• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penerapan ISO 9001 : 2008 Dalam Mewujudkan Pelayanan Prima Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Penerapan ISO 9001 : 2008 Dalam Mewujudkan Pelayanan Prima Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

E

MEW

PELA

MO

Di

Pendid

D

F

EVALUA

WUJUDK

AYANAN

ODAL (KP

isusun Un

dikan sarj

Negara

DEPARTE

FAKULTA

UN

ASI PENE

KAN PEL

PERIZIN

P2T-PM)

ntuk Mem

rjana (S-1

a Fakulta

FANNY

EMEN IL

AS ILMU

NIVERSIT

ERAPAN

LAYANAN

NAN TER

KABUPA

SKRIP

menuhi Pe

) Pada De

as Ilmu So

Oleh

FEBRINA

110903

LMU ADM

U SOSIAL

TAS SUM

MEDA

2015

ISO 9001

N PRIMA

RPADU D

ATEN PA

PSI

ersyaratan

eparteme

osial dan I

h:

A KUDA

050

MINISTR

L DAN IL

MATERA

AN

5

1:2008 DA

A PADA K

DAN PEN

AKPAK B

(2)

ABSTRAK

Evaluasi Penerapan ISO 9001 : 2008 Dalam Mewujudkan Pelayanan Prima Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten

Pakpak Bharat

Nama : Fanny Febrina Kudadiri

NIM : 110903050

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing :

Kualitas pelayanan publik adalah salah satu cerminan dari bagaimana pemerintahan suatu negara dijalankan. Namun pada kenyataannya, kondisi pelayanan publik di Indonesia masih menunjukkan kualitas yang kurang memuaskan. Konsep pelayanan prima menjadi model yang diterapkan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan kepuasan masyarakat pengguna layanan sebagai orientasinya. Konsep ini dikenal dalam penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Sementara itu, dalam rangka Reformasi Birokrasi, sejak tahun 2011 pemerintah melalui Kementerian PANRB mulai mensosialisasikan penerapan ISO 9001 : 2008 sebagai kerangka Sistem Manajemen Mutu pada unit pelayanan publik di Indonesia dengan harapan bahwa Sistem Manajemen Mutu ini dapat membantu organisasi pelayanan publik untuk lebih mengarah kepada penyelenggaraan pelayanan prima.

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pegawai KP2T-PM dan masyarakat pemilik usaha di Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya yang bertempat di Desa Salak I dan II, Kota Salak. Selain itu, data juga diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskripsi dengan pendekatan kualitatif. Dalam menganalisis data, penulis mengkategorikan data-data yang diperoleh, kemudian menelusuri dan menjelaskan hubungan di antara kategori dan menarik kesimpulan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, Msi selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, Msp selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan waktu, tenaga, sumbangan pemikiran, dan yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Hatta Ridho, S.Sos., Msp selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan membantu pengembangan isi skripsi dan pengetahuan penulis.

(4)

7. Buat yang teristimewa kedua orangtuaku, yang telah membesarkan dan mendidik aku. Maaf belum bisa menjadi yang terbaik dan terimakasih untuk 22 tahun yang indah.

8. Buat adik-adikku, terimakasih atas semua bantuannya yang selalu setia mendukung dan memberi semangat selama ini. Khususnya buat teman-teman yang selalu membantu menyelesaikan skripsi ini.

9. Buat semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.Terimakasih banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Tuhan kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Medan. 28 Juni 2015 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ...1

1.2Fokus Penelitian ...5

1.3Rumusan Masalah ...5

1.4Tujuan Penelitian ...6

1.5Manfaat Penelitian...6

1.6Kerangka Teori...7

1.7.1 Kebijakan Publik ...7

1.7.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ...7

1.7.1.2 Tahapan Kebijakan Publik ...8

1.7.2 Evaluasi Kebijakan Publik ...9

1.7.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ...9

1.7.2.2 Tujuan Evaluasi Kebijakan ...10

1.7.2.3 Model Evaluasi Kebijakan ...11

1.7.2.4 Kriteria Evaluasi Kebijakan ...12

1.7.2.5 Metode Evaluasi Kebijakan ...14

1.7.3 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 ...15

1.7.3.1 Prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 ...16

1.7.4 Pelayanan Publik ...19

1.7.4.1 Pengertian Pelayanan Publik ...19

1.7.4.2 Jenis Pelayanan Publik ...20

1.7.4.3 Pola Pelayanan Publik ...21

1.7.4.4 Kualitas Pelayanan Publik ...22

1.8 Definisi Konsep ...25

1.9 Sistematika Penulisan ...26

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ...28

2.2 Lokasi Penelitian ...28

2.3 Informan Penelitian ...29

2.4Tehnik Pengumpulan Data...28

2.5 Tehnik Analisis Data ...31

(6)

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1 Penyelenggaraan Pelayanan Prima ...48 4.2 Penerapan ISO 9001 : 2008 ………....56

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Evaluasi Penerapan ISO Dalam Mewujudkan Pelayanan Prima ...84

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ...92 6.2 Saran ...93

(7)

ABSTRAK

Evaluasi Penerapan ISO 9001 : 2008 Dalam Mewujudkan Pelayanan Prima Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten

Pakpak Bharat

Nama : Fanny Febrina Kudadiri

NIM : 110903050

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing :

Kualitas pelayanan publik adalah salah satu cerminan dari bagaimana pemerintahan suatu negara dijalankan. Namun pada kenyataannya, kondisi pelayanan publik di Indonesia masih menunjukkan kualitas yang kurang memuaskan. Konsep pelayanan prima menjadi model yang diterapkan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan kepuasan masyarakat pengguna layanan sebagai orientasinya. Konsep ini dikenal dalam penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Sementara itu, dalam rangka Reformasi Birokrasi, sejak tahun 2011 pemerintah melalui Kementerian PANRB mulai mensosialisasikan penerapan ISO 9001 : 2008 sebagai kerangka Sistem Manajemen Mutu pada unit pelayanan publik di Indonesia dengan harapan bahwa Sistem Manajemen Mutu ini dapat membantu organisasi pelayanan publik untuk lebih mengarah kepada penyelenggaraan pelayanan prima.

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pegawai KP2T-PM dan masyarakat pemilik usaha di Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya yang bertempat di Desa Salak I dan II, Kota Salak. Selain itu, data juga diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskripsi dengan pendekatan kualitatif. Dalam menganalisis data, penulis mengkategorikan data-data yang diperoleh, kemudian menelusuri dan menjelaskan hubungan di antara kategori dan menarik kesimpulan.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas pelayanan publik adalah salah satu cerminan dari bagaimana

pemerintahan suatu negara dijalankan. Menilik kondisi pelayanan publik di

Indonesia, kualitas yang ditunjukkan masih kurang memuaskan. Menurut hasil

penelitian Ulbert1, tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diberikan

oleh aparatur negara menunjukkan persentase 33,7%, yang dikategorikan rendah.

Beberapa persoalan juga turut mewarnai pelaksanaan pelayanan publik tersebut,

yang oleh Saleh2 disebut sebagai budaya pelayanan. Budaya pelayanan yang

dimaksud antara lain : 1) Masih kuatnya budaya ‘dilayani’ daripada budaya

melayani sehingga kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang

baik menjadi terabaikan; 2) Budaya pelayanan yang ditampilkan masih cenderung

birokratis dimana prosedur pelayanan masih terkesan rumit dan berbelit-belit; 3)

Persepsi publik untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan cepat harus melalui

beragam jalur pintas yang disebabkan oleh perilaku aparatur pelayanan yang

masih membeda-bedakan pemberian pelayanan.

