• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Tabel Volume Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penyusunan Tabel Volume Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele Kabupaten Samosir"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON Eucalyptus grandis

DI HUTAN TANAMAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH

TETTY HRU PARDEDE 031201029 / MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON Eucalyptus grandis

DI HUTAN TANAMAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH

TETTY HRU PARDEDE 031201029/MANAJEMEN HUTAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Penyusunan Tabel Volume Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele Kabupaten Samosir.

Nama : Tetty HRU Pardede NIM : 031201029

Program Studi : Manajemen Hutan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Darwo M.Si Nurdin Sutilistiyono S.Hut,M.Si

NIP. 710 021 042 NIP. 132 259 567

Mengetahui : Ketua Jurusan

(4)

ABSTRAK

Dalam perencanaan inventarisasi tegakan perlu didukung oleh data hasil inventarisasi potensi yang akurat. Keakuratan hasil inventarisasi potensi tegakan sangat tergantung pada beberapa hal, salah satu diantaranya adalah tersedianya tabel volume. Tabel volume adalah salah satu perangkat inventarisasi untuk pendugaan potensi tegakan. Tabel volume ini disusun untuk jenis tanaman

Eucalyptus grandis pada kesatuan pamangkuan hutan Samosir, Provinsi Sumatera

Utara. Terdapat empat bentuk hubungan model pendugaan volume pohon sampai limit diameter ujung 8 cm dan 5 cm sebagai fungsi dari diameter dan tinggi, yaitu:

1. Log V8 = -3,813 + 2,546 log D atau V8 = 0,000153815 D2,546 2. Log V8 = -4,205 + 1,594 log D + 1,201 log T atau

V8 = 0,000062373 D1,594 T1,201

3. Log V5 = -3,788 + 2,530 log D atau V5 = 0,000162929 D2,530 4. Log V5 = -4,183 + 1,573 log D + 1,207 log T atau

V5 = 0,000065614 D1,573 T1,207

Tabel volume pohon digunakan sampai batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm. Dengan alasan kepraktisan pengukuran di lapangan, maka persamaan 1 dan 3 digunakan untuk menyusun tabel volume pohon. Tabel volume ini bersifat lokal yang berarti keberlakuan tabel ini khusus untuk jenis Eucalyptus grandis di kawasan HPHTI PT. Toba Pulp Lestari Sektor Tele dan HTI lainnya yang ditanami Eucalyptus grandis dengan kondisi dan tipe hutan yang sama.

(5)

ABSTRACT

The interesting of accurate stand potential prediction and this is partial of activity of inventory method accuration at teretris, so that this is make volume table. Volume table is one of the inventories media to attempt the potencial of the forest. A tree volume table was developed for Eucalyptus grandis in the region of Samosir, Central Sumatera Utara. The four models are for relationship the tree volume up to 8 cm and 5 cm top diameter at breast height, such as :

1. Log V8 = -3,813 + 2,546 log D atau V8 = 0,000153815 D2,546 2. Log V8 = -4,205 + 1,594 log D + 1,201 log T or

V8 = 0,000062373 D1,594 T1,201

3. Log V5 = -3,788 + 2,530 log D atau V5 = 0,000162929 D2,530 4. Log V5 = -4,183 + 1,573 log D + 1,207 log T or

V5 = 0,000065614 D1,573 T1,207

It can be used to estimate the tree volume up to 8 cm and 5 cm top diameter. For practical reasons however, equestion 1 and 3 were selected for developing a tree volume table. In the sense of local character of the volume table, this table is specialized only for Eucalyptus grandis in HPHTI PT. Toba Pulp Lestari area sector Tele and HTI cultivated with Eucalyptus grandis which has the same forest type and condition.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Tetty HRU Pardede dilahirkan di Balige, Toba Samosir pada

tanggal 24 Juni 1984 dari ayah H. P. Pardede dan ibu R. Siahaan. Penulis

merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal SD di SD Katolik San

Francesco Balige pada tahun 1996 dan pada tahun 1999 lulus dari SLTP N 4

Soposurung Balige. Pada tahun 1999 penulis meneruskan pendidikan di SMU N 2

Soposurung Balige dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2003 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara

melalui jalur SPMB. Penulis memilih Program studi Manajemen Hutan,

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian.

Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani unit

III Jawa Barat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melakukan

penelitian dengan judul ” Penyusunan Tabel Volume Pohon Eucalyptus grandis di

Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Tele, Kabupaten Samosir”.

Penelitian tersebut dilaksanakan dalam rangka penyusunan skripsi untuk

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil

penelitian ini yang berjudul ‘Tabel Volume Pohon Eucalyptus grandis di Hutan

Tanaman PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Tele, Kabupaten Samosir’.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

DR. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen Kehutanan,

Bapak Ir. Darwo, M.Si dan Bapak Nurdin Sulistiyono sebagai komisi

pembimbing skripsi yang telah banyak membantu, memberikan perhatian dan

bimbingan dalam penyelesaian hasil penelitian ini. Tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas segala kasih sayang,

bimbingan, doa restu, bantuan moral dan materialnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih

terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan demi perbaikan hasil penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2007

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Hipotesis Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Eucalyptus di TPL ... 4

A.1. Sistematika Eucalyptus grandis ... 5

A.2. Penyebaran dan Habitat Eucalyptus ... 5

A.3. Manfaat Eucalyptus. ... 6

B. Inventarisasi ... 7

C. Volume Pohon ... 8

D. Diameter Pohon ... 10

E. Tinggi Pohon ... 11

F. Tabel Volume ... 12

G. Ketentuan Umum dalam Penyusunan Tabel Volume Pohon ... 14

H. Permodelan Cara Regresi ... 15

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 17

B. Alat dan Bahan ... 17

C. Metode ... 18

C.1. Pengumpulan Data ... 18

C.2. Pemilihan Pohon Contoh ... 18

C.3. Pengukuran Pohon Contoh ... 18

C.4. Prosedur Kerja ... 19

D. Pengolahan Data ... 20

D.1. Penentuan Volume Tiap Pohon Contoh ... 20

D.2. Penyusunan Tabel Volume ... 21

D.3. Ketelitian Model Penduga Volume Pohon ... 21

D.3.1. Perhitungan SA dan SR ... 21

D.3.2. Uji Kenormalan Data dan Keaditifan Model ... 22

(9)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian... 24

B. Letak Geografis dan Astronomis ... 25

C. Topografi, Geologi dan Tanah ... 26

D. Iklim ... 27

E. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya ... 27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemilihan dan Pengukuran Pohon Contoh ... 27

B. Hubungan Tinggi dan Diameter... 28

C. Model Pendugaan Volume Pohon... 29

C.1. Volume Batang Pohon Sampai Diameter Ujung 8 cm ... 31

C.2. Volume Batang Pohon Sampai Diameter Ujung 5 cm ... 32

D. Ketelitian Model Penduga Volume Pohon ... 35

D. 1. Perhitungan SA dan SR ... 36

D. 2. Uji Kenormalan Data dan Keaditifan Model ... 38

D. 3. Uji Multikolinieritas ... 45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

(10)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Sumber benih yang diproduksi pada Nursery PT. TPL, Tbk ... 4

2. Luas areal PT. TPL, Tbk berdasarkan kemiringan ... 26

3. Kelas kelerengan areal PT. TPL, Tbk sektor Tele ... 27

4. Sebaran pohon contoh Eucalyptus grandis berdasarkan

kelas diameter dan tinggi pohon contoh... 29

5. Hubungan volume pohon sampai batas diameter ujung

8 cm dan 5 cm sebagai fungsi diameter setinggi dada

serta sebagai fungsi diameter setinggi dada dan tinggi pohon total ... 34

6. Simpangan rata–rata (SR) dan simpangan agregatif (SA)

dari empat persamaan penduga volume ... 36

7. Factor Varian Inflasi (VIF) pada persamaan volume batang pohon

sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai fungsi dari

diameter setinggi dada dan tinggi total ... 45

8. Factor Varian Inflasi (VIF) pada persamaan volume batang pohon

sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 ... 30

Gambar 2 ... 32

Gambar 3 ... 33

Gambar 4 ... 39

Gambar 5 ... 39

Gambar 6 ... 40

Gambar 7 ... 41

Gambar 8 ... 42

Gambar 9 ... 42

Gambar 10 ... 43

(12)

ABSTRAK

Dalam perencanaan inventarisasi tegakan perlu didukung oleh data hasil inventarisasi potensi yang akurat. Keakuratan hasil inventarisasi potensi tegakan sangat tergantung pada beberapa hal, salah satu diantaranya adalah tersedianya tabel volume. Tabel volume adalah salah satu perangkat inventarisasi untuk pendugaan potensi tegakan. Tabel volume ini disusun untuk jenis tanaman

