• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Matematika Siswa di SD Istimewa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Matematika Siswa di SD Istimewa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus di SD Istimewa Lapas Kelas II A Anak Pria Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakuktas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

[

Oleh

MITA ANGGRAINI

NIM 109017000034

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran matematika yang berlangsung di SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Untuk mendapat data yang valid, peneliti melakukan observasi dan berinteraksi secara langsung ke lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 serta guru matematika di kelas masing-masing. SD Istimewa terdiri dari siswa dengan rentang usianya mulai 14 - 20 tahun dan memiliki latar belakang kasus kriminal yang berbeda-beda. Pembelajaran di SD Istimewa Lapas berlangsung dari hari Senin sampai Kamis, mulai pukul 08.00 - 11.00 WIB. Jadwal pelajaran matematika hanya satu kali seminggu dengan alokasi wakti 2 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 30 menit). Setiap tahun SD ini melaksanakan UN dengan tingkat kelulusan 100%. Hasil penelitian menemukan beberapa hal diantaranya: Sistem pengajaran di sekolah ini dilandaskan pada sistem pembinaan, dengan cara memberikan motivasi disepanjang pembelajaran. Penilaian pembelajaran yang berlangsung di SD Istimewa Lapas adalah latihan disetiap pertemuan, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS) dan Ujian Nasional (UN). Faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Istimewa Lapas adalah ketertarikan siswa dengan materi pelajaran matematika yang mudah dipahami dan berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari (contextual), motivasi yang diberikan, kedisiplinan yang diterapkan, latihan soal-soal menjelang ujian dan profil guru yang mengajarkan.

(6)

ii ABSTRACT

MITA ANGGRAINI (109017000034), “Student’s Mathematics Learning in

Istimewa Elementary Child Penitentiary (Male) Tangerang”. The thesis of Mathematics Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, January 2015.

The purpose of the research was to know mathematics learning process in Istimewa Elementary Child Penitentiary (Male) Tangerang, from planing, practice until evaluation. The method used in this research was qualitative with a case of study approach. In obtaining valid and reliable data, the writer had observation and interacted directly in research locations. The data collection techniques were observation, interview and documentation study. The researchs subject are students from grade four, five and six, include mathematic teachers in each class. Istimewa Elementary School consists of students with range of age 14-20 years old and they had different background of criminal case. Learning activities in Istimewa Elementary School begin from Monday until Thursday, at 08.00-11.00 WIB. Mathematics scheduled once time a week with 2 hours lesson (1 hour = 30 minutes) allocation time. Annually this school implement UN with level graduation rates 100%. The result of the research revealed that: the teaching system in this school based on guidance system by giving motivation during learning. Learning assesment inIstimewa Elementary school are exercise at each meeting, UTS, UAS and UN. Success’s support factors of learning in Istimewa Elementary School are interesting content, easy understood and contextual, giving motivation, disciplinary, exercise ahead exam, and teacher profile.

Key Word : Mathematics Learning, Student Elementary School, Elementary

(7)

iii

KATA PENGANTAR

ﻢﯾﺤرﻟاﻦﻣﺤرﻟاﷲاﻢﺳﺑ

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan Rahmat, Hidayah dan Hikmah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, kesungguhan hati, perjuangan, doa, dan semangat dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, semangat, dan kesabaran dalam membimbing penulis selama ini. Terimakasih juga untuk tantangan-tantangan yang membangun dan menambah wawasan penulis.

4. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Dosen Penasihat Akademik yang selalu memeberikan nasihat-nasihat terbaiknya dari awal perkuliahan hingga lulus. 5. Ibu Afidah Mas’ud, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, semangat, dan selalu sabar dalam membimbing penulis selama ini.

(8)

iv

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

7. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu berusaha memberi pelayanan prima dalam mengurus administrasi perkuliahan.

9. Kementrian Hukum dan Ham Provinsi Banten, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lapas Kelas II A Anak Pria Tangerang.

10.Kalapas, Kepala Sekolah, Seluruh dewan guru dan siswa Sekolah Dasar Istimewa Lapas Anak pria Tangerang.

11.Teristimewa untuk orangtuaku tercinta, Bapak Naman dan Ibu Yumenah yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Pamanku Jamaludin, adik-adikku tercinta Adnan Ardiyansyah dan Ahmad Daan Saputra, yang telah memberikan do’a, semangat dan dukungan, serta seluruh keluarga yang menjadi kekuatan bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

12.Suamiku tersayang Zulkarnain, S.HI kekasih yang selalu menemani dan tak pernah lelah memberi dukungan, semangat dan do’a kepada penulis, semoga Allah SWT. melancarkan rencana-rencana indah kita.

13.Guruku tercinta terutama Ibu Hj. Nila M.Pd, dan seluruh guru-guru yang selalu mendo’akan, memberi dukungan moril, materil dan semangat yang luar biasa.

(9)

v

15.Sahabat-sahabatku tercinta Azizah, Atik Suryati, Irma Sulistianingsih, S.Pd, Roudhotul Hasanah, S.Pd, Lia Andriani, S.Pd, Desi Ratnasari yang telah setia membagi kebersamaan dalam suka dan duka, terimakasih atas kesediannya dalam memberikan dukungan, kasih sayang serta perhatian kepada penulis. 16.Teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2009 terutama PMTK

2009 A yaitu, Kiki, Ambar, Citra, Fitsol, Firda, Esti, Syifa, Alfian, Aryo, Hanif, Cahyadi, Syifa, Selvi, Sarah, Sakinah, Unung, Linda, Pupu, Irna, Anisah, serta teman-teman PMTK B dan C yaitu Meri, Endah, Dila, Karin, Nzah, Erdy, Ilham, Rifan, Tommy, Afaf, Wahyu, Mulyoko, Muchtar, Puji, Thoyibah, Lina, Muthmainah dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku perkuliahan, serta dukungan semangat dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan semua bantuan, semangat, dukungan, bimbingan, masukan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis menjadi keberkahan dan rahmat dari Allah SWT. bagi penulis dan kalian semua. Aamiin yaa robbal’aalamiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Januari 2015

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II: KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika ... 6

