• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTERAKSI SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INTERAKSI SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XII"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERAKSI SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XII.

Oleh Ivan Hasfanudin

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH INTERAKSI SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XII

Oleh Ivan Hasfanudin

Kreativitas (berpikir kreatif) perlu dikembangkangkan sejak dini karena diharapkan menjadi bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan. Selain hasil belajar siswa yang baik, keberhasilan dalam proses belajar mengajar juga dtunjukkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang digunakan harus tepat demi tercapainya tujuan pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membangkitkan minat, aktivitas, kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa serta dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model

pembelajran problem posing.

Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu adakah pengaruh interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk

(3)

flexibility, Originality dan Elaboration. Sedangkan hasil belajar disini hanya mencangkup ranah kognitif saja.

Dengan menggunakan metode One Group Pretest-Posttest Design penelitian ini dilaksanakan dalam enam pertemuan (6×45 menit) pada kelas XII IPA1 SMAN 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Tahun Ajaran 2011/ 2012. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor N-gain rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa sebesar 0,62 (kategori sedang) dan N-gain rata-rata hasil belajar siswa sebesar 0,76 (kategori tinggi). Bedasarkan uji statistik non-parametrik kolmogorov smirnov dan uji analisis fungsi univariate menggunakan program aplikasi SPSS 17.0 for windows, diketahui bahwa ketiga data terdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya untuk menguji pengaruh dilakukan dengan uji regresi linier sederhana (uji regresi linier tunggal).

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada pengaruh antara interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing : (1) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa yang ditunjukkan dengan nilai Sig. (0,010) < α (0,05) dengan persamaan regresi Y1= -0,199 + 0,012 X, dan (2) terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif didapatkan nilai Sig. (0,024) < α (0,05) dengan persamaan regresi Y2 = 0,18 + 0,008X. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif sebesar 24,4% dan hasil belajar siswa sebesar 19,4%.

(4)
(5)
(6)
(7)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Berpikir Kreatif ... 9

2. Hasil Belajar ... 12

3. Pembelajaran Problem Posing ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 20

C. Hipotesis ... 22

1. Hipotesis Pertama ... 22

2. Hipotesis Kedua ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

1. Populasi Penelitian ... 23

2. Sampel Penelitian ... 23

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

C. Desain Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

1. Variabel Penelitian ... 25

2. Definisi Operasional ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Data dan Teknik Pengambilan Data ... 26

1. Data Penelitian ... 26

2. Teknik Pengambilan Data ... 27

G. Analisis Instrumen ... 32

(8)

2. Uji Reliabilitas ... 33

H. Langkah-langkah Penelitian ... 34

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... ... 34

1. Uji N-gain ... 34

2. Uji Uji Normalitas ... 36

3. Uji Homogenitas ... 37

4. Uji Analisis Regresi Sederhana ... 37

5. Pengujian Hipotesis ... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

1. Pengaruh Interaksi Siswa Pada Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 57

2. Pengaruh Interaksi Siswa Pada Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Lembar Problem Posing

4. Kisi-kisi Soal Pada Instrumen Tes Soal

5. Pedoman Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 6. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Siswa

7. Lembar Observasi Interaksi Siswa Pada Proses Pembelajaran Problem Posing 8. Lembar Tes Soal

9. Kunci Jawaban Tes Soal

10. Data Observasi Interaksi Siswa Pada Proses Pembelajaran Problem Posing 11. Interaksi Siswa Pada Proses Pembelajaran Problem Posing

12. Data Kemapuan Berpikir Kreatif Siswa 13. Data Hasil Belajar Siswa

14. Uji Validitas Instrumen 15. Uji Reliabilitas Instrumen 16. Uji Normalitas

17. Uji Homogenitas

18. Uji Regresi Linier Sederhana 19. Surat Izin Penelitian

(9)
(10)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah dengan terwujudnya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada umumnya diharapkan

mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan keterampilan tinggi

yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja

sama yang efektif. Sehingga kreativitas perlu dikembangkan sejak dini karena diharapkan dapat menjadi bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan.

Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan, terbukti dengan upaya pemerintah untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan adanya salah satu bentuk pengembangan dan penerapan kurikulum terbaru yang dimulai pada awal tahun pelajaran 2006/ 2007,

(11)

yang mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). KTSP juga menunjukkan salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pola pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan KTSP kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan karakteristik Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), potensi peserta didik, daerah dan lingkungan. Untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) tersebut maka guru dituntut untuk pandai memilih metode dan media pembelajaran yang tepat. Sesuai dengan paradigma kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dimana proses pembelajaran berpusat pada siswa dengan guru bertindak sebagai fasilitator.

