UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN
CUKAI TEMBAKAU DI SUMATERA UTARA
(STUDI KASUS KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI MEDAN)
Skripsi
Diajukan Oleh
Nama : Lailan Syafrina
NIM : 030523039
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama :
Lailan
Syafrina
Nim :
030523039
Jurusan :
Ekonomi
Pembangunan
Judul :
Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Cukai Tembakau di Sumut (Studi
Kasus Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan.
Tgl Ketua Departemen
( Wahyu Ario Pratomo, SE,. M.Ec)
NIP. 132 206 574
Tgl Dekan
( Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama :
Lailan
Syafrina
Nim :
030523039
Jurusan :
Ekonomi
Pembangunan
Judul :
Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Cukai Tembakau di Sumut (Studi
Kasus Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan.
Tgl Pembimbing
Penanggung Jawab
( Drs.Rahmat Sumanjaya, MSi )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
BERITA ACARA UJIAN
Hari :
Tanggal :
Nama :
Lailan
Syafrina
Nim :
030523039
Jurusan :
Ekonomi
Pembangunan
Konsentrasi :
Perbankan
Judul :
Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Cukai Tembakau di Sumut (Studi
Kasus Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan.
Ketua Departemen Pembimbing
(Wahyu Ario Pratomo, SE,. M.Ec)
(Drs. Rahmatd Sumanjaya, MSi)
NIP. 132 206 574
NIP. 130 937 215
Penguji I Penguji II
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohiim,
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan memberikan rahmat serta kekuatan kepada penyaji sehingga dapat
menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan Cukai Tembakau di Sumatera Utara (Studi Kasus
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Medan)”. Dan juga salawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam yang penuh kegelapan ke alam yang terang benderang.
Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan
skripsi ini, penyaji mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Wahyu Ario Pratomo. SE, MEc selaku Ketua Departemen Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, MSi. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan
dalam proses penulisan skripsi ini.
4.
Bapak Paidi Hidayat, SE, Mec, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
6.
Seluruh Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya
jurusan Ekonomi Pembangunan untuk ilmu yang telah diberikan kepada
penyaji.
7.
Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya rekan-rekan mahasiswa
ekstension jurusan Ekonomi Pembangunan stambuk 2003, 2004 dan 2005.
8.
Seluruh staff dan rekan-rekan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Sumatera Utara di Belawan dan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Medan, yang telah membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
9.
Terlebih khusus rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Ayahanda (Alm) Musannif Mustafa, BA., meskipun telah tiada tapi
semangatmu tetap hidup dalam sanubariku, Ibunda Hj. Balqis Lubis, BA.,
yang selalu sabar dan tegar dalam mengasuh dan mendidik agar aku menjadi
wanita yang saleh dan berguna bagi agama dan bangsa, Suami tercinta
Sucianto Wahyu Wicaksono yang bertugas di Jakarta, terimaksih telah
mengizinkanku untuk kembali ke Medan demi menyelesaikan penulisan
skripsi ini, seluruh abang dan kakakku (Drg. Wahid Khusyairi, Faridah Aini,
Drs. Ahmad Basri, Dra. Arfatul Marwiyah, Fadli Kaukibi, SH, CN, Sawiyah
Fitri, SE., Khairunnajihah, Sag., Fahmi Fuadi, ST., M. Rofiq, Kurnia
Hidayat, SIP.) serta adikku Baihaqqi Mustafa, Amd.. Terima kasih untuk
semua nasehat, bantuan, dan juga dorongannya.
mengharapkan bantuan berupa kritik dan saran-saran yang membangun untuk
kesempurnaan tulisan ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penyaji hanya dapat berharap kiranya Allah SWT yang bisa
membalas semuanya. Penyaji juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa dan pembaca sekalian.
Medan, April 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Abstract ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... xi
Daftar Lampiran ... xii
Daftar Singkatan ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2
Perumusan
Masalah
...
3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.4
Hipotesa
...
4
1.5 Metode Penelitian ... 5
1. Lokasi
Penelitian
...
5
2. Jenis dan Sumber Data ... 5
3. Pengolahan
Data
...
6
BAB II : URAIAN TEORITIS
2.1. Cukai
...
9
1. Pengertian cukai ... 9
2. Barang Kena Cukai ... 9
2.2. HJE dan Tarif Cukai ... 12
1.Tarif Cukai Spesifik ...
13
2.Tata Cara Penetapan HJE ... 14
2.3. Pita
Cukai
...
18
1. Pengertian Pita Cukai ... 18
2. Desain dan Warna Pita Cukai ... 19
3. Tata Cara Pemesanan Pita Cukai ... 21
2.4. Produksi
...
22
1. Pengertian dan Tujuan Produksi ... 22
2.
Faktor-faktor
Produksi
...
23
BAB III : GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
3.1. Sejarah Umum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ... 27
3.2. Wilayah Kerja Kanwil DJBC Sumut ... 34
3.3. Peranan DJBC Terhadap Pembangunan Daerah ... 36
3.4. Potensi KPPBC Medan ... 40
3.5.
Stuktur
Organisasi KPPBC Medan ... 43
4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 47
1. Persamaan
Regresi
...
47
2. Koefisien
Determinasi
(R-Square)
...
48
3. Uji
t-statistik
...
48
4. Uji
F-statistik
...
50
5. Uji
Multikolinieritas
...
52
4.3. Evaluasi ... 54
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
...
55
B.
Saran
...
56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
: Nilai Tarif Cukai dan Batasan HJE Hasil Tembakau Buatan dalam
Negeri
...
44
Tabel 2.2
: Tarif Cukai Spesifik per Batang Hasil Tembakau Buatan Dalam
Negeri
...
47
Tabel 2.3
: Jumlah Isi Kemasan Untuk Masing-masing Hasil Tembakau
Dan Golongan Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau untuk
Pemasaran Dalam Negeri ... 47
Tabel 3.1
: Wilayah Kerja Kanwil DJBC Sumut ... 48
Tabel 3.2
: Ekspor Sumatera Utara menurut sektor Tahun 2005 ... 49
Tabel 3.3
: Impor Sumatera Utara menurut sektor Tahun 2005 ... 49
Tabel 3.4
: Nilai Ekspor dan Impor pada KPBC Medan Tahun 2006 ... 49
Tabel 3.5
: SDM pada KPPBC Medan berdasarkan Pendidikan ... 49
Tabel 3.6
: SDM pada KPPBC Medan berdasarkan Pangkat / Gol ... 49
Tabel 3.7
: SDM pada KPPBC Medan berdasarkan Eselon ... 49
Tabel 3.8
: SDM pada KPPBC Medan berdasarkan Usia ... 49
Tabel 3.9
: SDM pada KPPBC Medan berdasarkan Jenis Kelamin ... 49
Tabel 3.10 : Penerimaan Bea Masuk dan PDRI Tahun 2006 ... 49
Tabel 3.11 : Nilai Impor Tahun 2006 ... 49
Dan Penerimaan Cukai Tembakau jenis SPM ... 49
Tabel 4.2
: Data Jumlah Produksi Rokok, HJE, Jumlah Pita Cukai
Dan Penerimaan Cukai Tembakau jenis SKM ... 49
Uji F Statistik
Tabel 4.3
: Anova jenis SPM ... 49
Tabel 4.4
: Anova jenis SKM ... 49
Uji Multikollinearity
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Regresi SPM
Lampiran 2 : Regeresi SKM
DAFTAR SINGKATAN
DJBC
: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
KPBC
: Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
HJE
: Harga Jual Eceran
ABSTRAK
Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-undang Nomor 11
tentang Cukai yang merupakan penerimaan Negara guna mewujudkan kesejahteraan,
keadilan dan keseimbangan. Rokok / produk hasil tembakau merupakan salah satu
barang yang dikenakan cukai dikarenakan memilik sifat / karakteristik sebagai barang
yang konsumsinya perlu dikendalikan/peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya
dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi penerimaan cukai tembakau dan seberapa besar faktor-faktor tersebut
mempengaruhi penerimaan cukai tembakau, maka masalah dalam penelitian ini
adalah “faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penerimaan cukai tembakau?”.
