PERSEPSI SUAMI DAN ISTRI TENTANG TUBEKTOMI
TERHADAP RESPON SEKSUAL di KELURAHAN
KEMENANGAN TANI KECAMATAN
MEDAN TUNTUNGAN
s
Skripsi
Oleh
Elsa Jois Karolina Situmorang 091121030
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan medan Tuntungan”.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing 1 dan Pak Iwan Rusdi,S.Kp, MNS selaku pembimbing 2 yang selama ini telah meluangkan waktu untuk memberikan binbingan, saran dan sumbangan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan Bapak Drs Eben Ezer selaku camat medan tuntungan.
Sebelumnya penulis memohon maaf jika dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan maupun kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Desember 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan …………...………...i
Abstrak…...……….ii
Prakata...,,………..iii
Daftar Isi………...………v
Daftar Lampiran……....……….vii
Daftar Tabel...……….viii
BAB 1. PENDAHULUAN...1
1. Latar Belakang………....1
2. Pertanyaan Penelitian………...…..5
3. Tujuan Penelitian………5
4. Manfaat penelitian………..…5
BAB 2. Tinjauan Pustaka... 7
1. Persepsi... 7
1.1Pengertian... 7
1.2Proses terjadinya persepsi... 9
2. Tubektomi...9
2.1 Pengertian...9
2.2 Manfaat Tubektomi...11
2.3 Kerugian Tubektomi...11
3. Konsep Respon seksual...12
3.1 Pengertian...12
3.2 Siklus respon seksual manusia... ..13
3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi respon suami...16
3.5 Persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual...18
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL...21
1.Kerangka Penelitian...21
2. Defenisi Operasional...22
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN...23
1. Desain Penelitian...23
2. Populasi dan sampel...23
3. Lokasi dan waktu penelitian...24
4. Pertimbangan etik...24
5. Instrumen penelitian...24
6. Pengumpulan data...25
7. Analisa data...26
8. Uji reabilitas dan validitas instrumen...26
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...27
1. Hasil Penelitian...27
2. Pembahasan...32
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN...38
1. Kesimpulan...38
2. Saran...39
Daftar Pustaka
Judul : Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
Nama : Elsa Jois Karolina.Situmorang NIM : 091121030
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010
ABSTRAK
Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya. Tubektomi adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap istri atas permintaan yang bersangkutan suka rela. Dengan Tubektomi maka perjalanan sel telur terhambat sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Sampel dalam penelitian ini total sampling
yaitu seluruh populasi akan menjadi objek penelitian. Dengan menggunakan
deskriptif murni. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri, dengan kriteria pasangan bersedia menjadi responden. Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan uji validitas dulu kepada responden yang pengguna KB Tubektomi di kelurahan yang sama tapi di lingkungan yang berbeda sebanyak 10 orang.
Data demografi dari usia yaitu suami 41-60 (68.8%) dan usia istri 20-40 (71.9%), pendidikan suami SMU (46.9%) dan istri SMU (40.6), pekerjaan suami PNS (40.6%) dan istri IRT (50%), suku karo suami (71.9%) dan istri (68.8% ).
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa persepsi suami 50% dan istri 53.1% mempunyai persepsi baik mengenai tubektomi ini dan menerima kontrasepsi ini.
Judul : Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
Nama : Elsa Jois Karolina.Situmorang NIM : 091121030
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010
ABSTRAK
Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya. Tubektomi adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap istri atas permintaan yang bersangkutan suka rela. Dengan Tubektomi maka perjalanan sel telur terhambat sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Sampel dalam penelitian ini total sampling
yaitu seluruh populasi akan menjadi objek penelitian. Dengan menggunakan
deskriptif murni. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri, dengan kriteria pasangan bersedia menjadi responden. Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan uji validitas dulu kepada responden yang pengguna KB Tubektomi di kelurahan yang sama tapi di lingkungan yang berbeda sebanyak 10 orang.
Data demografi dari usia yaitu suami 41-60 (68.8%) dan usia istri 20-40 (71.9%), pendidikan suami SMU (46.9%) dan istri SMU (40.6), pekerjaan suami PNS (40.6%) dan istri IRT (50%), suku karo suami (71.9%) dan istri (68.8% ).
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa persepsi suami 50% dan istri 53.1% mempunyai persepsi baik mengenai tubektomi ini dan menerima kontrasepsi ini.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan sel telur dengan siklus sebulan sekali mulai menarche sampai menopause. Sel telur tersebut kemudian masuk ke dalam saluran tuba yang apabila bertemu dengan spermatozoa akan terjadi pembuahan. Kehamilan terjadi apabila mudigah tertanam pada dinding rahim. Dengan tubektomi maka perjalanan sel telur terhambat sehingga tidak dapat bertemu dan tidak dibuahi oleh sperma (Prawiroharjo, 1996). Dijepit dengan cincin (tubal ring), penjepit (tuba klip), atau pita tuba (tuba band). Selain itu dapat dilakukan koagulasi elektrik. Setelah melakukan tubektomi, siklus haid akan tetap berlangsung seperti semula sebelum tubektomi (Siswadi, 2007).
Tubektomi mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut; cara relative mudah, murah dan aman, hanya memerlukan sekali motivasi, sekali tindakan dan tidak memerlukan pengawasan lebih lanjut yang terus menerus. Angka kegagalan rendah dan sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan efek samping sedikit. Umumnya tidak terjadi keluhan yang berkepanjangan pada akseptor tubektomi (kontrasepsi mantap) apabila dilakukan secara baik,benar dan sesuai prosedur (Sarwono,1996)
dengan antibiotik dan perawatan yang adekuat. Selain keunggulan dari tubektomi juga mempunyai dampak negatif seperti; dapat terjadi perdarahan dalam rongga perut atau terjadi infeksi daerah panggul, tetapi angka kejadiannya sangat jarang. Lebih ekonomis karena hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan saja, apabila dilakukan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, maka efek samping, resiko komplikasi dan kematian sangat minimal (Sarwono, 1996).