Dalam proses belajar mengajar ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan karena ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar disekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai personel yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan SDM dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan tersebut.

(12)

yang bersumber dalam diri siswa, diantaranya motivasi, aktivitas belajar dan kreatifitas siswa.

Pembelajaran fisika dapat menjadi salah satu upaya peningkatan kreativitas siswa karena konsep dan prinsipnya dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah yang membutuhkan kreativitas. Fisika sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan mata pelajaran fisika adalah agar peserta didik memiliki keterampilan untuk mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah kemampuan berpikir kreatif.

Telah diketahui bahwa fisika merupakan salah satu bidang ilmu dalam rumpun sains, dimana sains merupakan ilmu yang sangat erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Banyak siswa mengangap mata pelajaran dalam rumpun sains khususnya fisika merupakan salah satu bidang ilmu sains yang tergolong sulit untuk dipahami. Dalam pembelajaran konvensional,

(13)

pengetahuan yang dimiliki oleh guru dipindahkan secara utuh kepada siswa dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mandiri.

Proses pembelajaran seperti inilah yang menyebabkan munculnya kejenuhan siswa untuk belajar sains secara hapalan. Dengan demikian belajar sains hanya diartikan sebagai pengenalan sejumlah konsep-konsep pembelajaran dan prinsip-prinsip dalam bidang sains saja.

Pada proses pembelajaran di sekolah melibatkan interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa, guru dan bahan ajar. Guru merupakan figur yang memegang peranan penting yang diharapkan dapat membimbing dan membantu siswa agar mencapai hasil belajar optimal. Untuk itu guru

diharapkan dapat menanggulangi setiap masalah-masalah yang timbul sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.

Dalam pembelajaran fisika diharapkan guru dapat menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa tentang fisika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam mempelajari fisika tersebut. Oleh karena itu sangat dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif dan berpikir kreatif.

(14)

diperoleh informasi bahwa mata pelajaran fisika khususnya pada materi pokok gelombang, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada saat pembelajaran belum memberikan hasil yang memuaskan. Ternyata dari keempat aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu fluency, flexibility, originality dan elaboration yang terlihat hanya aspek fluency pada aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan guru itupun frekuensinya sangat kecil. Materi pokok gelombang dianggap abstrak, sehingga guru terkadang

mengalami kendala dalam menentukan model pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat optimal dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa serta hasil belajar yang memuaskan.

Saat ini pembelajaran fisika masih kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Permasalahan tersebut perlu diupayakan solusinya, Salah satu caranya adalah dengan melibatkan siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Adapun untuk

(15)

mengiring siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajarnya. Bagi siswa yang kemampuan akademisnya tinggi, hal ini tidak menjadi masalah, tetapi untuk siswa yang kemampuan akademisnya kurang atau rendah mereka akan merasa kesulitan.

Salah satu alternatif harapan yang dapat membantu penyelenggaraan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung adalah dengan penerapan model pembelajaran problem poosing. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka dilakukan suatu penelitian yang berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Kelas XII”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran fisika siswa SMA kelas XI?

2. Adakah pengaruh interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar fisika siswa SMA kelas XI?

C.Tujuan Penelitian

(16)

1. Pengaruh interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran fisika siswa SMA kelas XI. 2. Pengaruh interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing terhadap

hasil belajar fisika siswa SMA kelas XI.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi siswa : penerapan model pembelajaran problem posing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar serta kemampuan dalam memecahkan masalah baik dalam pembelajaran fisika maupun dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru : penerapan model pembelajaran problem poosing diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran fisika di sekolah, dapat melaksanakan pembelajaran efektif, efisien dan mempermudah guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Bagi sekolah : dengan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa, dapat menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran fisika di sekolah. Sehingga, dapat menentukan arah kebijakan untuk kemajuan sekolah.

E.Ruang Lingkup Penelitian

(17)

diteliti dan agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu :

1. Pembelajaran problem posing adalah pembelajaran yang meminta siswa untuk mengajukan atau membuat masalah baru sesudah menyelesaikan masalah awal yang diberikan oleh guru.

2. Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud adalah kemampuan kognitif yang berdasarkan pada empat aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility, originality dan elaboration untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru untuk memunculkan dan

mengembangkan masalah sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang).

3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai oleh siswa sebagai bukti kemampuan atau keberhasilan kognitif siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. 4. Materi pokok bahasan pada penelitian ini adalah Gelombang.

