Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan dasar Eliminasi Urine
di RS.Haji Adam Malik Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Progran Studi DIII Keperawatan
Oleh Sep Rotua Malau
102500099
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. D dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine di
RSUP H. Adam malik Medan”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan
serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis
dikemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Salbiah, S.Kp., M.Kep Selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga serta memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan selama
proses penyusunan hingga selesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam kesempatan yang
sama pula penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Rika Endah Nurhidayah,
SKp., M.Pd selaku dosen penguji. Terkhusus buat ayah dan ibu tercinta yang selalu
memotivasi saya dalam study saya dan yang pasti selalu berdoa untuk saya. Terimakasih
juga buat adik-adik tercinta Ernala, Gom gom, dan Tarves. Trimakasih buat motivasi dan
doa nya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
3. Evi Karota Bukit, SKp., MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Ikhsanuddin A. Harahap, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Nur Afi Darti, SKp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
iii 6. Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
8. Pegawai RA2 interna Pria yang memberi izin dan bimbingan serta kerjasama dalam
mengambil kasus.
9. Serta Teman-Teman yang telah banyak memberi semangat, doa dan dukungan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI Lembar Sampul
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 2
BAB II Pengelolaan Kasus A. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine ... 3
1. Defenisi ... 3
2. Anatomi fisiologi ... 3
3. Masalah-Masalah Eliminasi Urine ... 4
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi Urine ... 5
5. Perubahan Pola Eliminasi Urine ... 6
6. Asuhan Keperawatan ... 7
B. Pengkajian Pasien Rumah Sakit ... 10
1. Biodata ... 10
2. Keluhan Utama ... 10
3. Riwayat Kesehatan Sekarang ... 10
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu ... 10
5. Riwayat Kesehatan Keluarga ... 11
6. Pemeriksaan Fisik ... 11
7. Pola Kebiasaan Sehar-hari ... 12
8. Perawatan Diri/Personal Hygine ... 12
9. Pola Kegiatan / Aktivitas ... 12
10.Pola Eliminasi ... 12
C. Masalah Keperawatan dan analisa data... 13
D. Diagnosa Keperawatan ... 13
E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 13
v BAB III Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ... 18
B. Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urine ataupun bawel. Eliminasi urine normalnya adalah
pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi
organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Ginjal
memindahkan air-air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke
bladder. Bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian
dikeluarkan melalui uretra (Tarwoto dan Hartonah, 2006).
Eliminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urine.
Ureter mentranspor urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih
menyimpan urine sampai timbul keinginan untuk berkemih. Urine keluar dari tubuh
melalui uretra. Semua organ sistem perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya
urin berhasil dikeluarkan dengan baik (Potterr & Perry, 2005).
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh
setiap manusia. Berdasarkan teori Henderson (1966) yang berfokus pada kebutuhan
dasar manusia dan membagi menjadi 14 kebutuhan dasar, menyatakan bahwa
kebutuhan eliminasi terdapat pada urutan yang ketiga. Hidayat (2006) menyatakan
bahwa apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya
semua organ pada akhirnya akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal
mempengruhi pola eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan
eliminasi uruin, antara lain: retensi urin, inkontinensia urine, enuresis, dan
ureterotomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet dan asupan,
respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat
aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan
seseorang, tonus otot pembedahan, pengobatan dan pemeriksaan diagnostik
(Hidayat, 2006).
Untuk itu permasalahan kebutuhan dasar eliminasi harus di perhatikan.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah
2 B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan diagnosa gangguan pola eliminasi, khususnya gangguan pola eliminasi pada
Tn. D.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. D.
b. Perawat mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. D.
c. Perawat mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Tn.D.
d. Perawat mampu melakukan intervensi keperawatan pada Tn. D.
e. Perawat mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn. D.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberikan informasi tentang eliminasi terkait pola eliminasi ( BAK), untuk
meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Penelitian ini bermanfaat bagi praktik keperawatan untuk mengetahui pola
eliminasi berguna untuk penatalaksanaan pelayanan kesehatan untuk
mencapai/meningkatkan derajat kesehatan dalam keperawatan.
3. Bagi Peneliti
Untuk memberi pengetahuan yang berharga bagi peneliti dan dapat menerapkan
BAB II
PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine
1. Defenisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urine ataupun bawel. Eliminasi urine normalnya adalah
pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ
eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air air dari
darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Bladder urine ditampung
sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra (Tarwoto dan
Hartonah, 2006).
2. Anatomi dan Fisiologi
Eliminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Semua organ sistem perkemihan harus utuh dan berfungsi dengan baik, supaya urine
berhasil di keluarkan dengan baik (Potter & Perry, 2005).
Berikut diuraikan anatomi dan fisiologi organ sistem perkemihan menurut Hidayat (2006).
a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua, panjang 12,5 cm
dan tebalnya 2,5 cm. Beratnya kurang lebih 125 sampai 175 gram pada laki-laki
dan 115-155 gram pada wanita. Ginjal terletak pada bagia belakang rongga
abdomen bagian atas setinggi vertebrata thorakal 11 dan 12, ginjal dilindungi oleh
otot-otot abdomen, jaringan lemak atau kapsul adiposa.
