MODEL PENDUGA BIOMASSA DI ATAS PERMUKAAN
TANAH HUTAN TANAMAN JENIS EKALIPTUS
(Eucalyptus grandis) UMUR 7 TAHUN PADA
HTI PT TOBA PULP LESTARI, Tbk
SKRIPSI
Oleh:
JULIANI PARDOSI
021201011/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Model Penduga Biomassa di atas Permukaan Tanah Hutan Tanaman Jenis Ekaliptus (Eucalyptus grandis) Umur 7 Tahun pada HTI PT Toba Pulp Lestari, Tbk.
Nama : Juliani Pardosi
NIM : 021201011
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Onrizal, S. Hut., M. Si. Nurdin Sulistyono, S. Hut., M. Si.
Ketua Anggota
Mengetahui
ABSTRAK
JULIANI PARDOSI. Model Penduga Biomassa di atas Permukaaan Tanah Hutan Tanaman Tanaman Jenis Ekaliptus (Eucalyptus grandis) Umur 7 Tahun pada HTI PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Dibimbing oleh ONRIZAL dan NURDIN SULISTIYONO.
RIWAYAT HIDUP
Juliani Pardosi, dilahirkan di Munte pada tanggal 1 Juli 1984 dari
ayahanda Amir Pardosi, ST dan ibunda Rusti Sitorus. Penulis merupakan puteri
pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis hingga saat ini :
1. SD Negeri 2 di Munte Tamat Tahun 1996.
2. SLTP Negeri 1 di Munte Tamat Tahun 1999.
3. SMU Negeri 1 di Munte Tamat Tahun 2002.
Penulis melanjutkan studi di program studi Manajemen Hutan Departemen
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2002
melalui jalur khusus Panduan Minat dan Prestasi (PMP).
Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama perkuliahan adalah:
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS).
2. Melaksanakan Praktik Umum Kehutanan (PUK) di hutan Lau Kawar Desa
Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, dan hutan
Mangrove Desa Kayu Besar Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di HPHTI PT Toba Pulp Lestari,
Tbk, sektor Habinsaran, Kecamatan Parsoburan, Kabupaten Toba Samosir.
4. Melaksanakan penelitian di HPHTI PT Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Aek
Nauli, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Model
Penduga Biomassa di atas Permukaan Tanah Hutan Tanaman Jenis Ekaliptus
(Eucalyptus grandis) Umur 7 Tahun pada HTI PT Toba Pulp Lestari Tbk”.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
saudara-saudari yang membacanya, demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Komisi
Pembimbing saya Bapak Onrizal, S.Hut., M.Si. sebagai Ketua dan Bapak Nurdin
Sulistiyono, S.Hut., M.Si. sebagai Anggota yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pimpinan dan seluruh
karyawan PT. Toba Pulp Lestari yang sangat mendukung proses penyelesaian
skripsi ini. Akhir kata penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Medan, November 2007
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DARTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Eucalyptus grandis ... 4
Biomassa dalam Komunitas Hutan ... 6
Pendugaan dan Pengukuran Biomassa ... 7
Model Penduga Biomassa ... 10
Karbon ... 12
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat Penelitian ... 14
Peubah yang Diamati ... 14
Prosedur penelitian ... 15
1. Jenis Data ... 15
2. Prosedur Penelitian di Lapangan ... 15
3. Pengukuran di Laboratorium ... 17
4. Analisa Data ... 18
5. Uji Validasi Model ... 21
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak ... 23
Luas Areal ... 23
Keadaan Topografi, Geologi dan Tanah ... 24
Iklim ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tegakan Eucalyptus grandis ... 26
Kadar Air Pohon Contoh ... ..27
Penyusunan Persamaan Allometrik Biomassa Eucalyptus grandis ... ..28
Persamaan Allometrik Biomassa Batang ... ..28
Persamaan Allometrik Biomassa Daun ... .. 36 Persamaan Allometrik Biomassa Total ... .. 40
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 45 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Hal
1. Beberapa model regresi untuk penaksiran biomassa hutan tropis ... ....12
2. Persamaan allometrik biomassa batang Eucalyptus grandis ... ....28
3. Persamaan allometrik biomassa cabang Eucalyptus grandis ...32
4. Persamaan allometrik biomassa daun Eucalyptus grandis ...36
5. Persamaan allometrik biomassa total Eucalyptus grandis ...40
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Desain petak contoh untuk inventarisasi tegakan Eucalyptus ...16 2. Rata-rata pertumbuhan tegakan Eucalyptus grandis ...26 3. Grafik kadar air rata-rata per petak ukur ...27 4. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 1 ...30 5. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 2 ...30 6. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 3 ...30 7. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 4 ...30 8. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 5 ...30 9. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 6 ...30 10. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 7 ...30 11. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 1 ...31 12. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 2 ...31 13. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 3 ...31 14. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 4 ...31 15. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 5 ...31 16. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 6 ...31 17. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa batang
persamaan 7 ...31 18. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 1 ...34 19. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 2 ...34 20. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 3 ...34 21. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 4 ...34 22. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 6 ...34 24. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 7 ...34 25. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 1 ...35 26. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 2 ...35 27. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 3 ...35 28. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 4 ...35 29. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 5 ...35 30. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 6 ...35 31. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa cabang
persamaan 7 ...35 32. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 1 ...38 33. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 2 ...38 34. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 3 ...38 35. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 4 ...38 36. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 5 ...38 37. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 6 ...38 38. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 7 ...39 39. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 1 ...39 40. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 2 ...39 41. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 3 ...39 42. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 4 ...39 43. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 5 ...39 44. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 6 ...39 45. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa daun
persamaan 7 ...40 46. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa total
47. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 2 ...42 48. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 3 ...42 49. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 4 ...42 50. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 5 ...42 51. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 6 ...42 52. Tampilan plot uji keaditifan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 7 ...42 53. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 1 ...43 54. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 2 ...43 55. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 3 ...43 56. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 4 ...43 57. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 5 ...43 58. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa total
persamaan 6 ...43 59. Tampilan plot uji kenormalan persamaan allometrik biomassa total
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Peta PT Toba Pulp Lestari Tbk sektor Aek Nauli ... 48
2. Peta compartmen areal penelitian ... 49
3. Rata-rata pertumbuhan Eucalyptus grandis ... 50
4. Nilai kadar air setiap bagian pohon contoh Eucalyptus grandis ... 51
5. Hasil perhitungan biomassa pohon contoh Eucalyptus grandis ... 52
ABSTRAK
JULIANI PARDOSI. Model Penduga Biomassa di atas Permukaaan Tanah Hutan Tanaman Tanaman Jenis Ekaliptus (Eucalyptus grandis) Umur 7 Tahun pada HTI PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Dibimbing oleh ONRIZAL dan NURDIN SULISTIYONO.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan iklim lingkungan bumi yang disebabkan oleh perkembangan
tegnologi, kegiatan industri dan peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan
kegiatan alih guna lahan menyebabkan peningkatan emisi, karena berbagai
kegiatan ini melepas beberapa gas yang disebut sebagai gas rumah kaca (GRK) ke
atsmosfer bumi, salah satunya adalah karbondioksida (CO2). Gas-gas tersebut
memiliki sifat meneruskan cahaya matahari tetapi menyerap dan memantulkan
radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat panas sehingga suhu atsmosfer
bumi semakin meningkat mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim.
Fenomena ini dikenal sebagai efek rumah kaca (green house effect).
Assisi (2002) mengatakan bahwa sejak awal revolusi industri, konsentrasi
CO2 pada atmosfir bertambah mendekati 30 % dan konsentrasi asam nitrat 15 %.
Hal ini meningkatkan kemampuan menyaring panas pada atmosfir. Penggundulan
hutan yang melepaskan karbon dari pohon-pohon juga menghilangkan
kemampuan untuk menyerap karbon. 20 % emisi karbon disebabkan oleh tindakan
manusia dan memacu perubahan iklim. Sepanjang seratus tahun ini konsumsi
energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70 % energi dipakai oleh
negara-negara maju dan 78 % dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil.