Faktor yang mempengaruhi masyarakat khususnya wanita yang PUS tidak memilih metode kontrasepsi tubektomi ini salah satunya adalah tidak ada dukungan dari keluarga khususnya suami yang disebabkan oleh banyaknya efek samping dari tubektomi terutama respon seksual terhadap suami. Banyak yang tidak setuju terhadap tubektomi ini dari salah satu pasangan suami dan istri yang disebabkan oleh kurangnya informasi tentang tubektomi.
Hasil penelitian Sahid (2008) tentang dari 43 respon ditemukan pengguna akseptor tubektomi mayoritas sudah mendapat konseling pra tubektomi sehingga dapat disimpulkan bahwa penting untuk memberikan informasi terkait tubektomi untuk memberikan pemahaman positif tentang hal ini. Oleh sebab itu bagi pasangan suami istri yang akan melaksanakan tubektomi ini perlu konseling dari tenaga kesehatan seperti dokter atau perawat yang melayani kontrasepsi keluarga berencana.
bedah mikro sudah banyak dikembangkan. Tehnik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopi dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba.
Hal ini disebabkan oleh tehnik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,, mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik (Sarwono,2006) walaupun angka keberhasilannya kecil.
Faktor-faktor lain yang mengharuskan seorang wanita usia subur yang berstatus pasien psikiatrik yang dirawat dirumah, tidak menutup kemungkinan akan menjadi hamil. Kondisi ini menyebabkan wanita tersebut kurang tanggap terhadap penggunaan jenis kontrasepasi lain. Sebaiknya pada wanita ini dengan status tersebut diberikan kontrasepsi tubektomi. Jika ada kegagalan pada metode tubektomi ini maka kemungkinan terjadi resiko tinggi kehamilan ektopik. (Sarwono,2006).
Dengan menandatangani surat Informed Consent atau surat persetujuan dari pasien atas tindakan medis yang akan dilakukan, karena penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun dari banyaknya faktor diatas yang menyebabkan masyarakat untuk tidak memilih Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi tubektomi ini, maka pengaruhnya terhadap pasangan suami istri cukup besar sehingga izin dari kedua belah pihak sangat dibutuhkan metode kontrasepsi tubektomi, tidak salah menjadi kondisi yang dominan. Adanya faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk tidak memilih metode kontrasepsi tubektomi seperti persepsi yang salah tentang metode ini (Wiknjosastro, 1999).
Hasil para penelitian yang dilakukan peneliti terhadap beberapa ibu yang tidak mau memilih metode ini menyebutkan bahwa tubektomi dapat menyebabkan permasalahan seksualitas seperti menurunnya kenikmatan saat melakukan hubungan suami istri. Apabila pasangan tidak yakin benar bahwa atas alasan apapun, mereka tidak lagi menginginkan anak maka tidak di lakukan tubektomi. Namun tidak jarang dijumpai wanita yang menginginkan tubektomi karena tidak ada metode kontrasepsi lain yang cocok untuknya, atau karena ia beranggapan bahwa prosedur ini akan memperbaiki pola menstruasinya.
dilakukan tubektomi pada wanita yang menjalani seksio ceisar biasanya segera setelah melahirkan atau menjalani aborsi karena lebih besar kemungkinannya untuk proses pemulihan.
Berdasarkan kondisi diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap respon seksual pada pasangan usia subur yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.
3. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.
4. Manfaat penelitian. 4.1 Pendidikan Keperawatan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mata kuliah keperawatan maternitas, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terutama mengenai persepsi suami dan pasien tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.
4.2 Pelayanan Keperawatan
4.3 Penelitian Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Persepsi 1.1.Pengertian
Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya (Depdiknas, 2005). Rahmat (2005) mendefinisikan persepsi sebagai informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi adalah pengorganisasian, penginterpretasian pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan terhadap stimulus yang diterima oleh panca indera sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Persepsi merupakan aktifitas yang terintegrasi dalam individu, oleh sebab itu apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi terhadap suatu stimulus dapat berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Hasil persepsi dipengaruhi oleh perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman individu yang berbeda satu dengan yang lain (Davidoff, 1981 dalam walgito, 2002).
Siagian (1995) menyatakan bahwa persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan adanya perbedaan interprestasi pada dua orang tentang suatu objek yang sama.
Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: 1.Diri orang yang bersangkutan.
Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihat. Kemampuan memahami apa yang dilihat dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif, pengalaman, dan harapan.
2.Sasaran persepsi
Mungkin berupa Sasaran orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya terhadap persepsi orang yang melihatnya.
3.Faktor situasi.
1.2. Proses terjadinya persepsi
Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor dimana proses ini disebut dengan proses fisik. Stimulus yang diterima oleh proses alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak proses ini disebu
proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dalam proses persepsi tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk persepsi, tergantung pada stimulus dan perhatian individu yang bersangkutan. (Walgito, 2002).
2. Tubektomi 2.1. Pengertian.
Tubektomi (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami dan istri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Tindakan tubektomi pada wanita disebut kontap wanita atau MOW (metode operasi wanita) atau sterilisasi (BKKBN, 1993).
Tubektomi (kontap) pada wanita atau MOW (metode operasi wanita) atau sterilisasi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Tubektomi (kontap) menghentikan kemampuan seorang wanita untuk hamil dan mendapat keturunan, tetapi tidak menghentikan fungsi ovarium. Ovarium tetap mensekresi hormon dan menstruasi tetap berlangsung seperti biasa (Sarwono,1996).