1

Utomo, Warsito. Dinamika Administrasi Publik : Analisis Empiris Seputar Isu-isu Kotemporer Dalam Administrasi Publik. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003) 2

(9)

Kondisi di atas kemudian ditindaklanjuti pemerintah dengan mengadakan

reformasi birokrasi3. Konsep pelayanan prima menjadi model yang diterapkan

guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan kepuasan masyarakat

pengguna layanan sebagai orientasinya. Salah satu pola pelayanan prima yang

telah diterapkan pemerintah daerah adalah Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah pola pelayanan publik yang diselenggarakan

pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki

keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. Rumitnya proses pengurusan

izin dan birokrasi yang terkesan berbelit-belit melatarbelakangi pembentukan

PTSP. Tujuan dari pembentukan PTSP sendiri antara lain untuk memperpendek

proses pelayanan, mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah,

transparan, pasti dan terjangkau, serta mendekatkan dan memberikan pelayanan

yang lebih luas kepada masyarakat4. Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Permendagri) Nomor 24 Tahun 2006 mengenai Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu pemerintah menginstruksikan pemerintah daerah

untuk membentuk unit pelayanan terpadu dengan jenis kelembagaan disesuaikan

dengan kemampuan dan kebutuhan daerah, apakah berbentuk dinas, badan, atau

kantor.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM)

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu dari sekian banyak PTSP yang ada di

Indonesia. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ini mulai terbentuk sejak

3

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang RPJMN 2010-2014

4

(10)

tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 6

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Pakpak Bharat. Selama kurang lebih 6 tahun memberikan pelayanan,

KP2T-PM juga mengalami beberapa kendala, seperti kurangnya kesadaran

masyarakat untuk melegalisasi usahanya, kurangnya pendukung operasional,

belum optimalnya pelaksanaan prosedur pelayanan perizinan karena izin yang

diterbitkan terkadang tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Hal ini diakibatkan belum dilaksanakannya kontrol terhadap pelaksanaan SOP

yang telah ditetapkan, sehingga proses penerbitan izin tidak sesuai dengan

prosedur atau tahapan yang telah ditetapkan sebelumnya5. Sementara di bidang

penanaman modal, belum adanya kebijakan yang jelas yang akan mengatur

masalah investasi di Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya investasi asing6.

Sementara itu, dalam rangka Reformasi Birokrasi, sejak tahun 2011

pemerintah melalui Kementerian PANRB mulai mensosialisasikan penerapan ISO

9001 : 2008 sebagai kerangka Sistem Manajemen Mutu pada unit pelayanan

publik di Indonesia. Sistem yang diadopsi dari perusahaan swasta ini berorientasi

pada kepuasan pelanggan, dengan perbaikan berkesinambungan sebagai

strateginya. Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari program peningkatan

kualitas pelayanan publik yang dirumuskan dalam reformasi birokrasi gelombang

kedua (2010-2014), yang termuat dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 mengenai Road

5

Realisasi Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (yantupinpb.blogspot.com) 6

(11)

Map Reformasi Birokrasi. Dalam Reformasi Birokrasi gelombang kedua tersebut pemerintah menetapkan 3 target yang ingin dicapai melalui program peningkatan

kualitas pelayanan publik, yaitu meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada

masyarakat (transparan, cepat, tepat, sederhana, aman, terjangkau, dan memiliki

kepastian), meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standarisasi

pelayanan internasional, dan meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pelayanan publik. Ketiga target ini mengarah kepada konsep

pelayanan prima, dimana orientasi dari pelayanan prima adalah kepuasan

masyarakat pengguna layanan.

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu dari 15 kabupaten/kota di

Indonesia yang menjadi daerah percontohan penerapan ISO 9001 : 2008. Ada 9

SKPD di Kabupaten Pakpak Bharat yang menerapkan kebijakan ini, salah satunya

adalah KP2T-PM. Keinginan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan

mewujudkan pelayanan prima mendorong KP2T-PM untuk menerapkan ISO 9001

: 2008 sebagai Sistem Manajemen Mutu pada organisasi tersebut, dengan harapan

bahwa ketika pelayanan prima sudah tercipta kesadaran masyarakat untuk

melegalisasi usaha akan meningkat begitu juga dengan investasi7.

Penerapan ISO sebagai Sistem Manajemen Mutu dalam suatu unit

pelayanan memang bukan hal yang baru meskipun dalam jenis yang berbeda,

seperti PDAM Tirtanadi Medan dan SAMSAT Medan Selatan yang menggunakan

ISO 9001 : 2000. Namun bagi Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya KP2T-PM,

7

(12)

ini adalah sebuah konsep baru. Ketika sebuah kebijakan diterapkan tentu akan ada

kendala yang dihadapi dan perlu diketahui apakah kebijakan tersebut benar-benar

tepat untuk menjawab permasalahan dalam organisasi, terutama permasalahan

yang dihadapi oleh KP2T-PM dalam menyelenggarakan pelayanan prima. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian dengan judul

“Evaluasi Penerapan ISO 9001:2008 2008 Dalam Mewujudkan Pelayanan Prima

pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM)

Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.2Fokus penelitian

Dalam penelitian kualitatif perlu dibuat batasan masalah yang berisi fokus

atau pokok permasalahan yang diteliti. Ini bertujuan untuk memperjelas dan

mempertajam pembahasan. Penelitian ini difokuskan pada penyelenggaraan

pelayanan prima dan penerapan ISO 9001 : 2008 pada Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat

dengan melihat kendala-kendala yang dihadapi dan keterkaitan di antara

keduanya.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi rumusan

(13)

1) Bagaimanakah penyelenggaraan pelayanan prima pada KP2T-PM

Kabupaten Pakpak Bharat?

2) Bagaimanakah penerapan ISO 9001 : 2008 pada KP2T-PM Kabupaten

Pakpak Bharat?

3) Bagaimana Evaluasi Penerapan ISO 9001:2008 Dalam Mewujudkan

Pelayanan Prima pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan

Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu untuk mengetahui dan

mendeskripsikan Evaluasi Penerapan ISO 9001:2008 Dalam Mewujudkan

Pelayanan Prima pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman

Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

wawasan dan melatih kemampuan penulis dalam pembuatan karya

(14)

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

ilmiah dan menjadi sumber referensi bagi pembaca.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pemerintah dalam hal peningkatan kualitas pelayanan publik.

1.7 Kerangka Teori

1.7.1 Kebijakan Publik

Seperti yang dinyatakan oleh Dye8, kebijakan publik adalah studi tentang

“apa yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan

tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut”. Pokok kajian dari hal ini adalah

negara. Pengertian ini selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para

ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi kebijakan

publik menurut Thomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai keputusan

(decision making), dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk

menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan

sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.

Chandler dan Plano9 berpendapat bahwa kebijakan publik adalah

pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya - sumberdaya yang ada untuk

8

1 Drs. Hessel Nogi S. Tangkilisan, MSi, “Teori dan Konsep Kebijakan Publik” dalam Kebijakan Publik

yang Membumi, konsep, strategi dan kasus, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI, 2003, hal 1.

(15)

memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik

merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh

pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam

masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan

secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chandler dan Plano dapat

diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini

pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi

persoalan publik.