(18)

II. KERANGKA TEORETIS

A.Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif

Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan kecakapan menggunakan akal untuk menghasilkan ide, mencipta sesuatu yang baru, asli, luar biasa, bernilai, baik bersifat abstrak, nyata berupa ide atau gagasan, mencari makna dan penyelesaian masalah secara inovatif. Kreativitas dengan aspek-aspek kemampuan berfikir kreatif dapat

dikembangkan dan digunakan dalam pengajuan atau pemecahan masalah.

Banyak pakar pendidikan yang mendiskusikan kreativitas sebagai berpikir kreatif atau pemecahan masalah.

Thorrance dalam Hamalik (2006: 180 ) mengemukakan sebagai berikut : Berpikir kreatif sebagai proses penyadaran (sensing) adanya gap, gangguan, atau unsur-unsur yang keliru (perkeliruan), pembentukan gagasan-gagasan, hipotesis, pengujian hipotesis tersebut,

pengkomunikasian hasil-hasil, mungkin juga pengujian kembali atau perbaikan hipotesis, Cagne mengemukakan bahwa kreativitas

merupakan suatu bentuk pemecahan masalah yang melibatkan

(19)

Menurut Siswono (2004: 78) :

Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita mendatangkan/ memunculkan suatu ide baru. Hal itu menggabungkan ide-ide yang sebelumnya yang belum dilakukan.

Dapat diartikan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan berpikir yang tajam dengan intuisi yang menggerakkan imajinasi yang mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru atau ide baru sebagai pengembangan dari ide lama untuk memecahkan permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Liliawati dan Puspita (2010: 425) mengatakan bahwa :

Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang).

Kemampuan berpikir kreatif dapat diukur dengan memberikan tes pada empat aspek yaituberpikir lancar, berpikir luwes, orisinalitas berpikir dan penguraian.

Empat aspek kemampuan berpikir menurut Munandar(1987: 88-91) : 1) Fluency (berpikir lancar)

2) Flexibility (berpikir luwes) 3) Originality (orisinalitas berpikir) 4) Elaboration (penguraian).

(20)

Tabel 1. Aspek Keterampilan Berfikir Kreatif (KBK) Aspek Indikator

Fluency a. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan;

b. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya; c. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan

kelemahan dari suatu objek atau situasi. Flexibility a. Memberikan bermacam-macam penafsiran

terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah; b. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan

bermacam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya;

c. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda.

Originality a. Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menyelesaikan yang baru. Elaboration a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap

jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah langkah yang terperinci b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang

lain

c. Mencoba/ menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh

(21)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan.

Menurut Abdurrahman (1999: 37) :

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseo-rang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap.

Hal ini menunjukkan bahwa setelah melakukan proses pembelajaran, maka akan diperolah hasil belajar hasil belajar yang menjadi akhir dari proses belajar.

(22)

Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan huruf atau kata atau simbol setelah siswa tersebut melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar ini

merupakan suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka. Tinggi rendahnya hasil belajar dapat diketahui melalui pedoman penilaian Arikunto (2001: 245):

Bila nilai siswa  66, maka dikatagorikan baik, bila 55  nilai siswa < 66, maka dikatagorikan cukup baik, bila nilai siswa < 55 maka dikatagorikan kurang baik.

Menurut Slameto (2003: 131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3 aspek yaitu: (1) Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)

(2) Kepribadian atau sikap (afektif)

(3) Keterampilan atau penampilan (psikomotor)

Sedangkan Hasil belajar dalam kecakapan kognitif memiliki beberapa tingkatan yaitu: (1) Informasi non verbal, (2) Informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3)Konsep dan prinsip,

(4)Pemecahan masalah dan kreatifitas

Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa.

Hamalik (2007: 30) menyatakan bahwa :

(23)

dalam bentuk perubahan pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotoris. Hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan melompat setelah latihan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 4-5) bahwa: “Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar”. Jadi dampak pengiring adalah suatu tambahan

pengetahuan dan kemampuan pada kegiatan yang nyata seperti kegiatan ekstakurikuler.

(24)

3. Pembelajaran Problem Posing

Model pembelajaran problem posing merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran problem posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lyn D.English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pada mata pelajaran yang lain, termasuk ilmu pengetahuan alam.

Problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskanmasalah (soal)”atau “membuat masalah (soal)”. Sukestiyarno dalam Hardjoko (2005: 17) “problem posing

adalah perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai”.