Hutan memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 dari udara dan
kemudian menyimpannya dalam tegakan hutan sehingga dapat mengurangi kadar
dari lingkungannya melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis setelah
dikurangi respirasi dan yang dimangsa herbivora akan terakumulasi berupa
biomassa tumbuhan. Besarnya biomassa tumbuhan akan mempengaruhi
kandungan karbon tumbuhan tersebut. Jika karbon yang terdapat dalam tumbuhan
masuk ke lingkungan dapat menjadi bahan pencemar dan pada akhirnya akan
mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitarnya.
Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme
(tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam
ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh
karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa diukur
berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m2 atau ton per ha
(Brown, 1997).
Selama ini, potensi pohon hanya dihitung berdasarkan besarnya volume
kayu batang pohon yang dapat dimanfaatkan untuk industri-industri pengolahan
kayu yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sedangkan seberapa besar hutan
mampu memberikan kontribusi ekologi (pelindung atmosfir) belum begitu banyak
diperhitungkan (Indrawan, 1999). Ternyata, tidak hanya batang, bagian-bagian
pohon yang lain seperti cabang, ranting dan daun mempunyai peran besar dalam
menyimpan karbon. Whitmore (1985), menulis bahwa berat kering total dari suatu
komunitas tumbuhan, termasuk daun, cabang, batang dan akar disebut biomassa
tumbuhan. Berat kering tersebut meningkat oleh proses fiksasi dari atmosfer
Eucalyptus grandis adalah spesies unggulan yang dikembangkan dalam Hutan Tanaman Industri (HTI). E. grandis memiliki beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh dengan cepat, daya regenerasi tinggi, relatif tahan terhadap
kebakaran dan dapat tumbuh pada tanah yang subur sampai dengan kesuburan
rendah. Indonesia memiliki HTI E. grandis dengan luasan yang cukup luas sehingga E. grandis di Indonesia memiliki potensi simpanan biomassa yang besar. Oleh karena itu penelitian tentang penaksiran potensi biomassa HTI E. grandis ini diperlukan untuk menyediakan salah satu data potensi biomassa hutan Indonesia,
khususnya hutan tanaman E. grandis.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membangun model allometrik hubungan
antara biomassa batang, cabang dan daun dengan dimensi pohon (diameter dan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Eucalyptus grandis
Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta
Sud Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledone
Ordo : Myrtiflorae
Family : Myrtaceae
Genus : Eucalyptus
Species : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden
Eucalyptus termasuk jenis pepohonan yang cepat tumbuh, pada umur 7 tahun ia sudah bisa ditebang untuk dijadikan bahan baku pulp dan kertas
(Karyaatmadja, 2000). Riap volume tegakan Eucalyptus bergantung pada kepadatan (jumlah) pohon yang menyusun tegakan tersebut (degree of stocking), jenis, dan kesuburan tanah. Riap volume suatu pohon dapat dilihat dari kecepatan
tumbuh diameter, yang setiap jenis mempunyai laju (rate) yang berbeda-beda. Untuk semua jenis pada waktu muda umumnya mempunyai kecepatan tumbuh
diameter yang tinggi, kemudian semakin tua semakin menurun sampai akhirnya
berhenti. Untuk hutan tanaman biasanya pertumbuhan diameter huruf S karena
pada mulanya tumbuh agak lambat, kemudian cepat lalu menurun. Lambatnya
untuk menghindari percabangan yang berlebihan dan penjarangan yang belum
memberi hasil (tending thinnings) (Simon, 1996 dalam Latifah, 2004).
Jenis Eucalyptus termasuk jenis cepat menghasilkan biomassa, cepat menghasilkan serasah, dikhawatirkan cepat menyerap hara/mineral dari dalam
tanah. Serasah yang dihasilkan oleh Eucalyptus walaupun cepat dan banyak namun sangat lambat terdekomposisi, sehingga dikhawatirkan lambat dalam
mengembalikan hara tanah (Pudjiharta, 2001). Daun-daun Eucalyptus yang banyak mengandung atsiri sangat sulit bisa hancur sehingga ia membentuk
tumpukan serasah tebal. Serasah yang sulit dicerna itu mempercepat pengasaman
tanah yang pada gilirannya menghambat perkembangan mikro dan makro fauna
dan tumbuh-tumbuhan (bakteri dan jamur) yang merupakan sarana dalam proses
pembusukan (decomposition) serasah tadi (Karyaatmadja, 2000).
Eucalyptus L. Merit (Myrtaceae) merupakan marga besar tanaman yang terdiri dari sekitar 500 species pohon dan perdu. Namun sudah banyak juga jenis
yang dikenal dan dikembangkan antara lain Eucalyptus urophylla, E. alba
(ampupu), E. deglupta (leda), E. grandis (hooden gum), E. saligna (sidney blue) dan lain-lain. Daerah penyebarannya meliputi Australia, New Britain dan di
sekitar kepulauan Tazmania. Namun ada beberapa jenis yang dijumpai tumbuh
secara alami di beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT), Irian Jaya,
Sulawesi dan Timor-timur (Khaeruddin, 1999).
Jenis Eucalyptus merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Jenis Eucalyptus termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Kayunya
gergajian, konstruksi, finir, plywood, furniture dan bahan pembuat pulp dan
kertas. Oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan.
Tanaman ini dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan terhadap
serangan rayap. Jenis ini termasuk cepat pertumbuhannya terutama pada waktu
muda. Sistem perakaran yang sangat muda cepat sekali memanjang menembus ke
dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama
banyaknya dengan ke arah samping (Dephut, 1999).
Kayu Ekaliptus merupakan salah satu dari jenis tanaman yang
diprioritaskan untuk dikembangkan dalam program Hutan Tanaman Industri
(HTI), mengingat pertumbuhannya yang cepat dan kegunaannya sebagai bahan
baku industri pulp, kertas dan rayon (Martawijaya et al, 1986 dalam Tambunan, 2004).
B. Biomassa dalam Komunitas Hutan
Biomassa berasal dari kata bio artinya hidup dan mass artinya berat. Sehingga biomassa diartikan sebagai bobot bahan hidup. Brown (1997),
mendefenisikan biomassa sebagai jumlah bahan organik hidup dalam pohon
berdasarkan ton kering oven per unit area. Biomassa bisa dinyatakan dalam dalam
ukuran berat, seperti berat kering dalam gram, atau dalam kalori. Oleh karena
kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa diukur berdasarkan
berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m2 atau kg per ha atau ton per ha
juga menyatakan per satuan waktu, misalnya kg per ha per tahun (Barbour et al.,
1987 dalam Onrizal, 2004).
Biomassa dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu biomassa di atas
permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Lebih lanjut dikatakan bahwa biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan unsur organik per unit area di atas
permukaan tanah pada suatu waktu (Hairiah et al., 2001).
Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon di vegetasi
hutan sebab 50 % dari biomassa adalah karbon. Oleh karenanya, biomassa
menyatakan jumlah potensial karbon yang dapat ditambahkan ke atsmosfer ketika
hutan ditebang atau dibakar. Sebaliknya, melalui penaksiran biomassa dapat
dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat dipindahkan dari
atsmosfer dengan cara reboisasi atau penanaman (Brown, 1997).
Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah
perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan. Sedangkan iklim (curah
hujan dan temperature) mempengaruhi laju biomassa pohon, selain itu gradien
iklim juga menyebabkan perbedaan laju produksi bahan organik (Lugo dan
Snedaker, 1974 dalam Tambunan, 2004). Selain curah hujan dan temperatur yang mempengaruhi besarnya biomassa adalah kerapatan tegakan, komposisi tegakan
dan kualitas tempat tumbuh (Satoo dan Madgwick, 1982 dalam Tambunan, 2004).
C. Pendugaan dan Pengukuran Biomassa
Biomassa (berat kering oven) dari pohon dapat diukur secara langsung
bagian-bagiannya (kayu dengan ukuran yang berbeda-beda, daun dan buah), ditimbang
berat basah, kemudian sampel dari bagian-bagian tersebut dikering ovenkan untuk
menentukan kandungan kelembaban. Akan tetapi, keseluruhan percobaan ini
memakan waktu untuk menebang semua pohon, dan memprediksi nilai pohon
pada waktu yang akan datang (Stewart, et al, 1992).
