• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Dalam Perspektif Penelitian Ilmiah Dan Perencanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Data Dalam Perspektif Penelitian Ilmiah Dan Perencanaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DATA DALAM PERSPEKTIF PENELITIAN ILMIAH

DAN PERENCANAAN

Penyusun:

Siti Latifah S,Hut. MSi Ph.D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Pendahluan

Saat ini kita sedang menyaksikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang sangat dinamis. Perkembangan ilmu pengetahuan itu bertujuan untuk

mengungkapkan kaedah-kaedah baru mengenai fenomena alam, sosial atau kemanusiaan

serta penerapannya untuk meningkatkan ksejahteraan umat manusia. Ilmu pengetahuan

dan teknologi merupakan masukan yang sangat penting dalam pembangunan nasional.

Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan melalui kegiatan penelitian.

Penelitian merupakan salah satu dharma perguruan tinggi, disamping dharma pendidikan

dan pengabdian pada masyarakat. Dengan demikian, penelitian menjadi salah satu unsur

kegiatan pokok dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan tugas di perguruan tinggi.

Penelitian merupakan wahana penting bagi perguruan tinggi untuk turut berkontribusi

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan nasional.

Penelitian (riset) dan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Penelitian

ilmiah digunakan untuk kebutuhan ilmu pengetahuan; ilmu pengetahuan tidak akan

berkembang bila tidak menggunakan riset ilmiah.

Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain

secara terus menerus.Salah sauaapan tersebutadalah pengumpulan data dan penglaa data.

Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan.

Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala

yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang

diteliti. Kegiatan pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasi dan

mengorganisasikan datasecara sistematis serta mengolah secara logis menurut rancangan

penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi

atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau

fakta yang diperoleh.

Oleh karenanya dalam kegiatan penelitian ilmiah diperlukan data yang memenuhi

kaidah –kaidah data ilmiah sebagai bahan dasar dalam penarikan kesimpulan yang baik

(3)

DASAR –DASAR PENGUKURAN

Pengertian Data

Data adalah hasil yang diperoleh dari suatu proses pengamatan yang dilakukan

dari suatu proses pengamatan yang dilakukan terhadap obyek yang diteliti. Data juga

merupakan keterangan yang benar atau nyata yang dapat dijadikan sebagai dasar kajian

(analisis dan kesimpulan). Data yang dikumpulkan dapat bersifat kualitatif maupun

kuantitatif statistika khususnya bekerja dangan data kuantitatif atau data kualitatif yang

sudah dikuantitatifkan denagn berbagai cara. Data kuantitatif adalah fakta yang

dipresentasikan dengan angka. Misalnya penghasilan keluarga dalam rupiah (Rp), berat

sapi dalam Kg, tinggi badan dalam Cm, diameter dan tinggi pohon dalam m, lama hidup

suatu mikroorganisme dalam jam dan sebagainya. Data kualitatif adalah fakta yang

dinyatakan dalam bentuk sifat (bukan angka). Data kualitatif dapat kita kuantitatifkan

antara lain denagn cara memberi skor, rangking, variable boneka (dummy variable) dan

sebagainya.

Data diukur secara langsung dan tidak sedikit data yang tidak dapat diukur secara

langsung. Untuk data yang tidak dapat diukur secara langsung harus kita buat secara

operasional agar dapat diukur. Operasionalisasi ini berarti harus diusahakan untuk

memecah atau menguraikan pengertian itu dalam sejumlah demensi yang dapat diukur.

Kualitas data pengukuran terdiri dari bias dan variance.

Cara memperoleh data :

- Perancangan percobaan, dimana data diperoleh di populasi buatan yang dibangkitkan

melalui percobaan (experiment). Contoh : pengaruh dosis pupuk terhadap

pertumbuhan semai gmelina (Gmelina arborea)

- Survey, dimana data diperoleh dari populasi yang telh ada di alam. Contoh : kegiatan

inventarisasi hutan.

Pengukuran dapat dilakukan dengan cara :

- Sensus : pengukuran 100% (full enumeration) dimana seluruh elemen dalam posisi

(4)

- Sampling (penarikan contoh) : pengukuran hanya dilakukan pada sebagian elemen

dari populasi.

