• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Vitamin E Sebagai Pengobatan Dismenore Primer Pada Remaja Perempuan Pubertas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Manfaat Vitamin E Sebagai Pengobatan Dismenore Primer Pada Remaja Perempuan Pubertas"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT VITAMIN E SEBAGAI PENGOBATAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PEREMPUAN PUBERTAS

 

 

TESIS

WAGITO 067103012/IKA

 

 

 

 

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MANFAAT VITAMIN E SEBAGAI PENGOBATAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PEREMPUAN PUBERTAS

 

 

 

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) dalam Program

Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak-Spesialis pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

WAGITO 067103012/IKA

 

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Manfaat Vitamin E Sebagai Pengobatan Dismenore Primer Pada Remaja Perempuan Pubertas

Nama Mahasiswa : Wagito Nomor Induk Mahasiswa : 067103012

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

      Menyetujui Komisi Pembimbing

dr. H. Hakimi, SpA(K) Ketua

dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP PPDS

Prof.dr.H.Munar Lubis, SpA(K) dr. H.Zainuddin Amir, SpP(K) Tanggal Lulus : 2 Juni 2010

(4)

PERNYATAAN

MANFAAT VITAMIN E SEBAGAI PENGOBATAN DISMENORE PRIMER

PADA REMAJA PEREMPUAN PUBERTAS

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, April 2010

(5)

Telah diuji pada Tanggal: 2 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. H. Hakimi, Sp.A(K) ... Anggota :

1. dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K) ... 2. Prof. dr. H.M. Sjabaroeddin Loebis, Sp.A(K) ... 3. dr. Hj. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K) ... 4. dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG(K) ...

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YMK yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. H. Hakimi, SpA(K) dan dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU, dan dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

(7)

4. Prof. H. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H.Adam Malik Medan periode 2003 sampai 2006, dan dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2006 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Prof. dr. H.M. Sjabaroeddin Loebis Sp.A(K), dr. Hj. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K), dr. Lily Irsa, Sp.A(K), dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG(K), dr. Muhammad Ali, Sp.A(K), dr. Siska Mayasari Lubis, Sp.A, dr. Rina Amalia C. Saragih, M.Ked(Ped), Sp.A yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Kepala yayasan pesantren Ar-rhaudatul Hasanah, kepala sekolah SMP/SMA Pencawan dan Palapa, dan kepala yayasan Perguruan S.Parman atas keramah tamahannya selama penelitian.

8. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, bang Darmadi, Bang Pranoto, Astri, Juliana, Maqda, Nanda, Dina, Muhammad

(8)

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Alm. Salam dan Almh. Sow Giok Sim atas pengertian serta dukungan yang sangat besar, terima kasih karena selalu mendo’akan saya. Jasa-jasa nya tidak akan saya lupakan dalam membimbing saya sewaktu hidup. Begitu juga abang-abang saya Suandi dan Wadi yang telah memberikan bantuan moril dan materil, serta adik saya Tomy Wijaya dan Lisa yang selalu mendo’akan dan memberikan dorongan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan. Terima kasih juga saya sampaikan kepada istri tercinta Yenni dan anak saya Earlene Faustina yang telah mendukung saya berkat doa dan dorongan selama mengikuti pendidikan ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, 20 November 2009

(9)

DAFTAR ISI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja 4

(10)

BAB 4. HASIL 22

BAB 5. PEMBAHASAN 28

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Kesimpulan 33

6.3. Saran 33

Ringkasan 34

Daftar Pustaka 38

Lampiran

1. Surat Pernyataan Kesediaan 41

2. Lembar Penjelasan 42

3. Lembar kuesioner 43

4. Pain Rating Scales 44

5. Catatan Harian Nyeri 45

6. Persetujuan Komite Etik 46

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan gambaran klinis dismenore primer dan sekunder 9

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 23

Tabel 4.2. Derajat nyeri awal 24

Tabel 4.3. Derajat nyeri setelah 1 bulan pengobatan 24

Tabel 4.4. Derajat nyeri setelah 2 bulan pengobatan 25

Tabel 4.5. Derajat nyeri setelah 3 bulan pengobatan 25

Tabel 4.6. Durasi nyeri 26

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kadar hormon dan perubahan endometrium

selama siklus menstruasi 6

Gambar 2.2. Patofisiologi dismenore primer 8

Gambar 2.3. Algoritma pengobatan dismenore primer 11

Gambar 2.4. Struktur molekul komponen vitamin E 12

Gambar 2.5. Kerangka konsep penelitian 13

(13)

DAFTAR SINGKATAN

CDC : Centers for disease control and prevention

COX-2 : Cyclo-oxygenase-2

FSH : Follicle stimulating hormone

GnRH : Gonadotropin releasing hormone

HCG : Human chorionic gonadotropin

IMT : Indeks massa tubuh

LH : Luteinizing hormone

NHANES : National Health and Nutrition Examination Survey

OAINS : Obat Anti Inflamasi Non Steroid

PG : Prostaglandin

PGE2 : Prostaglandin E2

PGF2α : Prostaglandin F2α

PGG2 : Prostaglandin G2

PGH2 : Prostaglandin H2

SPSS : Statistical Package for Social Science

(14)

DAFTAR LAMBANG

°C : derajat celsius

IU : internasional unit

ml : mililiter

mg : miligram

kg : kilogram

m : meter

zα : Deviat baku normal untuk α

zβ : Deviat baku normal untuk β

n : Jumlah subjek / sampel

α : Kesalahan tipe I

β : Kesalahan tipe II

> : Lebih besar dari

< : Lebih kecil dari

(15)

ABSTRAK

Latar belakang Dismenore primer sering dijumpai pada remaja perempuan pubertas. Ketidakhadiran di lingkungan kerja dan sekolah berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi. Vitamin E merupakan salah satu pengobatan alternatif pada dismenore primer.

Tujuan Meneliti manfaat vitamin E sebagai pengobatan dismenore primer. Metode Penelitian dilakukan secara acak tersamar ganda sejak Agustus sampai Oktober 2009. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok mendapat 200 IU vitamin E atau plasebo dua kali perhari, mulai dari 2 hari sebelum menstruasi sampai hari ketiga menstruasi sebanyak 2 kali sehari. Pengobatan dilakukan selama 3 bulan.

Hasil Seratus enam belas penderita dismenore primer diikutkan dalam penelitian ini, dengan randomisasi sederhana dibagi menjadi dua kelompok, setiap kelompok terdiri dari 58 orang. Tidak dijumpai perbedaan bermakna pada derajat dan durasi nyeri saat awal dan setelah 1 bulan pengobatan. Setelah pengobatan selama 2 dan 3 bulan, dijumpai perbedaan bermakna pada derajat nyeri (p=0.013 dan p=0.0001, berturut-turut), dan durasi nyeri antara kedua kelompok (p=0.025 dan p=0.007, berturut-turut).

Kesimpulan Vitamin E bermanfaat sebagai pengobatan dismenore primer pada remaja perempuan pubertas setelah 2 dan 3 bulan pengobatan.

