatif serta dapat menggunakan matematika dan pola berfikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari serta dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan sesuai dengan tujuan pendidikan matematika bagi pendidikan dasar

dan menengah. Kelemahan-kelemahan pembelajaran di atas tentulah sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa terutama dalam kemampuan

pemahaman konsep matematika dan kemandirian belajar siswa.

Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal

menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Peserta didik berhasil

“mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hal ini disebabkan

kurangnya pendekatan guru terhadap siswa akan penggunaan matematika dimasa

yang akan datang terutama bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan ke

Perguruan inggi. Oleh karena itu perlu ada perubahan strategi pembelajaran dan

pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta

didik dalam menghadapi permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun

yang akan datang.

ntuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

dibutuhkan kemampuan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,

sebab pendekatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan

dalam suatu proses belajar mengajar.

oedjadi 001:1 menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah

kita selama ini terbiasa dengan urutan langkah-langkah pembelajaran sebagai

(21)

9

diberikan latihan soal. Lebih lanjut oedjadi menyatakan bahwa perkembangan

intelektual siswa pada umumnya bergerak dari “konkret ke abstrak”. Dengan

demikian, langkah-langkah dan proses pembelajaran yang selama ini umumnya

dilakukan oleh para guru di sekolah adalah kurang tepat, mengingat objek kajian

matematika sebenarnya adalah abstrak. Oleh karena itu seharusnya urutan sajian

bahan ajar disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa. ajian bahan ajar

itu, hendaknya dapat memotivasi siswa untuk lebih tertarik terhadap

pemebelajaran matematika. Mengingat peranannya yang sangat penting dalam

proses peningkatan kualitas DM, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran

matematika, khususnya pada tingkat pendidikan dasar, memerlukan perhatian

yang serius. endahnya hasil yang dicapai dalam evaluasi nasional matematika

ini, menunjukkan bahwa kualitas pemahaman siswa dalam matematika masih

relatif rendah.

Pemahaman dalam matematika sudah sejak lama menjadi isu penting.

idak sedikit hasil riset dan pengkajian dalam pembelajaran matematika

berkonsentrasi dan berupaya menggapai pemahaman, namun sudah diyakini oleh

kebanyakan bahwa untuk mencapai pemahaman dan pemaknaan matematika tidak

segampang membalik telapak tangan. alah satu penyebab rendahnya kualitas

pemahaman matematika siswa di D dan MP adalah karena dalam proses

pembelajaran matematika guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan

menyelesaikan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistis daripada

pengertian. Dalam kegiatan pembelajaran guru biasanya menjelaskan konsep

(22)

10

Menurut rmanto 010 : 1 tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik

umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia. Pembelajaran

matematika biasa bercirikan: berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika

melalui metode ceramah chalk-and-talk , siswa pasif, pertanyaan dari siswa

jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas

yang sering dilakukan hanyalah mencatat atau menyalin. Kegiatan pembelajaran

seperti ini tidak mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi matematis. kibatnya,

kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa sangat lemah karena kegiatan

pembelajaran yang biasa dilakukan hanya mendorong siswa untuk berpikir pada

tataran tingkat rendah.

Kondisi ini secara kasat mata ditunjukkan oleh hasil survey internasional

he hird International Mathematics and cience tudy IM bahwa

kemampuan siswa MP kelas dua Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal tidak

rutin masalah matematis sangat lemah, namun relatif baik dalam menyelesaikan

soal-soal tentang fakta dan prosedur Mullis, Martin, onzales, regory, arden,

O’ onnor, Krostowski, & mith, 000 . Hal ini membuktikan bahwa terhadap

masalah matematika yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

MP kelas dua Indonesia jauh di bawah rata-rata internasional, bahkan dengan

beberapa negara tetangga sekalipun, seperti Malaysia, ingapura, dan hailand.