Sedangkan hipotesis diajukan bahwa jumlah produksi, HJE dan Pemesanan Pita
Cukai merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan cukai tembakau.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Alasan Pemilihan Judul
Customs (Instansi Kepabeanan) dimanapun didunia ini termasuk Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan di Indonesia), secara filosofis
merupakan salah satu institusi selaku penjaga pintu gerbang negara yang bertugas
mengamankan kepentingan nasional dibidang ideology, politik, ekonomi, sosial
budaya, bahkan pertahanan keamanan, berkenaan dengan lalu lintas barang.
Sejalan dengan nuansa globalisasi perdagangan dunia, perkembangan
perekonomian nasional saat ini telah menghasilkan kemajuan yang sangat pesat,
khususnya dalam penyelenggaraan kegiatan perdagangan internasional yang
menuntut kecepatan arus barang impor maupun ekspor.
Sesuai dengan kebijaksanaan World Custom Organization (WCO), Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dituntut untuk berperan ganda, dimana satu sisi harus
memperlancar arus perdagangan antar negara dengan cara menyederhanakan,
mengharmoniskan, & menstandarisasikan prosedur kepabeanan, disisi lain berperan
untuk memungut penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, cukai & pajak dalam
rangka impor memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap masuknya
barang – barang larangan & pembatasan serta memfasilitasi perdagangan.
Propinsi Sumatera Utara yang menitik beratkan pembangunannya pada sektor
industri & perdagangan menuntut pelayanan yang prima dari para aparat Direktorat
menyempurnakan system & prosedur serta berupaya memantapkan langkah – langkah
dengan didukung seluruh potensi yang ada untuk meningkatkan pelayanan impor,
ekspor & cukai yang berbasis teknologi informasi, meningkatkan integritas pegawai
& menciptakan kondisi yang kondusif dilingkungan kerja bersama para stakeholder,
membuka akses yang seluas – luasnya untuk layanan public dibidang kepabeanan &
cukai untuk menunjang perkembangan industri & perdagangan demi pembangunan di
daerah Sumatera Utara serta pengawasan yang optimal terhadap kemungkinan
masuknya barang – barang larangan.
Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, pada
tahun 2005 ekspor mencapai FOB USD 4.563.075, & Impor Sumut mencapai CIF
1.178.006, hal ini sehubungan dengan banyaknya industri di Sumut tahun 2005
terdapat 966 perusahaan & besarnya volume ekspor & impor Sumatera Utara dari
sektor industri (Ekspor 73% & Impor 91%). Produk yang dominant dari propinsi ini
adalah hasil perkebunan seperti produk Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kopi, Coklat,
serta sayur & buah – buahan dimana sebagian dari komiditi tersebut juga ekspor
kemanca Negara.
Dalam lapangan industri, sebagian besar industri di Sumut bergerak dalam
bidang industri makanan, minuman & tembakau, industri kimia, batubara, karet &
plastic dengan rincian industri makanan, minuman, & tembakau sebanyak 398
perusahaan, kimia, batubara, karet & plastik sebanyak 186, selebihnya industri tekstil,
kayu dan lain – lain yang jumlah perusahaannya hanya sedikit.
Rokok / produk hasil tembakau merupakan suatu produk yang menjadi
disamping pengenaan cukai pada MMEA (Minuman Mengandung Etil Alkohol) &
Etil Alkohol (EA). Pengenaan Cukai pada produk rokok & tembakau telah
memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi negara & setiap tahunnya
penerimaan selalu melebihi target yang ditetapkan & disatu sisi target yang
ditetapkan selalu naik. Hal ini dapat kita lihat target & realisasi penerimaan cukai
tahun 2003 dan 2005 untuk seluruh wilayah di Indonesia pada tahun 2003 target
penerimaan Cukai sebesar Rp. 26.114.00 Miliar, realisasinya sebesar Rp. 25.928.00
Miliar dengan pencapaian target sebesar 100,72 %. Pada tahun 2005 target
penerimaan Cukai sebesar Rp. 32.244.80 Miliar, realisasinya sebesar Rp. Rp.
32.650.60 M Miliar, dengan pencapaian target sebesar 101,26 %.
Propinsi Sumatera Utara mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam
menghasilkan rokok / produk hasil tembakau, karena dari sebagian besar industrinya
adalah industri tembakau yang menghasilkan produk berupa rokok / cigarette yang
terdapat di Wilayah Kota Medan, Pematang Siantar & Tanjung Balai Asahan (Teluk
Nibung )
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Cukai
Tembakau di Sumatera Utara (Studi Kasus Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe
A3 Medan)”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada alasan uraian pemilihan judul diatas, maka permasalahan
yang akan dikaji oleh penulis adalah : Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi
1.3
Tujuan & Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a.
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi penerimaan cukai
hasil tembakau;
b.
Seberapa besar faktor tersebut mempengaruhi penerimaan cukai tembakau.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
a.
Sebagai bahan studi tambahan Ilmu Pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama bagi mahasiswa Departemen
Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya;
b.
Memberikan tambahan wawasan & Ilmu Pengetahuan bagi penulis.
1.4
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang masih
menjadi obyek penelitian, dimana masih perlu dibuktikan atau diuji tingkat
kebenarannya.
Dari uraian permasalahan diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai
berikut : bahwa jumlah produksi rokok / hasil tembakau, Harga Jual Eceran (HJE)
dan Jumlah Pita Cukai Tembakau merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan cukai tembakau pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Medan,
a.
1X
Y
> 0 : Jumlah Produksi memiliki hubungan positif terhadap penerimaan
cukai tembakau, artinya semakin besar jumlah produksi rokok
yang dihasilkan maka semakin besar jumlah penerimaan cukai
tembakau.
b.
2X
Y
> 0 : Harga Jual Eceran memiliki hubungan positif terhadap
penerimaan cukai tembakau, artinya semakin besar Harga Jual
Eceran rokok yang dihasilkan maka semakin besar jumlah
penerimaan cukai tembakau
c.
3X
Y
> 0 : Jumlah Pita Cukai memiliki hubungan positif terhadap
penerimaan cukai tembakau, artinya semakin tinggi pemesanan
pita cukai pada rokok maka semakin besar penerimaan cukai
tembakau.
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah & prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi untuk menguji hipotesis penelitian & selanjutnya
dianalisis sesuai dengan judul tulisan. Adapun metode penelitian yang dipergunakan
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
III.
1. Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Medan,
III.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif sekunder, yaitu berupa data
time series yang berbentuk angka – angka yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai Tipe A3 Medan, data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Medan, laporan
bulanan dari perusahaan yang memproduksi hasil tembakau di kota Medan serta
data-data yang diambil dari situs-situs internet yang mendukung penelitian ini.
3. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data penulis menggunakan program SPSS (Statistical
Package For Social Science)
III.
4. Model Analisis Data
Model analisis yang dilakukan menggunakan uji regresi linear, yaitu antara
variable Y dengan variabel X
1, X
2dan X
3, kemudian dibentuk dalam persamaan
sebagai berikut:
1X
1 2X
2 3X
3Y
Dimana :
Y = Penerimaan Cukai Tembakau
= Konstanta
1
= Koefisien Regresi Jumlah Produksi
2
= Koefisien Regresi Harga Jual Eceran (HJE)
3
= Koefisien Regresi Jumlah Pita Cukai Tembakau
X
1= Jumlah Produksi Rokok
X
3= Jumlah Pita Cukai Tembakau
= Variabel
Penganggu.
III.
1). Test Goodness Of Fit (uji kesesuaian)
a.
Koefisien Determinasi ( R – Square )
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel –
variabel independent secara bersama mampu memberi penjelasan
mengenai variabel dependen.
b.
Uji t Statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
masing – masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen dengan menganggap variabel independent lainnya konstan.
Pengaruh masing-masing variabel independent yaitu jumlah produksi,
Harga Jual Eceran (HJE) dan Jumlah Pita Cukai terhadap Penerimaan
Cukai Tembakau dilakukan dengan uji t pada tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan Uji t dapat ditarik hipotesa sebagai berikut :
-
Ho :
1.,2,
3
= 0
-
Ha :
1.
2,
3
≠
0
Dengan Kriteria :
Artinya variabel X
1(jumlah produksi), X
2(Harga Jual Eceran (HJE))
dan X
3(Jumlah Pita Cukai Tembakau) tidak nyata mempengaruhi Y
(Penerimaan Cukai Tembakau).
-
Ha diterima jika t hitung > t tabel
Artinya variabel X
1(jumlah produksi), X
2(Harga Jual Eceran (HJE))
dan X
3(Jumlah Pita Cukai Tembakau) nyata mempengaruhi Y
(Penerimaan Cukai Tembakau).
c.
Uji F Statistik
Uji F statistic ini dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel
independent secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel
dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :
-
Ho :
1
=
2
=
3 =
0
-
Ha :
1 ≠
2
≠
2 ≠
0
Dengan kriteria :
-
Ho diterima jika F hitung < F tabel
Artinya variabel X
1, X
2dan X
3secara bersama – sama tidak nyata
mempengaruhi Y (penerimaan cukai tembakau).
-
Ha diterima jika F hitung > F tabel
Artinya variabel X
1, X
2dan X
3secara bersama – sama nyata
d.
Uji Multikolinearity
Uji Multikolinearity digunakan untuk mengetahui apakah di dalam
model regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara
variabel yang menjelaskan idependen variabel. Suatu model regresi
linier kan mneghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak
mengandung multikolinearity. Multikolineariti terjadi karena adanya
hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1.
Cukai
1. Pengertian Cukai
Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-undang Nomor
11 tentang Cukai yang merupakan penerimaan Negara guna mewujudkan
kesejahteraan, keadilan dan keseimbangan.
Yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut tentang barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik sebagai berikut :
Konsumsinya perlu dikendalikan;
Peredarannya perlu diawasi;
Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup;
Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan Negara demi keadilan dan
keseimbangan.
Barang-barang sebagaimana dimaksud diatas dinyatakan sebagai barang kena
cukai.
2. Barang Kena Cukai
Pengenaan cukai perlu dipertegas batasannya sehingga dapat memberikan
dengan tetap memperhatikan aspirasi dan kemampuan masyarakat. Dalam
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 yang termasuk dalam barang kena cukai
adalah :
a.
Etil Alkohol (Etanol), yaitu barang cair, jernih dan tidak berwarna,
merupakan senyawa organic dengan rumus kimia C2H5OH, yang diperoleh
baik secara peragian dan/atau penyulingan maupun secara sintesa kimiawi.
b.
Minuman yang Mengandung Etil Alkohol (MMEA), yaitu semua barang
cair yang lazim disebut minuman mengandung etil alkohol yang dihasilkan
dengan cara peragian, penyulingan atau cara lainnya, yang antara lain : bir,
shandy, anggur, gin, whisky dan yang sejenisnya.
Yang dimaksud dengan “konsentrat yang mengandung etil alcohol” adalah
bahan yang mengandung etil alcohol yang digunakan sebagai bahan baku atau
bahan penolong dalam pembuatan minuman mengandung etil alcohol.
c.
Sigaret adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau rajangan yang di
balut dengan kertas dengan cara dilinting untuk dipakai tanpa mengindahkan
bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
Sigaret terdiri dari :
a.
Sigaret Kretek adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan
cengkih atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan
jumlahnya.
b.
Sigaret Putih adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa dicampuri
dengan cengkih, kelembak atau kemenyan.
Sigaret Kretek dan Sigaret Putih terdiri dari sigaret yang dibuat dengan
Sigaret Kretek dan Sigaret Putih yang dibuat dengan mesin adalah sigaret
yang dalam pembuatannya mulai dari pelintingan, pemasangan filter,
pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan eceran sampai dengan
pelekatan pita cukai, seluruhnya atau sebagian menggunakan mesin.
Sigaret Kretek dan Sigaret Putih yang dibuat dengan cara lain dari pada
mesin adalah sigaret yang dalam proses pembuatannya mulai dari
pelintingan, pemasangan filter, pengemasannya dalam kemasan untuk
penjualan eceran sampai dengan pelekatan pita cukai tanpa menggunakan
mesin.
Sigaret Kelembak Kemenyan adalah sigaret yang dalam pembuatannya
dicampur dengan kelembak/atau kemenyan asli maupun tiruan tanpa
memperhatikan jumlahnya.
Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun
tembakau diiris atau tidak, dengan cara digulung demikian rupa dengan
daun tembakau untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti atau
bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
Rokok daun adalah hasil tembaku yang dibuat dengan daun nipah, daun
jagung (klobot) atau sejenisnya dengan cara dilinting untuk dipakai tanpa
mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan
dalam pembuatannya.
Tembakau Iris adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau
yang dirajang, untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti atau
Hasil pengolahan tembakau lainnya adalah hasil tembakau yang dibuat
dari daun tembakau selain yang disebut di atas yang dibuat secara lain
sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, tanpa
mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan
dalam pembuatannya.
2.2.
Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai
Jumlah cukai yang dihitung berdasarkan system tariff advalorum adalah
sebesar perkalian antara presentase tarif cukai dikalikan dengan harga dasar.
Harga dasar yang digunakan untuk penghitungan cukai hasil tembakau adalah
harga jual eceran (HJE).
Besarnya tarif cukai dan HJE minimum untuk masing-masing golongan
dan jenis hasil tembakau sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
nomor 43/PMK.04/2005. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan nomor 118/PMK.04/2006 adalah sebagai berikut :
TABEL 2.1
Nilai Tarif Cukai dan Batasan Harga Jual Eceran
Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri
No.