Riant Nugroho10 sendiri mendefinisikan kebijakan publik sebagai setiap

keputusan yang dibuat oleh Negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan

dari Negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada

masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat

yang dicita-citakan.

1.7.1.1 Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik

Reformasi birokrasi adalah proses penyempurnaan, perbaikan,

pengubahan, dan perombakan birokrasi dari keadaan kurang baik menjadi lebih

baik. Reformasi birokrasi dan pelayanan publik merupakan elemen penting dalam

tata kelola pemerintahan, menuju terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas

dan prima.

10

(16)

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik Tahun 2010-201411

No. Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik

Kebijakan

1. Reformasi Birokrasi 1. Penegakan Peraturan Disiplin PNS (PP 53/2010 pengganti PP 30/1980)

2. Penerapan Pakta Integritas Pejabat Eselon 1, Eselon 2, dan Eselon 3

3. Pembuatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)

4. Pelaporan Gratifikasi

5. Sistem Pengendalian Internal yang efektif (pengawasan fungsional, pengawasan melekat, dan pengawasan masyarakat)

6. Penerapan e-Procurement pengadaan barang/jasa pemerintah

7. Tindak lanajut atas temuan hasil pemeriksaan

8. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan anggaran dan pelaporannya

9. Tindak lanjut pengaduan masyarakat

10.Penataan organisasi/kelembagaan:

rightsizing organisasi

11.Penyederhanaan proses bisnis (business process) dan Estándar Operasional Prosedur (SOP) utama

12.Manajemen SDM berkualitas, transparan, dan berbasis merit/kompetensi

13.Pemanfaatan teknologi informasi ( e-Government)

14.Manajemen Kearsipan dan dokumentasi berbasis teknologi informasi (UU 43/2010 tentang Kearsipan)

15.Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan peningkatan kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

2. Pelayanan Publik 1. Penerapan estándar pelayanan publik (sesuai UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik)

2. Pembuatan dan Sosialisasi Maklumat Pelayanan

3. Penyebarluasan Pelayanan Terpadu Satu

(17)

Pintu

4. Penerapan Manajemen Pengaduan yang efektif

5. Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik

6. Pemantauan, evaluasi, dan penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik

Kebijakan Pelayanan Publik difokuskan pada enam area, yaitu peletakan

arah kebijakan pelayanan publik (UU Pelayanan Publik dan petunjuk

pelaksanaannya), penyebaran praktik-praktik terbaik penyelenggaraan pelayanan

publik (best practices), penerapan standar pelayanan publik menuju standar internasional, pemberian penghargaan peningkatan kinerja pelayanan publik,

deregulasi dan debirokratisasi pelayanan investasi, dan peningkatan

partisipasi/peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Terkait peningkatan kualitas pelayanan publik, ada tiga sasaran yang ingin

dicapai, yaitu : 1) Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

(transparan, cepat, tepat, sederhana, aman, terjangkau, dan memiliki kepastian); 2)

Meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standarisasi pelayanan

internasional; 3) Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pelayanan publik.12

1.7.1.2 Tahapan Kebijakan Publik

12

(18)

Dalam proses pembuatan kebijakan, ada beberapa tahapan yang harus

dilalui13, yaitu : 1) Penyusunan Agenda, dimana para pejabat yang dipilih dan

diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak

disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama; 2) Formulasi

Kebijakan, dimana para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi

masalah. Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif,

keputusan peradilan, dan tindakan legislatif; 3) Adopsi Kebijakan, dimana

alternatif kebijakan diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif,

konsensus di antara direktur lembaga, atau keputusan peradilan; 4) Implementasi

Kebijakan, dimana kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasikan sumberdaya dan manusia; dan 5) Penilaian

Kebijakan (Evaluasi Kebijakan), dimana unit-unit pemeriksaan dan akuntansi

dalam pemerintahan menentukan apakah badan-badan eksekutif, legislatif, dan

peradilan memenuhi persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan

pencapaian tujuan.

1.7.2 Implementasi Kebijakan Publik

Model Implementasi

1. Teori George C. Edwards III (1980)14

13

Dunn, William N. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2003)

14

(19)

Menurut Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat

variabel, yaitu : a) Komunikasi, dimana keberhasilan impelementasi

mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan.

Oleh karena itu apa yang menjadi tuuan dan sasaran kebijakan harus

ditransmisikan kepada kelompok sasaran; b) sumberdaya, dapat

berwujud sumberdaya manusia (kompetensi implementor) dan

sumberdaya finansial; c) disposisi, yaitu watak dan karakteristik yang

dimiliki implementor; d) struktur birokrasi, dimana salah satu

aspeknya yang penting adalah adanya prosedur operasi yang standard

(standard operating procedures atau SOP). Ini menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Selain itu struktur organisasi

yang terlalu panjang juga cenderung akan melemahkan pengawasan

dan menimbulkan prosedur birokrasi yang rumit.

2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)15

Menurut Meter dan Horn, kinerja implementasi dipengaruhi oleh enam

variabel, yaitu : a) Standar dan sasaran kebijakan, dimana kedua aspek

ini harus jelas dan dapat diukur sehingga dapat direalisasi; b)

Sumberdaya, baik sumberdaya manusia manusia maupun non manusia

sangat mendukung dalam implementasi kebijakan; c) Hubungan antar

organisasi, dimana dalam banyak program, kordinasi antar instansi

sangat diperlukan bagi keberhasilan implementasi; d) Karakteristik

(20)

agen pelaksana, mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan

pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan

mempengaruhi implementasi suatu program; e) Kondisi sosial, politik,

dan ekonomi, yang mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang

dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauhmana

kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi

implementasi kebijakan, karateristik para partisipan (mendukung atau

menolak), bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan

apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan; dan f)

Disposisi implementor, yang mencakup tiga hal penting, yakni respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi atau pemahamannya terhadap kebijakan, dan intensitas disposisi implementor atau preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

1.7.3 Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan dalam tahapan kebijakan publik diartikan sebagai tahap

penilaian kebijakan. Evaluasi kebijakan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

pelaksanaan kebijakan berhasil meraih dampak yang diinginkan dan apa penyebab

(21)

Thomas R. Dye dalam Parsons16 menyatakan bahwa evaluasi kebijakan

adalah “pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan publik”. Tepatnya ia

mencatat bahwa evaluasi kebijakan publik adalah pemeriksaan yang objektif,

sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap

targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan

kebijakan publik, sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat

kesenjangan antara ‘harapan’ dan ‘kenyataan’.17 Secara sederhana, evaluasi

kebijakan publik dapat diartikan sebagai penilaian terhadap efek dari kebijakan

publik dan sejauh mana tujuannya sudah dicapai.

1.7.3.1 Tujuan Evaluasi Kebijakan

Dalam mengevaluasi kebijakan, ada fokus yang ingin dicapai oleh

pengevaluasi. Evaluasi kebijakan memiliki tujuan yang dapat dirinci sebagai

berikut18:

a) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan

Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan

sasaran kebijakan.

b) Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan

16

Parsons, Wayne. 2008. Public Policy : Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. (2008:547)

17

(22)

Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu

kebijakan.

c) Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan

Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur besaran adan kualitas

pengeluaran atau output dari suatu kebijakan d) Mengukur dampak suatu kebijakan

Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari

suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

e) Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan

Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya

penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara

tujuan dengan sasaran dengan pencapaian target.

f) Sebagai bahan melakukan (input) untuk kebijakan yang akan datang

Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses

kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.

