• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring dengan Media Komik pada Siswa Kelas III MI Hidayatul Mubtadi'aat Tahun Ajaran 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring dengan Media Komik pada Siswa Kelas III MI Hidayatul Mubtadi'aat Tahun Ajaran 2013-2014"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING

DENGAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS III MI

HIDAYATUL MUBTADI’

AAT TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai gelar sarjana S-1

Diajukan Oleh

SITI JUHAIRIYAH

108018300036

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

ABSTRAK

Juhairiyah, Siti. 2015. Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Dengan Media Komik Pada Siswa Kelas III MI Hidayatul Mubtadi’aat Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta. Pembimbing Mahmudah Fitriyah M., M.Pd

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterampilan membaca siswa yang sangat rendah, dikarenakan proses pembelajaran guru tidak menggunakan media, sehingga dalam proses pembelajaran terlihat monoton ini terjadi karena kurangnya kreativitas guru dalam pembelajaran membaca, kemudian terlihat rendahnya keterampilan siswa dalam membaca karena siswa jarang berlatih untuk membaca sehingga masih ada siswa yang belum bisa membaca dan masih ada pula yang membacanya kurang lancar. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dengan menggunakan media komik dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di MI Hidayatul Mubtadi’aat.

Penelitian ini menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data meliputi: tes dan non tes. Data dalam penelitian ini berupa hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil tes keterampilan membaca siswa, dan dokumentasi. Kriteria keberhasilan adalah apabila terjadi peningkatan membaca siswa melalui media komik dengan skor rata-rata mencapai 75.

Hasil penelitian yang diperoleh setelah implementasi tindakan yaitu siswa menjadi lebih antusias terhadap proses pembelajaran dan kebiasaan yang menjadi faktor penghambat membaca cepat dapat berkurang. Peningkatan keterampilan membaca siswa dapat dilihat di tiap kategori. Kategori tersebut yaitu lafal dan intonasi dalam membaca. Selain itu, secara keseluruhan peningkatan tersebut terlihat jelas pada peningkatan skor rata-rata keterampilan membaca siswa. Pada siklus I respon siswa terhadap penggunaan media komik 48% meningkat menjadi 76% pada siklus II. Sama halnya dengan skor rata-rata tes kemampuan membaca siswa meningkat dari siklus I 62,70 menjadi 71,40 pada akhir siklus II.

(8)

Training Tarbiyah, UIN Jakarta. Supervisor Mahmudah Fitriyah M., M.Pd

This research is motivated by the students 'reading skills are very low, due to the learning process of the teachers do not use the media, so that the learning process looks monotonous This happens due to the lack of creativity of teachers in learning to read, then look lower students' skills in reading for students rarely practiced to read so that they there are students who can not read and still others read it as substandard. The purpose of this research is to improve students skills in reading by using media in learning Indonesian comics in MI Hidayatul Mubtadi'aat.

This study uses PTK (Classroom Action Research) were conducted in two cycles. Data collection techniques include: test and non-test. The data in this research is the observation, interviews, test results of students reading skills, and documentation. Criteria for success is when there is an increase student reading through the medium of comics with an average score reaches 75.

The results obtained after the implementation of the actions that students become more enthusiastic about learning and habit which is a barrier speed reading can be reduced. Increasing students reading skills can be seen in each category. These categories are pronunciation and intonation in reading. In addition, the overall increase is evident in the increase in the average score of students reading skills. In the first cycle students response to the use of media comics 48 % increased to 76 % in the second cycle. Similarly, the average score of students reading ability tests increased from the first cycle of 62,70 into 71,40 at the end of the second cycle.

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulilah, puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, selalu memberikan petunjuk

kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh dan memberikan jalan keluar terhadap segala kesulitan. Karena Allah lah Maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada panutan umat islam yaitu Nabi Muhammad SAW yang memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan akhirat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Fauzan, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 3. Asep Ediana Latif, M.Pd. Sekertaris Jurusan Guru Madrasah Ibtidaiyah 4. Mahmudah Fitriyah M., M.Pd. Dosen pembimbing yang senantiasa selalu

memberikan arahan, semangat, dukungan bimbingan dan memberikan pemahaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Seluruh dosen dan staf program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama

peneliti mengikuti proses perkuliahan.

(10)

7. Teristimewa untuk Orang Tua tercinta, Bapak H. Mudini dan Ibu Hj. Husnah, serta seluruh keluarga kakak dan adikku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan yang tiada henti-hentinya baik moril maupun material.

8. Sahabat-sahabatku tercinta (Aida, Eka, Dewi, Tasya, Ida, Reni, Ilah) yang selalu memberikan semangat dan motivasi yang tak pernah henti.

9. Sahabat-sahabat satu perjuangan PGMI 2008: Ria, Ferra, Feby, Dini, Isna, Lina, Tika, Janah, Indah, Pupun, Amel, Firiyah, Nurmala, May dan Hanifah

serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saat bersama kalian merupakan saat-saat yang tidak akan pernah terlupakan.

10. Serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keberkahan kepada kalian atas apa yang kalian berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman

dan pengetahuan penulis, seperti pepatah yang mengatakan “Tak Ada Gading Yang Tak Retak“. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, Februari 2015

(11)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 9

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 9

1. Pengertian Keterampilan ... 9

2. Pengertian Membaca ... 11

a. Tujuan Membaca ... 12

b. Kelebihan Membaca ... 13

c. Kekurangan Membaca ... 13

d. Jenis-Jenis Membaca ... 13

3. Membaca Nyaring (Reading Aloud) ... 14

(12)

d. Hal-hal yang Harus dihindari Waktu Membaca

Nyaring ... 18

e. Keuntungan dan Kesenangan Membaca Nyaring ... 19

f. Prosedur Membaca Nyaring ... 19

g. Manfaat Membaca Nyaring ... 20

4. Komik Sebagai Media Pembelajaran ... 21

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 21

b. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran ... 21

c. Pengertian komik ... 23

d. Unsur-unsur Komik ... 24

e. Kelebihan dan Kekurangan Komik ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berfikir ... 28

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 32

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

F. Hasil Intervensi Tindakan ... 35

G. Jenis dan Sumber Data ... 35

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

I. Teknik Pengumpulan Data ... 36

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

(13)

vii

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Gambaran Umum MI Hidayatul Mubtadi’aat ... 39