Brown (1997) mengatakan ada dua pendekatan untuk menduga biomassa
dari pohon. Pendekatan pertama berdasarkan penggunaan dugaan volume pohon
kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian diubah menjadi kerapatan
biomassa (ton/ha). Pendekatan kedua adalah penentuan kerapatan biomassa
dengan menggunakan persamaan regresi biomassa berdasarkan diameter batang
pohon. Dasar dari persamaan regresi biomassa ini adalah hanya mendekati
biomassa per rata-rata pohon menurut sebaran kelas diameternya dimana dengan
menggabungkan sejumlah pohon pada setiap kelas diameter dan
menjumlahkannya (total) seluruh pohon untuk seluruh kelas diameter.
Chapman (1976) dalam Onrizal (2004) mengatakan bahwa secara garis besar metode pendugaan biomassa di atas permukaan tanah dapat dikelompokan
ke dalam dua golongan, yaitu:
1. Metoda Pemanenan
a. Metode pemanenan individu tanaman
Metode ini dapat digunakan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan
yang cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis yang sedikit.
Nilai total biomassa dengan metode ini diperoleh dengan menjumlahkan
b. Metode pemanenan kuadrat
Metode ini mengharuskan memanen semua individu tumbuhan dalam
suatu unit area contoh dan menimbangnya. Nilai total biomassa didapat
dengan mengkonversi berat bahan organik tumbuhan yang dipanen ke dalam
suatu unit area tertentu.
c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata
Metode ini cukup baik untuk tegakan dengan ukuran individu yang
seragam. Dengan metode ini pohon yang ditebang ditentukan berdasarkan
rata-rata diameternya dan ditimbang beratnya. Nilai total biomassa diperoleh
dengan menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon contoh yang ditebang
dengan jumlah individu pohon dalam suatu unit area tertentu atau jumlah
berat dari semua pohon contoh yang digandakan dengan rasio antara luas
bidang dasar dari semua pohon dalam suatu unit area dengan jumlah luas
bidang dasar dari semua pohon contoh.
2. Metode Pendugaan Tidak Langsung
a. Metode hubungan allometrik
Dalam metode ini beberapa pohon contoh dengan diameter yang
mewakili kisaran kelas-kelas diameter pohon dalam suatu tegakan ditebang
dan ditimbang beratnya. Berdasarkan berat berbagai organ dari contoh,
maka dibuat persamaan alometrik antara berat suatu organ dengan dimensi
pohon (tinggi dan diameter). Dalam penggunaan persamaan alometrik
total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan semua berat individu pohon
dalam suatu unit areal tertentu.
b. Crop meter
Pendugaan biomassa dengan metode ini menggunakan seperangkat
peralatan elektroda listrik. Secara praktis dua buah elektroda listrik diletakan
dipermukaan tanah pada suatu jarak tertentu kemudian biomassa
tumbuhan-tumbuhan yang terletak antara dua elektroda dapat dipantau dengan
memperhatikan electrical capacitance yang dihasilkan pada alat tersebut.
D. Model Pendugaan Biomassa
Mulyono (1991) dalam Tambunan (2004) mendefenisikan model sebagai abstraksi dari keadaan sebenarnya atau penyederhanaan realita sistem kompleks
dimana hanya faktor-faktor dominan atau komponen yang relevan dari masalah
yang dianalisis diikutsertakan yang menunjukkan hubungan langsung dalam
pengertian sebab akibat.
Model biomassa mensimulasikan penyerapan karbon melalui proses
fotosintesis dan penghilangan karbon melalui respirasi. Peyerapan karbon bersih
disimpan dalam organ tumbuhan. Fungsi dan model biomassa dipresentasikan
melalui persamaan dengan tinggi dan diameter pohon (Boer dan Ginting, 1996
dalam Onrizal, 2004).
Hubungan allometrik merupakan hubungan antara suatu peubah tak bebas
yang diduga oleh satu atau lebih peubah bebas, yang dalam hal ini diwakili oleh
volume pohon atau biomassa pohon dengan diameter dan tinggi total pohon.
Dalam hubungan ini, volume pohon atau biomassa pohon merupakan peubah tak
bebas yang besar nilainya diduga oleh diameter dan tinggi total pohon, yang
disebut sebagai peubah bebas. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam suatu
persamaan allometrik. Persamaan allometrik dapat disusun dengan cara
pengambilan contoh dengan melakukan penebangan dan perujukan dari berbagai
sumber pustaka yang mempunyai tipe hutan yang dapat diperbandingkan.
Persamaan tersebut biasanya menggunakan diameter pohon yang diukur setinggi
dada (Dbh) yang diukur 1,3 m dari permukaan tanah sebagai dasar. Persamaan
empirik untuk biomassa total W berdasarkan diameter D mempunyai sebuah
bentuk polinomial : W = a + bD + cD2 + dD3 atau mengikuti fungsi : W = aDb.
Setelah persamaan allometrik disusun, hanya diperlukan mengukur Dbh (atau
parameter lain yang digunakan sebagai dasar persamaan) untuk menaksir
biomassa satu pohon. Penaksiran biomassa total untuk seluruh pohon dalam
transek ukur dapat dikonversi menjadi biomassa dalam satuan ton per hektar
(Hairiah et al., 2001).
Pilihan persamaan model regresi untuk tujuan penaksiran biomassa harus
berdasarkan persamaan yang telah diketahui. Model yang telah banyak digunakan
secara luas adalah berdasarkan hukum allometrik pertumbuhan : loge Y = a + b
loge X, dimana Y adalah berat biomassa dan X adalah peubah penduga hasil
pengukuran seperti diameter pangkal atau diameter yang diukur setinggi dada
(Dbh) dengan berat, volume atau riap. Selain itu penaksiran dapat dilakukan
dengan memasukan pengukuran diameter dan tinggi pohon kedalam persamaan :
perhitungan berat biomassa dengan menggunakan berbagai dimensi pohon yang
diperlukan dari tegakan yang ada dalam wilayah contoh
(Chapman, 1976 dalam Adinugroho, 2002). Tabel 1 menunjukan beberapa persamaan allometrik untuk penaksiran biomassa pada hutan tropis.
Tabel 1. Beberapa model regresi untuk penaksiran biomassa hutan tropis.
Tipe iklim berdasarkan
curah hujan tahunan Persamaan R
2
-ajusted
Kering (<1500 mm) Y = 34,4703-8,0671D+0,6589D2 0,67
Lembab (1500-4000)
Y = 38,4908-11,7883D+1,1926D2 Y = exp [-3,1141+0,9719 ln (D2H)] Y = exp [-2,4090=0,9522 ln (D2HS)] H = exp (1,0701+0.5677 ln D)
0,78 0,97 0,99 0,61 Basah (>4000 mm) H = 13,2579-4,8945 D
Y = exp [-3,3012+0,9439 ln (D2H)] H = exp [1,2017+0,5627 ln D]
0,90 0,90 0,74 Sumber : MacDicken, 1997 dalam Onrizal, 2004.
Keterangan : Y = Biomassa per pohon dalam batang D = Dbh dalam cm
H = tinggi dalam m
S = Kerapatan kayu dalam ton/m3
E. Karbon
Penanaman pohon menghasilkan absorbsi CO2 dari udara dan menyimpan
karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau
dibakar. Hal ini disebabkan karena pada hutan yang dikelola dan ditanam akan
menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian
kecil biomassanya dipanen dan atau masak ke kondisi masak tebang atau
mengalami pembusukan (IPCC, 1995 dalam Onrizal, 2004).
Umumnya karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman (Brown,
diketahui sebagai masalah lingkungan, banyak ekolog tertarik untuk menghitung
jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Hutan tropika mengandung biomassa
dalam jumlah besar, oleh karena itu hutan tropika dapat menyediakan simpanan
penting karbon. Selain itu karbon tersimpan dalam serasah, batang pohon yang
jatuh ke permukaan tanah dan sebagai material sukar lapuk dalam tanah
(Whitmore, 1985).