1. Laparatomi mini berupa penarikan tuba fallopii melalui sebuah insisi kecil diabdomen.
2. Laparoskopi berupa pemasukan sebuah laparaskop ke abdomen sehingga penyediaan layanan dapat melihat ke dalam rongga abdomen dan menyumbat tuba (mochtar,1996).
Tubektomi wanita biasanya dilakukan dengan anastesi umum atau lokal dan produser yang paling sering dilakukan adalah sterilisasi laparoskopik. Prosedur ini dilakukan dengan membuat insisi kecil di umbilikus dan abdomen diisi dengan gas karbon dioksida. Meja operasi dimiringkan kebelakang, yang memastikan bahwa semua organ lain jauh dari uterus. Dengan menggunakan laparoskop, tuba fallopi dicari letaknya, kemudian di ikat atau dipasang klip. Prosedur ini dapat dilakukan sebagai kasus satu hari dan bergantung pada keadaan rumah dan kemungkinan wanita dapat pulang pada hari yang sama (Mochtar,1996).
Apabila wanita pernah menjalani pembedahan ginekologi sebelumnya atau kegemukan, tidak mungkin dapat dilakukan sterilisasi laparoskopik dalam situasi ini, laparotomi-mini dapat di indikasikan. Prosedur ini dilakukan dengan membuat insisi besar pada abdomen dan biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit selama 4-5 hari. Setelah sterilisasi, sebagian besar ahli bedah melakukan dilatasi dan kuretasi untuk memastikan bahwa tidak ada risiko kehamilan sebelum dilakukannya prosedur laparaskopik (Mochtar,1996).
2.2. Manfaat Tubektomi
merupakan cara kontrasepsi yang permanent. Lebih ekonomis, karena hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan saja (Bobak, 2005).
2.3. Kerugian tubektomi.
Prosedur vaginal mempunyai angka kegagalan yang tinggi dibandingkan laparoskopi atau minilaparatomi, tetapi kerugian utamanya adalah angka infeksi yang lebih tinggi dan pendekatan ini tidak disukai. Infeksi intraperitonial merupakan komplikasi kerugian tubektomi.
Langkah dari tehnik minilap atau laparoscopi. Pada prosedur vaginal, pembentukan abses mendekati 1%. Resiko ini dapat dikurangi dengan antibiotik profilaktik yang diberikan intraoperatif, tetapi laparoskopi terbuka biasanya lebih mudah dan lebih aman, bahkan pada wanita penderita obesitas ( Speroff & Leon,2002 ).
3. Konsep respon seksual 3.1. Pengertian
Siklus respon seksual dengan fase-fase excitement, plateu, orgasmus dan resolusi. Fase –fase ini adalah akibat dari vasokontriksik dan miotonia, yang merupakan respon fisiologis dasar dari rangsangan seksual (master dan johnson, 1996).
Vasokongesti adalah pengumpulan darah dalam alat genitalia dan payudara wanita selama rangsangan seksual. Pada wanita reaksi ini menyebabkan lubrikasi vaginal, tumescence (pembengkakan) klitoris, labia minora dan mayora, dan pembesaran sepertiga bagian luar vagina.
perangsangan dan plateu. Miotonia memuncak selama orgasmus, sehingga menyebabkan kontraksi involunter vagina wanita dan duktus deferens serta uretra pada pria. Kedua jender mengalami kontraksi pada lengan, tungkai, wajah, dan otot gluteal. Spasme kartopedal atau kontraksi spastis dari otot tangan dan kaki dapat terjadi setelah orgasmus tubuh kembali pada tingkat sebelum perangsangan. Fase yang di gambarkan oleh master dan johnson tidak absolut. Meskipun fase ini beragam dalam durasi dan intensitasnya, pola respon pada wanita dan pria lebih banyak kemiripannya ketimbang perbedaannya. Respon tersebut banyak di pengaruhi oleh faktor psikologis dan lingkungan seperti kelebihan mengkonsumsi alkohol, dan ketepatan waktu diantara individu bervariasi (Potter & perry ,2005).
Menurut Bobak (2005) respon seksual pada tahap awal dapat menyebabkan munculnya stimulasi pada hipotalamus dan kelenjar hipopisis anterior pada wanita dan pria kemudian menyebabkan keluarnya hormon FSH dan LH, jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad, ovarium dan testis. Pada wanita ovarium berfungsi memproduksi ovum dan mensekresi hormon progesteron dan estrogen. Sedangkan pada pria testis berfungsi memproduksi sperma dan mensekresi hormon testosteron. Mekanisme umpan balik antara hormon yang disekresi oleh gonad, hipotalamus dan hipopisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel kelamin dan sekresi hormon seksual steroid.
3. 2 Siklus respon seksual manusia.
Menurut Masters dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari fase
a. Tahap exicetement (peningkatan bertahap dalam rangsangan (seksual). Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah lubrikasi vaginal yaitu dinding vagina berkeringat, ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina (lorong vagina membuka), peningkatan sensitivitas dalam pembesaran klitoris serta labia, kemudian terjadi ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara. Sedangkan pada pria yang terjadi pada tahap ini yaitu ereksi penis (penambahan besar penis dari yang sebelumnya), penebalan dan elevasi skrotum, pembesaran skrotum, ereksi puting susu dan pembengkakan (tumescence).
b. Tahap Plateu (penguatan respon fase exicetement).