Melihat keadaan seperti ini, upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

ter-utama dalam pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa menjadi

(23)

11

hal ini Depdiknas, telah memperbaharui kurikulum sekolah. Perubahan dilakukan

tidak saja dalam restrukturisasi substansi matematika yang dipelajari, namun yang

sangat mendasar adalah pergeseran paradigma dari bagaimana guru mengajar ke

bagaimana siswa belajar

Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran

matematika sekolah kita, salah satu alternatif solusi adalah dengan meningkatkan

kualitas pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah. okus utama dalam

upaya peningkatan kualitas pembelajaran ini adalah memposisikan peran guru

sebagai perancang dan organisator pembelajaran sehingga siswa mendapat

kesempatan untuk memahami dan memaknai matematika melalui aktivitas

belajar.

Pembelajaran berbasis masalah P M merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang diawali dengan menghadapkan siswa dengan masalah

matematika. Dengan segenap pengetahuan dan kemampuan yang telah

dimilikinya, siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang kaya dengan

konsep-konsep matematika.

Menurut Nurhadi 00 : 109 bahwa Problem Based Learning P L

merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial

dari mata pelajaran.

Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah salah

(24)

1

Pembelajaran berbasis masalah adalah pengajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensi dari materi pelajaran. Masalah yang diberikan bertujuan untuk

memotivasi siswa, membangkitan gairah belajar siswa, meningkatkan aktivitas

belajar siswa, belajar terfokus pada penyelesaian masalah sehingga siswa tertarik

untuk belajar, menemukan konsep yang sesuai dengan materi pelajaran, dan

dengan adanya interaksi berbagi ilmu antara siswa dengan siswa, siswa dengan

guru, maupun siswa dengan lingkungan siswa diajak untuk aktif dalam

pembelajaran.

alah satu ciri utama model pembelajaran berbasis masalah yaitu berfokus

pada keterkaitan antar disiplin ilmu, dengan maksud masalah yang disajikan

dalam pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran

tertentu tetapi siswa bisa meninjau masalah tersebut dari banyak segi atau

mengaitkan dengan disiplin ilmu yang lain untuk menyelesaikannya. Dengan

diajarkannya model pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa belajar

secara aktif, penuh semangat dan siswa akan semakin terbuka terhadap

matematika, serta akan menyadari manfaat matematika karena tidak hanya

terfokus pada topik tertentu yang sedang dipelajari.

Penerapan model pembelajaran ini diupayakan untuk peningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa karena siswa

mulai bekerja dari permasalahan yang diberikan, mengaitkan masalah yang akan

(25)

1

mencari penyelesaian terhadap masalah nyata, membuat produk berupa laporan,

model fisik untik didemonstrasikan kepada teman-teman lain, bekerja sama satu

sama lain untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan peserta didik dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan berdasarkan langkah-langkah

pemecahan masalah memahami masalah; merencanakan pemecahan masalah;

melaksanakan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali solusi yang

dikemukakan oleh Polya Hasratuddin, 01 : 0 .

hadiq 008 : 8 menyebutkan bahwa : “Pemecahan masalah problem solving adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal atau proses berpikir untuk menentukan

apa yang harus dilakukan ketika kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan”. Dari

pernyataan tersebut, . inaga 1999:8 menyatakan bahwa “kemampuan

pemecahan masalah adalah kemampuan atau kompetensi strategis yang

ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan

dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah”.

Pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang paling tinggi

dibandingkan tipe belajar lainnya. Menurut lameto Pamungkas, 01 : 119

pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menentukan kombinasi

dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang

baru. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan

masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan

(26)

1

studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika adalah kemampuan yang harus dimiliki siswa

untuk dapat memahami masalah, merencanakan pemecahan, menyelesaikan

masalah, dan memeriksa kembali hasil dari suatu matematika yang diberikan.

Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan

umum pengajaran matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat

membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya kemampuan pemecahan masalah ini

menjadi tujuan umum pembelajaran matematika.