Eucalyptus grandis pada kesatuan pamangkuan hutan Samosir, Provinsi Sumatera

Utara. Terdapat empat bentuk hubungan model pendugaan volume pohon sampai limit diameter ujung 8 cm dan 5 cm sebagai fungsi dari diameter dan tinggi, yaitu:

1. Log V8 = -3,813 + 2,546 log D atau V8 = 0,000153815 D2,546 2. Log V8 = -4,205 + 1,594 log D + 1,201 log T atau

V8 = 0,000062373 D1,594 T1,201

3. Log V5 = -3,788 + 2,530 log D atau V5 = 0,000162929 D2,530 4. Log V5 = -4,183 + 1,573 log D + 1,207 log T atau

V5 = 0,000065614 D1,573 T1,207

Tabel volume pohon digunakan sampai batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm. Dengan alasan kepraktisan pengukuran di lapangan, maka persamaan 1 dan 3 digunakan untuk menyusun tabel volume pohon. Tabel volume ini bersifat lokal yang berarti keberlakuan tabel ini khusus untuk jenis Eucalyptus grandis di kawasan HPHTI PT. Toba Pulp Lestari Sektor Tele dan HTI lainnya yang ditanami Eucalyptus grandis dengan kondisi dan tipe hutan yang sama.

(13)

ABSTRACT

The interesting of accurate stand potential prediction and this is partial of activity of inventory method accuration at teretris, so that this is make volume table. Volume table is one of the inventories media to attempt the potencial of the forest. A tree volume table was developed for Eucalyptus grandis in the region of Samosir, Central Sumatera Utara. The four models are for relationship the tree volume up to 8 cm and 5 cm top diameter at breast height, such as :

1. Log V8 = -3,813 + 2,546 log D atau V8 = 0,000153815 D2,546 2. Log V8 = -4,205 + 1,594 log D + 1,201 log T or

V8 = 0,000062373 D1,594 T1,201

3. Log V5 = -3,788 + 2,530 log D atau V5 = 0,000162929 D2,530 4. Log V5 = -4,183 + 1,573 log D + 1,207 log T or

V5 = 0,000065614 D1,573 T1,207

It can be used to estimate the tree volume up to 8 cm and 5 cm top diameter. For practical reasons however, equestion 1 and 3 were selected for developing a tree volume table. In the sense of local character of the volume table, this table is specialized only for Eucalyptus grandis in HPHTI PT. Toba Pulp Lestari area sector Tele and HTI cultivated with Eucalyptus grandis which has the same forest type and condition.

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki hutan yang sangat luas yang tersebar merata di seluruh

pulau-pulau yang ada di Indonesia. Hutan tersebut mempunyai manfaat yang

besar bagi kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Tetapi semakin

meningkatnya kebutuhan akan kayu setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk yang pesat menyebabkan kemampuan hutan untuk memenuhi

kebutuhan manusia semakin merosot. Untuk itu, guna menjamin terpenuhinya

kebutuhan kayu secara berkelanjutan penerapan pengelolaan hutan berkelanjutan

(Sustainable Forest Management) harus segera diterapkan agar laju kerusakan

hutan tidak semakin meningkat.

Salah satu aspek dari pengelolaan hutan secara berkelanjutan adalah

pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Sasaran dari pembangunan HTI ini

adalah tegakan hutan dengan produktivitas yang tinggi, sehingga efisiensi di

segala aspek produksi, penerapan teknik silvikultur intensif dan penggunaan bibit

unggul harus diupayakan.

Jenis tanaman yang sedang dikembangkan di hutan tanaman di Provinsi

Sumatera Utara salah satunya adalah Eucalyptus grandis. Jenis ini termasuk jenis

cepat tumbuh dan berprospek baik untuk bahan baku pulp.

Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan pada hutan

tanaman adalah kegiatan inventarisasi hutan yang bertujuan untuk mengumpulkan

data dan informasi kondisi tegakan dari berbagai karakteristik dari kawasan hutan

(15)

kendala yang sering dihadapi adalah keakuratan penentuan potensi tegakan di

lapangan. Oleh karena itu perlu dibuat tabel volume pohon sebagai alat bantu

dalam pendugaan potensi tegakan, yakni suatu tabel yang mencantumkan

nilai-nilai dugaan volume menurut dimensi diameter dan tinggi pohon yang diukur di

lapangan. Tabel volume pohon yang akan disusun ini untuk digunakan di sektor

Tele dan atau areal hutan lainnya yang memiliki kondisi iklim dan kesuburan

tanah yang setipe.

Ketepatan dan ketelitian tabel volume yang akan digunakan sangat

dipengaruhi oleh industri yang akan dipasoknya. Industri perkayuan tertentu

misalnya kayu lapis (plywood), kayu gergajian dan pulp memerlukan persyaratan

jenis bahan baku tertentu. Salah satu persyaratan utama dari industri-industri

tersebut adalah batas limit diameter ujung. Khusus untuk industri pulp yang bahan

bakunya dari Hutan Tanaman Industri (HTI), limit diameter ujung yang masih

dapat digunakan adalah 8 cm. Sehingga untuk mendapatkan nilai dugaan yang

tepat dalam inventarisasi potensi harus menggunakan tabel volume yang

mempunyai spesifikasi dugaan sampai limit diameter ujung 8 cm pada jenis

pohon tertentu. Hal ini berarti bahwa tabel volume akan menghasilkan nilai

dugaan yang akurat apabila disusun dan dipergunakan secara lokal (Darwo, 1995).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Tabel

Volume Lokal Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari,

(16)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menyusun Tabel Volume Pohon Eucalyptus

grandis di Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari, Sektor Tele Kabupaten

Samosir, Sumatera Utara.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan antara volume

dengan diameter setinggi dada dan volume dengan diameter setinggi dada dan

tinggi total.

1. H0 : b = 0 (Tidak ada hubungan linier antara volume dengan diameter setinggi

dada dan volume dengan diameter setinggi dada dan tinggi total)

2. H0 : b ≠ 0 (Ada hubungan linier antara volume dengan diameter setinggi dada

dan volume dengan diameter setinggi dada dan tinggi total)

D. Manfaat Penelitian

Tabel volume disusun untuk membantu dalam kegiatan inventarisasi hutan

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Eucalyptus di TPL

Tanaman Eucalyptus sudah dikenal sejak abad 18 dan perkembangan

pembangunan tanaman ini maju pesat pada tahun 1980 setelah kongres Kehutanan

Sedunia ke VIII di Jakarta tahun 1978. PT Toba Pulp Lestari, Tbk memproduksi

bibit secara generatif dan vegetatif. Namun sejak awal 2002 penggunaan bibit

secara generatif tidak dikembangkan lagi karena dengan sistem vegetatif yang

dihasilkan dalam bentuk klon-klon yang telah diuji coba oleh pihak R & D

dirasakan bahwa sistem ini mempunyai potensi yang lebih seragam dalam hal

pemenuhan volume pohon untuk memenuhi kebutuhan perusahaan (jumlah dan

kualitas) dan perawatannya juga lebih mudah (Anonim, 2005).

Jenis-jenis bibit Eucalyptus yang diproduksi oleh PT Toba Pulp Lestari

adalah Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, dan Eucalyptus hybrid.

Sedangkan benih Eucalyptus yang diproduksi di Nursery PT Toba Pulp lestari,

Tbk berasal dari beberapa daerah seperti yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 1. Sumber-sumber benih yang diproduksi pada Nursery PT TPL, Tbk Jenis Spesies Provenansi Supplier Keterangan

E. urophylla NTT, Merak Inhutani, kebun sendiri PT TPL, Tbk memiliki

kebun benih Eucalyptus di Habinsaran dengan luasan 6 Ha yang ditanami oleh R&D dan sejak tahun 1998 PT TPL, Tbk tidak mengimport benih

Eucalyptus lagi. E. grandis Australia,

Kebun benih PT TPL, Tbk.

Dendros seed supplies, M. L. Fzasrar, Ltd.

E. hybrid Australia Inhutani,

(18)

A.1. Sistematika Eucalyptus

Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut (Ayensu dkk, 1980) :

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermai

Kelas : Dikotyledon

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Spesies : Eucalyptus grandis

Eucalyptus grandis memiliki daun yang selalu hijau, dengan tinggi

43-55m, batang pokok lurus, dengan batang yang bebas cabang mencapai 30 m. Kulit

pohon kokoh dan halus sampai berlekang yang memanjang. Warna kulitnya

coklat kemerah-merahan sampai coklat tua. Anak daunnya agak berhadapan,

bertangkai lanset yang melebar. Pembungaan terdapat di ketiak daun dan

bunganya berbentuk payung sederhana dengan jumlah 5-8 bunga, dengan

komposisi bunga yang beraturan. Bunganya berkelamin dua, benang sarinya

banyak dengan buah yang kering (Rahayu, 1999).