Pada tahap berikutnya yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah pembesaran klitoris (retraksi klitoris dibawah topi klitoris), pembentukan platform orgasmus: pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia minora, elevasi serviks dan uterus: perubahan warna kulit yang tampak hidup pada labia minora, pembesaran areola dan payudara, peningkatan tegangan otot dan pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan prekuensi pernafasan. Sedangkan pada pria yang terjadi pada tahap ini yaitu peningkatan ukuran glans (ujung) penis, peningkatan intensitas warna glans, elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis, peningkatan tegangan otot dan pernafasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan.
c. Tahap orgasmus (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)
terjadi adalah penutupan sfinter urinarius internal, sensasi ejakulasi yang terjadi tertahankan, kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat dan duktus ejakulatorius, relaksasi sfinter kandung kemih eksternal, memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan, ejakulasi.
d. Tahap Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak terangsang).
Pada tahap ini yang terjadi pada wanita adalah relaksasi bertahap pada dinding vagina, perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora, berkeringat, secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan kembali normal, wanita mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode refraktori seperti yang terjadi pada pria (Purnawan, 2004). Sedangkan yang terjadi pada tahap ini pada pria adalah kehilangan ereksi penis, periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak, reaksi berkeringat, penurunan testis, secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan kembali normal.
3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas antara lain: 1. Faktor Fisik
2. Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan) dapat mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual.
Hal ini sebenarnya tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan bernegoisasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima dan menyenangkan.
3. Faktor Gaya Hidup
Gaya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dalam aktivitas seks, ketersediaan waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dan penentuan waktu yang tepat untuk aktivitas seks. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut. Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur waktu antara bekerja dengan aktivitas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas seks merupakan beban baginya.
4. Faktor Harga Diri
3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi respon suami 1. Kesibukan
Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial menjadikan pasangan suami istri lupa akan kebutuhan seks mereka, mereka lebih menikmati hidup apabila mereka kebutuhan ekonominya dikatakan layak dan kebutuhan sosialnya terpenuhi. Mereka rela pergi pagi-pagi dan pulang sudah larut malam. Intenitas bertemu juga jarang walaupun mereka pergi kerja bersama-sama dan pulangnya pun bersama-sama. Tetapi mereka jarang berkomunikasi dan mereka larut dalam pikiran masing-masing karena kecapekan atau sebab lain mengenai masalah kerja.
2. Faktor Anak
Seringkali anak menjadi alasan klasik mengapa pasangan kita tidak mau diajak berhubungan seks. Awal pernikahan sebelum ada kehadiran seorang anak, kegiatan seks begitu menyenangkan, tetapi setelah ada kehadiran anak kegiatan itu pun terhalang apalagi kalau anak kita masih kecil-kecil dan masih tidur sekamar dengan kita.
3. Faktor Fisik
4. Faktor Psikologi
Tidak jarang kita jumpai banyak orang merasa stres karena apa yang menjadi impiannya selama ini belum atau bahkan tidak terwujud, atau faktor pekerjaan di kantor yang di bawah tekanan sehingga mudah sekali orang menjadi stress. Atau seseorang yang sangat rentan mengalami stress karena masalah yang sebenarnya masih bisa diatasinya. Apapun wujud dan sebab dari stres itu secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan seksnya. Mereka merasa tidak bergairah dalam menjalani hidup apalagi seseorang yang mengalami stres berat. 5. Faktor Pasangan
Yang dimaksud disini adalah faktor suami atau istri, kadang kala kita sudah menggebu dan sangat bergairah ingin sekali berhubungan suami istri ataubercinta dengan pasangan . Dan tidak jarang pasangan kita menolak untuk diajak berhubungan. Banyak alasan yang diutarakan karena penolakannya. Akibatnya gairah kita yang tadinya membara menjadi dingin seketika karena penolakan pasangan kita.
3.5. Persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.
tubektomi di harapkan agar suami mengerti secara terperinci dan jelas manfaat dari kontrasepsi tubektomi. Dari penjelasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan resproduksi serta aktif dalam penggunaan kontrasepsi ini (Pinem,2002).
Pasangan yang memilih metode tubektomi akan terbebas dari rasa kecemasan akan terjadinya kehamilan. Ketakutan akan kehamilan apabila terlambat haid atau lupa belum melakukan kontrasepsi seperti minum pil atau suntik sehingga dapat memicu permintaan untuk dilakukan tubektomi. Wanita yang melakukan tubektomi akan merasa terbebas dari kecemasan kehamilan, pasangan ini menikmati koitus dengan cara yang sebelumnya tidak mereka lakukan. Pasangan ini juga akan terbebas dari kecemasan terhadap biaya, karena tubektomi dilakukan sekali seumur hidup (Suzanne, 2008).
Peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks karena mereka bebas dari rasa cemas atas potensi kehamilan yang tidak direncanakan. Hasil penelitian diatas tidak menemukan secara jelas apa penyebab kondisi diatas, namun dimungkinkan karena perasaan bebas dari rasa kecemasan ada terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (Okezone, 2010).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Penelitian
Tubektomi adalah suatu operasi kecil yang dilakukan dengan cara memotong atau mengikat saluran indung telur sehingga sperma dan indung telur tidak bisa bertemu (BKKBN, 1993).
Manfaat tubektomi adalah cara yang efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari 99%. Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang, tidak mempengaruhi proses menyusui, pembedahan secara sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal, dan tidak tergantung pada faktor senggama. Bagi wanita yang beresiko kesehatannya dianjurkan untuk melakukan kontrasepsi tubektomi dan tidak mengganggu hubungan seksual.
Skema 1. Persepsi suami dan istri terhadap pengaruh tubektomi terhadap respon seksual
2. Defenisi Operasional
Persepsi adalah tanggapan / pandangan, pemahaman pasangan suami dan istri yang berada di kelurahan kemenangan tani kecamatan medan tuntungan tentang tubektomi terhadap respon seksual.