Nefron merupakan unut struktural dan fungsional ginjal. 1 ginjal mengandung 1
sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine. Proses filtrasi,
absorbsi dan sekresi dilakukan di nefron. Filtrasi terjadi di glomerulus yang
merupakan yang merupakan gulungan kapiler dan dikelilingi kapsul epitel
berdinding ganda yang disebut kapsul bowman.
Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion dan
obat-obatan, mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh, mempertahankan
keseimbangan antara air dan garam-garam serta asam dan basa, menghasilkan
4 eritropoitin yang menstimulasi pembentukan sel-sel darah merah di sum-sum
tulang dan membantu dalam pembentukan vitamin D.
b. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan di alirkan ke pelvis ginjal lalu ke
bladder melalui ureter. Panjang ureter pada orang dewasa antara 26 sampai 30 cm
dengan diameter 4 sampai 6 mm. Setelah meninggalkan ginjal, ureter berjalan ke
bawah dibelakang peritoneum ke dinding bagian belakang kandung kemih. Lapisan
tengah ureter terdiri atas otot-otot yang di stimulasi oleh transmisi impuls elektrik
berasal dari saraf otonom. Akibat gerakan peristaltik ureter maka urine di dorong
ke kandung kemih.
c. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine, terletak di dasar
panggul pada daerah retroperitoneladan terdiri atas otot-otot yang dapat mengecil.
Kandung kemih terdiri atas dua bagian fundus atau body yang merupakan otot
lingkar, tersusun dari otot detrusor danbagian leher yang berhubungan langsung
dengan uretra. Pada leher kandung kemih terdapat spinter interna. Spinter ini di
kontrol oleh sistem saraf otonom. Kandung kemih dapat menampug 300 sampai
400 ml urine.
d. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari tubuh. Kontrol
pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua yaitu spinter eksterna yang
dapat di kontrol oleh kesadaran kita.
Panjang uretra wanita lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pria 20 cm. Sehingga
pada wanita lebih sering beresiko terjadinya infeksi saluran kemih.
3. Masalah-masalah eliminasi urine
Pasien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami gangguan
dalam aktivitas berkemihnya. Gangguan ini diakibatkan oleh kerusakan fungsi kandung
kemih, adanya obstruksi pada aliran urine yang mengalir, atau ketidakmampuan
mengontrol berkemih (Potter & Perry, 2005) sehingga muncul masalah-masalah
a. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalamm bladder dan ketidak mampuan
bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah
urin yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-450 ml.
b. Inkontinensia urine
Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine.
c. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan
ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada
anak-anak atau pada orang jompo.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
Banyak faktor yang mempengaruhi volume dan kualitas urine serta kemampuan klien
untuk berkemih (Hidayat, 2006).
a. Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output atau
jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.
Selain itu, kopi juga dapat eningkatkan pembentukan urine.
b. Respons keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabakan
urine banyak tertahan di vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
c. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam
kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.
d. Stres psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkeinginan berkemih
dan jumlah urine yang dihasilkan.
e. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
6 pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
f. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat mempengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol uang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia
kemampuan untuk mengontrol buang air kecil semakin meningkat.
g. Kondisi penyakit
Kodisi penyakit tertentu seperti diabetes melitus, ginjal dan lain-lain dapat
memengaruhi produksi urine.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur masyarakat yang melarang buang air kecil di tempat tertentu.
i. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan
untuk berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.
j. Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontaksi pengontrolan pengeluara urine.
k. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine.
Misalnya pemberian diuretik hormon dapat menigkatkan jumlah urine sedangkan
pemberian obat antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
5. Perubahan Pola Eliminasi urine
Pola eliminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah
bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam satu hari sekitar 5 kali.
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pada eliminasi urine, disebabkan oleh multiple (obstruksi anatomis),
kerusakan motorik sensorik dan infeksi saluran kemih. Hal itu lah yang mempengaruhi
perubahan pola eliminasi (Hidayat, 2006).
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome.
konsentrasinya menjadi pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obat tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai
kehitaman. Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil
pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan memengaruhi bau urine
(Tarwoto dan Hartonah, 2006). Menurut Hidayat (2006), pola eliminasi terdiri dari:
a. Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatan
frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk.
Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh
sistisis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil.
b. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia
jika tidak berkemih. Pada umumya terjadi pada anak-anak karena memiliki
kemampuan buruk dalam mengontrol sfingter.
c. Disuria
Disuria adalah keadaan rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria dan
striktur uretra.
d. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita
diabetes melitus, defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal
kronik.
e. Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara
normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60-120 ml/jam secara
8 6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Untuk mengidentifikasi masalah eliminasi urine dan mengumpulkan data
guna menyusun suatu rencana keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian
keperawatan. Menurut Tarwoto dan Hartonah (2006) hal-hal yang perlu di kaji
adalah sebagai berikut:
1) Riwayat keperawatan
a. Pola berkemih
b. Gejala dari perubahan berkemih
c. Faktor yang mempengaruhi berkemih
2) Pemeriksaan fisik
Pada abdomen perlu diperiksa pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena,
distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus. Pada
genitalia wanita perlu dilakukan pemeriksaaan inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret
dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina dan pada genitalia laki-laki periksa
kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
3) Intake dan output cairan
Lakukan pengkajian intake dan output cairan dalam satu hari, kebiasaan
minum di rumah dan intake, cairan infus, oral, makanan, NGT kemudian kaji
perubahan volume urine untuk mengetahui ketidak seimbangan cairan. Lakukan
pengkajian output urine dari urinal, cateter bag, drainage, ureterostomi, sistostomi
dan periksa karakteristik urine seperti : warna, kejernihan, bau dan kepekatan.