A.2. Penyebaran dan Habitat Eucalyptus

Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di

Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa

Tenggara dan Philipina) yaitu Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus deglupta.

Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian

(19)

bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah

penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di benua Asia, Afrika

bagian Tropika dan Sub Tropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan

Amerika Tengah (Sutisna dkk, 1998).

Hampir semua jenis Eucalyptus beradaptasi dengan iklim muson.

Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering,

misalnya Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis, Eucalyptus citriodora,

Eucalyptus deglupta, jenis-jenis tersebut dapat beradaptasi pada dataran rendah

dan pegunungan dengan ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut, curah

hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 230C dan maksimum

310C di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 130C dan maksimum 290C di

pegunungan (Sutisna dkk, 1998).

A.3. Manfaat Eucalyptus

Eucalyptus grandis bukanlah tergolong kayu yang keras, karena itu sangat

potensial untuk bahan baku pulp. Bentuk batangnya yang lurus dapat dijadikan

sebagai tiang telepon. Kegunaan yang lain adalah untuk kusen pintu dan jendela

(Ayensu,1980).

Daun dan cabang dari beberapa Eucalyptus menghasilkan minyak atsiri

yang merupakan produk penting untuk farmasi, misalnya untuk obat gosok atau

(20)

B. Inventarisasi

Inventarisasi hutan merupakan suatu laporan menyeluruh tentang

teknik-teknik menghitung hutan yang berhubungan dengan pohon-pohon dan tegakan,

penaksiran volumenya, memprediksi pertumbuhan serta termasuk pula masalah

penarikan contoh dan desain inventrisasinya.

Inventarisasi hutan merupakan bagian perencanaan hutan yang penting,

sebab data dan informasi hasil inventarisasi tersebut sebagai bahan utama di

dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan.

(Direktorat Bina Program Kehutanan,1983).

Komponen-komponen utama inventarisasi hutan dan perencanaannya

tergantung pada maksud pekerjaannya, sehingga perlu untuk memberikan batasan

yang jelas dari berbagai tujuan inventarisasi hutan yang akan dikerjakannya.

Tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang areal

berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan dapat

dilaksanakan dengan penginderaan jauh, pengamatan langsung di lapangan atau

gabungan keduanya (Simon, 1996).

Dalam inventarisasi hutan diperlukan alat bantu dalam pelaksanaannya

yaitu pengetahuan tentang ilmu ukur kayu. Ilmu ukur kayu adalah pengetahuan

tentang pengukuran dimensi pohon yaitu diameter, tinggi dan volume kayu berdiri

maupun rebah dan pengukuran pertumbuhan kayu (riap) serta hasil hutan non

(21)

C. Volume Pohon

Volume total suatu batang (atau volume sampai diameter minimum)

dinyatakan dengan rumus yang terkenal :

V = f.g.h

Dimana f adalah bilangan bentuk, g adalah luas bidang dasar pada setinggi dada

(diatas banir) dan h adalah tinggi pohon (Simon, 1987).

Beberapa definisi volume pohon sebagai definisi baku dalam inventarisasi

hutan dari FAO (Simon,1996):

1. Volume kasar adalah volume dari bagian tertentu pohon tanpa kulit

atau tanpa memasukkan bagian-bagian yang cacat.

2. Volume bersih adalah volume bagian tertentu dari pohon tanpa kulit

dan dengan pengurangan untuk bagian-bagian cacat atau tak dapat

digunakan.

3. Volume total adalah volume yang termasuk dalam batang utama

pohon. Untuk pohon yang tak teratur sampai permukaan tajuk

sedangkan untuk pohon-pohon bertajuk kerucut sampai ujung pohon.

4. Volume batang bebas cabang adalah besarnya massa kayu sebatang

pohon hingga pangkal cabang terendah.

5. Volume kayu industri adalah volume bersih kayu bulat yang potensial

dapat digunakan, tanpa pengurangan karena hilang akibat dari standar

penggunaan dari proses pembalakan dan pengolahan.

6. Volume batang adalah volume bersih dari pohon yang dianggap cocok

(22)

Suharian dan Sudiono (1975), mengatakan bahwa setiap batang pohon

terdiri dari sejumlah frustum yang berlainan, sehingga jika volume pohon

ditentukan secara langsung akan didapatkan volume yang besar dan kurang

seksama. Agar diperoleh hasil yang cukup seksama penentuan volume pohon

dapat dilakukan dengan membagi batang pohon menjadi seksi (bagian), dimana

volume pohon sama dengan jumlah volume seluruh seksi.

Beberapa rumus yang sering digunakan dalam melakukan pendugaan

volume seksi pohon adalah :

1. Rumus Smalian : V = {(B + b) / 2}x L

2. Rumus Huber : V = (bm) x (L)

3. Rumus Bereton : V = 1/4 л {(Dp + Du) / 2}2 x L

4. Rumus Newton : V = 1/6 (B + 4bm + b)

Dimana ;

V = Volume (m3)

L = Panjang seksi (m)

B = Luas bidang dasar (Lbds) pangkal seksi (m2)

bm = Luas bidang dasar (Lbds) tengah seksi (m2)

b = Luas bidang dasar (Lbds) ujung seksi

Dp = Diameter pangkal (m)

Du = Diameter ujung (m)

Л = Konstanta sebesar 3,141593

Dalam melakukan perhitungan dan penentuan volume batang pada

umumnya digunakan rumus Smalian atau Huber. Rumus Smalian cukup praktis

(23)

dibandingkan rumus Huber atau Newton sehingga rumus volume dari Smalian ini

sering digunakan (Marlia, 1999).

D. Diameter Pohon

Diameter merupakan salah satu parameter yang penting dalam

pengumpulan data potensi hutan dan keperluan pengelolaan. Karena keterbatasan

alat yang tersedia, seringkali pengukuran keliling lebih banyak dilakukan, baru

kemudian dikonversi ke diameter (D) (Simon, 1993).

Bentuk pohon pada umumnya mengecil kebagian ujungnya atau

puncaknya (besar diameter makin ke ujung makin kecil). Tingkat ketelitian

pengukuran diameter tergantung dari faktor-faktor seperti tingkat ketelitian yang

diinginkan, alat ukur yang dipakai, cara pengukurannya, kecermatan dan keahlian

tenaga pengukur, waktu dan biaya untuk pengukuran dan faktor-faktor lainnya

(Suharlan dan Sudiono, 1975).

Menurut Muhdin (2003), bahwa sekurangnya ada tiga alasan mengapa

diameter diukur pada ketinggian setingi dada; alasan kepraktisan dan kenyamanan

saat mengukur, yaitu pengukuran mudah dilakukan tanpa harus membungkuk atau

berjingkat; pada kebanyakan jenis pohon ketinggian setinggi dada bebas dari

pengatur banir; dbh umumnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan

peubah-peubah (dimensi) pohon lainnya. Selain mudah diperoleh / diukur, dbh

juga merupakan pohon yang akurasi datanya paling mudah dikontrol. Selain untuk

keperluan pendugaan dimensi pohon lainnya, diameter setinggi dada (dbh)

biasanya diukur sebagai dasar untuk keperluan perhitungan lebih lanjut, misalnya

(24)

E. Tinggi Pohon

Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama dengan panjang pohon tersebut

sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan sebagai panjang proyeksi dari

titik ujung pohon sampai ke tanah (Lembaga Penelitian IPB, 1985).

Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis terpendek

antara suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar. Istilah tinggi

pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih berdiri sedangkan untuk pohon

rebah digunakan istilah panjang pohon (Muhdin, 2003).

Karena untuk mengukur diameter bagian atas batang, banyak alat-alat

yang ada dan yang paling mahal dan canggih terutama akan bermanfaat dalam

kondisi tertentu dan khususnya dalam beberapa inventarisasi hutan. Pengukuran

tidak langsung dengan hypsometer telah dipakai. Christen hypsometer adalah

sangat murah dan alat yang mudah dibawa dan dianjurkan untuk inventarisasi

hutan jika tingkat kecermatan yang diminta tidak terlalu tinggi.

Dalam kegiatan inventarisasi hutan dikenal beberapa macam pengukuran

tinggi pohon yaitu (Dephut, 1992):

1. Tinggi pohon total, yaitu tinggi pangkal pohon dari permukaan tanah

hingga puncak pohon.

2. Tinggi bebas cabang atau permukaan tajuk, yaitu tinggi pohon dari

pangkal batang hingga cabang pertama yang membentuk tajuk.