1. Sejarah Berdirinya ... 39

2. Sarana dan Prasarana ... 40

3. Keadaan Siswa ... 41

4. Keadaan Kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar ... 41

B. Deskripsi Data ... 43

1. Pra Siklus ... 43

2. Siklus I ... 46

3. Siklus II ... 51

C. Analisis Data ... 58

D. Pembahasan ... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(14)

Gambar 2 Siklus Pelaksanaan PTK ... 31 Gambar 3 Para siswa sedang membaca komik yang dibuat oleh peneliti 47 Gambar 4 Guru mengkondisikan kelas agar perhatian anak fokus pada

Pembelajaran ... 52 Gambar 5 Siswa mempraktekkan membaca ke depan menggunakan

(15)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 33

Tabel 2 Data Siswa ... 40

Tabel 3 Data Siswa ... 41

Tabel 4 Struktur Kurikulum MI Hidayatul Mubtadi’aat ... 43

Tabel 5 Lembar observasi (Tema: Kerja Bakti di Sekolah) Pra Siklus . 44 Tabel 6 Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 45

Tabel 7 Lembar observasi pada penggunaan media komik (Tema: Ikan Mas Ade) Siklus I ... 48

Tabel 8 Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 49

Tabel 9 Lembar observasi pada penggunaan media komik (Tema: Pak Belalang) Siklus II ... 53

Tabel 10 Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 54

Tabel 11 Lembar observasi pada penggunaan media komik (Tema: Si Kluntung) Siklus II ... 55

(16)

Grafik 2 Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Penggunaan Media komik ... 59 Grafik 3 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar dalam Pembelajaran

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak terlepas dari kehidupan manusia karena salah satu kebutuhan hidupnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah melalui kegiatan pengajaran.

Pendidikan juga merupakan salah satu agenda penting pemerintah

Indonesia. Sudah selayaknya menjadi prioritas karena merupakan aspek yang mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yang merupakan objek sekaligus subjek yang memiliki peran besar dalam

pembangunan suatu bangsa. Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi dan pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Melalui pendidikan kita dapat menanamkan sikap yang baik dan memberikan bekal kompetensi yang diperlukan kepada manusia-manusia untuk menentukan kemajuan bangsa. Sebagaimana tujuan pendidikan yang tertuang dalam UUD Pendidikan

Nasional No. 20 pasal 3 tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan nasional

(18)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Tujuan pendidikan nasional Indonesia yang telah dirumuskan dalam undang-undang tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya pendidikan bagi manusia untuk mengembangkan potensi manusia Indonesia baik pengetahuan, sikap, sifat, dan kepribadian, serta keagamaan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan formal di sekolah. Pendidikan di sekolah yaitu

adanya proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa. Dari proses pembelajaran tersebut dapat diperoleh perubahan terhadap diri kita yaitu diperolehnya kecakapan dan pengetahuan baru melalui suatu usaha secara sadar.

Dalam proses pembelajaran tersebut, perlu adanya suasana yang terbuka, antara guru dan siswa agar terciptanya suasana yang akrab, tidak tegang, dan menyenangkan sehingga tumbuh rasa saling menghargai antara guru dan siswa. Selain menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, guru juga harus pandai menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran.

Bahasa Indonesia salah mata pelajaran pokok yang terdapat di dalam semua jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP. SMA bahkan sampai jenjang Perguruan Tinggi. Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat terbagi atas dua unsur utama, yakni bentuk dan makna. Bentuk merupakan bagian yang dapat diserap oleh unsur pancaindra (mendengar atau membaca).

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak ( listening skill ), keterampilan berbicara ( spiking skills ), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills), keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan.

(19)

3

Keberhasilan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam membaca. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis sehingga menuntut anak harus melakukan aktivitas membaca guna memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Kemampuan membaca ini tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggung jawab

guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan membacanya. Banyak sekali informasi yang dapat digali dari kegiatan membaca. Orang yang banyak membaca akan mendapatkan suatu pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca. Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengomunikasikan kembali informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, membaca dapat membantu pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam bentuk lain. Apalagi dalam masyarakat yang berteknologi modern seperti sekarang ini, seseorang haruslah banyak membaca agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi karena kesulitan dalam membaca merupakan cacat yang serius dalam kehidupan.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keterampilan membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara. Adapaun cara yang ditempuh harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Keterampilan membaca idealnya dimiliki oleh setiap orang. Oleh sebab

itu, pembelajaran membaca perlu dilaksanakan dengan seefektif agar dapat meningkatkan keterampilan membaca.

(20)

jarang meminta siswa untuk membaca teks bacaan, menyebabkan siswa kurang dilatih untuk membaca treks sehingga siswa kurang terampil dalam membaca. Intensitas membaca yang dilakukan seorang siswa akan mempengaruhi banyaknya informasi yang didapat oleh seorang siswa.

Namun pada kenyataannya, di lapangan menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa sangat rendah, dikarenakan proses pembelajaran guru tidak menggunakan media, sehingga dalam proses pembelajaran terlihat monoton ini terjadi karena kurangnya kreativitas guru

dalam pembelajaran membaca, kemudian terlihat rendahnya keterampilan siswa dalam membaca karena siswa jarang berlatih untuk membaca sehingga masih ada siswa yang belum bisa membaca dan masih ada pula yang membacanya kurang lancar.

Dengan demikian kemampuan membaca sangat penting peranannya dalam membantu anak mempelajari berbagai hal. Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar yaitu anak mampu mengambil intisari bacaan yang dibacanya, anak bisa mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca yang ia lakukan. Semakin banyak intisari yang bisa dipahami dari bahan bacaannya maka semakin banyak pula pengetahuan yang anak peroleh. Banyaknya pengetahuan ini tentu akan sangat membantu si anak dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Selain itu, kemampuan nalar (reasoning ability) anak juga akan berkembang dengan pesat ketika anak berhasil mendapatkan informasi melalui bahan bacaannya. Pada tingkatan yang lebih luas, tantangan abad 21 mensyaratkan individu mampu memilah-milah dan mengritisi informasi. Generasi muda yang tidak mampu membaca dengan baik dan benar tentunya akan berakibat fatal pada kualitas SDM, sehingga bangsa ini akan kesulitan berkompetisi dengan generasi muda dari negara-negara lain.

Sampai di sini, jelaslah bahwa kemampuan membaca anak sangat penting peranannya bagi keberhasilan dirinya sendiri, bahkan bisa mempengaruhi kemajuan negaranya.

(21)

5

mendukung dalam proses pembelajaran, akan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

Media dirasa sangat penting dan sangat signifikan dalam proses pembelajaran. Urgensi media pendidikan didasarkan pada sebuah teori yang mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indera penglihatan dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indera dengar dan indera lainnya.