1.7.3.2 Model Evaluasi Kebijakan

Menurut Wayne Parsons19, ada dua macam model evaluasi kebijakan yang

digunakan yaitu :

1. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan ketika kebijakan atau

program yang sedang diimplementasikan merupakan analisis tentang

19

(23)

“seberapa jauh sebuah program diimplementasikan dan apa kondisi yang

bisa meningkatkan keberhasilan implementasi”. Pada fase implementasi

memerlukan evaluasi “formatif” yang akan memonitor cara dimana sebuah

program dikelola atau diatur untuk menghasilkan umpan balik yang bisa

berfungsi untuk meningkatkan proses implementasi.

Rosi dan Freeman dalam buku Parsons mendeskripsikan model evaluasi

ini sebagai evaluasi pada tiga persoalan, yaitu sejauh mana sebuah

program mencapai target populasi yang tepat, apakah penyampaian

pelayanannya konsisten dengan spesifikasi desain program atau tidak dan

sumber daya apa yang dikeluarkan dalam melakukan program

2. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur

bagaimana kebijakan atau program secara aktual berdampak pada problem

yang ditanganinya. Model evaluasi ini pada dasarnya adalah model

penelitian komparatif yang mengukur beberapa persoalan yaitu,

membandingkan sebelum dan sesudah program diimplementasikan,

membandingkan dampak intervensi terhadap satu kelompok dengan

kelompok lain atau antara satu kelompok yang menjadi subjek intervensi

dan kelompok lain yang tidak (kelompok kontrol), membandingkan apa

yang terjadi dengan apa yang mungkin terjadi tanpa intervensi, dan

membandingkan bagaimana bagian-bagian yang berbeda dalam satu

wilayah mengalami dampak yang berbeda-beda akibat dari kebijakan yang

(24)

1.7.3.3 Kriteria Evaluasi

Suatu kebijakan yang telah diimplementasikan harus mengharuskan

informasi mengenai kinerja kebijakan. William N. Dunn20 mengemukakan

beberapa kriteria dalam menilai kinerja kebijakan, sebagai berikut :

Tipe Kriteria Penjelasan

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah

tercapai?

Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan

untuk mencapai hasil yang diinginkan?

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang

diinginkan memecahkan masalah?

Pemerataan Apakah biaya dan manfaat

didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda?

Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan

kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu?

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan

benar-benar berguna atau bernilai?

1.7.4 ISO 9001 : 2008

ISO 9001 adalah standar sistem manajemen kualitas, serta standar yang

paling komprehensif dan digunakan untuk menjamin kualitas pada tahap

perancangan dan pengembangan, produk, instalasi dan pelayanan jasa. Tujuan

dari standar ISO 9001 adalah untuk memberikan jaminan kualitas dalam hal

20

(25)

kontraktual dengan pihak luar (Tjiptono dan Diana, 2003, h.88). Sistem ISO

9001:2008 berfokus pada efektivitas proses continual improvement dengan pilar utama pola berpikir PDCA (Plan-Do-Check-Act), dimana dalam setiap proses senantiasa melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur

dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan

perbaikan yang sesuai dan monitoring pelaksanaannya agar benar-benar bisa

menuntaskan masalah yang terjadi pada organisasi. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 merupakan prosedur

terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem, yang

bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan jasa)

terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan

tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.

1.7.4.1 Prinsip-Prinsip ISO 9001:2008

Prinsip manajemen mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake Imae

(1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang kemudian juga

menjadi acuan dalam standard ISO 9001. Selain itu SMM ISO 9001 : 2008 telah

melakukan perubahan dengan menggunakan 8 prinsip manajemen mutu tersebut

(26)

akan berintegrasi pada klausul-klausul ISO 9001 : 2008 yang secara lengkap

diuraikan sebagai berikut21 :

1. Fokus pada pelanggan

Organisasi harus mengerti keinginan pelanggan saat ini dan nanti dengan

berusaha memenuhi persyaratan pelanggan dan berusaha melebihi harapan

pelanggan.

2. Kepemimpinan

Pemimpin harus mampu menciptakan visi yang mengandung kewajiban

untuk mewujudkannya dan membawa orang lain ke tempat yang baru,

yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan visinya ke dalam

kenyataan. Pemimpin juga harus membuat tujuan organisasi dengan

menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang membuat semua

personil terlibat dalam pencapaian sasaran organisasi.

3. Keterlibatan karyawan

Keterlibatan pegawai dalam sistem manajemen sangat diperlukan, mulai

dari perencanaan sampai pada pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu.

Sehigga masing-masing personel merasa ikut bertanggung jawab untuk

mencapai tujuan organisasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi

pelanggan.

21

Konsep Pengendalian Mutu (Dr.C.Rudy Prihantoro, M.Pd.) 2012. Bandung : PT.

(27)

4. Pendekatan Proses

Proses dalam ISO 9001 : 2008 didefinisikan sebagai kumpulan aktivitas

yang saling berhubungan (mempengaruhi), dimana berubahnya input

(material, persyaratan, peralatan, instruksi) menjadi output (barang, jasa).

Pendekatan proses mensyaratkan organisasi untuk melakukan identifikasi,

penerapan, pengelolaan, dan melakukan peningkatan berkesinambungan

proses yang dibutuhkan untuk sistem manajemen mutu dan mengelola

interaksi masing-masing proses yang bertujuan untuk mencapai sasaran

organisasi.

5. Pendekatan sistem untuk pengelolaan

Pendekatan sistem untuk pengelolaan dapat dilakukan jika pendekatan

proses sudah diterapkan. Dengan kata lain, pendekatan sistem untuk

pengelolaan adalah kumpulan dari pendekatan proses.

6. Peningkatan berkesinambungan

Peningkatan berkesinambungan harus menjadi sasaran utama sebuah

organisasi. Tetapi terlebih dahulu harus dilakukan stabilitas. Bila stabilitas

sudah berjalan, dilanjutkan peningkatan ke tahap berikutnya secara

terus-menerus.

(28)

Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan analisis data

dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

8. Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok

Organisasi dan pemasok saling bergantung satu sama lain dan merupakan

hubungan yang saling menguntungkan.

Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008

5. Pendekatan Sistem

Untuk Pengelolaan

1. Mengutamakan Pelanggan

3. Keterlibatan Karyawan

6. Peningkatan

Berkesinambungan

2. Kepemimpinan

Perencana

an

stra

tegi 4. Pendekatan

Proses

7. Pengambilan Keputusan Berdasarkan

(29)

(Rudy Prihantoro, 2012 : 58)

1.7.5 Pelayanan Publik

Penggunaan istilah pelayanan publik (public service) di Indonesia dianggap memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan

masyarakat. Oleh sebab itu ketiga istilah tersebut dipergunakan bersamaan dan

tidak memiliki perbedaan yang mendasar. Pelayanan berfungsi sebagai sebuah

sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Menurut UU Nomor 25 tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

8. Hubungan Saling

(30)

Sinambela dalam Harbani Posolong (2010) menyatakan pelayanan publik

sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah

manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu

kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak

terikat pada suatu produk secara fisik. Sedangkan menurut Kepmen PAN Nomor

25 Tahun 2004, Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan penerima layanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik

adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memenuhi

kebutuhan warga negara.