3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat itu laku dijual

(25)

F. Tabel Volume

Banyak metode penyusunan tabel volume telah dikembangkan, tetapi

penggunaan teknik-teknik regresi dengan model persamaan yang baik sangat

disarankan, karena langsung, relatif sederhana dan menghilangkan subjektifitas.

Penyiapan tabel-tabel volume merupakan prosedur yang mahal, karena

memerlukan pengumpulan data dasar yang ekstensif. Pengukuran-pengukuran

dimensi dari rangkaian pohon-pohon contoh, perhitungan atau penentuan volume

pohon-pohon dan pengembangan persamaan hubungan grafis antara dimensi

pohon dengan volume (Husch, 1987).

Dari segi parameter yang digunakan untuk perhitungan volume ada tiga

macam tabel, yaitu: tabel lokal (local volume tables), tabel normal (standard atau

general volume tables), dan tabel volume kelas bentuk (form class volume tables).

1. Tabel Lokal

Tabel lokal hanya menggunakan satu variabel (one way) sebagai pembuka

(table entry), yaitu diameter setinggi dada. Biasanya tabel lokal disusun

sebagai tabel individu pohon. Tabel lokal ini juga disebut tariff.

Keuntungan jenis tabel ini adalah sederhana dan cepat penggunaannya

untuk inventore hutan. Dalam penggunaan tabel tarif pohon ini

pelaksanaan inventarisasi cukup mengukur diameter setinggi dada saja.

Dengan demikian sudah dapat dihemat baik waktu, tenaga dan biaya.

Kekurangannya, kecermatan yang diperoleh rendah karena diasumsikan

semua pohon mempunyai tinggi dan bentuk yang sama untuk diameter

setinggi dada tertentu. Penyusunan tabel lokal sebenarnya ditujukan untuk

(26)

wilayah yang terbatas. Ini dimaksudkan untuk memperkecil error karena

ragam dimensi pohon, khususnya tinggi dan bentuk yang disebabkan oleh

pengaruh kesuburan tanah, keadaan tempat tumbuh, struktur hutan dan

sebagainya (Krisnawati dan Bambang, 1998).

2. Tabel Normal

Tabel normal menggunakan dua peubah sebagai pembuka yaitu diameter

setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon. Tabel normal dapat disusun untuk

satu individu pohon atau tegakan sebagai kelompok pohon yang saling

berinteraksi. Bahkan tabel normal atau tabel umum ini dapat disusun untuk

sekelompok tegakan yang terdiri atas beberapa jenis. Karena

menggunakan diameter dan tinggi pohon, tabel normal dapat berlaku

untuk wilayah yang relatif lebih luas dibanding dengan tabel lokal.

Beberapa informasi penting yang harus dicantumkan dalam suatu tabel

normal adalah spesies, daerah tempat mengumpulkan sampel

pohon/tegakan, penyusun, unit volume atau sortimen kayu, batas diameter

terkecil, jumlah pohon sampel, metode penyusunan dan kecermatannya

(Simon,1996).

3. Tabel Kelas Bentuk

Tabel kelas bentuk mempunyai tiga pembuka yaitu diameter setinggi dada,

tinggi pohon dan bentuk batang. Oleh karena itu tabel ini menyajikan

kecermatan taksiran yang paling tinggi dibanding tabel lokal maupun tabel

normal. Jenis tabel ini berlaku untuk berbagai macam jenis pohon, asal

(27)

G. Ketentuan Umum Dalam Penyusunan Tabel Volume Pohon

Menurut Bustomi dkk (1999), ketentuan umum dalam penyusunan tabel

volume pohon adalah sebagai berikut :

1. Tabel volume pohon harus disusun berdasarkan model pendugaan volume

pohon.

2. Model pendugaan volume pohon harus dibentuk secara statistika

menggunakan data pohon contoh dari areal setempat.

3. Model pendugaan volume pohon harus dibuat untuk tiap jenis atau

kelompok jenis di areal setempat.

4. Jenis-jenis yang bisa dikelompokkan ialah yang bentuk batangnya tidak

berbeda menurut pembedaan secara statistika.

5. Jumlah pohon contoh yang digunakan untuk membentuk model pendugaan

volume pohon minimal 50 batang untuk tiap jenis atau kelompok jenis.

6. Sebaran diameter setinggi dada dan atau tinggi pohon contoh untuk tiap

jenis atau kelompok jenis sebisa mungkin harus mewakili sebaran

diameter setinggi dada (dbh) dan atau tinggi pohon contoh dari jenis atau

kelompok jenis yang bersangkutan di areal setempat.

7. Pengukuran data volume pohon contoh dilakukan melalui pengukuran

seksi-seksi batang pohon.

8. Hanya model-model pendugaan volume pohon yang ketelitiannya

memenuhi kaidah yang boleh dijadikan dasar penyusunan tabel volume

(28)

9. Kriteria ketelitian model pendugaan volume pohon ialah simpangan

agregatif lebih kecil atau sama dengan 1% dan atau rataan persentase

simpangan lebih kecil atau sama dengan 10%.

10.Tabel volume pohon tidak boleh diekstrapolasi melewati sebaran diameter

setinggi dada-tinggi pohon contoh yang dipakai untuk menyusunnya.

H. Permodelan Cara Regresi

Analisis regresi untuk menjelaskan hubungan antara suatu peubah dengan

peubah lainnya. Apabila hubungan tersebut telah diketahui, maka suatu peubah

dapat dipakai untuk menduga peubah lainnya. Peubah yang diduga tentunya

merupakan peubah yang sulit diukur dan yang memerlukan pengorbanan yang

lebih besar dalam pengukurannya dibanding dengan peubah penduga

(Kuncahyo,1991).

Langkah yang sangat penting dalam analisis regresi adalah dalam

penentuan model hubungan antara peubah penduga (peubah bebas) dan peubah

diduga (peubah terikat). Model yang terbaik adalah model yang memberikan

kesalahan pendugaan terkecil atau mempunyai koefisien determinasi yang tinggi

dan mudah dalam penggunaannya. Rendahnya nilai koefisien determinasi dapat

disebabkan karena kurang tepat dalam pembentukan model regresi atau karena

data contohnya kurang baik. Disamping itu pula disebabkan oleh terdapatnya

suatu pasangan pengamatan yang tidak mengikuti pola dominan pengamatan

lainnya (Kuncahyo, 1991).

Beberapa bentuk persamaan regresi yang dapat dipergunakan untuk

menyusun model pendugaan volume pohon (Bustomi dkk, 1998), antara lain :

(29)

2. V = a (Dbh)b

3. V = a + b Log (Dbh) + c (Dbh)

4. V = a + b Log (Dbh) + c Log (H)

5. V = a (Dbh)b (H)C

6. v = a (Dbh)2 (H)

7. V = a + b (Dbh)2 (H)

8. V = a + b (Dbh)2 + c (H) + d (Dbh)2 (H)

Dimana :

V : Volume pohon (m3)

Dbh : Diameter setinggi dada (cm)

H : Tinggi pohon atau tinggi bebas cabang (m0

Dari beberapa bentuk persamaan diatas, jalas bahwa model pendugaan

volume pohon dapat disusun dengan berbagai bentuk persamaan regresi, baik

bentuk linier maupun non linier. Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp

Lestari Tbk, sektor Tele, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Pengambilan data

akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2007.

B. Alat dan Objek

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Phiband untuk mengukur diameter

2. Haga hypsometer untuk mengukur tinggi

3. Tali meter untuk mengukur jarak atau panjang

4. Kalkulator sebagai alat hitung

5. Kompas untuk penunjuk arah

6. Komputer untuk mengolah data

7. Cat sebagai tanda batas per seksi pohon.

8. Peta kerja

Objek yang digunakan antara lain :

1. Pohon Eucalyptus grandis

(31)

C. Metode

C. 1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung di

lapangan antara lain pengukuran diameter dan tinggi dengan menggunakan alat

ukur.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara atau

pengumpulan data yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, antara lain luas

kawasan hutan tanaman TPL untuk tiap sektor. Keadaan umum lokasi penelitian

(tipe iklim, jenis tanah, curah hujan, kelembaban udara, temperatur dan ketinggian

tempat).

C. 2. Pemilihan Pohon Contoh

Pemilihan pohon contoh Eucalyptus grandis untuk menyusun tabel

volume dilakukan pada tanaman yang sudah masak tebang (umur 7 tahun),

dengan memperhatikan sebaran kelas diameternya. Pemilihan pohon contoh

dilakukan secara purposive sampling. Selain itu, pohon contoh diusahakan

memiliki bentuk normal, bebas cacat baik yang berupa batang, menggarpu, pohon

condong, luka maupun cacat mangkuk.