4) Pemeriksaan diagnostik
Untuk data yang lebih lengkap dan akurat perhatikan pemeriksaan
diagnostik pada urine, seprti warna normalnya adalah jernih kekuningan,
penampilan urine normalnya jernih, bau beraroma, Ph normalnya 4,5-8,0, berat
jenis normalnya 1,005-1,030, glukosa normalnya tidak terdapat pada urine dan
tidak terdapat keton pada urine normal.
b. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, dalam bukunya Tarwoto dan Hartonah (2006) juga
merumuskan diagnosa yang muncul dan intervensi yaitu:
Gangguan pola eliminasi urine yang kemungkinan berhubungan dengan
trauma medulla spinalis. Kemungkinan data yang ditemukan adalah adanya
inkontinensia, keinginan berkemih yang segera, sering ke toilet, menghindari
minum, spasme bladder dan setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550
ml.
Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4
jam, tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine kemudian klien berkemih
dalam keadaan rileks.
c. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diperoleh, menurut Tarwoto dan Hartonah
(2003) perlu dilkukan intervensi yang rasional yang terdapat dalam tabel dibawah
ini:
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap
2 jam
2. Tingkatkan aktivitas dengan
kolaborasi dokter/fisioterapi
3. Kolaborasi dalam bladder
training.
4. Hindari faktor pencetus
inkontinensia urine seperti
cemas.
5. Kolaborasi dalam pengobatan
dan kateteraisasi.
6. Jelaskan tentang pengobatan,
kateter, penyebab dan tindakan
lainnya.
1. Membantu mencegah distensi
atau komplikasi.
2. Meningkatkan kekuatan otot
ginjal dan fungsi bladder.
3. Menguatkan otot dasar pelvis.
4. Mengurangi/ menghindari
inkontinensia.
5. Mengatasi faktor penyebab.
6. Meningkatkan pengetahuan dan
diharapkan pasien lebih
10 B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit
Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah sakit,
pada tanggal 17 Juli 2013 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
Tn.D. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapar
di lampiran 1.
1. Biodata
Seorang laki-laki Tn.D, berusia 67 tahun dan telah menikah, agama Kristen. Tn. D
adalah seorang Pegawai Negeri dengan pendidikan terakhir adalah SMA, tinggal di
Swadaya, Gg. Sehati, Medan. Pada tanggal 15 Juni 2013 dirawat di ruangan RA2,
kamar III-2, dengan nomor rekam medik 00.29.54.69. tahun 2012 pasien pernah
operasi ginjal dengan diagnosa batu ginjal.
2. Keluhan Utama
Dalam pengkajian yang dilakukan pasien mengatakan sangat terganggu dengan
kondisinya, setiap hari BAK lebih dari 20 kali, nyeri pada bagian kelamin saat BAK
,mengejan saat BAK, dengan urin yang keluar sedikit-sedikit. Selain itu pasien juga
merasakan nyeri di bagian pinggang bagian belakang, hal ini dialami pasien sekitar
seminggu terakhir sebelum masuk rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien sering merasa sakit di bagian pinggang belakang nyeri tersebut menyebar
hingga punggung dan akan semakin terasa nyeri jika banyak beraktivitas khususnya
apabila BAK. Jika pasien merasa nyeri, biasanya pasien langsung istirahat di tempat
tidur. Saat melakukan pengkajian didapati nyeri dengan skala 6 (0-10). Jika dilihat dari
ekspresi wajah nya, ada rasa kesakitan yang ditahan oleh pasien dan terkadang pasien
mengeluh kannya. Nyeri ada sudah sejak setahun yang lalu sebelum pasien di operasi
ginjal, setelah di operasi satu bulan terakhir nyeri itu kembali lagi dengan waktu yang
berkala, sementara dalam seminggu terakhir ini nyeri semakin sering.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami pasien adalah tumor di kaki kanan dan kiri, batu
ginjal. Sebelum dilakukan tindakan medis dan di bawa ke rumah sakit biasanya pasien
di urut atau melakukan kompres air hangat jika merasakan nyeri pada bagian
pinggangnya. Kemudian dibawa ke rumah sakit dan dilakukan pengobatan medis.
Pasien juga pernah dirawat/dioperasi dengan penyakit yang dialami pasien. Operasi
Setelah dilakukan tindakan operasi pasien dirawat hampir dua minggu pemuliha di
rumah sakit, selain itu pasien juga sering bolak balik dan dirawat di rumah sakit dan
selama perawatan, tidak ada didapati alergi pada pasien.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat melakukan pengkajian didapati tidak ada riwayat penyakit dari orangtua
pasien, saudara kandung juga tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang
di derita pasien dan tidak ada juga riwayat keturunan dari keluarga yang lain.
6. Pemeriksaan Fisik
Secara umum didapati pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan baik,
dengan suhu tubuh 36,8 C, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan
24x/ menit, skala nyeri 6 (0-10), TB 160 cm dan BB 64 Kg. Dalam melakukan
pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data
pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati
bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan pada ubun-ubun, kebersihan kepala kurang
terjaga karena pasien tidak cuci rambut saat dirawat di rumah sakit. Rambut tumbuh
merata, dengan bau rambut yang tidak enak, kulit kepala tidak bersih dan berminyak.
Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak kuning langsat dengan struktur wajah
oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah, lembab, konjungtiva
merah, sklera coklat muda, pupil merah dan coklat muda, kornea bulat merata, iris
simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata baik.
Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi
simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasa
cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga simetris kiri
dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik.
Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir tidak kering, keadaan gusi
baik, gigi sehat, keadaan lidah bersih tidak ada jamur, pita suara baik. Posisi trachea
normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.
Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen kurang terjaga dengan baik
karena pasien tidak bisa mandi seperti biasa. Akral hangat, warna kulit normal, tidak
ada cianosis, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, kelembaban kulit baik, kelainan pada
kulit tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris,
12 bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal,suara perkusi
resonan dan saat auskultasi suara nafas vesikuler.
Pada pemeriksaan jantung tidak didapati cianosis, tampak denyut jangtung pada
celah intercosta 4, 5, 6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat perkusi, bunyi
jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen terlihat normal, simetris,
tidak ditemukan benjolan, ada nyeri saat di tekan.
Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) otot
tampak simetris, tidak ada edema, namun pasien mengalami penurunan kekuatan otot
ekstremitas bawah.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
Pasien biasa makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), namun sejak di rawat
di rumah sakit pasien sering tidak selera makan, tidak terdapat nyeri ulu hati, tidak
ada alergi makanan pasien, saat makan kadang terasa mual. Jumlah makanan satu
piring setiap makan namun sering tidak dihabiskan, jenis makanan lembek.
Biasanya pasien minum sekitar 3 sampai 4 liter tiap hari, namun pasien lebih
banyak konsumsi teh manis dan air gula tiap hari. Tidak ada kesulitan menelan saat
makan dan minum.
8. Perawatan diri/personal hygine
Tubuh pasien tampak bersih, kebersihan gigi dan mulut juga terjaga, kuku,
kaki dan tangan tampak bersih.
9. Pola kegiatan / aktivitas
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, tidak bisa dilakukan secara
mandiri namun dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Selama dirawat di rumah sakit pasien merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas
ibadah, namun pasien tetap mau berdoa, misalnya saat mau makan.
10.Pola Eliminasi
Pasien sudah dua hari tidak BAB, hari ke tiga di rumah sakit pasien BAB
dengan karakteristik feses keras dan sedikit namun tidak ada perdarahan dan juga
tidak ada diare. Pasien BAK lebih dari 20 kali per hari dengan karakteristik urine
kuning pekat dan pasien merasa nyeri pada kelamin saat BAK, pasien merasa
kesulitan dalam BAK, bahkan sampai mengejan untuk mengeluarkan urine.
Terdapat riwayat penyakit batu ginjal. Untuk mengatasi masalah pasien minum
C. Masalah Keperawatan dan Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Juli 2013 dari
data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data
objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga masalah
keperawatan yaitu: gangguan pola eliminasi, nyeri, dan resiko tinggi cedera. Secara
lengkap terdapat pada lampiran 2.
D. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah
yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh
tiga diagnosa yaitu:
1. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu
ditandai dengan inkontinensia dan urgensi.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan pasien tampak gelisah,
merintih dan fokus pada diri sendiri.
3. Resiko cedera pada pasien berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis yaitu
penurunan kekuatan otot tungkai bawah ditandai dengan pasien tidak pakai kateter,
pispot melainkan ke toilet.
E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh
dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian
dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan
perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Tn.
D. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel
14 Tabel 2.1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan pola eliminasi
berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai dengan inkontinensia dan
urgensi.
No
Dx
Perencanaan Keperawatan
Dx. 1 Tujuan:
1. Membantu mencegah distensi atau komplikasi
Kriteria hasil:
1. Pasien berkemih dengan jumlah normal dan pola yang normal.
2. Pasien tidak mengalami tanda obstruksi.
Rencana Tindakan Rasional
1. Monitor keadaan
bladder setiap 2 jam
2. Tingkatkan aktivitas
dengan kolaborasi
dokter/fisioterapi.
3. Kolaborasi dalam
bladder training.
4. Hindari faktor pencetus
inkontinensiaurine
seperti cemas.
5. Kolaborasi denga dokter
dalam pengobatan dan
kateterisasi.
6. Jelaskan tentang :
pengobatan, kateter,
penyebab, dan tindakan
lainnya.
1. Membantu mencegah distensi atau
komplikasi.
2. Meningkatkan kekuatan otot ginjal dan
fungsi bladder.
3. Menguatkan otot dasar pelvis.
4. Mengurangi/menghindari
inkontinensia.
5. Mengatasi faktor penyebab.
6. Meningkatkan pengetahuan dan
Tabel 2.2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa nyeri berhubungan dengan
trauma jaringan ditandai dengan pasien tampak gelisah, merintih dan fokus pada diri
sendiri.
No
Dx
Perencanaan Keperawatan
Dx. 2 Tujuan:
1. Pasien dapat mengontrol nyeri dengan relaksasai.
Kriteria hasil:
1. Pasien tampak rileks dan tidur tepat.
Rencana Tindakan Rasional
1. Catat lokasi, lamanya
intensitas(skala 0-10) dan
penyebaran. Perhatikan
tanda non verbal, contoh
peninggian TD dan nadi,
gelisah, merintih dan
menggelepar.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan ke
staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman,
contoh pijatan punggung,
lingkungan istirahat.