1.7.5.1 Jenis Pelayanan Publik

Jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta BUMN/BUMD menurut

Kepmen PAN Nomor 58 Tahun 2002 :

1. Pelayanan administrasi adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit

pelayanan berupa pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,

dokumentasi, dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan

menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin,

rekomendasi, keterangan, dan lain-lain. Misalnya jenis pelayanan sertifikat

tanah, pelayanan, IMB, pelayanan administrasi kependudukan (KTP, akte

(31)

2. Pelayanan barang adalah pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan

berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan berwujud fisik

termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen langsung

(sebagai unit atau individual) dalam suatu sistem. Misalnya jenis

pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon

3. Pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan

berupa sarana dan prasarana serta penunjangnya. Misalnya pelayanan

angkutan darat, laut dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan pos dan

pelayanan pemadam kebakaran.

1.7.5.2 Pola Pengelolaan Pelayanan Publik

Dalam prakteknya penyelenggaraan pelayanan publik tersebut

dilaksanakan melalui 3 macam pola pengelolan sebagai berikut:

a. Pelayanan Fungsional, yakni pola pelayanan publik yang diselenggarakan

oleh lembaga pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya,

misalnya penyediaan tenaga listrik oleh PLN, pengaturan jaringan telepon

oleh PT Telkom, layanan pos oleh PT Pos & Giro, dsb.

b. Pelayanan Terpusat, yakni pola pelayanan publik yang diberikan secara

mandiri oleh lembaga pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari

pemerintah, misalnya pengurusan paspor oleh Kantor Imigrasi, Akte

Kelahiran oleh Kantor Catatan Sipil, urusan Nikah, Talak dan Rujuk

(32)

c. Pelayanan Terpadu, yakni pelayanan berbagai jenis jasa yang dibutuhkan

masyarakat yang diselenggarakan dalam satu tempat pelayanan, misalnya

pengurusan BPKB yang melibatkan dua lembaga, dsb. Pelayanan Terpadu

dapat digolongkan ke dalam tiga macam pengelolaan terpadu:

1) Terpadu Satu Atap, yaitu pola pelayanan yang diselenggarakan dalam

satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai

keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu;

2) Terpadu Satu Pintu, yaitu pola pelayanan yang diselenggarakan pada

satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki

keterkaitan proses, dan dilayani melalui satu pintu;

3) Gugus Tugas, yaitu yaitu pola pelayanan yang diselenggarakan oleh

petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus

tugas, yang ditempatkan pada suatu lembaga dan lokasi pelayanan

tertentu.

1.7.5.3 Pelayanan Prima

Pelayanan prima merupakan terjemahan dari “Excellent Service”, yang berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik. Lehtinen,

1983:21, mengemukakan bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan atau suatu

urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung dengan manusia atau mesin

secara fisik untuk menyediakan kepuasan konsumen. Gumehsoson, 1987:22,

menyatakan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang dapat diperjualbelikan dan

(33)

Pelayanan dalam bahasa Inggris disebut Service. Beberapa pakar tentang Pelayanan Prima mengolah kata service yang lebih bermakna. Catherine DeVrye (1997) mengolah kata service menjadi Tujuh Strategi Sederhana Menuju Sukses :

1. Self Esteem (Memberi Nilai pada Diri Sendiri) 2. Exceed Expectations (Melampaui Harapan Konsumen) 3.Recover (Merebut Kembali) 4. Vision (Visi)

5. Improve (Melakukan Peningkatan Perbaikan) 6. Care (Memberi Perhatian) 7. Empower (Pemberdayaan) Untuk melaksanakan tugas sebagai abdi Negara atau abdi masyarakat tentunya didasari pada pelayanan yang mengacu pada kepuasan

pelanggan/masyarakat (customer satisfaction) yang dilayani.

Definisi Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya, dengan

diasumsikan bahwa kalau kinerja di bawah harapan, pelanggan akan merasa

kecewa, kalau kinerja sesuai harapan, pelanggan akan merasa puas, dan kalau

kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Kepuasan pelanggan

merupakan tujuan utama pelayanan prima. Setiap aparatur pelayanan

berkewajiban untuk berupaya memuaskan pelanggannya. Kepuasan pelanggan

dapat dicapai apabila aparatur pelayanan mengetahui siapa pelanggannya, baik

pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Dengan mengetahui siapa

pelanggannya, maka aparatur pelayan akan dapat mengidentifikasi apa keinginan

pelanggan. Dengan demikian maka harapan masyarakat terhadap pelayanan

(34)

dari masyarakat walaupun kepuasan sebenarnya sangat relatif tetapi paling tidak

seorang birokrat/pelayan semestinya memiliki pribadi prima yang dapat dilihat

dari indikator-indikator, antara lain: 1) tampil ramah, 2)tampil sopan dan penuh

hormat, 3)tampil yakin, 4)tampil rapi, 5)tampil ceria 6)tampil senang memaafkan,

7)senang bergaul, 8)senang belajar dari orang lain, 9)senang pada kewajaran, dan

10)senang menyenangkan orang lain. Dari uraian yang dikemukakan diatas, maka

indikator pelayanan prima penerapannya mengacu pada sendi-sendi pelayanan

menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)

Nomor 81/1993, antara lain adalah:

1. Kesederhanaan dalam arti bahwa prosedur/tata cara pelayanan yang tidak

rumit.

2. Kejelasan dan kepastian adanya Prosedur/tata cara; Persyaratan, baik

teknis maupun administrasi; Unit kerja atau pejabat yang bertanggung

jawab; Rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya;

Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum; Hak dan kewajiban pemberi

maupun penerima pelayanan umum; Pejabat yang menerima keluhan

masyarakat apabila ada ketidakpuasan pelayanan.

3. Keamanan, dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat

memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian

hukum.

4. Keterbukaan, dalam arti prosedur/tata cara, persyaratan dll, yang berkaitan

(35)

mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun

tidak diminta.

5. Efisien, dalam arti persyaratan pelayanan umum dibatasi hanya pada

hal-hal yang berkaitan langsung dengan produk pelayanan umum yang

diberikan dan dicegah adanya pengulangan kelengkapan persyaratan.

6. Ekonomis, dalam arti pengenaan biaya harus ditetapkan secara wajar dan

tidak menuntut biaya yang tinggi di luar kewajaran, memperhatikan

kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum.

7. Keadilan yang merata, dalam arti cakupan/jangkauan pelayanan umum

harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan

diperlakukan secara adil.

8. Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat

diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Prinsip Pelayanan Prima

Terminologi pelayanan prima, berangkat dari reformasi di bidang

pelayanan publik. Kepuasan total pelanggan menjadi orientasi gerakan ini. David

Osborne dan Ted Gabler (dalam Tim Penyusun, 2003:11; lihat juga

AtepAdyaBarata, 2004:25, 30, 35-45) menyatakan bahwa pengembangan

organisasi sebetulnya hanya bermuara pada terwujudnya a smaller, better, faster and cheaper government. Pernyataan sederhana ini mengandung makna bahwa empat hal tersebut harus menjadi prioritas dengan menjadikan aparatur sebagai

(36)

ini pelayanan publik dari aparatur masih rendah.Untuk dapat mengetahui apa saja

indikator bahwa sebuah pelayanan dianggap prima, dapat dimulai dengan

menguraikan paling tidak lima prinsip dasar pelayanan prima, yaitu

mengutamakan pelanggan, sistem yang efektif, melayani dengan hati,

perbaikan yang berkelanjutan dan memberdayakan pelanggan (Tim Penyusun, 2003:13-16).

1.7.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai ISO 9001 : 2008 masih terbilang baru, terutama di bidang

Ilmu Administrasi Negara. Oleh karena itu, penulis mengambil beberapa hasil

penelitian dari bidang ilmu lain sebagai bahan acuan dalam penelitian ini.

1. Perbandingan Manajemen Pelayanan Puskesmas Bersertifikat

International Standardisation Organisation Dengan Non International Standardisation Organisation.

Penelitian ini dilakukan oleh Kusumaningtyas (2014) dengan

tujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas manajemen pelayanan

kesehatan antara Puskesmas bersertifikat ISO dengan yang tidak. Dari

hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Puskesmas dengan sertifikasi

ISO 9001 : 2008 mempunyai aktifitas atau kegiatan yang mengarah pada

mutu sebagai proses untuk memenuhi persyaratan pelanggan. Sedikit demi

sedikit terjadi perubahan pada pelayanan yang diberikan. Mulai dari unit

(37)

hingga bangunan yang disesuaikan dengan standard untuk mengutamakan

kenyamanan pelanggan.

2. Pengaruh Penerapan ISO 9001 : 2008 Terhadap Kinerja Pegawai

Sekretariat Daerah Pemerintahan Kota Malang

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septantya Chandra

Pamungkas (2013) ini menunjukkan bahwa penerapan ISO 9001 : 2008

khususnya sumber daya manusia (kompetensi, pelatihan, dan kesadaran),

infrastruktur kerja, dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Malang

3. Pengaruh Penerapan ISO 9001 : 2008 Terhadap Kinerja Guru Di SMK

Negeri 1 Sedayu Bantul

Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini

berkesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

penerapan SMM ISO 9001 : 2008 terhadap kinerja guru di SMK Negeri 1

Sedayu dimana sumbangan efektif SMM ISO 9001 : 2008 terhadap kinerja

guru adalah sebesar 25,5 %.

4. Analisis Budaya Mutu Universitas Surabaya Dalam Rangka Pengukuran

Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008

Penelitian yang dilakukan oleh Naya Adi Swaputri, dkk ini

(38)

tertinggi dalam penerapan SMM ISO 9001 : 2008 adalah pada variabel

fokus pelanggan. Ini berarti pelayanan yang diberikan sudah cukup baik.

Selain itu, diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan ISO 9001 : 2008

berpengaruh positif terhadap budaya mutu Universitas Surabaya. Dan

yang terakhir, semakin tinggi kesadaran untuk menerapkan SMM ISO

9001 : 2008 maka semakin baik budaya mutu yang dimiliki oleh

Universitas Surabaya.

1.8 Definisi Konsep

Konsep dapat diartikan sebagai penggambaran secara abstrak suatu

keadaan, individu atau kelompok yang menjadi objek kajian ilmu sosial. Untuk

mempermudah pemahaman di dalam meneliti objek tersebut, perlu dilakukan

pendefinisian konsep. Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah :

1. Kebijakan publik adalah tindakan dan/atau dampak dari tindakan

pemerintah yang diproyeksikan kepada tujuan tertentu.

2. Evaluasi kebijakan adalah penilaian terhadap efek dari kebijakan publik

dan sejauh mana tujuannya sudah dicapai.

3. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 adalah standar sertifikasi yang

mengelola proses pencapaian kualitas dalam kaitannya dengan hubungan

(39)

4. Kualitas pelayanan berkaitan dengan usaha memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan yang mencakup produk (barang atau jasa), tenaga

(40)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Bungin (2007:68), penelitian sosial menggunakan format

deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai

kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang

menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai

suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi

ataupun fenomena tertentu. Dengan demikian, penelitian ini akan menjelaskan

gambaran realitas dari masalah yang akan dideskripsikan oleh peneliti dengan

menggunakan data-data yang ada.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan

Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat yang beralamat di

Kompleks Perkantoran Panorama Sindeka Indah, Kota Salak, Kabupaten Pakpak

Bharat.

(41)

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitian yang dilakukan sehingga subyek penelitian yang telah tercermin

dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang

akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang

diperlukan selama proses

Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua

jenis yaitu :

a. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala dan pegawai Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (KP2T-PM)

Kabupaten Pakpak Bharat.

b. Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti.

Informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat, khususnya yang

pernah mengurus izin di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan

Penanaman Modal (KP2T-PM) Kabupaten Pakpak Bharat.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, merupakan tehnik pengumpulan data

yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Tehnik pengumpulan data

(42)

Wawancara mendalam dapat diartikan sebagai proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa mengunakan pedoman wawancara.

b. Observasi

Observasi adalah tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, merupakan data yang tidak secara

langsung diperoleh dari objek penelitian.

a) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada di lokasi penelitian serta

sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan tehnik pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan lainnya

yang berkenaan dengan penelitian ini.

2.5 Teknik Analisis Data

Analisis-analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika

induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di

lapangan dan bermuara pada kesimpulan umum (Bungin, 2007:143). Strategi

(43)

proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak di

permukaan itu. Dengan demikian, maka analisis kualitatif digunakan untuk

memahami sebuah proses dan fakta bukan sekedar menjelaskan fakta tersebut.

Model tahapan analisis induktif adalah sebagai berikut (ibid hal. 144) :

1. Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi,

revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada.

2. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh

3. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi

4. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi

5. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum

(44)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu dari tiga kabupaten yang

dibentuk berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003

tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan

Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini

terbentuk dari 3 kecamatan yang sebelumya bergabung dengan Kabupaten Dairi,

yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Sitellu Tali Urang

Jehe.

3.1.1 Visi Misi

Visi :

“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat Yang Sejahtera Serta

Kepemimpinan yang Adil dan Demokratis Didukung Pemerintahan yang

Profesional yang Berfokus Kepada Peningkatan Perekonomian Masyarakat,

Sumber Daya Manusia (SDM), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Kesehatan

(45)

Misi :

1. Mewujudkan Percepatan Peningkatan dan Pemerataan Pendapatan Masyarakat;

2. Mewujudkan Pemerintahan yang Profesional, Kreatif dan Fasilitatif;

3. Meningkatkan dan Memantapkan Kualitas Pendidikan Masyarakat;

4. Meningkatkan dan Memantapkan Kualitas Kesehatan Masyarakat;

5. Memantapkan Tata Hubungan yang Dinamis dengan Pemerintah Atasan dan

Kerjasama Saling Menguntungkan dalam Peningkatan Aksesibilitas dengan

Daerah Lain Khususnya yang Berbatasan Langsung;

6. Meningkatkan Iklim Keterbukaan dan Partisipatif dalam Sistem Sosial dan

Birokrasi;

7. Meningkatkan Si nergitas Para Pihak dalam Pemberdayaan Masyarakat;

8. Meningkatkan Kualitas Hidup dan Menguatkan Peran Perempuan dalam

Pembangunan;

9. Mewujudkan Komitmen Bersama dalam Penegakan Hukum secara Konsisten

dan Konsekuen;

10. Mengembangkan Hubungan yang Dinamis dengan Masyarakat Pakpak

Perantau;

(46)

12. Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi dalam Menggali Sumber Pendapatan

Asli Daerah.

3.1.2 Kondisi Geografis

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Sum atera Utara terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara

berada pada ketinggian antara 250 -1400 meter di atas permukaan laut. Topografi

dan kontur tanah Kabupaten Pakpak Bharat beraneka ragam yaitu yang tergolong

datar (3,16 %), landai (2 6,86 %), miring (25,63 %) dan terjal (44,35 %). Secara

astronomis , Kabupaten Pakpak Bharat berada pada posisi 2015’00”-3032’00” L

intang Utara dan 90000’-98031’ B ujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten

Pakpak Bharat sebagai berikut : Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Dairi & Kabupaten Samosir, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh

Singkil & Kota Subulussalam , Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten

Dairi, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Humbahas & Kabupaten

Tapanuli Tengah.

3.1.3. Administratif

Secara administratif, Kabupaten Pakpak Bharat terdiri atas 8 Kecamatan

dan 52 Desa. Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dengan luas +473,62 Km2

(47)

Sitellu Tali Urang Julu dengan luas + 53,02 Km2 merupakan kecamatan

tersempit. Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 29 Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati Pakpak

Bharat.

3.1.4 Demografis

Berdasarkan hasil data kependudukan dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2012 , jumlah penduduk di Kabupaten Pakpak

Bharat adalah sebesar 41.492 jiwa yang terdiri dari 20.938 jiwa penduduk

laki-laki dan 20.554 jiwa penduduk perempuan. Sebanyak 41.492 penduduk

Kabupaten Pakpak Bharat menyebar di delapan Kecamatan dan 52 desa,

persentase terbesar berada di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (23,12 %) dan

persentase terkecil ada di Kecamatan Pagindar (2,99 %). 2.1.5. Sosial Ekonomi

Kemasyarakatan Mayoritas penduduk Kabupaten Pakpak Bharat bekerja di sektor

pertanian dari total angkatan kerja yang bekerja. Dari total penduduk usia 15

tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja, 98,87 % bekerja, dimana dari total

yang bekerja tersebut, sebesar 88,35 % bekerja di sektor pertanian, perkebunan,

kehutanan, perburuan dan perikanan. Lapangan pekerjaan utama terbesar kedua

setelah sektor pertanian adalah perdagangan, rumah makan dan jasa akomoda si,

yakni sebesar 3,77 %. Lapangan pekerjaan utama selanjutnya setelah itu adalah

sektor jasa kemasyarakatan yakni sebesar 2,94 % dan sektor transportasi,

(48)

dengan lapangan pekerjaan utama di sektor lainnya masing - masing tidak lebih

dari 2 %.

3.2 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman

Modal (KP2T-PM)

Dalam rangka mengefektifkan, meningkatkan, serta memperlancar

pelayanan kepada masyarakat di dalam mengurus perizinan maka Departemen

Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri No.24/2006 mengenai

pembentukan Unit Pelayanan Perizinan Terpadu (One Stop Service) sebagai salah satu dari sekian banyak organisasi pendukung yang merupakan bagian dari

organisasi besar pemerintah daerah yang bertugas memberi pelayanan kepada

masyarakat meliputi semua perizinan, rekomendasi, keterangan yang dikeluarkan

oleh pemerintah daerah pada satu kantor atau satu instansi.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 4 Tahun 2014

tentang perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 6 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Pakpak Bharat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor, 3 (tiga) Kepala Seksi dan 1

(satu) Kepala Sub Bagian Tata Usaha dengan tugas pokok, fungsi dan kedudukan

masing-masing diatur dalam Peraturan Bupati Pakpak Bharat Nomor 4 Tahun

2009 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing Jabatan pada

(49)

atau One Stop Service Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat melayani 93 (sembilan puluh tiga) izin.

3.2.1 Visi dan Misi

Visi

Terwujudnya pelayanan prima dalam menjamin kepuasan dan dunia

usaha di Kabupaten Pakpak Bharat.

Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan

2. Meningkatkan minat investor dan kerjasama pembangunan dunia

usaha khususnya di Kabupaten Pakpak Bharat.

Motto

“HP – 3G”

HANDAL Pelayanan yang dijanjikan segera direalisasikan dengan cepat,

tepat, akurat dan memuaskan (realiability)

PEDULI Menganggap semua masalah pelanggan sebagai bagian dari

masalah kami (emphaty)

(50)

43 GEDUNG Siap menyediakan dan memelihara fasilitas pelayanan yang aman

dan nyaman (Tangible)

GARANSI Dapat dipercaya, sopan, berpengetahuan baik dan menjamin

kepastian hukum produk dan jaminan atas pelayanan yang

diberikan (Assurance)

3.2.2 Struktur Organisasi

KEPALA KANTOR

Drs. LOSMAR BERUTU, MM

JABATAN

KASI INFORMASI DAN

PENYULUHAN PERIZINAN

STAF

1. Edward DP Sibarani, SE 2. Ronal H. Lingga, SE

KEPALA T. USAHA

Plh. Sabar Simajuntak,S.A.P

STAF

1. Aida Nirwani Silalahi,A.Md 2. Ferri Sariandi Berutu, A.Md 3. Kartini Berutu

4. Enny Kudadiri

KASI PENANAMAN MODAL

JUHRI A. I. POHAN, S.Sos

STAF

1. Arapenta Sebayang, SE 2. Sabar Simanjuntak, S.AP KASI PERIZINAN

MARUDUT SITUMORANG, SH,

STAF

(51)

3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi

A. Kepala Kantor.

1. Menetapkan program kerja dan rencana anggaran kantor;

2. Membuat perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan

perizinan Terpadu dan penanaman modal;

3. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak

terkait untuk pengembangan kapasitas pelayanan perizinan

Terpadu dan penanaman modal;

4. Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang

pelayanan perizinan Terpadu dan penanaman modal;

5. Penyusunan program pembangunan dan pengembangan

pelayanan perizinan Terpadu dan penanaman modal;

6. Melaksanakan pelayanan umum dibidang pelayanan perizinan

Terpadu dan penanaman modal.

B. Kepala Sub Bagian Tata Usaha.

1. Menyusun program kerja dan rencana anggaran kantor;

2. Melakukan pengendalian urusan perlengkapan, pengadaan,

penyaluran, penyimpanan, inventarisasi, keuangan,

kepegawaian, perencanaan dan pelaporan;

3. Melakukan perencanaan pengelolaan dan pengurusan

pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan dan standar

(52)

4. Melaksanakan urusan surat menyurat dan urusan rumah tangga

yang meliputi kebersihan, pengamanan dan ketertiban,

hubungan masyarakat dan keprotokolan;

5. Membuat perencanaan, pengelolaan dan pengingkatan

pemberdayaan personil sesuai ketentuan dan standar yang

ditetapkan;

6. Menghimpun berbagai peraturan perundang-undangan dan

pengelolaan data evaluasi serta pelaporan.

C. Kepala Seksi Informasi dan Penyuluhan Perizinan.

1. Menyusun program kerja dan rencana anggaran seksi;

2. Melaksanakan koordinasi dalam penyusunan rencana program

informasi serta penyuluhan perizinan;

3. Melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana

program kegiatan rutin bidang informasi dan penyuluhan

perizinan serta pengembangan penanaman modal dan

perizinan;

4. Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan

penanaman modal dan perizinanan;

5. Merencanakan peningkatan sumber daya manusia bidang

penanaman modal, informasi dan penyuluhan perizinan;

6. Merencanakan pengembangan sistem informasi penanaman

(53)

7. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan penyuluhan penanaman modal dan perizinan;

8. Melaksanakan pengawasan penanaman modal dan perizinan;

9. Memelihara dan memutakhirkan secara periodik data-data yang

berkaitan dengan penanaman modal dan perizinanan;

10.Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan penyuluhan

penanaman modal dan perizinan;

11.Melakukan koordinasi dalam penanganan pengaduan yang

berkaitan dengan penanaman modal dan perizinan;

12.Melakukan koordinasi dan menyelenggarakan penertiban

perizinan;

13.Membuat dan mengawasi on-line system penanaman modal

dan perizinan.

D. Seksi Pelayanan Perizinan.

1. Menyusun program kerja dan rencana anggaran seksi;

2. Mengendalikan petugas yang menerima permohonan izin;

3. Mengkoordinir petugas yang memeriksa kelengkapan

permohonan izin;

4. Meneliti draft dokumen perizinan yang akan ditandatangani

Kepala Kantor;

5. Melakukan koordinasi untuk proses izin dengan SKPD terkait;

6. Merencanakan penerbitan dan pembatalan izin;

(54)

8. Memelihara dan meng-update secara periodik data-data yang

berkaitan dengan perizinan;

9. Mengumpulkan bahan penyusunan rencana dan program kerja

dibidang perizinan.

E. Seksi Penanaman Modal.

1. Menyusun program kerja dan rencana anggaran;

2. Melakukan pengkajian dan pengembangan investasi;

3. Mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis kebijakan,

pembinaan dan pelaporan pelaksanaan dalam investasi;

4. Menginventarisir peluang-peluang investasi;

5. Menginventarisir dan merencanakan usaha untuk

meminimalisirkan kemungkinan-kemungkinan kendala yang

dihadapi para investor;

6. Mengumpulkan data-data investasi untuk dievaluasi;

7. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengolahan data, evaluasi

dan penyusuan laporan investasi;

8. Melakukan koordinasi untuk membuat perencanaan investasi

daerah;

9. Melakukan koordinasi untuk menggali potensi keunggulan

daerah dan mengemas dalam bentuk peluang investai yang

menarik;

10.Memasarkan peluang investasi daerah dan melakukan promosi

(55)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan

informan maupun dari data yang berasal dari KP2T-PM yang digabung dengan

hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Pemaparan pada bab ini dibagi

menjadi dua bagian, yaitu penyelenggaraan pelayanan prima dan penerapan

prima.

4.1 Penyelenggaraan Pelayanan Prima

Bagian ini menjelaskan bagaimana penyelenggaraan pelayanan prima pada

KP2T-PM, seperti sarana prasarana yang digunakan dan hasil survei kepuasan

masyarakat berupa Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang digunakan

KP2T-PM sebagai masukan dalam peningkatan pelayanan. Data yang dipaparkan pada

bagian ini lebih banyak diperoleh dari hasil observasi. Upaya yang dilakukan oleh

KP2T-PM untuk mewujudkan pelayanan prima adalah dengan memenuhi standar

pelayanan publik (UU Nomor 25 Tahun 2009) yang terdiri dari :

No. Komponen Pelayanan

KP2T-PM Keterangan

1. Dasar hukum a. Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2010 tentang Retribusi Perizinan Tertentu;

b. Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pendelegasian

(56)

Pengelolaan Perizinan dan Nonperizinan di Bidang Penanaman Modal dari Bupati Kepada Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat;

c. Peraturan Bupati Nomor 30 Tahun 2011 tentang Izin Lokasi;

d. Peraturan Bupati Nomor 49 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat;

2. Persyaratan Persyaratan pengurusan setiap izin tertera jelas pada website

kantor dan bisa diakses secara bebas. Contoh terlampir 3. Sistem, mekanisme, dan Prosedur a. Kebijakan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sebagai kontrol dalam pelaksanaan layanan yang sesuai dengan prosedur (SOP)

b. Mekanisme

pengurusan setiap izin tertera pada

website kantor

c. Penggunaan SOP untuk setiap jenis

(57)

izin yang diurus. 4. Waktu

Penyelesaian Pelayanan

Waktu penyelesaian berbeda untuk setiap jenis izin, namun tertera jelas pada website

kantor.

Contoh terlampir

5. Biaya Biaya tergantung pada jenis izin yang diurus. Ketentuan biaya yang dikenakan tertera di

website kantor.

Contoh terlampir

6. Produk KP2T-PM melayani

pengurusan 86 jens izin.

Data terlampir

7. Sarana dan prasarana

a. Tersedianya website

kantor yang bisa diakses secara bebas oleh masyarakat.

(

http://kp2sp-pm.pakpakbharatkab.go .i)

b. Admin Web, sebagai unit informasi dan layanan pengaduan yang bersifat online

(interaktif).

c. Penyediaan kotak saran dan Pengaduan

d. Terdapat front office

yang mempermudah pegawai dalam memberikan layanan.

e. Penggunaan Sistem

Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) untuk mempermudah

KP2T-PM dalam memberikan pelayanan.

8. Evaluasi Kinerja Pelaksana

Setiap tahunnya KP2T-PM melaksanakan survei kepuasan masyarakat, hasilnya digunakan sebagai masukan dalam penyelenggaraan pelayanan

(58)

Contoh Pengurusan Izin Gangguan (HO)

I.Dasar Hukum

1. Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 11 Tahun 2011

tentang Perizinan Tertentu.

2. Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan.

II.Persyaratan

a. Persyaratan Izin Gangguan Perusahaan Industri (HO Industri) adalah

mengisi formulir permohonan dengan melampirkan :

1) Fotokopi sertifikat tanah atau akte jual beli tanah yang

dilegalisasi pejabat yang berwenang atau surat keterangan

tanah yang sah dari Kepala Desa/Lurah yang dilegalisasi.

2) Fotokopi KTP pemilik atau penanggung jawab.

3) Pas foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar.

4) Surat keterangan pemohon dan usaha.

5) Surat pernyatan pencegahan gangguan dan pencemaran

lingkungan.

6) Surat pernyataan persetujuan tetangga.

7) Surat keterangan status tempat usaha (sewa dan atau milik

sendiri).

(59)

Referensi

Dokumen terkait

Kepala daerah sebagai unsur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan kepala pemerintahan daerah otonom yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

Sebarang pelepasan, penyelesaian atau pelepasan boleh dianggap telah dibuat tertakluk kepada syarat bahawa is akan menjadi terbatal sekiranya sebarang bayaran atau sekuriti yang

Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo.Misi

Hasil dari penelitian ini membuktikan dan memberi kesimpulan bahwa: (1) rekrutmen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan (2) motivasi

Berdasarkan hasil olah data dari hasil kedua metode penelitian ini dijelaskan bahwa pemberian reward pada kelompok eksperimen yang diterapkan memberikan pengaruh

Faktor pencetus serangan asma PPOK Inflamasi Sputum kental di saluran nafas Batuk Ketidakefektifan bersihan jalan napas Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Data Subyektif :

Note: When the messaging bridge is used to communicate between two domains running different releases of WebLogic Server, Oracle recommends that the messaging bridge be configured

1) Mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan bekal yang diperoleh selama kuliah. 2) Meningkatkan pemahaman mahasiswa praktikan mengenai model-model, metode dan media