C. 3. Pengukuran Pohon Contoh

Diameter pohon berdiri diukur dengan phiband pada ketinggian 1,30 m

(32)

pohon total dan tinggi pohon bebas cabang diukur dengan haga hypsometer,

pembacaan skala teliti sampai satuan meter.

C. 4. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan menurut Bustomi dkk (1999), yaitu :

1. Mengambil pohon contoh dari tegakan hutan yang sudah masak tebang

2. Pada setiap tanaman yang sudah ditentukan sebagai objek penelitian,

ditentukan pohon contoh yang akan diukur sebanyak 200 pohon.

Pohon contoh yang dipilih, sudah mewakili dari areal yang berisi

tegakan dengan kondisi pertumbuhan “baik”, pertumbuhan “sedang”

dan kondisi pertumbuhan “jelek”.

3. Semua pohon contoh yang dipilih dilakukan pengukuran diameter

setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon.

4. Pohon-pohon contoh kemudian ditebang, dan selanjutnya dilakukan

pengukuran tinggi tunggak dan diameter seksi-seksi batang dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tinggi tunggak diukur dari permukaan tanah

b. Di sepanjang batang yang sudah rebah dibentangkan meteran dari

pangkal sampai ujung

c. Batang pokok bebas cabang dibagi menjadi seksi-seksi sepanjang 2

m. Panjang seksi terakhir (paling ujung) bisa kurang atau lebih dari

2 m dan diukur dalam satuan sepersepuluh meter. Ketentuannya

sebagai berikut :

• Apabila panjangnya kurang dari atau sama dengan 0,4 m,

(33)

• Apabila panjangnya lebih dari 0,4 m dijadikan satu seksi

sendiri.

d. Tiap titik ujung seksi (disebut dengan titik pengukuran) diberi

tanda dengan kapur pohon atau cat. Pembuatan seksi tidak dengan

memotong, tetapi hanya berupa tanda dengan kapur atau cat.

5. Dalam tallysheet titik-titik pengukuran sepanjang batang diberi kode:

Pxx-Byy, dimana xx = nomor pohon contoh, yy = nomor titik

pengukuran sepanjang batang. Jadi untuk pohon contoh no. 1,

pengukuran pada pangkal di eri kode: P01-B00, titik pengukuran

berikutnya diberi kode P01-B01, P01-B02 dan seterusnya.

6. Pengukuran seksi-seksi juga dilakukan pada cabang-cabang yang

diameternya lebih dari 5 cm. Titik-titik pengukuran pada cabang diberi

nama : Pxx-Czz-k, dimana xx = nomor pohon contoh, zz = nomor

cabang (diurutkan mulai dari terendah), k = nomor titik pengukuran.

7. Semua hasil yang didapat dicatat dalam tallysheet. Dimana pemilihan

pohon contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria: tumbuh

sehat dan normal serta mewakili kondisi populasinya dengan jumlah

minimal 200 pohon contoh.

D. Pengolahan Data

D.1. Penentuan Volume Tiap Pohon Contoh

Untuk menentukan volume total suatu batang (volumenya sampai diameter

minimum) dinyatakan dengan menggunakan rumus Smalian (Husch, 1963)

(34)

V = {(B + b) / 2}x L……….(1)

Dimana :

V = Volume (m3)

L = Panjang seksi, 2 meter per seksi pohon

B = Luas bidang dasar (Lbds) pangkal seksi (m2)

b = Luas bidang dasar (Lbds) ujung seksi (m2)

D.2. Penyusunan Tabel Volume

Tabel volume disusun untuk menduga volume sampai ujung batang yang

masih dapat dimanfaatkan untuk pulp. Menurut Darwo (1995), untuk keperluan

penyusunan tabel volume dipergunakan persamaan regresi sederhana yang

ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sebagai berikut:

V = a.Db Atau Log V = log a + b log D...………..(2)

V = a.Db.Tc Atau Log V = log a + b log D + c log T………..(3)

Dimana :

V = volume kayu (m3)

D = diameter setinggi dada (dbh)

T = tinggi

a,b,c = konstanta

D.3. Ketelitian Model Penduga Volume Pohon

D. 3. 1. Perhitungan Simpangan Agregatif (SA) dan Simpangan Rataan (SR)

Penilaian ketelitian model pendugaan volume pohon didasarkan pada

besarnya simpangan agregatif (SA) dan rataan persentase simpangan (SR).

(35)

SA = {(Vd - Va)/ ∑Vd} x 100%

SR = [∑|(Vd - Va)/ Vd | x 100%] / N

Dimana :

Vd = Volume dugaan (berdasar model pendugaan isi pohon)

Va = Volume aktual (berdasar data)

N = Jumlah data

Spur (1952) dan Husch (1963) berpendapat bahwa model pendugaan

volume pohon yang baik adalah persamaan yang mempunyai SA kurang dari 1%

dan SR kurang dari 10%.

D. 3. 2. Uji Kenormalan Data dan Uji Keaditifan Model

Syarat model persamaan penduga volume pohon yang baik adalah bila

memenuhi syarat kenormalan sisaan dan keaditifan model. Suatu model dikatakan

memenuhi syarat kenormalan apabila tampilan plot menunjukkan penyebaran data

yang membentuk pola garis lurus, sedangkan syarat keaditifan model terpenuhi

apabila tampilan plot menyebar menurut pola acak (Sulaiman, 2004).

D. 3. 3. Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui baik tidaknya suatu model persamaan dapat juga dilihat

melalui uji multikolinieritas. Multikolinieritas adalah kejadian yang

menginformasikan terjadinya hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas

dan hubungan yang terjadi cukup besar. Uji multikolinieritas hanya dilakukan

pada kasus regresi linier berganda yang memiliki peubah bebas lebih dari satu.

(36)

limit diameter ujung 8 cm dan 5 cm dengan peubah diameter setinggi dada dan

(37)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian

PT. Inti Indorayon Utama (IIU) diresmikan tanggal 14 Desember 1989 di

Lhoksuawe dan mulai menjual sahamnya ke pasar (90 publik) bulan Mei 1990.

pada bulan Nopember 1995, PT. IIU berhasil memperoleh sertifikat ISO 9002 dari

SGS Yarsley International Certification yang diserahkan bulan Februari 1996 di

Medan. Kegiatan produksi pulp secara komersil dimulai pada tahun 1989, dan

hasil produksi pulp tersebut sekitar 70% di eksport ke mancanegara dan

selebihnya untuk kebutuhan dalam negeri. Saat ini PT. IIU telah berubah nama

menjadi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang mulai beroperasi pada bulan Februari

2003.

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah industri terintegrasi di bidang produksi

pulp untuk bahan baku kertas dan serat viscose rayon untuk bahan baku tekstil

dan penggunaan lainnya seperti filter rokok, benang dan lain-lain. Pabrik ini

merupakan salah industri strategis sebagai penghasil devisa diantara 5.925 unit

pabrik sejenis yang terdapat di dunia dengan kapasitas produksi terpasang

210.459.000 ton pulp per tahun. Dari jumlah tersebut 5.258 unit berada di Asia

dan total produksi pulp dunia tahun 1997 dilaporkan sejumlah 178.204.000 ton

pulp (Overview PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2004).

Bentuk usahanya yang pertama adalah penanaman modal dalam negeri

(PMDN) dengan pemilik usaha grup Raja Garuda Mas (RGM) yang

mengeluarkan investasi sebesar 600 Miliar rupiah. Naman sejak 11 Mei 1990

(38)

Investasi/ Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) No. 170/ III/

PMA/ 1990 dan sahamnya telah dijual di Bursa Saham Jakarta dan Surabaya sejak

1992 dan di New York Stock Exchange (NYSE) (Overview PT. Toba Pulp

Lestari, Tbk, 2004).

Areal usaha PT. TPL, Tbk terdiri dari 2 bagian yaitu Forest Section dan

Mill section. Areal hutan (Forest Section) yang tersedia saat ini meliputi 6

kabupaten yaitu kabupaten Simalungun, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli

Tengah, Tapanuli Selatan dan Dairi. Sedangkan lokasi pabrik (Mill Section)

terletak di desa Sosorladang yang luasnya 200 ha termasuk perubahan dan

pembibitan (Nursery) seluas 14 ha. Di daerah pabrik tersebut mengalir sungai

Asahan yang airnya berasal dari Danau Toba. Sungai Asahan ini menyediakan air

untuk keperluan pabrik serta keperluan air minum.

B. Letak Geografis dan Astronomis

Lokasi konsesi Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI), PT.