1. Definisi Pembelajaran Matematika ... 6

2. Proses Pembelajaran Matematika ... 8

a. Perencanaan Pembelajaran Matematika ... 8

b. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ... 9

c. Penilaian Pembelajaran Matematika ... 10

3. Standar Pembelajaran Matematika... 11

4. Pembelajaran Matematika Siswa Sekolah Dasar ... 12

B. Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar ... 14

1. Motivasi Belajar ... 14

2. Konsentrasi Belajar ... 15

3. Reaksi Belajar ... 15

4. Organisasi Belajar ... 16

(11)

vii

B. Metode dan Desain Penelitian ... 17

C. Subjek Penelitian ... 18

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 18

1. Observasi ... 18

2. Wawancara ... 19

3. Studi Dokumentasi ... 19

E. Instrumen Penelitian ... 19

F. Teknik Analisis Data ... 21

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 22

BAB IV: HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 23

1. Profil SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang ... 23

a. Sejarah Berdirinya SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang ... 23

b. Visi dan Misi SD Istimewa Lapas ... 23

c. Keadaan Siswa, Guru dan Sarana Prasarana ... 24

d. Kurikulum SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang ... 28

2. Pembelajaran Matematika di SD Istimewa Lapas ... 28

a. Perencanaan Pembelajaran Matematika ... 29

b. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ... 31

1) Pembelajaran Matematika di Kelas 4 Materi Perkalian Bersusun ... 32

2) Pembelajaran Matematika di Kelas 5 Materi Menjumlah dan Mengurang ... 35

3) Pembelajaran Matematika di Kelas 6 ... 37

(12)

viii

c. Penilaian Pembelajaran Matematika ... 41

1) Ulangan Harian... 41

2) Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) ... 41

3) Ujian Nasional ... 41

4) Laporan Hasil Belajar ... 42

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(13)

ix

Tabel 4.1 Kehadiran dan Kesiapan ... 38

Tabel 4.2 Mengerjakan PR ... 38

Tabel 4.3 Memperhatikan Penjelasan Guru ... 39

Tabel 4.4 Mengajukan Pertanyaan kepada Guru ... 39

Tabel 4.5 Mengemukakan Pendapat ... 40

Tabel 4.6 Mencatat Materi Pembelajaran ... 40

Tabel 4.7 Keaktifan Mengerjakan Latihan ... 40

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Lapas Anak Pria Tangerang dari Sisi Depan ... 26

Gambar 4.2 Taman di dalam Lapas Anak Pria Tangerang ... 26

Gambar 4.3 Ruang Kelas SD Istimewa dari Bagian Luar dan Dalam ... 27

Gambar 4.4 Siswa SD Istimewa sedang Membaca Buku di Perpustakaan ... 27

Gambar 4.5 Fasilitas Laboratorium Komputer dengan Akses Internet ... 28

Gambar 4.6 Papan Jadwal Perencanaan Proses KBM ... 29

Gambar 4.7 Perencanaan Pembelajaran Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat Kelas 5 ... 30

Gambar 4.8 Tulisan Guru di Papan Tulis saat Menjelaskan Perkalian 7 ... 33

Gambar 4.9 Suasana Pembelajaran Matematika di Kelas 4 ... 35

Gambar 4.10 Suasana Pembelajaran Matematika di Kelas 5 ... 36

Gambar 4.11 Grafik Kelulusan UN SD Istimewa ... 42

(15)

xi

Lampiran 2 Rubrik Penilaian Observasi ... 55

Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Kelas IV ... 57

Lampiran 4 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Kelas V ... 59

Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Kelas VI ... 61

Lampiran 6 Lembar Observasi Guru ... 63

Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa ... 75

Lampiran 8 Hasil Wawancara Kepala Sekolah ... 87

Lampiran 9 Hasil Wawancara Guru ... 91

Lampiran 10 Hasil Wawancara Siswa ... 96

Lampiran 11 Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah VII ... 102

Lampiran 12 Surat Mutasi SD Istimewa ... 104

Lampiran 13 Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Banten ... 105

Lampiran 14 Profil SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang ... 108

Lampiran 15 Soal Latihan UN Tingkat SD/MI ... 114

Lampiran 16 Surat Review Instrumen oleh Ahli ... 119

Lampiran 17 Lembar Uji Referensi ... 121

Lampiran 18 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 124

Lampiran 19 Surat Izin Penelitian Kemenkumham Kanwil Banten ... 125

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan fondasi bagi perkembangan suatu bangsa, karena maju tidaknya suatu bangsa diukur dari tingkat pendidikan yang sudah dicapai oleh penduduknya. Pendidikan dalam konteks pembangunan nasional berfungsi mempersatukan bangsa, menyamakan kesempatan, dan mengembangkan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Kewajiban melaksanakan pendidikan utamanya ditunjukkan pada anak-anak masa sekolah. Program pemerintah yang sangat terkenal adalah wajib belajar 9 tahun. Penyelenggaraan pendidikan ini tidak hanya mencakup anak-anak yang berada di masyarakat umum yaitu anak-anak yang secara hukum tidak mempunyai masalah hukum, tetapi juga wajib diselenggarakan pada anak-anak yang secara hukum berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).

Sebagaimana yang terdapat dalam UU Sisdiknas Bab IV (Pasal 5) tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, bahwa: “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.1 Dalam pasal 5 ini ditegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam hal mangembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu dengan kualitas yang baik.

Saat ini banyak berita tentang anak-anak seusia sekolah yang melakukan pelanggaran hukum yang selalu menghiasi pemberitaan media masa. Mulai dari kasus tauran antar pelajar, narkoba, pelecehan seksual hingga pembunuhan.

(17)

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2000, dalam statistik kriminal kepolisian terdapat lebih dari 11.344 anak yang disangka sebagai pelaku tindak pidana. Pada bulan Januari hingga Mei 2002, ditemukan 4.325 tahanan anak di rumah tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Jumlah anak-anak yang ditahan tersebut, tidak termasuk anak-anak yang ditahan dalam kantor polisi (Polsek, Polres, Polda dan Mabes).2

Dari data tersebut jelaslah pendidikan bagi anak-anak yang ada di dalam Lapas ini perlu diselenggarakan. Agar selepas masa tahanan anak-anak tersebut berakhir dapat diterima kembali sebagai warga masyarakat dan ikut serta membangun bangsa. Karena ilmu pengetahuan adalah kunci dari segala kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana hadits Rasulullah SAW. berikut ini:

(ينار طل ا هاور) مْلعلْاب هْيلعف امه دارأ ْنم و مْلعلْاب هْيلعف رخآاْ دارأ ْنم و مْلعلْاب هْيلعف ايْنُدلا دارأ ْنم

“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka harus dengan ilmu,

dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu”(HR. Thabrani).3

Dari hadits tersebut dijelaskan kita dapat memperoleh apapun yang ada dalam kehidupan ini dengan ilmu pengetahuan. Jika semua rakyat Indonesia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik sesuai dengan porsinya, maka bangsa ini dapat menjawab tantangan zaman dan ikut serta dalam persaingan dengan negara maju.

Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting adalah matematika, karena matematika merupakan pilar utama ilmu pengetahuan. Matematika sering disebut ratu dan pelayan ilmu pengetahuan, karena tanpa bantuan ilmu lain matematika dapat berkembang tetapi perkembangan dan penemuan ilmu-ilmu lain bergantung kepada matematika.4

2Sri Purnianti dkk., Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, (Jakarta: Fisif UI, 2002), dalam kata pengantar karya tulis yang bekerjasama dengan UNICEF Indonesia.

3Nurrohmah, Hadits Menuntut Ilmu, diakses di: http://belajarsambilberdakwah. blogspot.

com diunduh tanggal 23 Januari 2014.

(18)

3

Bahkan Cockroft (1986:1) mengatakan: “It would be very difficult – perhaps imposible – to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth

century without making use of mathematics of some kind”.5 Sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup dibagian dunia ini pada abad ke-20 tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika.

Sejak diberlakukannya Ujian Nasional (UN) tahun 2003, matematika juga termasuk salah satu mata pelajaran yang diujikan serta menentukan kelulusan siswa. Jelaslah bahwa memang peranan matematika sangatlah penting, sehingga proses pembelajarannya di kelas pun harus benar-benar diperhatikan.

Salah satu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang menyediakan pendidikan formal bagi anak-anak yang menjadi nara pidana adalah Lapas Anak Pria Tangerang. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, salah satu sekolah yang ada di dalam Lapas tersebut diberi nama Sekolah Dasar (SD) Istimewa. Siswa-siswa yang ada di sekolah tersebut adalah anak-anak yang memiliki berbagai macam kasus kriminal, dengan rentang usia 14 - 20 tahun, dan terdiri dari anak-anak dengan kasus kriminal yang berbeda-beda.

Jadwal pelajaran matematika hanya satu kali seminggu dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dimana 1 jam pelajarannya 30 menit. Menurut ketua bidang pembinaan Lapas, sejak tahun 2011 siswa SD Istimewa tersebut wajib mengikuti Ujian Nasional (UN) yang soalnya sama seperti siswa SD yang lain dengan tingkat kelulusannya 100% setiap tahunnya.

Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah Istimewa tersebut, sehingga peneliti mengajukan judul penelitian sebagai berikut:

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA DI SD ISTIMEWA

LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK PRIA TANGERANG.

5 Fadjar Shadiq, Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?, (Yogyakarta:

(19)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian ini didasarkan pada apa yang terjadi di lapangan yaitu: 1. Terdapat Sekolah Dasar di dalam Lapas Anak Pria Tangerang yang bernama

SD Istimewa.

2. Siswa SD Istimewa memiliki kasus kriminal yang berbeda-beda dengan rentang usia 14 - 20 tahun.

3. Pelajaran matematika di SD Istimewa hanya mempunyai alokasi waktu satu jam setiap minggunya.

4. Setiap tahun siswa SD Istimewa wajib mengikuti Ujian Nasional (UN) yang soalnya sama seperti siswa SD yang lain dengan tingkat kelulusan setiap tahunnya 100%.

C.Pembatasan Masalah

Setelah identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Proses pembelajaran matematika siswa Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Siswa yang dimaksudkan adalah siswa sekolah SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang kelas 4, 5, dan 6 SD Istimewa tahun ajaran 2013/2014, semester genap.

D.Rumusan Masalah

Berdasaarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, rumusan masalah penelitian ini secara garis besar adalah “Bagaimana proses pembelajaran matematika yang berlangsung di SD Istimewa Anak Pria Tangerang?”

Adapun rincian dari perumusan masalah di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

(20)

5

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika yang berlangsung di SD Istimewa Lapas?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran matematika yang berlangsung di SD Istimewa Lapas?

4. Faktor apa saja yang mendukung keberhasilan pembelajaran matematika di SD Istimewa Lapas?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menggambarkan proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran matematika siswa SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar di

sekolah tersebut.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah cakrawala dan perspektif di bidang pendidikan terutama pada pembelajaran matematika bagi siswa di sekolah Lapas. Di samping itu pula, diharapkan lebih mengetahui tentang aspek-aspek yang mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika siswa sekolah Lapas.

2. Bagi guru-guru, diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi yang berguna dan sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah Lapas.

(21)

6

A.Pembelajaran Matematika

1. Definisi Pembelajaran Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, yaitu mathematike, yang berarti hal-hal yang berhubungan dengan belajar (relating to learning). Kata tersebut mempunyai akar kata mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu.1

Menurut James dan James dalam Sri Anitah W. dan Janet Trineke Manoy, matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.2

Sedangkan menurut Kline dalam Erna Suwangsih dan Tiurlina, matematika bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri tetapi matematika ada untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.3

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri juga dapat digunakan untuk memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Adam dan Hamm dalam Ariyadi Wijaya mengungkapkan bahwa ada empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika, yaitu (1) matematika sebagai suatu cara berpikir, (2) matematika sebagai suatu pemahaman tentang

1 Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.1.

2 Sri Anitah W. dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.4.

3

(22)

7

pola dan hubungan, (3) matematika sebagai suatu alat, (4) matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi.4

Matematika diajarkan di sekolah karena memiliki kegunaan, yaitu berguna

untuk kepentingan matematika itu sendiri dan memecahkan persoalan dalam

masyarakat.5 Dengan diajarkannya matematika di semua tingkat, matematika

dapat bertahan dan berkembang. Kegunaan matematika dalam memecahkan

persoalan yang ada di masyarakat diantaranya siswa dapat menghitung luas, isi,

dan berat, melakukan pengukuran, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan

data dan lain sebagainya.

Sementara itu, belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga ke liang lahat nanti.6

Menurut Witherington dalam Nana Syaodih belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru, baik berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.7 Dimana hasil yang diharapkan adalah perubahan dalam diri siswa sebagai manifestasi untuk menjalankan kehidupan.

Sedangkan menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut karena

stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa.

Sehingga belajar menjadi seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi

lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.8

4

Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),h. 5-6.

5E.T.Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini,( Bandung:Tarsito,1990),

h. 9.

6Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan: pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali, 2009), h. 2.

7 Nana Syaodih N., Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2010), h. 155.

(23)

Selanjutnya dalam UU No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.9 Bukan proses monoton dimana hanya guru yang berperan, tetapi terjadinya interaksi aktif antara peserta didik dengan sesama peserta didik, peserta didik dengan pendidik, dan dengan sumber belajar serta lingkungannya.

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaktif antara peserta didik dengan guru matematika, peserta didik dengan peserta didik lain, peserta didik dengan sumber belajar atau media pembelajaran matematika dan dengan lingkungan tempat belajar, yang menyebabkan perubahan tingkah laku karena latihan dan pengalaman-pengalaman untuk mendapatkan hubungan-hubungan, konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari.

Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran matematika adalah proses interaktif antara siswa Sekolah Dasar Istimewa Lapas anak pria Tangerang dengan guru matematika, sesama siswa dalam kelas masing-masing, dan dengan sumber belajar atau media pembelajaran matematika yang digunakan di dalam kelas pada saat pelajaran matematika.

2. Proses Pembelajaran Matematika

Layaknya proses pembelajaran pada umumnya proses pembelajaran matematika juga mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Berikut ini akan dibahas mengenai ketiga hal tersebut.

a. Perencanaan Pembelajaran Matematika

Menurut Chunningham dalam Hamzah perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas

(24)

9

yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.10 Hal ini dimakasudkan agar semua yang diperlukan dapat segera terpenuhi saat proses berlangsung.

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, berupa rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.11 Sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Ada beberapa kriteria dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang dapat dijadikan pedoman, hal tersebut dapat dilihat di bawah ini:12

1) Signifikansi, perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.

2) Relevan, perencanaan yang disusun memiliki nilai kesesuaian dengan faktor internal (kurikulum) dan eksternal (kebutuhan siswa).

3) Kepastian, perencanaan yang dibuat berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis.

4) Adaptabilitas, memiliki unsur penyesuaian dimana perencanaan pembelajaran yang disusun dapat diimplementasikan untuk berbagai keadaan dan kondisi. 5) Kesederhanaan, hendaknya perencanaan pembelajaran mudah diterjemahkan

dan mudah diimplementasikan.

6) Prediktif, perencanaan pembelajaran memiliki daya ramal yang kuat agar dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

Pelaksanaan pembelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran di sebuah lingkungan belajar, yang pada umumnya mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup.

10 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi aksara, 2011), h. 1.

11

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), h.28.

(25)

Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran, apalagi pembelajaran matematika. Guru harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, sebagaimana dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Dalam hal ini, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar terjadi pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

c. Penilaian Pembelajaran Matematika

Ten Brink dan Terry D dalam Sudaryono mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk pertimbangan dalam membuat keputusan.13

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono, evaluasi pembelajaran sebagai suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran.14 Evaluasi hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses pembelajaran mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.

Jadi dapat disimpulkan evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan informasi dan menggunakan informasi tersebut sebagai bahan untuk menentukan nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan pengukuran.

Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.

13Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),h. 38.

(26)

11

Chittenden dalam Zaenal Arifin mengungkapkan tujuan penilaian (assesment purpose) adalah “keeping track, chacking-up, finding-out, and summing-up”,15 hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2) Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

3) Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.

4) Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan.

3. Standar Pembelajaran Matematika

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdiri dari delapan standar yang harus dipenuhi yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

Adapun penjabaran dari kedelapan standar pendidikan tersebut adalah sebagai berikut: 16

a. Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang memiliki kriteria kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

15Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya. 2010), h.13-15.

(27)

b. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

c. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam jabatan. e. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria minimal tentang ruang belajar,

tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

f. Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

g. Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

h. Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

4. Pembelajaran Matematika Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika di tingkat SD/MI memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:17

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(28)

13

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penekanan pembelajaran matematika terletak pada penataan nalar, pemecahan masalah, pembentukan sikap, dan keterampilan dalam penerapan matematika.

Jean Piaget mengembangkan empat tahap perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, tahapan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:18 kecakapan psikis untuk mengerti bahwa sutu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan pada aktivitas pada waktu itu. Tetapi. Pada stadium ini permanen objek belum sempurna.

Praoperasional 2-7 Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikir egosentris dan berpusat.

Operasional Konkret

7-11 Mampu berpikir logis. Mampu mengkongkretkan perhatian lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga menghubungkan dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa berpikir abstrak.

Operasional Formal

11 – dewasa

Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara alamiah dan kemudian menyelesaikan masalah.

(29)

Anak-anak di sekolah dasar berada dalam tahap perkembangan operasional konkret. Karena itu mereka kurang dalam berpikir abstrak, ini berarti pengajaran di sekolah dasar harus sekonkret mungkin dan betul-betul dialami. Pada pelajaran matematika sebaiknya menggunakan objek konkret untuk menunjukkan konsep dan membiarkan siswa memanipulasi objek mewakili prinsip-prinsip matematika dan lebih menekankan penggunaan matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan nyata.

B.Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar

Belajar merupakan sebuah proses interaksi antara siswa dan guru, dalam hubungan ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar, salah satunya adalah faktor psikologi yang merupakan faktor internal. Menurut Thomas F. Staton ada enam faktor psikologi yang diperlukan dalam kegiatan belajar, hal tersebut diuraikan di bawah ini:19

1. Motivasi Belajar

Keberhasilan dalam belajar dapat terwujud jika pada diri masing-masing siswa terdapat keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut motivasi.

Mc Donald (1959) merumuskan, bahwa: “Motivation is an energy change

within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal

reaction”, yang diartikan motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan interaksi untuk mencapai tujuan.20

Dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan, dan motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

19Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2000), h.38-42.

(30)

15

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:21

1) Peserta didik akan bekerja keras jika memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjaannya.

2) Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti.

3) Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja secara efektif dan tepat guna.

4) Memberikan penilaian dengan adil dan transparan.

2. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi mempunyai makna memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Untuk membantu siswa agar dapat konsentrasi dalam belajar guru perlu memberikan bimbingan, perhatian serta bekal keahlian yang dimilikinya.

3. Reaksi Belajar

Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga siswa aktif saat pembelajaran berlangsung. Saat proses pembelajaran, siswa membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan, ketekukan dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana yang disampaikan guru.