Respon seksual adalah adaptasi gambaran adaptasi fisik terhadap respon seksual pada tiap tahap yaitu tahap exicetement, plateu, orgasmus, resolusi yang menunjukkan menatau penurunan kemampuan frekuensi seksualitas, perubahan seksualitas.
Tubektomi Persepsi suami
& istri terhadap respon seksual
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian deskriptif untuk mengidentifikasi persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual.
2. Populasi Dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah sekelompok pasangan suami istri yang tinggal di wilayah yang sama atau objek yang memiliki karakteristik yang sama (Chandra, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan suami istri yang istrinya
mengunakan kontrasepsi mantap (tubektomi) di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Jumlah populasi sejak tahun 2009 bulan April
2010 sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri. b. Sampel
2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena di daerah Kelurahan Kemenangan Tani jumlah akseptor Tubektomi mencukupi untuk diambil sebagai sampel yaitu sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni-juli 2010.
2. Pertimbangan Etik
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selajutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat izin dari institusi dan rekomendasi dari camat medan tuntungan. Setelah mendapatkan izin dari camat, peneliti memulai mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan kepada responden yang akan diteliti.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan sebagai alat pengumpul data yang berisikan pertanyaan tentang persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Bentuk pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan tertutup (closed ended) dengan variasi pertanyaan berupa pertanyaan yang mana dari beberapa jawaban yang disediakan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.
istri tentang tubektomi terhadap respon seksual dilakukan memberikan pertanyaan-pertanyaan sekitar seputar hubungan seksual antara suami dan istri yang menggunakan tubektomi. Dengan menggunakan teori guttman yang menyediakan dua alternatif jawaban, yaitu ;(a) bila bentuk pertanyaan positif jawabannya” ya ” maka skor dari pertanyaan itu 1 (satu), namun jika jawaban ”tidak ” skor dari pertanyaan itu O (nol); (b) bila bentuk pertanyaan negatif jawabannya ”ya” maka skor dari pertanyaan itu O (nol), namun jika jawabannya ” tidak” maka skor dari pertanyaannya itu 1 (satu).
4. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat ijin pelaksanaan penelitian dari institusi Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan ijin dari Camat Medan Tuntungan.
Pada saat pengumpulan data, sebelumnya peneliti telah membuat kesepakatan kepada bagian PLKB untuk mendata pasangan suami dan istri yang tubektomi. Kemudian mendatangi rumah akseptor tubektomi untuk mewawancarai tentang respon seksual yang akan diolah peneliti atas jawaban dari pasangan suami dan istri akseptor tubektomi. Responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria penelitian pada Kelurahan Kemenangan Tani yang peneliti kunjungi akan di jadikan sebagai eksperimen. Responden pada awalnya akan memberikan pertanyaan yang akan dipertanyakan oleh peneliti. 5. Analisa Data
Dilanjutkan dengan memberikan kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian data diproses memakai program SPSS versi 17.0 dan terakhir data di cleaning yaitu untuk mengecek kembali data yang telah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu metode statistik yang digunakan untuk memaparkan satu variabel yaitu persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, Alpha krombat dan persentase sebaran karakteristik demografi wanita tubektomi respon seksual.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Data kuesioner disusun sendiri oleh peneliti sendiri, maka perlu dilakukan uji validitas yang bertujuan untuk mengukur apa yang akan di ukur yang sifatnya penting dan pasti (Arikunto, 2006). Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka. Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut yaitu Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 32 suami dan 32 istri. Penyajian hasil analisa data penelitian ini meliputi data demografi dan persepsi
Hasil penelitian menunjukkan pada tabel 1 diatas menunjukka n bahwa dari 64 responden, kelompok usia terbanyak pada suami adalah usia 41-60 sebanyak 22 orang (68.8%) dan usia terendah 20-40 sebanyak 10 orang (31.3%). Sedangkan pada istri terbanyak adalah usia 20-40 sebanyak 23 orang (71.9%) dan terendah adalah usia 41-60 sebanyak 9 orang (28.1%). Ditinjau dari pendidikan suami yang paling tinggi adalah SMU sebanyak 15 orang (46.8%) dan pendidikan terendah adalah SD dan SLTP masing-masing 2 orang (6.25%). Pendidikan istri yang paling tinggi adalah SMU sebanyak 13 orang (40.6%) dan terendah SD sebanyak 3 orang (9.4%).
1.2 Persepsi suami tentang Tubektomi terhadap respon seksual
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Persepsi Suami Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual Berdasarkan Pertanyaan Yang Dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.
1.3 Persepsi Istri Tentang Tubektomi Terhadap respon seksual.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual Berdasarkan Pertanyaan Yang Dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010
dilakukan tubektomi pasangan merasa kurang nyaman melakukan hubungan suami dan istri.
1.4 Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual
Tabel 4. Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.
SUAMI % ISTRI %
YA 16 50 17 53.1
TIDAK 16 50 15 46.9
Dari tabel 4 di atas mengenai persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan menunjukkan bahwa 16 orang (50%) suami mempunyai persepsi baik tentang tubektomi terhadap respon seksual dan 16 orang (50%) suami mempunyai persepsi yang kurang baik tentang tubektomi terhadap respon seksual. Sedangkan 17 orang ( 53.1%) istri mempunyai persepsi yang baik tentang tubektomi terhadap respon seksual dan 15 orang (46.9%) istri mempunyai persepsi kurang baik tentang tubektomi terhadap respon seksual.