Dalam pemecahan masalah diperlukan kesiapan-kesiapan, kreativitas,

pengetahuan dan kemampuan serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Polya

Hasratuddin 01 : mengemukakan masalah matematika terdiri atas masalah

rutin dan masalah tidak rutin. Lebih lanjut min uyitno 00 : : masalah

bagi siswa jika dipenuhi syarat-syarat yaitu 1 iswa memiliki pengetahuan

prasyarat untuk mengerjakan soal tersebut; iswa belum tahu algoritma atau

cara pemecahan soal tersebut; iswa mau dan berkehendak untuk

menyelesaikan soal tersebut; dan iswa diperkirakan mampu menyelesaikan

soal tersebut.

Pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita,

menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam

kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau

menguji konjektur. Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan

(27)

1

derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya. Gagne

dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dalam menyelesaikan pemecahaan

masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi, dan aturan tingkat

tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan atau konsep terdefinisi. Demikian

juga aturan dan konsep terdefinisi dapat tercapai apabila ditunjang dengan

pemahaman konsep yang konkrit. etelah itu untuk memahami konsep konkrit

juga diperlukan keterampilan dalam membedakan pemecahan masalah.

Oleh karena itu, pemecahan masalah dapat dilihat dari berbagai

pengertian, yaitu sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam

mencapai suatu tujuan. Disamping itu, pemecahan masalah merupakan

persoalan-persoalan yang belum diketahui atau dikenal, serta mengandung pengertian

sebagai suatu proses berpikir tinggi dan penting dalam proses pembelajaran

matematika.

Pemecahan masalah merupakan kemajuan mendasar yang harus dikuasai

oleh peserta didik. ahkan hal ini tercemin dalam konsep kurikulum berbasis

kompetensi. untutan akan kemampuan pemecahan masalah juga dipertegas

dalam kurikulum tersebut, yaitu sebagai kompetensi dasar yang harus

dikembangkan dan diintegrasikan ke dalam sejumlah materi yang sesuai.

Menurut Wilson etiawati, 00 : : dalam kemampuan pemecahan

masalah matematik, siswa harus mengembangkan proses kognitif dan meta

kognitifnya dengan memakai ide, contoh sebelumnya untuk memahami masalah

(28)

1

dan memilihnya, memonitor sendiri kemajuan yang dicapainya dan menyeleksi

masalah dengan cukup hati-hati.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah dikemukakan oleh

ussefendi, 01 : bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat penting

dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan

mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan

menerapkannya dalam bidang studi lain dalam kehidupan sehari-hari.

erdasarkan beberapa pendapat di atas, kemampuan pemecahan masalah harus

dimiliki siswa untuk melatih agar terbiasa menghadapi berbagai permasalahan,

baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain, ataupun

masalah dalam kehidupan sehari-hari yang lebih kompleks. Oleh sebab itu,

kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematis perlu terus dilatih

sehingga ia dapat memecahkan masalah yang ia hadapi.

Individuals learn to create new strategies and to solve new types of problems by regulating the old strategies by working during problem situations lkun & oluk, 00 : . At the same time, since the problem solving is a scientific method, it re uires the use of critical thinking, the creative and reflecting thinking, the skills of analysis and synthesis oylu & oylu, 006 . Individuals learn to put forward their thoughts, which develop when they are solving problems, in a systematic way through solving problems and find new ways of thinking. Hence, they gain self confidence when they are faced with events that they are not accustomed to ational Council of eachers of Mathematics- C M, 000 .

iswa yang terlatih dengan pemecahan masalah akan menjadi terampil

menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya

meneliti hasilnya. Keterampilan itu akan menimbulkan pula kepuasan intelektual

dalam diri siswa, meningkatkan potensi intelektual siswa, dan melatih siswa

(29)

1

Dalam Kurikulum 00 Kurikulum erbasis Kompetensi dan Kurikulum

ingkat atuan Pendidikan K P dinyatakan beberapa tujuan pembelajaran

matematika di sekolah, antara lain:

1 Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan; Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah; dan Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

ujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh National ouncil

of eacher of Mathematics 000 yaitu : 1 belajar untuk berkomunikasi

mathematical comminication , belajar untuk bernalar mathematical

reasoning , belajar untuk memecahkan masalah mathematical problem

solving , belajar untuk mengaitkan ide mathematical connections ,

pembentukan sikap positif terhadap matematika positive attitudes toward

mathematics . endahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek

pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh ational Council of eacher of Mathematic C M : 000 :

Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. ntuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika dirumuskan lima tujuan umum yaitu : pertama, belajar untuk berkomunikasi; kedua, belajar untuk bernalar; ketiga belajar untuk memecahkan masalah; keempat, belajar untuk mengaitkan ide; dan kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika.