Dapat dikatakan bahwa problem posing adalah model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecahkan suatu masalah (soal) menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana, yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Siswa diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal yang diketahui dan menciptakan soal baru dengan cara memodifikasi kondisi dari masalah yang diketahui.

(25)

1) Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih

sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit.

2) Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternative pemecahan lain.

3) Problem posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.

Sedangkan Suyitno dalam Wulandari (2007: 25) menyatakan bahwa : Penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.

d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan problem posing memiliki tahapan yaitu pemberian materi, pemberian contoh soal, perumusan soal oleh siswa, siswa mempresentasikan soal yang dibuatnya dan pemberian tugas secara individual.

(26)

dengan pertanyaan yang dicontohkan oleh guru. Pemilihan tipe dapat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan para siswa (peserta didik).

Silver dalam Suyitno (2004: 15) menjelaskan bahwa pengajuan soal dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktifitas :

1) Pre solution posing, yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

2) Within solution posing, yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Jadi, diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.

3) Post solution posing, yaitu jika seorang siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.

Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

Dalam model pembelajaran problem posing, siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar fisikanya serta

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Seperti pendapat Silver dalam Siswono (2004: 80) : “pengajuan masalah dan pemecahan masalah dapat digunakan untuk mengidentifikasi kreativitas individu. Selain itu dapat sebagai sarana untuk mencapai kreativitas”.

(27)

Guru menyuruh siswa untuk mengajukan 1 atau 2 buah soal yang baru dibuatnya dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Pada pertemuan berikutnya, secara acak guru meminta salah seorang dari siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang

diajukan oleh siswa. Diakhir pembelajaran, guru memberikan tugas rumah baik secara kelompok maupun secara individual.

Keunggulan model pembelajaran problem posing (Suyitno, 2004: 7) : 1) Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau

memperkaya konsep-konsep dasar.

2) Mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar. 3) Orientasi pembelajaran yaitu investigasi dan penemuan yang pada

dasarnya adalah pemecahan masalah.

Bagi siswa, model pembelajaran ini selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif juga dapat meningkatkan mental siswa dalam menghadapi suatu kondisi bilamana diberikan suatu permasalahan dan siswa

memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran problem posing dapat juga dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum

terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya.

Menggunakan model pembelajaran problem posing (Wulandari, 2007: 28) membutuhkan keterampilan :

1) Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi dan memecahkan masalah yang diajukan.

2) Memecahkan masalah dari situasi matematika dan kehidupan sehari-hari.

(28)

4) Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru. 5) Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga

masalah yang sederhana.

Keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.

Pada dasarnya prinsip-prinsip pembelajaran problem posing (Wulandari, 2008: 27) :

1) Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas siswa di dalam kelas.

2) Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.

3) Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan memodifikasikan dan membentuk ulang

karakteristik bahasa dan tugas.

Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran ini dapat optimal. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal- soal secara mandiri maupun berkelompok.

(29)

B.Kerangka Pemikiran

Pembelajaran dengan pengajuan masalah didasarkan pada pengembangan kegiatan inti model pembelajaran problem posing. Siswa melakukan

serangkaian kegiatan yang disebut langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari merumuskan masalah, penyelesaian masalah, pembimbingan siswa mengajukan masalah, siswa mengajukan dan menyelesaikan masalah sendiri, dan merumuskan kesimpulan.

(30)

peroleh merupakan sarana belajar siswa dalam mencari sendiri ide atau informasi yang baru sehingga akan mudah diingat dan bertahan lama.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan secara grafis dalam diagram di bawah ini :

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh variabel bebas secara bersama terhadap kedua variabel terikatnya maka di bawah ini digambarkan model teoritisnya:

Menjelaskan materi kepada siswa

Memberikan latihan soal secukupnya

Membimbing siswa merumuskan soal

Memberikan tugas rumah kepada siswa Kegiatan guru

Guru

Mengerjakan latihan soal dari guru

Membuat soal dan menyelesaikannya

Menyajikan soal temuannya di depan kelas

Mengerjakan tugas rumah Pembelajaran pada siswa

Siswa

Kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat

Peningkatan hasil belajar Fisika siswa

Siswa berperan aktif dalam pembelajaran

Memunculkan Pembelajaran

(31)

Gambar 2. Model toeritis hubungan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y1) dan (Y2). Keterangan :

X : Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing

R1 : Pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.

R2 : Pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar siswa.

