PEMERIKSAAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK CURAH KUNING DAN MINYAK CURAH PUTIH BERDASARKAN
STANDAR NASIONAL INDONESIA
TUGAS AKHIR
OLEH:
SYARIFAH NURUL .H. NIM 092410032
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PEMERIKSAAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK CURAH KUNING DAN MINYAK CURAH PUTIH BERDASARKAN
STANDAR NASIONAL INDONESIA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Oleh:
SYARIFAH NURUL HIDAYAH NIM 092410032
Medan, Mei 2012 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Syahrial Yoenoes., SU., Apt. NIP 195112061983031001
Disahkan Oleh: Dekan,
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa. Pujian atas
nikmat yang tak pernah henti mengalir dalam kehidupan ini. Meskipun seringkali
cobaan itu datang menghampiri selama proses penulisan tugas akhir ini. Karena
berkat hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
Tugas akhir ini berjudul “PEMERIKSAAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK CURAH KUNING DAN MINYAK CURAH PUTIH BERDASARKAN STANDAR NASIONAL INDONESIA”. Tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara Medan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Suami Sayid Fadli,
Ayahanda Sayid Abdullah dan Sayid Alwi, Ibunda Emmy Risma dan Syarifah
Maimunah. Yang merupakan inspirator dan pemacu semangat penulis agar tidak
pernah berhenti dalam menempuh cita-cita yang diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.app.Sc., Apt, selaku Ketua Program
3. Bapak Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan nasehat dan perhatiannya hingga selesainya Tugas Akhir ini.
4. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
5. Beserta koordinator dan Staf Laboratorium Unit Pelayanan Teknis Daerah
Balai Pengujian dan Serttifikat Mutu Barang (UPTD BPSMB) Medan.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk penulis menyadari isi dari Tugas Akhir ini masih ada
kekurangan.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Medan, juni 2012
Penulis,
Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Curah Kuning Dan Minyak Curah Putih Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Abstrak
Minyak goreng merupakan bahan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari, minyak yang biasa digunakan adalah minyak nabati seperti minyak kelapa sawit, Minyak dapat berasal dari daging buah (perikarp),dan inti buah/bungkil (endokarp). Komposisi rata-rata asam lemak bebas minyak kelapa sawit adalah asam palmitat dan asam oleat. Parameter kualitas dari minyak salah satunya diuji dengan penentuan asam lemak bebas minyak dan lemak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan asam lemak bebas pada minyak curah yang berwarna kuning dan putih, dengan menggunakan metode titrasi alkalimetri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rata-rata bilangan asam dari tiga kali percobaan untuk minyak goreng curah kuning adalah 0,5912, minyak goreng curah putih adalah 0,4176 dan minyak goreng bermerek adalah 0,1673. Dan memenuhi SNI dengan batas mutu nomor satu yaitu 0,6.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 1
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit ... 3
2.2 Morfologi kelapa sawit ... 3
2.3 Kandungan minyak kelapa sawit ... 4
2.4 Minyak dan Lemak ... 4
2.5 Minyak goreng ... 6
2.6 Pembuatan minyak goreng kelapa sawit ... 9
2.7 Penentuan mutu minyak ... 11
2.8 Penentuan bilangan asam ... 11
2.8.1 Asam lemak ... 12
2.8.2 Asam lemak bebas ... 13
2.8.3 Penentuan angka peroksida ... 13
2.8.4 Penentuan asam Thiobarbiturat (TBA) ... 14
BAB III METODE
3.1 Tempat Pengujian ... 15
3.2 Alat dan Bahan ... ... 15
3.2.1 Alat ... 15
3.2.2 Bahan ... 15
3.3 Prosedur kerja ... 15
3.3.1 Pembuatan pereaksi ... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 18
4.2 Pembahasan ... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 21
5.2 Saran ... 21
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak
Inti Kelapa Sawit ... 7
Tabel 2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit ... 7
Tabel 3. Persentase Kandungan Bahan Yang Dapat Merusak Kualitas
Minyak Kelapa Sawit ... 8
Tabel 4. Syarat Mutu Minyak Goreng Menurut SNI ... 8