Kata kunci : vitamin E, dismenore primer, remaja perempuan pubertas.

(16)

ABSTRACT

Background Primary dysmenorrhoea is common among adolescents girl.

Absenteeism from work and school were associated with the severity of symptoms. Vitamin E is one of alternative treatment in primary dysmenorrhoea.

Objective To investigate the effectiveness of vitamin E as a treatment of primary dysmenorrhoea.

Methods We conducted a randomized, double blind, clinical trial on August 2009 until October 2009. Participants were divided in two groups, each group received 200 units of vitamin E or placebo twice a day, it began two days before menstruation and continued until the third day of menstruation. Treatment was continued over three consecutive menstrual periods.

Results One hundred sixteen primary dysmenorrhoea patients were enrolled to the study, with simple randomization divided in two group with each group had fifty eight patients. There were no statistically significant difference on the degree and duration of pain at baseline and after 1 month treatment between groups. After treatment for 2 and 3 months, there were statistically significant difference on the degree (p=0.013 and p=0.0001, respectively) and duration of pain (p=0.025 and p=0.007, respectively) between groups.

Conclusion Vitamin E is effective in treatment of primary dysmenorrhoea

among pubertal adolescent girl after 2 and 3 months treatment.

(17)

ABSTRAK

Latar belakang Dismenore primer sering dijumpai pada remaja perempuan pubertas. Ketidakhadiran di lingkungan kerja dan sekolah berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi. Vitamin E merupakan salah satu pengobatan alternatif pada dismenore primer.

Tujuan Meneliti manfaat vitamin E sebagai pengobatan dismenore primer. Metode Penelitian dilakukan secara acak tersamar ganda sejak Agustus sampai Oktober 2009. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok mendapat 200 IU vitamin E atau plasebo dua kali perhari, mulai dari 2 hari sebelum menstruasi sampai hari ketiga menstruasi sebanyak 2 kali sehari. Pengobatan dilakukan selama 3 bulan.

Hasil Seratus enam belas penderita dismenore primer diikutkan dalam penelitian ini, dengan randomisasi sederhana dibagi menjadi dua kelompok, setiap kelompok terdiri dari 58 orang. Tidak dijumpai perbedaan bermakna pada derajat dan durasi nyeri saat awal dan setelah 1 bulan pengobatan. Setelah pengobatan selama 2 dan 3 bulan, dijumpai perbedaan bermakna pada derajat nyeri (p=0.013 dan p=0.0001, berturut-turut), dan durasi nyeri antara kedua kelompok (p=0.025 dan p=0.007, berturut-turut).

Kesimpulan Vitamin E bermanfaat sebagai pengobatan dismenore primer pada remaja perempuan pubertas setelah 2 dan 3 bulan pengobatan.

Kata kunci : vitamin E, dismenore primer, remaja perempuan pubertas.

(18)

ABSTRACT

Background Primary dysmenorrhoea is common among adolescents girl.

Absenteeism from work and school were associated with the severity of symptoms. Vitamin E is one of alternative treatment in primary dysmenorrhoea.

Objective To investigate the effectiveness of vitamin E as a treatment of primary dysmenorrhoea.

Methods We conducted a randomized, double blind, clinical trial on August 2009 until October 2009. Participants were divided in two groups, each group received 200 units of vitamin E or placebo twice a day, it began two days before menstruation and continued until the third day of menstruation. Treatment was continued over three consecutive menstrual periods.

Results One hundred sixteen primary dysmenorrhoea patients were enrolled to the study, with simple randomization divided in two group with each group had fifty eight patients. There were no statistically significant difference on the degree and duration of pain at baseline and after 1 month treatment between groups. After treatment for 2 and 3 months, there were statistically significant difference on the degree (p=0.013 and p=0.0001, respectively) and duration of pain (p=0.025 and p=0.007, respectively) between groups.

Conclusion Vitamin E is effective in treatment of primary dysmenorrhoea

among pubertal adolescent girl after 2 and 3 months treatment.

(19)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dismenore adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa menstruasi.1,2

Kejadian dismenore berkisar 45% sampai 75% dari seluruh remaja

perempuan pubertas, dimana ketidakhadiran di sekolah atau lingkungan kerja

berkisar 13% sampai 51% dengan 5% sampai 14% ketidakhadiran tersebut

disebabkan beratnya gejala yang terjadi.3 Studi epidemiologi di Mesir

melaporkan kejadian dismenore pada 75% remaja perempuan pubertas

dengan jumlah ketidakhadiran di sekolah sebesar 20,3% yang dihubungkan

dengan beratnya gejala.4

Dismenore dibagi menjadi primer dan sekunder. Dismenore primer

terjadi segera setelah menarche biasanya pada 6 sampai 12 bulan pertama

dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi sedangkan dismenore

sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kelainan

patologis panggul.5-8 Beberapa literatur merekomendasikan penggunaan obat

analgesik, obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), penghambat

cyclo-oxygenase-2 (COX-2) dan oral kontrasepsi yang terbukti efektif dalam

mengurangi rasa nyeri.9-12 Pengobatan seperti latihan fisik, pemanasan

daerah pelvis, intervensi tingkah laku, dan suplemen diet atau obat tradisional

juga memberikan hasil yang memuaskan.11,12

(20)

2

Vitamin E merupakan salah satu pengobatan alternatif yang terbukti

bermanfaat dalam mengurangi nyeri yang terjadi pada dismenore primer

tanpa menimbulkan efek samping.13,14 Mekanisme kerja vitamin E dalam

dismenore adalah dengan cara menghambat pelepasan asam arakidonat dan

konversi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin (PG) melalui enzim

phospholipase A2 dan cyclo-oxygenase.15,16 Vitamin E yang tersedia di

pasaran berupa kapsul lunak yang berisi α-tocopherol 100 IU dan 200 IU.

Sampai saat ini vitamin E belum menjadi standar pengobatan dismenore

primer.15

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

yaitu: Apakah pemberian vitamin E bermanfaat sebagai pengobatan

dismenore primer pada remaja perempuan pubertas?

1.3. Hipotesis

Vitamin E bermanfaat sebagai pengobatan dismenore primer pada remaja

(21)

3

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek terapi vitamin E dalam mengurangi durasi dan

beratnya dismenore yang terjadi

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti dalam

hal pengobatan dismenore primer pada remaja perempuan pubertas

2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan usaha pelayanan

kesehatan remaja khususnya di bidang endokrinologi anak dan

memberikan alternatif pengobatan dismenore primer yang dapat di

jangkau masyarakat

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap

standar pelayanan kesehatan di bidang endokrinologi remaja,

(22)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Menstruasi Remaja

Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status

nutrisi, keadaan penyakit, fungsi endokrin, atau stres dapat berpengaruh

terhadap menstruasi yang normal.1 Salah satu tanda perkembangan

pubertas adalah menarche. Dari data Third National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES) umur rata-rata menarche pada anak remaja

Amerika adalah 12,43 tahun.17-19 Walaupun hampir 90% remaja perempuan

mencapai menarche saat stadium pubertas menurut Tanner stadium 4, masih

dijumpai rata-rata perbedaan 2 tahun antara awal perkembangan payudara

dengan terjadinya menarche.1,20

Menstruasi merupakan suatu hal yang berulang, akibat adanya

interaksi hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofise dan ovarium.