Y1 : Kemampuan berpikir kreatif siswa Y2 : Hasil belajar siswa

C.Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diungkapkan, maka pasangan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama

H0: Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing tidak berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

H1: Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Hipotesis kedua

H0: Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

H1: Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

R2 R1

X

Y1

(32)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Way Jepara pada semester genap Tahun Ajaran 2011/ 2012 yang terdiri atas 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 104 siswa, dengan siswa laki-laki berjumlah 29 siswa dan siswa perempuan berjumlah 75 siswa.

2. Sampel Penelitian

Dengan menggunakan teknik purposive sampling, maka Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMAN 1 Way Jepara pada semester genap Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan jumlah siswa sebanyak 33 orang, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

(33)

C.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada studi eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pretest-Posttest Design, untuk mengetahui hubungan atau pengaruh model pembelajaran pengajuan masalah (problem posing) tehadap kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa dengan menggunakan sebuah kelas eksperimen sebagai sampel penelitian. Pada penelitian ini siswa yang menjadi sampel penelitian dianggap memiliki kemampuan yang relatif sama dan siswa mendapatkan materi

pelajaran yang sama. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran pengajuan masalah (problem posing) sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa.

(34)

ternormalisasi yang digunakan untuk mengukur variabel terikat (dependent) pada penelitian ini.

Secara garis besar desain penelitian ini dapat digambarkan dengan model teoretis di bawah ini :

Gambar 3. Model teoretis desain penelitian Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan (treatment). X : Pemberian perlakuan (treatmean) pembelajaran problem posing. O2 : Tes akhir (posttest) sebelum diberikan perlakuan (treatment).

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari :

a. Variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran problem posing.

b. Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kreatif (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2).

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari penyimpangan tujuan dalam penelitian ini, maka perlu dibuat definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut :

a. Model pembelajaran problem posing yang dimaksud adalah nilai interaksi siswa pada pembelajaran pengajuan masalah yang meminta siswa untuk mengajukan dan menyelesaikan masalah/ soal baru sesudah menyelesaikan masalah/ soal awal yang diberikan oleh guru.

O2

(35)

b. Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud adalah nilai kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal pada saat (pretest dan posttest) yang diberikan guru dengan memperhatikan aspek berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), Orisinalitas berpikir (originality) dan penguraian (Elaboration).

c. Hasil belajar yang dimaksud adalah aspek kognitif berupa nilai atau skor yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal pada saat (pretest dan post test) yang diberikan guru berdasarkan indikator pembelajaran.

E.Instrumen Penelitian

Alat-alat atau teknik yang digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengambil data pada penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi interaksi siswa pada model pembelajaran pengajuan masalah (problem posing).

2. Lembar tes soal untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Tes ini digunakan pada saat tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dengan 4 soal uraian.

3. Lembar Problem Posing (LPP) digunakan untuk membantu guru dalam pembelajaran.

F. Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Data Penelitian

(36)

a. Data hasil observasi interaksi selama proses pembelajaran berupa daftar ceklist (√).

b. Data hasil keterampilan berpikir kreatif siswa pada saat tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

c. Data hasil belajar siswa pada aspek kognitif pada saat tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

2. Teknik Pengambilan Data.

a. Teknik pengambilan data interaksi siswa

Pengumpulan data interaksi siswa dilakukan dengan memberi tanda ceklist (√) pada setiap indikator interaksi yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk melihat interaksi siswa digunakan seperti Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Data Pengamatan Interaksi Siswa Pada Model Pembelajaran Problem Posing.

No Nama Siswa

Skor Indikator Interaksi yang Diamati

Skor Interaksi

Nilai Interaksi

1 2 3 4 5

1 Nama siswa 1 2 Nama siswa 2 3 Nama siswa 3 4 Nama siswa... Jumlah

Nilai rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah Keterangan :

Skor Interaksi = ∑Skor indikator interaksi yang diamati Nilai Interaksi = ��� �� �

(37)

Interaksi yang diamati adalah prilaku yang relevan pada saat

pembelajaran dengan indikator interaksi yag disesuaikan dengan aspek interaksi sebagai berikut :

1. Merespon pemaparan/ penjelasan guru. a. Memberikan tanggapan/ pertanyaan.

b. Menjawab pertanyaan dari guru. c. Memberikan ide-ide konstruktif.

2. Menyelesaikan latihan-latihan yang diberikan guru. a. Menyelesaikan masalah/ soal sesuai konsep

b. Menyelesaikan masalah/ soal secara terstruktur. c. Menyelesaikan masalah/ soal secara terperinci 3. Mengajukan dan menyajikan masalah/ soal.

a. Menggunakan strategi pengajuan soal yang tepat. b. Merumuskan masalah dari situasi fisika yang relevan.

c. Menyampaikan masalah/ soal yang dibuat kepada teman dengan solusi yang tepat.