Tabel 5. Hasil Penetapan Bilangan Asam Bemak Bebas Pada Minyak
Goreng Curah Kuning Kelapa Sawit ... 18
Tabel 6. Hasil Penetapan Bilangan Asam Lemak Bebas Pada Minyak
Goreng Curah Putih Kelapa Sawit... 18
Tabel 7. Hasil Penetapan Bilangan Asam Lemak Bebas Pada Minyak
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil dan perhitungan standarisasi NaOH 0,1 N ... 23
Lampiran 2. Perhitungan pengujian bilangan asam pada minyak goreng
kuning kelapa sawit curah ... 25
Lampiran 3. Perhitungan pengujian bilangan asam pada minyak goreng
putih kelapa sawit curah ... 27
Lampiran 4. Perhitungan pengujian bilangan asam pada minyak goreng
Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Curah Kuning Dan Minyak Curah Putih Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Abstrak
Minyak goreng merupakan bahan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari, minyak yang biasa digunakan adalah minyak nabati seperti minyak kelapa sawit, Minyak dapat berasal dari daging buah (perikarp),dan inti buah/bungkil (endokarp). Komposisi rata-rata asam lemak bebas minyak kelapa sawit adalah asam palmitat dan asam oleat. Parameter kualitas dari minyak salah satunya diuji dengan penentuan asam lemak bebas minyak dan lemak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan asam lemak bebas pada minyak curah yang berwarna kuning dan putih, dengan menggunakan metode titrasi alkalimetri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rata-rata bilangan asam dari tiga kali percobaan untuk minyak goreng curah kuning adalah 0,5912, minyak goreng curah putih adalah 0,4176 dan minyak goreng bermerek adalah 0,1673. Dan memenuhi SNI dengan batas mutu nomor satu yaitu 0,6.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak merupakan campuran dari ester asam lemak dengan gliserol. Jenis
minyak yang umum dipakai untuk menggoreng adalah minyak nabati seperti
minyak kelapa sawit, minyak kacang tanah, minyak wijen. Minyak goreng jenis
ini mengandung sekitar 80% asam lemak tak jenuh jenis asam oleat dan linoleat,
kecuali minyak kelapa (Sartika, 2009).
Penentuan kualitas minyak ditentukan dengan penetapan bilangan asam,
angka peroksida, angka Thiobarbiturat (TBA) dan kadar air pada minyak.
Keasaman lemak dan minyak dinyatakan sebagai jumlah ml alkali 0,1N yang
diperlukan untuk menetralkan asam bebas dalam 10 gram zat. Keasaman sering
dinyatakan sebagai bilangan asam, yaitu jumlah ml KOH/NaOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam-asam bebas dalam 1 gram zat. Dimana semakin tinggi
bilangan asam maka semakin rendah pula mutu minyak goreng tersebut. Asam
lemak bebas dihasilkan dari proses hidrolisa (Sudarmadji, 1989).
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap asam lemak bebas
pada minyak goreng kelapa sawit berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui asam lemak bebas
pada minyak goreng curah kuning dan minyak goreng curah putih berdasarkan
SNI.
1.3 Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan minyak
curah kelapa sawit, dan mengetahui sifat fisika-kimia minyak goreng kelapa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis jack) berasal dari Nigeria dan Afrika barat,
tetapi ada juga yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan
yaitu Brazil. Hal itu dikarenakan kelapa sawit lebih banyak ditemukan dihutan
Brazil dibanding dihutan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup
subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua
Nugini (Fauzi, 2002).
2.2 Morfologi Kelapa Sawit Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Familia : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guinensis
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar
serabut dari tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu
juga terdapat akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip dan berwarna hijau tua
serta memiliki pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang tanaman diselimuti pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun,
pelepah akan mengering dan terlepas sehingga penampilannya menjadi mirip
dengan kelapa (Hadi, 2004).
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang
sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Hadi, 2004).