Syarat Data Ilmiah

Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Dalam mengukur

fakta validitas pengukuran harus diusahakan sebaik mungkin. Pada umumnya setidaknya

ada dua syarat yang harus dipenuhi agar data dapat dipakai sebagai dasar penarikan

kesimpulan, yaitu :

1. Sifat kesasihan atau keabsahan data (data validity)

Dicirikan oleh kemampuan data untuk menerangkan permasalahan yang

dihadapi. Semakin tinggi kemampuan data dalam menerangkan permasalahan

yang diselidiki maka semakin tinggi tingkat keabsahan data tersebut. Keabsahan

data umumnya dicirikan oleh macam dan banyaknya sifat yang diambil untuk

menerangkan permasalahan yang dihadapi. Pada kenyataannya tingkat

keabsahahan data akan sangat ditentukan oleh batasan permasalahan yang

diselidiki dan pada kadar tertentu akan sangat tergantung dengan peneliti

(berhubungan dengan latar belakang disiplin ilmu yang didalami).

2. Sifat keterandalan data (data reliability)

Tingkat keterandalan data menyatakan ketelitian data yang diperoleh

dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya. Tingkat keterandalan data

biasanya dicirikan oleh faktor yang diduga akan sangat berpengaruh terhadap

tingkat ketelitian dalam mendapatkan data yang diamati, yaitu alat yang dipakai,

tingkat keterampilan pengamat atau pengukur dan metode yang dipakai dalam

pengamatan atau pengukuran data.

Bila digambarkan dalam bentuk target lemparan anak panah, perbedaan akurasi

(5)

Pada gambar (a) sebaran data cukup baik dan mendekati data aslinya. Hasil data

dikatakan presisi dan tidak bias atau tidak menyimpang. Gambar (b) menunjukkan

sebaran data yang presisi, tetapi menyimpang dari target yang sebenarnya berarti data

dikatakan bias. Gambar (c) menunjukkan sebaran data yang meluas berarti data yang

diperoleh tidap presisi. Data (c) tersebut tidak bias relatif jika dibandingkan dengan data

(d) yang sama-sama tidak presisi. Faktor-faktor presisi dan bias ini sangat ditentukan oleh

terjadinya faktor-faktor kesalahan yang terjadi selama pengukuran.

Satuan Pengukuran

Pengukuran adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan

menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan yang tertentu.

Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka untuk berbagai objek sedemikian

rupa sehingga angka ini mewakili kualitas atribut. Pengukuran adalah serangkaian

kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka

(kuantitatif). Jadi mengukur adalah suatu proses mengaitkan angka secara empirik dan

obyektif pada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh

tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau kejadian yang

diukur.

Sistem pengukuran merupakan sekumpulan aktifitas, prosedur, alat ukur, software

(6)

sedang diukur. Manfaat pengukuran adalah sebagai sarana untuk mendapatkan data guna

mengambil keputusan perlu/tidaknya meng-adjust proses manufaktur atau sarana untuk

menentukan keterkaitan antara 2 variable atau lebih. Satuan pengukuran meliputi satuan

panjang, satuan berat, satuan luas, satuan volume dan satuan waktu. Beberapa ukuran

standar pengukuran adalah meter, kilogram, detik, ampere, derajat Kelvin, Candela, Mole

serta beberapa satuan ukuran lain yang merupakan turunan dari ketujuh satuan ukuran

standar tersebut.

Sistem pengukuran terdiri atas :

1. Sistem metrik (metric system)

Diformulasikan oleh the French Academy of Science pada tahun 1790.

Diterapkan di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Latin. Saruan dasar ukuran adalah meter

(panjang), meterpersegi (luas), gram (berat), meter kubik (volume). Sistem metrik terdiri

atas Standar Internasional (SI) dan Standar Nasional (SN).

a. Standar Internasional (International standard)

Adalahstandar yang ditetapkan oleh persetujuan international sebagai dasar untuk

menetapkan suatu harga atau besaran bagi semua standar izin dari besaran yang ada.

Sistem SI pada pengukuran ini dikembangakan sejak tahun 1960 dan diakui sebagai versi

yang terakhir dan kemudian dikenal sebagai sistem metrik (Metrick). Sistem pengukuran

ini pada awalnya dikembangkan di Negeri Perancis pada abad tujuh belas, dan SI atau

“System Interntional” adalah sistem ukuran yang sekarang dipakai pada industri dan

telah diakui di seluruh dunia (Internasional). Sistem SI mempunyai tujuh satuan dasar

pengukuran dan satuan lain yang berasal dari ke tujuh satuan ini. Semua satuan sistem SI

yang lain diperoleh dengan menurunkan dari satuan dasar atau dari kombinasi satuan

dasar yang lain. Misalnya kita perhatikan satuan SI untuk volume, yaitu liter. Satuan liter

sama dengan 1/1000 meter kubik (m3). Satu m3 sesuai untuk volume dengan ukuran

ketiga sisinya satu meter.

