• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upacara Kematian Ncayur Tua Pada Etnik Pakpak: Kajian Semiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upacara Kematian Ncayur Tua Pada Etnik Pakpak: Kajian Semiotik"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Roland. 1988. The Semiotic Challenge. New York : Hill and Wang. Berutu, Lister. Nurbani Padang. 2013.“Mengenal Upacara Adat Masyarakat suku Pakpak di Sumatera Utara”. Medan: Pusat Penelitian dan Pengembangan

Budaya Pakpak.

Koentjaraningrat (ed), 1997. Metode - metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Naiborhu, Torang. 1993. Tesis. Odong-odong: Nyanyian Ratapan Rimba Pakpak Dairi. Analisa Tekstual dan Musikologis. Medan: Lembaga Penelitian USU. Marintan. 2011.Makna dan Fungsi Simbolis Dalam Tradisi Mangure Lawik Pada Masyarakat Melayu Di Kawasan Sibustak-bustak.USU Press,Medan.

Morris, C W, 1946 : Zeichen, Sprache und Verhalten ( Amerika 1946 ). Terj. Jerman, Dusseldorf, 1973.

Nanawi Hadari.1991. Metode Penelitian. Jakarta: Balai Pustaka.

Rayking. 2013.Gorga Sopo Godang Pada Masyarakat Batak Toba: Kajian Semiotik. USU Press, Medan.

Saussure, F.de, 1916 : Courrs de linguistique generale ( 1916 ), Paris, 1962. Sudjiman 1983, Panuti, Pierce 1993 dan Art Van Zoest. 1978. Serba-serbi Semiotika. Jakarata : Gramedia.

(2)

Tarigan, girson.2013.Upacara Adat Cawir Metua pada Masyarakat Karo Di Kabupaten Langkat.Kajian Semiotik.USU Press,Medan.

Warisman.Asriaty. 2009.Bentuk,Jenis dan Fungsi dalam Ornamen Simalungun.USU Press,Medan.

Zuraida dkk (Tim), 1985. Upacara Tradisional yang berkaitan dengan peristiwa alam dan Kepercayaan Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Departemen

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

Koentjaraningrat ( 1976:30) yang mengatakan “penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif memberikan gambaran, uraian, keterangan dan mencari fakta mengenai suatu individu, keadaan atau kelompok masyarakat”.

Metode adalah cara atau alat yang di telah ditentukan untuk memecahkan suatu masalah.dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif, karena memberikan keterangan yang akurat dan jelas sesuai yang di butuhkan.

Di samping itu, untuk mendukung metode penelitian yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat ,penulis juga menggunakan metode penelitin lainnya, yaitu :disiplin lapangan (field) dan hasil dari disiplin ini kemudian disusun menjuadi satu hasil akhir (a final study), (Meriam,1964:37).

Untuk selengkapnya pengumpulan data dengan daftar pertanyaan maupun wawancara tersebut dapat pula digunakan pengamatan (Observation) dan penggunaan catatan harian, (Djarwanto,1984:25).

3.1 Metode Dasar

(4)

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Nawawi 1991:63). Masyarakat Batak Pakpak pada saat ini banyak tidak menjaga adat dan budaya yang memiliki bentuk, fungsi, dan makna tertentu, sehingga adat dan budaya zaman dahulu hampir punah. Dalam metode deskriptif, penulis akan berusaha mengungkapkan dan memaparkan hasil yang sebenarnya sesuai dengan keadaannya sekarang.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan untuk penelitian adalah Desa Prongil, Kecamatan Tinada, Kabupaten Pakpak Bharat. Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah karena penduduknya asli etnis Pakpak dan juga masih dilaksanakannya upacara adat kematian Ncayur Ntua.

3.3 Sumber Data Penelitian

(5)

1. Penelitian lapangan. Penulis langsung turun ke lapangan untuk mencari data yang ada dan lengkap dari informan.

2. Tokoh-tokoh adat dan masyarakat setempat yang dijadikan penulis sebagai informan dalam melakukan penelitian untuk penulisan skripsi ini di mana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan dan bertanya langsung kepada tokoh-tokoh adat dan masyarakat setempat agar penelitian yang didapat lebih konkrit dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya agar tidak terjadi kesalahan pahaman masyarakat Pakpak yang ada di Desa Prongil Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Penelitian kepustakaan dengan cara mencari sumber data dari buku-buku yang sesuai dengan judul skripsi ini. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan berhubungan dengaan buku-buku yang digunakan penulis sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini sehingga penelitian lebih mudah dilakukan dan pengerjaan skripsi ini menjadi lebih mudah.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar wawancara/pedoman wawancara.

2. Alat perekam ( tape recorder ) yang digunakan untuk mewawancarai informan sehubungan dengan objek penelitian.

3. Kamera untuk mengambil gambar.

(6)

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan antara lain : 1. Metode observasi yaitu penulis langsung ke lapangan melakukan

pengamatan terhadap objek penelitian. Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati fungsi dan makna pada upacara adat kematian Ncayur Ntua dengan menggunakan kamera sebagai alat untuk mengambil gambar, setelah peneliti mengamati alat apasaja yang digunakan pada upacara kematian Ncayur Ntuatersebut maka akan di gabungkan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat. Alasan peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan data akurat mengenai makna dan fungsi yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua.

2. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran apa makna yang terkandung dalam upacara kematian tersebut. Wawancara ini ditujukan kepada etnik Pakpak khususnya kepada masyarakat yang berada di Desa Prongil yang terdiri dari kepala desa, tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat umum. Wawancara ini juga akan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan dan disusun terlebih dahulu.

(7)

metode ini penulis mencari buku-buku pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dari satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Metode atau cara mengelola data mentah sehingga menjadi data yang akurat dan ilmiah dipakai dengan metode struktural.

Adapun langkah-langkah metode analisis data ini adalah sebagai berikut : 1. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

2. Setelah data diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian teori yang digunakan.

(8)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.3 UPACARA KEMATIAN NCAYUR NTUA PADA MASYARAKAT PAKPAK

Dalam pelaksanaan upacara kematian Ncayur Ntua pada etnik Pakpak terdapat tahapan yang lazim dan harus dilakukan pada upacara tersebut, dari tahapan pelaksanaan tersebut terdapat simbol-simbol penting yang hanya dipahami oleh orang tertentu saja, simbol yang terdapat pada upacara kematian Ncayur Ntua tersebut masing-masing memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Dalam subbab ini dibahas tentang bagaimana tahapan berjalannya upacara kematian tersebut dan apa simbol yang terdapat serta bagaimana fungsi dan makna dari simbol itu sendiri.

4.2Tahapan Pelaksanaan Upacara Adat Kematian Ncayur Ntua Pada Masyarakat Pakpak Di Kabupaten Pakpak Bharat

(9)

penguburan. Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan upacara adat Ncayur Ntua pada etnik Pakpak dikabupaten Pakpak Bharat

4.2.8 Sungkun Sempanganen (Musyawarah Keluarga)

Sungkun sempanganen merupakan tahapan yang pertama pada upacara kematian Ncayur Ntua. Sungkun sempanganen biasanya dihadiri hanya keluarga dekat saja,baik kula-kula, dengan sebeltek dan berru. Dalam tahapan ini akan membahas beberapa hal diantaranya :

1. Tempat penguburan, peti yang akan digunakan, dan juga waktu penguburan.

2. Tata cara penguburan, besar kecilnya acara yang akan dilaksanakan, dan jenis makanan yang akan disajikan.

3. Kelengkapan adat yang harus dipersiapkan

4. Tata tertib pelaksanaan upacara adat sampai pada penguburan.

4.2.9 Tenggo raja

(10)

raja tersebut. Tetapi tetua ,sibettoh adat dan dengan kuta juga bisa memeberikan saran demi kelangsungan acara tersebut.

4.2.10 Memasukken Bangke Mirumahna (Memasukkan Mayat ke Peti Mati)

Pada tahap ini orang yang sudah meninggal akan dimasukkan ke peti mati. Jika sebelumnya orang yang meninggal ini masih berada atau dibaringkan di rumah .Pada tahap ini ada jenis adat yang diletakkan di tempat orang yang sudah meninggal yaitu : Blagen peramaken.