Pembelajaran matematika selama ini kurang memberikan perhatian

terhadap pengembangan kemampuan berkomunikasi dan pemecahan masalah

matematika. Padahal, kedua kemampuan ini sangat penting, karena dalam

(30)

18

harus dipecahkan dan menuntut kemampuan komunikasi siswa untuk menemukan

solusi dari permasalahan yang dihadapi. erkomunikasi dan kemampuan

pemecahan masalah memungkinkan kita untuk mengatasi tantangan hidup.

Dari keseluruhan aspek yang ditekankan dalam kurikulum dan N M

adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan kemampuan

komunikasi matematis siswa. Hasil belajar matematika siswa MP N 8

anjungbalai masih belum memperlihatkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat

dari nilai rata-rata rapor dan nilai rata-rata jian Nasional Matematika sebesar

8, . elain itu dari fakta yang diperoleh di lapangan menyatakan bahwa siswa

kurang mampu dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan bangun datar,

ini terjadi karena tingkat konsentrasi siswa yang tidak maksimal, yang mungkin

disebabkan karena metode yang digunakan tidak cocok atau metode sebelumnya

tidak membuat siswa termotivasi sehingga kebanyakan siswa kurang mampu

memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut.

Dari hasil survei peneliti tanggal Maret 01 berupa pemberian tes

diagnostik kepada siswa kelas VII MPN 8 anjungbalai menunjukkan bahwa

8 , % dari jumlah siswa kesulitan mengerjakan soal penerapan rumus-rumus

bangun datar, ,1% dari jumlah siswa kesulitan mengerjakan soal cerita bentuk

aplikasi rumus bangun datar yang terkait dunia nyata,sedangkan 8,9% dari

jumlah siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk pemecahan

masalah terkait dunia nyata.

ebagai contoh, salah satu persoalan pemecahan masalah yang diajukan

(31)

19

ingin membangun sebuah kolam renang didalamnya yang berbentuk belah

ketupat. Luas kolam renang yang ingin dibangun m dan penjang salah satu

diagonal persegi kolam renang adalah 1 m. Gunakan konsep yang kamu temukan untuk menyelesaikan masalah panjang diagonal yang lain.

ebagian siswa mengetahui polanya yaitu menghitung panjang diagonal

yang lain tetapi masih banyak yang bingung apabila dikaitkan dengan kolam

renang. ahkan ada sebagian siswa tidak bisa memahami masalah, yaitu

mengetahui apa yang diketahui dan yang ditanya, atau mengubah soal ke dalam

model matematika. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan jumlah siswa

yang memahami masalah adalah orang dari siswa atau 9, % dari jumlah

siswa, merencanakan penyelesaian berjumlah 1 orang atau , 1 %,

melaksanakan penyelesaian 19 orang atau , % serta yang melakukan

pengecekan kembali hanya 10 orang atau ,81 %. Dari permasalahan di atas

siswa akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut yaitu menghitung

diagonal yang lain. ehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa

memecahkan masalah masih sangat rendah.

oal tersebut merupakan contoh kasus kemampuan pemecahan masalah

siswa yang serupa pada MP Negeri anjungbalai pada kelas VII yang

berjumlah 8 orang pada tahun pelajaran 01 / 01 . Dari soal yang diberikan

ternyata masih diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Dari data hasil tes

diperoleh 10 orang sama sekali tidak menjawab soal atau . 1% dari jumlah

(32)

0

orang .89% , melaksanakan masalah dengan jawaban benar 1 orang 9. % ,

sedangkan kegiatan memeriksa kembali keabsahan jawaban tidak ada sama sekali.

elain kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi

matematis juga diperlukan dalam pembelajaran matematika. Menurut he Intended Learning utcomes rmiati, 009 , komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan untuk

mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan

lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Melalui kemampuan komunikasi

matematis ini siswa dapat mengembangkan pemahaman matematika bila

menggunakan bahasa matematika yang benar untuk menulis tentang matematika,

mengklarifikasi ide-ide dan belajar membuat argumen serta merepresentasikan

ide-ide matematika secara lisan, gambar dan simbol. Kemampuan komunikasi

matematis merupakan syarat untuk memecahkan masalah Hasratuddin 01 :11

aroody hap am dan heng Meng, 00 mengemukakan bahwa ada dua

alasan untuk fokus pada komunikasi matematis : pertama, matematika merupakan

bahasa yang esensial bagi matematika itu sendiri. Matematika tidak hanya sebagai

alat berpikir yang membantu siswa untuk mengembangkan pola, menyelesaikan

masalah dan memberikan kesimpulan, tetapi juga sebagai alat untuk

mengkomunikasikan pikiran, memvariasikan ide secara jelas, tepat dan

singkat.Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan suatu aktifitas sosial

yang melibatkan sekurangnya dua pihak yaitu guru dan siswa. erkomunikasi

(33)

1

komunikasi, sehingga siswa dapat belajar seperti seorang ahli matematika dan

mampu menyelesaikan masalah dengan sukses.

Kemampuan komunikasi matematika mathematical communication

dalam pembelajaran matematika perlu untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan

karena komunikasi matematika dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi

berpikir matematis siswa baik secara lisan maupun tulisan aragih, 00 : .

pabila siswa memiliki kemampuan komunikasi tentunya akan membawa siswa

kepada pemahaman matematika yang mendalam tentang konsep matematika yang

dipelajari. ecara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup

keterampilan/kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing, dan wacana discourse . Komunikasi matematis merupakan hal yang sangat penting

dimiliki oleh siswa, karena akan membantu siswa dan guru dalam setiap proses

pembelajaran. he ational Council of eachers of Mathematics C M 000: 0 : komunikasi adalah suatu bagian esensial dari matematika dan pendidikan

matematika. Pendapat ini mengisyaratkan pentingnya komunikasi dalam

pembelajaran matematika. Melalui komunikasi, siswa dapat menyampaikan

ide-idenya kepada guru dan kepada siswa lainnya. Komunikasi ini merupakan salah

satu dari lima standar proses yang ditekankan dalam N M. Kelima standar

proses tersebut adalah pemecahan masalah, penalaran dan bukti, komunikasi,

koneksi, dan representasi C M, 000: .

Menurut Brenner 1 : 10 dalam www.wordpress.com , peningkatan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan matematika adalah satu dari tujuan

(34)

menyatakan bahwa penekanan atas komunikasi dalam pergerakan reformasi

matematika berasal dari suatu konsensus bahwa hasil pembelajaran sangat efektif

di dalam suatu konteks sosial. Melalui konteks sosial yang dirancang dalam

pembelajaran matematika, siswa dapat mengkomunikasikan berbagai ide yang

dimilikinya untuk menyelesaikan masalah matematika. Dari pendapat ini jelas

bahwa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik, siswa

membutuhkan kemampuan komunikasi matematik.

Lubienski 000 dalam www.wordpress.com , kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematika pada umumnya ditunjang oleh

pemahaman mereka terhadap bahasa Hulukati, 00 : 18 . ahkan menurut

Komunikasi matematika merefleksikan pemahaman matematik dan merupakan

bagian dari daya matematik. he Common Core of Learning dalam epartment of ducation,1 6 : , menyarankan, semua siswa seharusnya “ …justify and communicate solutions to problems”. iswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang

kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika

mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dengan dan

mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi. Menulis

mengenai matematika mendorong siswa untuk merepleksikan pekerjaan mereka

dan mengklarifikasi ide-ide untuk mereka sendiri. Membaca apa yang siswa tulis

adalah cara yang istimewa untuk para guru dalam mengidentifikasi pengertian dan

(35)

Peressini dan Bassett dalam C M, 000 berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan

fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi

matematika. Ini berarti, komunikasi dalam matematika menolong guru memahami

kemampuan sisiwa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya

tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari .

Lind uist C M, 000 berpendapat, Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan

terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi

merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess matematika.

Pada draft “Kurikulum 00 ” tandar Kompetensi Mata Pelajaran

Matematika MP/M s 00 :1 dinyatakan bahwa siswa dikatakan mampu

berkomunikasi dalam matematika jika mampu menyatakan dan menafsirkan

gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikannya.

Kemampuan komunikasi siswa mengacu pada indikator yang telah diuraikan di

atas, yaitu menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,gambar,dan

diagram.

Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru

kepada siswa ataupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat

itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada

komunikan. espon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi

komunikan tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan

(36)

dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol.

Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan

khusus.

ebagai contoh soal yang menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematika masih rendah dapat kita lihat dari salah satu persoalan berikut: . Pak

mir mempunyai sawah berbentuk jajargenjang yang akan dibuat pagar dan

ditanami padi seperti gambar dibawah ini.

Dari gambar sawah Pak mir diatas:

i. uatlah model panjang alas sawah Pak mir dan hitunglah panjang alas sawah Pak mir.

ii. uatlah model keliling panjang pagar sawah yang akan dibuat Pak mir dan

hitunglah keliling panjang pagar sawah Pak mir ?

Dari masalah di atas terlebih dahulu siswa dapat menghubungkan masalah

secara lisan maupun tulisan melalui gambar untuk memudahkan siswa memahami

masalah. Kemudian diharapkan siswa melalui gambar dapat memikirkan langkah

seterusnya yaitu menghitung model panjang alas sawah Pak mir. Dari gambar di

atas siswa diharapkan dapat menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide,

simbol, dan informasi matematika atau menyatakan situasi yang ada dalam

permasalahan ke dalam model matematika, menyusun prosedur penyelesaian

yaitu menghitung panjang pagar sawah dan melaksanakan pemecahannya. etapi B'

D'

1 M

M

൛ ൜

(37)

siswa bahkan jarang yang memulai pekerjaannya dengan menuangkan informasi

atau data ke dalam gambar, pengubahan model matematika sehingga dalam

penyelesaiannya siswa banyak yang tidak mampu melaksanakannya.

Masalah–masalah di atas membutuhkan sebuah solusi pembelajaran yang

dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi siswa. Model

pembelajaran yang digunakan selayaknya dapat membantu siswa untuk dapat

memecahkan masalahnya secara mandiri. Disini membutuhkan peran guru untuk

dapat membawa anak didiknya mempunyai kemampuan tersebut. Guru haruslah

dapat menciptakan suasana belajar yang mampu mengeksplorasi kemampuan

yang dimiliki siswanya dalam memecahkan masalahnya sendiri. Kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematika yang dimiliki siswa ini nantinya

diharapkan dapat memperbaiki prestasi belajar siswa sehingga dapat tercapai

tujuan pendidikan seperti yang tersebut diatas. ugas guru adalah memfasilitasi

siswa dalam belajar.

Hasil penelitian pendahuluan peneliti menunjukkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis siswa ini masih rendah utamanya dalam menerjemahkan

suatu masalah ke dalam model matematika. Kondisi ini memerlukan penanganan

agar kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditingkatkan. ujuan

akhirnya adalah agar siswa dapat memecahkan masalah matematika dan

menggunakannya untuk memecahkan masalah di sekitarnya dengan menggunakan

metode matematika.

ntuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

(38)

menggunakan model-model belajar yang sesuai dan dapat memberi peluang dan

mendorong siswa untuk melatih dan mengembangkan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematis.

Pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan di sekolah berpengaruh

terhadap kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.

erdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Pengaruh Pem ela aran Ber as s Masalah erhada Kemam uan

Peme ahan Masalah Dan K mun kas Matemat s swa d MP Neger 8

an ung ala .