Hutan mempunyai fungsi untuk memfiksasi karbon dan menyimpannya
dalam ekosistem yang tersimpan di dalam vegetasi yang dikenal dengan rosot
(sink) CO2, misalnya sebagai akibat peningkatan biomassa hutan dataran tinggi
dan hijau mempunyai sinks karbon bersihnya sekitar 0,74 ± 0,19 juta ton karbon/tahun. Hutan mempunyai potensi untuk menangkap CO2 dari udara yang
dinyatakan sebagai sequestration. Salah satu kriteria penyimpanan karbon adalah potansi karbon jangka panjang dalam biomassa hutan dan produk hutan
(Nabuurs & Mohren, 1995 dalam Onrizal, 2004).
Dewasa ini masyarakat menyadari bahwa selain fungsi hutan sebagai
penghasil, pengatur tata air, konservasi plasma nutfah, masyarakat juga mulai
mengenal fungsi hutan lainnya, yaitu fungsi sebagai penyedia atau gudang karbon
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal hutan tanaman Eucalyptus gandis PT Toba Pulp Lestari sektor Aek Nauli Kecamatan Girsang Sipangan Bolon daerah
Pemerintah Kabupaten Simalungun dan dilanjutkan di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan Jurusan Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilaksanakan mulai akhir bulan Juni sampai pertengahan Agustus 2007.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah pohon E. grandis pada umur 7 tahun dengan sampel bagian batang, cabang dan daun. Alat-alat yang dipergunakan
terdiri dari Clinometer, pita ukur, chain saw, parang, timbangan gantung, meteran,
kantung plastik, amplop besar, timbangan elektronik, oven, kalkulator, komputer
dengan program Minitab for Windows serta alat-alat tulis.
C. Peubah yang Diamati
Dalam penelitian ini besarnya biomassa yang diukur hanya mencakup
biomassa di atas tanah (biomassa batang, cabang dan daun). Sehingga
peubah-peubah tak bebas yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Biomassa batang : total berat kering batang utama.
2. Biomassa cabang : total berat kering keseluruhan bagian cabang.
Peubah-peubah bebas yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi :
1. Diameter setinggi dada (dbh) : diameter batang yang diukur pada
ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah.
2. Tinggi pohon bebas cabang : tinggi pohon dari pangkal pohon sampai
batas cabang pertama.
3. Tinggi total : tinggi pohon dari pangkal pohon sampai pucuk daun yang
paling tinggi.
D. Prosedur penelitian 1. Jenis Data
Data yang dipergunakan adalah data primer yang didapatkan dari hasil
inventarisasi langsung di lapangan terhadap dimensi-dimensi pohon. Dari
pohon berdiri, data yang dikumpulkan meliputi diameter dan tinggi pohon.
Dari pohon rebah data yang dikumpulkan meliputi diameter dan panjang (per
seksi) bagian batang, serta berat cabang dan berat daun.
2. Prosedur Penelitian di Lapangan a. Inventarisasi Tegakan
Sepuluh petak ukur (PU) berbentuk persegi dengan lebar petak ukur
sama dengan tinggi maksimum pohon yang akan ditebang yaitu 30 meter. Jadi
luas setiap petak ukur masing-masing berukuran 30 x 30 meter. Penempatan
PU pertama diletakkan secara sistematik dengan PU pertama diletakkan secara
PU1
30 m 30 m
30 m
PU2 PU3 PU4 PU5
PU6 PU7 PU8 PU9 PU10
cabang (Hbc) dan tinggi pohon total. Data ini akan digunakan dalam
penaksiran biomassa tegakan setelah model allometrik terbangun.
Gambar 1. Desain petak contoh untuk inventarisasi tegakan Eucalyptus (PU1-PU10; 30 x 30 m)
b. Pemilihan pohon yang ditebang
Setelah melakukan inventarisasi, kemudian melakukan pemilihan
pohon-pohon contoh untuk ditebang. Pemilihan pohon-pohon-pohon-pohon contoh dilakukan
secara acak, dengan kriteria keterwakilan variasi diameter, kelurusan batang,
dan bentuk percabangan pohon, serta kemudahan arah rebah pohon. Jumlah
pohon yang akan ditebang sebanyak 3 pohon pada tiap petak ukur, maka
jumlah keseluruhan pohon yang akan ditebang adalah 30 pohon.
c. Penebangan dan Penimbangan
Pohon-pohon contoh terpilih selanjutnya ditebang. Arah rebah pohon yang
ditebang diusahakan tidak mengenai pohon-pohon yang lain. Hal ini dilakukan
agar tidak merusak pohon-pohon yang tidak ditebang dan mengurangi
daun-daun yang berjatuhan akibat penebangan. Kemudian pohon tersebut
dipisahkan berdasarkan bagian-bagiannya, yaitu batang, cabang dan daun.
seksinya masing-masing 1 meter. Kemudian diukur diameter pangkal dan
ujung menggunakan pita ukur.
Selanjutnya dilakukan penimbangan seluruh bagian pohon, pada bagian
batang dikumpulkan data berat basah batang perseksi dan panjang bagian
batang per seksi, pada bagian cabang dan daun dikumpulkan data berat basah
melalui penimbangan.
d. Pengambilan contoh uji
Untuk keperluan penentuan kadar air dan kerapatan kayu, dilakukan
pengambilan contoh uji kayu. Pada bagian batang, contoh uji dikumpulkan
dengan cara mengambil potongan kayu berbentuk piringan (disk) dari bagian
pangkal, tengah dan ujung batang. Kemudian dari setiap potongan kayu
berbentuk piringan (disk) tersebut dibuat contoh uji berbentuk kubus dengan
ukuran 2x2x2 cm. Selanjutnya contoh uji tersebut ditimbang untuk
mengetahui berat basah rata-ratanya. Untuk cabang dan daun, contoh uji
dikumpulkan masing-masing seberat 300 gr. Pengambilan contoh uji
dilakukan sebanyak 3 ulangan dari setiap bagian pohon.
3. Pengukuran di Laboratorium a. Persiapan contoh uji
Contoh uji yaitu pohon yang dikelompokkan berdasarkan bagian batang,
cabang dan daun.
b. Pengukuran kadar air
Contoh uji ditimbang dengan timbangan elektronik untuk mengetahui
dengan 3 ulangan tersebut dioven dengan suhu 105 ± 3 ºC hingga mencapai
berat konstan (berat kering).