Jenis Hasil
Tembakau
Golongan
Penguasaha
Pabrik
HJE Minimum
Per Batang/Gram
Tarif
Cukai
a
SKM
I
Rp 550
40 %
II
Rp 450
36 %
III
Rp 440
26 %
No.
Jenis Hasil
Tembakau
Golongan
Penguasaha
Pabrik
HJE Minimum
Per Batang/Gram
Tarif
Cukai
II
Rp 265
36 %
III
Rp 255
26 %
c
SKT
I
Rp 475
22 %
II
Rp 395
16 %
III/A
Rp 380
8 %
III/B
Rp 275
4 %
d KLM,
KLB
Atau SPT
I Rp
215
8 %
II
Rp 180
4 %
e.
TIS
I
Rp 50
20 %
II
Rp 50
16 %
III/A
Rp 50
8 %
III/B
Rp
40 4
%
f.
CRT
Tanpa Golongan
Rp 275
20 %
g.
HPTL
Tanpa Golongan
Rp 275
20 %
Sumber : Lampiran 1 Peraturan Menteri Keuangan nomor : 118/PMK.04/2006
1. Tarif Cukai Spesifik
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 43/PMK.04/2005 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
118/PMK.04/2006, terhitung mulai tanggal 1 juli 2007, terhadap hasil tembakau
batang hasil tembakau masing-masing sebesar Rp 7 untuk golongan 1, Rp 5 untuk
[image:31.595.108.517.234.540.2]golongan II, dan Rp 3 untuk golongan III.
TABEL 2.2.
Tarif Cukai Spesifik per Batang
Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri
No.
Jenis Hasil
Tembakau
Golongan
Penguasaha Pabrik
Tarif Cukai Spesifik
Per Batang
a
SKM
I Rp
7
II
Rp
5
III
Rp
3
b
SPM
I Rp
7
II
Rp
5
III
Rp
3
c
SKT
I Rp
7
II
Rp
5
III/A
Rp
3
Sumber : Lampiran 1 Peraturan Menteri Keuangan nomor : 118/PMK.04/2006
2.
Tata Cara Penetapan Harga Jual Eceran
Sebelum memproduksi hasil tembakau dengan merek baru atau mengubah
desain atau tampilan kemasan penjualan eceran atas merek yang sudah ada
penetapan HJE-nya, pengusaha pabrik hasil tembakau wajib mengajukan
dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan. Permohonan penetapan HJE
dilampirkan dengan :
a.
Dokumen Kalkulasi HJE hasil tembakau buatan dalam negeri (formulir
CK-1A)
b.
Contoh kemasan penjualan eceran hasil tembakau yang akan diproduksi
c.
Daftar HJE untuk merek-merek hasil tembakau yang msih berlaku (untuk
pabrik baru diisi nihil)
d.
Surat Pernyataan di atas materai yang cukup bahwa merek/desain kemasan
yang dimohon penetapan HJE-nya tidak dimiliki kasamaan pada pokoknya
atau pada keseluruhannya dengan merek/desain kemasan yang telah
dimiliki atau dipergunakan oleh pengusaha pabrik lain.
Berdasarkan permohonan tersebut, Petugas Bea Cukai akan segera
melakukan penelitian. Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal permohonan yang diterima secara lengkap dan benar,
Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai wajib memberikan keputusan.
Keputusan penetapan HJE dibuat dalam rangkap 4 lebar asli untuk pengusaha
pabrik, lembar tembusan untuk Direktur Cukai, Kepala Kantor Wilayah, dan arsip
Kantor Pelayanan setempat.
Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dapat membatalkan keputusan
Penentapan HJE suatu merek hasil tembakau dalam hal:
1.
Merek/desain kemasan yang bersangkutan memiliki kesamaan nama, baik
tulisan maupun pengucapannya atau kemiripan dengan merek/desain kemasan
milik pengusaha pabrik atau importir lainnya sehingga tidak mudah untuk
atau importir lainnya dan tercatat pada administrasi Direktorat Jendral Bea dan
Cukai ataui,
2.
Atas permohonan/gugatan pengusaha pabrik atau importir lainnya, yang
berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai ijin diselenggrakan
merupakan hak merek pemohon.
Hal lain yang perlu diketahui terkait dengan permohonan penetapan HJE
adalah persyaratan kemasan eceran hasil tembakau dan ketentuan tentang
isi/jumlah batang/gram yang diperbolehkan dalam satu kemasan penjualan eceran
hasil tembakau. Sesuai Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor
Kep-79/BC/2002 tentang Kemasan Penjualan Eceran Hasil Tembakau. Pada kemasan
penjualan eceran hasil tembakau untuk pemasaran di dalam negeri wajib
dicantumkan secara jelas dan mudah terbaca dengan menggunakan cetakan
permanent :
a.
Merek dan jenis hasil tembakau yang dikemas;
b.
Nama lengkap dan lokasi pabrik atau perusahaan. Bila nama pabrik lebih dari
2 (dua) kata dapat digunakan singkatan;
c.
Kalimat peringatan kesehatan tentang bahaya merokok;
dan
d.
Ketentuan-ketentuan lainnya yang disyaratkan oleh instansi terkait.
Isi kemasan penjualan eceran hasil tembakau untuk masing-masing jenis
hasil tembakau dan golongan Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau yang ditujukan
TABEL 2.3
Jumlah Isi Kemasan Untuk Masing-masing Jenis Hasil Tembakau dan
Golongan Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau
Untuk Pemasaran Dalam Negeri
No.
Jenis Hasil
Tembakau
Golongan
Jumlah Isi Kemasan
(batang/gram)
a SKM
I
12, 16, 20 dan 50 batang
II
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
III
12, 16, 20, dan 50 batang
b SPM
I 20
batang
II 20
batang
III 20
batang
c SKT
I
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
II
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
IIIA
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
IIIB
10, 12, dan 16 batang
d
KLB,KLM dan SPT
Semua Gol
6, 10, 12, dan 16 batang
e
TIS
Semua Gol
Maksimum 2.500 gram
CRT
Tanpa Gol
Maksimum 100 batang
HPTL
Tanpa Gol
Maksimum 100 gram
2.3.
Pita Cukai
1.
Pengertian Pita Cukai
Pita cukai adalah suatu alat yang digunakan untuk pelunasan cukai yang
terutang atas barang kena cukai. Pita cukai berupa kepingan kertas dengan ukuran
dan desain tertentu yang ditetapkan. Pita cukai digunakan oleh wajib cukai
(pengusaha pabrik yang telah mempunyai NPPBKC) sebagai tanda pelunasan
cukai yang terutang. Pita cukai diperoleh oleh wajib cukai di Kantor Pelayanan
Bea dan Cukai.
Pada dasarnya pelunasan cukai atas barang kena cukai merupakan
pemenuhan persyaratan dalam rangka mengamankan hak-hak Negara yang
melekat pada barang kena cukai, dalam hal ini berupa hasil tembakau (rokok),
sehingga hasil tembakau tersebut dapat dikeluarkan dari pabrik. Pelunasan cukai
dengan cara pelekatan pita cukai dilakukan dengan cara melekatkan pita cukai
yang seharusnya. Hasil tembakau dianggap telah dilunasi cukainya, setelah hasil
tembakau tersebut telah dilekati pita cukai sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk
hasil tembakau yang dibuat di Indonesia, pelekatan pita cukai harus dilakukan
sebelum hasil tembakau dikeluarkan dari pabrik.