4.2.11 Mengapul Pergendang

Pergendang adalah orang yang memukul gendang pada saat acara tarian upacara mate Ncayur Ntua. Gendang yang dipukul biasanya lima,makanya etnik Pakpak biasa menyebutkan gendang silima. Mengapul pergendang adalah memberi makan sesuai adat yang telah ditentukan.tujuannya adalah memberi penghormatan atau etika baik kepada pergendang, supaya pergendangnya dapat memukul gendangnya dengan semangat dan ikhlas. Gendang yang digunakan pada upacara mate ncayur ntua adalah gendang silima dan gong sada rabaen.

4.2.12 Tatak Mengido Izin Taba Puang Benna Deket Puang Pegamaki Puang benna dan puang pengamaki dalam masyarakat Pakpak adalah

(11)

puang benna dan puang pengamaki.Dalam tatak/tarian meminta izin ini,adat yang digunakan adalah olessori-sori

4.2.13 Acara Tumatak Ipas Mate Ncayur Ntua (Acara Tarian Dalam Kematian Ncayur Ntua)

Acara tarian dalam kematian ncayur ntua dilakukan setelah Tatak Mengido Izin Taba Puang Benna Deket Puang Pegamaki, dalam acara tumatak pada upacara kematian ncayur ntua memiliki tahapan-tahapan,yaitu :

4.2.13.1 Tatak Sukut Dekket Simersibeltek

Tatak atau tarian pada tahap ini adalah tarian yang dibawa oleh pihak sukut dan saudara-saudaranya.Dalam tarian inilah jerreten ditanam sebagai tempat untuk memotong kerbau, maka pada jerreten tersebut diikat kerbau yang masih hidup. Jerreten yang diikat kerbau dikelilingi oleh sukut dekket simersibeltek untuk melakukan tatak (tarian).

4.2.13.2 Tatak Puang Benna

(12)

4.2.14 Petording Ulaen Tikan Peberkatken Bangke I Saponai

Petording ulan maksudnya adalah acara yang dilakukan oleh pihak keluarga sebelum jasad yang sudah meninggal dikeluarkan dari rumah menuju halaman rumah.acara ini dilakukan di dalam rumah dan dalam acara ini akan dilaksanakan pesakatken tudung. Yang dimaksud pesakatken tudung adalah memberikan oles yang disebut oles sori-sori.,disebut oles sori-sori karena oles ini akan diletakkan diatas kepala karena tudung mengartikan sebagai payung atau pelindung.

4.2.8 Tatak Tikan I kasean 4.2.8.1 Tatak Sukut

Setelah jasad yang sudah meninggal dipindahklan ke halaman rumah, maka acara tatak atau tarian akan berlangsung di halaman rumah. Tatak yang pertama akan dilakukan oleh pihak sukut atau dari pihak keluarga yang punya acara yang disebut dengan tatak sukut,dalam tatak sukut akan dilakukan tatak era-era. Era-era mempunya pengertian sebagai ajakan atau menjemput tamu yang akan datang, era-era ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu sepotong kayu atau bambu, dan ujungnya dilapisi dengan sampilit, silinjuhang dan sanggar.

4.2.8.3 Tatak dengan sebeltek

(13)

sukut dan menggunakan era-era dan tujuannya sama yaitu menyambut tamu yang akan datang ke acara tersebut.

4.2.10 Membagi Sulang (membagikan sulang)

Sulang dalam etnik Pakpak merupakan bagian-bagian daging yang sudah dipotong dengan bagian tertentu yang akan diberikan kepada orang yang sudah ditentukan dalam sebuah acara adat.

Dalam upacara adat mate Ncayur Ntua pembagian sulang dilakukan setelah terlaksananya acara tatak (tarian) dan sebelum orang yang meninggal dikuburkan. Jenis-sulang tersebut terbagi dalam kelompok berikut ini.

4.2.10.1 Sulang mi puang (sulang kepada puang)

Dalam pembagian sulang pada pada upacara kematian ncayur ntua yang pertama dibagikan adalah kepada pihak semua puang.Sulang yang akan dibagikan kepada puangadalah tulan tengah .tulan tengah merupakan jenis daging bagian tulang punggung hewan.

4.2.9.2 Sulang Mi Berru

(14)

4.4.14.3 Sulang mi tengah (dengan sebeltek )

Dengan sebeltek adalah saudara daripada pihak sukut atau keluarga dekat. Sulang yang diberikan kepada dengan sebeltek sama dengan sulang yang diberikan kepada pihak puang yaitu tulan tengah yang bermakna sebagai penengah. Dalam masyarakat Pakpak dengan sebeltek sangat berperan ditengah-tengah keluarga.karena kemungkinan setiap ada sesuatu yang terjadi dengan sebeltek yang akan lebih dulu mengetahuinya dari pada yang lain.

4.2.9.4 Sulang mi perekur-ekur

Perekur-ekur adalah orang yang paling muda dalam sebuah keluarga atau biasa disebut dengan siampun-ampun. Jenis sulang yang diterima oleh perekur-ekur sesuai dengan namanya yaitu bagian perekur-ekurna (ekornya).

4.2.9.5 Sulang mi sukut

Sukut dalam etnis Pakpak adalah adalah tuan rumah dalam suatu acara adat. Jika dalam upacara mate Ncayur Ntua,sukut yaitu orang yang sedang berduka cita karena keluarga dari sukut atau orang tuanyalah yang sedang meninggal itu.

4.2.9.6 Sulang mi perkata-kata

(15)

jawab dalam menjalankan acara tersebut. Sulang yang akan diberikan kepada perkata-kata adalah piah-piah.

4.2.9.7 Sulang mitua-tua kuta / raja

Tua-tua kuta adalah orang yang dituakan karena usianya yang memang sudah tua atau disegani dalam masyarakat pakpak.tua-tua kuta dianggap sebagai raja disuatu kampung karena dianggap mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang terjadi,sulang yang akan diberikan kepada tua-tua kuta adalah ndiadeppen. Ndiadeppen adalang sulang bagian dada dari kerbau.

4.2.9.8 Sulang mi pengetetua ikuta

Pengetua I kuta adalah perangkat desa dalam suatu kampung yaitu kepala desa beserta jajarannya. Sulang yang diberikan kepada pengetua ikuta yaitu pipi sebelah kiri.

4.2.9.9 Sulang misukut nintalun

(16)

4.2.9.10 Sulang mi umum

Yang disebut umum dalam upacara kematian ncayur ntua adalah masyarakat yang datang ketempat acara adat tersebut, dan sulang yang diberikan kepada masyarakat umum pun tidak bersifat khusus,tetapi bersifat bebas bagian mana yang akan diberikan.

4.2.10 Menghalopken pekiroh karina puang

Puang dalam etnis Pakpak adalah orang dari pihak paman, yaitu kerabat dari pihak wanita.Dalam kedatangan puang pihak sukut harus menyiapkan oles ataupun mandar (sarung) dan uang yang akan diberikan kepaada pihak puang yang datang.

4.2.11 Peberkatken berru

Setelah selesainya pembagian sulang dan acara adat yang lain,pihak berru akan pulang ketempat masing-masing dan akan diberitahukan kepada pihak sukut. Stelah pihak sukut mengetahuinya maka mereka akan menyiapkan sperangkat adat yang akan diserahkan kepada pihak berru berupa ayam, beras, selampis, kembal dan belagen.

4.5 Simbol Yang Digunakan Dalam Upacara Kematian Ncayur Ntua Pada Masyarakat Pakpak

(17)

dan perlu diketahui oleh semua orang terlebih etnis Pakpak. Simbol-simbol tersebut diuraikan pada subbab ini.

4.3.1 Blagen (tikar)

Blagen peramaken adalah tempat tidur atau tikar bagi orang yang sudah meninggal,dikatakan belagen peramaken adalah karena belagen atau tikar itu dikembangkan. Belagen atau tikar ini diletakkan oleh permaen, puang benna dan puang pengamaki ke dalam peti mati. Dalam meletakkan blagen peramaken biasanya di iringi dengan tangis milangi.tujuannya adalah meminta kepada Tuhan agar diberikan kesehatan kepada keturunannya.

4.3.2 Gendang

(18)

4.3.3 Isap (rokok)

Dalam upacara kematian Ncayur Ntua,Isap (rokok) pada umumnya digunakan oleh laki-laki yang ikut berperan membantu terlaksananya upacara kematian Ncayur Ntua tersebut. Rokok tersebut disediakan oleh pihak dari sukut.