TPL, Tbk terletak di beberapa kabupaten. Dari total luas izin HPHTI (Surat

Keputusan Menteri Kehutanan No. 493/ Kpts-II/ 1992) dan pemanfaatan pinus

(Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 236/ Kpts-IV/ 1984) yang berjumlah

248.816 ha, berdasarkan rencana tata ruang dengan mempertimbangkan aspek

fungsi hutan (fungsi produksi dan fungsi perlindungan), aspek status kepemilikan

lahan dan fungsi sosial ekonomi dari hutan yang terus berkembang, maka tata

ruang (land scaping) HTI PT. TPL, Tbk telah disesuaikan sebagai berikut:

Areal rencana tanam pokok (HTI) : 73.379 ha (25.8%)

Areal konservasi : 90.575 ha (31.8%)

(39)

Sarana/ prasarana : 1.573 ha (0.5%)

Areal tanaman kehidupan/ unggulan : 8.134 ha (8.134%)

Secara geografis areal HPHTI PT. TPL, Tbk terletak diantara 10 – 30 LU

dan 98,150 – 1000 BT. Luas keseluruhan areal HPHTI PT. TPL, Tbk adalah

269.060 ha. Areal IUPHHK pada hutan tanaman PT. TPL, Tbk sektor Tele

terletak antara 02015’00” – 02050’00” LU dan antara 98020’00” – 99010’00” BT,

dengan luas areal hutan sektor Tele berdasarkan SK IUPHHK No.

493/Kpts-II/1992 tanggal 1 Juni 1992 adalah 103.037 ha. Wilayah hutan tanaman sektor

Tele secara administrasi pemerintahan termasuk ke dalam kabupaten Samosir,

Humbang Hasundutan dan Dairi (RKT PT. TPL, Tbk, 2005).

C. Topografi, Geologi dan Tanah

Areal HPHTI dan IPK Pinus PT. TPL, Tbk berada pada ketinggian 450 –

1.900 mdpl dengan kondisi topografi datar hingga areal hutan bertopografi curam.

Areal tersebut dikategorikan dalam beberapa kelas kemiringan seperti terlihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas areal PT. TPL, Tbk berdasarkan kemiringan

Sektor 0-8%

Total 10.3823,4 38.175,3 82.419,5 4.4641,6 269.060

Sumber : RKT PT. TPL, Tbk, 2004

Dapat dilihat bahwa 38,59% areal konsesi termasuk dalam areal

(40)

dan 16,59% bertopografi curam. Jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian

adalah podsolik coklat, podsolik coklat kuning, dan podsolik coklat kelabu yang

dihasilkan oleh bahan induk tuff dan umumnya asam, juga terdapat jenis litosol

dan regosol.

Areal IUPHHK sektor Tele PT. TPL, Tbk berada pada ketinggian antara

1300 – 1900 mdpl, memiliki kelas kelerengan yang bervariasi mulai dari datar,

landai, bergelombang, agak curam sampai dengan curam. Kelas kelerengan areal

PT. TPL, Tbk sektor Tele dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Kelas Kelerengan Areal PT. TPL, Tbk sektor Tele

Kelas Kemiringan

Daerah penelitian berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson

(1951) memiliki tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan rata-rata 150

mm, untuk bulan tertinggi pada bulan Nopember dan terendah pada bulan Juni.

Rata–rata suhu minimum 12,90 C dan rata-rata suhu maksimum 23,50 C dengan

kelembaban relative 81,9% (RKT PT. TPL, Tbk, 2005).

E. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Masyarakat sekitar hutan umumnya memiliki mata pencaharian sebagai

(41)

banyak juga yang bekerja pada perusahaan ini sebagai mitra maupun sebagai

(42)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemilihan dan Pengukuran Pohon Contoh

Jumlah pohon contoh yang dipilih sebanyak 200 pohon Eucalyptus

grandis yang berasal dari areal tanaman yang sudah masak tebang (umur 7 tahun),

yang tersebar secara proporsional dengan sebaran diameter setinggi dada (dbh)

dan tinggi total pohon. Sebaran pohon diperoleh dari hasil inventarisasi hutan

sebelum pengambilan pohon contoh. Berdasarkan kegiatan inventarisasi tersebut

maka diperoleh diameter dominan berkisar antara 13 cm sampai 36 cm dan tinggi

dominan berkisar antara 16 m sampai dengan 39 m. Sebaran frekuensi kelas

diameter dan tinggi pohon contoh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran pohon contoh Eucalyptus grandis berdasarkan kelas diameter dan tinggi pohon contoh.

Kelas Diameter (cm)

Kelas Tinggi (m)

15 - 20 20 - 25 25 - 30 30 - 35 35 - 40 Total

10 -15 1 1

15 – 20 10 11 4 1 26

20 – 25 10 60 20 3 93

25 – 30 20 30 8 3 61

30 – 35 3 7 6 16

35 - 40 3 3

(43)

B. Hubungan Tinggi dengan Diameter

Berdasarkan persamaan regresi, diperoleh bentuk hubungan antara tinggi

total pohon dengan diameter setinggi dada yaitu Log T = 0,327 + 0,793 log D atau

T = 2,12324 D0,793. Hubungan antara tinggi total dengan diameter setinggi dada

memberikan indikasi bentuk hubungan yang sangat nyata yang ditunjukkan

dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,779 atau koefisian determinasi (R2) 88,3%.

Hal ini menunjukkan bahwa 88,3% keragaman tinggi pohon total dapat

diterangkan oleh diameter setinggi dada. Menurut Santoso (2000), yang

menyatakan bahwa angka korelasi tinggi total pohon dengan diameter setinggi

dada di atas 0,5 menunjukkan tingkat korelasi yang cukup kuat, sedangkan di

bawah 0,5 menunjukkan korelasi lemah.

Pada tabel correlations, perbandingan antara nilai Sig. dengan taraf

signifikasi (α) adalah : Sig. (0.000) < α (0,05). Karena nilai Sig. < α maka

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya antara tinggi total dan diameter setinggi dada

ada hubungan linier. Bentuk hubungan peubah tinggi dengan peubah diameter dari

pohon-pohon model secara grafis dapat dilihat pada Gambar 1.

0

Series2 7.6082 13.183 18.182 22.841 27.262 31.503 35.6 39.576

1 2 3 4 5 6 7 8

(44)

C. Model Pendugaan Volume Pohon

Model penduga volume pohon untuk diameter ujung tertentu dapat

disusun dalam bentuk persamaan regresi secara terpisah. Dalam penyusunan

model penduga volume pohon, saat ini cenderung kearah penggunaan diameter

setinggi dada sebagai peubah penduga. Sehingga memungkinkan untuk menyusun

tabel volume pohon atau model penduga volume pohon sampai batas diameter

tertentu.

C. 1. Volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm.

a. Volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada.

Bentuk persamaan penduga volume pohonnya adalah :

Log V8 = -3,813 + 2,546 log D

Atau V8 = 0,000153815 D2,546………(4)

Dimana koefisien korelasi (r) = 0,940 ; koefisian determinasi (R2) = 88,3%

dan Sig. = 0,000.

Sidik ragam dari persamaan (4) dapat dilihat pada Lampiran 5.

b. Volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi pohon total.

Bentuk persamaan penduga volume pohonnya adalah :

Log V8 = -4,205 + 1,594 log D + 1,201 log T

Atau ( V8 = 0,000062373 D1.594 T1,201 )………….(5)

Dimana koefisien korelasi (r) = 0,981 ; koefisian determinasi (R2) = 96,3%

dan Sig. = 0,000.

(45)

Secara grafis hubungan antara volume batang pohon sampai limit diameter

ujung 8 cm dapat dilihat pada Gambar 2.

0

Gambar 2. Hubungan antara volume pohon sampai limit diameter ujung 8 cm dengan peubah diameter.

C. 2. Volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm.

a. Volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada.

Bentuk persamaan penduga volume pohonnya adalah :

Log V5 = -3,788 + 2,530 log D

Atau V5 = 0,000162929 D2,530……….(6)

Dimana koefisien korelasi (r) = 0,938 ; koefisian determinasi (R2) = 88,1%

dan Sig. = 0,000.

Sidik ragam dari persamaan (6) dapat dilihat pada Lampiran 7.

b. Volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi pohon total.

(46)

Log V5 = -4,183 + 1,573 log D + 1,207 log T

Atau V5 = 0,000065614 D1,573 T1,207………(7)

Dimana koefisien korelasi (r) = 0,981 ; koefisian determinasi (R2) = 96,2%

dan Sig. = 0,000.

Sidik ragam dari persamaan (7) dapat dilihat pada Lampiran 8.

Secara grafis hubungan antara volume batang pohon sampai limit diameter

ujung 8 cm dapat dilihat pada Gambar 3.