Nilai kadar air dari contoh uji dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
BKT BKT Bo
KA= − ...(Haygreen dan Bowyer, 1996)
Keterangan : KA = kadar air
Bo = berat awalcontoh uji (g)
BKT = berat kering tanur bagian pohon (g)
c. Biomassa pohon Contoh
Kadar air tiap-tiap bagian pohon yang telah diketahui digunakan untuk
menghitung biomassa bagian-bagian pohon. Penentuan biomassa dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BKT = [BB / (1 + (% KA/100))]... (Haygreen dan Bowyer, 1996)
Keterangan:
BKT = berat kering tanur bagian pohon (g) % KA = persentase kadar air
BB = berat basah bagian pohon (g)
4. Analisis Data
a. Penyusunan Model Allometrik Pendugaan Biomassa Bagian Pohon
Untuk melakukan penaksiran biomassa pohon E. grandis disusun suatu persamaan allomatrik biomassa pohon E. grandis. Persamaan-persamaan allometrik tersebut dipisahkan menjadi persamaan allometrik biomassa
batang, persamaan allometrik biomassa cabang, persamaan allometrik
Persamaan-persamaan yang akan diuji adalah pesamaan-persamaan
yang menggunakan satu peubah bebas dan dua peubah bebas. Peubah bebas
yang digunakan adalah diameter, diameter dan tinggi bebas cabang serta
diameter dan tinggi total. Persamaan-persamaan yang diujicobakan adalah
sebagai berikut :
Persamaan dengan satu peubah bebas (1) B = a + bD (MacDicken, 1997) (2) B = aDb(Brown, 1997)
(3) B = a + bD + cD2 (Brown, 1997) Persamaan dengan dua peubah bebas
(1) B = aDbHc (Ogawa dalam Adinugroho, 2002) (2) B = a + bD2H (Brown, 1997)
(3) B = aDbHbcc (Ogawa dalam Adinugroho 2002)
(4) B = a + bD2Hbc (Brown, 1997)
Keterangan:
B = biomassa (kg)
D = diameter setinggi dada (dbh, cm) a, b, c = koefisien elevasi
H = tinggi (m)
Hbc = tinggi bebas cabang (m)
b. Pemilihan Model Allometrik Terbaik untuk Pendugaan Biomassa Pohon
Dari model-model yang disusun dilakukan pemilihan model yang terbaik
yang akan digunakan dengan kriteria simpangan baku (s), koefisien
determinasi (R2), dan koefisien determinasi yang disesuaikan (R2 adjusted). Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang menghasilkan nilai s terkecil
1. Perhitungan simpangan baku (s)
Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan
terhadap nilai aktual (sebenarnya). Dalam uji statistik dibandingkan
beberapa persamaan sehingga diperoleh nilai s yang terkecil, yang
menunjukan bahwa nilai dugaan berdasarkan persamaan yang disusun
mendekati nilai aktual. Dengan kata lain, semakin kecil nilai s maka
semakin tepat nilai dugaan yang diperoleh. Nilai s ditentukan dengan
rumus :
) p n (
) Y Y ( s
2 i a
− −
=
∑
……… (Draper dan Smith, 1992)Keterangan :
s = simpangan baku
Ya = nilai biomassa sesungguhnya
Yi = nilai biomassa dugaan
(n-p) = derajat bebas sisa
2. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi mencerminkan besar nilai peubah tak bebas yang
dapat diterangkan oleh peubah bebas. Nilai koefisien determinasi dengan
membandingkan JKr dengan JKt yang akan diperoleh dari daftar analisa
sidik ragam untuk persamaan regresi. Nilai R2 dinyatakan dalam persen
(%) yang berkisar antara 0 % sampai 100 %. Semakin tinggi nilai R2,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi keragaman peubah
tak bebas Y dapat dijelaskan oleh peubah bebas X. Nilai R2 ditentukan
2 _
3. Perhitungan koefisien determinasi yang disesuaikan (R2adjusted)
Koefisien determinasi yang disesuaikan adalah nilai koefisien determinasi
yang telah disesuaikan terhadap derajat bebas JKS dan JKTT. Kriteria
statistik pada R2 adjusted sama dengan R2, dimana semakin tinggi R2
adjusted, maka semakin tinggi pula keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y dan peubah bebas X. Nilai R2adjusted ditentukan dengan rumus :
JKTT = jumlah kuadrat total terkoreksi (n-p) = derajat bebas sisa
(n-1) = derajat bebas total
5.Uji Validasi Model
Tujuan membuat uji validasi model adalah untuk melihat kemampuan
model dalam menduga sekelompok data baru (yang tidak diikutsertakan dalam
pembentukan modelnya) yang memiliki keadaan yang relatif sama dengan
keadaan data yang dipakai untuk pembentukan modelnya.
Kriteria penentuan ketelitian model dilakukan melalui perhitungan
simpangan agregatif (SA) dan simpangan rata-rata (SR) dengan rumus sebagai
SA = {( ∑ Bd- ∑ Ba ) / ∑ Bd}x 100%
SR = [∑ |(Bd– Ba) / Bd| x 100%] / N
Keterangan :
Ba = Biomassa awal Bd = Biomassa dugaan N = Jumlah pohon contoh
Dengan ketentuan model dikatakan baik apabila SA < 1% dan SR < 10%
(Spur, 1952).
Sebagai kriteria pertimbangan model terbaik, syarat kenormalan
penyebaran sisaan dan keaditifan model juga harus terpenuhi. Model dapat
digunakan dengan baik apabila sisaan menyebar membentuk garis linear dan
uji keaditifan terpenuhi jika tampilan plot sisaan dan Y dugaannya tidak
membentuk pola.
Untuk mengetahui baik tidaknya suatu model persamaan dapat juga
dilihat melalui uji multikolonieritas. Multikolonieritas adalah kejadian yang
menginformasikan terjadinya hubungan-hubungan antara variabel-variabel
bebas dan hubungan yang terjadi cukup besar. Uji multikolinieritas hanya
dilakukan pada kasus regresi linier berganda yang memiliki peubah bebas
lebih dari satu.
Uji keabsahan model merupakan uji terakhir dilakukan dalam
pemilihan model yang terbaik dan sekaligus juga untuk menentukan cara
pendekatan terbaik dalam pemecahan masalah dalam penelitian, selain
faktor-faktor kekonsistenan dalam penerimaan model tertentu pada setiap kali
membangun model, kepraktisan pemakaian model dan kemudahan
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak
Penelitian dilakukan di areal Hutan Tanaman Eucalyptus grandis PT Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Aek Nauli. Secara administrasi pemerintahan sektor
Aek Nauli termasuk dalam wilayah Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera
Utara dan termasuk dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) IV
Simalungun, Dinas Kehutanan Provinsi Istimewa I Sumatera Utara. Aek Nauli
meliputi 5 kecamatan yaitu: Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, G.
Sipangan Bolon dan Jorlang Hataran.
Luas Areal
Dalamrangka penyediaan bahan baku industri PT Toba Pulp Lestari di
beri Pemanfaatan Kayu (IPK) Pinus berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.
236/KPTS-IV/1984 sebagai sumber bahan baku jangka pendek dan Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sesuai SK Menteri Kehutanan No.
493/KPTS-II/1992 seluas 269.060 Ha sebagai sumber bahan baku jangka panjang.
PT Toba Pulp Lestari terletak di desa Sosor Ladang, Porsea yang terletak 223 km
dari kota Medan.
Sektor Aek Nauli terdiri dari beberapa estate (blok kerja) yaitu:
1. Estate Aek Nauli
2. Estate Siapas-apas
3. Estate Gorbus
5. Estate Huta Tonga
Untuk sektor Aek Nauli berdasarkan audit dan kajian lapangan terdapat
2 jenis tanaman Eucalyptus yang potensial dikembangkan dan dimanfaatkan untuk penanaman dengan jenis tanaman yaitu E. grandis dan E. urophylla.
Keadaan Topografi, Geologi dan Tanah
Keadaan topografi secara umum dapat diklasifikasikan atas areal datar,
bergelombang dan berbukit. Sektor Aek Nauli mempunyai kelas kelerengan
berturut-turut yaitu 0% - 8% (datar) dengan luas 5.963,6 Ha; 8% - 15% (landai)
dengan luas 5.458,1 Ha; 15% - 25% (bergelombang) dengan luas 7.139,3 Ha;
25% - 40% (curam) dengan luas 3.047,7 Ha; dan >40% (sangat curam) dengan
luas 927,3 Ha.
Areal kerja yang mengalami aktivitas vulkanik selama periode ketiga
dan sebagian besar tanah-tanah tersebut terdiri dari bahan induk ”vulcanic tuff”.
Sedimendasi batu-batuan lapisan bawah memperlihatkan karakteristik metamorfik
yang menghasilkan batu-batuan.
Jenis-jenis tanah yang terdapat disini adalah podsoik cokelat, podsolik
coklat kuning, podsolik cokelat kelabu yang dihasilkan bahan tuff dan umumnya masam. Juga terdapat jenis litosol dan regosol yang dihasilkan dari bahan induk
Iklim
Sektor Aek Nauli memiliki curah hujan rata-rata 2340 mm/th, dengan
tipe iklim A (sangat basah) dimana bulan tertinggi adalah Desember dan bulan
terendah adalah Juni. Suhu udara rata-rata adalah 19,8 ºC dengan suhu maksimum
23,0 ºC dan suhu minimum 16,8 ºC. Kelembaban relatif berkisar antara 49,6% -
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, WC. 2002. Model Penaksiran Biomassa Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur PT. Perhutani Unit III Jawa Barat. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anonim, 2005. Standard Operating Procedure. Penerbit Canisius, Jakarta.