Ketentuan tentang cara pelekatan pita cukai diatur dalam Pasal 3 ayat (4)
Keputusan Menteri Keuangan nomor 240/KMK.05/1996 tentang Pelunasan Cukai
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor
105/KMK.05/1997.
1.
Pita cukai yang dilekatkan harus sesuai dengan tariff cukai dan harga dasar
barang kena cukai yang ada didalam pengemas;
3.
Pita cukai yang dilekatkan harus utuh dan tidak lebih dari satu keping;
4.
Pita cukai harus dilekatkan pada kemasan barang kena cukai yang tertutup
dan menutup tempat pembuka yang tersedia;
2.
Desain dan Warna Pita Cukai Hasil Tembakau
Unsur utama yang terdapat pada pita cukai hasil tembakau adalah kertas,
hologram, dan cetakan. Pada masing-masing unsur tersebut ditanamkan
kelengkapan pengaman (security feature), agar pita cukai sulit dipalsukan. Pada
pita cukai tercetak besarnya tarif cukai dan harga jual eceran sebagai harga dasar
pengenaan cukai. Selain besar tarif dan harga jual eceran, pada pita cukai juga
tercetak tahun anggaran. Tujuan dari pencetakan tahun anggaran pada pita cukai
adalah agar pada saat pengembalian pita cukai dan pemusnahan barang kena
cukai, pita cukai dapat diketahui tahun pemesanannya, sehingga ketentuan dalam
Peraturan Menteri Keuangan nomor P-26/PMK.4/2006 tentang Pengembalian
Cukai dapat dilaksanakan.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 610/PMK.04/2004 tentang
Penyediaan dan Desain Pita Cukai Hasil Tembakau, pita cukai hasil tembakau
disediakan dalam tiga seri, yaitu pita cukai seri I, pita cukai seri II, dan pita cukai
seri III. Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-24/BC/2004
tentang Desain dan Warna Pita Cukai Hasil Tembakau.
1. Pita cukai seri I berjumlah 120 keping pita cukai setiap lembar dengan ukuran
0,8 cm x 11,4 cm per keping.
2. Pita cukai seri II berjumlah 56 keping pita cukai setiap lembar dengan ukuran
3.
Pita cukai seri III berjumlah 150 keping pita cukai setiap lembar dengan
ukuran 1,9 cm x 4,5 cm
Untuk memudahkan administrasi, penyimpanan dan pendistribusian pita
cukai serta memudahkan pengawasan, pita cukai hasil tembakau disediakan dalam
beberapa warna. Sesuai Peraturan Menteri Direktur Jenderal Bea dan Cukai
nomor P-24/BC/2004 tentang Desain dan Warna Pita Cukai Hasil Tambakau,
warna pita cukai hasil tembakau adalah:
1.
Warna biru dominan dikombinasikan dengan warna hijau, digunakan untuk
hasil tembakau jenis SKM, SPM, SKT, TIS yang diproduksi oleh pengusaha
pabrik golongan I;
2.
Warna coklat dominan dikombinasikan dengan warna hijau, digunakan untuk
hasil tembakau jenis SKM, SPM, SKT, TIS yang diproduksi oleh pengusaha
pabrik golongan II;
3.
Warna hijau dominan dikombinasikan dengan warna coklat, digunakan untuk
hasil tembakau jenis;
a.
SKM dan SPM yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan III; dan
b.
SKT dan TIS yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan III/A;dan
c.
KLM, KLB dan SPT yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan
II;
4.
Warna jingga dominan dikombinasikan dengan warna hijau, digunakan untuk
hasil tembakau jenis;
a.
SKT dan TIS yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan III/B;dan
b.
KLM, KLB dan SPT yangf diproduksi oleh penguasaha pabrik golongan
5.
Warna merah dominan dikombinasikan dengan warna coklat, digunakan untuk
hasil tembakau jenis Cerutu dan Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya;
6.
Warna ungu dominan dikombinasikan dengan warna coklat, digunakan untuk
hasil tembakau buatan luar negeri.
3.
Tata Cara Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau
Sesuai Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang nomor 11 tahun 1995 tentang
Cukai, pita cukai disediakan oleh Menteri Keuangan. Arti kata “disediakan”
dalam Pasal 7 ayat (4), adalah suatu norma yang menyatakan bahwa Menteri
Keuangan mempunyai kewajiban untuk menyediakan pita cukai di Kantor Bea
dan Cukai, pengusaha pabrik dapat mengambil pita cukai yang dibutuhkan untuk
pelunasan cukai, di kantor Bea dan Cukai. Penyediaan pita cukai hasil tembakai
berbeda dengan penyedian materai, pada materai, wajib bayar meterai
memperoleh materai dengan membeli dari pasar secara bebas, sedangkan pita
cukai hanya dapat diperoleh di Kantor Bea dan Cukai.
Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor
P-22/BC/2005 tentang Penyediaan dan Tata Cara Pemesanan Pita Cukai Hasil
Tembakau sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai nomor P-04/BC/2006, tata cara untuk memperoleh pita cukai adalah
sebagai berikut:
1.
Pengusaha pabrik mengajukan permohonan penyediaan pita cukai (P3C)
untuk rencana pemakaian/kebutuhan selama tiga bulan ke depan ke Kantor
2.
Berdasarkan permohonan tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
melakukan proses penyediaan pita cukai dengan membuat order pencetakan
ke Peruri.
3.
Setelah pita cukai tersedia, pengusaha pabrik mengajukan permohonan
pemesanan pita cukai dengan mempergunakan formulir pemesanan pita
cukai, sesuai dengan jenis dan merek rokok yang akan ditempel pita cukai.
4.
Petugas Bea dan Cukai melakukan penelitian dan penomoran CK-1
5.
Setelah CK-1 diteliti dan dinomori oleh petugas Bea dan Cukai, pengusaha
pabrik melakukan pembayaran cukai dan PPN hasil tembakau ke BANK
6.
Bukti Pembayaran dan CK-1 diserahkan ke petugas Bea dan Cukai untuk
mendapatkan pita cukai.
7.
Petugas Bea dan Cukai menyerahkan pita cukai ke pengusaha pabrik.
2.4.
Produksi
1.
Pengertian dan Tujuan Produksi
Ada beberapa pengertian Produksi sebagaimana tersebut dibawah ini :
a.
Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa.
b.
Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan
menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai
kegunaan/manfaat suatu barang.
c.
Produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau
menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi
Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan
yang meliputi:
a.
Menghasilkan barang atau jasa.
b.
Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
c.
Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
d.
Meningkatkan keuntungan.
e.
Memperluas lapangan usaha.
f.
Menjaga kesinambungan usaha perusahaan.
2.
Faktor-faktor Produksi.
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan
dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa
digunakan dalam proses produksi terdiri atas Sumber Daya Alam, tenaga kerja
mansuia, modal dan kewirausahaan.
a. Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam
yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber Daya
Alam di sini meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti:
- Tanah, tumbuhan, hewan.
- Udara, sinar matahari, hujan.
- Bahan tambang, dan lain sebagainya.
Faktor produksi Sumber Daya Alam merupakan faktor produksi asli karena telah
b.
Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja Manusia).
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun
rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan
jasa maupun faedah suatu barang.
Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya)
yang terbagi atas :
1.
Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang
memperoleh
pendidikan baik formal maupun non formal. Contoh : guru, dokter,
pengacara, akuntan, psikologi, peneliti.
2.
Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang
memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman. Contoh:
montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi.
3.
Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour),
adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
Contoh : tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.
c.
Modal
Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang
digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala
untuk mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala
merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan).
Di dalam proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan
Modal dapat dibedakan menurut:
1.
Kegunaan dalam proses produksi.
a.
Modal tetap adalah barang-barang modal yang dapat digunakan
berkali-kali dalam proses produksi. Contoh: gedung, mesin-mesin pabrik.
b.
Modal lancar adalah barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam
proses produksi. Contoh: bahan baku, bahan pembantu.
2.
Bentuk Modal
a.
Modal konkret (nyata) adalah modal yang dapat dilihat secara nyata
dalam proses produksi. Contoh: mesin, bahan baku, gedung pabrik.
b.
Modal abstrak (tidak nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihat tetapi
mempunyai nilai dalam perusahaan. Contoh: nama baik perusahaan dan
merek produk.
d.
Sumber Daya Pengusaha
Sumberdaya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan
mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka
meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha
berkaitan dengan manajemen. Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu
memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai
kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan
usaha.
Pengusaha yang dibawah pengawasan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Berikat, Perusahaan Penerbangan, Toko Bebas Bea, Pengusaha Pengguna Jasa
Kepabeanan dan Pengusaha Barang Kena Cukai.
Dikota Medan terdapat 3 (tiga) perusahaan yang termasuk sebagai
Pengusaha Barang Kena Cukai karena memproduksi rokok berupa Sigaret Putih
buatan Mesin (SPM) dan Sigaret Kretek buatan Mesin (SKM), yaitu :
PT. Pagi Tobacco yang berada di Jl. Let. Jend. S. Parman Medan.
PT. Sumatra Tobacco Trading Company (STTC) yang berada di Jl. Raya
Km. 18 No. 36 Tanjung Morawa.
PT. Putra Stabat Industri yang berada di Jl. KL. Yos Sudarso Km. 6,8
BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
3.1. Sejarah Umum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Organisasi Bea dan Cukai sudah ada sebelum jaman Kolonial Hindia Belanda
dan telah berkali-kali berganti nama. Pada jaman Kolonial Hindia Belanda organisasi
instansi Bea dan Cukai disusun sebagai unit pelaksana untuk Pemerintah Hindia
Belanda yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Keuangan (Menteri Keuangan sekarang) dan instansi yang melakukan pemungutan
Bea dan Cukai bernama : De Ddientender In – Uitvoeren Aejin (disingkat LUA),
dalam masyarakat umum dikenal dengan sebutan “Duane”. Bentuk organisasi Bea
dan Cukai disesuaikan dengan titel De Dienst der Invoer en Uitvoerrechten en
Accijnzen (I.U dan A) dan dalam bahasa Indonesia disebut Jawatan Bea dan Cukai.
Berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 4 Januari 1940 Ind. Stbl.
1940 No. 5, organisasi Jawatan Bea dan Cukai dimana salah satu pasal keputusan
tersebut Direktur Keuangan menetapkan pembagian wilayah-wilayah dalam daerah
pabean dimana Belawan ditetapkan dalam wilayah daerah pabean yaitu Wilayah IV
Belawan.
dan cabang-cabang untuk sementara waktu bea tidak usah diurus”. Dimasa ini yang
diketahui hanya keadaan di Jawa dan Madura yang berada di bawah kekuasaan
Angkatan Darat Jepang dari 25
thArmy. Jawatan Bea dan Cukai, Pajak dan Pajak
Bumi disatukan dengan nama gabungan Gunseikanbu Zaimubu Shuzeika, yang
dipimpin oleh seorang anak muda keluaran Imperial University Tokyo bernama
Chogo dengan pangkat Zaimubu Shuzeikacho. Sesudah Jepang kalah perang, di
daerah-daerah hanya ada kantor-kantor cukai saja yang terus berada di bawah
Departemen Keuangan, sedangkan kantor-kantor pabean yang berada di
pelabuhan-pelabuhan disatukan dengan Jawatan Pelabuhan yang tidak berada di bawah
Departemen Keuangan. Oleh karena tidak ada perdagangan luar negeri, pemungutan
bea pun tidak ada, lagi pula daerah-daerah pelabuhan dijadikan daerah militer yang
dijaga ketat. Sebaliknya pemungutan cukai tetap dilaksanaka bahkan meluas
terutama pemungutan cukai tembakau dengan berkembangnya perusahaan rokok
kretek.
Setelah pernyataan kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 tepatnya pada tanggal 19 Agustus 1945 disusunlah organisasi
Kementerian Keuangan, terdiri dari 5 (lima) Pejabatan (sekarang jabatan eselon I)
dimana Bea dan Cukai berada di bawah Pejabatan Pajak Urusan Bea dan Cukai.
Pada jaman Republik Indonesia Serikat (RIS) awal tahun 1950 setelah
pengakuan kedaulatan Republik Indonesia seluruh pemerintahan pusat dan
alat-alatnya kembali ke Jakarta. Daerah Pabean tiba-tiba menjadi sangat besar dengan
kantor-kantor Bea dan Cukai di Tanjung Priok, Surabaya, Semarang, Medan,
Palembang, Banjarmasin, Makassar, Manado serta Balikpapan. Pada tahun 1967
dengan Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. 75/U/KEP/II1966 jo. Keputusan
Menteri Keuangan No. 57/Men.Keu/67 tanggal 23 Mei 1967 terbentuklah struktur
Organisasi Bea dan Cukaidimana terjadi perubahan nama dari Jawatan Bea dan Cukai
menjadi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sedangkan Kantor Bea dan Cukai di
daerah disebut Kantor Daerah Bea dan Cukai yang membawahi Kantor Inspeksi,
Kantor Cabang, Kantor Bantu dan Pos.
Pada tahun 1968 sehubungan dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun
(REPELITA) Pimpinan Departemen Keuangan mengeluarkan Keputusan No.
Kep.594/M/III/12/1968 mengubah susunan organisasi sebagaimana telah ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan No.57/Men.Keu/67 dimana dalam keputusan
tersebut salah satu perubahan selain perubahan tugas pokok juga perubahan atau
penggantian nama Kantor Daerah Bea dan Cukai menjadi Kantor Inspektorat Bea dan
Cukai yang membawahi Kantor Inspeksi, Kantor Cabang, Kantor Bantu dan Pos.
Selanjutnya Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-748/MK/III/11/1969
tanggal 3 Nopember 1969 menetapkan sebagai berikut :
1.
Kantor Inspektorat I di Belawan
4.
Kantor Inspektorat IV di Tanjung Priok
5.
Kantor Inspektorat V di Semarang
6.
Kantor Inspektorat VI di Surabaya
7.
Kantor Inspektorat VII di Banjarmasin
8.
Kantor Inspektorat VIII di Makassar
Pada tahun 1975, dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
KEP-405/MK/6/4/1975 susunan organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengalami
perubahan kembali yaitu dengan mengubah nama Kantor Inspektorat Bea dan Cukai
menjadi Kantor Wilayah Bea dan Cukai, dimana berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan dimaksud ditetapkan 11 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai terdiri dari Tipe A, B dan C sebagai berikut :
1.