0

Gambar 3. Hubungan antara volume pohon sampai limit diameter ujung 8 cm dengan peubah diameter.

Berdasarkan sidik regresi, hubungan volume pohon sampai batas diameter

ujung 8 cm dan 5 cm sebagai fungsi diameter setinggi dada serta sebagai fungsi

diameter setinggi dada dan tinggi total menghasilkan persamaan seperti pada

(47)

Tabel 5. Hubungan volume pohon sampai batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm sebagai fungsi diameter setinggi dada serta sebagai fungsi diameter setinggi dada dan tinggi pohon total.

Bentuk Hubungan Koef. Kore.

Dari Tabel 5, terlihat bahwa semua nilai koefisien korelasi (r) model

pendugaannya tinggi. Nilai korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa hubungan

volume pohon total sampai batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm dengan peubah

diameter memberikan indikasi bentuk hubungan yang sangat erat, begitu juga

dengan peubah bebas diameter dengan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

volume pohon sampai diameter ujung 8 cm dan 5 cm dapat diduga dengan

menggunakan diameter setinggi dada atau diameter setinggi dada dan tinggi total.

Untuk pendugaan volume pohon sampai batas diameter ujung 8 cm

dengan peubah diameter dan atau tinggi total menghasilkan galat baku

masing-masing sebesar 6,8% dan 3,8%. Dengan menambah peubah tinggi maka akan

meningkatkan ketelitian taksiran volume pohon sebesar 3% daripada

menggunakan peubah diameter. Untuk pendugaan volume pohon sampai batas

diameter ujung 5 cm dengan peubah diameter dan atau tinggi total menghasilkan

(48)

tinggi maka akan meningkatkan ketelitian taksiran volume pohon sebesar 3%

daripada menggunakan peubah diameter.

Prodan (1965), menyatakan bahwa biasanya persamaan pendugaan volume

pohon yang menggunakan peubah bebas diameter saja mempunyai galat baku

maksimal 25%, sedangkan bila menggunakan peubah bebas diameter dan tinggi

pohon mempunyai galat baku maksmal 20%. Berdasarkan besarnya galat baku

yang diajukan Prodan tersebut, maka model pendugaan volume pohon sampai

batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm dengan peubah diameter dan atau tinggi total

dapat dipandang sebagai model penduga volume pohon yang cukup baik.

Pada Tabel 5 tersebut dapat kita lihat bahwa untuk semua model

persamaan diperoleh nilai Sig. 0,000. Perbandingan antara nilai Sig. dengan taraf

signifikansi (α) yaitu Sig. (0,000) < α (0,05). Karena nilai Sig. < α maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan linier antara volume

sampai batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm dengan diameter setinggi dada dan atau

tinggi total.

D. Ketelitian Model Penduga Volume Pohon

D. 1. Perhitungan simpangan agregatif (SA) dan simpangan rata-rata (SR)

Selain dari nilai – nilai statistik diatas, kriteria penentuan ketelitian

persamaan regresi dilakukan pula melalui perhitungan terhadap simpangan

rata-rata dan simpangan agregatif. Spur (1952), menyatakan bahwa suatu persamaan

regresi pendugaan isi pohon dipandang cukup teliti apabila mempunyai

simpangan rata-rata maksimum 10% atau simpangan agregatifnya kurang dari

(49)

Berdasarkan hasil perhitungan volume pohon dengan menggunakan model

penduga volume pohon yang telah tersusun maka diperoleh nilai simpangan

agregatif (SA) dan simpangan rata-rata (SR). Dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Simpangan Rata – Rata (SR) dan Simpangan Agregatif (SA) dari empat persamaan penduga volume.

Log V8 (dbh dan tinggi total) Log V5 (dbh)

Log V5 (dbh dan tinggi total)

12,63

Dari Tabel 6 diatas, dapat dilihat bahwa urutan persamaan regresi yang

menunjukkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi untuk pendugaan volume pohon

sampai batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm adalah persamaan yang menggunakan

dua peubah bebas yaitu dengan menggunakan peubah diameter setinggi dada dan

tinggi total. Persamaan yang menggunakan dua peubah bebas menghasilkan

tingkat ketelitian yang lebih tinggi daripada menggunakan satu peubah. Hal ini

dikarenakan bentuk persamaan tersebut telah ditambahkan peubah tinggi.

Dalam praktek di lapangan untuk pemakaian tabel volume standar,

pengukuran tinggi pohon merupakan pekerjaan yang cukup sulit dan memerlukan

waktu yang lama, dan hasil pengukuran tinggi pohon bisa kurang akurat. Jika

pemakaian tabel volume hanya bertujuan untuk inventarisasi potensi tegakan

secara keseluruhan dalam suatu areal yang luas, dimana ukuran tinggi kurang

begitu diperlukan, maka cukup digunakan tabel volume yang berkuncikan

diameter saja, karena pengukuran diameter pohon di lapangan akan lebih praktis

(50)

Dalam penggunaan tabel volume lokal, para pelaksana inventarisasi di

lapangan cukup mengukur diameter setinggi dada saja (1,30 meter di atas

permukaan tanah) tanpa harus mengukur tinggi pohon, sehingga dengan demikian

sudah dapat dihemat baik waktu, tenaga, dan biaya pelaksanaan kegiatan

inventarisasi di lapangan. Dengan mempertimbangkan faktor kesulitan

pengukuran tinggi pohon, maka model persamaan penduga volume yang

menggunakan peubah diameter setinggi dada dipilih sebagai persamaan yang

digunakan untuk penyusunan tabel volume. Tabel volume batang pohon sampai

diameter ujung 8 cm dan 5 cm yang disusun berdasarkan persamaan penduga

volume pohon dengan menggunakan peubah diameter setinggi dada dapat dilihat

dalam Lampiran 3.

Menurut Krisnawati dan Bambang (1998), tabel volume lokal adalah tabel

yang hanya menggunakan satu variabel (one way) sebagai pembuka (table entry),

yaitu diameter setinggi dada. Biasanya tabel lokal disusun sebagai tabel individu

pohon. Keuntungan tabel lokal ini adalah sederhana dan cepat penggunaannya

untuk inventore hutan karena dalam pelaksanaan inventarisasi cukup mengukur

diameter setinggi dada saja. Dengan demikian sudah dapat dihemat baik waktu,

tenaga dan biaya.

Sedangkan tabel volume standar (normal) adalah tabel yang menggunakan

dua variabel (two way), yaitu diameter setinggi dada dan tinggi pohon. Tabel ini

dapat disusun untuk satu individu pohon atau tegakan sebagai kelompok pohon

yang saling berinteraksi bahkan tabel ini dapat disusun untuk untuk sekelompok

tegakan yang terdiri atas beberapa jenis. Karena menggunakan diameter dan

(51)

lebih luas dibanding dengan tabel lokal, hal ini sesuai dengan pendapat Simon

(1996).

Tabel volume ini bersifat lokal yang berarti keberlakuan tabel ini khusus

untuk jenis Eucalyptus grandis di kawasan HPHTI PT. Toba Pulp Lestari Sektor

Tele dan atau kawasan HTI Eucalyptus grandis lainnya dengan kondisi dan tipe

hutan yang sama. Dapat diketahui bahwa limit diameter ujung yang masih

digunakan oleh PT. Toba Pulp Lestari untuk bahan baku pulp adalah sampai

diameter ujung 8 cm. Oleh karena itu tabel volume pohon yang telah disusun

sampai limit diameter ujung 5 cm dapat bermanfaat bagi perusahaan dimana

perusahaan akan dapat mengetahui berapa meter kubik volume kayu yang dipakai

untuk bahan baku pulp dan berapa meter kubik sisa kayu yang dapat dipakai

untuk manfaat-manfaat lain seperti arang, kayu bakar dan lain sebagainya.

D. 2. Uji kenormalan data dan uji keaditifan model (Heterokedasitas)

Menurut Sulaiman (2004), untuk mengetahui baik tidaknya suatu model

persamaan dapat diketahui melalui uji kenormalan data dan keaditifan model.

Syarat model persamaan penduga volume pohon yang baik adalah bila memenuhi

syarat kenormalan sisaan dan keaditifan model. Suatu model dikatakan memenuhi

syarat kenormalan sisaan apabila tampilan plot menunjukkan penyebaran data

yang mengikuti pola garis lurus (sampel atau pohon contoh berdistribusi normal).

Sedangkan syarat keaditifan model terpenuhi apabila tampilan plot menyebar

menurut pola acak. Tampilan masing-masing plot dapat dilihat pada gambar

(52)

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4. Tampilan plot uji kenormalan persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada.