Lamanya siklus menstruasi adalah jumlah hari mulai hari pertama keluarnya

darah sampai menstruasi pada siklus berikutnya. Rata-rata lama siklus

menstruasi 21 sampai 35 hari dengan rata-rata keluarnya darah 3 sampai 7

hari dan kehilangan darah 30 sampai 40 ml setiap hari.11,20-22

Siklus menstruasi dapat dibedakan menjadi 2 fase yakni fase folikular

(23)

5

disebut juga fase estrogen, dimulai pada hari ke-5 setelah menstruasi dan

berlangsung selama 11 hari. Pelepasan gonadotropin releasing hormone

(GnRH) dari hipotalamus menstimulasi kelenjar hipofise mensekresi

luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) yang

kemudian menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium. Folikel ini dominan

menghasilkan estrogen yang merangsang pertumbuhan endometrium. Sel

stroma dan sel epitel berproliferasi dengan cepat sehingga memicu terjadinya

ovulasi.11,20-22

Fase luteal atau sekresi disebut juga fase progesterone, terjadi setelah

ovulasi dan berlangsung selama 12 hari.11 Karakteristiknya dijumpai adanya

korpus luteum. Korpus luteum ini mensekresi progesteron dalam jumlah yang

banyak dan sedikit estrogen. Progesteron bekerja berlawanan dengan efek

estrogen, yakni menghambat proliferasi dan menghasilkan perubahan

glandular untuk menerima implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Bila tidak

terjadi pembuahan dan produksi human chorionic gonadotropin (HCG),

korpus luteum tidak akan bertahan. Regresi dari korpus luteum ini

mengakibatkan penurunan progesteron dan estrogen yang memicu penipisan

lapisan endometrium sehingga terjadi menstruasi.20-22 Gambar 2.1

memperlihatkan perubahan kadar hormon dan endometrium yang terjadi

(24)

6

Gambar 2.1. Kadar hormon dan perubahan endometrium selama siklus menstruasi11

2.2. Patofisiologi Dismenore Primer

Dismenore primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa menstruasi

dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi. Hal ini disebabkan oleh

kontraksi dari miometrium yang diinduksi oleh prostaglandin tanpa adanya

kelainan patologis pelvis.2,7,8,10 Pada remaja dengan dismenore primer akan

dijumpai peningkatan produksi prostaglandin oleh endometrium. Pelepasan

prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati pada 48 jam pertama

dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi.2,7,11

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan beratnya gejala

(25)

7

menstruasi yang lebih lama, banyaknya darah yang keluar selama

menstruasi, perokok, riwayat keluarga dengan dismenore. Obesitas dan

penggunaan alkohol juga dihubungkan dengan terjadinya dismenore

primer.7,8 Wang L dkk melaporkan hubungan yang bermakna antara stres

dengan peningkatan insiden beratnya gejala dismenore yang terjadi.23

Prostaglandin F2α (PGF2α) adalah perantara yang paling berperan

dalam terjadinya dismenore primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan

kontraksi miometrium yang kuat serta efek vasokontriksi pembuluh darah.

Peningkatan PGF2α dalam endometrium diikuti dengan penurunan

progesteron pada fase luteal membuat membran lisosomal menjadi tidak

stabil sehingga melepaskan enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini

menyebabkan pelepasan enzim phospholipase A2 yang berperan pada

konversi fosfolipid menjadi asam arakidonat. Selanjutnya menjadi PGF2α dan

prostaglandin E2 (PGE2) melalui siklus endoperoxidase dengan perantara

prostaglandin G2 (PGG2) dan prostaglandin H2 (PGH2). Peningkatan kadar

prostaglandin ini mengakibatkan peningkatan tonus miometrium dan

kontraksi uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat

menstruasi.8,11,20,24 Hubungan antara prostaglandin, aktivitas miometrium,

iskemik uterus dengan terjadinya nyeri dapat dilihat pada Gambar 2.2 di

(26)

8

Gambar 2.2. Patofisiologi dari dismenore primer8

2.3. Diagnosis Dismenore Primer

Anamnesis yang diperlukan mencakup usia saat terjadinya menarche,

keteraturan menstruasi, lamanya periode menstruasi, perkiraan perdarahan

yang terjadi, perdarahan di antara siklus menstruasi dan beratnya nyeri.

Disamping itu juga hubungannya dengan aktivitas fisik dan sosial, serta

riwayat seksualitas sebelumnya.7 Nyeri yang terjadi harus dijelaskan

mengenai tipe, lokasi, penjalaran, dan hubungannya dengan gejala lain.8

Dismenore primer umumnya terjadi dalam 6 sampai 12 bulan setelah

menarche. Nyeri kram di perut bawah dan menjalar ke arah paha dan daerah

pinggang merupakan gejala yang tersering. Sakit kepala, mual, konstipasi

atau diare, dan muntah kadang dapat terjadi. Karakteristik nyeri dijumpai

pada hari pertama dari menstruasi, bersamaan dengan keluarnya darah

menstruasi. Gejala puncak dalam 24 jam dan menghilang setelah 2

hari.3,5,7,11 Perbedaan gambaran klinis dismenore primer dan sekunder seperti

(27)

9

Tabel 2.1. Perbedaan gambaran klinis dismenore primer dan sekunder3

Dismenore primer Dismenore sekunder

Onset singkat setelah menarche Onset dapat terjadi kapan saja setelah

menarche (khasnya setelah 25 tahun)

Nyeri kram di perut bawah atau pelvis Waktu dari nyeri berubah-ubah sepanjang dengan awal keluarnya darah selama 8-72 jam siklus menstruasi

Pola nyeri sama setiap siklus Memburuk setiap waktu, dapat unilateral, dapat memburuk pada waktu berkemih

Nyeri pada paha dan pinggang, sakit kepala, Dijumpai gejala ginekologi: dispareunia diare, mual dan muntah dapat dijumpai dan menorragia

Tidak dijumpai kelainan patologis pelvis Dijumpai abnormalitas pelvis patologis

Pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak dibutuhkan dalam

mendiagnosis dismenore primer. Pemeriksaan yang mendetail hanya

dilakukan bila dari gejala klinis disangkakan suatu dismenore sekunder.8

2.4. Pengobatan Dismenore Primer

Tujuan pengobatan dismenore primer adalah mengurangi nyeri atau gejala

yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin,3 sehingga

pemberian obat yang menghambat sintesis prostaglandin dan mempunyai

efek analgesik merupakan pilihan.7

Pengobatan dengan menggunakan analgesik, OAINS dan

penghambat spesifik COX-2 bekerja dengan mengurangi aktivitas

cyclo-oxygenase sehingga menghambat produksi prostaglandin, sedangkan

kontrasepsi oral bekerja dengan menghambat terjadinya ovulasi.3,7,14

(28)

10

valdecoxib.26 Pada pemberian kontrasepsi oral dosis rendah menunjukkan

perbaikan dismenore dihubungkan dengan rasa nyeri yang terjadi.27,28

Pengobatan lain yang umum dipakai adalah latihan fisik, pemanasan

daerah pelvis, intervensi tingkah laku, suplemen diet atau obat

tradisional.3,8,11,29 Latihan fisik dapat meningkatkan aliran darah ke daerah

pelvis sehingga menstimulasi pelepasan β endorfin yang bekerja sebagai

analgesik nonspesifik. Penempelan panas dengan suhu 39°C selama 12 jam

terbukti sama efektifnya dengan penggunaan ibuprofen.3,8,14

Studi acak tersamar ganda manfaat obat tradisional cina (Si Wu Tang)

di Taiwan mendapatkan hasil tidak berbeda bermakna dibanding plasebo

dalam mengurangi dismenore yang terjadi.30 Pengobatan dismenore secara

akupunktur terbukti efektif pada penderita yang sudah tidak respons terhadap

OAINS dan kontrasepsi oral.31-32 Algoritma pengobatan pada dismenore

(29)

11

Gambar 2.3. Algoritma pengobatan dismenore primer12

2.5. Peranan Vitamin E dalam Pengobatan Dismenore Primer

Vitamin E adalah pemutus rantai antioksidan yang larut dalam lemak, dengan

aktivitas antioksidan yang terdiri dari 4 komponen tocopherols (α, , ,δ) dan 4

komponen tocotrienols (α, , ,δ) dengan struktur komponen dan aktifitas

antioksidan yang dilihat pada gambar dibawah ini. Komponen yang paling

banyak ditemukan secara alamiah adalah α-tocopherol yang bekerja

(30)

12

Gambar 2.4. Struktur molekul komponen vitamin E15

Vitamin E bekerja dengan mempengaruhi pelepasan asam arakidonat

dari fosfolipid dan konversi menjadi prostaglandin terhambat melalui enzim

phospholipase A2 dan cyclooxygenase. Prostaglandin F2α adalah hormon

yang paling berperan dalam menyebabkan dismenore karena terjadi

vasokonstriksi dan kontraksi miometrium.15,24 Vitamin E juga berperan dalam

menghambat protein kinase C yang merupakan suatu protein yang mengatur

(31)

2.6. Kerangka Konseptual

Gambar 2.5. Kerangka konsep penelitian Gambar 2.5. Kerangka konsep penelitian

Enzim cyclo-oxygenase-2 OAINS

(32)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda untuk melihat

manfaat pemberian vitamin E dalam pengobatan dismenore primer pada

remaja perempuan pubertas dibandingkan dengan plasebo.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di empat SMP/SMU di Kotamadya Medan yaitu

pesantren Ar-raudhatul Hasanah, Pencawan, Palapa, dan Perguruan

S.Parman mulai bulan Agustus sampai Oktober 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak perempuan pubertas pelajar SMP dan SMU

yang menderita dismenore. Populasi terjangkau adalah anak perempuan

pubertas pelajar SMP dan SMU yang menderita dismenore di Kotamadya

Medan, Sumatera Utara. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus uji hipotesis 2 proporsi kelompok

independen:34

(33)

15

n1 =n2 = (Zα√2PQ + Zβ√P1Q1 + P2Q2 )2

(P1 – P2)2

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok A

n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok B

α = kesalahan tipe I = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) Æ Zα = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 (power 80%) Æ Zβ = 0,842 P1 = proporsi kesembuhan di kelompok A = 0,5

Q1 = 1 – P1 = 0,5

P2 = proporsi kesembuhan di kelompok B = 0,75

Q2 = 1 – P2 = 0,25

P = P1+P2 = 0,625

2

Q = 1 – P = 0,375

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk

masing-masing kelompok sebanyak 58 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Pelajar SMP dan SMU berusia 12 sampai 18 tahun

2. Memenuhi kriteria diagnosis dismenore primer

3. Siklus menstruasi yang teratur dalam 6 bulan terakhir

4. Lamanya setiap siklus menstruasi 21 sampai 35 hari

5. Penderita dengan status gizi baik

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Menggunakan obat analgesik saat terjadinya dismenore

(34)

16

3. Penderita dismenore dengan status gizi kurang

3. Riwayat kelainan patologis panggul

3.6. Persetujuan/Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah

dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemberian vitamin E.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian Cara Kerja

1. Pasien di survey terlebih dahulu dengan kuesioner.

2. Pasien yang memenuhi kriteria diagnostik untuk dismenore primer dimasukkan ke dalam penelitian.

3. Diberikan catatan harian nyeri selama 3 bulan dan dijelaskan kepada anak dan orang tua.

(35)

17

randomisasi sederhana. Pemeriksaan dilakukan pada saat penelitian

dimulai.

5. Dicatat data antropometrik meliputi berat badan dan tinggi badan. 6. Masing – masing kelompok dilakukan pemeriksaan terhadap durasi

dan beratnya dismenore dengan pain rating scales.

7. Kelompok pertama (A) mendapat vitamin E 200 IU dua kali perhari saat pagi dan malam hari, diberikan pada 2 hari sebelum menstruasi

sampai hari ketiga menstruasi selama 3 bulan.

8. Kelompok kedua (B) mendapat plasebo yang berisi saccarum lactis

dua kali perhari saat pagi dan malam hari, diberikan pada 2 hari

sebelum menstruasi sampai hari ketiga menstruasi selama 3 bulan.

9. Vitamin E dan plasebo dimasukkan ke dalam kapsul dengan warna dan bentuk yang sama. Peneliti dan pasien tidak mengetahui obat

yang diberikan.

10. Masing-masing kelompok menulis catatan harian yang telah diberikan untuk mencatat durasi dan beratnya serangan dismenore per bulan

selama 3 bulan.

(36)

12. Pasien dibolehkan meminum obat ibuprofen 200 mg setiap 8 jam apabila dismenore masih berlanjut setelah hari ke-5 dan dicatat dalam

catatan harian.

Alur Penelitian

Vitamin E 2x200 IU 2 hari sebelum menstrusi

sampai hari ketiga menstruasi (5 hari)

Plasebo (5 hari)

Tingkatan nyeri Durasi nyeri

Dismenore

Tingkatan nyeri Durasi nyeri

18

3 siklus menstruasi

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Jenis terapi

Vitamin E Nominal

Plasebo Nominal

Variabel tergantung Skala

Tingkatan nyeri Ordinal

(37)

19

3.10. Definisi Operasional

1. Dismenore primer adalah nyeri yang terjadi selama masa menstruasi

dengan gejala berupa nyeri kram di perut bawah menjalar ke arah

paha dan pinggang dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi.

2. Vitamin E merupakan obat yang berupa kapsul lunak yang berisi α

-tocopherol 200 IU dan diberikan pada 2 hari sebelum terjadinya

menstruasi sampai hari ketiga menstruasi sebanyak 2 kali sehari.

3. Status gizi dinilai dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT)

yang dihitung dari berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan

dalam meter kuadrat (m2). Nilai yang didapat diplotkan dalam kurva

pertumbuhan menurut centers for disease control and prevention

(CDC) tahun 2000. Obesitas bila IMT ≥ persentil ke-95, overweight bila

IMT antara persentil ke 85 sampai < 95, gizi baik bila IMT antara

persentil ke 5 sampai < 85, dan gizi kurang bila IMT < persentil ke-5.

4. Pain rating scales adalah skala penilaian tingkat nyeri yang berupa 4

buah penilaian antara lain: wajah, pendeskripsian, nomor atau garis

lurus. Batas paling kanan merupakan nyeri yang terberat. Penilaian

(38)

20

5. Tingkatan nyeri dibedakan menjadi ringan dengan nilai antara 0

sampai 3, sedang dengan nilai 4 sampai 6, dan berat dengan nilai 7

sampai 10. Tingkatan nyeri dinilai dengan pain rating scales yang

diperiksa sebelum dan sesudah pengobatan selama 3 bulan.

6. Durasi nyeri yang terjadi dicatat dalam jumlah hari nyeri yang terjadi

(39)

21

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data dianalisis dengan uji kai-kuadrat untuk melihat perbandingan

keberhasilan pengobatan. Untuk menilai tingkatan nyeri digunakan

Mann-Whitney U-test dan durasi nyeri digunakan uji-t independen. Pengolahan data

dilakukan dengan perangkat lunak SPSS versi 15.0 dengan tingkat

(40)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di empat SMP/SMA yaitu Pesantren Ar-raudhatul

Hasanah, SMP/SMU Pencawan, Palapa, dan Perguruan S.Parman di

Kotamadya Medan. Di keempat lokasi tersebut, diperiksa sebanyak 750

pelajar, dan dijumpai sebanyak 540 penderita dismenore, di antaranya 349

penderita tidak memenuhi kriteria inklusi dan 75 di antaranya menolak ikut

dalam penelitian ini, dan sisanya 116 anak diikutkan dalam penelitian.

Kemudian secara randomisasi sederhana, dibagi dua kelompok yaitu

masing-masing terdiri dari 58 penderita yang mendapat pengobatan vitamin E

(41)

750 pelajar SMP/SMU

23

Vitamin E

n = 58

Plasebo

Mengikuti penelitian dan pemantauan dilakukan

selama 3 bulan n = 58 Mengikuti penelitian dan

pemantauan dilakukan selama 3 bulan

n = 58

n= 58 116 penderita

dismenenore primer

349 tidak memenuhi kriteria inklusi 75 menolak ikut penelitian

540 penderita dismenore

Gambar 4.1. CONSORT diagram

Distrubusi dan karakteristik sampel pada kedua kelompok perlakuan

terlihat pada Table 4.1. Besar sampel pada kedua kelompok sama

masing-masing 58 orang, dengan rata-rata umur pada kelompok vitamin E 194.9

bulan dan kelompok plasebo 190.0 bulan. Tingkat pendidikan untuk

kelompok vitamin E terbanyak pada tingkat SMA kelas 2 (62.1%), dan

(42)

24

kelas 1 (62.1%). Gejala ikutan tersering yang dijumpai saat terjadinya

dismenore yakni sakit kepala. Sakit kepala pada kelompok vitamin E dijumpai

12 orang (20.7%) dan plasebo sebanyak 10 orang (17.2%). Jumlah anak

yang menggunakan obat penghilang rasa sakit selama terjadinya nyeri hanya

2 orang (3.4%) pada kelompok vitamin E dan 3 orang (5.2%) pada kelompok

plasebo.

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian

Karakteristik

Vitamin E n=58

Plasebo n=58 Tingkat pendidikan, n (%)

SMP kelas 1 Lama siklus menstruasi (hari), rerata (SD) Gejala ikutan saat dismenore, n (%) Sakit kepala

Dari hasil pemeriksaan awal derajat nyeri dismenore tidak dijumpai

perbedaan bermakna antara kedua kelompok, begitu juga pada pemeriksaan

(43)

25

4.3). Perbedaan bermakna terlihat setelah 2 dan 3 bulan mendapat

pengobatan (Tabel 4.4 dan Tabel 4.5).

Tabel 4.2. Derajat nyeri awal

Derajat nyeri

Tabel 4.3. Derajat nyeri setelah 1 bulan mendapat pengobatan

(44)

26

Tabel 4.4. Derajat nyeri setelah 2 bulan mendapat pengobatan

Derajat nyeri

Tabel 4.5. Derajat nyeri setelah 3 bulan mendapat pengobatan

Derajat nyeri

Dari tabel di atas terlihat penurunan derajat nyeri setelah 1 bulan

mendapat pengobatan vitamin E. Terjadi peningkatan jumlah penderita

dengan derajat nyeri ringan sebanyak 34.5%, sedangkan pada kelompok

plasebo sebanyak 25.9%. Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada

kedua kelompok tersebut. Sedangkan pada pengobatan setelah 2 dan 3

bulan, terdapat penurunan derajat nyeri dengan peningkatan jumlah

(45)

27

kelompok plasebo derajat nyeri ringan dijumpai sebanyak 22.4% dan 24.1%,

dijumpai perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok tersebut.

Pada durasi nyeri yang terjadi tidak didapati perbedaan yang

bermakna pada pemeriksaan awal dan setelah 1 bulan pengobatan, namun

dijumpai perbedaan bermakna terhadap durasi nyeri setelah 2 dan 3 bulan

mendapatkan pengobatan (Tabel 4.6).

Tabel 4.6. Durasi nyeri

Durasi nyeri

(46)

BAB 5. PEMBAHASAN

Dismenore merupakan masalah menstruasi yang sering dikeluhkan oleh

remaja perempuan pubertas. Gejala yang terjadi berhubungan dengan

ketidakhadiran di sekolah dan lingkungan kerja.8 Pada studi prevalensi di

Amerika terhadap pelajar suku hispanik, kejadian dismenore dilaporkan

sebanyak 85% pada 3 bulan terakhir siklus mentruasi dengan ketidakhadiran

di sekolah sebanyak 38%.35 Studi di Ethiopia melaporkan prevalensi

dismenore sebanyak 72% dari 622 pelajar yang diperiksa dengan

ketidakhadiran di sekolah sebanyak 48%.36 Pada penelitian ini dari 750

pelajar yang diperiksa, dijumpai 540 penderita (72%) yang mengalami

dismenore. Ketidakhadiran di sekolah hanya dilaporkan sebanyak 10.4% dari

seluruh penderita dismenore yang diperiksa.

Menarche merupakan awal terjadinya menstruasi pada perempuan

pubertas. Usia menarche menggambarkan banyak aspek kesehatan meliputi

usia kematangan seksual, status pertumbuhan dan nutrisi, dan kondisi

lingkungan.17 Rata-rata usia menarche dilaporkan 0.3 tahun lebih muda untuk

perempuan perkotaan dibandingkan perdesaan pada studi di Ethiopia.36 Studi

deskriptif di Hongkong dan survey cross sectional di Malaysia mendapatkan

rata-rata usia menarche pada remaja pubertas adalah 12.3 tahun.37,38

(47)

29

dan plasebo adalah 12.1 tahun dan 11.9 tahun. Lebih cepatnya usia

menarche pada kedua kelompok tidak diteliti apakah disebabkan oleh

pengaruh perbedaan suku dan faktor lingkungan.

Lama setiap siklus menstruasi normal adalah 21 sampai 35 hari.

Hanya <0.5% perempuan mempunyai lama siklus menstruasi <21 hari dan

<1% mempunyai lama siklus menstruasi >35 hari.20 Studi deskriptif di

Hongkong mendapatkan setelah 3 tahun mengalami menarche, 86.9%

remaja pubertas memilki lama siklus menstruasi normal 21 sampai 35 hari.37

Pada penelitian ini dimasukkan kriteria inklusi yakni penderita dengan lama

setiap siklus menstruasinya dalam rentang normal yakni 21 sampai 35 hari.

Hasil yang didapatkan pada kelompok vitamin E dan plasebo adalah 28.7

hari dan 29.2 hari.

Status gizi mempengaruhi terjadinya dismenore pada remaja pubertas.

Obesitas dihubungkan dengan terjadinya dismenore primer.7,8,39 Namun

beberapa penelitian tidak mendapatkan adanya hubungan antara status gizi

dengan kejadian dismenore primer.37,40 Penelitian ini memasukkan kriteria

inklusi yakni penderita dengan status gizi baik dimana penilaiannya

menggunakan indeks massa tubuh (IMT) antara persentil ke 5 sampai <85.

Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada dismenore adalah nyeri

kram di perut bawah yang menjalar ke arah paha dan daerah pinggang.

(48)

30

Karakteristik nyeri dijumpai pada hari pertama dari menstruasi, bersamaan

dengan keluarnya darah menstruasi. Gejala puncak dalam 24 jam dan

menghilang setelah 2 hari.3,5,7,11 Studi cross sectional di Thailand

mendapatkan gejala terbanyak yang di keluhkan oleh penderita dengan

dismenore adalah berupa nyeri kram di perut bawah sebanyak 78%, nyeri

pinggang sebanyak 58.9%, dan adanya perubahan tingkah laku sebanyak

56.9%. Gejala ikutan terbanyak berupa kelelahan, diare dan sakit kepala

berturut-turut adalah 42.9%, 26.2% dan 18.7%.39 Pada penelitian ini semua

penderita mengalami nyeri perut bawah dengan gejala ikutan terbanyak

adalah sakit kepala yakni sebanyak 12 orang (20.7%) pada kelompok vitamin

E dan 10 orang (17.2%) pada kelompok plasebo.

Penelitian mengenai penggunaan vitamin E sebagai pengobatan

dismenore telah dilaporkan manfaatnya di Iran, dimana vitamin E terbukti

efektif dalam mengurangi gejala dan derajat nyeri yang terjadi akibat

dismenore13,14

Pada penelitian ini, dari penilaian derajat nyeri awal tidak dijumpai

perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Berdasarkan pemeriksaan

derajat nyeri terbanyak dijumpai pada derajat nyeri sedang, yakni sebanyak

33 orang (56.9%) pada kelompok vitamin E dan 35 orang (60.3%) pada

kelompok plasebo. Pada pemeriksaan derajat nyeri setelah 1 bulan

(49)

31

kedua kelompok namun telah dijumpai penurunan derajat nyeri berat yakni

dari 16 orang (27.6%) menjadi 6 orang (10.3%) pada kelompok vitamin E dan

10 orang (17.2%) menjadi 7 orang (12.1%) pada kelompok plasebo.

Pada pemeriksaan derajat nyeri setelah 2 bulan mendapat

pengobatan, derajat nyeri terbanyak adalah derajat nyeri sedang yakni

sebanyak 30 orang (51.7%) pada kelompok vitamin E dan 37 orang (63.8%)

pada kelompok plasebo. Peningkatan jumlah penderita dengan derajat nyeri

ringan masing-masing di jumpai pada kelompok vitamin E dan plasebo yakni

sebanyak 26 orang (44.8%) dan 13 orang (22.4%). Pada pemeriksaan

derajat nyeri setelah 3 bulan mendapat pengobatan, penderita terbanyak

adalah derajat nyeri ringan yakni 35 orang (60.3%) pada kelompok vitamin E

dan derajat nyeri sedang yakni 37 orang (63.8%) pada kelompok plasebo.

Perbedaan bermakna secara statistik terlihat setelah 2 dan 3 bulan mendapat

pengobatan.

Pada pemeriksaan durasi nyeri yang terjadi, tidak didapati perbedaan

yang bermakna pada pemeriksaan awal dan setelah 1 bulan mendapat

pengobatan. Pada pemeriksaan awal, durasi nyeri yang terjadi 2.1 hari (SD

0.84) pada kelompok vitamin E dan 2.1 hari (SD 0.88) pada kelompok

plasebo. Sedangkan setelah 1 bulan mendapat pengobatan durasi nyeri yang

terjadi 1.6 hari (SD 0.73) dan 1.9 hari (SD 0.95) pada kelompok vitamin E dan

(50)

32

pengobatan. Dimana durasi nyeri turun menjadi 1.4 hari (SD 0.67) dan 1.2

hari (SD 0.71) pada 2 dan 3 bulan pengobatan pada kelompok vitamin E,

sedangkan pada kelompok plasebo durasi nyeri turun menjadi 1.7 hari (SD

0.89) dan 1.6 hari (SD 0.91) pada 2 dan 3 bulan setelah pengobatan.

Dari penelitian ini masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain

kurangnya pengawasan terhadap kepatuhan penderita memakan obat yang

telah diberikan. Pemantauan hanya dilakukan pada jumlah obat yang

diberikan kepada penderita, hal ini ditunjukan dengan tidak adanya obat yang

dikembalikan oleh penderita selama penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini

tidak menjelaskan mengapa baru terlihat perbedaan bermakna setelah 2 dan

3 bulan mendapat pengobatan vitamin E baru bermanfaat dalam mengurangi

(51)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dismenore primer sering dijumpai pada remaja perempuan pubertas. Vitamin

E dosis 200 IU yang diberikan dua kali perhari yang diberikan pada 2 hari

sebelum menstruasi sampai hari ketiga menstruasi terbukti bermanfaat dalam

mengurangi durasi dan beratnya dismenore yang terjadi setelah pemberian

selama 2 dan 3 bulan pengobatan. Vitamin E dapat dijadikan salah satu

alternatif pengobatan dismenore primer pada remaja pubertas.