Satuan dasar untuk panjang (length) dalam sistem SI didefinisikan sebagai meter

(m). Perkalian dan perkalian lanjutan yang sering digunakan adalah kilometer (km),

centimeter (cm) dan millimeter (mm). Satuan dasar untuk massa (mass) dalam sistem SI

adalah kilogram (kg). Massa didefinisi sebagai banyaknya bahan yang berada di dalam

(7)

(gravity) dan gaya grafitsi ini akan berkurang jika berat benda menjadi lebih jauh dari

pusat bumi. Walaupun satuan gram merupakan satuan dasar yang benar untuk massa, tapi

satuan gram untuk massa sangatlah kecil dan karena itu sekarang satuan kilogram diakui

sebagai satuan dasar. Perkalian dan perkalian lanjutan yang terkenal baik untuk massa

adalah: milligram (mg), dan ton (t). Satuan ton metrik sesuai dengan 1000 kg.

b. Standar Nasional (National standard)

Adalah standar yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah sebagai dasar untuk

menetapkan harga atau besaran dalam suatu negara, untuk semua standar lain dari

besaran yang ada.

2. Sistem British (British/English system)

Lahir di Inggris, sejak berabad-abad yang lalu Sistem Inggris (Imperial) mulai

digunakan di negeri Inggris serta dipakai di Negara-negara persemakmuran dan Amerika.

Ada banyak variasi satuan dasar pengukuran. Lain halnya dengan sistem SI, dimana

perkalian biasa dan perkalian lanjutan menggunakan satuan perkalian sepuluh yang

dinyatakan dalam bentuk eksponen (misalnya: mx1000 atau kilometer). Pada sistem

imperial, perkalian biasa dan perkalian lanjutan mempunyai banyak factor dari satuan

dasar, dan menggunakan nama-nama yang berbeda, serta tidak ada modifikasi pada

awalannya. Sistem Inggris menggunakan satuan dasar ukuran yard (panjang), square-yard

(luas), pound (berat), cubic-yard (volume).

Satuan dasar untuk panjang dalam sistem Inggris didefinisikan sebagai foot (ft).

Perkalian lanjutan umumnya adalah inch (inch=in) yang mana ada 1/12 inch = 1 kaki

(atau foot). Perkalian yang umum untuk kaki (foot) yaitu yard (yar=yd) atau kaki kubik

(feet), dan satu mile (mil=mi) atau 5280 kaki (feet). Satuan dasar untuk berat (weight)

dalam sistem Inggris didefinisikan sebagai (pound = lb). Perkalian lanjutan yang paling

umum adalah ounce (ons=oz), atau sebesar 1/16 onns = 1 pound (pon). Perkalian umum

yang biasa untuk berat (weight) yaitu ton atau dua ribu (=2000) pound. Satu ton biasanya

tidak disingkat.

(8)

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk

menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur

tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Data yang

diperoleh dari suatu pengamatan dapat bersifat kualitatif maupun bersifat kuantitatif.

Data dapat dinyatakan dalam skala pengukuran berdasarkan :

- Ada atau tidaknya pengelompokan

- Ada atau tidaknya peringkat nilai antar kelompok

- Kesamaan jarak antar dua tingkatan nilai yang berurutan

- Mutlak tidaknya nilai dari tingkatan awal

Berdasarkan keempat ciri tersebut, dapat ditentukan empat macam skala pengukuran

data, yaitu data dengan skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala ratio.

Keempat skala pengukuran tersebut memiliki tingkat penggunaan yang berbeda dalam

riset statistik.

1. Skala Nominal

Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang bersifat kualitatif Skala

pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau

kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area

geografis. Data pada skala ini memiliki kedudukan setara dan tidak berlaku operasi

matematika.

Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistik

non-parametrik digunakan untuk menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam

bentuk persentase. Sebagai contoh kita mengklaisfikasi variable jenis kelamin menjadi

sebagai berikut: laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat

melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut

hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya karaktersitik tertentu.