4. Dorong / bantu dengan
ambulasi sering sesuai
indikasi dan pemasukan
cairan sedikitnya 3-4 L/hari
dalam toleransi jantung.
Perhatikan keluhan
1. Membantu mengevaluasi tempaat
obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus, nyeri pinggang sering
menyebar ke punggung, lipat paha,
genitalia sehubungan dengan
proksimitas saraf pleksus dan
pembuluh darahyang menyuplai
area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat
dapat mencatuskan ketakutan,
gelisah dan ansietas berat.
2. Memberikan kesempatan untuk
pemberian analgesi sesuai waktu
dan mewaspadakan saraf akan
kemungkinan lewatnya batu/terjadi
komplikasi. Penghentian tiba-tiba
nyeri biasanya menunjukkan
lewatnya batu.
3. Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangn otot dan
16 peningkatan /menetapnya nyeri
abdomen.
5. Kolaborasi pemberian obat
anti nyeri.
4. Hidrasi kuat meningkatkan
lewatnya batu, mencegah stasis
urine, dan membantu mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
5. Biasanya diberikan selama episode
akut untuk menurunkan kolik
uretral dan meningkatkan relaksasi
otot.
Tabel 2.3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa resiko cedera pada pasien
berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis yaitu penurunan kekuatan otot tungkai
bawah ditandai dengan pasien tidak pakai kateter, pispot melainkan ke toilet.
No
Dx
Perencanaan Keperawatan
Dx. 3 Tujuan:
1. Supaya pasien mengurangi aktivitas mobilisasi.
2. Mengurangi resiko cedera
Kriteria hasil:
1. Pasien tetap dapat memenuhi kebutuhan dengan mobilisasi.
Rencana Tindakan Rasional
1. Identifikasi bagian tubuh
yang mengalami penurunan
fungsi fisiologis.
2. Identifikasi faktor
penyebab penurunan fungsi
tubuh.
3. Bantu pasien saat akan
mobilisasi atau anjurkan
keluarga pasien untuk
memantau dan membantu
mobilisasi toileting.
4. Menganjurkan untuk
1. Penurunan fungsi tubuh akan
mengurangi kemaksimalan dalam
mobilisasi.
2. Faktor usia mempengaruhi
penuruna fungsi tubuh.
3. Menghindari terjadinya cedera
pada pasien.
4. Mengurangi resiko terjadinya
pemasangn kateter atau
menggunakan pispot.
F. Implementasi dan Evaluasi
Dari perencanaan yang dilakukan tidak semua tindakan dilakukan sesuai
dengan perencanaan, ada juga perencanaan yang dilakukan namun pasien tidak
setuju tindakan itu dilakukan (secara lengkap terdapat pada lampiran 3).
Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan pola eliminasi, tindakan yang
dilakukan adalah memonitor keadaan bladder tiap dua sampai tiga jam,
menjelaskan kepada pasien tentang gangguan pola eliminasi yang dialami pasien
terkait penyakit pasien, menganjurkan pasien untuk banyak minum air putih,
menganjurkan pasien untuk mengurangi konsumsi minuman kemasan berasa dan
berwarna, menganjurkan pasien untuk menggunakan kateter atau pispot untuk
BAK. Setelah di evaluasi selama perawatan masalah untuk diagnosa pertama belum
teratasi, pasien masih BAK lebih dari 20 kali dalam 24 jam, pasien tidak mau
menggunakan kateter atau pispot, pasien sudah mengurangi konsumsi minuman
berwarna dan berasa.
Untuk diagnosa kedua nyeri, tindakan yang dilakukan adalah mengkaji
skala nyeri, mengkaji vital sign, menjelaskan kepada pasien penyebab nyeri yang
dialami pasien, mengajarkan relaksasi nafas dalam dan distraksi untuk mengurangi
rasa nyeri dan kolaborasi utuk mengurangi rasa nyeri. Dari tindakan yang dilakukan
masalah teratasi sebagian, dapat dilihat ketika pasien merasa nyeri pasien dapat
melakukan relaksasi nafas dalam dan distraksi tanpa harus di dampingi perawat.
Untuk diagnosa ketiga yaitu resiko cedera, tindakan yang dilakukan pasien
adalah menjelaskan kepada pasien tentang penurunan fungsi ekstremitas bawah,
menganjurkan pasien menggunakan kateter atau pispot, pasien tetap tidak mau
menggunakan pispot atau kateter, saat BAK pasien ke toilet dengan bantuan istri
yang juga sudah tua, terkadang di bantu cucu yang menjaga pasien. Resiko cedera
18 BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pasa pasien Tn. D, dilakukan analisa data
untuk memperoleh diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu ditandai dengan inkontinensia dan urgensi.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan pasien tampak
gelisah, merintih dan fokus pada diri sendiri.
3. Resiko cedera pada pasien berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis
yaitu penurunan kekuatan otot tungkai bawah ditandai dengan pasien tidak
pakai kateter,pispot melainkan ke toilet.
Gangguan pola eliminasi adalah sebagai diagnosa prioritas. Kemudian
dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan, dari tiga diagnosa yang diperoleh tidak dapat diatasi secara tuntas.