4.3.8 Napuren (sirih)

Dalam upacara kematian Ncayur Ntua, napuren diberikan kepada pergendang (orang yang memukul gendang), napuren merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh etnis Pakpak dan napuren ini sangat berarti dalam setiap acara-acara adat bahkan untuk dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

4.3.9 Manuk (ayam )

Manuk (ayam) dalam upacara kematian Ncayur Ntua pada etnis pakpak merupakan lauk makanan yang akan diberikan kepada pergendang sebagai lauk mereka. Dalam memberikan makanan tersebut ada kata-kata yang diucapkan oleh pihak keluarga kepada pergendang yang berbunyi “ pangan ke mo pangan en asa merkinijuah kene mengulaken ulaen en lako mengendangi orang tua name en “ ( kalian makanlah makanan ini supaya sehat-sehat kalian melaksanakan pekerjaan kalian mengendangi (memukul gendang ) orang tua kami ini ).

4.3.10 Jeretten

(19)

jerrretten tersebut terdapat beberapa jenis tumbuhan yang menjadi satu kesatuan yang memiliki fungsi masing-masing. Adapun bagian –bagian tersebut sebagai berikut.

4.3.10.1 Kayu sembernaik

Kayu sembernaik adalah jenis kayu yang digunakan pada saat menanam padi didarat. Kayu ini digunakan karena terasa ringan dan gampang untuk didapatkan.

4.3.10.2 Silinjuhang

Kayu silinjuhang adalah jenis pohon yang daunnya dan akarnya bisa diramu untuk dijadikan obat tradisional pada etnik Pakpak

4.3.10.3 Sanggar

(20)

4.3.10.4 Bulung sampilit

Bulung sampilit adalah jenis daun yang bisa digunakan untuk obat-obatan tradisional pakpak, untuk mengobati berbagai macam penyakit baik yang dubuat orang maupun untuk mengobati penyakit yang sering ada.

4.3.6.5 Blagen mbentar dinding ulu (tikar putih)

Blagen mbentar dalam masyarakat Pakpak adalah jenis tikar putih yang dianyam dari daun pandan,ukurannya tidak besar diberikan kepada pengantin baru, kepada perkata-kata sebagai tempat duduknya dan diberikan kepada orang yang sudah meninggal untuk tempat tidurnya sebagai penghormatan terakhir.

4.3.6.6 Waren ntaban/ijuk

Waren ntaban/ijuk adalah tumbuhan yang menyerupai tali yang memanjang dan biasanya hidup dihutan dan bagian dari pohon aren yang dapat digunakan sebagai tali.

Waren taban/ijuk bagi masyarakat pakpak biasanya digunakan sebagai tali untuk mengikat suatu barang agar mudah dibawa, karena waren taban/ijuk ini merupakan jenis tali yang sangat kuat.

4.3.7 Tongket (tongkat)

(21)

mereka adalah sebagai penerus keturunan keluarga tersebut. Penyerahan tongket tersebut pada saat acara tumatak (menari) yang diberikan oleh pihak puang benna.

4.3.8 Oles sori-sori (pakaian adat Pakpak)

Oles sori-sori (pakaian adat Pakpak)adalahpakaian yang berbentuk sisir pada bagian bawahnya yang disebut rambu-rambunya. Oles sori-sori digunakan dalam acara yang dilakukan oleh pihak keluarga sebelum jasad yang sudah meninggal dikeluarkan dari rumah menuju halaman rumah. Acara ini dilakukan di dalam rumah dan dalam acara ini akan dilaksanakan pesakatken tudung. Yang dimaksud pesakatken tudung adalah memberikan oles yang disebut oles sori-sori.

4.5.9 Era-era

(22)

4.5.10 Tulan tengah

Tulan tengahmerupakan bagian punggung dari hewan yang sudah dipotong, dalam etnis pakpak tulan tengah merupakan jenis sulang yang akan dibagikan kepada pihak semua puang. Dikatakan tulan tengah karena sulang yang akan diberikan diambil dari bagian tengah dari kerbau yang dipotong.

4.5.11 Peggu

Peggu (empedu) adalah empedu dari sebuah hewan yang sudah dipotong, empedu dari hewan ini akan diberikan kepadaberru . Peggu merupakan makanan yang sangat pahit tetapi sulang ini tetap harus ada dalam setiap upacara adat Mate Ncayur Ntua.

4.5.12 Ate

Ate (hati) jenis sulang yang diberikan kepada berru dalam upacara kematian Ncayur Ntua. Ate (hari) kerbau merupakan makanan yang lembut.

4.5.13 Betekken

(23)

4.5.14 Rusuk

Rusuk yaitu jenis sulang yang diambil dari kerbau yang sudah dipotong, dikatakan rusuk karena sulang ini merupakan dari bagian tulang rusuk yang terdiri dari tulang-tulang yang tersusun secara rapi dan kecil.

4.5.15 Ekur

Ekur merupakan jenis sulang yang diambil dari bagian ekor kerbau yang sudah dipotong,sulang bagian ekornya ini akan diberikan kepada pihak perekur-ekur. Disebut perekur-ekur orang yang paling bungsu atau yang terakhir.

4.5.16 Isang

Isang dalam upacara kematian Ncayur Ntua yaitu jenis sulang bagian dagu dari kerbau yang dipotong, sulang bagian isang ini akan diberikan kepada pihak sukut. Sukut dalam etnis Pakpak adalah orang yang sedang mengadakan pesta atau orang yang sedang berduka cita karena keluarga dari sukut atau orang tua dari pihak sukut meninggal.

4.5.17 Piah-piah

(24)

4.5.18 Ndiadeppen

Ndiadeppen adalah sulang bagian dada pada kerbau yang dipotong.

Sulang Ndiadeppen akan diberikan kepada Tua-tua Kuta. Tua-tua Kuta adalah orang yang dituakan karena usianya yang memang sudah tua atau disegani dalam masyarakat Pakpak. Tua-tuakuta dianggap sebagai raja disuatu kampung karena dianggap mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang terjadi.

4.5.19 Pipi sebelah kiri

Pipi sebelah kiri adalah jenis sulang yang akan diberikan kepada pengula kuria (pengurus gereja) dalam suatu kampung

4.5.20 Oles/mandar

Oles/mandar dalam etnis Pakpak digunakan dalam acara-acara adat yang resmi. Tetapi dalam upacara kematian Ncayur Ntua,oles/mandar akan diberikan kepada puang yang datang ketempat pihak sukut.

4.5.21 Kepeng/riar

(25)

4.5.22 Ayam, beras, selampis, kembal dan belagen.

Setelah selesainya pembagian sulang dan acara adat yang lain dalam upacara kematian Ncayur Ntua, maka pihak berru akan pulang ketempat mereka masing-masing dan rencana kepulangan mereka akan diberitahukan kepada pihak sukut. Stelah pihak sukut mengetahuinya maka mereka akan menyiapkan seperangkat adat yang akan diserahkan kepada pihak berru berupa ayam, beras, selampis, kembal dan belagen.

4.6 Fungsi dan makna Dari Simbol Yang Digunakan Dalam Upacara Kematian Ncayur Ntua Pada Etnis Pakpak

4.4.1 Blagen peramaken/mbentar

Gambar 4.4.1 blagen peramaken/mbentar A. Fungsi

• sebagai tempat tidur terutama bagi orang yang sudah meninggal • Sebagai tempat duduk perkata-kata

(26)

B. Makna

Bila dibrikan kepada perkata-kata dan pengantin baru blagen mbentar bermakna agar putihlah rejeki atau lancar dalam setiap pekerjaan, tetapi bagi orang yang sudah meninggal blagen mbentar bermakna sebagai penghargaan terakhir dari utusan anaknya dan dari puang kepada orang yang sudah meninggal karena sudah dianggap berjasa membesarkan dan merawat anak-anaknya.

4.4.2 Gendang silima

Gambar 4.4.2 gendang silima A. Fungsi

Gendang silima dalam upacara kematian Ncayur Ntua berfungsi sebagai alat musik yang mengiringi tatak (tarian), tetapi suara yang dimainkan tidak sembarangan atau tertentu saja sesuai dengan permintaan dari pihak yang akan mengadakan tarian

B. Makna

(27)

bagian, dan yang digunakan adalah gendang silima yang berarti gendang yang dipakai berjumlah lima buah.

4.4.3 Gong Sada Rabeen

Gambar 4.4.3 gong sada rabeen A. Fungsi

Gong sada rabeen berfungsi sebagai pelengkap dari gendang silima untuk mengiringi tatak (tarian) agar musik yang dimainkan lebih indah.

B. Makna

Gong sada rabeen pada upacara kematian Ncayur Ntua bermakna sebagai penghibur bagi keluarga yang ditinggalkan atau yang sedang berduka.

(28)

A. Fungsi

dalam masyarakat pakpak isap/rokok berfungsi untuk menghangatkan badan atau melancarkan percakapan agar lebih terasa dekat.

B. Makna

dalam masyarakat pakpak untuk memulai pembicaraan akan disuguhkan rokok agar apa yang akan dibicarakan lebih berjalan santai atau cepat akrab berbicara.

4.4.5 Napuren (sirih)

Gambar 4.4.5 napuren A. Fungsi

dalam masyarakat Pakpak Napuren biasanya makanan yang biasa

dikonsumsi oleh masyarakatnya dan berfungsi sebagai penghangat mulut karena terasa pedas dan membuat gigi lebih kuat dan sehat

(29)

pengormatan kepada pergendang atau etika baik dari pihak keluarga tuan rumah agar pergendang melakukan pekerjaanya dengan baik dan benar sehingga upacara adat mate Ncayur Ntua berjalan dengan lancar .

4.4.6 Manuk (ayam)

Gambar 4.4.6 manuk A. Fungsi

Untuk mengapul pergendang ayam juga turut diberikan yang berfungsi sebagai lauk makanan mereka

B. Makna

(30)

4.4.7 Oles Sori-sori

Gambar 4.4.7 oles sori-sori A. Fungsi

Fungsi oles pada masyarakat Pakpak secara umum adalah untuk dipakai dalam setiap acara-acara adat dan menghangatkan tubuh dikala kita saat kedinginan. B. Makna

Agar acara adat dalam kematian ncayur ntua berjalan sesuai yang diharapkan.tidak terkendala oleh suatu masalah apapun, seperti oles sori-sori yang rapi seperti sisir melambangkan agar acara adat ini pun berjalan secara rapi dan teratur.

(31)

A. Fungsi

Dalam upacara kematian Ncayur Ntua kayu sembernaik berfungsi untuk mengikat kerbau yang akan dipotong.

B. Makna

Kayu sembernaik bermakna agar bertambah rejeki keluarga yang ditinggalkan seperti yang dilambangkan kayu sembarnaik yang berarti naiklah semua rejeki

4.6.9 Silinjuhang

Gambar 4.4.9 silinjuhang A. Fungsi

• Untuk membuat ramuan obat tradisional bagi masyarakat Pakpak • Sebagai penangkal dari makhluk-makhluk halus

B. Makna

(32)

4.6.10 Sanggar

Gambar 4.4.10 sanggar A. Fungsi

• sanggar dalam masyarakat Pakpak biasanya berfungsi untuk membuat sangkar burung.

• Sebagai penahan longsor karena sanggar merupakan tumbuhan yang berkelompok dan akarnya kuat seperti bambu.

B. Makna

(33)

4.6.11 Bulung Sampilit

Gambar 4.4.11 bulung sampilit A. Fungsi

menjaga agar tidak terjadi longsor dengan menanam pohon sampilit akan menahan tanah agar tetap kuat dari hujan yang deras.

B. Makna

menjauhkan semua mara bahaya atau hal-hal yang tidak baik dari keluarga yang ditinggalkan seperti yang dilamabangkan sampilit yang berarti mpilit ( menjauh).

(34)

A. Fungsi

Untuk mengikat suatu barang agar tidak berserakan atau menjadi satu B. Makna

Waren Ntaban/ijuk bermakna agar orang yang lagi berduka diberi kekuatan dan menjadi satu kata seperti yang dilambangkan waren taban/ijuk agar orang yang ditinggalkan ini diikat dalam suatu ikatan, tidak mudah berselisih paham dalam menghadapi suatu masalah

4.6.13 Tongket (tongkat)

Gambar 4.4.13 tongket A. Fungsi

Tongket berfungsi sebagai penopang bagi orang yang susah berjalan ataupun pincang

B. Makna

(35)

4.6.14 Era-era

Gambar 4.4.14 era-era A. Fungsi

• Era-era dalam upacara kematian Ncayur Ntua berfungsi untuk menyambut rombongan yang datang keacara adat tersebut.

Era-era yang yang digunakan berfungsi agar tatak atau tarian tersebut

lebih meriah.

B. Makna

(36)

4.6.15 Tulan tengah

Gambar 4.4.15 tulan tengah A. fungsi

Tulan tengah dibagikan kepada puang berfungsi untuk memberitahukan

kepada pihak semua puang sebagai apa dia ditengah-tengah keluarga. • Sebagai lauk untuk makan

B. Makna

(37)

4.4.17 Peggu

Gambar 4.4.16 peggu A. Fungsi

• sebagai makanan dalam masyarakat pakpak tetapi rasanya sangat pahit. • Sebagai sulang yang digunakan dalam acara adat Mate Ncayur Ntua B. Makna

karena berru merupakan orang yang akan paling capek dalam mengerjakan segala sesuatu pada saat upacara adat kematian ncayur ntua, maka akan diberikan sulang yaitu peggu, karena peggu merupakan makanan yang sangat pahit yang melambangkan pekerjaan berru yang paling capek.

4.4.20 Ate

(38)

A. Fungsi

• sebagai makanan atau lauk dalam masyarakat Pakpak.

Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

Supaya berru semakin sehat setelah mengerjakan pekerjaan dalam upcara kematian Ncayur Ntua maka akan diberikan ate (hati). Karena ate makanan yang lembut atau enak, sehingga setelah berru memakannnya maka semua rasa capek yang dirasakan setelah acara adat tersebut hilang.

4.4.21 Betekken

Gambar 4.4.18 betekken A. Fungsi

merupakan makanan lauk dalam masyrakat Pakpak tetapi betekken ini lebih banyak tulangnya.

Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

(39)

agar setiap yang dilakukannya dalam sehari-hari selalu kuat dan sehat-sehat seperti yang dilambangkan betekken yang berarti kuat dan bertenaga.

4.4.22 Rusuk

Gambar 4.4.19 Rusuk A. Fungsi

Rusuk berfungsi sebagai makanan lauk dan rusuk ini banyak tulang-tulang

kecil yang tersusun secara rapi.

Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

(40)

4.4.23 Ekurna (ekornya)

Gambar 4.4.20 ekurna A. Fungsi

fungsi ekur-ekur yaitu sebagai makanan dalam masyarakat Pakpak. Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

Sulang yang diberikan kepada perekur-ekur dalam etnis Pakpak bermakna sebagai penutup dalam acara adat. Ekur-ekur yang berarti bagian belakang. Jadi merekalah yang akan mengakhiri acara adat dengan memberikan sepatah dua patah kata.

4.4.22 Isang

(41)

A. Fungsi

Isang dalam etnis Pakpak mempunyai fungsi sebagai makanan Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

Makna isang yang diberikan kepada sukut adalah karena sukut (tuan rumah) menandakan sebagai kesukuten atau tempat ciranggun (mengadu). Jadi sukut dalam etnis Pakpak adalah tempat mengadu bagi anak-anaknya

4.4.22 Piah-piah (ginjal)

Gambar 4.4.22 piah-piah A. Fungsi

piah-piah berfungsi sebagai makanan tetapi terasa kurang enak. Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

(42)

umum, baik itu berupa cibiran yang disebabkan acaranya tidak berjalan dengan baik. Seperti piah-piah yang pahit yang berarti rasa sakitlah yang akan lebih banyak diterimanya.

4.4.23 Ndiadeppen

Gambar 4.4.23 Ndiadeppen A. Fungsi

Ndiadeppen pada masyarakat Pakpak berfungsi sebagai makanan. Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

(43)

4.4.24 Pipi Sebelah Kiri

Gambar 4.4.24 pipi sebelah kiri A. Fungsi

• Pipi sebelah kiri berfungsi sebagai makanan dalam etnis Pakpak. • Sebagai sulang yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua B. Makna

dalam upacara kemaian Ncayur Ntua pipi yang diberikan kepada pengetua ikuta bermakna bahwa pengetua I kuta (kampung) merupakan teman berdiskusi.

4.4.25 Oles/Mandar

(44)

A. Fungsi

Oles/mandar pada masyarakat Pakpak berfungsi sebagai pakaian dalam acara adat.biasanya setiap acara adat berlangsung mereka akan menggunakan oles/mandar (sarung)

B. Makna

Oles/mandar pada masyarakat Pakpak bermakna sebagai penghangat jiwa. Jadi masyarakat pakpak biasanya akan memakai oles/sarung agar jiwanya meraa hangat ataupun senang.