21 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda

(31)

4. Organisasi Belajar

Belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pemahaman. Untuk dapat membantu siswa agar cepat dapat mengorganisasikan fakta atau ide – ide dalam pikirannya, diperlukan tujuan yang jelas dalam belajar.

5. Pemahaman Belajar

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami yang sedang dipelajarinya.

Comprehension bersifat dinamis, dapat menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang. Apabila siswa benar – benar memahami apa yang dipelajarinya, maka akan siap memberi jawaban yang pasti atas pertanyaan – pertanyaan atau berbagai masalah yang dihadapinya dalam belajar.

6. Mengulang Pembelajaran

(32)

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Istimewa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas II A Anak Pria Tangerang, Jl. Daan Mogot No. 29C Kota Tangerang, Banten. Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari sampai dengan Maret 2014.

B.Metodedan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Menurut J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.1

Penelitian kualitatif dipilih atas permasalahan penelitian yang membutuhkan data lapangan yang diperoleh dari proses pembelajaran matematika siswa SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang. Untuk mendapat data yang valid, peneliti melakukan observasi dan berinteraksi secara langsung ke lokasi penelitian.

Saat pelaksanaan peneliti berusaha memahami fenomena yang terjadi dengan menyesuaikan diri dengan kegiatan keseharian di SD Istimewa tersebut tanpa menjaga jarak dengan siswa dan guru-guru di sekolah tersebut. Sehingga dalam pengambilan data, baik saat mengobservasi maupun saat wawancara dapat berjalan baik dengan suasana yang hangat dan bersahabat.

1 Lexy J. Moleong, Metrodologi Penelitian Kualitatif, cet.-29, (Bandung: Rosdakarya,

(33)

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, agar penelaahan terhadap fokus penelitian dapat dilakukan secara intensif, mendalam, detail, dan kompehensif. Desain ini berfokus pada kasus-kasus khusus dan menarik. Keunikan SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang adalah siswa yang ada di sekolah tersebut berusia mulai dari 14 - 20 tahun sehingga tidak sesuai dengan usia siswa sekolah dasar pada umumnya dan terdiri dari narapidana dengan kasus kriminal yang berbeda-beda.

Penelitian ini berbentuk kualitatif eksploratif (explorative research), dimana penelitian dimulai dari adanya kekosongan/kekurangan dalam pengetahuan, dengan mengumpulkan data dengan metode perbandingan (komparatif) dan statistik observasi.2 Data tersebut diolah sehingga memperoleh kejelasan mengenai pembelajaran matematika di SD Istimewa Lapas. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi peneliti analisis secara induktif dan dituturkan secara deskripsi.

C.Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang peneliti observasi dan wawancara pada penelitian ini adalah:

a. Siswa kelas 4, 5 dan 6 SD Istimewa Lapas,

b. Guru Matematika kelas 4, 5 dan 6 SD Istimewa Lapas, c. Kepala sekolah SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang.

D.Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan langsung siswa dan guru matematika secara menyeluruh pada proses pembelajaran matematika di kelas 4, 5, dan

2

(34)

19

6 SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang. Meliputi observasi perencanaan, proses pelaksanaan dan penilaian pembelajaran matematika.

Data hasil observasi siswa disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan nilai persentase. Rumus presentase yang digunakan adalah:

Keterangan:

P = Angka Presentase f = Frekuensi

N = Jumlah siswa perpertemuan

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah peneliti siapkan pedomannya. Jawaban pertanyaan sepenuhnya dari sumber data. Sumber data yang peneliti wawancarai adalah siswa SD Istimewa berkait dengan pembelajaran matematika, guru matematika mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran matematika, dan kepala sekolah SD Istimewa mengenai kebijakan dan standar pendidikan yang diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.

3. Studi Dokumentasi

Peneliti melakukan pengumpulan data tertulis, gambar, grafik, dan rekaman dengan didukung media yang sesuai.

E.Instrumen Penelitian

Berdasarkan prosedur pengumpulan data di atas, instrumen yang digunakan dalam penlitian ini adalah:

(35)

saat proses pembelajaran matematika berlangsung. Adapun kisi-kisi pengamatannya adalah sebagai berikut:

a. Kisi-kisi observasi siswa 1) Kehadiran dan kesiapan 2) Mengerjakan PR

3) Memperhatikan penjelasan guru 4) Mengajukan pertanyaan kepada guru

5) Mengemukakan pendapat mengenai materi pembelajaran 6) Mencatat materi pembelajaran

7) Mengerjakan latihan

b. Kisi-kisi observasi guru

1) Persiapan sebelum mengajar

2) Proses penyajian materi dan situasi pembelajaran 3) Penutup.

2. Pedoman wawancara, berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden untuk mengumpulkan data penelitian.

a. Kisi-kisi pedoman wawancara siswa: 1) Persiapan pembelajaran

2) Pemahaman terhadap penjelasan guru

3) Respon saat mengikuti proses pembelajaran di kelas 4) Nilai matematika selama ini

b. Kisi-kisi pedoman wawancara guru matematika: 1) Persiapan sebelum mengajar

2) Metode pembelajaran yang digunakan 3) Media pembelajaran yang digunakan 4) Perencanaan penilaian

(36)

21

c. Kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah:

1) Sejarah berdirinya SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang 2) Sarana dan prasarana yang ada

3) Kondisi guru SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang 4) Kondisi siswa

5) Pencapaian nilai UN (evaluasi) 6) Pembiayaan

7) Kondisi siswa lulusan SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dimaksud merupakan upaya mengumpulkan, mengklasifikasi dan menata secara sistematis data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang persoalan yang ada dalam proses pembelajaran matematika di SD Istimewa kemudian menyajikannya.

Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data hingga data selesai dikumpulkan. Secara teoritik analisis dan pengumpulan data dilakukan secara berulang-ulang, agar dapat memecahkan masalah dengan mencocokkan data yang diperoleh kemudian disusun secara sitematis, interpretasi secara logis demi kebasahan dan kredibilitas data yang diperoleh peneliti.

Langkah dalam analisis data yang peneliti gunakan yakni menurut Miles dan Huberman (1984), meliputi (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verrrification).3

1. Reduksi Data

Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan cara menyeleksi, membuat fokus, menyederhanakan dan mengabstraksi dari data kasar hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang masih bersifat acak ke dalam bentuk yang mudah dipahami.

3 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan

(37)

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, data disajikan dalam bentuk uraian deskriptif sesuai dengan aspek yang diamati sehingga lebih mudah dipahami dalam keseluruhan sajiannya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat

G.Pemeriksaan Keabsahan Data

Pelaksanaan teknik pemeriksaan keabsahan data terdiri dari empat kriteria, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferbilityi), kebergantungan (dependability), dan kepastian (conformability).4 Kredibilitas terdiri dari beberapa teknik, yaitu:

1. Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti harus tetap berada di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.

2. Ketekunan pengamatan

Salah satu faktor yang dapat membuat penelitian ini berhasil adalah terdapat pada peneliti sendiri. Meningkatkan ketekunan peneliti dalam mengamati hal-hal yang ada di lokasi penelitian lebih membuat hasil penelitian yang cermat dan berkesinambungan pada data-data yang ada sehingga mampu dianalisis dengan baik.

3. Triangulasi

Triangulasi data dalam penelitian ini dengan menggunakan pengecekan kembali data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik hasil wawancara, observasi, maupun dokumentasi selama penelitian, untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data.

4

(38)

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Deskripsi Data

1. Profil SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang

a. Sejarah Berdirinya SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Pria Tangerang terletak di Jl. Daan Mogot No. 29C Kota Tangerang, Banten. Lapas ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1925 di atas tanah seluas 12.150 m2, dengan kapasitas hunian 220 anak.

Secara historis sejak tahun 1934 pengelolaan diserahkan kepada Pro Juventute untuk mengasingkan anak keturunan Belanda yang berbuat nakal. Tahun 1945 berubah menjadi Markas Resimen IV Tangerang, lalu tahun 1957 - 1961 dikelola oleh jawatan kepenjaraan dan namanya dirubah menjadi Pendidikan Negara. Kemudian pada tahun 1964 diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan namanya diubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang.1

Menurut Kementrian Kehakiman dan Ham SD Istimewa Lapas berdiri mulai tanggal 10 September 1984, dengan SK Menteri Kehakiman melalui Kanwil DKI Jakarta. Dalam Lapas Anak Pria Tangerang terdapat beberapa sekolah formal yaitu SD, SMP, SMA (paket C) dan SMK Istimewa. Awalnya hanya ada SD dan SMP, lalu bertambah SMA berupa paket C dan terakhir SMK yang baru diresmikan pada tahun 2014.

b. Visi dan Misi SD Istimewa Lapas

Visi dan misi SD Istimewa Lapas sama dengan visi dan misi Lapas Anak Pria Tangerang. Adapun visinya adalah “Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan anak didik pemasyarakatan sebagai

(39)

individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa”. sedangkan misinya antara lain:

1) Mewujudkan sistem yang menumbuhkan rasa aman bagi anak didik baik secara internal dan eksternal.

2) Melaksanakan perawatan, pelayanan, pendidikan dan pembimbingan untuk kepentingan terbaik bagi anak dimasa pertumbuhannya.

3) Menumbuhkembangkan ketaqwaan, kecerdasan, kesatuan, dan keceriaan anak agar dapat menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab.

c. Keadaan Siswa, Guru dan Sarana Prasarana

Sekolah ini diberi nama “SD ISTIMEWA LAPAS” disebabkan beberapa alasan, yaitu2:

a. Sangat uniknya murid-murid yang ikut pendidikan. Keunikan tersebut karena murid-muridnya adalah anak-anak yang sedang menjalani pembinaan akibat masalah hukum yang dihadapi.

b. Rentang usia anak-anak didik tersebut sangat jauh dan berbeda dengan usia anak sekolah dasar pada umumnya.

c. Latar belakang dan keluarga juga siswa berbeda dan bahkan ada anak didik yang telah ditinggal oleh orangtuanya dan tidak pernah melihat orang tuanya sama sekali.

Berbeda dengan SD pada umumnya yang terdiri dari enam tingkatan kelas, SD Istimewa Lapas ini hanya terdiri dari tiga tingkatan kelas yakni kelas 4, 5 dan 6, hal ini dikarenakan faktor usia siswa yakni dari 14-20 tahun.3 Semua anak yang ada di Lapas Anak Pria Tangerang dipanggil dengan sebutan “ANDIKPAS” yang merupakan singkatan dari Anak Didik Lapas.

Adapun penempatan andikpas menjadi kelas 4, 5, atau 6 harus melewati beberapa prosedur. Pada tahap awal sidang TPP (Tim Pemantau Pemasyarakatan), calon siswa didata pendidikan terakhirnya ketika di luar, selanjutnya orang tua ataupun keluarga diminta untuk menyerahkan buku rapor terakhir yang mereka miliki. Jika tidak ada keluarga yang bisa

3

(40)

25

dihubungi, maka siswa diberi tes penempatan. Dalam hal ini masa tahanan pun menjadi pertimbangan.

SD Istimewa Lapas mempunyai 6 orang guru, dengan rincian 3 orang wali kelas (kelas 4, 5 dan 6) dan 3 guru bidang studi. Dari guru-guru tersebut ada dua orang yang merangkap sebagai staff kantor sekolah. Karena semua guru tersebut merupakan pegawai Kementrian Hukum dan Ham, mereka juga mempunyai tugas administratif kelembagaan di luar tugas mereka di sekolah.

Sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran di SD Istimewa Lapas, antara lain: 3 ruang kelas, 1 ruang kantor kepala sekolah sekaligus ruang guru, perpustakaan, mushola, gereja, lapangan, aula, ruang kreasi, toilet, dan laboratorium komputer dengan akses internet. Adapula ruangan lain dalam lapas tersebut seperti ruang kamar tidur anak (blok), dapur umum, pojok curhat, ruang karantina dan ruang-ruang lain dengan fungsinya masing-masing. Selain ruang kelas dan kantor SD semua sarana dan fasilitas yang ada digunakan bersama oleh warga lapas.

Untuk dapat melakukan penelitian di SD Istimewa Lapas harus mempunyai surat izin dari Kemenkumham Provinsi Banten dan melalui beberapa prosedur. Saat hendak memasuki Lapas ada kurang lebih 5 orang petugas yang selalu berjaga di pintu masuk setiap hari selama 24 jam. Petugas tersebut memeriksa perizinan, barang bawaan hingga yang menempel di tubuh sehingga harus diperiksa (cek body) di sebuah ruang kecil dekat pintu masuk. Barang-barang berharga seperti telepon genggam, kamera dan uang dilarang dibawa masuk, sehingga harus dititipkan di loker khusus petugas piket.

(41)

Gambar 4.1

Lapas Anak Pria Tangerang dari Sisi Depan

Gambar 4.2

Taman di dalam Lapas Anak Pria Tangerang

(42)

27

Gambar 4.3

Ruang Kelas SD Istimewa dari Bagian Luar dan Dalam

Sumber ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh di luar kelas, seperti perpustakaan dan laboratorium komputer dengan akses internet dapat dimanfaatkan secara terjadwal oleh Andikpas.

Buku-buku yang ada di perpustakaan banyak yang berasal dari sumber dari sumbangan berbagai LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang memiliki keperdulian terhadap pendidikan anak di sekolah Lapas ini. Selain buku-buku pelajaran di dalam perpustakaan juga terdapat buku mengenai cara berwirswasta dan budidaya, yang dapat menjadi ilmu pengetahuan tambahan dan bekal jika mereka ingin berwirswasta setelah bebas nanti.

Gambar 4.4

(43)

Gambar 4.5

Fasilitas Laboratorium Komputer dengan Akses Internet

d. Kurikulum SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang

SD Istimewa Lapas Anak Pria Tangerang merupakan bagian dari komponen pendidikan di Indonesia yang berada di bawah naungan Kementerian Hukum dan Ham yang dalam pelaksanannnya bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Tangerang. Pendidikan yang berlangsung di sekolah Istimewa ini disebut juga sekolah layanan khusus. Khusus dalam arti pembinaan, sistem pengajaran, tenaga pendidik dan sarana prasarana yang dibutuhkan.

Sekolah ini termasuk ke dalam gugus 4, dengan sekolah yang menjadi pimpinannya adalah SDN 6 Kota Tangerang. SDN 6 Kota Tangerang ini menjadi kiblat bagi SD Istimewa Lapas, dimana kurikulum, buku pelajaran dan soal-soal yang digunakan sama dengan yang digunakan di SDN 6 Kota Tangerang. Kurikulum di SDN 6 Kota Tangerang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Pembelajaran Matematika di SD Istimewa Lapas

(44)

29

a. Perencanaan Pembelajaran Matematika

Setiap awal tahun pelajaran SD Istimewa Lapas melakukan rapat koordinasi pendidikan. Rapat koordinasi dilaksanakan di SDN 6 kota Tangerang. Rapat ini membahas jadwal pelaksanaan dan evalusi pembelajaran atau jadwal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Selanjutnya, jadwal pembelajaran tersebut dituliskan di papan KBM yang terdapat di kantor sekolah. Papan jadwal KBM tersebut dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.6

Papan Jadwal Perencanaan Proses KBM

Perencanaan pembelajaran matematika mencakup dua aspek, yaitu perencanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dimulai dengan melihat bahan ajar yang digunakan. Pembelajaran dibuat sesuai dengan materi yang ada di buku ajar. Namun, dipilih materi yang ringan dan disenangi siswa. Materi yang disenangi siswa biasanya berupa materi yang berkaitan langsung dengan kehidupan seri-hari (contextual). Seperti materi tentang waktu dan operasi hitung dengan uang.

Dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran, guru matematika kelas 4 (G1) hanya melihat judul sub bab atau materi yang akan dipelajari. G1 tidak membuat perencanaan pembelajaran secara tertulis. Karena menurut G1 materi yang diajarkan sudah biasa dia ajarkan dan sama setiap tahunnya. Sehingga materi sudah dihafal dengan baik dan tinggal menjelaskannya saja kepada siswa.

(45)

dan memilih materi yang akan dipelajari G2 membuat catatan di buku khusus yang isinya jawaban dari soal yang ada di buku ajar tersebut. Misalnya saat materi operasi hitung campuran bilangan bulat, G2 membuat jawaban Uji Kompetensi 3 halaman 33 di buku khusus tersebut lengkap dengan cara mengerjakannya. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.7

Perencanaan Pembelajaran

Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat Kelas 5

Selanjutnya perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru matematika di kelas 6 (G3), membuat perencanaan pembelajaran dengan membuat rangkuman materi dan contoh soal yang akan diajarkan kepada siswa. Penelitian melakukan penelitian saat semester genap, sehingga perencanaan yang dibuat G3 hanya berupa soal-soal UN tahun lalu yang sudah dicari dan akan dibahas untuk persiapan ujian ujian nasional tahun ini.

(46)

31

Diagram 4.1

Persiapan Pembelajaran Siswa

Dari diagram di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari sebagian siswa SD Istimewa Lapas tidak mempunyai persiapan yang berarti sebelum belajar, mereka lebih memilih tidur dan ngobrol bareng teman. Jika ada PR dari guru, mereka mengaku menyalin ulang jawaban teman yang sudah mengerjakannya.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa “Siswa di sini belajar karena tuntutan dari Lapas, bukan karena kemauan sendiri. Jadi hanya belajar saat jam sekolah saja, setelah pulang sekolah diluar kegiatan wajib seperti sholat berjama‟ah, makan, apel, piket dan sebagainya mereka hanya nongkrong dan ngobrol dengan temannya. Padahal sudah disediakan waktu khusus untuk belajar, yaitu sesudah sholat Isya”.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD Istimewa Lapas dilaksanakan hari Senin - Kamis, dari pukul 08.00 - 11.00 WIB. Satu hari diisi dua pelajaran, dimana setiap mata pelajaran mendapat jatah satu kali dalam seminggu yakni dua

Mengerjakan PR

Ke Perpustakaan

Ngobrol Bareng Teman

Tidur

28,6% 14,2%

43%

(47)

jam pelajaran, dengan satu jam pelajarannya berdurasi 30 menit. Hari Jum‟at dan Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakulikuler yaitu pramuka dan olahraga.

Sebelum proses KBM setiap pagi siswa SD dibiasakan disiplin dengan sarapan dan apel pagi yang dilakukan secara bersama-sama. Setelah bel pemberitahuan masuk kelas berbunyi, siswa SD istimewa Lapas masuk ke kelas dengan tertib. Mereka dibiasakan membaca Surat Al-Fatihah dan berdo‟a sebelum belajar. Siswa juga diwajibkan mengenakan seragam sekolah lengkap dengan sepatu dan membawa tas.

Penelitian yang dilakukan di kelas 4 yang memiliki jadwal pelajaran matematika setiap hari Selasa jam ketiga, di kelas 5 pada hari Rabu jam ketiga dan kelas 6 pada hari Senin jam pertama. Berikut ini akan uraikan hasil observasi proses pembelajaran yang terjadi di kelas 4, 5 dan 6.

1) Pembelajaran Matematika di Kelas 4 Materi Perkalian Bersusun

Pembelajaran matematika di kelas 4 selalu diawali G1 dengan memeriksa kehadiran dan menanyakan kondisi siswa. G1 mengemasnya dalam obrolan hangat dan sesekali diselingi humor. Disela-sela obrolan tersebut G1 menyelinginya dengan nasihat-nasihat dengan tujuan memotivasi siswa agar rajin belajar dan menjadi manusia yang lebih baik di dalam Lapas maupun setelah bebas nanti.

Saat materi perkalian bersusun G1 memulainya dengan memberi contoh soal perkalian puluhan dengan satuan, setelah itu perkalian puluhan dengan puluhan. Tidak ada media pembelajaran yang digunakan pada mareri ini.

(48)

33

G1 memberi waktu 10 menit untuk mengerjakan soal-soal tersebut secara mandiri. Setelah 10 menit, G1 meminta satu-persatu siswa maju dan mengerjakan soal yang diberikan di papan tulis. Dimulai dari S3 yang mengerjakan soal nomor 1 perkalian puluhan dengan satuan yaitu 95 x 3 dan langsung dapat menjawabnya dengan benar yaitu 285. Lalu G1 memintanya untuk mengerjakan dua soal lagi yang juga merupakan perkalian puluhan dan satuan.

Giliran S2 yang maju, G1 memintanya menjawab soal perkalian 68 x 7. Guru memberitahu kepada peneliti bahwa S2 memiliki kemampuan di bawah rata-rata teman sekelasnya bahkan belum lancar menulis dan membaca. Sehingga saat S2 mengerjakan soal, guru membimbingnya dengan sabar dan perlahan. Mulai dari 7 x 8 dengan menuliskan angka 7 sampai delapan kali, menjumlahkan angka 7 dengan 7 menjadi 14, lalu menjumlahkan 14 dengan 14 menjadi 28, dan terakhir menjumlahkan 28 dengan 28 sehingga diperoleh 56.

Setelah itu guru mengajarkan penempatan hasil 7 x 8 = 56 dengan membahasakan “6 diletakkan di bawah garis dan lima disimpan di atas kepala 8. Setelah itu menjelaskan kembali perkalian 7 x 6 dengan cara yang sama.

Gambar 4.8

(49)

Setelah itu giliran S1, yang diminta mengerjakan soal perkalian puluhan dengan puluhan yaitu 69 x 11. Sebelum masuk ke Lapas S1 pernah sekolah sampai kelas 3 SD, dan dapat mengerjakan soal tersebut dengan benar tanpa dibantu G1. Ketika siswa terakhir (S4) maju, guru langsung memintanya mengerjakan semua soal yang belum dijawab.

G1 memberi tahu bahwa S4 termasuk siswa yang pintar dibanding dengan teman-teman sekelasnya, dan G1 menjadikan S4 sebagai teladan dengan mengatakan kepada siswa yang lain terutama S2 agar bisa seperti S4 dalam belajar. Perkataan G1 tersebut memang terbukti, S4 dapat menjawab dengan lancar semua soal yang tersisa.

Setelah semua soal terjawab, guru meminta siswa menyalin jawaban yang telah dikerjakan di papan tulis. G1 memeriksa catatan semua siswa, dan mengajari S2 menulis. Setelah itu guru memberikan 5 soal perkalian bersusun untuk dijadikan PR.

Diakhir pembelajaran G1 memberikan kuis, yaitu kuis menebak hasil perkalian. Setiap siswa diberi satu soal perkalian bilangan satuan dengan satuan yang harus dijawab hasilnya.

S1, S3 dan S4 dapat menjawab tebakan guru dengan benar. Saat G1 memberi pertanyaan kepada S2 yaitu 5 x 4, S2 hanya senyum-senyum dan berkata “tidak tahu”. G1 membimbing S2 menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan uang yang ada di dompetnya.

(50)

35

Setelah bel tanda berakhir pelajaran berbunyi, G1 menutup pembelajaran dengan mengajak siswa bersama-sama membaca Al-Qur‟an Surat Al-„Ashr, dan meninggalkan kelas dengan mengucapkan salam.

Gambar 4.9

Suasana Pembelajaran Matematika di Kelas 4

2) Pembelajaran Matematika di kelas 5 Materi Menjumlah dan Mengurang

Proses pembelajaran matematika di kelas 5 diawali G2 dengan memeriksa kehadiran siswa, lalu meminta siswa mengumpulkan PR yang diberikan dipertemuan sebelumnya. Setelah menilai PR G2 membahas jawaban soal yang dijadikan PR tersebut bersama-sama siswa. Siswa yang jawabannya benar bersurak kencang dan berlari-larian di dalam kelas, sehingga membuat suasana kelas menjadi ramai.

Selesai membahas PR G2 meminta siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. G2 mulai menuliskan judul materi “Menjumlah dan Mengurang” di papan tulis dan memberikan 2 contoh soal penjumlahan dan pengurangan. Guru menerangakan cara penyelesaian contoh soal dengan detail.

Gambar

Tabel 2.1     Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif ...........................................
Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
Gambar 4.1 Lapas Anak Pria Tangerang dari Sisi Depan
Gambar 4.4 Siswa SD Istimewa sedang Membaca Buku di Perpustakaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pihak pertama bejanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target jangka menengah seperti yang

penyeduhan teh yang berulang tetap dapat memberikan manfaat atau tidak, selain itu peneliti juga ingin mengetahui perbedaan jumlah EGCG yang terlarut dalam produk teh

Dengan sudah banyak nya perusahaan yang bergerak dibidang yang sama sehingga CGV properti pun dituntut untuk membuat pembeda dengan beberapa competitor perusahaan

5.1 Membaca nyaring bermakna teks tulis fungsional dan esei berbentuk Descriptive dan Recount pendek dan sederhana dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang

Hasil pengujian sistem pendingin sekunder yang meliputi laju alir minimum dan maksimum, tekanan aliran minimum dan beda suhu maksimum menunjukkan bahwa sistem

mencapai kemerdekaan Indonesia dimulai dari munculnya organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia, hingga kemudian masuknya Jepang ke Indonesia, yang kemudian

5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan

(2) Pesawat udara yang datang dari daerah demam kuning atau yang mengangkut seorang penumpang yang datang dari daerah demam kuning, ditetapkan tersangka demam kuning, jika pada