2.3 Kandungan Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponen
yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam. Dari aspek
yang beragam. Dari aspek kesehatan yaitu kandungan kolestrolnya rendah. Saat
ini, banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang berasal dari kelapa
sawit dengan kandungan kolestrol yang rendah. Produk turunan Minyak kelapa
sawit digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati
(vegetable ghee), shortening, ice creams, bahan untuk membuat kue-kue, instan
2.4 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan satu dari tiga kelas utama penyusun bahan
makanan selain karbohidrat dan protein. Lemak dan minyak biasanya dibedakan
berdasarkan titik lelehnya. Titik leleh minyak dan lemak bergantung pada
strukturnya biasanya titik leleh meningkat karena bertambahnya jumlah atom
karbon, banyaknya ikatan rangkap dua karbon dalam komponen asam lemak juga
berpengaruh. Trigliserida yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperi asam oleat
dan linoleat, biasanya berwujud minyak. Trigliserida yang kaya akan asam lemak
jenuh, seperti asam stearat dan palmitat biasanya adalah lemak (Lawson, 1985).
Minyak merupakan bahan cair dalam suhu kamar yang disebabkan
rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak
tak jenuh, yang memiliki ikatan rangkap satu atau lebih ikatan rangkap diantara
atom-atom karbonnya, sehingga memiliki titik lebur yang rendah. Minyak
mengandung trigliserida (Winarno, 1992).
Lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar. Lemak mengandung
asam lemak jenuh yang tinggi, tidak memiliki ikatan rangkap sehingga
mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Contoh asam lemak jenuh yang banyak
terdapat di alam adalah asam palmitat dan asam stearat (Winarno, 1992).
Lemak adalah komponen paling penting dari bagian komponen organik
yang dikenal sebagai lipida. Lipida tidak hanya mengandung lemak tetapi
mengandung lilin dan beberapa bahan lain yang bermacam-macam. Lilin adalah
dan alkohol berantai panjang. Lilin adalah padatan mantap bertitik leleh rendah
yang ditemui pada tumbuhan dan hewan (Winarno, 1992).
Lemak yang berasal dari tumbuhan terdapat di dalam biji tanaman. Lemak
digunakan untuk proses perkecambahan sebagai sumber energi sebelum
fotosintesis berlangsung. Fotosintesis tidak dapat berlangsung hingga tumbuhan
dalam bentuk kecambah. Sebelum itu, pertumbuhan tanaman didukung oleh
cadangan energi yang ada pada biji (Lawson, 1985).
Lemak merupakan bahan berbentuk padat pada suhu kamar hal ini
disebabkan tingginya kandungan asam lemak jenuh yang secara struktur tidak
mengandung ikatan rangkap sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi
contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan
asam stearat. Sedangkan minyak merupakan bahan cair pada suhu kamar, hal ini
disebabkan rendahnya kandungan asam lemaktak jenuh, yang memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga memiliki titik lebur
yang rendah (Winarno, 1982).
2.5 Minyak Goreng
Minyak dapat digunakan sebagai medium penggoreng bahan pangan,
misalnya keripik kentang, kacang dan dough nut yang banyak dikonsumsi di
restoran dan hotel (Ketaren, 1986).
Bahan pangan yang digoreng merupakan sebagian besar dari menu
manusia. Kurang lebih 290 juta lemak dan minyak di konsumsi tiap tahun untuk
merupakan suatu bukti yang nyata mengenai betapa besar jumlah bahan pangan
digoreng yang dikonsumsi oleh lapisan masyarakat dari segala tingkat umur
(Ketaren, 1986).
Minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah
rasa gurih, menambah nilai gizi, dan kalori dalam bahan pangan (Ketaren, 1986).
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
Asam Kaprilat - 3 – 4
Asam Kaproat - 3 -7
Asam Laurat - 46- 52
Asam Miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam Palmitat 40 – 46 6,5- 9
Asam Stearat 3,6 – 4,7 1- 2,5
Asam Oleat 39 – 45 13-19
Asam Linoleat 7 – 11 0,5-2
Kandungan karotene dapat mencapai 1000 ppm atau lebih,tetapi didalam
minyak dari jenis tertentu juga hanya terdapat lebih kurang 500-700 ppm,
kandungan tokoferol berfariasi, tergantung pada penanganan selama produksi
(Ketaren, 1986).
Perbandingan nilai sifat fisika dan kimia dari minyak kelapa sawit dan
bungkil kelapa sawit adalah:
Tabel 2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit
Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900-0,913 Indeks bias D 40o C 1,4565-1,4585 1,495-1,415
Bilangan iod 48-56 14-20
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah
proses pemucatan, karena asam-asam lemak gliserida tidak berwarna. Warna
orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak
(Ketaren, 1986).
Tabel 3. Persentase Kandungan Bahan Yang Dapat merusak Kualitas Minyak Kelapa Sawit
Bahan Sangat
Rendah (%) Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) Asam lemak
bebas
Lebih kecil
dari 2,0 2,0-2,7 2,8-3,7 3,8-5,0
Kadar air Lebih kecil
dari 0,1 0,1-0,19 0,2-0,39 0,4-0,6
Kadar kotoran
Lebih kecil
dari 0,005 0,005-0,010 0,0010-0,025 0,026-0,050
Adapun parameter persyaratan mutu minyak goreng adalah:
Tabel 4. Syarat Mutu Minyak GorengMenurut SNI 01-3741-2002.
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II 1 Keadaan
1.1 Bau Normal Normal
1.2 Rasa Normal Normal
1.3 Warna Putih, kuning pucat sampai
kuning
2 Kadar Air % b/b Mask 0,1 Maks 0,3
3 Bilangan asam mg KOH/g Maks 0,6 Maks 2
4
Asam linolenat (C 18:3) dalam komposisi asam lemak minyak
% Maks 2 Maks 2
5 Cemaran Logam
5.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1
5.2 Timah (sn) mg/kg Maks 40,0/250* Maks
40,0/250*
0,05
5.4 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1
6 Cemaran arsen (As) mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1
7 Minyak pelikan** Negatif Negatif
*) Dalam kemasan kaleng
**) Minyak pelican adalah minyak mineral dan tidak bisa disabunkan
2.6 Pembuatan Minyak Goreng Kelapa Sawit
Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh
yang ikatan molekulnya mudah di pisahkan dengan alkali, sehingga mudah
dibentuk menjadi produk untuk sebagai keperluan, seperti untuk pelumas mesin
dalam berbagai proses industri. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi,
minyak kelapa sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding
dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit paling banyak digunakan sebagai bahan
baku industri pangan yang meliputi sekitar 12 macam bahan dari kelapa sawit,
seperti karotein, tokoferol, asam lemak, olein, mentega, sabun dan sebagainya.
Minyak sawit dihasilkan dari proses ekstraksi sebagian kulit atau sabut buah
tersebut, yang disebut minyak mentah atau dikenal dengan Crude palm oil (CPO)
dan dari bagian bungkil buah disebut palm kernel oil (PKO). Kedua jenis minyak
mentah tersebut masih mengandung bahan ikutan seperti asam lemak bebas,
pospat, pigmen, bau, air dan sebagainya. Biasanya proses ekstraksi minyak kelapa
sawit ini di lanjutkan dengan proses bleching (pemutihan) dan deodorizing
(penghilang bau) agar minyak tersebut menjadi jernih, bening dan tak bau atau
biasa disebut refined bleached and deodorized (RBD) stearin dan olein (Amang,
Pada dasarnya proses produksi dari bahan baku CPO menjadi minyak
goreng melalui 2 (dua) tahap yakni proses rafinasi dan fraksinasi, dimana antara
keduanya merupakan suatu kesatuan proses untuk menghasilkan minyak goreng
yang berkualitas. Rafinasi (Refining) atau proses pemurnian adalah proses untuk
menghilangkan zat-zat yang tidak dikehendaki yang ada dalam CPO, sehingga
minyak bebas dari bau, dan residu lainnya (Amang, 1996).