4.4.26 Kepeng (uang)

Gambar 4.4.26 kepeng A. Fungsi

• Uang biasanya berfungsi sebagai alat pembayaran atau alat transaksi yang sah

(45)

B. Makna

Uang yang disediakan dalam kedatangan puang bermakna sebagai penghargaan terhadap apa saja yang telah dibawa pihak puang atau kula-kula kepada pihak sukut, jadi semua yang sudah dibawa pihak kula-kula akan diganti dengan uang. Dalam hal ini, uang yang diberikan pihak sukut kepada pihak kula –kula bukan berarti ada jual-beli dalam acara ini. Tetapi hanya sebagai penghargaan karena kula-kula sudah datang dan membawa adat.

4.4.27 Seperangkat adat Pakpak ( kembal, selampis,belagen,ayam dan beras)

Gambar 4.4.27 seperangkat adat Pakpak A. Fungsi

fungsi seperangkat adat yang akan diberikan kepada berru pada pada saat upacara kematian Ncayur Ntua yaitu sebagai penghargaan atau pemberian semangat kepada berru dari pihak sukut.

B. Makna

(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan uraian mengenai upacara adat kematian Ncayur Ntua pada masyarakatPakpak Di Desa Prongil Kabupaten Pakpak Bharatditinjau dari segi semiotik yang dikemukakan dalam skripsi ini dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Masyarakat Pakpak menganut asas patrilinial yaitu berdasarkan garis keturunan ayah.

2. Merga merupakan hal yang sangat Penting bagi masyarakat Pakpak karena sebagai penentu hubungan kekerabatan.

3. Sulang silima pada masyarakat pakpak merupakan system kekerabatan yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap acara adat.

4. Dalam masyarakat Pakpak mengenal tiga macam hubungan kekerabatan yaitu berdasarkan pertalian darah, perkawinan dan merga.

(47)

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian terhadap budaya dan sastra daerah perlu ditingkatkan sebab sastra daerah merupakan sumber dari kebudayaan Indonesia yang tiada habis-habisnya.

2. Kepada generasi muda diharapkan supaya tetap melestarikan kebudayaan karena kebudayaan merupakan jati diri setiap daerah.

3. Perlunya pelestarian budaya dan sastra daerah dengan cara melakukan setiap upacara adat dari setiap suku yang memiliki budaya sendiri sehingga tercermin kehidupan yangmempunyai kebudayaan yang tinggi. Inilah saran sekaligus harapan penulis yang penulis sampaikan agar dapat menggugah hati generasi muda masa kini sebagai penerus bangsa agar lebih perduli terhadap kebudayaan untuk dikembangkan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga budaya kita tetap lestari dan terjaga sehingga terdapat rasa persaudaraan dan saling menghormati antara satu suku dengan suku yang lain yang ada di Negara Indonesia.

(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan

Untuk mendukung seluruh data-data yang terkumpul pada saat penelitian dan sebagai acuan dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan serangkaian kepustakaan, yaitu dengan menelaah atau mengkaji sejumlah buku dan tulisan yang berkaitan dengan topik penelitian, tentang kebudayaan, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal tari, situs internet dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsep-konsep,teori,serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan.

Penulisan proposal ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang semiotik, salah satunya buku yang disusun oleh Pierce. Selain itu digunakan sumber bacaan lainnya. Adapun buku-buku sumber bacaan lain yang digunakan dalam memahami dan mendukung penelitian penulis adalah :

1. Berutu, Lister. Nurbani Padang, 2013 Mengenal Upacara Adat Masyarakat suku Pakpak. Dalamj buku ini memaparkan tentang beberapa jenis upacara adat yang ada pada masyarakat Pakpak.

(49)

3. Metua Pada Masyarakat Karo Di Kabupaten Langkat. Dalam skripsi ini membahas tentang fungsi dan makna.

4. Rayking (2015) dalam skripsinya berjudul Gorga Sopo Godang Pada Masyarakat Batak Toba. Dalam skripsi ini membahas tentang fungsi dan makna.

5. Marintan (2011) dalam skripsinya yang berjudul Makna dan Fungsi Simbolis dalam Tradisi Mangure Lawik pada masyarakat Melayu dikawasan Sibustak-bustak Jalan Mojopahit Aek Habil Kota Sibolga Tapanuli Tengah, skripsi ini membahas tentang makna.

6. Warisman dan Asriaty (2009) dalam laporan penelitian yang berjudul Bentuk, Jenis, dan Fungsi dalam Ornamen Simalungun, yaitu mengenai pendeskripsian ornamen-ornamen yang ada di Simalungun, dalam penelitian ini juga membahas mengenai makna-makna yang terkandung dalam setiap ornamen yang diteliti. Meski dengan objek penelitan yang berbeda namun penelitian ini bisa dijadikan sebagai landasan berpijak karena merupakan objek yang memiliki kelas yang sama menurut Peirce yaitu simbol.

(50)

8. Morris (dalam Sally 1996:3) mengatakan semiotik adalah ilmu mengenai tanda, baik itu bersifat manusiawi maupun hewani, berhubungan dengan suatu bahasa tertentu atau tidak , mengandung unsur kebenaran atau kekeliruan, bersifat sesuai atau tidak sesuai, bersifat wajar atau mengandung unsur yang dibuat-buat.

9. Peirce (dalam Zoest, 1978:1) mengatakan semiotik adalah setiap gagasan yang berupa tanda. Peirce juga mengatakan bahwa semiotik adalah studi tentang tanda. Semiotik baginya adalah doktrin dari sifat esensial dan variasi fundamental Semiosis.

2.2. Teori yang digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk yang berlaku secara umum dan akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya.

2.2.1 Teori Semiotik

(51)

tersebut mempunyai arti dalam lapangan kritik sastra (Preminger dalam Pradopo:1995)

Dari pendapat di atas yang menjelaskan tentang pengertian semiotik dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda dan mengkaji tentang makna yang terkandung dalam sebuah tanda di mana tanda-tanda ini dianggap sebagai fenomena sosial dan hubungan antara masyarakat dan kebudayaan.

Menurut Peirce (dalam Hoed, 2011:46) tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain” (something that represents something else). Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain. Yang dapat menjadi tanda bukan hanya bahasa, melainkan berbagai hal yang dapat melingkupi kehidupan di sekitar kita. Berdasarkan objeknya, Peirce (DalamSobur: 2006)membagi tanda atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol).

(52)

Peirce (dalam Hoed, 2011:46) mengemukakan bahwa pemaknaan suatu tanda bertahap-tahap. Tahap pertama, yakni saat tanda dipahami secara prinsip saja; kemudian tahap kedua saat tanda dimaknai secara individual, dan kemudian ke tiga saat tanda dimaknai secara tetap sebagai suatu konvensi. Konsep tiga tahap ini penting untuk memahami bahwa dalam suatu kebudayaan kadar pemahaman tanda tidak sepenuhnya sama pada semua anggota kebudayaan tersebut.

Peirce (dalam Hoed, 2011:153) Pemaknaan tanda terjadi dalam sebuah proses yang di sebut semiosis. Model peirce adalah model triadik yang memiliki tiga tahapan dalam memahami sebuah proses pemaknaan, yaitu:

1. Representamen (R), yaitu “wujud luar” tanda yang berkaitan dengan indra manusia secara langsung.

Contoh: asap yang mengepul terlihat dari kejauhan (R) dirujuk pada (atau mewakili) kebakaran.

2. Objek (O), yakni konsep yang dikenal oleh pemakai tanda dalam kognisinya dan berkaitan dengan (diwakili oleh) representamen tersebut.

Contoh: lukisan yang kita lihat (R) dirujuk pada suatu (atau mewakili) hewan atau benda yang dikenal dalam pikiran (kognisi) manusia (O).

3. Interpretan (I), penafsiran lanjut oleh pemaknaan tanda, setelah representamen dikaitkan dengan objek.

Contoh : lampu merah pada rambu lalu lintas (R) kita rujuk pada (atau mewakili) makna /konsep ‘berhenti’ (O).

(53)

terhingga dan secara teoritis tidak ada akhirnya, karena manusia akan terus berfikir.