Kantor Wilayah I Belawan
2.
Kantor Wilayah II Tanjung Balai Karimun
3.
Kantor Wilayah III Palembang
4.
Kantor Wilayah IV Tanjung Priok
5.
Kantor Wilayah V Halim Perdanakusuma
6.
Kantor Wilayah VI Semarang
7.
Kantor Wilayah VII Surabaya
8.
Kantor Wilayah VIII Banjarmasin
9.
Kantor Wilayah IX Ujung Pandang
10.
Kantor Wilayah X Cakung
Pada tahun 1983 dengan Keputusan Menteri Keungan No.
216a/KMK.01/1983 organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai disempurnakan
dengan alasan untuk meningkatkan penerimaan Negara di sektor Bea dan Cukai,
sehingga urutan susunan Kantor Wilayah berubah menjadi :
1.
Kantor Wilayah I Ulee Lheu
2.
Kantor Wilayah II Belawan
3.
Kantor Wilayah III Tanjung Balai Karimun
4.
Kantor Wilayah IV Palembang
5.
Kantor Wilayah V Tanjung Priok
6.
Kantor Wilayah VI Cakung
7.
Kantor Wilayah VII Halim Perdanakusuma
8.
Kantor Wilayah VIII Semarang
9.
Kantor Wilayah IX Tanjung Perak
10.
Kantor Wilayah X Ngurah Rai
11.
Kantor Wilayah XI Pontianak
12.
Kantor Wilayah XII Banjarmasin
13.
Kantor Wilayah XIII Ujung Pandang
14.
Kantor Wilayah XIV Ambon
1.
Kantor Wilayah I Belawan
2.
Kantor Wilayah II Tanjung Balai Karimun
3.
Kantor Wilayah III Palembang
4.
Kantor Wilayah IV Jakarta
5.
Kantor Wilayah V Bandung
6.
Kantor Wilayah VI Semarang
7.
Kantor Wilayah VII Surabaya
8.
Kantor Wilayah VIII Denpasar
9.
Kantor Wilayah XI Pontianak
10.
Kantor Wilayah X Balikpapan
11.
Kantor Wilayah XI Ujung Pandang
12.
Kantor Wilayah XII Ambon
Dan kemudian disempurnakan lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor : 444/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 sebagai berikut :
1.
Kantor Wilayah I DJBC Medan
2.
Kantor Wilayah II DJBC Tanjung Balai Karimun
3.
Kantor Wilayah III DJBC Palembang
10.
Kantor Wilayah X DJBC Balikpapan
11.
Kantor Wilayah XI DJBC Ujung Pandang
12.
Kantor Wilayah XII DJBC Ambon
13.
Kantor Wilayah XIII DJBC Banda Aceh
Kantor Wilayah I DJBC Medan yang berada di Jl. Anggada No. II Belawan
membawahi 8 Kantor Pelayanan sebagai berikut :
1.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Belawan
2.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Medan
3.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Teluk Bayur
4.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Balai Asahan
5.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai B Pematang Siantar
6.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe C Kuala Tanjung
7.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe C Pangkalan Susu
8.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe C Sibolga
dan 1 Kantor Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) Medan
a.
16 Kantor Wilayah, sebagai berikut :
1.
Kanwil DJBC Nanggroe Aceh Darussalam di Banda Aceh
2.
Kanwil DJBC Sumatera Utara di Belawan
3.
Kanwil DJBC Riau dan Sumatera Barat di Pekanbaru
4.
Kanwil DJBC Kepulauan Riau di Tanjung Balai Karimun
5.
Kanwil DJBC Sumatera Bagian Selatan di Palembang
6.
Kanwil DJBC Banten di Serang
7.
Kanwil DJBC Jakarta di Jakarta
8.
Kanwil DJBC Jawa Barat di Bandung
9.
Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DI Yogyakarta di Semarang
10.
Kanwil DJBC Jawa Timur I di Surabaya
11.
Kanwil DJBC Jawa Timur II di Malang
12.
Kanwil DJBC Bali, NTB dan NTT di Denpasar
13.
Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat di Pontianak
14.
Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur di Balikpapan
15.
Kanwil DJBC Sulawesi di Makassar
16.
Kanwil DJBC Maluku, Papua dan Irian Jaya Barat di Ambon
b.
2 (dua) Kantor Pelayanan Utama (KPU), sebagai berikut :
1.
KPU Tanjung Priok di Tanjung Priok – Jakarta Utara
dengan 22 Pos Pengawasan tanpa Kantor Bantu
2.
KPU Batam di Batam
3.2. Wilayah Kerja Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara
[image:52.595.110.524.274.719.2]Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara terdiri dari 7 (tujuh) Kantor
Pengawasan dan Pelayanan, 3 (tiga) Kantor Bantu dan 32 Pos Pengawasan, yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Wilayah Kerja Kanwil DJBC Sumatera Utara
No. Nama KPPBC No.
Kantor Bantu
Pelayanan Bea dan
Cukai
No.
Pos Pengawasan Bea
dan Cukai
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1.
2.
3.
KPPBC Tipe A1 Belawan,
Meliputi :
Pelabuhan Laut Belawan
KPPBC Tipe A3 Medan,
meliputi :
Pelabuhan Udara Polonia dan
Kantor Pos Lalu Bea Medan
KPPBC Tipe B Pangkalan
Susu, meliputi :
1. Pangkalan Brandan
(PL) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 1. 2.
Percut Sei Tuan (PL)
Pantai Cermin (PL)
Pantai Labu (PL)
Lubuk Pakam (PL)
Binjai
Ujung Baru (PL)
Gudang Merah (PL)
Gabion (PL)
Rantau Panjang (PL)
Bandara I
Bandar II
Bandara III
Tanjung Pura (PL)
No. Nama KPPBC No.
Kantor Bantu
Pelayanan Bea dan
Cukai
No.
Pos Pengawasan Bea
dan Cukai
1. 2. 3. 4. 5. 6.
4.
5.
6.
7.
Pelabuhan Laut Pangkalan
Susu
KPPBC Tipe B Pematang
Siantar, meliputi :
Kantor Pos Lalu Bea P. Siantar
KPPBC Tipe B Sibolga,
meliputi :
Pelabuhan Laut Sibolga
KPPBC Tipe A4 Teluk
Nibung, meliputi :
Pelabuhan Teluk Nibung dan
Bagan Asahan
KPPBC Tipe B Kuala
Tanjung, meliputi :
Pelabuhan Laut Kuala Tanjung 1.
1.
Gunung Sitoli (PL)
Tebing Tinggi 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. Porsea Kabanjahe Sidikalang Barus (PL) Natal (PL)
Teluk Dalam (PL)
Pulau Tello (PL)
Sibolga (PL)
Tanjung Tiram (PL)
Tanjung Leidong (PL)
Labuhan Bilik (PL)
Rantau Prapat
Teluk Nibung (PL)
Bandar Khalifah (PL)
Teluk Mengkudu (PL)
Tanjung Beringin (PL)
Pangkalan Dodek (PL)
Kuala Tanjung (PL)
Jumlah 3 Kantor Bantu 32 Pos Pengawasan
3.3.