Proses pemurnian secara basah dapat digolongkan menjadi 4 kelompok
proses yaitu proses pemurnian yang menggunakan alkali, bleching (pemutihan)
dan deodorizing (penghilang bau) dan penguapan. Pemurnian dengan alkali
mempunyai tujuan untuk menghilangkan atau menetralisasi pospat dengan cara
memberi soda api. Pemutihan (bleaching) adalah proses untuk menghilangkan
bahan-bahan warna yang terlarut didalam minyak. Deodorozing (penghilangan
bau) adalah proses terakhir dari proses pemurnian minyak yang mempunyai
tujuan untuk menghilangkan bau yang keras atau pun yang tidak normal(Amang,
1996).
Proses pemurnian secara kering adalah proses pemurnian dengan cara
penguapan, yaitu pertama dilakukan netralisasi menggunakan alkali seperti soda
api dan kemudian diikuti dengan penguapan dengan menggunakan uap panas
untuk menghilangkan bau (Amang, 1996).
fraksinasi adalah proses pemisahan antara fraksi-fraksi yang ada dalam
minyak goreng. Seperti di ketahui bahwa minyak nabati memiliki karakteristik
berbagai asam-asam lemak dengan komponen karbon yang berbeda satu sama lain
dan berbeda pula titik didihnya (Amang, 1996).
Adapun proses produksi minyak goreng sendiri dapat dibedakan menjadi
dua cara, yaitu proses produksi cara kering dan cara basah. Sebagian besar pabrik
minyak goreng di Indonesia menggunakan cara kering yaitu dengan pemanasan
atau proses non kimia. Melalui proses ini CPO dirafinasi untuk menjernihkan dan
menghiangkan bau. Dari proses ini didapatkan FFA (4%-5%) dan RBDPO (94%),
sedangkan 1-2 persen lainnya tidak dapat diketahui (Amang, 1996).
Disamping cara kering diatas, terdapat juga cara basa, dimana dalam
proses ini minyak sawit ditambah suatu campuran pembasah yang terdiri dari 30
persen MgSO4 dan 4,4 persen Na(NH4)SO4. Dengan proses ini CPO langsung
difraksinasi untuk memperoleh crude olein dan crude stearine yaitu melalui
proses pencucian, pemutihan dan kemudian disaring. Proses secara basah tersebut
dapat diperoleh sekitar 65-70 persen olein (minyak makan/ minyak goreng) dan
30 persen stearin (Amang, 1996).
2.7 Penentuan Mutu Minyak
Menurut Sudarmadji (1989), penentuan mutu minyak atau lemak antara
lain: Angka asam, Angka peroksida, angka TBA dan kadar air (Sudarmadji,
2.8 Penentuan Bilangan Asam
Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH/NaOH yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak.
Bilangan asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang
terdapat dalam minyak atau lemak (Ketaren, 1986).
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
pula. Asam lemak bebas tersebut dapat dari hidrolisa minyak ataupun karena
proses pengolahan yang kurang baik. Terkadang bilangan asam juga dinyatakan
sebagai derajat asam yaitu banyaknya mililiter KOH/NaOH 0,1 N yang diperlukan
untuk menetralkan 100 gram minyak atau lemak (Sudarmadji, 1989).
2.8.1 Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida
atau lemak, baik berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
karboksilat yang memiliki rantai karbon panjang (Poedjiadi, 2006).
Asam lemak alamiah selalu mengandung jumlah atom karbon genap,
dengan rumus umum CnH2nO2 dengan n=4,6,8 dan seterusnya sampai 13.
Deretan asam-asam lemak ini termasuk deretan asam-asam lemak jenuh. Anggota
deretan ini yang memiliki jumlah atom terkecil (n=4) ialah asam butyrat, yang
terdapat didalam mentega, susu, dengan kadar 6 persen. Asam lemak jenuh yang
memiliki atom terbanyak ialah asam stearat (n=18) (Sediaoetama, 1983).
Asam lemak jenuh dengan jumlah karbon sampai 6 buah, disebut asam
lemak rantai pendek, sedangkan yang mempunyai jumlah karbon 8-12 termasuk
dari 12, disebut asam lemak rantai panjang. Semakin pendek rantai karbonnya,
semakin mudah larut didalam air dan semakin sukar larut dalam zat-zat pelarut
lemak (Sediaoetama, 1983).