4. Kontribusi dalam penyelesaian dan perumusan masalah/ soal dalam kelompok.

a. Berdiskusi dalam kelompok.

b. Memberikan pendapat/ tanggapan positif. c. Memberikan solusi.

5. Menyelesaikan tugas rumah dari guru.

(38)

Proses selanjutnya dilakukan pemberian skor pada masing-masing indikator yang dikategorikan menjadi empat yaitu: siswa memperoleh skor 3 jika 3 indikator terlaksana/ memperoleh ceklist (√), siswa memperoleh skor 2 jika 2 indikator terlaksana/ memperoleh ceklist (√), siswa memperoleh skor 1 jika 1 indikator terlaksana/ memperoleh ceklist (√) dan siswa memperoleh skor 0 jika tidak satupun indikator terlaksana/

memperoleh ceklist (√).

b. Teknik pengambilan data kemampuan berpikir kreatif siswa

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari skor tes wal (pretest) dan tes akhir (posttest) untuk setiap kemampuan berpikir kreatif siswa. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 3 dan Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 3. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Tes Awal (Pretest)

No Nama

siswa

Skor aspek kemampuan berpikir

kreatif yang diamati Skor KBK

fluency flexibility originality elaborasi

1 Siswa 1

2 Siswa 2

3 Siswa 3

Jumlah

Skor rata-rata

Skor tertinggi

(39)

Tabel 4. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Tes Akhir (Posttest)

No Nama

siswa

Skor aspek kemampuan berpikir

kreatif yang diamati Skor KBK

fluency flexibility originality elaborasi

1 Siswa 1

2 Siswa 2

3 Siswa 3

Jumlah

Skor rata-rata

Skor tertinggi

Skor terendah

Keterangan :

KBK = Kemampuan Berpikir Kreatif

KBK = � � ℎ��� �� � �

��� ��� �� �

× 100

Skor pretest dan posttest berupa skor kemampuan berpikir kreatif siswa yang diperoleh dari pencapaian aspek yang sesuai dengan aspek berpikir kreatif sebgai berikut:

Aspek yang diamati yaitu: 1. Kelancaran (fluency)

Indikator:

a. Menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat. b. Jawaban mengikuti alur konsep

2. Keluwesan (flexibility) Indikator:

a. Menjawab sesuai konsep

(40)

c. Memperhatikan ketepatan jawaban 3. Keaslian (originality)

Indikator:

a. Memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa.

b. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang lain dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4. Elaborasi (elaboration) Indikator:

a. Mampu mengembangkan jawaban dari gagasan yang ada b. Memberikan jawaban yang terperinci

c. Menjawab sengan menguji secara mendetail

Setiap indikator kemampuan berpikir kreatif yang terlaksana oleh siswa diberikan skor 1.

c. Teknik pengambilan data hasil belajar siswa.

Data berupa data hasil belajar fisika siswa pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor pretest dan posttest. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 5 dan Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 5. Data Hasil Belajar Siswa Pada Tes Awal (Pretest)

No Nama Siswa Nilai Pada Soal ke- HB Kategori

1 2 3 4

1 Nama Siswa 1 2 Nama Siswa 2 3 Nama Siswa 3 Jumlah

(41)

Tabel 6. Data Hasil Belajar Siswa Pada Tes Akhir (Posttest)

No Nama Siswa Nilai Pada Soal ke- HB Kategori

1 2 3 4

1 Nama Siswa 1 2 Nama Siswa 2 3 Nama Siswa 3 4 Nama Siswa … Jumlah

Nilai rata-rata Nilai terendah Nilai tertinggi Keterangan :

HB = ∑ Nilai yang diperoleh siswa  HB ≥ 66 = Baik

 55 ≤ HB < 66 = Cukup baik  55 < HB = Kurang baik

Arikunto (2001 : 45)

Hasil belajar pada tes awal (prêttest) dan tes akhir (posttest) berupa nilai kognitif hasil belajar siswa yang diperoleh dari pencapaian indikator pembelajaran yang sesuai dengan Tabel 7 berikut :

Tabel 7. IndikatorPembelajaran

No Indikator Pembelajaran

1. Mengidentifikasi karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.

2. Mengidentifikasi karakteristik gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.

3. Menyelidiki sifat-sifat gelombang (pemantulan, pembiasan, superposisi, interferensi, difraksi, polarisasi dan dispersi) serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengidentifikasi persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner.

G.Analisis Instrumen

(42)

1. Uji Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji validitas agar data yang diperoleh sahih dan handal. Metode uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung korelasi product moment pearson (Pearson Correlation Total) antara skor satu item dengan skor total menggunakan program

aplikasi SPSS 17,0. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table untuk degree of freedom (df), dalam hal ini adalah jumlah sampel. Dalam hal ini dengan kriteria uji bila corrected item - Total correlation lebih besar dari 0,3 maka data dikatakan valid atau data merupakan memiliki construct yang kuat.

2. Uji Reliabilitas

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan pengukuran, maka perlu dilakukan uji reliabilitas pada instrument penelitian. Uji reliabilitas

(43)

Tabel 8. Interprestasi ukuran kemantapan nilai alpha

Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,19 Kurang reliabel.

0,20-0,39 Agak reliabel.

0,40-0,59 Cukup reliabel.

0,60-0,79 Reliabel.

0,80-1,00 Sangat reliabel.

Triton dalam Sujianto (2009: 97)

H.Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan sampel

2. Mengadakan tes awal (pretest) sebelum menerapkan model pembelajaran pengajuan masalah (problem posing).

3. Melaksanakan pembelajaran dengan perlakuan (treatment) penerapanmodel pembelajaran pengajuan masalah (problem posing).

4. Mengadakan tes akhir (posttest) setelah menerapkan model pembelajaran pengajuan masalah (problem posing).

5. Mengambil data. 6. Menganalisis data 7. Membuat kesimpulan

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji N-gain

(44)

mendapatkan nilai N-gain dapat dicari dengan cara mengurangi skor postest oleh skor pretest, kemudian hasilnya dibagi oleh skor maksimum yang dikurangi oleh skor pretest. Dari pernyataan tersebut dapat diperoleh untuk persamaan N-gain adalah :

g

=

��� −��

���� −��

Keterangan: g = N-gain SPost = Skor posttest

SPre = Skor pretest

SMax = Skor maksimum

Kategori : Tinggi : 0.7 ≤ N-Gain≤ 1 Sedang : 0.3 ≤ N- Gain < 0.7 Rendah: N- Gain < 0.3

Meltzer dalam Wijayanti (2011 : 50)

Peningkatan skor antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran pengajuan masalah (problem posing). Adapun bentuk pengumpulan data nilai N-gain berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 9 dan Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 9. Data Rekapitulasi N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

No Nama Siswa Nilai Interaksi N-Gain Kategori

Pretest Postest 1 Nama Siswa 1

2 Nama Siswa 2 3 Nama Siswa 3 4 Nama Siswa … Jumlah

(45)

Tabel 10. Data Rekapitulasi N-gain hasil Belajar Siswa

No Nama Siswa HB N-Gain Kategori

Pretest Postest 1 Nama Siswa 1

2 Nama Siswa 2 3 Nama Siswa 3 4 Nama Siswa … Jumlah

Skor rata-rata Skor tertinggi Skor terendah

2. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis data terdistribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis

pengujiannya yaitu:

Ha : data tidak terdistribusi secara normal.

Hb : data terdistribusi secara normal.

Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program aplikasi SPSS 17,0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai � � . �� 2− � , nilai � yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka Ha diterima dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal. b. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka Hb

(46)

Selain menggunakan uji statistik non-parametrik kolmogorov smirnov, dapat juga digunakan pengujian Normal Probability Plot of Regression

Standardized Residual terhadap masing-masing variabel. Jika data

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal maka data terdistribusi tidak normal.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas variabel. Variabel yang diuji homogenitasnya adalah nilai interaksi siswa pada pembelajaran problem posing terhadap nilai N-gain kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan pendekatan Multiple Representations. Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi univariate pada program aplikasi SPSS 17,0. Kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilai sig < � (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi tidak homogen; (2) jika nilai sig > � (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi homogen atau data dari

perlakuan yang diberikan adalah homogen.

4. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana

(47)

signifikan sebesar 0,05 (Sig.> �0.05) maka terima H0. Selanjutnya dengan adanya pertimbangan efesien perhitungan analisis data uji analisis regresi linear sederhana digunakan aplikasi program SPSS 17,0.