Diagnosa keperawatan dengan gangguan pola eliminasi belum teratasi, diagnosa
keperawatan dengan nyeri teratasi sebagian, diagnosa keperawatan dengan resiko
terjadinya cedera teratasi sebagian.
B. Saran
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan kualitas pendidikan
mahasiswa, khususnya sebelum praktik di rumah sakit. Sebaiknya diadakan
ujian praktek kembali sebelum praktik ke rumah sakit.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Untuk praktik keperawatan sebaiknya seorang medis meningkatkan
kreatifitasnya dalam merawat pasien dan seorang perawat juga harus tetap
meningkatkan kualitas pendidikannya untuk dapat diterapkan dalam praktik
Daftar Pustaka
Dinarti dkk. (2009). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta: Salemba Medika.
Dongoes, Mary, dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3). Jakarta:EGC.
Wartonah, Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Perry, Potter. (2005). Fundamental Keperawatan (edisi 4 volume 1). Jakarta: ECG.
20 Lampiran 1
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. Biodata
Identitas Pasien
Nama : Tn.D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 67 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Negri
Alamat : Swadaya, Gg. Sehati, Medan
Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2013
No. Register : 00.29.54.69
Ruangan/Kamar : RA2/Kamar III-2
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013
Tanggal Operasi : Pasien operasi tahun 2012
Diagnosa Medis : batu ginjal
II. Keluhan Utama:
Setiap hari pasien BAK lebih dari 20 kali dengan urine sedikit-sedikit setiap
kali BAK dan pasien merasa nyeri di bagian pinggang bagian belakang, hal ini
dialami pasien sekitar seminggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien
juga merasa nyeri pada bagian kelamin saat buang air kecil.
Riwayat Kesehatan Sekarang
A. Provocative/Pallative
1. Apa penyebabnya
Pasien sering merasa sakit di bagian pinggan belakang sering saat
beraktivitas, nyeri pada bagian kelamin juga dialami pada saat BAK.
2. Hal-hal yang memeperbaiki keadaan
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasa nyeri dengan skala 6 (0-10)
2. Bagaimana dilihat
Jika dilihat dari ekspresi wajah nya, ada rasa kesakitan yang ditahan
oleh pasien dan terkadang pasien mengeluh kannya.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Lokasi nyeri pada bagian pinggang belakang, pada bagian genitalia saat
BAK.
2. Apakah menyebar
Nyeri terasa menyebar di bagian pinggang hingga ke punggung.
D. Severity
Nyeri tersebut sangat mengganggu pasien untuk beraktivitas.
E. Time
Nyeri ada sudah sejak setahun yang lalu sebelum pasien di operasi ginjal,
setelah di operasi satu bulan terakhir nyeri itu kembali lagi dengan waktu
yang berkala, sementara dalam seminggu terakhir ini nyeri semakin sering.
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
A. Penyakit yang pernah dialami
Penyakit yang pernah dialami pasien adalah tumor di kaki kanan dan kiri,
batu ginjal.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Biasanya pasien di urut atau melakukan kompres air hangat. Pengobatan
yang dilakukan adalah pengobatan medis, pasien langsung dibawa ke rumah
sakit.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Dengan penyakit yang dialami pasien, pasien pernah dilakukan tindakan
operasi. Operasi tumor di kaki dan ginjal sekitar setahun yang lalu.
D. Lama dirawat
Setelah dilakukan tindakan operasi pasien dirawat hampir dua minggu
pemuliha di rumah sakit, selain itu pasien juga sering bolak balik dan
22 E. Alergi
Selama perawatan,tidak ada didapati alergi pada pasien.
IV. Riwayat Kesehatan Keluarga
A. Orang tua
Tidak ada riwayat penyakit dari orang tua.
B. Saudara Kandung
Tidak ada gangguan penyakit saudara kandung seperti penyakit yang
dialami pasien.
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga.
V. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan baik.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,8 C
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi :80 x/menit
- Pernafasan : 24x/ menit
- Skala nyeri : 7(1-10)
- TB :160 cm
- BB :64 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
- Bentuk : kepala simetris
- Ubun-ubun : tidak ada benjolan
- Kulit kepala : Kebersihan kepala kurang terjaga.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut tumbuh merata
- Bau : rambut bau, karena tidak cuci
rambut.
- Warna kulit : kuning langsat
- Warna kulit : kuning langsat
- Struktur wajah : oval, simetris.
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris.
- Palpebra : Merah, lembab.
- Konjungtiva dan sklera : konjungtiva merah, sklera coklat
muda.
- Pupil :Merah dan coklat muda.
- Cornea dan iris :kornea bulat merata, iris simetris
berbatas jelas.
- Visus : ketajaman penglihatan baik
- Tekanan bola mata :baik
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi :tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi simetris.
- Lubang hidung : lubang hidung normal, bersih
dan tidak ada sumbatan.
- Cuping hidung : tidak ada pernafasan cuping
hidung.
Telinga
- Bentuk telinga : daun telingan normal, dan simetris.
- Ukuran telinga : simetris kiri dan kanan
- Lubang telinga : lubang telinga paten dan bersih - Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : bibir tidak kering
- Keadaan gusi dan gigi :gusi baik, gigi sehat.
- Keadaan lidah : bersih tidak ada jamur.
- Orofaring : pita suara baik.