2. Pembahasan
2.1 Karakteristik Demografi Suami dan Istri di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.
Dari penelitian ini diperoleh hasil karakteristik istri bahwa persentase terbesar Tubektomi ini terletak pada kelompok usia 20-40 tahun (56.6%). Dalam bidang kependudukan, pemerintah Indonesia menegaskan paradigma baru program KB yang telah disesuaikan dengan GBHN 1999. Visi program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan slogan dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja dikembangkan menjadi keluarga berkwalitas tahun 2015. Visi ini menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (BKKBN dan UNFPA,2005). Persentase terbesar peserta KB namun terletak pada kelompok usia 20-29 tahun sebesar 50%, disusul kelompok usia 30-49 tahun sebanyak 31% dan 15-19 tahun 11%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta terbesar berumur dibawah 40 tahun.
Hasil distribusi frekuensi pendidikan suami dan istri yang paling banyak menggunakan kontrasepsi tubektomi pada suami adalah SMU (N:15 atau 46.8%), dan istri (N:14 atau 43.7%).
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pengetahuan (Notoatmojo, 2003).
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Keadaan ini juga terjadi pada program KB tubektomi, masyarakat yang berpendidikan rendah lebih banyak memberikan respon emosi, karena dianggap dapat mengubah apa yang mereka lakukan pada masa lalu. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari program KB tubektomi, karena program KB tubektomi ini bertujuan untuk membantu masyarakat menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik (DepKes RI,1991).
Pasangan yang akan melakukan KB harus diberi penjelasan bagaimana cara kerjanya harus diugkapkan terlebih dulu kepada calon akseptor, calon akseptor juga tidak diberi kesempatan untuk mengetahui semua faktor pro dan kontra tentang kontrasepsi Tubektomi Sadli (1980).
Hal ini terlihat dalam penelitian tentang persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual dimana mengenai pekerjaan pasangan suami istri yang tertinggi adalah suami dengan pekerjaan pegawai swasta (N:10 atau 31.2%) dan istri IRT (N:16 atau 50%) sehingga tingkat kesejahteraan suatu keluarga sangat mempengaruhi dalam pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Istri yang memakai alat kontrasepsi tubektomi pada penelitian ini sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (N:16 atau 56.2%) penghasilannya hanya berasal dari suami saja. Pelembagaan kebudayaan diarahkan agar KB benar-benar dapat dihayati dan dijalankan oleh individu, keluarga maupun masyarakat. Pilihan atas pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon akseptor yang bersangkutan. Dan selera seseorang terhadap jenis kontrasepsi tertentu banyak ditentukan oleh pengetahuan seseorang mengenai jenis kontrasepsi (BKKBN,1991).
Hasil penelitian Rachman dkk (1998) bahwa banyak akseptor setelah berkali-kali mengalami kegagalan program KB, termotovasi untuk melakukan tubektomi. Dengan demikian, ada kemungkinan akseptor kontrasepsi mantap wanita (Tubektomi) memilih kontrasepsi mantap bukan secara sukarela, namun karena keadaan yang memaksa, apalagi jika dikaitkan dengan efek samping alat kontrasepsi.
peningkatan kualitas generasi mendatang. Untuk mewujukan keluarga kecil berkwalitas, masyarakat menggunakan alat kontrasepsi dengan cara yang tidak membahayakan pasangan suami dan istri seperti tubektomi. Tubektomi memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi daripada alat-alat kontraspsi lain dan ia bersifat permanent. Setelah dilakukan operasi, tidak dilakukan lagi alat kontrasepsi lain. Operasi tersebut dianggap tidak dapat diubah, meskipun dalam beberapa kasus operasi kecil, tuba-tuba yang sebelumnya dipotong telah berhasil dijahit kembali. Dan hal ini tidak akan berpengaruh terhadap libido dan kehidupan seks pasangan suami dan istri( Owen, elizabeth. 2005).
Peneliti berasumsi responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tunntungan meminati pemakaian alat kontrasepsi Tubektomi dikarenakan menginginkan siklus menstruasi yang normal, mereka percaya alat kontrasepsi yang aman adalah alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi siklus menstruasi dikarenakan data yang didapat peneliti bahwa pemakai kontrasepsi ini yang paling banyak dikelurahan kemenangan tani kecamatan medan tuntungan adalah sebanyak 33 orang (51.5%).
2.2 Persepsi Suami Dan Istri di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.
Dari hasil pengolahan data untuk persepsi suami dan istri terhadap Tubektomi tentang respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan sebagian besar responden mempunyai persepsi positif adalah sebanyak 33 orang (51.5%), yang mempunyai persepsi negatif sebanyak 31 orang (48%).
Bila dilihat dari hasil penelitian jawaban pasangan suami istri mengenai pertanyaan persepsi tentang Tubektomi didapatkan hasil bahwa pasangan suami istri yang banyak menjawab tidak setuju pada pernyataan no 6 yaitu terjadi peningkatan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan tubektomi. Dan pernyataan pada no 5 yaitu terjadi penurunan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan Tubektomi, sehingga Pernyataan ini sangat penting diketahui oleh pasangan suami istri sehingga mereka tidak takut untuk melakukan kontrasepsi tubektomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dr Anthony Smith menunjukkan bahwa wanita yang telah menjalani prosedur Tubektomi menunjukkan resiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu (disfungsi seksual). Bahkan mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seksualitas dari wanita lain yang tidak melakukan Tubektomi. Tetapi suami perlu diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon mereka yaitu faktor kesibukan, anak, fisik, psikologis, pasangan. Sehingga mempengaruhi keinginan mereka untuk melakukan hubungan suami istri dan mempengaruhi suami yang istrinya menggunakan Tubektomi di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan ( Teresa,dkk,2001).