Media pembelajaran dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam proses pembelajaran, informasi tersebut dapat berupa sejumlah keterampilan atau pengetahuan yang perlu dikuasai oleh siswa. Media pembelajaran juga dirasa sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang kemudian juga meningkatkan prestasi belajar siswa.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dapat dilakukan melalui media apa saja baik media massa seperti majalah, buku, surat kabar, atau juga lewat media elektronika seperti radio, televise, internet, dan yang lainnya. Salah satu media yang belum begitu banyak digunakan dan dikembangkan di Indonesia adalah media komik.

Dalam hal ini siswa lebih menyukai membaca komik, karena sangat menarik untuk dibaca dan penuh gambar. Hal ini membuat komik menjadi begitu mudah untuk dipahami. Dengan perpaduan gambar dan sedikit teks membuat para siswa tidak perlu menggerakan daya kosentrasi tinggi untuk memahami isi dan informasinya, karena di dalamnya terlalu banyak teks dan sedikit sekali gambar. Hal ini membuat para siswa lebih cepat bosan.

Maka dari itu salah satu media yang bisa digunakan dalam kegiatan

pembelajaran adalah media komik. Menurut Masdiono, “komik merupakan bagian rangkaian gambar yang bercerita”.2

Komik merupakan jenis bacaan yang disukai oleh anak-anak hingga orang dewasa. Cara penyajiannya yang sederhana membuat anak-anak senang membacanya, selain itu gambar dalam

2

(22)

komik yang biasanya berkarakter gambar kartun memiliki kekuatan untuk memancing perhatian dan pempengaruhi sikap dan prilaku pembacanya.

Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter atau gambar kartun. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam cara penyajiannya, dan memiliki unsur urutan cerita yang membuat pesan yang besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi dilengkapi dengan bahasa verbal yang logis.3

Oleh karena itu, media komik dapat disajikan sebagai salah satu

arternatif untuk digunakan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yang dimaksud dengan digunakannya komik dalam pembelajaran adalah bahwa materi-materi dari pelajaran yang akan dipelajari dijadikan sebuah urutan cerita yang menarik untuk kemudian cerita tersebut divisualisasikan ke dalam bentuk gambar kartun dan disajikam sebagai komik, seperti yang kita tahu komik merupakan budaya popular di kalangan anak-anak dan remaja yang sifatnya sangat sederhana dan biasanya cerita yang disajikan mudah untuk dipaham

Dari hasil uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan kajian ilmiah yang didasarkan pada penelitian mengenai “Peningkatan

Keterampilan Membaca Nyaring Dengan Media Komik Pada Siswa

Kelas III Mi Hidayatul Mubtadi’aat Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

2. Kurangnya kreativitas guru dalam mengembangkan pembelajaran membaca.

3. Siswa kurang memiliki minat dan antusiasme dalam pembelajaran membaca.

3

(23)

7

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk lebih memfokuskan masalah penelitian ini dibatasi pada penggunaan media dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas III MI Hidayatul Mubtadi’aat, Gondrong, Tangerang.

Beberapa yang terkait dengan masalah tersebut diberi batasan istilah sebagai berikut:

1. Peningkatan keterampilan membaca

2. Difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Penggunaan media komik kelas III (Tiga) MI Hidayatul Mubtadi’aat, Gondrong, Tangerang

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah yang diteliti yaitu “Bagaimana peningkatan keterampilan membaca siswa melalui media komik di MI Hidayatul Mubtadi’aat, Gondrong, Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca siswa dengan penggunaan media komik pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III MI Hidayatul Mubtadi’aat, Gondrong, Tangerang.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi program pendidikan khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dapat memberikan tambahan wawasan yang

berkaitan dengan penggunaan media. 1. Manfaat bagi guru

(24)

b. Didapatkannya metode membaca yang lain yang lebih menarik dan menyenangkan.

2. Manfaat bagi siswa

a. Diharapkan mampu meningkatkan keterampilan membaca cepat dan lancar.

b. Memperkenalkan media komik dalam proses pembelajaran 3. Manfaat bagi sekolah

Diharapkan dapat menjadi suatu lembaga yang memberikan

pengetahuan luas dan pembelajaran yang bermanfaat serta menerapkan semangat membaca siswa-siswinya.

4. Manfaat bagi penulis

(25)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pengertian Keterampilan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas. Raber (dalam Maifalinda Fatra) menyatakan bahwa, keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.1

Keterampilan dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi 1) Membaca Pemahaman 2) Membaca ekstensif 3) Membaca cepat. Secara

praktis membaca juga dapat dibedakan menjadi: 1) Membaca lisan, 2) Membaca dalam hati.

Keterampilan membaca memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Seseorang yang memiliki keterampilan membaca tentu akan dapat berkomunikasi dengan bahasa tulis. Bahkan dengan keterampilan membaca,

seseorang mampu menggali informasi, menambah wawasan, dan memperdalam ilmu pengetahuan. Namun, tidak semua orang mampu membaca dengan efektif. Guna dapat membaca efektif maka diperlukan sebuah strategi, teknik, atau metode.

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala pemikiran positif, referensial, berpemikiran luas multidimensional, dan kearah depan demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia.

“Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan budaya membaca, orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa

1

(26)

meningkatkan kualitas membacanya. Dalam diri seseorang akan terbina tata baca yang baik dan benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi membaca merupakan salah satu kebutuhan batiniah yang senatiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum yang bersangkutan istirahat setelah lelah menjalankan fungsi, peran, tanggung jawab, dan kewajibannya berkaitan dengan status, baik strukturan maupun fungsional sosial.

Keluasan wawasan seseorang akan mempengaruhi dan membentuk kerangka berfikir baik berkaitan dengan gagasan atau konsep baru maupun

titik kebijakan pada waktu berikutnya.2

Keterampilam membaca memang amat diperlukan oleh siapapun yang mulai memasuki dunia informasi melalui media tulis, baik dengan media buku maupun media lain, termasuk jaringan yang semakin maju. Oleh karena itu, sebab suatu keterampilan berbahasa, membaca memerlukan pelatihan yang strategi khusus guna memperoleh hasil yang optimal dari apa yang kita inginkan.

“Sebagai seorang terdidik siswa dituntut mempunyai keterampilan membaca dengan baik, tepat, dan cepat dari berbagai literatur berbagai bidang studi sesuai dengan karakter masing-masing. Secara konvensional satu bidang studi minimal memiliki satu buku pegangan, bahkan ada pula yang lebih dari itu. Namun pada era globalisasi informasi sekarang ini, literatur justru mengacu pada referensi jaringan internet. Siswa justru semakin diperbanyak kewajiban membuka dan membaca sumber informasi dari berbagai sumber, baik tertulis maupun multimedia jaringan.3

“Pengajaran keterampilan berbahasa berfungsi sebagai saran

penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia. Dalam hubungannya dengan budaya, pengajaran keterampilan berbahasa berfungsi sebagai sarana pengembangan penalaran. Dalam hubungannya dengan ruang lingkup kurikulum, pengajaran keterampilan berbahasa berfungsi sebagai penerapan pengetahuan kebahasaan tentang penggunaan bahasa”.4

(27)

11

2. Pengertian Membaca

Pengertian membaca adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan ke dalam cetakan (huruf-huruf).5

Membaca adalah kegiatan „decoding print sound’ atau aktivitas menguraikan kode-kode cetakan (tulisan) kedalam bunyi; dengan kata lain membunyikan kode-kode cetakan/tulisan.6

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang selalu digandengkan dengan menyimak, seseorang yang memiliki kemampuan

membaca dan menyimak yang baik maka memudahkannya untuk menyampaikan pesan atau ide kepada orang lain, baik dalam bentuk lisan ( keterampilan berbicara ) maupun tulisan ( keterampilan menulis ). Membaca dengan menyimak akan sangat penting dalam mempelancar komunikasi dan sarana ampuh dalam mengumpulkan informasi. Daeng Nurjamal dalam

bukunya Pembelajaran Bahasa Indonesia berkarakter mengatakan “ membaca

dan menyimak merupakan aktivitas kunci seseorang mendapatkan dan

menguasai infoprmasi.”7

Sedangkan pengertian lainnya membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambing tulis dengan pengertian yang tepat.8

Pengertian lain membaca adalah proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.9

Seorang siswa yang memiliki hobi membaca sudah merupakan modal dalam belajar, sebaliknya seorang siswa yang malas dalam membaca maka dia akan jauh dari pengetahuan. Membaca membutuhkan keterampilan dan pembiasaan, banyak orang-orang yang rajin membaca akan tetapi dia tidak

5

Novi Resmini dkk, Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajaran, (Bandung : UPI Press 2006), Cet l, h. l

6

ibid

7

Hindun. Dalam daeng Nurjamal, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di MI/SD, (Jakarta: Nufa Citra Mandiri, 2013), Cet 1, h. 199

8

Budi Nuryanto Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet ke-2, h. 11-26.

9

Isah Cahyani dan Khodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar,

(28)

menemukan apa-apa dari bacaannya, demikian membaca adalah pekerjaan yang berat.10

Menurut Anderson (dalam Alek dan Achmad) membaca adalah suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melalui pikiran yang terkandung di dalam kata-kata tertulis. Sedangkan menurut tarigan membaca adalah suatu proses yang di lakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak di sampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa latin.11 Berdasarkan beberapa pengertian

yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan pesan tertentu yang disampaikan penulis kepada pembacanya. Membaca merupakan kegiatan, tindakan prilaku untuk memperoleh informasi melalui simbol-simbol tercetak yang tidak terbatas buku, tetapi mencakup surat kabar, brosur, papan nama,dan lain-lain.

a. Tujuan membaca

Membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara, cara yang di tempuh tentunya harus di sesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca tersebut.12

Dengan demikian pemahaman merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca. Tujuan setiap membaca adalah memahami bacaannya. I gusti Ngurah Oka mengemukakan bahwa tujuan membaca di Sekolah Dasar pada hakikatnya adalah membina kemampuan, mengasosiasikan huruf dengan bunyi (pengenalan buntuk huruf), membina membaca kata-kata dalam kalimat sederhana.13

Alek dan Achmad H.P., Buku Ajar Bahasa Indonesia Jakarta: Lembaga Penelitian DIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), Cet ke-1, h. 61

12

Tatat Hartanti.dkk,Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Kelas Rendah.(UPI Press 2006), Cet.1, h. 254

13

(29)

13

b. Kelebihan Membaca

1) Dapat membuat anak lebih percaya diri

2) Dapat mengembangkan sikap, dan cara membaca yang benar

3) Dengan membaca, anak akan lebih lancar dalam membaca, dan menguasai isi bacaan.

c. Kekurangan membaca

1) Tidak cukup waktu yang diperlukan untuk membaca.

2) Membaca ini lebih sesuai untuk pelajaran Bahasa Indonesia.

3) Menuntut keuletan dan ketabahan dan pemahaman. d. Jenis-Jenis Membaca

Membaca ditinjau dari terdengar tidaknya suara si pembaca waktu membaca dibedakan menjadi dua jenis, yaitu membaca dalam hati (silent reading) dan membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading).14 Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensive reading). Dilihat dari tingkatan kedalaman atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yakni membaca kreatif (creatif reading).

Kegiatan membaca dibedakan ke dalam jenis membaca bersuara atau membaca nyaring (oral reading or reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading). Penjenisan ini berdasar atas perbedaan tujuan yang hendak dicapai. Jenis pertama tepat untuk mencapai penguasaan hal-hal yang bersifat mekanis seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur linguistik jenis kedua sesuai untuk tujuan yang bersifat pemahaman. Tujuan membaca ada dua yaitu (1) membaca untuk mendapatkan informasi, (2) membaca untuk kesenangan.

Membaca dalam hati dibedakan lagi menjadi kegiatan membaca ekstensif, yang meliputi kegiatan survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superfisial reading) dan kegiatan membaca intensif, meliputi kegiatan membaca telaah isi serta membaca

14

(30)

telaah bahasa. Kegiatan membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide-ide, sedangkan kegiatan membaca yang bersifat telaah bahasa meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra. Secara skematis hal tersebut digambarkan sebagai berikut:

3. Membaca Nyaring (Reading Aloud)

a. Pengertian Reading Aloud (Membaca Nyaring)

Reading aloud berasal dari bahasa Inggris yang terdiri atas dua

kata, yaitu read yang berarti membaca dan aloud yang berarti dengan (suara) nyaring.15

Dalam belajar bahasa kegiatan membaca nyaring atau bersuara sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara. Melalui membaca bersuara murid belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinnya dengan benar. Bahkan, murid bukan hanya belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya, tetapi juga belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat, dan bahkan

15

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2005), Cet. 26, h. 366 dan 467.

Membaca

(31)

15

mengucapkan suatau wacana utuh dengan benar melalui membaca bersuara.16

Membaca nyaring adalah alat bantu bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, ataupun perasaan seorang pengarang.17

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama

dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Orang yang membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makna makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.18

Membaca nyaring atau membaca bersuara keras merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak. Dengan membaca nyaring, seluruh siswa yang ada di dalam kelas akan memperhatikan bahan bacaan sehingga ketika temannya membaca akan tahu kesalahannya.19

Membacakan buku dengan suara yang lantang/nyaring dapat diterapkan pada seluruh tingkatan kelas. Karena dengan membaca lantang dapat mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca dengan kebahagiaan, menciptakan informasi yang berfungsi sebagai latar belakang, membangun kosakata dan dapat memberikan sosok panutan yang gemar membaca.20

Membaca bersuara atau nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan

16

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. 1, h. 113.

17

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

(Bandung: Angkasa, 2008).

18

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung : Angkasa, 2008), h. 23.

19

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 82.

20

(32)

intonasi yang tepat, agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampikan oleh penulis.21

Membaca lantang/nyaring bisa diterapakan di rumah, yaitu dengan cara orangtua membiasakan membacakan buku kepada ananknya. Membacakan buku untuk anak-anak bermanfaat bagi kognitif dan emosional anak. Selain itu memperkaya kosakata, minat mereka pada buku. Kebiasaan guru dan orang tua membacakan buku kepada anak-anak juga akan mempengaruhi rasa ingin tahu anak-anak

mengenai isi buku yang dibacakan dan hal ini akan memupuk minat anak untuk membaca.22

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan jenis kompetensi membaca yang menuntut persyaratan yang ketat. Membaca nyaring bukan sekedar menyuarakan huruf. Jika hal ini yang terjadi maka pemahaman akan materi yang dibaca akan gagal diperoleh.

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Pada membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf, pada membaca nyaring atau membaca bersuara difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca. Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka murid akan mengalami kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau membaca intensif. Mereka hanya bisa membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan.23

Membaca lantang/nyaring dapat memberi dasar untuk memupuk pemahaman anak. Semakin sering seorang anak dibacakan

buku dengan suara nyaring, semakin banyak kata-kata yang anak

21

Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 83.

22

Ibid., h. 7-13.

23

(33)

17

dengar lebih mendorong pemahaman anak dan semakin mungkin anak dapat mengasosiasikan membaca dengan pengalaman harian yang menyenangkan. Membaca lantang juga dapat membangun angka membaca yang lebih tinggi, karena pemahaman dari mendengar datang sebelum pemahaman dari membaca.24

b. Keterampilan-keterampilan yang Dituntut dalam Membaca

Nyaring

Di bawah ini, dikemukakan sejumlah keterampilan yang dituntut dalam memabaca nyaring pada sekolah dasar kelas II, antara lain yaitu:

1) Membaca dengan terang dan jelas. Dalam pembelajaran membaca nyaring siswa dituntut untuk membaca dengan terang dan jelas agar yang mendengarkan dapat memahami maksud dari bacaan yang dibacakan.

2) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi. Membaca harus dilakukan dengan penuh perasaan dan ekspresi agar orang yang menyimak dapat mengetahui makna yang dibacakan. Misalnya, ketika seseorang membaca cerita sedih maka pembaca harus mengekpresikan dengan mimik yang sedih.

3) Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata. Siswa kelas II dalam membaca diharuskan untuk dapat membaca dengan lancar tidak terbata-bata sehingga pendengar mengerti dengan yang dibacakan.25

c. Hal-hal yang Perlu diingat dalam Membaca Nyaring Antara Lain

Sebagai Berikut :

Dalam membaca nyaring terdapat beberapa hal yang perlu diingat diantaranya adalah sebelum melakukan membaca nyaring guru

24

Ibid., h. 26.

25

(34)

harus dapat meninjau buku yang akan dibacakan, ketika membacakan buku sebaiknya buku dibacakan secara pelan-pelan agar anak dapat memahami isi dari buku tersebut. Dalam membacakan buku juga seorang guru harus dapat memperhatikan panjang pendek mata pelajaran dan yang dibacakan hendaknya bervariasi agar anak tidak merasa jenuh, selain itu ketika membacakan buku cerita yang bergambar, guru harus dapat memastikan anak dapat melihat gambar dengan jelas, karena jika tidak dapat melihat gambar dalam buku

tersebut dengan jelas anak akan kesulitan mengungkapkan isi dari cerita yang ada. Sesudah membaca selesai maka guru harus dapat menyediakan waktu untuk diskusi, dengan adanya diskusi siswa akan aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat mengungkapkan pendapatnya.26

d. Hal-hal yang Harus dihindari Waktu Membaca Nyaring Antara

Lain Sebagai Berikut:

1) Jangan membacakan cerita yang anda sendiri tidak menyukainya. Karena jika gurunya saja tidak menyukai cerita yang dibacakan tersebut pesan yang terkandung dalam cerita tidak akan tersampaikan kepada siswa.

2) Jangan teruskan membaca cerita jika ternyata buku tersebut pilihan yang salah. Karena apabila guru meneruskan cerita yang salah tersebut tidak akan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

3) Jangan bingung dengan pertanyaan yang diajukan siswa selama membaca, dan diskusikan dengan siswa pendapat dan kesimpulan

mereka.

26

(35)

19

4) Ciptakan pertanyaan terbuka yang mengharuskan siswa memusatkan perhatian pada bagian tertentu dan sebuah buku.27

e. Keuntungan dan Kesenangan Membaca Nyaring

Dalam membaca nyaring terdapat beberapa keuntungan dan kesenangan diantaranya adalah guru harus dapat membacakan cerita pada awal pertama di kelas hal ini berguna untuk mengakrabkan keadaan dalam kelas, selain itu wacana yanng panjang sebaiknya

diperpendek agar siswa tidak terlalu jenuh mendengarkan cerita yang cukup panjang.

Keuntungan dan kesenangan membaca nyaring lainya yaitu siswa dapat duduk senang dan santai dalam setengah lingkaran di sekitar guru. Kemudian guru duduk pada kursi rendah dekat dengan siswa, hal ini dapat menghidupakan suasana menjadi lebik asyik.

Setelah pembacaan selesai berikanlah pertanyaan kepada siswa, hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan minat membaca siswa. Selain itu guru dapat mendorong siswa untuk ikut berpartisifasi dalam membaca, misalnya siswa dapat menceritakan buku atau mendeklamasikan puisi.28

f. Prosedur Membaca Nyaring

1) Pilihlah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan suara yang nyaring. Batasi diri anda untuk memilih teks yang berisi kurang dari 500 kata.

2) Perkenalkan teks tersebut kepada siswa.

3) Bagilah teks tersebut berdasarkan paragarfnya atau dengan cara

lain, tunjuklah sejumlah siswa untuk membaca dengan suara lantang atau nyaring.

27

Ibid., h. 128

28

(36)

4) Ketika pembacaan sedang berlangsung, hentikan pada beberapa bagian untuk menentukan poin-poin tertentu, mengajukan pertanyaan, atau memberi contoh. Beri kesempatan untuk melakukan diskusi singkat jika siswa memperlihatkan minat terhadap bagian tertentu. Selanjutnya bahaslah apa yang dimuat dalam teks.29

g. Manfaat Membaca Nyaring

Manfaat membaca dan pentingnya membaca nyaring untuk anak-anak yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif. Sebagai guru harus dapat mencontohkan proses membaca yang positif kepada siswa agar siswa dapat menirukan proses membaca positif tersebut.

2) Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakatanya. Guru harus dapat memberikan kosakata-kosakata yang banyak agar siswa memperoleh kosakata yang belum dimilikinya dan dengan penambahahan kosakata yang diberikan oleh guru tersebut maka kosakata yang dimiliki oleh siswa akan bertambah.

3) Memberi siswa informasi baru. Sebagai guru harus update akan informasi baru, agar guru dapat memberikan informasi baru tersebut kepada siswa dengan adanya informasi baru yang diberikan oleh guru maka siswa tidak akan tertinggal dengan informasi yang baru.

4) Mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda. Sebagai guru harus dapat memberikan tentang sastra yang

berbeda-beda agar siswa mengetahui sastra-sastra yang ada. 5) Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya

imajinasinya. Sebagai guru harus bisa memberikan kesempatan

29

(37)

21

kepada siswanya untuk menyimak dan mengguankan daya imajinasinya, karena dengan ada kesempatan yang diberikan guru tersebut siswa akan dapat berimajinasi sesuai dengan yang dipikirkannya.

4. Komik Sebagai Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium

dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju ke komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran sarana perantara dalam proses pembelajaran.30

Kata media berasal dari bahasa latin “medius yang secara harflah

berarti „tengah’, „perantara’, atau 'pengantar”.31 Dalam bahasa Arab,

“Perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”.32 Asosiasi Teknologi dan komunikasi Pendidikan ( Association of Education and Communication Technology’/AECT).”

b. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran

Fungsi media dalam pembelajaran pada umumnya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas, agar siswa lebih mudah dalam memahami bahan pembelajaran yang disampaikan guru maka memerlukan adanya bantuan media sebagai sarana penunjang. Penggunaan media tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih

penting adalah fungsi dan perannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran.

30

Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung : Satu Nusa, 2010), h. 106

31

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 3

32

(38)

Penggunaan media akan sangat bermanfaat apabila media yang dipilih berdasarkan kegunaan sesuai dengan fungsi dan manfaat. Media akan memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembelajaran apabila guru dapat menggunakan media tersebut secara tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam menentukan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat memilih secara cermat, hal ini disebabkan setiap media memiliki karakteristik sendiri.

Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu dalam pengajaran.

Peranan media dalam membantu siswa akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Sebagai alat bantu dan proses pembelajaran, media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam katagori, sebagai berikut:

a. Media bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi sendiri sebagai alat bantu mengajar untuk mewujudkan situasi belajar mengajar efektif,

b. Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan pembelajaran situasi mengajar,

c. Penggunaan media hams melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

d. Media bukan semata-mata alat hiburan, tetapi digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran,

e. Media lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar dan membantu siswa memahami pelajaran,

f. Penggunaan media diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar agar siswa tahan lama mengingatnya.33

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa media adalah semua benda yang dapat dijadikan alat pengajaran untuk membantu menyampaikan pesan kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.

33

(39)

23

c. Pengertian komik

Kata komik berasal dari bahasa perancis comique, yang sebagai kata sifat lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak atau badut. Comique sendiri berasala dari bahasa Yunanni Komikos. Dalam bahasa inggris, komik sekali muat atau bersambung dalam penerbitan pers disebut comic strip atau strip cartoon. Komik yang diterbitkan dalam bentuk buku disebut comic book, tapi secara umum harusnya disebut comics. Komik umumnya berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang keseluruhannya merupakan rentetan satu cerita. Gambar-gambar itu umumnya dilengkapi balon-balon ucapan dan dimuat secara tetap sebagai cerita bersambung dalam majalah dan surat kabar, atau diterbitkan sebagai bentuk buku dan dalam bentuk majalah.34

Pada awalnya, komik bersifat humor, lucu, dan menghibur. Namun dalam perkembangannya, tema yang diangkat semakin meluas sehingga muncul tema-tema yang bersifat petualang maupun fantasi. Popularitas komik yang semakin meluas ini menarik perhatian banyak ahli hingga muncul kecenderungan untuk menyetujui komik sebagai media komunikasi.

Komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, dan mudah dipahami. Oleh karena itu, komik dapat menjadi media yang informatif dan edukatif. Keberadaan komik sebagai bagian dari dunia seni yang pada dasarnya adalah hasil dari daya cipta dan karsa manusia yang berangkat dari perpaduan cerita dan gambar, sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Di samping itu juga, komik memiliki daya tarik yang luar biasa sehingga pesan yang disampaikan mudah dicerna dan dipahami, dan juga tidak terkesan menggurui.

Komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Gambar-gambar dalam komik berbeda

34

(40)

dengan buku cerita bergambar. Peran gambar-gambar pada buku cerita bergambar, bagaimanapun tetap sekedar sebagai ilustrasi yang lebih berfungsi mengkongkretkan, melengkapi, dan memperkuat sesuatu yang diceritakan secara verbal, sedangkan gambar-gambar yeng terdapat dalam komik sudah mampu mewakili suatu peristiwa atau rentetan cerita yang sangat jelas tanpa disertai adanya penjelasan secara verbal.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa komik merupakan rangkaian gambar yang berisikan satu cerita yang terdiri atas unsur-unsur

tertentu seperti balon ucapan dan narasi yang biasanya di terbitkan dalam bentuk buku atau majalah. Hal ini sejalan dengan pengertian komik yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berbunyi bahwa komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.35

Gambar-gambar kartun dalam komik biasanya memuat esensi pesan yang harus disampaikan dan dituangkan dalam gambar sederhana dan tmenggunakan simbol serta karakter yang mudah dikenal, juga dimengerti dengan cepat. Selain itu, pemilihan media komik didasarkan pada suatu alasan bahwa tujuan mengajar di kelas bukan hanya mentransformasikan pengetahuan saja, tetapi menumbuhkan peran aktif siswa.

Dengan sifat komik umumnya lucu dan mudah di cerna tersebut, tentu ini sangat baik jika komik dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi seorang guru, untuk menyampaikan berbagai informasi atau gagasan yang terkait dengan bahan ajar kepada peserta didiknya di kelas.

d. Unsur-unsur Komik

Komik secara sepintas dipandang sebagai media visual yang hanya

terdiri dari kumpulan gambar dan tulisan yang terjalin menjadi sebuah cerita. Padahal, komik mempunyai unsur-unsur yang lebih besar artinya dari sekedar kumpulan gambar dan tulisan belaka.

35

(41)

25

Komik menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan alam hidup anak, misalnya tentang kepahlawanan, petualangan, atau kehidupan sehari-hari, yang kemudian di akhir cerita menyediakan jawaban bagi rasa ingin tahu mereka, sehingga tidak harus selalu berakhir dengan suka dan duka. Selain itu dalam penceritaan harus menggunakan gaya bahasa langsung dan tidak berbelit-belit.

Toni Masdiono menjadi Unsur-unsur komik atas Halaman pembuka, dan halaman isi. Pada halaman pembuka biasanya terdapat

komponen-komponen seperti judul, credit,dan indica.36 Penjelasan lebih lengkapnya yaitu sebagai berikut : Judul, judul biasanya diambil dari tema cerita yang diangkat atau sang tokoh utama. Ukuran huruf dibuat kapital dan besar serta bewarna mencolok sehingga mudah ditangkap oleh pembaca. Credits merupakan berbagai keterangan mengenai tim pembuat komik seperti nama pengarang, penggambar pensil dan pengisi warna. Sedangkan indica merupakan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penerbit dan waktu terbitnya hingga pemegang hak cipta atas komik tersebut.37

Selanjutnya yaitu unsur-unsur yang terdapat pada halaman isi adalah panel, gank, narasi, balon kata dan efek suara.

e. Kelebihan dan Kekurangan komik

1. Kelebihan komik

“Menurut Gene komik memiliki beberapa kelebihan jika di pakai dalam pembelajaran diantaranya yaitu memotivasi, visual, dan permanen”.38 Detailnya seperti yang dijelaskan berikut ini;

Pertama, dapat memotivasi. Komik disajikan secara sederhana dengan gambar dan urutan cerita yang dilengkapi dengan bahasa-bahasa

verbal yang dapat menarik perhatian siswa sehingga meningkatkan motivasi belajarnya.

36

Toni Masdiono, 14 Jurus membuat komik, (Jakarta: Creative Media, 2003), h. 12

37

Toni Masdiono, 14 Jurus membuat komlk, h. 13

38

(42)

Kedua yaitu visual. Komik membantu memvisualisasikan bahan ajar karena disajikan dengan gambar dan teks dengan urutan cerita yang berkesinambungan. Hal ini membuat materi yang disampaikan menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Ketiga, bersifat permanen. Jika dibandingkan dengan media lain seperti film misalnya, komik memberikan informasi yang dapat diingat lebih lama untuk permanen karena komik memberikan waktu yang cukup bagi pembaca untuk mengeksplorasi gambar dan teks secara

lebih detail.

Dengan kelebihan-kelebihan komik seperti yang disebutkan di atas, pembelajaran diharapkan lebih efektif sekaligus efisien.

2. Kekurangan komik

Selain kelebihan-kelebihan komik yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula kekurangan-kekurangan dari komik. Kekurangan tersebut adalah: komik membatasi bahkan memungkinkan menumpulkan imajinasi, memungkinkan pembaca tidak mampu menikmati dan mengapresiasi karya-karya sastra, komik menimbulkan efek adikatif, dan komik lebih ekplisit menggambarkan adegan.39 Lebih lengkapnya seperti yang dijelaskan berikut ini:

Pertama, komik membatasi bahkan memungkinkan menumpulkan imajinasi. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa komik merupakan gambar bercerita atau gamcer, yang artinya bahwa cerita yang ingin disampaikan divisualisasikan dalam bentuk gambar, teks atau tulisan hanya berperan sebagai pelengkap gambar. Kita langsung bisa menikmati cerita komik tanpa harus berpikir membayangkan

penggambarn atas cerita tersebut karena semuanya telah tervisualisasikan dengan gambar, hal inilah yang lama-kelamaan

39

(43)

27

membuat imajinasi menjadi tumpul karena pembaca terpaku dengan apa yang sedang dinikmatinya.

Pada penerapannya, guru dituntut untuk dapat mendesain pembelajaran dengan media komik ini dengan cara membuat dan menyusun sebuah cerita bergambar dengan mengacu pada materi yang sudah ditetapkan dalam kurikulum bahasa yang telah ada. Dengan inovasi semacam ini diharapkan dapat menambah motivasi, semangat, gairah, dan ketertarikan siswa dalam belajar, khususnya belajar Bahasa

Indonesia.

Peranan pokok dari komik dalam proses pembelajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik yang dipadu dengan metode mengajar akan dapat menjadikan komik sebagai media pembelajaran yang efektif.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Hadi, “Pembelajaran Konsep Pemecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain

Peran”. Universitas Malang. 2007. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa siswa merasa senang dengan media pembelajaran komik yang digunakan, mereka merasa belajar lebih santai (tidak tegang) dan lebih memahami soal yang disajikan dalam bentuk komik.

2. Judul Skripsi: Peningkatan keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R, penulisnya Ahmad Syaeful Rahman mahasiswa Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terbukti dengan meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan

(44)

degan metode SQ3R sedangkan penulis berfokus pada peningkatan keterampilan membaca siswa melalui media komik.

3. Persamaan terletak pada jenis penelitian, instrumen yang digunakan, dan analisis data. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, instrumen yang digunakan berupa instrumen tes dan non tes, analisis data berupa analisis kuantitatif. Perbedaan penelitian masih dengan peneliti terletak pada masalah yang dikaji, tujuan penelitian, media penelitian, dan metode penelitian yang digunakan dalam

pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan membaca merupakan hal yang perlu dimiliki oleh setiap peserta didik, dalam hal ini sering kali menemukan siswa mengalami kesulitan membaca pada mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesia.

Mengingat betapa peran penting membaca dalam keberhasialan seseorang. Maka upaya dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca harus ditangani sejak dini sehingga siswa dapat memiliki keterampilam membaca dengan baik.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang harus andil dalam menentukan keberhasilan anak didiknya terutama dalam keterampilan membaca. Untuk meningkatkan keterampilan membaca, guru sebagai pendidik harus mempersiapkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian guru senantiasa berupaya dengan berbagai strategi agar anak berhasil dalam belajar. Strategi tersebut diantaranya dengan menggunakan media, media yang digunakan adalah media yang dapat merangsang agar mudah memahami suatu pembelajaran diantaranya adalah

media komik.

(45)

29

digunakan untuk meningkatkan keterampilam membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah penggunaan media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas III MI

(46)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi'aat, Gondrong, Tangerang pada bulan November 2013 sampai bulan Desember 2013 Semester 1.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat. 1

Peneliti menggunakan metode PTK, karena peneliti memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan memberikan tindakan kuratif (perbaikan) secara langsung atas masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran jika diimplementasikan

dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik artinya pihak terlibat dalam PTK yang dalam hal ini adalah guru mencoba dengan sadar

mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Dilaksanakan dengan benar artinya sesuai dengan kaidah- kaidah PTK.2

1

Hamzah, B. Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 41

2

(47)

31

1. Fokus Masalah

Fokus masalah pada penelitian ini adalah kemampuan membaca Bahasa Indonesia siswa

2. Solusi masalah

Solusi masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah Penggunaan Media Komik.

3. Prosedur Tindakan

Model tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

PTK model Kemmis dan Mc.Taggart. Menurut Kemmis dan Mc.Taggart terdapat empat aspek pokok dalam PTK, yaitu:

(48)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Semester 1 Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi'at, Gondrong, Tangerang yang berjumlah 25 siswa.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran dan posisi dalam penelitian adalah bertindak sebagai guru dan sekaligus sebagai peneliti. Peneliti membuat perencanaan kegiatan melakukan

pengamatan, mengumpulkan, dan menganalisa data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh rekan guru yang bertindak sebagai kolaborator.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Prosedur penelitian ini merupakan siklus yang dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan. Penelitian ini diperlukan observasi awal untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan membaca siswa dan observasi awal sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa.

Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis tanpa mengganggu kegiatan belajar siswa dengan tindakan pengelolaan kelas melalui tindakan yang telah disusun sebelumnya. Setiap tindakan dalam penelitian ini, peneliti dan kolaborator akan mengamati reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di dalam kelas. Dalam setiap tindakan biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru

yang perlu mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang sampai permasalahan tersebut teratasi.

(49)

33

implementasi tindakan penggunaan media komik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan dari masing-masing siklus mengikuti tahap-tahap yang ada dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi.

Prosedur penelitian ini dapat digambarkan seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

1. Pendahuluan

Tahap intervensi tindakan Kegiatan Pendahuluan

KEGIATAN PENDAHULUAN

1. Menghubungi kepala sekolah 2. Mengurus surat izin penelitian 3. Penentukan kelas penelitian

4. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian dan diperoleh tingkat keterampilan membaca siswa

5. Sosialisasi pembelajaran bahasa Indonesia melalui media komik

2. Alur Penelitian

Siklus 1

Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media komik

2. Mendiskusikan rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan guru kolaborator

3. Membuat/menyiapkan media pembelajaran

(50)

Tindakan

1. Melaksanakan post tes untuk mengetahui keterampilan siswa dalam membaca.

2. Melakukam langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun 3. Melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa

Pengamatan/Observasi

Observer mengamati, mencatat dan mendokumentasikan proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I

Refleksi

Bersama observer, peneliti berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan hasil dari pengamatan untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan tersebut. Jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus II

Siklus 2

Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengunakan media komik dengan melihat hasil refleksi dari siklus I

2. Membuat/menyiapkan media pembelajaran dan mempersiapkan icebreaking.

3. Menyiapkan instrumen post tes 4. Menyiapkan alat dokumentasi

Tindakan

1. Melakukan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun diantaranya melakukan tes untuk mengetahui kemampuan belajar siswa.

Pengamatan/Observasi

(51)

35

Refleksi

Bersama observer, peneliti berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan hasil dari pengamatan untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan tersebut. Jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus III dan seterusnya. Jika intervensi tindakan sudah tercapai maka siklus dihentikan.

F. Hasil Intervensi Tindakan

Hasil penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah bahwa melalui media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan indikator sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa dari penelitian ini bahwa keterampilan membaca siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia diakhir siklus menunjukan skor rata-rata

75%

2. Tes yang diberikan setiap siklus menunjukan bahwa setiap siswa mendapatkan nilai lebih dari 65 yang ditentukan oleh sekolah.

G. Jenis dan Sumber Data

Data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru kelas, data untuk analisis kebutuhan terhadap proses pembelajaran diambil dari laporan hasil belajar. Data proses saat proses pembelajaran berlangsung diambil dari observasi siswa yang berjumlah 25 orang.

H. Instrumen pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes banyak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada setiap akhir siklus

(52)

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud berupa foto, foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung pada siklus 1 dan 2 selama proses pembelajaran.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes.

1. Teknik Tes

Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan tes. Tes dilakukan pada awal dan akhir kegiatan. Jenis tes yang digunakan adalah tes lisan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur hasil belajar siswa dan tingkat kemampuan membaca siswa terhadap teks bacaan dalam komik yang telah dibacanya. Dengan demikian, peneliti akan mudah mengetahui keterampilan siswa dalam membaca melalui media komik.

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes dilakukan guna memperoleh data untuk mengetahui respon siswa dan keadaan siswa yang terjadi selama proses pembelajaran siklus I dan siklus II. Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi foto.

a. Observasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan dan lingkungan madrasah. Selain itu observasi juga dilakukan untuk melihat keadaan pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas.

b. Wawancara

Gambar

Gambar 1 Skema Kegiatan Membaca  .....................................................
Tabel 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas  ........................................  33
Grafik 3 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar dalam Pembelajaran
Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter atau gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah 326,570 kg, jumlah sampah perbulan adalah 10,123,670 sedangkan jumlah sampah pertahun adalah 121,484,040 kg, jumlah sampah inilah yang masuk ke TPA yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis semut yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit di sekitar kampus Universitas Pasir Pengaraian

Po drugi strani pa je treba pripomniti, da nezaupanje v elektronske povezave, varovanje osebnih podatkov ter neprimernost fizičnih in informacijskih lastnosti določenih skupin

 Tuhan  Yesus

(2) Jumlah anggota panitia musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan jumlah dusun pada setiap desa, yang terdiri dari unsur Pemerintah Kecamatan, unsur Perangkat

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping

Ada pun judul skripsi ini adalah Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Kosmetik Waterproof (studi di siger beauty bandar lampung) Untuk mengetahui secara lebih luas

Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan bertambah pula tingkat kebutuhan sumberdaya airtanah. Pertumbuhan penduduk serta berkembangnya Kecamatan