Keinginan dan naluri manusia untuk terus berfikir dan menafsirkan sesuatu menurut fikiran yang terus berkembang akan menghasilkan sebuah pengertian baru yang tampak berbeda dengan makna sebenarnya dari hal yang dirujuk tersebut, makna baru tersebut bisa disebut sebagai pemaknaan konotasi. Bartes (dalam Hoed, 2011:171) mengetengahkan konsep konotasi sebagai “pemaknaan kedua” yang didasari oleh “pandangan budaya”, “pandangan politik” atau “ideologi” pemberi makna.

(54)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari tidak terlepas dari unsur budaya. Budaya yang dimiliki akan menjadi ciri utama kelompok -kelompok individu yang menggunakannya. Kebudayaan tersebut hadir sebagai salah satu bentuk untuk meregenerasikan kepada keturunan yang baru. Kebudayaan sebagaimana halnya mengatur tentang siklus perjalanan hidup manusia mulai dari sejak lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, dewasa, tua, sampai meninggal dunia. Demikian halnya dengan yang terjadi dalam kebudayaan Pakpak. Setiap etnis yang ada di Sumatera Utara, baik dari kelompok etnis Batak maupun etnis lainnya pastinya memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan setiap kebudayaan tersebut tidak dapat dibandingkan mana yang lebih baik. Demikian juga halnya dengan etnis Pakpak, memiliki kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun oleh leluhurnya, baik secara lisan maupun tulisan.

Satu adat yang ada pada etnik Pakpak yaitu adat pada acara kematian. Kematian pada rtnik Pakpak disebut dengan kerja njahat . Kerja Njahat misalnya pada acara dukacita.,meniggalnya seseorang yang sudah berusia lanjut yang lazim disebut ncayur ntua,mengkurak tulan atau mengangkat tulang-tulang yang tua yang sudah lama meninggal,pendirian tugu(penangkihken tulan mi jerro)dan lain-lain.

(55)

1. Mate kedek ( bura-bura koning) adalah anak yang meninggal dibawah usia 5 (lima) tahun dan adat belum berjalan pada jenis kematian tersebut

2. Mate buah cipako adalah anak yang meninggal diusia 5 (lima tahun) – 15 (lima belas tahun)

3. Mate mbohok (telpek) adalah orang yang meninggal sudah menikah tetapi belum mempunyai keturunan

4. Mate ntua adalah orang yang meninggal sudah menikah dan mempunyai keturunan.

5. Mate sari matua adalah orang yang meninggal sudah mempunyai anak,berru dan cucu tetapi anaknya masih ada yang belum menikah.pada jenis kematian ini adat sudah berjalan tetapi koling-koling kerrah (gendang) belum bisa berbunyi tanpa persetujuan kula-kula.

6. Mate ncayur ntua adalah orang yang meninggal sudah mempunyai anak dan berru, punya cucu dari anak laki-laki dan anak perempuan (kempu jolo-kempu podi) dan semua anaknya sudah berumah tangga dan pada upacara kematian ini sudah memakai adat.

Selanjutnya tingkatan upacara mate ncayur ntua dapat dikategorikan atas 3 jenis, yaitu:

(56)

genderang silima. Tingkatan ini tentunya membutuhkan banyak biaya sehingga hanya dilakukan orang-orang tertentu seperti keturunan raja.

2. Males bulung buluh, yaitu jenis upacara tertinggi kedua atau menengah.

Biasanya hewan yang dipotong sebagai lauk adalah hewan berkaki empat Yanglebih kecil seperti kambing dan babi dan upacara ini tidak diiringi genderang.

3. Males bulung sampula, yaitu jenis upacara yang tingkatannya paling kecil. Biasanya hewan yang dipotong cukup ayam saja dan tidak diiringi genderang. Peserta upacara ini hanya keluarga dekat saja.

Pemilihan tingkatan upacara kematian tersebut disesuaikan berdasarkankeadaan ekonomi keluarga dari tuan rumah karena ke tiga tingkatan tersebut memilikiperbedaan biaya yang berbeda pula. Pemilihan tingkatan upacara tersebut ditentukanmelalui musyawarah antara keluarga terdekat dan atas persetujuan dari sulang silima.

Dalam pelaksanaan upacara kematian Ncayur Ntua tidak terlepas dari tanda-tanda yang digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Morris (1946:3), mendefinisikan semiotik adalah ilmu mengenai tanda, baik itu bersifat manusiawi maupun hewani, berhubungan dengan suatu bahasa tertentu atau tidak mengandung unsur kebenaran atau kekeliruan, bersifat sesuai atau tidak sesuai, bersifat wajar atau mengandung unsur yang dibuat-buat.

(57)

mengetahui lagi tentang symbol dan makna yang terdapat dalam upacara kematian ncayur ntua pada etnik Pakpak.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, ada banyak hal yang dapat diungkapkan dalam Upacara Adat Kematian Ncayur Ntua masyarakat Pakpak, Sugioyono ( 2008:52 ) menyatakan bahwa “ setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian”.

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tahap pelaksanaan upacara kematian ncayur ntua pada etnik Pakpak?

2. Simbol apa saja yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntuapada etnik Pakpak?

3. Fungsi dan makna apa saja yang terdapat pada simbol dalam upacara kematian Ncayur ntuapada etnik Pakpak ?

1.3 Tujuan Penelitian

(58)

2. Untuk mengetahui simbol-simbol apa sajakah yang digunakan dalam upacara adat kematian Ncayur Ntua.

3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana fungsi dan makna simbol yang terdapat pada upacara adat kematian Ncayur Ntuapada etnik Pakpak.

1.4 Manfaat Penelitian

Pengembangan pendidikan yang tinggi didasarkan atas Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Sesuai dengan hal tersebut, penulis berusaha mengembangkan aspek kedua yaitu penelitian. Oleh sebab itu, penulis merumuskan manfaat penelitian ini adalah untuk :

1. Sarana untuk memperluas pengetahuan tentang upacara kematian Ncayur Ntua pada masyrakat Pakpak.

2. Sebagai bentuk pendokumentasian dan bahan literatur di Departemen Sastra Daerah yang berkaitan tentang kebudayaan Pakpak (khususnya kematian Ncayur Ntua).

3. Memperkaya pengetahuan budaya mengenai tanda-tanda / simbolik dalam upacara kematian Ncayur Ntua.

4. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah penegetahuan dan wawasan mengenai teori maupun uraian tentang bentuk penyajian Ncayur Ntua pada masyarakat Pakpak.

(59)

1.5 Kehidupan Sosial Masyarakat Batak Pakpak di Desa Prongil, Kecamatan Tinada, Kabupaten Pakpak Bharat.

1.5.1. Letak Geografis Kabupaten Pakpak Bharat.

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003, beribu kotakan Salak. Kabupaten ini berdiri sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi, dengan 8 kecamatan yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pangindar, Kecamatan Sitellu Tari Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada, dan Kecamatan Siempat Rube dan memiliki jumlah Desa sebanyak 52 Desa.

Sebenarnya Pakpak Bharat bukan wilayah baru. Kabupaten yang mengambil tiga kecamatan dari Kabupaten Dairi ini mengambil nama sub-wilayah Suku Batak Pakpak. Hampir 90 persen penduduk diwilayah Pakpak Bharat beretnis Pakpak. Berbeda dengan Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Dairi yang di huni bermacam-macam suku, seperti Pakpak, Batak Toba, Mandailing, Nias, Karo, Melayu, Angkola, China, dan Simalungun. Hal inilah yang menjadi pendorong wilayah Pakpak Bharat untuk memekerkan diri.

(60)

3,00 Lintang Utara dan 96,00 – 98,30 Bujur Timur, dan berada di ketinggian 2501.400 M di atas permukaan laut.

Kabupaten Pakpak Bharat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

Sebelah Selatan : Kecamatan Tara Bintang Kabupaten Humbang Hasundutan, Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah

Sebelah Timur : Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, Kecamatan Harian Kabupaten Tobasa

Sebelah Barat : Kecamatan Aceh Singkil Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km (121.830 Ha) atau 1,7 dari luas provinsi Sumatera Utara. Dari luas wilayah tersebut 63.974 Ha (52,51 ) diantaranya merupakan lahan yang efektif dan 53.156 Ha ( 43,63 ) merupakan lahan yang belum dioptimalkan. Pada umumnya masyarakat Pakpak Bharat tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian utamanya adalah bertani.