Asam miristat, asam palmitat dan asam stearat, terdapat pada sebagian
besar lemak nabati maupun hewani. Asam lemak tak jenuh yang terbanyak ialah
asam oleat. Lemak yang semakin banyak mengandung asam lemak tak jenuh
konsistensinya semakin lunak dan dapat pula berbentuk cair, sehingga disebut
minyak. Lemak nabati pada umumnya berbentuk minyak (Sediaoetama, 1983).
2.8.2 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa, yaitu dari penguraian
lemak atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan gliserol dan asam
lemak bebas. Kerusakan minyak atau lemak dapat juga diakibatkan oleh proses
oksidasi, yaitu terjadinya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau
lemak, yang biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida.
Selanjutnya terurailah asam lemak disertai dengan hidroporoksida menjadi
aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas (Ketaren, 1986).
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15%,
belum menghasilkan rasa yang tidak disenangi (Ketaren, 1986).
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih dari 1%, jika dicicipi akan
terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
2.8.3 Penentuan Angka Peroksida
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa
oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Diantara kerusakan
minyak yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autoksidasi yang paling
besar pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak
antara lain peroksida, asam lemak, aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat
kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida atau angka asam
thiobarbiturat (TBA) (Sudarmadji, 1989).
2.8.4 Penentuan Asam Thiobarbiturat (TBA)
Lemak yang tengik mengandung aldehid dan kebanyakan sebagai
malonaldehid. Banyak malonaldehid ditentukan dengan jalan destilasi terlebih
dahulu. Malonaldehid kemudian direaksikan dengan tiobarbiturat sehingga
terbentuk komples berwarna merah. Intensitas warna merah sesuai jumlah
malonaldehid dan absorbansi dapat ditentukan dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 528nm (Sudarmadji, 1989).
2.8.5 Penentuan Kadar Air Pada Minyak
Penentuan kadar air pada minyak dapat ditentukan dengan cara oven dan
BAB III METODE
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar
Balai Pengujian Sertifikasi dan Mutu Barang (BPSMB) Medan, Jalan STM
Nomor 17.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan adalah:
Erlenmeyer 250 ml, Gelas ukur 50 ml, Penangas air atau pemanas dengan
pengatur suhu, Buret 10 ml atau 50 ml terkalibrasi, Neraca analitik dengan
ketelitian 0,1 mg, Desikator.
3.2.2 Bahan
NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi, Alkohol 95%, Indikator
Fenolftalein 1%, Air suling, Sampel minyak goreng.
3.3 Prosedur kerja 3.3.1 Pembuatan Pereaksi
a. Larutan Alkohol 95% netral
Alkohol 95% dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak yang diperlukan,
b. Indikator Fenolftalein (PP) 1%
Sebanyak 1 gram fenolftalein dilarutkan dalam 100 ml etanol 95%
c. Larutan NaOH 0,1 N
Sebanyak 40 gram NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml dan
ditara sampai garis tanda dengan air suling bebas CO2.
3.3.2 Standarisasi NaOH 0,1 N
Kalium hidrogenftalat dikerinkan dalam oven pada suhu sekitar 120oC
selama 2 jam, kemudian dimasukkan dalam desikator sampai dingin. Ditimbang
0,4±0,02 g ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 50 ml air suling dan
beberapa tetes larutan indikator fenolftalein. Dipanaskan diatas penangas air
sambil digoyang-goyang sampai larut semua. Lalu titrasi dengan larutan titran
hingga timbul warna merah muda (merah jambu) yang stabil.
Normalitas NaOH =
Dengan:
W :Berat kalium hidrogenftalat (g)
V :Volume larutan titran yang digunakan (ml)
204,2 : Berat equivalen Kalium Hidrogenftalat
3.3.3 Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
a) Timbang dengan seksama 2 g hingga 5 g contoh kedalam erlenmeyer 250
ml. Tambahkan 50 ml Etanol 95% netral.
b) Tambahkan 3 tetes indikator pp dan titer dengan larutan standar NaOH 0,1
c) Lakukan penetapan triplo.