Leher
- Posisi trachea : posisi trachea normal
- Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
- Suara : suara normal.
24 - Vena jugularis : tidak ada distensi vena jugularis.
- Denyut nadi karotis : denyut nadi teraba. Pemeriksaan integumen
- Kebersihan : kebersihan integumen kurang terjaga dengan
baik.
- Kehangatan : akral hangat.
- Warna :warna kulit normal, tidak ada cianosis.
- Turgor :turgor kulit baik, CRT< 2 detik.
- Kelembaban :kelembaban kulit baik.
- Kelainan pada kulit :tidak ada kelainan pada kulit.
Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : normal, simetris. - Pernafasa (frekuensi,irama): 24kali/ menit
- Tanda kesulitan nafas : tidak ada tanda kesulitan bernafas.
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara : gerak dada normal.
- Perkusi : didapati suara resonan.
- Auskultasi : suara nafas vesikuler.
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : tidak ada tanda cianosis, tampak
denyut jangtung pada celah intercosta 4,5,6 sebelah kiri.
- Palpasi : pulsasi teraba
- Perkusi : suara dullnes saat perkusi
- Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak
ada bunyi tambahan.
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : normal, simetris.
- Auskultasi : tidak ditemukan benjolan.
- Palpasi : ada nyeri saat di tekan.
Pemeriksaan muskoloskeletal/ekstremitas(kesimetrisan, kekuatan otot,
Otot tampak simetris, tidak ada edema, namun pasien mengalami penurunan
kekuatan otot ekstremitas bawah.
VI. Pola kebiasaan sehari-hari
I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan /hari : Pasien biasa makan 3 kali sehari
- Nafsu / selera makan : Pasien tidak selera makan
- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati
- Alergi : Pasien tidak ada alergi makanan
- Mual dan muntah : Saat makan kadang merasa mual
- Waktu pemberian makan : pagi, siang, malam.
- Jumlah dan jenis makan : satu piring, jenis makanan lembek.
- Jumlah cairan : Sekitar 3-4liter/ hari
- Jenis minuman : air putih dan air gula
- Waktu pemberian cairan/minuman: sebelum dan sesudah makan
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah): tidak ada masalah atau kesulitan dalam menelan dan mengunyah pada pasien
VII. Perawatan diri/personal hygine
- Kebersihan tubuh : tubuh pasien tampak bersih
- Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut juga tampak bersih - Kebersihan kuku,kaki dan tangan : kuku , kaki dan tangan tampak bersih
VIII. Pola kegiatan / aktivitas
- Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, dilakukan secara mandiri, sebagian atau total:
Secara umum aktivitas pasien sebagian dibantu.
- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Selama dirawat di rumah sakit pasien merasa kesulitan dalam
26 IX. Pola Eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : sudah 2 hari tidak BAB, hari ke 3 BAB
- Karakter feses : keras.
- Riwayat perdarahan : tidak ada perdarahan
- BAB terakhir : tgl 18 Juni 2013
- Diare : tidak ada diare
- Penggunaan laktasif : tidak ada pengguanaan laktasif
2. BAK
- Pola BAK : BAK lebih dari 20 kali tiap
hari
- Karakter urine : urine kuning pekat.
- Nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK : pasien merasa nyeri saat BAK dan sulit untuk mengeluarkan urine.
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : ada riwayat batu ginjal.
- Penggunaan diuretik : tidak menggunakan diuretik.
- Upaya mengatasi masalah : makan makanan tinggi serat
Lampiran 2
Pasien mengatakan BAK lebih
dari 20 kali tiap hari, urine
yang dikeluarkan sekitar 50 cc
tiap kali BAK, saat BAK sakit
pada bagian kelamin dan
sering mengejan untuk BAK.
DO:
Terdapat adanya batu
kecil-kecil sebesar pasir pada urine.
Warna urine kuning pekat.
DS:
Pasien mengatakan nyeri di
bagian pinggang dan
menyebar ke punggung.
Pasien mengatakan nyeri pada
bagian genitalia saat BAK
Skala nyeri 6 (0-10)
DO:
Pasien tampak gelisah,
merintih dan berfokus pada
diri sendiri.
DS:
Pasien mengatakan tidak mau
menggunakan pispot dan
kateter.
Pasien mengatakan kaki nya
tidak kuat lagi untuk berdiri
Stimulasi kandung
kemih oleh batu
BAK lebih dari 20
kali/ 24 jam.
Gangguan pola
eliminasi
Trauma jaringan oleh
batu
Skala nyeri 6
Nyeri
Ganggua pola eliminasi
Nyeri
28 dan terasa sakit jika lama
berdiri.
DO:
Pasien tidak menggunakan
kateter atau pispot saat BAK.
Pasien BAK dengan bantuan
istri dan cucu nya dan BAK
harus ke toilet.
Paien berusia 67 tahun.
Penurunan fungsi
ekstremitas bawah
Kaki tidak kuat untuk
berdiri
Lampirann 3
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari /
tanggal
Diagnosa Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi
Senin/
- Menjelaskan kepada
pasien penyebab
perubahan pola
eliminasi pada pasien.
- Memonitor keadaan
bladder setiap 2 jam
S: Pasien mengatakan
mengerti tentang
perubahan pola eliminasi
yang dialami pasien.
Pasien mengatakan BAK
lebih dari 20 kali dalam
satu hari.
O: - Distensi bladder
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi lanjut
Nyeri - Mengkaji tanda vital
TD :120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,7
- Menjelaskan kepada
pasien penyebab nyeri
yang dialami pasien.
- Mengkaji skala nyeri 6
(0-10).
- Menganjurkan pasien
untuk tarik nafas
dalam untuk relaksasi.
S : pasien mengatakan
nyeri pada pinggang
belakang dan menyebar
ke punggung. Nyeri
semakin meningkat saat
BAK
O : - Skala nyeri 6
(0-10)
- Pasien gelisah
dan merintih
- Pasien fokus pada
diri sendiri
30 teratasi
P : intervensi lanjut
Resiko
cedera
- Menjelaskan kepada
pasien tentang
penurunan fungsi
tubuh yang
dipengaruhi oleh usia
pasien.
- Menganjurkan pasien
untuk BAK
menggunakan pispot.
S : Pasien mengatakan
kaki terasa sakit jika
berdiri lama dan pasien
tidak tahan berdiri lama.
O : Pasien sudah tua (67
tahun)
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi lanjut
dengan menganjurkan
- Memonitor keadaan bladder
tiap 2 jam
- Menganjurkan pasien untuk
menggunakan pispot setiap
BAK.
- Menganjurkan pasien untuk
mengurangi konsumsi minum
air gula dan konsumsi
minuman kemasan.
S : Pasien mengatakan
masih tetap BAK lebih
dari 20 kali dalam satu
hari.
Pasien mengatakan tidak
mau menggunakan
kateter.
O : - Pasien bolak-balik
ke kamar mandi untuk
BAK dalam rentang
waktu sekitar 30 menit
sampai 1 jam.
- Urine kuning
pekat, terdapat
batu kecil dengan
pasir.
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi lanjut
Nyeri - Mengkaji skala nyeri
- Menganjurkan pasien
untuk melakukan
relaksasi nafas dalam.
- memonitor
tanda-- kolaborasi obat anti
nyeri
S : Pasien mengatakan
masih tetap nyeri pada
bagian pinggang dan
semakin nyeri saat BAK.
O : Skala nyeri 7 (0-10).
P : intervensi lanjut
Resiko
cedera
- Menganjurkan pasien
untuk menggunakan
pispot dan
menjelaskan manfaat
penggunaan pispot.
S : pasien tidak mau
menggunakan kateter dan
tetap BAK ke toilet.
O :- pasien BAK dengan
bantuan.
A : masalah belum
terataasi
32
- Mengkaji perubahan pola
eliminasi
- Memonitor keadaan bladder
tiap 2 jam
- Mengajarkan manfaat
pemakaian kateter dan
menganjurkan untuk
pemasangan kateter.
S : Pasien mengatakan
masih tetap BAK lebih
dari 20 kali tiap hari dan
belum bisa di kontrol dan
tidak mau menggunakan
kateter.
- Menganjurkan pasien
untuk melakukan
relaksasi nafas dalam.
- memonitor
tanda-- kolaborasi obat anti
nyeri
S : Pasien mengatakan
masih ada nyeri namun
sudah berkurang dan
merasa lebih nyaman.
O :- pasien sudah bisa
melakukan relaksasi
nafas dalam tanpa
bantuan perawat.
A : masalah teratasi
sebagian
modifikasi dengan
distraksi.
Resiko
cedera
- kolaborasi dengan
keluarga pasien utuk
membantu toileting
pasien.
S : pasien mengatakan
masih belum mampu ke
toilet tanpa bantuan.
O : pasien BAK ke toilet
denganbantuan keluarga.
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi lanjut
Kamis
- Memonitor keadaan bladder
tiap 2 jam.
- memberikan inforn concent
penolakan pasien untuk
mengguanakan kateter.
S : BAK masih tetap
lebih dari 20 klai dalam
sehari dan pasien tidak
menggunakan pispot atau
kateter.
O :- Distensi bladder
A : masalah belum
teratasi.
P : intervensi lanjut.
Nyeri - Mengkaji skala nyeri
- Mengajarkan dan
menganjurkan
S : pasien mengatakan
nyeri sudah berkurang.
34 RR : 24x/menit
S : 37 C
- kolaborasi obat anti
nyeri
A : masalah teratasi
sebgian
P : intervensi lanjut
Resiko
cedera
- menganjurkan
keluarga pasien untuk
tetap membantu
pasien toileting.
S : pasien belum bisa
secara mandiri untuk
toileting dan merasa
sangat terbantu dengan
adanya cucu dan istri
yang menolong untuk
toileting.
O : pasien BAK dengan
bantuan keluarga ke
toilet.
A : masalah teratasi
sebagian.
P :intervensi lanjut
Jumat
- memonitor keadaan bladder
tiap 2 jam
S : Pasien masih BAK
lebih dari 20 kali dalam
24 jam.
O : - Pasien bolak-balik
ke toilet
- distensi bladder
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi lanjut.
- Mengajarkan dan
- kolaborasi obat anti
nyeri
nyeri berkurang dan
mampu untuk modifikasi
mengurangi nyeri dengan
distraksi.
A : masalah teratasi
sebagian
P :intervensi lanjut
Resiko
cedera saat akan
mobilisasi khususnya
saat toileting yang
didampingi keluarga.
S :-
O : Pasien toileting
dengan bantuan keluarga.
A : Masalah teratasi
sebagian