Scatterplot

(53)

Suatu model dikatakan baik apabila memenuhi syarat kenormalan sisaan

dan keaditifan model. Tampilan plot pada Gambar 4 dan Gambar 5 diatas

menunjukkan bahwa uji visual kenormalan sisaan dan keaditifan dari persamaan

volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai fungsi dari

diameter setinggi dada sudah memenuhi syarat sebagai model persamaan yang

baik. Nilai sisaan dikatakan menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan

dengan probability normal-nya membentuk pola garis linear melalui pusat sumbu.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pola penyebaran data yang dihasilkan

membentuk garis lurus. Berarti syarat nilai sisaan yang menyebar secara normal

terpenuhi. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa tampilan plot yang dihasilkan

menyebar secara acak dan tidak membentuk pola, maka syarat keaditifan

terpenuhi.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(54)

Scatterplot

Gambar 7. Tampilan plot uji keaditifan persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi total.

Dari tampilan plot diatas dapat dilihat bahwa uji visual kenormalan sisaan

dan keaditifan dari persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung

8 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi total sudah memenuhi

syarat sebagai model persamaan yang baik. Tampilan plot yang menunjukkan

terpenuhinya syarat kenomalan ditunjukkan pada Gambar 6 karena membentuk

pola garis lurus, sedangkan Gambar 7 menunjukkan tampilan plot yang menyebar

menurut pola acak. Hal ini menunjukkan bahwa syarat keaditifan model

terpenuhi, dimana hubungan itu menunjukkan penyebaran data yang tidak

(55)

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 8. Tampilan plot uji kenormalan persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada.

Scatterplot

(56)

Dari gambar tampilan plot diatas dapat dilihat bahwa uji visual

kenormalan sisaan dan keaditifan dari persamaan volume batang pohon sampai

batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada sudah

memenuhi syarat sebagai model persamaan yang baik. Tampilan plot yang

menunjukkan terpenuhinya syarat kenomalan ditunjukkan pada Gambar 8 karena

membentuk pola garis lurus, sedangkan Gambar 9 menunjukkan tampilan plot

yang menyebar menurut pola acak. Hal ini menunjukkan bahwa syarat keaditifan

model terpenuhi, dimana hubungan itu menunjukkan penyebaran data yang tidak

membentuk pola.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(57)

Scatterplot

Gambar 11. Tampilan plot uji keaditifan persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi total.

Dari tampilan plot pada Gambar 7 dan Gambar 8 diatas dapat dilihat

bahwa uji visual kenormalan sisaan dan keaditifan dari persamaan volume batang

pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi

dada dan tinggi total sudah memenuhi syarat sebagai model persamaan yang baik.

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa pola penyebaran data yang dihasilkan

membentuk garis lurus. Berarti syarat nilai sisaan yang menyebar secara normal

terpenuhi. Model regresi dapat dipergunakan untuk menduga dengan baik apabila

asumsi keaditifan terpenuhi. Apabila hubungan itu menunjukkan penyebaran data

yang tidak membentuk pola maka keaditifan model terpenuhi. Pada Gambar 2

dapat dilihat bahwa tampilan plot yang dihasilkan tidak membentuk pola, maka

(58)

D. 3. Uji Multikolinieritas

Selain dari uji statistik diatas, untuk mengetahui baik tidaknya suatu model

dapat diketahui dengan melakukan uji multikolinieritas. Uji multikolinieritas

hanya dilakukan pada kasus regresi linier berganda yang memiliki peubah bebas

lebih dari satu. Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan

terjadinya hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas dan hubungan yang

terjadi cukup besar. Hal ini akan menyebabkan perkiraan keberartian koefisien

regresi yang diperoleh. Salah satu metode untuk mengetahui adanya

multikolinieritas adalah dengan persamaan varian inflasi (VIF). Persamaan varian

inflasi, jika memiliki nilai yang semakin besar maka menunjukkan

multikolinieritasnya akan lebih sederhana (Sulaiman, 2004).

Coeffi cientsa

-4. 205 .054 -77.545 .000

1.594 .059 .588 26.919 .000 .393 2.544

1.201 .058 .451 20.653 .000 .393 2.544

(Const ant)

Tabel 7. Factor Varian Inflasi (VIF) pada persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi total.

Berdasarkan sidik regresi pada Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa pada

persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai

fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi total diperoleh nilai factor varian

inflasi (VIF) sebesar 2,544, sehingga dapat disimpulkan bahwa efek

(59)

dikatakan suatu masalah apabila nilai factor varian inflasi (VIF) lebih besar dari 4

atau 5. Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa

persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 8 cm sebagai

fungsi dari diameter dan tinggi sudah memenuhi syarat sebagai model persamaan

penduga volume yang baik.

Coeffi cientsa

-4. 183 .055 -76.681 .000

1.573 .060 .583 26.419 .000 .393 2.544

1.207 .058 .456 20.641 .000 .393 2.544

(Const ant)

Dependent Variable: LOGV 5 a.

Tabel 8. Factor Varian Inflasi (VIF) pada persamaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari diameter setinggi dada dan tinggi total.

Sidik regresi pada Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa pada persamaan

volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi dari

diameter setinggi dada dan tinggi total diperoleh nilai factor varian inflasi (VIF)

sebesar 2,544, sehingga dapat disimpulkan bahwa efek multikolinieritas bukan

merupakan permasalahan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan

volume batang pohon sampai batas diameter ujung 5 cm sebagai fungsi diameter

(60)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Model pendugaan volume pohon Eucalyptus grandis di sektor Tele sampai

batas diameter ujung 8 cm dan 5 cm dengan diameter setinggi dada

sebagai berikut :

a. Log V8 = -3.813 + 2.546 log D atau V8 = 0.000153815 D2.546

koefisien korelasi (r) 0.940 dan koefisien determinasi (R2) 88,3%

b. Log V8 = -4.205 + 1.594 log D + 1.201 log T

atau V8 = 0.000062373 D1.594 T1.201

koefisien korelasi (r) 0.981 dan koefisien determinasi (R2) 96,3%

c. Log V5 = -3.788 + 2.530 log D atau V5 = 0.000162929 D2.530

koefisien korelasi (r) 0.938 dan koefisien determinasi (R2) 88,1%

d. Log V5 = -4.183 + 1.573 log D + 1.207 log T

atau V5 0.000065614 D1.573 T1.207

koefisien korelasi (r) 0.981 dan koefisien determinasi (R2) 96,2%

2. Tabel volume ini hanya berlaku untuk jenis tanaman Eucalyptus grandis di

kawasan HPHTI PT. Toba Pulp Lestari Sektor Tele dan atau kawasan HTI

Eucalyptus grandis lainnya dengan kondisi dan tipe hutan yang sama.

3. Guna kepraktisan di lapangan, model persamaan yang dipilih untuk

(61)

B. Saran

1. Pemilihan pohon contoh untuk penyusunan tabel volume harus

memperhatikan sebaran diameter dan tinggi pohon yang terwakili mulai

dari diameter terkecil sampai dengan diameter terbesar.

2. Sebaiknya tabel volume lokal yang tersusun hanya dipergunakan dalam

kegiatan inventarisasi dalam skala besar, tidak digunakan untuk menduga

Gambar

Tabel 1. Sumber-sumber benih yang diproduksi pada Nursery PT TPL, Tbk
Tabel 2. Luas areal PT. TPL, Tbk berdasarkan kemiringan 0-8% 9-15% 16-25%
Tabel 3. Kelas Kelerengan Areal PT. TPL, Tbk sektor Tele
Tabel 4. Sebaran pohon contoh Eucalyptus grandis berdasarkan kelas diameter dan tinggi pohon contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis pada setiap umur dengan pengukuran dan model terpilih .... Biomassa total akar per hektar pohon Eucalyptus grandis

Model yang telah diuji ini digunakan untuk menduga simpanan karbon per pohon dengan menggunakan tiga variabel yaitu data diameter batang, tinggi total dan luas tajuk tanaman

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jenis tanaman ekaliptus pada hutan tanaman industri (HTI) PT Toba Pulp Lestari sektor Aek Nauli cukup memberikan

Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi biomassa dan massa karbon tegakan Eucalyptus IND 47 pada umur 5 tahun dengan menggunakan persamaan allometrik di IUPHHK PT..

Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi biomassa dan massa karbon tegakan Eucalyptus IND 47 pada umur 5 tahun dengan menggunakan persamaan allometrik di IUPHHK PT..

Data tersebut antara lain data diameter, tinggi bebas cabang (Tbc), tinggi total (Ttot), dan berat basah batang, cabang, dan daun untuk selanjutnya dianalisis di

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gejala penyakit daun, mengukur tingkat intensitas serangan, luas serangan, serta reaksi tanaman (resistensi) terhadap

[r]