Mereka salah pengertian akan kalimat penyataan tersebut disinilah tugas perawat konseling untuk menjelaskan kepada suami istri akan arti pernyataan, yang dikatakan bebas adalah dimana suami istri terbebas dari rasa kecemasan dari hamil yang tidak diinginkan (Okezone, 2010). Dengan menggunakan tehnik-tehnik konseling yang biasa digunakan yaitu: cara supportif, katarsis, membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan-perasaan yang tersirat dalam ucapan-ucapannya, memberi semua informasi yang diperlukannya untuk membantu peserta/calon peserta membuat keputusan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Persepsi suami dan istri tentang Tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010” maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Persepsi suami tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang baik yaitu 50%. 2. Persepsi suami tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan
pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang salah yaitu 50%. 3. Persepsi istri tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan
pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang baik yaitu 53.1%. 4. Persepsi istri tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan
pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang salah yaitu 46.9%. 5. Persepsi suami dan istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual
6. Persepsi suami dan istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 yang mempunyai persepsi yang salah yaitu suami (50%) dan istri (46,9).
2. Saran-saran
1.Saran terhadap pendidikan keperawatan
Agar dapat menambah informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
2.Saran terhadap penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun tambahan bagi penelitian selanjutnya dengan topik dan hendaknya di ruang lingkup yang sama dengan penelitian ini. Peneliti juga menyarankan agar pada penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan metode tentang persepsi suami dan istri tentang Tubektomi terhadap Respon Seksual dan responden pada penelitian ini adalah sebanyak 64 orang untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan lebih banyak responden agar hasilnya lebih representatif.
3. Saran terhadap praktek keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : suatu pendekatan edisi revisi VI. jakarta: PT Rineke Cipta.
Bobak, Lawdermulk. (2005), keperawatan maternitas. Jakarta:EGC. BKKBN. (1993). Penganyaman medis keluarga berencana. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.
Glasier & Gebbie. (2006). Keluarga Berencana & Kesehatan reproduksi, Family Planing and Reproductive Healthcare. Jakarta: EGC
Hasibuan,S.P.(2000). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kozier, E.B & Wilkinson (1995). Fundamental Of Nursing Concept, Proses, and praktice.
Fifth Edition. California: Addison- Wesley Publising Company, INC. Master these/ medicine/ Obstetri dan ginekologi.
Nursalam.(2003). Konsep dan penerapan metologi penelitian ilmu Kesehatan keperawatan.
Potter & perry. (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan: konsep Proses, dan praktik.
Prawiraharjo, (2005). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi I. Cetakan ke V. EGC. Jakarta.
Rakhmad, J. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Htt:/purnawan.wordpress.com. pada tanggal 12 maret 2010. Siagian, P.S. (1995). Teori Motivasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineke Cipta.
Speroff & Leon. (2005). Pedoman Klinik Kontrasepsi. Edisi III, EGC .Jakarta.
Walgino, J.(2002). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: penerbit Andi.
Ali,M. 2004. Kamus Lengkap Modren Buku Indonesia modern, jakarta, Pustaka Amani.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta.
Sukirno, sudono. 2004. Mikroekonomi. Jakarta.
Formulir persetujuan menjadi responden penelitian Persepsi
Suami Dan Pasien Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual
di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan
Medan Tuntungan
Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas sumatera Utara
Nama : Elsa Jois Karolina. Situmorang Nim : 091121030
Akan melakukan penelitian tentang persepsi suami dan pasien tentang tubektomi terhadap respon seksual di kelurahan kemenangan tani Medan Tuntungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi suami dan pasien tentang tubektomi terhadap respon seksual.
Saya mengharapkan partisipasi Saudara untuk bersedia dilakukan pemeriksaan tanda vital mencakup: pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan. Kemudian saya akan memberikan penyuluhan tentang tindakan operasi yang akan Saudara jalani. Setelah itu saya akan melakukan pemeriksaan kembali seperti sebelumnya. Hasil pemeriksaan akan dipergunakan hanya untuk pengembangan kualitas pelayanan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas yang Saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya.
Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, untuk ikut serta menjadi responden penelitian ini, saudara diharapkan menandatangani formulir ini.
No. Responden :
Tanggal :
Lampiran 2 Nama: Elsa Jois Karolina Situmorang Nim : 091121030
JADWAL PENELITIAN
No .