2. Skala Ordinal

Skala ordinal selain membedakan juga menunjukkan tingkatan. Cirinya adalah

adanya pengelompokan data, kedudukan data tidak setara/berjenjang dan tidak berlaku

operasi matematika. Tingkatan dalam data menunjukkan tingkat kekuatan, kebaikan atau

(9)

mungkin dibuat untuk data skala ordinal selain hubungan kesamaan adalah sebatas lebih

besar dari (>) atau lebih kecil dari (<).

Contoh : jenjang pendidikan (1=tidak bersekolah, 2=SD, 3=SMP, 4=SMA,

5=Sarjana), pendapatan, LIKERT (1=Sangat Tidak Setuju, 2=Tidak Setuju, 3=Netral,

4=Setuju dan 5=Sangat Setuju). Angka-angka ini hanya merupakan simbol

peringkat, tidak mengekspresikan jumlah.

3. Skala Interval

Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak.

Cirinya adalah merupakan angka yang sebenarnya/asli, berlaku operasi matematika serta

memiliki interval. Dalam skala interval juga terjadi pengelompokan data dengan jarak

antar dua peringkat data yang berurutan sama besar. Hubungan yang terbentuk antar dua

kelompok yang peringkatnya berurutan bukan semata-mata menerangkan kelompok data

yang satu lebih besar (>) atau lebih kecil (<) dari kelompok lain, tetapi menyatakan besar

perbedaan antara dua kelompok.

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal

dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap.

Contoh: indeks prestasi mahasiswa (0-4), suhu (25ºC-27ºC), misal temperatur

yang rendah pada suatu hari adalah 40o F dan temperatur yang tinggi adalah 80o F. Disini

kita tidak dapat mengatakan bahwa temperatur yang tinggi dua kali lebih panas

dibandingkan temperatur yang rendah karena jika skala Fahrenheit menjadi skala Celsius,

dimana C = (5F – 160) / 9, sehingga temperatur yang rendah adalah 4,4o C dan

temperatur yang tinggi adalah 26,6o C.

4. Skala rasio

Skala rasio berupa angka kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak. Cirinya

adalah data pada umumnya, berlaku operasi matematika, nilai 0 adalah mutlak (titik awal

yang menyatakan keadaan dimana tidak adanya sifat yang diukur pada titik ini) serta

jarak sama. Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh

(10)

empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu

karakteristik yang sedang diukur.

Tinggi dan berat adalah dua contoh nyata disini. Seseorang yang memiliki berat

100 kg boleh dikatakan dua kali lebih berat dibandingkan seseorang yang memiliki berat

50 kg, dan seseorang yang memiliki berat 150 kg tiga kali lebih berat dibandingkan

seseorang yang beratnya 50 kg. Dalam skala ratio nol memiliki makna empiris absolute

yaitu tidak satu pun dari property yang diukur benar-benar eksis.

Kesalahan Dalam Pengukuran Data

Menurut Miller & Miller (2001) tipe kesalahan dalam pengukuran dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu:

1. Kesalahan serius (Gross error)

Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus

diulangi. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang sangat

menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas

yang sangat rendah dan lain lain. Sumber kesalahan ini adalah surveyor/pengukur.

kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati/ gegabah, kurang pengalaman / kurang

perhatian, kesalahan ini tidak boleh terjadi, apabila diketahui ada kesalahan maka

dianjurkan untuk mengulang keseluruhan atau sebagian. contoh : salah baca, salah

mencatat, salah dengar. Untuk menghindari kesalahan ini adalah pengukuran lebih dari

satu kali, pengukuran dengan model dan teknik tertentu serta pengukuran dilakukan

dengan 2 orang atau lebih sesuai tugasnya..

2. Kesalahan acak (Random error)

Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil

dari suatu perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara

individual berada di sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek pada tingkat

akurasi dan kemampuan dapat terulang (reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar

dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi dengan kehati-hatian dan konsentrasi

(11)

Kesalahan random terjadi karena hal-hal yg tdk terduga seperti :

(1) Getaran udara / undulasi,

(2) Kondisi tanah tempat berdiri pengukur dan alat,

(3) Kecepatan udara atau kondisi atmosfer dan

(4) Kondisi pengamat.

Biasanya kesalahan ini terlihat bila suatu besaran diukur berulang ulang nilainya tidak

sama antara ukuran satu dgn yang lain.