1. Ident f kas Masalah

erdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

. iswa kurang mampu menyelesaikan masalah dan menerapkan konsep dalam

memecahkan masalah matematika.

. Kemampuan siswa dalam memecahkan soal berbentuk pemecahan masalah

masih rendah.

. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan

siswa dalam belajar, serta belum mampu membantu siswa dalam

(39)

. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dengan karakteristik

materi pelajaran

. Metode mengajar, model atau pendekatan yang kurang bervariasi sehingga

siswa kurang aktif dalam belajar.

8. Proses dalam menyelesaikan soal-soal matematika di kelas belum bervariasi.

1. Batasan Masalah

erdasarkan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah

diatas, penelitian ini dibatasi agar lebih fokus dan mencapai tujuan yang

diharapkan maka peneliti membatasi masalah pengaruh pembelajaran berbasis

masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis

siswa pada materi di kelas VII MPN 8 anjungbalai.

1. umusan Masalah

1. pakah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?

. pakah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap

kemampuan komunikasi matematis siswa?

1. u uan Penel t an

1. ntuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah

(40)

8

. ntuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

1.6 Manfaat Penel t an :

dapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah :

1. agi siswa

Diharapkan dengan adanya pembelajaran berbasis masalah bisa

mengembangkan kemampuan siswa terhadap pemecahan masalah dan

komunikasi matematis siswa

. agi Guru matematika di sekolah

ebagai bahan masukan didalam pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis

siswa.

. agi Kepala ekolah

Memberikan kewenangan kepada setiap guru untuk mengembangkan model

pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematis siswa

. agi peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dalam

menerapkan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan

(41)

156

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama model pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan pada kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

(42)

157

2. Terdapat pengaruh kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang diberi model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi model pembelajaran biasa. Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANACOVA) untuk Fhitung adalah 24,98 lebih besar dari Ftabel adalah 3,92 dan konstanta regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah adalah 15,11 lebih besar dari model pembelajaran biasa yaitu 9,00. Rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh model pembelajaran berbasis masalah adalah 75,06, dan rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh model pembelajaran biasa adalah 49,56. Bila ditinjau ketuntasan secara klasikal nilai kemampuan komunikasi matematik minimal kategori cukup pada kelas model pembelajaran biasa sebesar 13,63%. Sedangkan pada model pembelajaran berbasis masalah sebesar 80,30%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut:

1. Bagi guru matematika

(43)

158

pembelajaran matematika yang innovatif khususnya dalam mengajarkan materi segi empat.

b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan segi empat.

c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah adalah efektif. Diharapkan guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasanya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa.

d. Agar model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif diterapkan pada pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan mengajar yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik (Buku Guru, Buku Siswa, AS, RPP, media yang digunakan).

(44)

159

2. epada embaga terkait

a. Model pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa.

b. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa pada pokok bahasan segi empat sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3. epada peneliti lanjutan

a) Dalam penelitian ini model pembelajaran berbasis masalah yang dibandingkan adalah model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran biasa . Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar membandingkan model pembelajaran yang lebih setara, misalnya model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan model pembelajaran berbasis masalah yang dimodifikasi, seperti berbasis ICT.

(45)

160

Referensi

Dokumen terkait

Komposisi MPR terdiri dari DPR dan DPD dipilih melalui Pemilu (tidak ada

Maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran kualitas hidup penderita melasma pada ibu-ibu pengunjung Posyandu di Kelurahan Tanjung Rejo, Kota Medan..

Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk. telah saya nyatakan

Selanjutnya label sebagai fungsi pemenuhan peraturan perundang- undangan, memiliki konsekuensi bahwa hal yang tercantum pada label harus sesuai dengan kandungan bahan pangan

[r]

Landasan teori yang digunakan adalah teori Wardaugh (2010), Dalam teori tersebut menjelaskan tentang Pembagian tipe code mixing dibagi menjadi dua bagian,

[r]

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula