• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolaan saranan dan prasarana di Mts. Negeri Parung Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengolaan saranan dan prasarana di Mts. Negeri Parung Bogor"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

viii

Abdul Rifa’i Simatupang, NIM. 106018200673. Pengelolaan Sarana dan Prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor. Jurusan Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan sarana dan prasaran dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan dan pengawasan di MTs. Negeri Parung Bogor. Subjek penelitian ini adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dan Guru-guru di MTs. Negeri Parung Bogor. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dan Guru-guru di di MTs. Negeri Parung Bogor. Sementara yang menjadi sampel penelitian adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana dan 20 Guru di MTs. Negeri Parung Bogor. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana untuk aspek Perencanaan dan Pengawasan sarana dan prasarana MTs. Negeri Parung termasuk dalam kategori Baik. Sementara untuk aspek Pengadaan Pemeliharaan, Penghapusan dan Inventarisasi dalam kategori Cukup Baik, sehingga perlu adanya peningkatan agar lebih baik lagi. Pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung secara keseluruhan masuk dalam kategori Cukup Baik dengan persentase 72,04%. Hal tersebut meunjukan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung sudah dikelola dengan baik sesuai dengan standar yang ada, sehingga perlu dipertahankan dan tentunya harus ditingkatkan kembali agar menjadi lebih baik.

(2)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Dalam kehidupannya, manusia harus dididik dan mendidik dirinya agar terbentuk kemampuan untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupannya secara terus menerus. Salah satu usaha tersebut dilakukan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai satuan pendidikan. Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha tersebut, diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang 1

(3)

memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah.

“Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam pedoman pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah, yakni perencanaaan, pengadaan, pemeliharan, inventarisasi dan penghapusan”.3 Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti; ruangan, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang OSIS, tempat parkir, ruang laboratorium dan lain-lain.

Pentingnya pengelolaan sarana dan prasarana sekolah dalam rangka memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.

2 Un d a n g - Un d a n g N o. 2 0 Tah u n 2 0 0 3 P a s a l 4 5 A y a t 1 , h . 1 4 . 3

(4)

Oleh karena itu, sekolah harus memprogramkan bidang sarana dan prasarana dengan baik agar pengelolaannya dapat tertata dengan baik. Program pengelolaan sarana dan prasarana memperhatikan standar sarana dan prasarana dalam hal:

1. Merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan

2. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi dalam proses pembelajaran

3. Melengkapi fasilitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap program yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan nonformal

4. Memelihara semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.4

Pada kenyataannya masih banyak sekolah yang sarana dan prasarananya belum memadai sesuai dengan standar pengelolaan sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sarana dan prasarana harus dikelola secara sistematis. Dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus ada faktor yang menunjang untuk kelancaran proses kegiatan di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran di sekolah. Dengan alasan bahwa pengetahuan murid tidak terbatas pada pengetahuan konseptual semata, tetapi butuh pemahaman secara praktek agar murid benar-benar mengerti kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru dan manfaatnya untuk diamalkan pada kehidupan sehari-hari.

Masalah-masalah sarana pendidikan yang dihadapi sekolah antara lain sarana penunjang pendidikan belum sepenuhnya berada dalam kondisi yang memadai. Hal ini dapat dilihat dari segi kuantitas dan kualitas sarana yang belum memadai misalnya sarana belajar berupa perangkat komputer yang jumlahnya belum memadai dibandingkan dengan jumlah pengguna dan juga dari segi kualitas yang mudah rusak. Belum lagi sarana pembelajaran yang lain seperti sarana olah raga, sarana laboratorium, sarana penunjang keagamaan,

4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang

(5)

dan lain-lain. Kondisi yang demikian, selain akan berpengaruh pada ketidaklayakan, ketidaknyamanan pada proses belajar mengajar, juga akan berdampak pada keengganan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah tersebut. Fasilitas lainnya yang mempengaruhi kualitas pendidikan ialah ketersediaan sumber belajar seperti buku teks pelajaran atau bahan ajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Depdiknas diketahui bahwa secara nasional, rata-rata rasio buku per siswa untuk SD adalah 0,80 yang belum menunjukkan rasio satu siswa satu buku. Padahal buku merupakan sarana belajar yang sangat penting yang ketiadaannya dapat menghambat pelaksanaan proses belajar mengajar.5

Adanya masalah-masalah sarana pendidikan berupa sarana penunjang pendidikan kurang memadai disebabkan karena pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota lebih banyak mengalokasikan sebagian anggaran untuk pos-pos lain atau Departemen lain, sementara biaya pendidikan yang dianggarkan sebesar 20% hanya sebatas peraturan yang selama ini belum terealisasi. Akibatnya, pembiayaan untuk sarana pembelajaran, biaya pembelajaran, pengembangan staf, dan biaya perawatan dan pemeliharaan sarana sekolah masih menjadi kendala sehingga tidak menunjang upaya peningkatan kualitas dan relevansi. Selain itu disebabkan oleh variasi antar daerah dan satuan pendidikan mengenai pengeluaran biaya pendidikan, termasuk dalam pembiayaan untuk gaji dan di luar gaji, masih menimbulkan potensi ketidakadilan dalam pemerataan kesempatan belajar yang berkualitas. Pihak sekolah sendiri, masalah sarana pendidikan muncul disebabkan karena kurang optimalnya perawatan yang dilakukan terhadap sarana pendidikan yang sudah ada. Kurangnya perawatan terhadap sarana pendidikan yang sudah ada menyebabkan sarana pendidikan di sekolah banyak yang rusak, sehingga pada saat akan digunakan sarana tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Manajemen sarana pendidikan sangat penting agar sarana pendidikan dapat difungsikan dengan baik. Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Depdiknas, 2001). Dalam konteks

5

(6)

sarana pendidikan, maka manajemen sarana pendidikan dapat diterjemahkan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran pendidikan. Dengan kata lain, pengeolaan sarana pendidikan merupakan proses penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan sarana pendidikan secara efektif untuk mencapai tujuan sekolah.

Oleh karena itu, sekolah harus memiliki kemampuan mengelola dan usaha-usaha tertentu ke arah penentuan kebutuhan, pengadaan, pencataan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasaran pendidikan secara efektif dan efisien. Hal tersebut agar sarana dan prasarana sekolah dapat mendukung terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik. Sarana dan prasarana memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan lancar serta anak didik dapat menyerap pelajaran dengan mudah dan tidak menemui kesulitan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa dalam pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah MTs Negeri Parung masih terdapat permasalahan, yakni sarana dan pasarana yang ada di sekolah masih belum seimbang dengan jumlah warga sekolah, seperti masih kurangnya sarana WC untuk siswa. Akan tetapi masalah tersebut terus diupayakan oleh pihak sekolah untuk dicarikan solusinya6. Dengan demikian perlu adanya tata kelola yang baik dalam mengatur dan mengkoordinir sarana dan prasarana sekolah. Dengan mengacu kepada permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Pen g elolaa n Sa ra na da n Prasa rana d i MTs. Ne g eri Parung Bogo r”.

6

(7)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Belum memadainya penyediaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung

2. Belum seimbangnya sarana dan prasaran dengan jumlah siswa di MTs. Negeri Parung

3. Kurang memadainya standar sarana dan pasarana di MTs. Negeri Parung 4. Kurangnya dukungan alokasi dana untuk pengadaan sarana dan pasaran di

MTs. Negeri Parung

5. Belum maksimalnya pengelolaan sarana dan prasaran di MTs. Negeri Parung.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah penelitian pada “Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, pemanfaatan, penghapusan dan pengawasan di MTs. Negeri Parung Bogor”.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian “Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan dan pengawasan di MTs. Negeri Parung Bogor”.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bermanfaat sebagai berikut:

(8)

2. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan data ilmiah data dalam penelitian selanjutnya

3. Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya tentang pengelolaan sarana dan prasarana

4. Bagi Wakil Kepala MTs. Negeri Parung Bogor, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam mengelola sarana dan prasarana yang ada di MTs. Negeri Parung Bogor untuk tahun-tahun berikutnya

(9)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama dari setiap administrator pendidikan karena dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu madrasah/sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Oleh karena itu pengelolaan prasarana dan sarana yang baik sangat diperlukan sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya tidak salah arah. Selanjutnya akan dibahas beberapa pengertian sarana sebagai berikut:

“Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.”7

7

Suharsimi, Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993), Cet. 2, h. 82.

(10)

Menurut E. Mulyasa, “Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.8

Piet A. Sahertian mejelaskan bahwa sarana adalah semua barang yang diperlukan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dianggap sebagai penunjang pelaksanaan tugas pendidikan di sekolah.9

Dalam pengertian yang luas, sarana pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam proses pendidikan. Ini mencangkup perangkat lunak dan perangkat keras seperti; gedung sekolah dan alat laboratorium, perangkat lunak seperti kurikulum, metode dan administrasi.10

Dari beberpa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana adalah semua barang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan kegiatan sekolah lainnya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.

2. Pengertian Prasarana Pendidikan

Pengertian prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. 11

Sedangkan menurutIbrahim Bafadal bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.12.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya

8

E. Mulyasa,Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. VII, h. 49.

9

Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasioanal, 1994), cet. 1, h. 170.

10

Ahmad, Tafsir,Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h. 90.

11

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 5, h. 55.

12

(11)

proses pendidikan atau pengajaran seperti; halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan prasarana pendidikan.

Berdasarkan pengertian sarana dan prasarana diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat atau fasilitas atau perlengkapan dasar yang secara langsung dan tidak langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan dan demi tercapainya tujuan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang, meja kursi, alat-alat media pengajaran, ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, serta ruang laboratorium dan sebagainya.

3. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana

Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau sifatnya, yaitu:

a. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM.

b. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.

c. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.13

Secara singkat ketiga tinjauan fasilitas atau benda-benda pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Ditinjau dari fungsinya terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM), prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon, serta perabot/mobiler. Sedangkan sarana

13

(12)

pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan.

2) Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik. Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya. Fasilitas nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.

3) Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.

a. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai.

1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tukis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya. (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971).

(13)

b. Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa dipidahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur, menara air, dan sebagainya.

Sedangkan dilihat dari fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi: alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran.14

Secara singkat ketiga macam sarana pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Alat Pelajaran

Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis-menulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan tulis maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran.

2) Alat Peraga

Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid. Di samping itu, alat peraga sangatlah penting bagi pengajar untuk mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan pengajaran guna memberikan pengertian atau gambaran yang jelas tentang pelajaran yang diberikan. Hal itu sangat membantu siswa untuk tidak menjadi siswa verbalis.

Dengan bertitik tolak pada penggunaannya, maka alat peraga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan dengan menunjukkan benda sesungguhnya (benda dibawa ke kelas, atau anak diajak ke benda);

b. Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan penggantian terhadap benda sesungguhnya. Berturut-turut dari yang konkrit ke yang abstrak, maka alat peraga dapat berupa: Benda tiruan (miniatur), Film, Slide, Foto, Gambar, Sketsa atau bagan.

Disamping pembagian ini, ada lagi alat peraga atau peragaan yang berupa perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Sebagai contoh jika guru akan menerangkan bagaimana orang: berkedip, mengengadah, melambaikan tangan, membaca dan

14

(14)

sebagainya, maka tidak perlu menggunakan alat peraga. Tetapi ia memperagakan.15

Oleh karena itu, alat peraga sangatlah diperlukan dalam proses belajar mengajar dengan maksud memberikan variasi dalam mengajar dan lebih banyak memberikan realita dalam mengajar sehingga pengalaman anak lebih konkrit.

3) Media Pengajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.16 Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari peraga. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efesiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peranan guru. Oleh karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.17

Biasanya klasifikasi media pendidikan didasarkan atas indera yang digunakan untuk menangkap isi dari materi yang disampaikan dengan media tersebut. Dengan cara pengklasifikasian ini dibedakan atas:

a. Media audio atau media dengar, yaitu media untuk pendengaran. Contoh yang termasuk media audio antara lain, transparansi, papan tulis, gambar-gambar, grafik poster, peta dan globe, dan lain-lain.

15

Suharsimi Arikunto,Pengelolaan Materiil, h. 14.

16

Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. I, h. 6.

17

(15)

b. Media visual atau media tampak, yaitu media untuk penglihatan. Contoh yang termasuk media visual antara lain, radio, rekaman pada tape recorder, dan lain-lain.

c. Media audio visual atau media tampak-dengar, yaitu media untuk pendengaran dan penglihatan, contohnya antara lain, film, televisi, dan lain-lain.18

Ketiga media ini dapat digunakan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yaitu di antaranya adalah dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi serta dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Oleh karena itu, media pengajaran harus benar-benar dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin maka tujuan pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien serta mencapai tujuan yang diharapkan.

Sedangkan jenis-jenis prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

a. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek keterampilan, dan ruang laboratorium.

b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.19

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto bahwa yang termasuk ke dalam klasifikasi prasarana pendidikan adalah:

a. Bangunan sekolah (tanah dan gedung) yang meliputi: lapangan, halaman sekolah, ruang kelas, ruang guru, kantor, ruang praktek, ruang tamu, ruang kepala sekolah, ruang perpustakaan, laboratorium, mushala, kamar kecil dan sebagainya.

18

Suharsimi Arikunto,Organisasi dan Administrasi Pendidikan…, h. 83 19

(16)

b. Perabot sekolah, yang meliputi: meja guru, meja murid, kursi, lemari, rak buku, sapu, bulu-bulu, kotak sampah, alat-alat kantor TU.20

B. Penegelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pengelolaan sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendayagunaan, pemeliharaan, dan penghapusan serta penataan lahan, banggunan, perlengkapan dan perabotan sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran dengan tujuan dan proses yang jelas sesuai dengan standar pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.

1. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal ini. Bafadal (2003) menjelaskan secara rinci tentang tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut:

a) Untuk mengupayakan pengadaan saraan dan prasarana sekolah melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki sarana dan prasana yang baik, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.

b) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien.

c) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap dperlukan oleh semua pihak sekolah21.

Adapun standar sarana dan prasarana ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendi-dikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Standar sarana dan prasarana ini mencakup:

20

Suharsimi Arikunto,Pengelolaan Materiil…, h. 10. 21

(17)

1) kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,

2) kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.22

Selanjutnya dijelaskan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan yang menjelaskan bahwa:

a. Sekolah/Madrasah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.

b. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam hal:

1) merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan;

2) mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan;

3) melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah/madrasah;

4) menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat; 5) pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan

memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.

c. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. d. Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah:

1) direncanakan secara sisternatis agar selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana; 2) dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung

dan laboratorium serta pengembangannya. 23

Kemudian ditetapkan Standar Sarana dan Prasarana pada Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah

22

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidiakan Umum.

23

(18)

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Pasal 1. 1) Standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.

2) Standar Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

2. Proses Pengelolaan Sarana dan prasarana pendidikan

Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi, serta penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya suatu proses dan keahlian di dalam mengelolanya. Dan tindakan prefentif yang tepat akan sangat berguna bagi instansi terkait.

Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam yang akan dibahas disini berkaitan erat dengan: 1. perencanaan 2. pengadaan 3. inventarisasi 4. Pemeliharaan 5. Penghapusan dan 6. Pengawasan24. Adapun penjelasan dari poin pengelolaan tersebut sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan berasal dari kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Menurut Terry (2005), perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang

24

(19)

akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan. Hal senada juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002) bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.25

Pengertian lain dari perencanaan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.26 sementara perencanaan perlengkapan pendidikan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.27

Berdasarkan pengertian di atas, pada dasarnya perencanaan merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Adapun tujuan dilakukannya perencanaan adalah agar suatu kegiatan dapat dilaksankana dengan baik, untuk mengetahui berapa besar dana yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan dan agar lebih mudah dalam

25

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 6.

26

Ibrahim, Bafadal,Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 2, h. 26

27

(20)

melakukan pengawasan dan pengendalian teradap kegiatan yang dilaksanakan.

Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam perencanaan, dalam melakukan perencanaan khususnya dalam perencanaan bangunan sekolah, menurut Thalib Kasan sebaiknya kepala sekolah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengutamakan masalah dasar pengajaran dan perencanaan fasilitas bangunannya.

b. Membentuk panitia untuk mempelajari kebutuhan khusus yang bertalian dengan bangunan dan perlengkapannya.

c. Mengatur kunjungan sekolah-sekolah yang dipergunakan sebagai model atau contoh.

d. Mempelajari gambar-gambar contoh bangunan sekolah dan perlengkapan. 28

Perencanaan dapat dirumuskan sebagai keseluruhan proses memikirkan dan menentukan secara matang terhadap hal-hal yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Setiap kepala sekolah paling tidak harus membuat rencana tahunan, rencana atau program tahunan hendaklah mencakup bidang-bidang seperti berikut:

a. Program pengajaran, seperti kebutuhan tenaga guru, pembagian tugas mengajar, pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat pengajaran dan alat peraga.

b. Kesiswaan atau kemuridan, seperti penerimaan murid baru, pengelompokkan siswa atau murid pelayanan kesehaan UKS.

c. Kepegawaian, seperti penerimaan dan penempatan guru atau pegawai baru, pembagian tugas/pekerjaan guru dan pegawai sekolah.

d. Keuangan seperti, mencakup pengadan dan pengelolaan keuangan untuk berbagai kegiatan yang telah direncanakan.

e. Perlengkapan seperti, perbaikan atau rehabilitasi gedung sekolah, penambahan ruang kelas.29

28

(21)

b. Pengadaan

Pengadaan barang adalah semua kegiatan penyediaan perlengkapan untuk menunjang pelaksanaan tugas sekolah.30 Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas.31

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengadaan adalah segala kegiatan yang dilakukan guna menyediakan perlengkapan yang diperlukan oleh sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajara agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada hakekatnya adalah kelanjutan dari program perencanaan yang telah disusun oleh sekolah sebelumnya. Barang-barang yang diadakan adalah barang-barang yang berkaitan dengan keperluan sekolah diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengadaan Buku-buku Pelajaran

Pengadaan buku-buku diperlukan di sekolah meliputi: 1) Buku pelajaran

2) Buku bacaan

3) Buku bacaan pelajaran 4) Buku perpustakaan 5) Kamus

6) Ensiklopedia

7) Majalah pendidikan.32

Pengadaan buku-buku ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah:

1) Membeli

2) Hadiah atau sumbangan

29

Ngalim, Purwanto, Administrsi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 15, h. 107.

30

Piet A, Sahertian,Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. 1, h. 176

31

Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. 1, h. 135.

32

(22)

3) Tukar-menukar 4) Meminjam.33

b. Pengadaan Alat-alat Belajar Berbasis Teknologi

Teknologi informasi dan komunikasi adalah satuan perangkat keras dan lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan informasi dan komunikasi. Dalam hal ini, pengadaan alat-alat yang biasa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media berbasis teknologi.

ICT (Information Communication Technology) sebagai penggunaan berbagai media yang berbasis komputer, baik dengan jaringan (networking) maupun tanpa jaringan (stand alone) yang mendukung kepada peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah.34

c. Pengadaan Alat-alat Kantor

Pengadaan alat-alat kantor adalah alat-alat yang biasanya digunakan dalam suatu kegiatann kantor yang antara lain meliputi:

1) Mesin tik 2) Mesin hitung 3) Mesin stensil 4) Kertas

5) Alat pembersih

Alat pendidikan adalah alat-alat yag secara fungsional digunakan dalam proses belejar mengajar, alat-alat itu meliputi:

1) Alat peraga 2) Alat praktek 3) Alat laboratorium 4) Alat kesenian

5) Alat olah raga, dan lain-lain d. Pengadaan perabot

33

Ibrahim, Bafadal,Manajemen Perlengkapan Sekolah…,h. 32.

34

(23)

Pengadaan perabot adalah barang-barang rumah tangga yang fungsinya, sebagai tempat penyimpanan atau pengamanan.35 Adapun alat-alat atau bahan-bahannya, antara lain meliputi:

1) Meja tulis 2) Kursi 3) Lemari 4) Rak

5) Filling kabinet

6) Brangkas, dan lain-lain

Cara pengadaan perabot dapat dilakukan dengan membeli, membuat sendiri atau menerima bantuan/sumbangan.

1) Membeli perabotan dapat berwujud barang jadi (ready stock) dan membeli dengan pesanan yang sesuai dengan syarat ukuran anatomin, teknis konstruksi, dan kualitas bahan.

2) Membuat sendiri dapat dimungkinkan dalam rangka praktek serta disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yang tersedia.

3) Menerima bantuan/sumbangan dari donatur BP3 yang bersifat tidak mengikat, dilaksanakan denga proses verbal.36

e. Pengadaan tanah

Pengadaan tanah dapat dilakuakn dengan cara: 1) Membelinya

2) Menerima hibah 3) Menerima hak pakai 4) Pemekaran tanah.

Sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah :

1. Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya

35

Piet A, Sahertian,Dimensi Administrasi ..., h. 182.

36

(24)

terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.

2. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu. 3. Meminta sumbangan dari wali murid atau menunjukkan proposal

bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat.

4. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ke tempat lain.

5. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.

f. Pengadaan bangunan

Pengadaan bangunan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:

1) Membuat bangunan baru, yang meliputi: mendirikan, memperbaharui, memperluas dan lain-lain.

2) Membeli bangunan, meliputi: membeli bangunan yang sudah jadi termasuk tanahnya.

3) Menyewa bangunan. 4) Menerima hibah bangunan 5) Menukar bangunan. g. Kelengkapan Prasarana

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1) Ruang kelas,

2) Ruang perpustakaan, 3) Ruang laboratorium IPA, 4) Ruang pimpinan,

(25)

6) Ruang tata usaha, 7) Tempat beribadah, 8) Ruang konseling, 9) Ruang UKS,

10) Ruang organisasi kesiswaan, 11) Jamban,

12) Gudang,

13) Ruang sirkulasi,

14) Tempat bermain/berolahraga.37

Memilih sarana dan prasana pendidikan bukanlah berupa resep yang lengkap dengan petunjuk-petunjuknya, lalu pendidik menerima resep itu begitu saja. Sarana pembelajaran hendakanya direncanakan, dipilih dan diadakan dengan teliti sesuai dengan kebutuhan sehingga penggunaannya berjalan dengan baik. Untuk itu pendidik hendaknya menyesuaikan dengan sarana pembelajaran dengan faktor-faktor yang dihadapi, yaitu tujuan apakah yang hendak dicapai, media apa yang tersedia, pendidik mana yang akan mempergunakannya, dan yang peserta didik mana yang di hadapi. Faktor lain yag hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan sarana pembelajaran adalah kesesuaian dengan ruang dan waktu.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh persnel sekolah dalam kondisi siap pakai. Kondisi sia pakai ini akan sangat membantu terhadap kelancaran proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, semua perlengkapan yang ada di sekolah membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pengawasan agar dapat diperdayakan dengan sebaik mungkin.

37

(26)

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang terus menerus di lakukan untuk mengusahakan agar setiap jenis barang dapat ditetapkan berada dalam keadaan baik atau siap pakai.38 Pemeliharaan dilakukan agara sarana dan prasarana tidak cepat rusak dan selalu dalam keadaan siap-pakai dalam proses/kegiatan belajar mengajar.

Menurut Thalib Kasan terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah antara lain sebagai berikut:

a. Rehabilitasi yaitu melakukan perbaikan-perbaikan, diantaranya mengecat, meyempurnakan akustik ruang belajar, menambah WC, memperbaikai fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan.

b. Mengatur dan memelihara ruang belajar, kepala sekolah hendaknya melakukan observasi secara kontinu terhadap kondisi cahaya diruang belajar dan segera melakuakn perbaikan bila diperlukan.

c. Memperhatikan kondisi sanitasi, salah satu kegiatan utama program kesehatan ialah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, untuk itu memelihara kebersihan sanitasi penting.

d. Penyimpanan alat-alat yang tepat, adalah memelihara dan menjaga ruang belajar agar senantiasa rapi dan bersih, harus memperhatikan fasilitas penyimpanan alat-alat denggan tepat.

e. Pemeliharaan halaman dan tempat bermain, tempat bermain harus selalu dijaga dan dipelihara agar terbebas dari hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin menimbulkan bahaya atau memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangnan kesehatan murid-murid dan penghuni sekolah lainnya. Untuk itu kepala sekolah harus bekerjasama dengan guru, murid, penjaga kebersihan sekolah, dan penjaga keamanan sekolah.

Peme lihar aan dapa t dibed aka n m enuru t ku run waktu nya adalah:

a) Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh pegawai yang menggunakan barang itu dan bertanggung jawab penuh atasnya, misalnya: pengemudi mobil, pemegang mesin diesel, pemegang mesin tik, dan lain-lain.

b) Pemeliharaan berkala dilakukan dalam suatu jangka waktu tertentu, misalnya: dua bulan sekali atau tiga bulan sekali. Pelaksanaan

38

(27)

pemeliharaan tersebut dapat dilakukan seperti atau dengan bantuan orang lain. 39

Dengan pemeliharaan dan perawatan yang baik, diharapkan barang perlengkapan yang dimiliki sekolah enak dilihat, mudah dipergunakan dan tidak cepat rusak. Untuk itu kesadaran dan tanggung jawab dari semua pihak.

d. Inventarisasi

Inventarisasi berasal dari kata “inventaris” (Latin = inventarium) yang berarti daftar barang-barang, bahan dan sebagainya. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku. Barang inventaris sekolah adalah semua barang milik negara (yang dikuasai sekolah) baik yang diadakan/dibeli melalui dana dari pemerintah, DPP maupun diperoleh sebagai pertukaran, hadiah atau hibah serta hasil usaha pembuatan sendiri di sekolah guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar.40

Hal ini sesuai dengan keputusan menteri keuangan RI Nomor Kep. 225/MK/V/4/1971 bahwa barang milik negara berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang dibawah penguasaan kantor departemen dan kebudayaan, baik yang berada di dalam maupun luar negeri.41

39 Tholib, Kasan,Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Pres, tt), h. 103. 40

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 41.

41

(28)

Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurutBafadal (2003) meliputi:

a) Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan didalam buku penerimaan barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.

b) Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris. Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau menuliskannya pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai barang inventaris. Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di sekolah baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis golongannya. Biasanya kode barang itu berbentuk angka atau numerik yang menunjukkan departemen, lokasi, sekolah, dan barang.

c) Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang tergolong barang inventaris harus dilaporkan. Laporan tersebut sering disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan dilakukan dalam periode tertentu, sekali dalam satu triwulan. Dalam satu tahun ajaran misalnya, pelaporan dapat dilakukan pada bulan juli, oktober, januari, dan april tahun berikutnya.42

Selanjutnya penyimpanan adalah penerimaan, meyimpankan, dan mengeluarkan barang diatur digudang sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 55 dan 77 UU perbendaharaan Indonesia (ICW).43 Penyimpanan adalah penampung/mewadahi hasil pengadaan barang-barang demi keamanan, baik yang belum maupun yang akan di distribusikan.44

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyimpanan adalah suatu kegiatan menampung barang-barang yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar agar tidak rusak dan hilang.

Untuk keperluan penyimpanan barang biasanya digunakan gudang. Untuk mempersiapkan sebuah gudang perlu diperhatikan beberapa faktor seperti lokasi, konstruksi, bentuk, keamanan, dan tata letak barang. Tholib

42

Ibrahim Bafadal,Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan…,h. 56-59.

43 Piet A, Sahertian,Dimensi Administrasi ..., h. 191. 44

(29)

Kasan menjelaskan ada beberapa prinsip dalam penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah diantaranya adalah:

a) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti panas, lembab, lapuk dan serangga.

b) Mudah dikerjakan, baik untuk menyimpan maupun untuk di keluarkan.

c) Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.

d) Tanggumg jawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan.

e) Harus diadakan inventarisasi secara berkala.45

e. Penghapusan

Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.46 Pengahapusan sarana dan prasarana pendidikan dengan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mencegah dan membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat

pengeluaran dana untuk perbaikan perlengkapan yang rusak.

b. Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan yang tidak berguna lagi.

c. Membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan pengamanan.

d. Meringankan beban inventaris.47

45

Tholib, Kasan,Teori dan Aplikasi Administrasi…, h. 101. 46

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 41

47

(30)

Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan terhadap perlengkapan sekolah. Namun perlengkapan yang akan dihapus harus memenuhi persyaratan-persyaratan penghapusan. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Barang-barang yang memenuhi syarat untuk dihapus adalah:

a) Barang-barang dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.

b) Barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

c) Barang-barang kuno yang penggunaannya sudah tidak efisien lagi. d) Barang-barang yang terkena larangan.

e) Barang-barang yang mengalami penyusustan di luar kekuasaaan pengurus barang.

f) Barang-barang yang pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya.

g) Barang-barang yang berlebihan dan tidak digunakan lagi. h) Barang-barang yang dicuri.

i) Barang-barang yang diselewengkan

j) Barang-barang yang terbakar dan musnah akibat bencana alam.48 Dalam penghapusan barang ini, kepala sekolah beserta stafnya hendaknya mengelompokkan dan mendata barang-barang yang akan dihapus, kemudian mengajukan usulan penghapusan beserta lampiran jenis barang yang akan dihapus ke Diknas atau Depag. Setelah SK dari kantor pusat tentang penghapusan barang sesuai berita acara yang ada. Penghapusan barang ini dapat dilakukan dengan cara pemusnahan atau pelelangan.

Masalah lain yang perlu diperhatikan ialah perusakan yang sering dilakukan oleh siswa yang “gatal tangan”. Perilaku ini banyak penyebabnya, antara lain adanya rasa kurang aman, frustasi, balas dendam karena merasakan ketidak adilan, dan perkelahian antar kelompok.

f.Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pimpinan organisasi. Berkaitan denagn sarana dan

48

(31)

prasarana pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan (control) terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personel sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pembelakarandi sekolah.

Pengawasan adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari aturan, prosedur atau ketentuan. Dengan pengawasan (controlling) diharapkan penyimpangan yang mungkin terjadi dapat ditekan sehingga kerugian dapat dihindari.49

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pimpinan organisasi. Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personal sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.

Kepala sekolah selaku penanggungjawab sekolah harus melaksanakan pemeriksaan barang secara berkala atau pada akhir tahun ajaran. Dengan pengadaan pemeriksaan keadaan barang-barang untuk kepentingan sekolah, maka dapat membantu perencanaan kegiatan sekolah dan penganggaran. Pengawasan terhadap hak milik Negara di sekolah harus diadakan secara terus menerus.

Kegiatan pengawasan dapat berupa melaksanakan pengamatan, evaluasi dan meminta laporan untuk mendapatkan gambaran dan informasi tentang keadaan atau perlengkapan. Selain itu pengawasan dapat pula berupa pemberian penghargaan dan bimbingan terhadap pengelolaan sarana

49

(32)

dan prasarana yang telah dilakukan dalam satu priode untuk mencapai tertib administrasi dan tertib teknis.

Pengawasan harus dilakukan secara objektif, artinya pengawasan itu harus didasarkan atas bukti-bukti yang ada. Apabila dari hasil pengawasan/pemeriksaan ternyata terdapat kekurangan-kekurangan, maka kepala sekolah wajib melakukan tindakan-tindakan perbaikan dan penyelesaiannya.

Dari beberapa uraian diatas, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah.

(33)
(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasarana

ditinjau dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan

penghapusan di MTs. Negeri Parung Bogor.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di MTs. Negeri Parung yang beralamat di

Jl. Raya Lebakwangi Kec. Parung Kab. Bogor. Adapun waktu penelitian ini

dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011 dengan rincian

sebagai berikut:

No Jenis Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr

1 Pemilihan Judul

2 Konsultasi dengan pembimbing

3 Pendekatan ke sekolah

4 Meminta izin ke sekolah

5 Pengumpulan data

6 Pengolahan dan analisis data

(35)

C. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah Wakil kepala sekolah bidang sarana

dan prasarana, serta sebagian guru MTs. Negeri Parung Bogor yang berjumlah 64

guru.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data-data

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah

bidang sarana dan prasarana dengan tujuan untuk memperoleh data tentang

pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor.

2. Kuesioner / Angket

Kuesioner ini terdiri dari 28 item pertanyaan tentang pengelolaan sarana

dan prasarana. Kuesioner tersebut diberian kepada 20 guru secara random,

hasilnya akan dianalisis. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup dengan

memberikan 4 pilihan jawaban bagi responden yaitu selalu, sering,

kadang-kadang dan tidak pernah.

3. Dokumentasi

Berupa data mengenai keadaan yang berkaitan sarana dan prasarana di

MTs. Negeri Parung Bogor.

E. Instumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tentang pengeloaan sarana dan prasarana di MTs.

Negeri Parung Bogor, peneliti menggunkan wawancara dan kuesioner. Berikut

(36)

Tabel. 1 Pedoman Wawancara

Aspek Indikator

Perencanaan

1. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah 2. Keterlibatan guru dalam perecanaan sarana dan prasarana

sekolah

Pengadaan 3. Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah 4. Efektifitas pemberdayaan sarana dan prasarana sekolah Inventarisasi 5. Keadaan sarana yang disimpan di gudang.

Pemeliharaan

6. Upaya-upaya kepala sekolah dalam memelihara sarana dan prasarana sekolah.

7. Program pemeliharaan dan pelaksaaan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.

Pemanfaatan

8. Penggunaan sarana dan prasarana sekolah.

9. Upaya yang dilakukan kepala sekolah terhadap sarana dan prasarana yang rusak (hilang).

10. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengelola sarana dan prasarana.

Penghapusan

11. Proses dan prosedur penghapusan sarana dan prasarana sekolah

12. Cara pemusnahan dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah

Tabel. 2

Kisi-kisi Angket Penelitian

Aspek Indikator

Perencanaan

1. Kesesuaian perencanaan dengan standar nasional pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.

(37)

3. Guru membuat daftar sarana yang dibutuhkan sekolah 4. Adanya rencana anggaran pembiayaan sarana dan

prasarana sekolah.

Pengadaan

5. Ketersediaan ruang kelas dan kantor. 6. Penyediaan alat tulis kantor (ATK)

7. Pengadaan sarana dan prasarana kegiatan ekstrakulikuler 8. Pengadaan lahan dan bangunan sekolah

9. Pengadaan fasilitas untuk labolatorium dan perpustakaan. 10. PengadaanICT

11. Keterlibatan guru dalam pengadaan sarana dan prasarana. 12. Penyediaan sarana yang dibutuhkan oleh guru dalam

mengajar,

13. Mendiskusikan kelompok kerja dengan guru dalam upaya meningkatkan penggunaan media dalam mengajar. 14. Pemberian pengarahan dalam menggunakan sarana

(media).

Inventarisasi

15. Adanya gudang sebagai tempat penyimpanan sarana sekolah.

16.Melibatkan guru dalam memeriksa sarana dan prasarana yang di simpan di gudang.

17.Melaksanakan kegiatan pencatatan sarana dan prasarana sekolah dalam buku penerimaan barang, buku bukan

inventaris, buku (kartu) stok barang.

18. Melaksanakan kegiatan pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris.

Pemeliharaan

19. Memanfaatkan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran di sekolah

20. Keterlibatan guru dalam memelihara sarana dan prasarana.

(38)

22. Pemelihaaraan saran/media untuk belajar dan mengajar 23. Keterlibatan guru dalam perbaikan terhadap sarana yang

rusak.

24. Keterlibatan guru dalam mengidentifikasi sarana yang rusak atau tidak terpakai.

Penghapusan

25. Melaksanakan kegiatan penghapusan sarana dan prasarana yang rusak (tidak terpakai lagi).

26. Melaksanakan penggantian sarana dan prasarana yang telah rusak di sekolah.

Pengawasan

27. Melaksanakan pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana di sekolah

28. Mengawasi pengadministrasian sarana dan prasarana di sekolah.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terumpul, selanjutnya adalah mengelola data. Dalam

pengelolahan data peneliti melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengelolaan data yang pertama kali dilakuan adalah editing

yaitu meliputi satu persatu kelengkapan pengisihan dan kejelasan

penulisannya.

2. Skoring

Data yang sudah di edit di beri skor, terhadap butir-butir pertanyaan

yang terdapat dalam angket. Pada angket, peneliti menggunakan skala Likert

dimana responden sudah disediakan jawaban alternatifnya, yaitu:

SL : Selalu = 4

SR : Sering = 3

KD : Kadang-kadang = 2

(39)

3. Tabulating

Peneliti membuat tebel yang terdiri dari beberapa kolom yang berisi

jawaban dari responden, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan

jawaban yang lainnya.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk

yang mudah dibaca dan di interpretasikan agar data yang terkumpul dapat di

analisa dan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

analisis deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh.

Langkah pertama adalah membuat table frekuensi dan kemudian dilengkapi

dengan presentase. Dalam hal ini penulis menggunaan rumus:

Keterangan:

P : Angka persentase

F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N :Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).50

Dari data yang merupakan hasil perhitungan analisis deskriptif, yang perlu

dibahas selanjutnya adalah nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini

dimaksudkan untuk mengatehui kondisi (gambaran) masing-masing aspek yang

diteliti berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan prosentase, peneliti

menggunakan rumus:

50

(40)

Keterangan:

P = NS = NH =

Prosentase

Nilai Skor, dapat diketahui dengan membagi skor dengan jumlah responden

Nilai Harapan, dapat diketahui dengan mengalihkan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi. 51

Untuk memberikan penilaian terhadap hasil nilai rata-rata dilakukan dengan

memberkan angka yang kemudian dikonversikan kepada nilai huruf yang diberi

nilai bobot. Adapun kategorinya sebagai berikut:

1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76–100%

2. Cukup Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56–75%

3. Kurang Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41–55%

4. Tidak Baik, jika nilai yang dipeoleh berada pada interval 40%.

51

(41)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil MTs Negeri Parung Kab. Bogor

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Parung merupakan lembaga

pendidikan formal dibawah naungan Departemen Agama yang terletak di Jl. Raya

Lebakwangi Kelurahan Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor 16330

Provinsi Jawa Barat. Madrasah tersebut dibangun tahun 1978 (berawal dari PGAN

selama 4 tahun) dan statusnya berubah menjadi Negeri pada tahun 1982. Madrasah

dengan Nomor Statistik Madrasah (NIM) 21.2.32.03.21.001, saat ini sudah

Terakreditasi A.

Adapun Visi MTs. Negeri Parung adalah ”Mewujudkan Madrasah yang

Menyiapkan dan Mengembangkan Sumber Daya Insani Berkualitas di Bidang

IMTAQ dan IPTEK”.

Sedangkan Misi MTs. Negeri Parung adalah sebagai berikut:

Menyelenggarakan Pendidikan yang Berkualitas di Bidang IMTAQ dan IPTEK

Dengan Mewujudkan:

§ Lingkungan yang kondusif (bersih, asri, nyaman dan agamis).

§ Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dan efektifitas

pembinaan ekstrakurikuler.

§ Menjalin kerjasama yang baik dengan majlis dan madrasah dan masyarakat.

(42)

Dalam rangka menunjang keberhasilan program pendidikan melalui proses

belajar mengajar di sekolah, MTsN Parung tidak hanya fokus pada bidang Akademik

secara total, tetapi juga menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang

memadai sebagai salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang

proses pembelajaran, disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal di

sekolah.

2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan a. Guru

Syarat dari suatu lembaga pendidikan yang berkualitas selain memiliki

seperangkat sarana prasarana pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar

mengajar, lembaga pendidikan tersebut harus memiliki tenaga pendidik yang

profesional. Untuk menghasilkan produk berupa sumber daya manusia yang

kompetitif dan berkualitas diperlukan tenaga pendidik sebagai produsen

yang mampu bekerja secara profesional.

Guru merupakan salah satu bagian yang integral dalam keseluruhan proses

belajar mengajar. Guru atau pendidik merupakan salah satu komponen

pendidikan yang harus ada dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan

tersedianya guru (pendidik) maka proses belajar mengajar dapat terlaksana

dengan baik.

Di MTsN Parung jumlah keseluruhan tenaga pendidik adalah 64 orang dari

31 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Sebagian besar atau rata-ratanya

merupakan sarjana (S-1). Untuk lebih jelasnya tentang keadaan pendidik di MTs

Negeri Parung dapat dilihat pada lampiran.

b. Siswa

Berdasarkan data yang penulis dapatkan bahwa jumlah Siswa/i MTsN

Parung pada tahun 2010/2011 sebanyak 1193 Siswa/i. Terdiri dari 518 siswa dan

(43)

Table. 3

Jumlah Siswa MTs Negeri Parung TP. 2010/2011 Jumlah Siswa Kelas Jumlah Kelas

LK PR

Jumlah

VII 9 157 222 379

VIII 8 180 200 380

IX 9 181 253 434

Jumlah 26 518 675 1193

c. Karyawan

Kelancaran dan keberhasilan suatu pendidikan juga ditentukan oleh peran

serta karyawan. Kelancaran pendidikan disekolah tidak terlepas dari administrasi

yang baik, teratur serta terencana. Demikian halnya dengan MTsN Parung,

adanya karyawan sekolah sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan sekolah.

Karyawan MTs Negeri Parung terdiri dari; Ketua Tata Usaha dan Staf, Bagian

Kebersihan, Keamanan dan Operasional.

Adapun rincian keadaan karyawan MTs Negeri Parung Kab. Bogor sebagai

berikut:

Table. 4

Keadaan Karyawan MTs Negeri Parung

No Nama Jabatan

1 Rudi Suhendi, S.Ag Kepala Tata Usaha

2 M. Supendi Staff TU

3 Amah Staff TU

4 Saepudin HN Operasional

5 Hendra Sutama Penjaga Gerbang/Satpam

6 Edwin Kurniyasa Kebersihan

7 Opan Sopian Penjaga Kantin

(44)

9 Ependi Satpam

10 Anang Fauzi

11 Istiqomah solihat

12 Mamat Suhendar

13 L. Malihah

B. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Negeri Parung Bogor

Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana

dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan

secara optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya

yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu

perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan

yang diharapkan dapat tercapai.

Berdasarkan pengamatan penulis secara umum sarana dan prasarana di MTsN

Parung sudah memadai khususnya lahan, bangunan, perlengkapan dan perabot.

Adapun rincian lahan, bangunan, dan perlengkapan di MTsN Parung sebagai

berikut:

a. Lahan / Tanah

Luas tanah seluruhnya : 6.281.25 m²

Luas tanah untuk bangunan : 5.0568 m²

Luas tanah untuk sarana lingkungan ( Jalan dan Taman) : 713,25 m²

Luas tanah kosong :

-Surat-surat Hak Atas Tanah : Sertifikat

: Akta Jual Beli

: SKHGB/P

b. Bangunan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwa di MTsN Parung terdapat

prasarana seperti: Ruang Kelas, Ruang Perpustakaan, Ruang Laboratorium IPA,

Ruang Pimpinan, Ruang Guru, Ruang Tata Usaha, Tempat Beribadah, Ruang

Konseling, Ruang UKS, Ruang Lab. Bahasa, Ruang Organisasi Kesiswaan,

(45)

c. Perlengkapan

Adapun perlengkapan yang ada di MTsN Parung berdasarkan data yang

penulis dapatkan dari bagian sarana dan prasarana, yakni Kursi Siswa, Meja Siswa,

Kursi Guru, Meja Guru, Lemari, Papan Panjang, Mesin Ketik, Mesin Hitung, Alat

Penggandan, Rak, Kendaraan Dinas (Mobil dan Motor) Filing Kabinet, Brangkas,

AC, Komputer, Laptop, Faximile, Telepon, Papan Tulis, Tempat Sampah, Tempat

Cuci Tangan, Jam Dinding dan Soket Listrik.

C. Deskripsi dan Interpretasi Data

Untuk mengetahui bagaimana Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan

Prasarana dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung, peneliti

memperoleh data melalui wawancara dan metode kuesioner. Dalam hal ini data yang

terkumpul telah melalui proses editing kemudian di kualifikasikan atau dituangkan

dalam bentuk angka-angka, sehingga data tersebut bersifat kuantitatif. Untuk

selanjutnya ditafsirkan secara deskriptif.

Berikut dihasilkan data hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah

Bidang Sarana dan Prasarana digabungkan dengan hasil penyebaran angket terhadap

20 guru mengenai kemampuan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana

dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung. Dibawah ini

(46)

Tabel. 5

Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana

No. Soal Alternatif Jawaban F P

1.

§ Selalu

§ Sering

§ Kadang-kadang

§ Tidak Pernah

10

6

4

0

50 %

30 %

20 %

0 %

Jumlah 20 100 %

Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana merupakan suatu proses

memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan

dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan sekolah, khususnya

sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan oleh sekolah.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa (50%) responden menjawab bahwa

Setiap tahun sekolah membuat perencanaan sarana dan prasarana sesuai dengan

standar pengelolaan, (30%) menjawab sering, (20%) menjawab kadang-kadang dan

tidak ada guru yang menjawab tidak pernah. Dari data dalam table menunjukkan

bahwa Setiap tahun sekolah selalu membuat perencanaan sarana dan prasarana

sesuai dengan standar pengelolaan.

Data tersebut juga sesuai dengan data hasil wawancara dengan Wakil Kepala

Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana yang menjelaskan bahwa sekolah membuat

perencanaan untuk pengelolaan sarana dan prasarana sekolah untuk kebutuhan

(47)

Tabel. 6

Keterlibatan Guru dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana

No. Soal Alternatif Jawaban F P

2.

Keterlibatan guru dalam perecanaan sarana dan prasarana sekolah sangatlah

penting agar perencanaan sarana dan prasarana sekolah dapat diketahui oleh semua

warga sekolah, khususnya guru dan wali kelas. Dari data tersebut menunjukkan

bahwa (15%) responden menjawab selalu, 35%) menjawab sering, (45%) menjawab

kadang-kadang dan (5%) menjawab tidak pernah. Dari data dalam tabel

menunjukkan bahwa guru kadang-kadang dilibatkan dalam perencanaan sarana dan

prasarana.

Data tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara bahwa sekolah terkadang

melibatkan guru dalam perencanaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini memang

tidak semua guru dilibatkan, akan tetapi sekolah selalu melibatkan wali kelas dalam

perencanaan sarana dan prasarana sekolah.

Tabel. 7

Perencanaan Pembiayaan Untuk Sarana dan Prasarana

No. Soal Alternatif Jawaban F P

Gambar

Tabel. 1Pedoman Wawancara
Table. 3Jumlah Siswa  MTs Negeri Parung TP. 2010/2011
Tabel. 5Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Tabel. 6Keterlibatan Guru dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana
+7

Referensi

Dokumen terkait

40 Tahun 2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Khusus untuk kompetensi keahlian Teknik Sepeda

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah

Dari uraian di atas mengenai Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana unuk meningkatkan mutu pembelajaran telah terlaksana dengan baik dapat

Selain itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 yang mengatur Standar Sarana Prasarana SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Salah satunya adalah jenjang pendidikan dasar yang terdiri dari: Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

(5) Buku teks pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI), sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), serta sekolah

STANDAR BIAYA OPERASI NONPERSONALIA TAHUN 2009 UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI), SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs), SEKOLAH..

Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Sekolah Ibtidaiyah SD/MI, Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Tsanawiyah SMP/MTs, Sekolah Menengah Atas/Sekolah Aliyah SMA/MA, dan Sekolah Menengah