1.5.2 Mata Pencaharian Masyarakat Pakpak

(61)

tinggal di desa-desa, dan sebahagian lagi ada juga yang berprofesi sebagai Wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

1.5.3Sistem Religi Masyarakat Pakpak Bharat

Sebelum mengenal dan masuknya agama, pada jaman dahulu masyarakat Pakpak Bharat sama sekali tidak mengakui adanya agama, tetapi memiliki kepercayaan terhadap ilmu gaib, dewa-dewa dan terhadap roh nenek moyang. Islam adalah agama yang pertama sekali masuk ke daerah Pakpak Bharat, karena tanah Pakpak memang sejak lama berada dalam medan pengaruh berbagai kebudayaan besar. Kedekatanya dengan Aceh dan Barus menjadi penyebabnya. masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya menganut agama Kristen dan Islam.

1.5.4 Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan dalam masyarakat pakpak terbagi atas beberapa macam, yaitu marga dan sulang silima.

1.5.4.1Marga

Marga dalam kajian antropologi disebut dengan klen yaitu suatu kelompok kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu garis (unilineal), baik melalui garis laki-laki (patrilineal) maupun perempuan (matrilineal).

(62)

perkawinan eksogami marga, yakni adat yang mengharuskan seseorang kawin diluar marganya. Bila terjadi perkawinan semarga maka orang tersebut diberi sanksi hukum berupa pengucilan, cemoohan, dan malah pengusiran, karena melanggar adat yang berlaku.

1.5.4.2Sulang Silima

Sulang Silima adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari kula- kula, dengan sebelteksiampun-ampun ‘anak yang paling kecil’, serta anak berru.Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulang ‘ pembagian daging-daging tertentu dari seekor hewan’ seperti kerbau, lembu, atau babi yang disembelih dalam konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian daging ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten ’tuan rumah’atau yang melaksanakan upacara adat.

Dalam masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut masing- masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.

1) Kula-Kula

(63)

kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan masyarakat Pakpak. Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara kematian.

2) Pertulan Tengah

Pertulan tengah dalam etnik pakpak adalah anak tengah. Dikatakan pertulan tengah karena mereka mempunyai posisi ditengah-tengah dalam setiap acara adat yang ada

3) Anak Berru

Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat. Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga.

4) Perekur-ekur

Perekur ekur adalah orang yang paling muda dalam sebuah keluarga. Ekur (ekor) yang mempunyai arti paling belakang atau dibawah, begitu juga halnya perekur-ekur adalah orang yang paling bawah atau paling muda.

(64)

Sukut dalam masyarakat pakpak adalah tuan rumah atau orang yang sedang mengadakan suatu acara adat.dikatakan sukut karena dirumah seseorang tersebutlah tmpat berlangsungnya kegiatan adat tersebut.

Kelima kelompok di atas mempunyai pembagian sulang yang berbeda, yaitu sebagai berikut : Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan mendapat sulangper-punca naidep. Situaan (orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah pesta akan mendapat sulang per-isang-isang). Siditengah (keluarga besar dari keturunan anak tengah) akan mendapat sulang per-tulantengah. Siampun-ampun (keturunan paling bungsu dalam satu keluarga) akan mendapat sulang per-ekur-ekur.Anak berru (pihak yang mengambil anak gadis dari keluarga yang berpesta) akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu. Biasanya penerimaan perjambarenanak berru disertai dengan takal peggu, yang artinya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap berjalannya pesta. Anak berru memiliki peran dan tanggungjawab yang besar dalam setiap pesta, karena anak berru lah yang bertugas untuk menyiapkan serta menghidangkan makanan selama pesta berlangsung.

1.5.5 Sistem Bahasa

(65)

Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti Sekolah, Puskesmas dan kantor Kelurahan.

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Pakpak, yaitu :

1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.

2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyiyang disebut tangis mangaliangi (bahasa tutur tangis).

3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan.

4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah-tengah kampung karena dianggap tidak sopan, dan

(66)

ABSTRAK

Suriadi Sinamo, 2016. Judul Skripsi : Upacara Kematian Ncayur Ntua Pada Etnik Pakpak :Kajian Semiotik.

Yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara Mate Ncayur Ntua pada Etnik Pakpak, apa saja simbol yang digunakan dalam pelaksanaan Upacara Mate Ncayur Ntua pada etnik Pakpak dan apa saja fungsi dan makna dari simbol yang digunakan dalam upacara Mate Ncayur Ntua pada etnik Pakpak.

Penelitian ini menggunakan teori Peierce (dalam Hoed,2011:46) yang menyebutkan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain yang dapat melingkupi kehidupan disekitar kita.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif mulai dari proses pengumpulan data, sampai tahap analisa dengan mengaplikasikan pada pokok permasalahan untuk mendapatkan suatu hasil yang baik. Dari hasil penelitian penulis dapat menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan upacara kematian Ncayur Ntua, Simbol apa saja yang digunakan dalam Upacara kematian Ncayur Ntua serta Fungsi dan makna dari simbol yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua dalam masyarakat Pakpak.

(67)

UPACARA KEMATIAN NCAYUR TUAPADA ETNIK PAKPAK:

KAJIAN SEMIOTIK

SKRIPSI

OLEH

SURIADI SINAMO

NIM 110703005

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(68)

UPACARA KEMATIAN NCAYUR TUA PADA ETNIK PAKPAK: KAJIAN SEMIOTIK

SKRIPSI

DISUSUN OLEH NAMA : SURIADI SINAMO NIM : 110703005

Diketahui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Flansius Tampubolon, M. Hum.

NIP: 196312021990011001 NIP: 196211221987032001 Dra. Asriaty R. Purba, M. Hum.

Disetujui Oeh,

Departemen Sastra Daerah FIB USU Ketua,

(69)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmatNya sudah memberikan kesehatan, panjang umur dan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan yang akan melaksanakan ujian sarjana Sastra di Departemen Sastra Daerah. Skripsi ini berjudul “Upacara Kematian Ncayur Ntua Pada Etnik Pakpak :Kajian Semiotik ”

Penulis berharap skripsi ini menjadi bahan informasi yang berguna bagi pembaca.untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, penulis membaginya menjadi lima Bab. Bab pertama merupakan pendahuluan mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab dua merupakan tinjauan pustaka yang mencakup kepustakaan yan relevan dan landasan teori. Bab ketiga merupakan metode penelitian yang mencakup metode dasar, lokasi penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab keempat merupakan pembahasan tentang permasalahan yang ada pada rumusan masalah, serta Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, karena itu penulis berharap dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang diuraiakan dalam skripsi ini berguna bagi kita semua.

Medan,

(70)
(71)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis tiada hentinya mengucapkan puji dan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terlaksananya pembuatan skripsi ini. Selanjutnya terima kasih penulis tujukan kepada orang-orang yang sudah banyak membantu penulis dan memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga setiap yang dihadapi dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Dr.Drs. Budi Agustono, MS., Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, sertaseluruh pegawai di jajaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.‬‬

2. Bapak Drs.Warisman Sinaga,M.Hum., selaku Ketua Jurusan Departemen Sastra Daerah yang selalu memberikan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

3. Ibu Dra. Herlina,M.Hum., selaku Sekeretaris Departemen Sastra Daerah yang selalu memberikan motivasi agar penulis secepatnya menyelesaikan skripsi. 4. Bapak Drs.Flansius Tampubolon, M.Hum., dosen pembimbing I dan Ibu

(72)

5. Seluruh Dosen Departemen Sastra Daerah yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua penulis, Dirman Sinamo (Ayah) dan Esmi Manik (Ibu) yang selalu memberikan dukungan baik meteril maupun moril kepada penulis agar skripsi ini segera selesai.

7. Seluruh teman-teman yang juga memberikan motivasi kepada penulis, Breken Bancin, Joni Ardy Manik, Joni Berutu,novelia Manurung, teman-teman Gemapala FIB USU, serta kawan-kawan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu agar skripsi cepat selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan , 08 November 2016

Penulis

(73)

MENDOKKEN LIAS ATE

Perjolo-jolo penulis mendokken lias ate bai Tuhan kumerna enggo iberre kini njuah dekket enggo terlaksana skripsi en. Selanjutna penulis mendokken lias ate bai karina sini enggo mengurupi bai penulis, ki berre peddah, motivasi, dekket memereken semangat bai penulis asa karina sini dalani dor i selesaiken.

Ibagasen tikki en penulis mendokken lias ate mbue mendahiken :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Dr.Drs. Budi Agustono. MS., Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, dekket karina pegawai sini lot i Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Departemen

Sastra Daerah sini enggo memereken peddah bai penulis dalam penulisan skripsi.