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest, a Primer. FAO Forestry Paper 134, FAO. Rome.
Darwo, A. Sukmana, S. Hidayat dan Purwanto. 1998. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan, Pematang Siantar.
Departemen Kehutanan. 1999. Pedoman Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersil. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta.
Draper, N., dan Smith, H. 1992. Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hairiah K, M Van Noorddjik, Cheryl Palm. 1999. Methods for Sampling Above and Below-Ground Organic Pools in Modelling Global Change Impacts on the Soil Inveroment. IC-SEA Report No. 6 BIOTROP-GCTE/Impacts Centre for Soutest Asia, Bogor, Indonesia.
Haygreen JG dan JL Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu (Suatu Pengantar), edisi 4. UGM Press.
Heriansyah, I. 2005. Potensi Hutan Tanaman Industri dalam Mensequester Karbon: Studi Kasus di Hutan Tanaman Akasia dan Pinus. Buletin Inovasi Vol. 3/XVII/2005.
Indrawan, 1999. Pendugaan Biomassa Pohon dengan Model Branching pada Hutan Sekunder di Rantau Padan Jambi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Karyaatmadja, B., IBP. Parthama, AP. Tampubolon dan Darwo, 2000. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan, Pematang Siantar.
Khaeruddin, 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Cetakan 2. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Onrizal, 2004. Model Penduga Biomassa dan Karbon Tegakan Hutan Kerangas di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pudjiharta, AG. 2001. Pengaruh Hutan Tanaman Industri Eucalyptus terhadap Tata Air di Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan No. 628/2001. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.
Spur, SH., 1952. Forest Inventory. The Ronald Press Company. New York.
Stewart, JL., AJ. Duston, JJ. Hellin, and CE. Heeghes, 1992. Wood Biomass Estimation of Central American Dry Zone Species. Oxford Forestry Institude. Department of Plant sciences. University of Oxford.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tegakan Eucalyptus grandis
Rata-rata pertumbuhan diameter dan tinggi tegakan Eucalyptus grandis pada tiap petak ukur dapat dilihat pada Gambar 2. Rata-rata diameter dan tinggi terkecil
terdapat pada petak ukur ke 3 dengan diameter sebesar 15,32 cm dan tinggi sebesar
21,51 m, sedangkan rata-rata diameter dan tinggi terbesar terdapat pada petak ukur ke
8 dengan diameter sebesar 17,93 cm dan tinggi sebesar 23,02 m (Lampiran 3).
0
Diameter Rata-rata (cm) Tinggi Rata-rata (m) Jumlah Pohon (ind)
Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan tegakan Eucalyptus grandis
Sesuai dengan Standart Operating Prosedure (SOP) pada PT Toba Pulp
Lestari, penanaman jenis E. grandis umumnya menggunakan jarak 3 x 2,5 m. Jadi pada setiap petak ukur seluas 30 x 30 meter rata-rata sebanyak 120 pohon. Namun,
pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa jumlah pohon pada setiap petak ukur tidak
mencapai 120 pohon. Ini dikarenakan ada pohon yang tidak tumbuh pada areal
Areal penelitian adalah areal bertegakan E. grandis berumur 7 tahun, dimana PT Toba Pulp Lestari menetapkan bahwa tegakan E. grandis pada umur ini sudah masak tebang. Areal penelitian merupakan areal yang cukup datar, sehingga diameter
dan tinggi pohon hampir sama.
Kadar Air Pohon Contoh
Hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa terdapat variasi kadar air
berdasarkan bagian pohon, dimana daun mempunyai kadar air tertinggi yaitu nilai
rata-rata yang berkisar antara 80-246 %, sedangkan bagian pohon yang mengandung
kadar air terendah adalah batang (Gambar 3). Nilai kadar air masing-masing pohon
dapat dilihat pada Lampiran 4.
112.
Gambar 3. Grafik kadar air rata-rata per petak ukur
Penyusunan Persamaan Allometrik Biomassa Eucalyptus grandis
Persamaan allometrik biomassa dibangun untuk melakukan penaksiran besar
biomassa bagian atas permukaan tanah total. Persamaan tersebut menyatakan
hubungan antara biomassa dengan dimensi pohon seperti diameter, tinggi bebas
Biomassa pohon dikelompokkan menjadi biomassa batang, biomassa cabang,
biomassa daun dan biomassa total. Masing-masing mempunyai persamaan allometrik
tersendiri.
1. Persamaan Allometrik Biomassa Batang
Hasil ujicoba model allometrik penduga biomassa batang dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Persamaan allometrik biomassa batang Eucalyptus grandis
Persamaan s
R2 (%)
R2 adj (%)
Kriteria Performasi SA (%)
SR (%) s
R2 adj
(%) Jlh
1 B = - 124 + 14,6 D 27,93 77,4 76,6 - - - 0,69 1,69
2 B = 0,38 D2,03 0,09 79,9 79,1 1 5 6 0,83 0,66
3 B = - 35,6 + 3,99 D + 0,31 D2 29,70 78,4 76,8 - - - 0,02 0,17
4 B = 0,1 D1,52 H0,892 0,09 81,8 80,5 1 3 4 1,61 1,45
5 B = 24,2 + 0,01 D2H 25,004 81,9 81,2 2 2 4 0,05 0,38
6 B = 0,16 D1,77 Hbc0,58 0,09 83,8 82,6 1 1 2 3,15 2,62
7 B = 12,4 + 0,02 D2Hbc 25,62 81,0 80,3 3 4 7 0,10 0,36
Untuk memilih persamaan allometrik biomassa batang E. grandis terbaik berdasarkan nilai statistik, yang ditunjuk pada Tabel 2, dilakukan pengurutan
performasi untuk setiap persamaan berdasarkan persamaan yang mempunyai nilai s
terkecil dan R2adjusted terbesar.
Berdasarkan kriteria statistik, diamati bahwa persamaan
B = 0,16 D1,77 Hbc0,58 mempunyai performasi yang paling baik. Dari Tabel 2 dapat
diamati bahwa persamaan B = 0,16 D1,77 Hbc0,58 tersebut mempunyai nilai s terkecil,
yaitu sebesar 0,09 dan nilai R2adjusted terbesar yaitu sebesar 82,6 %. Persamaan ini mempunyai nilai Simpangan Agregatif (SA) sebesar 3,15 % dan nilai Simpangan
Rata-rata (SR) sebesar 2,62 %. Menurut Spur (1952), suatu persamaan regresi
Persamaan B = 0,16 D1,77 Hbc0,58 adalah persamaan yang menggunakan dua
peubah bebas, yaitu diameter dan tinggi bebas cabang. Selain kriteria statistik
persamaan allometrik juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kepraktisan,
keefisienan dan kemudahan dalam pengumpulan data peubah bebas model.
Didasarkan alasan kepraktisan, keefisienan dan kemudahan pengumpulan
data-data peubah bebas model maka allometrik biomassa batang terpilih adalah
persamaan B = 0,38 D2,03. Persamaan ini memiliki nilai R2adjusted sebesar 79,1 % sehingga persamaan ini masih cukup baik dalam pendugaan biomassa batang E. grandis, karena angka tersebut menunjukkan bahwa 79,1 % dari keragaman biomassa batang yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas diameter. Nilai SA dari persamaan
ini lebih dari 1% yaitu sebesar 0,83 % yang menunjukkan adanya ketelitian, serta nilai
SR sebesar 0,66 % juga menunjukkan adanya ketelitian model, karena nilainya
kurang dari 10%.