6.2. SARAN

Diharapkan kepada sekolah-sekolah menengah dan lanjutan atas untuk

melakukan penyuluhan mengenai kesehatan remaja pubertas mengingat

tingginya prevalensi dismenore pada remaja pubertas. Bila perlu diadakan

kerjasama dengan dinas kesehatan setempat untuk memberikan pelatihan

dan penyuluhan mengenai masalah kesehatan remaja khususnya masalah

gangguan menstruasi pada remaja.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Fleischman A, Gordon C. Adolescent menstrual abnormalities. Dalam: Lifshitz F, penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-5. New York: Informa;2007.h.349-63

2. Speroff L, Fritz MA, penyunting. Clinical gynecologic andocrinology and fertility. Edisi ke-7. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2005.h.531-46

3. Proctor M, Farquhar C. Diagnosis and management of dysmenorrhoea. BMJ. 2006;332:1134-8

4. El-Gilany AH, Badawi K, El-Fedawy S. Epidemiology of dysmenorrhoea among adolescent students in Mansoura, Egypt. East Mediter Health J. 2005;11:155-63

5. Reddish S. Dysmenorrhoea. Aust Fam Phys. 2006;36(11):842-9

6. Foster CM. Adolescent menstrual abnormalities. Dalam: Lifshitz F, penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-3. New York: Markel Dekker Inc;1996.h.223-33

7. Calis KA. Dysmenorrhea. Diunduh dari:

http://www.emedicine.com/med/topic606.htm bulan September 2008

8. Lefebvre G, Pinsonneault O, Antao V, Black A, Burnett M, Feldman K, dkk. Primary dysmenorrhea consensus guideline. J Obstet Gynaecol Can. 2005;27(12):1117-30

9. Creighton SM. Gynecology. Dalam: Brook CGD, Clayton PE, Brown RS, Savage MO, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-5. USA: Blackwell;2005.h.211-7

10. Polaneczky MM, Siap GB. Menstrual disorders in the adolescent: dysmenorrhea and dysfunctional uterine bleeding. Pediatrics in Review. 1992;13:83-7

11. Mayo JL. A healthy menstrual cycle. Clin Nutri Ins. 1997;5(9):1-8

12. Nasir L, Bope ET. Management of pelvic pain from dysmenorrhea or endometriosis. J Am Board Fam Pract. 2004;17:s43-7

13. Ziaei S, Faghihzadeh S, Sohrabvand F, Lamyian M, Emamgholy T. A randomised placebo-controlled trial to determine the effect of vitamin E in treatment of primary dysmenorrhoea. BJOG. 2001;108:1181-3

14. Ziaei S, Zakeri M, Kazemnejad A. A randomised controlled trial of vitamin E in the treatment of primary dysmenorrhoea. BJOG. 2005;112:466-9 15. Brigelius-Flohe R, Traber MG. Vitamin E: function and metabolism.

FASEB J. 1999;13:1145-55

(53)

39

17. Chumlea WC, Schubert CM, Roche AF, Kulin HE, Lee PA, Himes JH, dkk. Age at menarche and racial comparisons in US girls. Pediatrics. 2003;111:110-3

18. Anderson SE, Dallal GE, Must A. Relative weight and race influence average age at menarche: results from two nationally representative surveys of US girls studied 25 years apart. Pediatrics. 2003;111:844-50 19. Wu T, Mendola P, Buck GM. Ethnic differences in the presence of

secondary sex characteristics and menarche among US girls: the third national health and nutrition examination survey, 1988-1994. Pediatrics. 2002;110:752-757

20. Braverman PK, Sondhelmer SJ. Menstrual disorders. Pediatrics in Review. 1997;18:17-26

21. Khan-Sabir N,Carr BR. The normal menstrual cycle and the control of ovulation. Diunduh dari: http/www.endotext.com bulan September 2008 22. Jabbour HN, Kelly RW, Fraser HM, Critchley HOD. Endocrine regulation

of menstruation. Endocrine Reviews. 2006;27(1):17-46

23. Wang L, Wang X, Wang W, Chen C, Ronnennberg AG, Guang W, dkk. Stress and dysmenorrhoea: a population based prospective study. Occup Environ Med. 2004;61:1021-6

24. McLachlan RI, Healy DL, Burger HG. The ovary: basic principles and concepts. Dalam: Felig P, Baxter JD, Broadus AE, Frohman LA, penyunting. Endocrinology and metabolism. Edisi ke-2. Philadelphia: Mc Graw Hill;2002.h.951-83

25. Morrison BW, Daniels SE, Kotey P, Cantu N, Seidenberg B. Rofecoxib, a specific cyclooxygenase-2 inhibitor, in primary dysmenorrhea: a rondomized controlled trial. Obstet Gynecol. 1999;94:504-8

26. Daniels SE, Talwalker S, Torri S, Snabes MC, Recker DP, Verburg KM. Valdecoxib, a cyclooxygenase-2-specific inhibitor, is effective in treating primary dysmenorrhea. Obstet Gynecol. 2002;100:350-8

27. Davis AR, Westhoff C, O’Connell K, Gallagher N. Oral contraceptives for dysmenorrhea in adolescent girls a rondomized trial. Obstet Gynecol. 2005;106:97-104

28. Legro RS, Pauli JG, Kunselman AR, Meadows JW, Kesner JS, Zaino RJ, dkk. Effects of continuous versus cyclical oral contraception: a randomized controlled trial. J Clin Endocrinol Metab. 2008;93(2):420-9 29. Proctor ML, Murphy PA. Herbal and dietary therapies for primary and

secondary dysmenorrhoea (review). The Cochrane Collaboration. 2008;1-25

(54)

40

31. Junizar G, Sulianingsih, Widya DK. Pengobatan dismenore secara akupunktur. Cermin Dunia Kedokteran. 2001;133:50-3

32. Lorno V, Burani R, Bianchini B, Minelli E, Martinelli F, Ciatto S. Acupuncture treatment of dysmenorrhea resistant to conventional medical treatment. eCAM. 2008;5:227-230

33. Bendich A, Machlin LJ. Safety of oral intake of vitamin E. Am J Clin Nutr. 1988;48:612-9

34. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30

35. Banikarim C, chacko MR, Kelder SH. Prevalence and impact of dysmenorrheal on Hispanic female adolescents. Arch Pediatr Adolesc Med.2000;154:1226-9

36. Zegeye DT, Megabiaw B, Mulu A. Age at menarche and the menstrual pattern of secondary school adolescents in northwest Ethiopia. BMC Women’s Health. 2009;9:29-36

37. Chan SC, Yiu KW, Yuen PM, Sahota DS, Chung KH. Menstrual problems and health-seeking behavior in Hong Kong Chinese girls. Hong Kong Med J.2009;15(1):18-23

38. Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. Menstruation among adolescent girls in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore Med J.2006;47(10):869-74

39. Tangchai K, Titapant V, Boriboonhirunsarn D. Dysmenorrhea in thai adolescents: prevalence, impact and knowledge of treatment. J Med Assoc Thai.2004;87(suppl 3):s69-73

(55)

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Kelas :

Alamat Rumah :

Alamat Sekolah :

Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitan “ Manfaat

vitamin E sebagai pengobatan dismenore primer pada remaja pubertas“.

Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya bersedia menjadi peserta

penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat tanpa paksaan siapapun.

Medan, ……… Peneliti,

(dr. Wagito)

(56)

42

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN Kepada Yth Bapak/ Ibu……

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, nama saya dokter Wagito, bertugas di

divisi Endokrin Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik

Medan. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang manfaat vitamin E

sebagai pengobatan dismenore primer pada remaja pubertas.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, anak Bapak / Ibu menderita dismenore

primer yang dapat berdampak pada jumlah ketidakhadiran di sekolah. Untuk itu, kami

akan mengobati anak Bapak / Ibu dengan memberikan obat. Dari penelitian didapatkan

bahwa pemberian vitamin E selama 2-4 bulan akan memberikan efek yang baik dalam

mengurangi jumlah dan beratnya gejala dismenore yang terjadi. Hanya saja penelitian

tersebut dilaksanakan di luar negeri. Saat ini saya mencoba untuk melakukan penelitian

ini.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat

badan, pemberian catatan harian nyeri dan kuisoner untuk mengetahui anak yang

menderita dismenore. Pada anak yang menderita dismenore, akan diberikan obat

selama 3 bulan, obat dimakan pada 2 hari sebelum datangnya menstruasi sampai hari

ke tiga menstruasi. Pemantauan ulangan dilakukan setiap bulan sampai bulan ketiga dan

dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan kuisoner dibandingkan dengan

pengukuran sebelum diberi obat.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diobati dengan obat tersebut, maka kami

mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

(PSP). Bapak/ Ibu serta putri anda bebas menolak ikut atau mengundurkan diri dalam

penelitian ini. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia, sehingga tidak

memungkinkan orang lain mengetahui data penderita. Semua biaya penelitian akan

ditanggung oleh peneliti. Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak /

Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Bapak/ Ibu dapat menghubungi Peneliti bila ingin menanyakan masalah

kesehatan putra / putri anda atau masalah lain seputar penelitian ini melalui:

Dr. Wagito

Divisi Endokrinologi - Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RS H.Adam Malik

Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Telp. 8365663

(57)

43

Status nutrisi : Obesitas/ Over weight/ Normal weight/ Under weight Saat ini duduk di kelas: ...

2. Data Menstruasi

1. Usia saat menstruasi yang pertama sekali ... tahun

2. Apakah siklus menstruasi anda teratur [ ] ya [ ] tidak 3. Bila jawaban anda ya, ... bulan anda telah mendapat menstruasi. 4. Lamanya setiap siklus menstruasi ...hari

5. Lamanya keluar darah dalam setiap menstruasi ...hari 6. Tanggal menstruasi yang terakhir ...

7. Apakah dijumpai nyeri selama menstruasi [ ] ya [ ] tidak 8. Lama waktu mulai dari menstruasi yang pertama sampai timbulnya

nyeri menstruasi ...bulan

9. Apakah nyeri yang timbul pada hari pertama menstruasi

[ ] ya [ ] tidak 10. Bila jawaban anda tidak, mulai timbul nyeri ...hari sebelum menstruasi

atau ...hari setelah menstruasi

11. Jumlah hari nyeri yang terjadi setiap bulan ... hari 12. Apakah nyeri yang timbul selalu sama setiap bulannya

[ ] ya [ ] tidak 13. Dimanakah lokasi nyeri yang paling anda rasakan

[ ] perut bawah [ ] perut atas

14. Adakah penjalaran nyeri sampai ke paha dan pinggang

[ ] ya [ ] tidak 15. Apakah dijumpai gejala sakit kepala saat terjadinya dismenore

[ ] ya [ ] tidak 16. Apakah dijumpai gejala mual saat terjadinya dismenore

[ ] ya [ ] tidak 17. Apakah dijumpai gejala muntah saat terjadinya dismenore

[ ] ya [ ] tidak 18. Apakah dijumpai gejala diare saat terjadinya dismenore

[ ] ya [ ] tidak

19. Apakah ada memakan obat penghilang rasa sakit selama terjadinya nyeri

[ ] ya [ ] tidak

(58)

44

Lampiran 4

Pain Rating Scales

(59)

45

Lampiran 5

Catatan Harian Nyeri

NAMA : ALAMAT :

USIA : SEKOLAH/KELAS :

BB/TB : TEK. DARAH :

BULAN :

TANGGAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

MENSTRUASI

DURASI NYERI DISMENORE

MINUM OBAT/TIDAK

ABSEN

SEKOLAH/TDK

TANGGAL 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

MENSTRUASI

DURASI NYERI DISMENORE

MINUM OBAT/TIDAK

ABSEN

(60)

46

Lampiran 6

(61)

47

1. Sekolah Dasar di SDN 112304 Padang Halaban, Labuhan Batu, tamat

tahun 1988

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Tri Tunggal, Tanjung Balai, tamat

tahun 1991

3. Sekolah Menengah Atas di SMU St.Thomas II, Medan, tamat tahun

1994

4. Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat tahun 2001

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter PTT di Puskesmas Pematang Bandar, Simalungun, tahun

2002-2005

Pendidikan Spesialis

1. Adaptasi di BIKA FK USU : 01-05-2006 s/d 30-06-2006

2. Pendidikan Tahap I : 01-07-2006 s/d 30-06-2007

3. Pendidikan Tahap II : 01-07-2007 s/d 30-06-2008

4. Pendidikan Tahap III : 01-07-2008 s/d 30-06-2009

5. Pendidikan Tahap IV : 01-07-2009 s/d 30-06-2010

6. Tesis : Mei 2010

Gambar

Gambar 2.2. Patofisiologi dari dismenore primer8
Gambar 2.3. Algoritma pengobatan dismenore primer12
Gambar 2.4. Struktur molekul komponen vitamin E15
Gambar 2.5. Kerangka konsep penelitian Gambar 2.5. Kerangka konsep penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memudahkan membuat soal pilihan berganda, setiap soal akan dibuat dalam 1 frame, sehingga jika jumlah soal ada 9, maka jumlah frame yang dibuat ada 9..

Penelitian ini membahas tentang “ Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan dan Kualitas Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online di Tokopedia (Studi Kasus pada

DKI Jakarta Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta secara elektronik melalui aplikasi SPSE, proses pemberian penjelasan dokumen pengadaan (Aanwizing) sebagai berikut:.. Rayhan

Sistem Manajemen isi (Content Management System) yang lebih dikenal dengan singkatannya CMS adalah sebuah aplikasi berbasis web yang memiliki sistem sedemikian hingga

Input that I get is I often speak to foreigner.I make myself brave to speak directly although I was not good at speaking English in the beginning especially speaking

Informasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia apalagi disaat sekarang ini dimana orang selalu ingin mendapatkan hal-hal baru yang dirasa sangat

Penyampaian infomasi melalui media komunikasi website bertujuan untuk memudahkan, mengefektifkan dan memperjelas maksud dari informasi yang ingin disampaikan melalui online

Senam lansia pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung dan