3. Ibu Dra. Herlina, M.Hum,. selaku SekeretarisDepartemen Sastra Daerah sini enggo memereken motivasi asapenulis dor i selesaiken skripsi

4. Bapak Drs.Flansius Tampubolon, M.Hum., dosen pembimbing sada dekket ibu Dra.Asriaty R.Purba, M.Hum., selaku dosen pembimbing dua sini oda letja memereken dukungan bai penulis asa dor selesai skripsi.

(74)

6. Bai kedua orang tua, Dirman Sinamo (Ayah) dekket Esmi Manik (Ibu) sini enggo memereken dukungan baik materil barangpe moril bai penulis asa skripsi en dor I selesaiken.

7. Karina bai dengan-dengan sini enggo memereken motivasi bai penulis, Breken Bancin, Joni Ardy Manik, Joni Berutu,novelia Manurung, teman-teman Gemapala FIB USU dekket dengan-dengan sideban sioda boi kubagahken sada persada asa skripsi en dor selesai.

Kumerna penulisan skripsi en, penulis dom deng sini naing i pekadeken. Kumerna i penulis memido saran dekket kritik asa boi i sempurnaken skripsi en.

Medan, 08 Nov 2016 Penulis

(75)

ABSTRAK

Suriadi Sinamo, 2016. Judul Skripsi : Upacara Kematian Ncayur Ntua Pada Etnik Pakpak :Kajian Semiotik.

Yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara Mate Ncayur Ntua pada Etnik Pakpak, apa saja simbol yang digunakan dalam pelaksanaan Upacara Mate Ncayur Ntua pada etnik Pakpak dan apa saja fungsi dan makna dari simbol yang digunakan dalam upacara Mate Ncayur Ntua pada etnik Pakpak.

Penelitian ini menggunakan teori Peierce (dalam Hoed,2011:46) yang menyebutkan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain yang dapat melingkupi kehidupan disekitar kita.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif mulai dari proses pengumpulan data, sampai tahap analisa dengan mengaplikasikan pada pokok permasalahan untuk mendapatkan suatu hasil yang baik. Dari hasil penelitian penulis dapat menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan upacara kematian Ncayur Ntua, Simbol apa saja yang digunakan dalam Upacara kematian Ncayur Ntua serta Fungsi dan makna dari simbol yang digunakan dalam upacara kematian Ncayur Ntua dalam masyarakat Pakpak.

(76)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR………. .. ii

Ucapan terimakasih……….. . vi

Abstrak……… viii

DAFTAR ISI………. .... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... …1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Peneltian... 5

1.5 Kehidupan Sosial Masyarakat Batak Pakpak di Desa Prongil, Kecamatan Tinada, Kabupaten Pakpak Bharat... 6

1.5.1 Letak Geografis Kabupaten Pakpak Bharat... 6

1.5.2 Mata Pencaharian Masyarakat Pakpak... 7

1.5.3 Sistem Religi Masyarakat Pakpak Bharat... ... 8

1.5.4 Sistem Kekerabatan... ... 8

1.5.4.1 Marga... 8

1.5.4.2 Sulang silima... 9

1.5.5 Sistem Bahasa ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

(77)

2.2 Teori yang Digunakan ... 15

2.2.1 Teori Semiotik ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1Metode Dasar ... 19

3.2Lokasi Penelitian ... ….20

3.3Sumber Data Penelitian ... 20

3.4Instrumen Penelitian... 21

3.5Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV PEMBAHASAN ………24

4.1Upacara Keematian Ncayur Ntua Pada Masyarakat Pakpak.25………. 24

4.2Tahapan Pelaksanaan Upacara Adat Kematian Ncayur Ntua Pada Masyarakat Pakpak Di Kabupaten Pakpak Bharat……..24

4.2.1 Sungkun Sempanganen (Musyawarah Keluarga)… ………. 25

4.2.2 Tenggo raja ……… 25

4.2.3 Memasukken Bangke Mirumahna (Memasukkan Mayat Ke Peti Mati)……… ………. 26

(78)

Pegamaki……… 26

4.2.6 Acara Tumatak Ipas Mate Ncayur Ntua (Acara Tarian Dalam Kematian Ncayur Ntua)……….. 27

4.2.6.1 Tatak Sukut Dekket Simersibeltek……… 27

4.2.6.2 Tatak Puang Benna……… 27

4.2.7 Petording Ulaen Tikan Peberkatken Bangke I Saponai … 28 4.2.8 Tatak tikan ikasean……… 28

4.2.8.1 Tatak sukut………. 28

4.2.8.2Tatak dengan sebeltek………... 28

4.2.9 Membagi Sulang (membagikan sulang)………. 29

4.2.9.1 Sulang mi puang (sulang kepada puang)………. 29

4.2.9.2 Sulang Mi Berru……… 29

4.2.9.3 Sulang mi tengah (dengan sebeltek )……… 30

4.2.9.4 Sulang mi perekur-ekur……….. 30

4.2.9.5 Sulang mi sukut……….. 30

4.2.9.6 Sulang mi perkata-kata……….. 30

4.2.9.7 Sulang mitua-tua kuta / raja……… 31

4.2.9.8 Sulang mi pengetetua ikuta……… 31

4.2.9.9 Sulang misukut nintalun………. 31

(79)

4.2.11 Peberkatken berru……… 32

4.3 Simbol Yang Digunakan Dalam Upacara Kematian Ncayur Ntua Pada M nasyarakat Pakpak………. 32

4.3.1 Blagen (tikar)……… 33

4.3.2 Gendang……….. 33

4.3.3 Isap (rokok)………... 34

4.3.4 Napuren (sirih)……….. …….. 34

4.3.5 Manuk (ayam )……….. ……. 34

4.3.6 Jeretten……… 34

4.3.6.1Kayu sembernaik ………. 35

4.3.6.2Silinjuhang……….… 35

4.3.6.3 Sanggar………... 35

4.3.6.4Bulung sampilit………... 36

4.3.6.5Blagen mbentar dinding ulu (tikar putih)……….… 36

4.3.6.6 Waren ntaban/ijuk……… 36

4.3.7 Tongket (tongkat)……… 36

4.3.8 Oles sori-sori (pakaian adat Pakpak)………... 37

4.3.9 Era-era………. 37

4.3.10 Tulan tengah……….. 38

4.3.11 Peggu ……….……. 38

(80)

4.3.14 Rusuk……… 39

4.3.15 Ekur……….. 39

4.3.16 Isang………. 39

4.3.17 piah-piah………. 39

4.3.18 Ndiadeppen……….. 40

4.3.19 Pipi sebelah kiri………. 40

4.3.20 oles/mandar……… 40

4.3.21 Kepeng………. 40

4.3.22 Ayam, beras, selampis, kembal dan belagen………. 41

4.4 Fungsi dan makna Dari Simbol Yang Digunakan Dalam Upacara Kematian Ncayur Ntua Pada Etnis Pakpak…… 41

4.4.1 Blagen peramaken/mebntar………. 41

4.4.2 Gendang silima……….. 42

4.4.3 Gong Sada Rabeen……… 43

4.4.4 Isap (rokok)……….. ……. 43

4.4.5 Napuren (sirih)……… 44

4.4.6 Manuk (ayam)………... 45

4.4.7 oles sori-sori……… 46

4.4.8 Kayu sembernaik……… 46

4.4.9 Silinjuhang……… 47

Gambar

Gambar  4.4.1 blagen peramaken/mbentar
Gambar  4.4.2 gendang silima
Gambar  4.4.4 isap
Gambar  4.4.5 napuren
+7

Referensi

Dokumen terkait

langsung, adakalanya dengan membawa kahanggi dan anak boru. Biasanya orang tua si perempuan tidak langsung menyetujui keinginan dari pihak laki-laki. Orang tua perempuan akan

Dalihan Na Tolu (tiga tungku) merupakan sistem hubungan masyarakat Batak Toba yang terdiri dari tiga unsur kekerabatan yaitu pihak hula- hula (kelompok orang

mengenai tradisi nengget pada etnik Karo, sebagai bahan refrensi dan acuan bagi. peneliti berikutnya yang memiliki topik yang berkaitan dengan penelitian

(Atur Pandapotan Solin) hanya kisaran persen 60 persen masyarakat Pakpak yang masih menggunakan kegiatan upacara ini sesuai dengan aturan yang lahir dari budaya tersebut. Kebanyakan