Sebagai kriteria pertimbangan model terbaik, syarat kenormalan penyebaran
sisaan dan keaditifan model harus terpenuhi. Model dapat digunakan dengan baik
apabila sisaan menyebar membentuk garis linear dan uji keaditifan terpenuhi jika
tampilan plot sisaan dan Y dugaannya tidak membentuk pola. Tampilan plot uji
keaditifan dapat dilihat pada Gambar 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10, sedangkan tampilan plot
uji kenormalan dapat dilihat pada Gambar 11, 12, 13, 14, 15, 16 dan 17. Tampilan
plot uji keaditifan (Gambar 5) dari persamaan B = 0,38 D2,03 menyebar dan tidak
membentuk pola, sedangkan uji kenormalan (Gambar 12) mengikuti garis linear. Jadi
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B btg)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values
(response is B btg)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B btg)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is B btg)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B btg)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is B btg)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B btg)
Gambar 4. Tampilan plot uji keaditifan biomassa batang persamaan 1
Gambar 6. Tampilan plot uji keaditifan biomassa batang persamaan 3
Gambar 8. Tampilan plot uji keaditifan biomassa batang persamaan 5
Gambar 5. Tampilan plot uji keaditifan biomassa batang persamaan 2
Gambar 7. Tampilan plot uji keaditifan biomassa batang persamaan 4
Gambar 9. Tampilan plot uji keaditifan biomassa batang persamaan 6
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B btg)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B btg)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is log B btg)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B btg)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is log B btg)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B btg)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is log B btg)
Gambar 11. Tampilan plot uji kenormalan biomassa batang persamaan 1
Gambar 13. Tampilan plot uji kenormalan biomassa batang persamaan 3
Gambar 15. Tampilan plot uji kenormalan biomassa batang persamaan 5
Gambar 12. Tampilan plot uji kenormalan biomassa batang persamaan 2
Gambar 14. Tampilan plot uji kenormalan biomassa batang persamaan 4
Gambar 16. Tampilan plot uji kenormalan biomassa batang persamaan 6
2. Persamaan Allometrik Biomassa Cabang
Hasil uji coba model penduga biomassa cabang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persamaan allometrik biomassa cabang Eucalyptus grandis
No Persamaan s
R2 (%)
R2 adj (%)
Kriteria Performasi SA (%)
SR (%)
s
R2 adj
(%) Jlh
1 B = - 9,32 + 0,88 D 3,09 50,2 48,4 - - - 0,82 8,86
2 B = 0,002 D2,71 0,21 59,4 57,9 2 2 4 10,93 9,81
3 B = 0,70 – 0,33 D + 0,04 D2 3,11 51,1 47,5 3 4 7 0,13 0,82 4 B = 0,00003 D1,16 H2,75 0,19 67,0 64,6 1 1 2 9,33 9,21 5 B = - 0,65 + 0,0009 D2H 2,89 56,3 54,8 - - - 0,09 1,29 6 B = 0,003 D2,81 Hbc0,239 0,21 59,7 56,7 2 3 5 11,61 10,59 7 B = - 0,61 + 0,001 D2Hbc 3,26 44,4 42,4 - - - 0,13 4,35
Untuk mengetahui persamaan allometrik terbaik dilakukan dengan menguji
beberapa persamaan. Persamaan-persamaan tersebut dibagi menjadi persamaan yang
menggunakan satu peubah bebas yaitu diameter, dan persamaan yang menggunakan
dua peubah bebas yaitu diameter dan tinggi (tinggi total atau tinggi bebas cabang).
Persamaan yang memenuhi syarat statistik adalah persamaan yang menghasilkan
simpangan baku (s) terkecil dan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan
(R2adjusted) terbesar.
Untuk memilih persamaan allometrik biomassa cabang yang terbaik
berdasarkan nilai statistik, dilakukan pengurutan performasi untuk setiap persamaan
berdasarkan persamaan yang mempunyai nilai s terkecil dan R2adjusted terbesar.
Berdasarkan kriteria statistik, dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa persamaan
B = 0,00003 D1,16 H2,75 mempunyai performasi yang paling baik dimana persamaan
tersebut mempunyai nilai s terkecil yaitu 0,19 dan nilai R2adjusted terbesar yaitu 64,6 %. Persamaan ini mempunyai nilai Simpangan Agregatif (SA) lebih dari 1%
yaitu sebesar 9,33 % dan nilai Simpangan Rata-rata (SR) kurang dari 10 % yaitu
Jika dibandingkan dengan persamaan yang memiliki satu peubah yaitu
persamaan B = 0,002 D2,71, persamaan B = 0,00003 D1,16 H2,75 hanya meningkatkan
R2adjusted sebesar 6,7%. Penambahan nilai ketelitian sebesar 6,7% tentu tidak sebanding dengan kesulitan dalam pemenuhan peubah bebas tinggi total ke dalam
persamaan penduga biomassa cabang dengan dua peubah sebagai persamaan terbaik.
Persamaan B = 0,002 D2,71 memiliki nilai R2adjusted sebesar 57,9%, artinya peubah bebas diameter dapat menjelaskan 57,9% dari keragaman biomassa cabang, dan nilai
SR kurang dari 10% yaitu sebesar 9,81% yang menunjukkan bahwa persamaan masih
bisa dikatakan baik.
Syarat model yang baik adalah bila memenuhi kenormalan sisaan dan
keaditifan model. Suatu model dikatakan memenuhi syarat kenormalan sisaan apabila
tampilan plot menunjukkan penyebaran data yang membentuk pola garis lurus.
Sedangkan syarat keaditifan model terpenuhi apabila tampilan plot menyebar menurut
pola acak. Gambar 18, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24 menunjukkan tampilan plot dari
setiap persamaan yang menyebar menurut pola acak. Hal ini menunjukkan bahwa
syarat keaditifan model terpenuhi, dimana plot menyebar. Sedangkan tampilan plot
yang menunjukkan terpenuhinya syarat kenomalan dari setiap persamaan ditunjukkan
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values
(response is B cbg)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B cbg) Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is B cbg)
Gambar 18. Tampilan plot uji keaditifan biomassa cabang persamaan 1
Residuals Versus the Fitted Values (response is B cbg)
Gambar 20. Tampilan plot uji keaitifan biomassa cabang persamaan 3
Residuals Versus the Fitted Values (response is B cbg)
Gambar 22. Tampilan plot uji keaditifan biomassa cabang persamaan 5
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B cbg)
Gambar 19. Tampilan plot uji keaditifan biomassa cabang persamaan 2
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B cbg)
Gambar 21. Tampilan plot uji keaditifan biomassa cabang persamaan 4
Gambar 23. Tampilan plot uji keaditifan biomassa cabang persamaan 6
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B cbg) Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B cbg)
Gambar 25. Tampilan plot uji kenormalan biomassa cabang persamaan 1
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B cbg)
Gambar 27. Tampilan plot uji kenormalan biomassa cabang persamaan 3
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B cbg)
Gambar 29. Tampilan plot uji kenormalan biomassa cabang persamaan 5
Normal Probability Plot of the Residuals (response is log B cbg)
Gambar 26. Tampilan plot uji kenormalan biomassa cabang persamaan 2
Normal Probability Plot of the Residuals (response is log B cbg)
Gambar 28. Tampilan plot uji kenormalan biomassa cabang persamaan 4
Normal Probability Plot of the Residuals (response is log B cbg)
Gambar 30. Tampilan plot uji kenormalan biomassa cabang persamaan 6
3. Persamaan Allometrik Biomassa Daun
Beberapa model allometrik penduga biomassa daun diujiobakan untuk dapat
memperoleh satu model penduga biomassa daun terbaik. Hasil uji coda tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persamaan allometrik biomassa daun Eucalyptus grandis
No Persamaan s R2 (%)
R2 adj (%)
Kriteria Performasi SA (%)
SR (%) s
R2 adj
(%) Jumlah
1 B = - 1,60 + 0,174 D 0,85 34,5 32,1 - - - 0,13 2,56
2 B = 0,0004 D2,77 0,21 59,9 58,5 3 3 6 9,98 11,44
3 B = - 6,08 + 0,72D – 0,02 D2 0,84 37,9 33,3 - - - 0,11 20,76
4 B = 0,00001 D1,37 H2,48 0,20 65,9 63,4 2 2 4 8,61 9,79
5 B = 0,200 + 0,0002 D2H 0,85 34,2 31,9 5 5 10 0,08 3,99
6 B = 0,00007 D2,25 Hbc1,19 0,19 66,5 64,0 1 1 2 10,69 10,05 7 B = 0,023 + 0,0003 D2Hbc 0,84 35,9 33,6 4 4 8 0,14 3,68
Untuk memilih persamaan allometrik biomassa daun yang terbaik berdasarkan
kriteria statistik, yang ditunjukkan pada Tabel 4, dilakukan pengurutan performasi
untuk setiap persamaan mulai persamaan yang mempunyai nilai s terkecil dan
R2adjusted terbesar.