Penyajian Hasil Uji
% Asam Lemak Bebas
Keterangan:
V : Volume NaOH yang dilakukan dalam pentiteran,
dinyatakan dalam ml.
N : Normalitas NaOH
w : Bobot contoh dinyatakan dalam gram.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak goreng kelapa sawit yang
dilaksanakan di Laboratorium Nabati dan Rempah-rempah Balai Pengujian dan
sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Hasil penetapan bilangan asam lemak bebas pada minyak goreng curah kuning kelapa sawit.
Parameter Satuan No. Sampel Volume titrasi
(ml) Hasil (%)
Bilangan
Asam mg KOH/g
I II III 0,30 0,30 0,25 0,6252 0,6261 0,5223
Rata-rata 0,30 0,5912
Perhitungan: Lampiran 2
Tabel 6. Hasil penetapan bilangan asam lemak bebas pada minyak goreng curah putih kelapa sawit.
Perhitungan: Lampiran 3
Parameter Satuan No. Sampel Volume
titrasi (ml) Hasil (%)
Bilangan
Asam mg KOH/g
I II III 0,20 0,20 0,20 0,4172 0,4183 0,4175
Tabel 7. Hasil Penetapan Bilangan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Bermerek A Kelapa Sawit.
Perhitungan: Lampiran 4
4.2 Pembahasan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata bilangan asam dari
tiga kali percobaan untuk minyak goreng curah kuning adalah 0,5912, minyak
goreng curah putih adalah 0,4176 dan minyak goreng bermerek adalah 0,1673.
Hasil ini memenuhi persyaratan mutu I pada SNI 01-3741-2002 (lihat tabel 1)
yaitu maksimal 0,6. Hal ini menunjukan bahwa mutu minyak goreng bermerek
lebih baik dari pada minyak goreng curah.
Asam lemak yang besar menunjukan asam lemak bebas yang berasal dari
hidrolisa minyak, atau pun karena proses pengolahan minyak yang kurang baik.
Semakin tinggi angka asam, maka semakin rendah mutu dari minyak tersebut.
(Sudarmadji, 1989).
Berdasarkan literatur diatas salah satu parameter mutu minyak goreng
adalah bilangan asam, hal itu dapat dilihat karena semakin tinggi bilangan asam
pada suatu minyak maka asam lemak bebas akan semakin banyak yang dihasilkan
oleh hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Parameter Satuan No. Sampel Volume titrasi
(ml) Hasil
Bilangan
asam mg KOH/g
I II III
0,2 0,2 0,2
0,1672 0,1673 0,1673
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Rata-rata bilangan asam minyak goreng curah kuning adalah 0,5912,
minyak goreng curah putih adalah 0,4176 dan minyak goreng bermerek adalah
0,1673.
Hasil ini memenuhi persyaratan mutu I pada SNI 01-3741-2002 (lihat tabel 1)
yaitu maksimal 0,6. Hal ini menunjukan bahwa mutu minyak goreng bermerek
lebih baik dari pada minyak goreng curah.
5.2 Saran
Diharapkan kepada UPTD. BPSMB Medan dapat mempertahankan
fasilitas peralatan pengujian yang sudah ada, agar dapat memberikan pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). SNI 3741:2002, Minyak goreng. Jakarta: Badan StandarisasiNasional. Hal. 3,5-6.
Amang, B. (1996). Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. Jakarta: IPB Press. Hal. 105, 133-143.
Fauzi, Y. (2002). Kelapa Sawit. Jakarta: Penerbit Peneber Swadaya. Hal.24-52.
Fauzi, Y. (2012). Kelapa Sawit. Jakarta: Penerbit Peneber Swadaya. Hal. 182-185.
Hadi, M. M. (2004). Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa. Hal. 25-30.
Lawson. H. W. (1985). Standards For Fats & Oils. Amerika: United Stated. Hal. 45-46
Ketaren, S. (1986). Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal.6-11, 24-25, 139- 151.
Poedjiadi, A. (2006).Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3, 8-10.
Rustam, E. (2011). Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: Penerbit Agro Media Pustaka. Hal. 96-99.