Peranan DJBC Terhadap Pembangunan Daerah
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, pada
tahun 2005 ekspor mencapai FOB USD 4.563.075,- dan impor mencapai CIF USD
1.178.006,- dan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai se Wilayah Sumatera Utara
berperan melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang baik ekspor maupun
impor tersebut. Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam lalu lintas barang
ekspor / impor dalam hal ini adalah sebagai revenue collector (pemungut penerimaan
Negara) community protector (perlindungan terhadap masyarakat) dan trade
facilitator (memfasilitasi perdagangan).
[image:54.595.105.521.569.713.2]Fungsi Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara berkembang tidak hanya
sebagaimana tersebut di atas tapi juga sebagai Industrial Assistance (membantu
pertumbuhan industri). Hal ini sehubungan dengan banyaknya industri di Sumatera
Utara (tahun 2005 terdapat 966 perusahaan), dan besarnya volume ekspor dan impor
Sumatera Utara dari sektor industri (ekspor 73% dan impor 91%) sebagaimana data
di bawah ini :
Tabel 3.2
Ekspor Sumatera Utara menurut Sektor Tahun 2005
No. Sektor
Berat Bersih
(Ton)
FOB (USD)
1.
2.
3.
Minyak dan Gas Bumi
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
-1.044.992
367.985
No. Sektor
Berat Bersih
(Ton)
FOB (USD)
4.
5.
Industri
Lainnya
6.761.771
56
3.326.765
11
[image:55.595.104.520.117.255.2]Jumlah
8.174.804
4.563.075
Tabel 3.3
Impor Sumatera Utara menurut Sektor Tahun 2005
No. Sektor
Berat Bersih
(Ton)
FOB (USD)
1.
2.
3.
4.
5.
Minyak dan Gas Bumi
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Lainnya
-121.405
316.026
3.279.565
124
-75.394
25.592
1.076.980
41
Jumlah
3.717.119
1.178.006
Tabel 3.4
Kegiatan Ekspor dan Impor KPPBC Medan
Kegiatan
Jumlah
Dokumen
Nilai Tonase
Komoditi
Impor
7.489
CIF : USD 12,478,420.00
BM : Rp. 3.330.846.983,00
1,289,09
Sparepart dan
Tembakau
Ekspor
6.806
CIF : USD 16,313,940.00
BM : -
2.790,29 Hasil Tembakau
3.4.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk menunjang pelaksanaan tugas dalam mewujudkan visi, misi dan
strategi pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan, mutlak diperlukan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas, berikut adalah data-data keadaan SDM per 31
Desember 2006 pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan :
a.
Berdasarkan Strata Pendidikan
Tabel 3.5
SD SMP SMA DI DII DIII DIV S1 S2
Total
b. Berdasarkan Pangkat / Golongan
Tabel 3.6
Pangkat / Golongan
T O T A L
II III IV
A B C D A B C D A B C D
12
24
25
46
14 6 5 5 0 1 0 0
138
[image:57.595.111.521.174.309.2]c.
Berdasarkan Eselon
Tabel 3.7
ESELON
II III IV
Total
- 1 13 14
d.
Berdasarkan Usia
Tabel 3.8
USIA (Tahun)
18 s.d. 29
30 s.d. 39
40 s.d. 49
50 s.d. 60
Total
e. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.9
Laki-laki Perempuan
Total
118 20 138
3.5. Potensi Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Medan
Potensi-potensi Kepabeanan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai Medan pada Tahun 2006 adalah :
[image:58.595.101.520.375.691.2]a. Penerimaan melalui Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)
Tabel 3.10
Bea Masuk
(jutaan rupiah)
Pajak Dalam Rangka Impor (dalam jutaan rupiah)
PPN PPnBM PPh
3.372,10 8.050,13 13,29 3.631,80
b. Impor
Tabel 3.11
PIB
Devisa Bayar
(ribuan USD)
Devisa Bebas
(ribuan USD)
Bea Masuk
(jutaan Rp)
Tonase (ton)
c. Ekspor
PEB :
6.825
Tonase (Kg)
: 3.054,31
Nilai Ekspor (ribuan USD)
: 16.619,10
d. Cukai
Hasil Tembakau
: Rp. 46.541,580.000,00
Etil Alkohol
: Rp. 3.975.000.000,00
MMEA :
Rp.
16.705.400.000,00
PPN Hasil Tembakau
: Rp. 10.441.220.000,00 +
TOTAL :
Rp.
77.663,200.000,00
3.6. Strukutur Organisasi
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan yang telah berganti nama menjadi
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Medan sesuai Peraturan
Menteri Keuangan Republik Nomor : 68/PMK.01/2007 tanggal 27 Juni 2007
memiliki susunan organisasi sebagai berikut :
a.
Subbagian Umum;
b.
Seksi Perbendaharaan;
e. Seksi Dukungan Teknis dan distribusi
Dokumen;
c.
Seksi Kepabeanan dan Cukai
f.
Seksi Tempat Penimbunan
Gambar 3.1
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANANBEA DAN CUKAI TIPE A3 MEDAN
KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE A3 MEDAN
SUBBAGIAN UMUM URUSAN TATA USAHA DAN KEPAGAWAIAN URUSAN KEUANGAN URUSAN RUMAHTANGGA SEKSI TEMPAT PENIMBUNAN (2) SUBSEKSI HANGGAR TPB (3) SUBSEKSI HANGGAR TPP SEKSI PENINDAKAN DAN PENYIDIKAN SUBSEKSI INTELIJEN SUBSEKSI PENINDAKAN SEKSI DUKUNGAN TEKNIS DAN DISTRIBUSI DOKUMEN SUBSEKSI DUKUNGAN TEKNIS SEKSI PERBENDAHARAAN SUBSEKSI ADM. PENERIMAAN DAN DISTRIBUSI SEKSI KEPABEANAN DAN CUKAI (4)
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
Penelitian ini terdiri dari empat variabel yakni tiga variabel bebas dan satu
variabel terikat,. Sesuai instrument penelitian yang digunakan diperoleh data dari
keempat variabel penelitian, yaitu : Jumlah Produksi Rokok, Rata-rata Harga Jual
Eceran (HJE), Jumlah Pita Cukai dan Peneriman Cukai Tembakau jenis Sigaret Putih
buatan Mesin (SPM) dan Sigaret Kretek buatan Mesin (SKM).
4.1. Deskripsi Data
Di bawah ini disajikan data masing-masing variabel penelitian selama 21
[image:61.595.111.514.526.719.2]bulan terakhir.
Tabel 4.1
Jenis Sigaret Putih buatan Mesan (SPM)
Data Jumlah Produksi Rokok, Rata-rata HJE, Jumlah Pita Cukai,
dan Penerimaan Cukai Tembakau
No Bulan
Jumlah Produksi Rokok
(X1) (Ribu batang)
HJE (X2) (Rupiah)
Pita Cukai (X3) (ratus Lembar) Penerimaan Cukai Tembakau (Y) (Juta Rupiah)
1. Jan 2006 33.727,0 228 0 0
2. Pebruari 50.385,2 227 32,5 5.985,60
3. Maret 100.576,0 228 49,0 9.040,80
4. April 67.172,0 228 5,0 0.091,65
5. Mei 45.171,8 243 15,5 3.292,25
No Bulan
Jumlah Produksi Rokok
(X1) (Ribu batang)
HJE (X2) (Rupiah)
Pita Cukai (X3) (ratus Lembar)
Penerimaa