Berdasarkan kriteria statistik dari tabel dapat diamati bahwa persamaan
B = 0,00007 D2,25 Hbc1,19 adalah persamaan allometrik yang paling baik dalam
menduga biomassa daun E. grandis, karena memiliki nilai s terkecil yaitu 0,19 dan nilai R 2adjusted terbesar yaitu sebesar 64 %. Persamaan ini memiliki nilai SA lebih dari 1 % yaitu sebesar 10,69 %, yang menunjukkan kurangnya ketelitian model,
namun nilai SR kurang dari 10 % yaitu sebesar 8,06 %, yang menunjukkan model
masih dapat dikatakan baik.
Dalam pemilihan persamaan terbaik perlu pula diperhatikan faktor
kepraktisan, keefisienan dan kemudahan dalam pengumpulan data-data peubah bebas
dalam persamaan. Adanya peubah bebas tinggi bebas cabang pada persamaan yang
diukur terlebih dahulu. Hal ini tentu akan menambah waktu dan tenaga dalam
pengumpulan data yang dibutuhkan dalam persamaan, jika dibandingkan dengan
persamaan yang hanya membutuhkan peubah bebas diameter saja. Selain itu jika
dibandingkan dengan persamaan allometrik dengan satu peubah bebas yaitu
persamaan B = 0,0004 D2,77, persamaan peubah bebas tinggi bebas cabang hanya
menambah nilai R2adjusted sebesar 5,5 % saja. Hal ini dapat diamati pada Tabel 4. Penambahan nilai ketelitian R2adjusted sebesar 5,5 % tentu tidak sebanding dengan kesulitan dalam pemenuhan peubah bebas tinggi bebas cabang ke dalam persamaan
penduga biomassa daun dengan dua peubah sebagai persamaan terbaik.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka persamaan allometrik biomassa
daun E. grandis yang dipilih adalah persamaan B = 0,0004 D2,77 yang menggunakan satu peubah bebas. Persamaan B = 0,0004 D2,77 menghasilkan nilai R2adjusted sebesar 58,5 %. Hal ini berarti jika model ini digunakan, 58,5 % dari keragaman biomassa
daun yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas diameter.
Model regresi dapat dipergunakan dengan baik apabila salah satu asumsi
penting mengenai kenormalan dapat terpenuhi. Oleh karena itu perlu dilihat apakah
nilai sisaan tersebut menyebar normal atau tidak. Uji visual kenormalan sisaan dari
setiap persamaan dapat dilihat pada Gambar 32, 33, 34, 35, 36, 37 dan 38. Nilai sisaan
dikatakan menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan dengan probability normal-nya membentuk pola garis linear melalui pusat sumbu. Dari Gambar-gambar tersebut dapat dilihat bahwa pola penyebaran data yang dihasilkan membentuk garis
lurus. Berarti syarat nilai sisaan yang menyebar secara normal terpenuhi, termasuk
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is B dn)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is B dn)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is B dn)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B dn)
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values
(response is B dn) Gambar 32. Tampilan plot uji keaditifan
biomassa daun persamaan 1
Gambar 34. Tampilan plot uji keaditifan biomassa daun persamaan 3
Gambar 36. Tampilan plot uji keaditifan biomassa daun persamaan 5
Gambar 33. Tampilan plot uji keaditifan biomassa daun persamaan 2
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B dn)
Gambar 35. Tampilan plot uji keaditifan biomassa daun persamaan 4
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values (response is log B dn)
Gambar 37. Tampilan plot uji keaditifan biomassa daun persamaan 6
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals
(response is B dn)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B dn)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals
(response is B dn)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals
(response is log B dn)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals
(response is log B dn)
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals
(response is log B dn)
Selain itu, model regresi dapat dipergunakan untuk menduga dengan baik
apabila asumsi keaditifan terpenuhi. Oleh karena itu perlu dilihat apakah nilai sisaan
tersebut menyebar normal atau tidak. Uji visual kenormalan sisaan dari setiap
persamaan dapat dilihat pada Gambar 39, 40, 41, 42, 43, 44 dan 45. Nilai sisaan
dikatakan menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan dengan probability normal-nya membentuk pola garis linear melalui pusat sumbu. Dari gambar-gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada penyebaran data yang dihasilkan membentuk garis
lurus. Berarti syarat nilai sisaan yang menyebar secara normal terpenuhi.
Gambar 39. Tampilan plot uji kenormalan biomassa daun persamaan 1
Gambar 41. Tampilan plot uji kenormalan biomassa daun persamaan 3
Gambar 43. Tampilan plot uji kenormalan biomassa daun persamaan 5
Gambar 40. Tampilan plot uji kenormalan biomassa daun persamaan 2
Gambar 42. Tampilan plot uji kenormalan biomassa daun persamaan 4
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals (response is B dn)
Gambar 45. Tampilan plot uji kenormalan biomassa daun persamaan 7
4. Persamaan Allometrik Biomassa Total
Model allometrik penduga biomassa pohon total dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Persamaan allometrik biomassa total Eucalyptus grandis
No Persamaan s
Untuk memilih persamaan allometrik biomassa daun yang terbaik berdasarkan
kriteria statistik, yang ditunjukkan pada Tabel 5, dilakukan pengurutan performasi
untuk setiap persamaan mulai persamaan yang mempunyai nilai s terkecil dan
R2adjusted terbesar.
Berdasarkan kriteria statistik, dari Tabel 5 dapat diamati bahwa persamaan
B = 0,16 D1,82 Hbc0,553 mempunyai performasi yang paling baik, dimana persamaan
Namun persamaan ini adalah persamaan yang menggunakan dua peubah bebas
yaitu diameter dan tinggi bebas cabang. Selain kriteria statistik, persamaan allometrik
biomassa juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kepraktisan, keefisienan dan
kemudahan dalam pengumpulan data-data peubah bebas model.
Jika dibandingkan dengan persamaan yang menggunakan satu peubah bebas
yaitu persamaan B = 0,36 D2,06 yang memiliki nilai R2adjusted sebesar 80,3 %, maka nilai ini masih baik dalam menduga biomassa total E. grandis. Dan juga persamaan B = 0,16 D1,82 Hbc0,553 hanya menambahkan 2 % nilai R2adjusted. Dimana hal ini tidak sebanding dengan kesulitan dalam pemenuhan peubah bebas tinggi bebas
cabang ke dalam persamaan penduga biomassa total dengan dua peubah bebas
sebagai persamaan terbaik. Dari pertimbangan tersebut, maka persamaan
B = 0,36 D2,06 dipilih menjadi persamaan allometrik biomassa total E. grandis. Nilai s yang kecil yaitu 0,09 dan nilai SR yang kurang dari 10 % yaitu sebesar 1,74 % juga
dapat mendukung terpilihnya persamaan ini.
Sebagai kriteria pertimbangan model terbaik, syarat kenormalan penyebaran
sisaan dan keaditifan model harus terpenuhi. Model dapat digunakan dengan baik
apabila sisaan menyebar membentuk garis linear dan uji keaditifan terpenuhi jika
tampilan plot sisaan dan Y dugaannya tidak membentuk pola. Tampilan plot uji
keaditifan dari setiap persamaan model penduga biomassa total ditampilkan pada
Gambar 46, 47, 48, 49, 50, 51 dan 52, sedangkan tampilan plot uji keaditifan model
ditampilkan pada Gambar 53, 54, 55, 56, 57, 58 dan 59. Tampilan plot uji keaditifan
dari pesamaan B = 4265,8 D2,03 (Gambar 47) tidak membentuk pola dan menyebar
secara acak dan tampilan plot uji kenormalannya (Gamabar 54) mengikuti garis