Kegiatan maret April Mei Juni Juli Sept Okt Nov Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Mengajukan dan menetapkan judul
2. Menyusun proposal penelitian
3. Sidang proposal penelitian
4. Perbaikan hasil sidang proposal
5. Pengumpulan data
6. Analisa data
7. Penyusunan laporan hasil penelitian
8. Sidang skripsi
Taksasi Dana Penelitian
1. Fotocopy materi untuk literatur Rp. 200.000,- 2. Pembelian 1 buah flashdisk Rp. 100.000,- 3. Rental komputer dan print Rp. 300.000,- 4. Biaya internet Rp. 100.000,- 5. Transportasi Rp. 500.000,- 6. Biaya tak terduga
[DataSet1] D:\SKRIPSI QIU\Standar Deviasi Umur Laki-laki.sav
Statistics
Jenis Kelamin Usia Kategori Usia Pendidikan Pekerjaan
N Valid 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0
Mean .00 47.47 .69 2.44 1.06
Std. Error of Mean .000 1.283 .083 .195 .168
Median .00 47.00 1.00 2.00 1.00
Mode 0 40a 1 2 1
Std. Deviation .000 7.256 .471 1.105 .948
Minimum 0 38 0 0 0
Maximum 0 60 1 4 3
Sum 0 1519 22 78 34
Statistics
Suku P1 P2 P3 P4 P5
N Valid 32 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean .97 .09 .34 .38 .34 .75
Std. Error of Mean .095 .052 .085 .087 .085 .078
Median 1.00 .00 .00 .00 .00 1.00
Mode 1 0 0 0 0 1
Std. Deviation .538 .296 .483 .492 .483 .440
Minimum 0 0 0 0 0 0
Maximum 2 1 1 1 1 1
Statistics
P6 P7 P8 P9 P10
N Valid 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0
Mean .75 .31 .59 .44 .66
Std. Error of Mean .078 .083 .088 .089 .085
Median 1.00 .00 1.00 .00 1.00
Mode 1 0 1 0 1
Std. Deviation .440 .471 .499 .504 .483
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 1 1 1 1 1
Sum 24 10 19 14 21
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 38 1 3.1 3.1 3.1
39 4 12.5 12.5 15.6
40 5 15.6 15.6 31.3
42 1 3.1 3.1 34.4
44 2 6.3 6.3 40.6
46 1 3.1 3.1 43.8
47 5 15.6 15.6 59.4
48 2 6.3 6.3 65.6
51 1 3.1 3.1 68.8
53 1 3.1 3.1 71.9
54 1 3.1 3.1 75.0
55 1 3.1 3.1 78.1
56 3 9.4 9.4 87.5
58 1 3.1 3.1 90.6
59 1 3.1 3.1 93.8
60 2 6.3 6.3 100.0
Total 32 100.0 100.0
Kategori Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-40 tahun 10 31.3 31.3 31.3
41-60 tahun 22 68.8 68.8 100.0
Total 32 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 2 6.3 6.3 6.3
SMP 2 6.3 6.3 12.5
SMA 15 46.9 46.9 59.4
D3 6 18.8 18.8 78.1
S1 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pegawai Swasta 10 31.3 31.3 31.3
PNS 13 40.6 40.6 71.9
Wiraswasta 6 18.8 18.8 90.6
Petani 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jawa 5 15.6 15.6 15.6
Karo 23 71.9 71.9 87.5
Batak 4 12.5 12.5 100.0
P1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 29 90.6 90.6 90.6
Tidak 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
P2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 21 65.6 65.6 65.6
Ya 11 34.4 34.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 20 62.5 62.5 62.5
Ya 12 37.5 37.5 100.0
Total 32 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 21 65.6 65.6 65.6
Tidak 11 34.4 34.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 8 25.0 25.0 25.0
Tidak 24 75.0 75.0 100.0
Total 32 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 8 25.0 25.0 25.0
Ya 24 75.0 75.0 100.0
Total 32 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 22 68.8 68.8 68.8
Ya 10 31.3 31.3 100.0
Total 32 100.0 100.0
P8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 13 40.6 40.6 40.6
Tidak 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 18 56.3 56.3 56.3
Tidak 14 43.8 43.8 100.0
Total 32 100.0 100.0
P10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 11 34.4 34.4 34.4
Ya 21 65.6 65.6 100.0
Total 32 100.0 100.0
[DataSet2] D:\SKRIPSI QIU\Standar Deviasi Umur Perempuan.sav
Statistics
Jenis Kelamin Usia Kategori Usia Pendidikan Pekerjaan
N Valid 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.00 40.41 .28 2.28 2.59
Std. Error of Mean .000 .819 .081 .169 .276
Median 1.00 39.00 .00 2.00 3.50
Mode 1 38a 0 2 4
Std. Deviation .000 4.634 .457 .958 1.563
Minimum 1 35 0 0 0
Maximum 1 56 1 4 4
Statistics
Suku P1 P2 P3 P4 P5
N Valid 32 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1.13 .31 .28 .66 .25 .63
Std. Error of Mean .098 .083 .081 .085 .078 .087
Median 1.00 .00 .00 1.00 .00 1.00
Mode 1 0 0 1 0 1
Std. Deviation .554 .471 .457 .483 .440 .492
Minimum 0 0 0 0 0 0
Maximum 2 1 1 1 1 1
Sum 36 10 9 21 8 20
Statistics
P6 P7 P8 P9 P10
N Valid 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0
Mean .75 .38 .53 .53 .69
Std. Error of Mean .078 .087 .090 .090 .083
Median 1.00 .00 1.00 1.00 1.00
Mode 1 0 1 1 1
Std. Deviation .440 .492 .507 .507 .471
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 1 1 1 1 1
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempuan 32 100.0 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 1 3.1 3.1 3.1
SMP 5 15.6 15.6 18.8
SMA 13 40.6 40.6 59.4
D3 10 31.3 31.3 90.6
S1 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pegawai Swasta 3 9.4 9.4 9.4
PNS 9 28.1 28.1 37.5
Wiraswasta 2 6.3 6.3 43.8
Petani 2 6.3 6.3 50.0
IRT 16 50.0 50.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jawa 3 9.4 9.4 9.4
Karo 22 68.8 68.8 78.1
Batak 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0
P1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 22 68.8 68.8 68.8
Tidak 10 31.3 31.3 100.0
Total 32 100.0 100.0
P2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 23 71.9 71.9 71.9
Ya 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 11 34.4 34.4 34.4
Ya 21 65.6 65.6 100.0
P4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 24 75.0 75.0 75.0
Tidak 8 25.0 25.0 100.0
Total 32 100.0 100.0
P5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 12 37.5 37.5 37.5
Tidak 20 62.5 62.5 100.0
Total 32 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 8 25.0 25.0 25.0
Ya 24 75.0 75.0 100.0
Total 32 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 20 62.5 62.5 62.5
Ya 12 37.5 37.5 100.0
P8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 15 46.9 46.9 46.9
Tidak 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
P9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 15 46.9 46.9 46.9
Tidak 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
P10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 10 31.3 31.3 31.3
Ya 22 68.8 68.8 100.0