Sartika, R. (2009). Pengruh Suhu dan Lama Proses Penggorengan (Deep frying)Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Jakarta: UI Press. Hal. 53-55.
Sediaoetama, A. D. (1985). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal. 71-73
Sudarmadji, S. (1996). Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 30-35.
Wikipedia, (2012). Kelapa Sawit
Lampiran 1
[image:32.595.112.498.189.341.2]Hasil Dan Perhitungan Standarisasi NaOH 0,1 N Tabel 8. Hasil Standarisasi NaOH 0,1 N
No Perlakuan Berat kalium Biftalat (gram) Normalitas NaOH (N) Volume Titrasi (ml) 1 2 3 Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III 18,8 19,0 19,1 0,4065 0,4032 0,4096 0,1059 0,1039 0,1050
Rata-rata 0,1049
Perlakuan III
N =
=
= 0,1050 N
Rata-rata =
=
V x N x 39,9 w =
0,30 x 0,1049 x39,9 2,0080 =
1,2556 2,0080 =
0,6252 N =
Lampiran 2
Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kuning Kelapa Sawit Curah
• Berat sampel I (gram) = 2,0080 gram
• Berat sampel II (gram) = 2,0053 gram
• Berat sampel III (gram) = 2,0015 gram
• Volume NaOH I (ml) = 0,30 ml
• Volume NaOH II (ml) = 0,25 ml
• Volume NaOH III (ml) = 0,25 ml
Hasil Perhitungan:
Sampel I
V x N x 39,9 w
0,30 x 0,1049 x39,9 2,0053 = = 1,2558 2,0053 = 0,6261 N =
V x N x 39,9 w
0,25 x 0,1049 x39,9 2,0015 = = 1,0463 2,0015 = 0,5223 N =
0,6252 N + 0,6261 N 0,5223 N 3 = 1,7749 N 3 = 0,5912 N = Sampel II
Asam Lemak Bebas (%)
Sampel III
Asam Lemak Bebas (%)
V x N x 39,9 w
0,20 x 0,1049 x39,9 2,0062
=
=
0,8371 2,0062 =
0,4172 N =
Lampiran 3
Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Curah Putih Kelapa Sawit
• Berat sampel I (gram) = 2,0062 gram
• Berat sampel II (gram) = 2,0018 gram
• Berat sampel III (gram) = 2,0028 gram
• Volume NaOH I (ml) = 0,20 ml
• Volume NaOH II (ml) = 0,20 ml
• Volume NaOH III (ml) = 0,20 ml
Hasil Perhitungan:
Sampel I
V x N x 39,9 w
0,20 x 0,1049 x39,9 2,0018 = = 0,8371 2,0018 = 0,4183 N =
V x N x 39,9 w
0,20 x 0,1049 x39,9 2,0028 = = 0,8371 2,0028 = 0,4175 N =
0,4172 N + 0,4183 N 0,4175 N 3 = 1,2530 N 3 = 0,4176 N = Sampel II
Asam Lemak Bebas (%)
Sampel III
Asam Lemak Bebas (%)
V x N x 39,9 w
0,20 x 0,1049 x39,9 5,0050 =
=
0,8371 5,0050 =
0,1672 =
V x N x 39,9 w
0,20 x 0,1049 x39,9 =
Lampiran 4
Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Bermerk A • Berat sampel I (gram) = 5,0050 gram
• Berat sampel II (gram) = 5,0035 gram
• Berat sampel III (gram) = 5,0020 gram
• Volume NaOH I (ml) = 0,20 ml
• Volume NaOH II (ml) = 0,20 ml
• Volume NaOH III (ml) = 0,20 ml
Hasil Perhitungan:
Sampel I
Asam Lemak Bebas (%)
Sampel II
0,8371 5,0035 =
0,1673 =
V x N x 39,9 w
0,20 x 0,1049 x39,9 5,0020 =
=
0,8371 5,0020 =
0,1673 =
0,1672 N + 0,1673 N 0,1673 N 3
=
0,5018 N 3 =
0,1673 =
0,1673 N
= Sampel III
Asam Lemak Bebas (%)