3. Kesalahan sistematik (Systematic error)

Kesalahan sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil

data salah dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan standarisasi prosedur,

kalibrasi instrumen. Umumnya kesalahan sistematik disebabkan oleh alat-alat ukur

sendiri atau cara pengukuran yang tidak benar. Cara menghindari kesalahan alat perlu

dikalibrasi sebelum digunakan, dengan cara-cara pengukuran tertentu (pengamatan biasa

dan luar biasa dan hasilnya dirata-rata) serta koreksi pada pengolahan data. Pada

pengukuran jarak langsung kesalahan sistematik yang terjadi adalah panjang pita ukur

yang tdk standar, pelurusan yang tdk sempurna, pita ukur yang tidak sempurna,

kemiringan medan lapangan (slope), kelenturan pita ukur dan variasi temperatur udara.

Kesalahan pengukuran dapat disebabkan karena :

- Kesalahan manusia (human errors) misalnya kecerobohan dalam penggunaan alat,

kurang terampil atau teknik pengukuran yang tidak benar.

- Kesalahan alat, alat yang digunakan sudah rusak atau perlu kalibrasi.

- Kesalahan karena faktor alami, karena pengaruh banir pohon, cuaca, medan berat atau

ketinggian dan kelerengan tempat pengukuran.

Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran sehingga

menimbulkan variasi hasil, antara lain adalah:

1. Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.

Hal ini dapat diatasi dengan:

a. Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh

ukuran kualitas yang homogen

(12)

2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran.

Perbedaan ini dapat diatasi dengan cara mengenali persamaan dan perbedaan

suatu obyek yang terdapat pada situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat dari

obyek dapat diprediksikan.

3. Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan.

Alat ukur dikatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut mampu mengukur

dengan tepat apa yang hendak diukur. Terdapat dua unsur penting yang tidak dapat

dipisahkan dari prinsip validitas, yaitu kejituan dan ketelitian. Suatu alat ukur

dikatakan jitu apabila alat ukur tersebut dapat dipergunakan secara tepat dan jitu

mengenai sasaran. Alat ukur dikatakan reliable (andal) jika alat ukur tersebut

memiliki sifat konstan, stabil atau tepat.

4. Perbedaan penyelenggaraan/administrasi.

Kendala ini diatasi dengan menyelesaikan permasalahannon-teknis dengan baik

sehingga keadaan peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.

5. Perbedaan pembacaan hasil pengukuran.

Kesalahan ini dapat diatasi dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau

instrumentasi yang akan digunakan terlebih dahulu.

Kesalahan dapat dihindari dengan persiapan sebelum pelaksanaan seperti :

– Mengetahui tentang teori pengukuran

– Paham dengan jenis-jenis alat ukur dan cara koreksinya

– Menguasai metode-metode ilmu hitung perataan

– Bekerja dengan loyalitas tinggi dan rasa tanggung jawab

Non sampling Error (NSE) dan sampling Error (SE)

Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya.

Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan,

yang dikenal dengan nama “sampling error”. Penyimpangan dari karakteristik populasi

disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara

hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus. Presisi diukur

(13)

yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (makin tinggi

pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin bisa meningkat

dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang

kalau jumlah sampelnya ditambah (Kerlinger, 1973 ).

Jenis kesalahan ada 2, yakni kesalahan sampling dan kesalahan non sampling.

Kesalahan sampling (sampling error : SE) adalah kesalahan yang disebabkan karena

dilakukannya pengambilan contoh (sampling). Kesalahan bukan karena kesalahan

pengukuran, alat, faktor lingkungan maupun kesalahan pengukur melainkan kesalahan

pada saat melakukan sampling. Besarnya kesalahan sampling dapat dihitung dengan

pasti. Error sistematik akan berdampak pada akurasi pengukuran. Jika error sistematik

terjadi maka akurasi pengukuran tidak dapat ditingkatkan dengan melakukan

pengulangan pengukuran.

Biasanya, sumber error sistematik terjadi karena istrumen pengukuran tersebut

tidak terkalibrasi atau kesalahan pembacaan. Error acak akan berdampak pada presisi

pengukuran. Error acak hadir memberikan hasil pengukuran yang fluktuatif, di atas dan

di bawah nilai sebenarnya atau nilai yang diangap benar. Presisi pengukuran akibat error

acak ini dapat diperbaiki dengan melakukan pengulangan pengukuran. Biasanya, error ini

terjadi karena permasalahan dalam memperkirakan (estimating) nilai pengukuran saat

jarum berada di antara dua garis skala atau karena nilai yang ditunjukan oleh instrumen

tersebut berfluktuasi dalam rentang tertentu.

Kesimpulan

Data yang dapat memenuhi syarat keilmiahan setidak –tidaknya memenuhi dua

syarata yaitu mempunyai sifat kesahihan atau keabsahan data dan sifat kerterandalan

data. Data yang diperoleh dari suatu proses pengamatan dapat bersifat kuantitatif dan

kualikatif . Dalam pengukuran data terdapat empat macam skala data yaitu skala

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Akca, Alparslan dan van Laar Anthonie. 1997. Forest Mensuration. Cuvillier Verlag. Gottingen.

Anonim. 2010. Defenisi Angka Penting. http://definisi-pengertian.blogspot.com/

Anonim. 2010. Skala Pengukuran. http://id.wordpress.com/tag/skalapengukuran/.

Anonim. 2010. Statistika Matematika. http://naviul.student.umm.ac.id/

BPKH Wilayah XI Jawa-Madura dan Forest Governance and Multistakeholder Forestry Programme (MFP II). Allometrik Berbagai Jenis Pohon untuk Menaksir Kandungan Biomassa dan Karbon di Hutan Rakyat. Program Kegiatan Penyusunan Basis Data Potensi dan Dinamika Karbon Hutan Rakyat di Pulau Jawa sebagai Prakondisi Proyek Karbon Hutan.

Budi, M. Pemodelan Pertumbuhan Volume Tegakan Acacia mangium. Studi Kasus di Hutan Tanaman Industri Pt. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Budiman, A. Penyusunan Pita Volume Pohon Berdiri untuk Jenis-jenisHutan Rakyat (Revolusi Alat Ukur Volumetrik untuk Petani). Balai Penelitian Kehutanan Ciamis.

Gondells. 2009. Kesalahan-Kesalahan Dalam Pengukuran. http://belajar-teknik-sipil.blogspot.com/2010/03/kesalahan-kesalahan-dalam-pengukuran.html.

Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. UI-Press. Jakarta.

Iqmal, T. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi pada Penggunaan pHmeter dan Spektrofotometer UV-VIS. Jurusan Kimia-FMIPA Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Jhon, H. 2009. Riset Pemasaran. Universitas Gunadarma.

Latifah, S. 2003. Peranan Metode Analisis Kuantitatif dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia. Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Miller, J.N and Miller, J.C. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th. Ed, Prentice Hall, Harlow.

.

(15)

.2003. Penyusunan Dan Validasi Fungsi Volume Batang (Studi Kasus pada Jenis

Gmelina arborea Roxb di Areal P.T. Wanakasita Nusantara, Jambi).Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 1 : 17-25 (2003) .

Munzir, I. 2009. Satuan Pengukuran (Unit of Measure.IND). http://munzir888.wordpress.com//satuan-pengukuran-unit-of-measure-ind/

Purba, H. 2009. Akurasi dan Presisi. http://hardipurba.com/

Simon, H. 1987. Manual Inventore Hutan. UI-Press. Jakarta.

Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suhendar, E. 2010. Angka Penting.

http://www.smkn2pandeglang.net/index.php. SMKN2 Pandeglang.

Tim Pengajar. Handout Kuliah. Dasar-Dasar Pengukuran dan Kesalahan Pengukuran. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok. Tim Pengajar. Hand out Kuliah. Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian. Teknik

Informatika Universitas Brawijaya. Malang.

Wijaksana

, Y. 2008.

Karakteristik Biometrik Pohon Mahoni Daun Lebar

(Swietenia macrophylla King.) Kasus di KPH Tasikmalaya. Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Paling tidak terdapat tiga macam bentuk pengendalian konflik, yakni : 1) Konsiliasi, iaitu pengendalian konflik yang dilakukan dengan melalui lembaga-lembaga tertentu

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Allah yang sejati dari allah yang sejati,/ diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan sang Bapa,/ yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat;/

Rumah Perawatan Psiko-Neuro-Geriatri atau yang lebih dikenal dengan “Puri Saras” adalah klinik kesehatan yang bergerak dalam bidang layanan kesehatan jiwa, mulai beroperasi sejak

Oleh karena itu maka $pesan_error akan ditambah pesan “- Tanggal lahir harus diisi dengan lengkap” dan variable $ada_error menjadi bernilai true karena telah

Berdasarkan pada pertanyaan yang terlampir dalam kuesioner mewakili item baru dalam riset Sense of online Community ini ditambah dengan semua item yang terdapat pada item Existing

Menurut Gagne, Wager, Goal, &amp; Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan