• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP KARYAWAN TERHADAP KESELAMATAN KERJA PADA PT DWI MULYA JAYA MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP KARYAWAN TERHADAP KESELAMATAN KERJA PADA PT DWI MULYA JAYA MOJOKERTO"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti

sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat

regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

kompetitif. Industrialisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia, yang dimana

setiap manusia diharapkan dapat menjadi sumber daya siap pakai dan mampu

membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

PT. Dwi Mulya Jaya sendiri merupakan perusahaan yang pekerjaannya

mengandung banyak resiko karena bergerak dibidang konstruksi seperti

pembangunan gedung, saluran irigrasi, jembatan, gudang pabrik, perumahan,

pengaspalan jalan. Jaminan keselamatan kerja sangatlah penting untuk karyawan

yang bekerja di PT. Dwi Mulya Jaya. Apabila karyawan bekerja dengan hati yang

tenang dan nyaman karena adanya jaminan keselamatan kerja maka akan tercipta

sikap karyawan positif. Sikap karyawan yang positif bisa terlihat dengan

karyawan memakai perlengkapan kerja dan peduli adanya program keselamatan

kerja yang diberikan oleh perusahaan. Sedangkan untuk sikap yang negatif bisa

terlihat dengan karyawan mengabaikan adanya keselamatan kerja dengan tidak

memakai alat pelindung diri dan mereka sekedar memikirkan pekerjaannya cepat

selesai. Perusahaan PT Dwi Mulya Jaya ini awalnya sudah memiliki

perlengkapan kerja tetapi masih belum sesuai dengan standart keselamatan kerja

untuk karyawannya. Selama ini para karyawan dalam bekerja kurang

menggunakan perlengkapan kerja yang dapat membuat rasa aman. Karyawan di

PT Dwi Mulya Jaya saat bekerja tidak semuanya memakai perlengkapan kerja

dikhawatirkan terjadi kecelakaan.

Pekerja di lapangan menanggung banyak resiko dikarenakan kerja di

lapangan dengan lingkungan berasap, berdebu, dan panas. Para pekerja di

(2)

2

yang tidak menggunakan perlengkapan kerja. Perlengkapan kerja sangatlah

penting untuk keselamatan dirinya. Sebaiknya pihak perusahaan harus

bertanggung jawab atas lingkungannya pekerjanya dengan memberikan

perlengkapan kerja dan pembinaan tentang keselamatan kerja yang terbaik untuk

karyawannya.

Mangkunegara (2007) keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman

atau selamat dari penderitaan, kerusakan, atau kerugian di tempat kerja. Risiko

keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat

menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo,

patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering

dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan

mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.

Terungkap juga bahwa lingkungan yang ada sering kali kurang membantu

tenaga kerja untuk mengoptimalkan proses produksi dan prestasi kerja. Keadaan

suhu, kelembaban dan kondisi udara banyak yang mengganggu kenyamanan

kerja. Penerangan yang penting untuk melakukan kerja sering diabaikan,

akibatnya sering timbul kelelahan mata dan berakibat pada menurunnya tingkat

efisiensi. Lingkungan kerja sering dipenuhi debu, uap, gas atau asap yang bisa

mengganggu keselamatan.

Saat ini keselamatan kerja di bidang konstruksi kurang diperhatikan oleh

perusahaan sehingga banyak karyawan yang terjadi kecelakaan dalam bekerja.

Safety itu sebetulnya paling penting diterapkan di segala bidang yang kerjanya

menanggung banyak resiko. Untuk yang pernah kerja konstruksi apalagi di dalam

negeri dengan perusahaan lokal yang menginginkan cari untung dan cepat selesai,

safety jadi nomor paling belakang. Banyak perusahaan konstruksi di Indonesia

belum sepenuhnya terlaksana, banyak yang menganggap untuk keselamatan kerja

diproyek menambah pengeluaran perusahaan. Apabila dalam suatu perusahaan ini

kurangnya safety maka akan menimbulkan sikap tersendiri bagi karyawan dalam

bekerja. Jika dalam bekerja karyawan menciptakan kenyamanan secara tidak

langsung memunculkan sikap yang positif terhadap perusahaan tersebut adanya

keselamatan kerja.

(3)

3

oleh pimpinan perusahaan, penerapan cara-cara kerja yang aman oleh tenaga

kerja, keteraturan dan ketata-rumah-tanggaan yang baik, dan pemasangan pagar

pengaman atau pelindung, terhadap mesin-mesin yang berbahaya. Pimpinan

perusahaan harus mengorganisasi proses secara efisien dengan

mengkombinasikan produksi maksimum dengan biaya minimum dan dengan

memasukkan keselamatan tidak sebagai ekstra tetapi merupakan satu bagian dari

proses. Kebiasaan-kebiasaan bekerja secara benar harus ditimbulkan oleh latihan

kerja yang tepat dan selanjutnya diteruskan dalam praktek di tempat kerja.

Mengenai aspek psikologis, kondisi kerja yang berakibat ketenangan mental

sangat membantu meningkatkan keselamatan. Pimpinan perusahaan atau pengurus

perusahaan harus menjadi pimpinan aktivitas keselamatan. Setiap orang di

perusahaan harus tahu bahwa pimpinan perusahaan tidak hanya tertarik kepada

produksi, kepada kualitas dan kuantitas produk, kepada pencegahan

terbuang-buangnya material, kepada pemeliharaan mesin dan peralatan secara baik, tetapi

juga kepada keselamatan.

Azwar (2011) sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif,

afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan

berperilaku terhadap suatu objek. Sikap pekerja terhadap keselamatan dalam

industri, dalam prakteknya tergantung pada banyak faktor, mulai dari latar

belakang sosial dan keagamaan sampai kepada lingkungan dan pribadinya. Dapat

dikatakan bahwa pekerja sendiri biasanya bukan penggerak kegiatan pencegahan

kecelakaan. Bahkan di negara majupun dimana keadaan pekerja relatif lebih baik,

perlu upaya keras untuk menjadikan sadar akan keselamatan. Hal ini cenderung

mengungkapkan bahwa pekerja jarang secara spontan berminat terhadap

keselamatan, walau mungkin hidupnya terancam. Sebagai anggota panitia

keselamatan atau bentuk lainnya, pekerja individu jelas lebih banyak

sumbangannya bagi keselamatan. Tapi secara umum perbaikan dalam

keselamatan tak dapat disebut berasal dari pekerja. Hal ini mungkin sebagian

terjawab dari kenyataan bahwa hampir semua tempat, hukum yang membuat

pengusaha bertanggung jawab mengadakan dan memelihara kondisi kerja yang

aman. Tapi penjelasan yang mungkin adalah karena pekerja lebih tertarik dalam

(4)

4

masalah keselamatan (Adiwardana, 1989).

Bentuk-bentuk sikap yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja

antara lain antara lain kesembronoan (recklessness) tidak bertanggungjawab, atau tidak memiliki sikap kerja sama. Sikap-sikap semacam ini merupakan symptom

dari sesuatu yang lebih mendasar yaitu personal maladjustment. Pekerja yang

memiliki kematangan dan yang well-adjusted tidak merasa menjadi banci

(sissified) untuk mengamati usaha keselamatan dan menghindari resiko-resiko kecil (Winarsunu, 2008).

Untuk melakukan pengukuran pada taraf kognitif, afektif dan konatif

terhadap keselamatan kerja digunakan kerangka berfikir tentang sikap terhadap

keselamatan kerja, dimana indikasi tinggi rendahnya sikap terhadap keselamatan

kerja dapat dilihat dari keputusan untuk mendukung atau tidak mendukung

keselamatan kerja setelah pekerja mengalami pertentangan atau konflik antara

kebutuhan untuk melakukan sesuatu secara aman tetapi tidak menyenangkan di

satu sisi berhadapan dengan tuntutan untuk memuaskan kebutuhan yang

menyenangkan tetapi dilakukan secara tidak aman (Winarsunu, 2008).

Banyak pekerja mungkin menganggap cara tak aman lebih muda,tidak terlalu

macam-macam atau lebih cepat. Mungkin mereka anggap cara tak aman adalah

yang terbaik. Mungkin mereka kira langkah pengaman tidak perlu karena yakin

dapat menjaga diri dalam segala keadaan. Mungkin mereka menganggap,

sebagaimana biasanya orang berpengalaman, dapat menentukan sendiri cara

bekerja yang baik. Atau mereka mungkin tidak menghiraukan atau tidak

menyadari metode yang aman. Dapat dipegang sebagai patokan bahwa seorang

pekerja pabrik ingin mencapai upah setinggi mungkin. Bila upah makin tinggi bila

kerja makin cepat, mudah dipahami bahwa pekerja akan terdorong untuk

mengabaikan keselamatan demi meningkatkan hasil (Adiwardana, 1989).

Dalam studi yang pernah dibuat dalam bidang keselamatan kerja telah

menunjukkan menonjolnya faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan.

Ditemukan bahwa kira-kira 85% kecelakaan ditimbulkan terutama karena

tindakan yang ceroboh, dan hanya 15% disebabkan karena tindakan atau keadaan

(5)

5

Hasil penelitian itu membuktikan bahwa perilaku manusia merupakan

penyebab utama terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Padahal, kecelakaan kerja

yang terjadi dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan,

menurunnya mutu dan hasil produk, terhentinya proses produksi dan kerusakan

lingkungan, yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak. Dalam skala besar,

akibat kecelakaan kerja yang banyak terjadi dan besarnya jumlah kerugian yang

diderita perusahaan, secara kumulatif akan pula merugikan perekonomian sosial.

Faktor manusia yang memiliki kontribusi terhadap perilaku berbahaya, bahwa

kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja merupakan

variabel yang memiliki kontribusi sangat kuat terhadap perilaku

berbahaya.Variabel kesadaran terhadap bahaya juga memiliki kontribusi pada

pembentukan sikap terhadap keselamatan kerja yang selanjutnya akan

mempengaruhi perilaku berbahaya. Kondisi pemikiran seeorang terhadap

elemen-elemen yang mengandung bahaya akan menghasilkan reaksi, sikap dan tindakan

tertentu.

Iklim keselamatan kerja akan memberi kontribusi pada terbentuknya

kesadaran terhadap bahaya, misalnya berupa perolehan dalam hal persepsi,

pemahaman lambang-lambang pengetahuan dan keterampilan dalam

program-program keselamatan kerja yang sangat berhubungan dengan tinggi rendahnya

perilaku berbahaya.

Menurut sumber data angka kecelakaan (Chicago, National Safety Council) edisi 1957 (dalam buku Suma‟mur, 1987) menjelaskan kecelakaan di bidang konstruksi angka frekuensi dalam kematian dan cacat menetap seluruhnya

sebanyak 0,28. Cacat sebagian menetap sebanyak 0,60. Cacat total sementara

sebanyak 18,22. Kemudian semua kecelakaan dengan cacat sebanyak 19,10 dan

angka beratnya kecelakaan sebanyak 2,375.

Beberapa penelitian tentang sikap terhadap keselamatan kerja antara lain

dilakukan oleh Olearnik & Canter pada tahun 1988 kepada pekerja yang berada di

perusahaan yang memiliki catatan tingkat kecelakaan kerja rendah, sedang dan

tinggi, dimana diketahui bahwa angka-angka kecelakaan kerja tersebut memiliki

korelasi yang signifikan dengan sikap terhadap keselamatan kerja. Sikap pekerja

(6)

6

yang angka kecelakaan kerjanya tinggi daripada kecelakaannya rendah.

Pengukuran sikap meliputi komitmen pada keselamatan pekerja, kecelakaan,

aturan bekerja yang aman, pencegahan, pemahaman pada keselamatan kerja,

pemahaman pada pekerjaan, dan supervisi (Winarsunu, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Aulia (2006) diketahui sebanyak 61,46 %

responden memiliki intensitas sikap yang kuat dan sebanyak 38,54 % responden

memiliki intensitas sikap yang lemah terhadap keselamatan kerja. Adapun

penelitian lainnya yaitu Dwi Jayanti (2009) menunjukkan semakin positif sikap

karyawan terhadap program keselamatan kerja maka semakin rendah perilaku

berbahaya mereka & semakin negatif sikap karyawan terhadap program

keselamatan kerja maka semakin tinggi perilaku berbahaya. Hasil penelitian ini

menunjukkan sikap terhadap program keselamatan kerja dengan perilaku

berbahaya sebesar 14,7 %. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak diteliti oleh peneliti.

Dengan adanya berbagai tuntutan masalah keselamatan kerja, maka

perusahaan harus dapat memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan

perlindungan pada karyawan dengan melakukan program-program jaminan

kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun

1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian

disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan

kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang

disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan.

Selanjutnya, menurut penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga

berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program

pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan

tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja

yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut

berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.

(7)

7

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana sikap karyawan terhadap keselamatan kerja pada

PT Dwi Mulya Jaya?

C.Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian untuk mengetahui sikap karyawan terhadap

keselamatan kerja pada PT Dwi Mulya Jaya.

D.Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dalam keilmuan

psikologi pada umumnya, serta psikologi industri dan organisasi pada

khususnya tentang sikap terhadap keselamatan kerja.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, dapat digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan

kebijaksanaan dalam keselamatan kerja yang sudah diterapkan di perusahaan.

Sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi karyawan dalam bekerja dan

(8)
(9)

SIKAP KARYAWAN TERHADAP KESELAMATAN KERJA PADA PT DWI MULYA JAYA MOJOKERTO

SKRIPSI

Oleh :

Augustin Pertami Putri 08810230

FAKULTAS PSIKOLOGI

(10)

SIKAP KARYAWAN TERHADAP KESELAMATAN KERJA PADA PT DWI MULYA JAYA MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Augustin Pertami Putri 08810230

FAKULTAS PSIKOLOGI

(11)
(12)
(13)
(14)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Alhamdulillah 3x …. Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT, karena atas kuasa dan kehendakNya semata penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“Sikap Karyawan Terhadap Keselamatan Kerja Pada PT. Dwi Mulya Jaya Mojokerto”dengan penuh kesabaran dan istiqomah. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan keluarga nabi.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Terwujudnya skripsi ini atas

bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati dan

keikhlasan, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UMM,

sekaligus pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu di tengah

kesibukan untuk memberi arahan pemikiran dan saran-saran yang sangat berharga

bagi penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Muhammad Shohib, M.Si selaku pembimbing II dan dosen wali atas

kesabaran dan keuletannya untuk selalu membimbing dan memberikan masukan

informasi ketika penulis mengalami kebingungan.

3. Bapak Hendri Priambodo Subekti selaku Direktur dari PT.Dwi Mulya Jaya yang

telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

4. Karyawan di PT.DwiMulyaJaya yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

5. Abah, Umi , dan adekku yang selalu memberi dukungan, do‟a dan kasih sayang

sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Amin Adi Sukmadi S.Psi sebagai kekasihku yang selalu memberikan semangat

dan pengarahan dalam pengerjaan skripsi.

7. Teman-teman kost ellipsis 3 yang sudah memberikan motivasi dan semangatnya

untuk menyelesaikan skripsi.

8. Teman-Teman angkatan 2008 khususnya Kelas D yang selalu memberikan

semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

(15)

v

memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Penulis berharap agar kelemahan-kelemahan dari hasil

penelitian ini bisa dikurangi oleh peneliti berikutnya.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin, amin yarobbal „alamin.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Malang, 13 April 2012

Penulis

(16)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Sikap ... 8

1. Pengertian Sikap ... 8

2. Dimensi Sikap ... 9

3. Komponen Sikap ... 10

4. Karakteristik Sikap ... 10

5. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ... 12

6. Cara Pengukuran Sikap ... 14

B. KeselamatanKerja ... 15

1. Pengertian Keselamatan Kerja... 15

2. Tujuan Keselamatan Kerja ... 16

(17)

vii

4. Usaha – Usaha dalam meningkatkan keselamatan

kerja ... 17

5. Penerapan Keselamatan Kerja di Perusahaan ... 18

C.Sikap Terhadap Keselamatan Kerja ... 19

D.Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 22

B.Identifikasi Variabel Penelitian ... 23

C.Definisi Operasional ... 23

D.Populasi dan Sampel... 24

E. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 25

1. Jenis Data ... 25

2. Metode Pengumpulan Data ... 25

3. Validitas dan Realibilitas ... 30

a. Validitas ... 30

b. Realibilitas ... 33

F. Prosedur Penelitian ... 37

G.Teknik Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 40

B.Analisa Data ... 41

C.Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 51

B.Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(18)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1 : Blue Print Skala Sikap Terhadap Keselamatan Kerja ... 28

Tabel 3.2 : Skor Untuk Jawaban Pernyataan Pada Skala Likert ... 29

Tabel 3.3 : Uji Validitas Skala Sikap Terhadap Keselamatan Kerja ... 32

Tabel 3.4 : Blue Print Setelah tryout Skala Sikap Terhadap Keselamatan Kerja ... 33

Tabel 3.4 : Uji Realibilitas Skala Sikap Terhadap Keselamatan Kerja .. 36

Tabel 3.5 : Uji Realibilitas Total ... 37

Tabel 4.1: Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.2 : Jumlah Subjek Berdasarkan Usia Karyawan ... 40

Tabel 4.3 : Jumlah Subjek Berdasarkan Masa Kerja Karyawan ... 41

Tabel 4.4 : Sikap Karyawan Terhadap Keselamatan Kerja ... 41

Tabel 4.5 : Sikap Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.6 : Sikap Karyawan Berdasarkan Usia Karyawan ... 43

Tabel 4.7 : Sikap Karyawan Berdasarkan Masa Kerja ... 44

Tabel 4.8 : Sikap Karyawan Terhadap Keselamatan Kerja Berdasarkan Lingkungan Kerja ... 45

Tabel 4.9 : Sikap Karyawan Terhadap Keselamatan Kerja Berdasarkan Peralatan Kerja ... 45

Tabel 4.10:Sikap Karyawan Terhadap Keselamatan Kerja Berdasarkan Pengaturan Udara ... 46

(19)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran ... 55

1. Skala Penelitian ... 56

2. Data Tryout Penelitian ... 62

3. Data Hasil Penelitian ... 75

(20)

53

DAFTAR PUSTAKA

Adiwardana, A.S. (1989). Pencegahan kecelakaan: International labour office geneva (Cetakan pertama). Jakarta: PT Gramedia.

Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas (Cetakan kesembilan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_______S. (2010). Metode penelitian (Cetakan kesepuluh ). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______ S. (2011). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______ S. (2009). Penyusunan skala psikologi (Cetakan kesebelas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dwijayanti. (2009). Hubungan antara sikap terhadap program keselamatan kerja

dengan perilaku berbahaya pada karyawan. (Skripsi, Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Harianto, F. (1989). Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Malang: Yayasan Keselamatan Kesehatan Kerja.

Hudaniah & Dayakisni, Tri. (2001). Psikologi sosial (Cetakan pertama). Malang: UMM Press

Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral (Cetakan kesebelas). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Luthans, Fred. ( 2006). Perilaku organisasi (Edisi Kesepuluh). Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Mangkunegara, A.P. (2007). Manajemen sumber daya manusia perusahaan (Cetakan ketujuh). Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nazir, Moh. (1999). Metode penelitian (Cetakan keempat). Bogor Selatan: Ghalia Indonesia .

Panggabean, M.S. (2004). Manajemen sumber daya manusia (Cetakan kedua). Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

(21)

54

Priyatno, Dwi. (2009). 5 Jam olah data dengan SPPS 17. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Rahman, Aulia. (2006). Sikap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Sigit, Soehardi. (2001). Pengantar metodologi penelitian (Cetakan kedua). Yogyakarta: Pena Persada Offset

Sobur, Alex. (2003). Psikologi umum (Cetakan pertama). Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D (Cetakan kesebelas). Bandung: CV.Alfabeta.

Winarsunu, T. (2008). Psikologi keselamatan kerja (Cetakan pertama). Malang: UMM Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dibutuhkaa sebuah aaalisa terseadiii yaag bertujuan untuk mencari volume maksimal (di mana Q/C = 1 ) yang dapat ditampung oleh jalan Kertajaya, dengan asumst

Genotipe biji lurik pada peubah kadar kemanisan biji memberikan tanggapan yang tidak berbeda nyata pada semua dosis pemberian pupuk kalium, kecuali berbeda nyata hanya

Tujuan penulisan ini adalah membantu dalam meningkatkan kinerja marketing dalam mengolah data dan informasi dengan cepat, tepat dan lengkap, dan informasi yang berguna bagi

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Produktivitas Karyawan Pada PT..

Kalo lokasinya strategis, kemarin saya naik bus ke rumah sakit karena diajarin sama tetangga yang pernah berobat di situ juga, nekat juga sih sebenarnya itu dalam hati ngucap

Berdasarkan penjelasan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah proses dari awal hingga hasil terbitnya sebuah laporan audit yang dilakukan oleh seseorang

(2002) menyatakan bahwa Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya sikap ini yang dicerminkan oleh moral kerja,

Program CSR/PKBL dari PTPN III Terhadap UMKM di kota Medan Bertujuan Untuk Meningkatkan Citra Perusahaan Dan Memberdayakan Masyarakat.. CSR/PKBL Layak Dilaksanakan