Persamaan yang harus diselesaikan dalam regresi linier sederhana, yaitu:

Y = a + bX

Keterangan :

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y bila X= 0 (harga konstnta)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Variabel bebas (data pengamatan) Y = Variabel terikat (data pengamatan)

Yang dicari terlebih dahulu dalam regresi sederhana yaitu dengan mencari nilai a menggunakan rumus berikut :

a=

( �)( �

2

( )( � �)

12−( �)2

Setelah menghitung nilai a, berikutnya yang dihitung nilai b dengan rumus berikut:

b =

� �−( �)( �)

12−( �)2

Keterangan : a = Harga Y bila X= 0 (harga konstnta)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel

(48)

Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Variabel bebas (data pengamatan) Y = Variabel terikat (data pengamatan) n = banyaknya pasangan data

Setelah menghitung nilai a dan b, maka persamaan regresi linier sederhana (nilai Y) dapat dihitung dengan rumus berikut:

= �+

Pengambilan harga-harga X untuk meramalkan Y harus dipertimbangkan secara rasional dan menurut pengalaman, yang masih berada pada batas ruang gerak X.

Usman dan Akbar dalam Yulianti (2011: 37)

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis diperoleh dari uji regresi linear sederhana pada hipotesis statistik yang disusun berdasarkan hipotesis verbal yang telah dikemukakan dalam hipotesis penelitian. Hipotesis statistik disusun sebagai berikut :

a. Hipotesis pertama :

Jika nilai sig> α (0,05) maka terima H0 Jika nilai sig< α (0,05) maka tolak H0 Dimana ;

Ho : Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing tidak berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. H1 : Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing

(49)

b. Hipotesis kedua :

Jika nilai sig> α (0,05) maka terima H0 Jika nilai sig< α (0,05) maka tolak H0 Dimana ;

Ho : Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh yang signifikan antara interaksi siswa pada model

pembelajaran problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara interaksi siswa pada model

pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar.

3. Interaksi siswa pada model pembelajaran problem posing berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa yaitu 24,4% dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif sebesar 19,4%.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

(51)
(52)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2006. Eds Revisi : Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hamalik, Umar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hardjoko Muhammad. 2005. “Keefektifan Problem Posing dan Tugas Terstruktur Pada Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Probabilitas Pada Mahasiswa Semester 1 D3 Statistika Terapan dan Komputasi Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2002/2003. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Liliawati Winny dan Puspita Erna. 2010. “Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa”. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tidak diterbitkan

Memes, Wayan. 2000. Dasar Evaluasi Pendidikan. Grafindo. Jakarta.

Munandar, U. (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta. Gramedia.

Rumengan Jemmy. 2010. Metodologi Penelitian Dengan SPSS. UNIBA Press. Batam.

Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

(53)

Siswono Tatag Y.E. 2004. “Mendorong Berfikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah (Problem Posing)”. Makalah Konferensi Nasional Matematika XII. Denpasar. Tidak diterbitkan

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: UPT UNNES Press.

Usman Husaini dan Akbar Purnomo S. 2009. Pengantar Statistika. Bumi Aksara. Jakarta.

Wijayanti Eti. 2011. “Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”. Skripsi. Universitas Lampung. Wulandari Dwi Octorina. 2008. ”Model Pembelajaran Problem Posing Materi

Gelombang Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

(54)

65

(55)

Silabus SMAN 1 Way Jepara

SILABUS

Satuan Pendidikan : SMAN 1 Way Jepara Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / Semester : XII / Ganjil

Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah Kompetensi

Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator

Penilaian 1.1 Mendeskripsikan

gejala dan ciri- Mengkaji literatur

untuk membedakan

Mengidentifikasi karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Mengidentifikasi karakteristik

gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Menyelidiki sifat-sifat gelombang

(pemantulan, pembiasan, superposisi, interferensi, difraksi, polarisasi dan dispersi) serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengidentifikasi persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner.

b.Proses

Mengumpulkan informasi dan mengerjakan beberapa masalah (soal) pada materi gelombang baik secara berkelompok ataupun secara individu.

Mengkomunikasiakan hasil temuannya melalui presentasi dan

Tes tertulis

Tes uraian Sebuah tali bermassa 100 g digetarkan dengan laju 10 m/s dan amplitudo 0,1m. Massa jenis tali 100 kg/m3 dan luasnya 2 cm3. Jika dalam perambatan dihasilkan energi sebesar 5 J/s, tentukan persamaan gelombangnya.

(56)

Silabus SMAN 1 Way Jepara

Pembelajaran Indikator

Penilaian

Melakukan percobaan gelombang dengan menggunakan seutas tali dan animasi simulasi untuk mengetahui sifat dan jenis gelombang.

3. Afektif

a.Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: Jujur

Tanggung jawab

b.Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:

Bertanya, dan berkomunikasi Menyumbang ide atau

berpendapat

Menjadi pendengar yang baik Bekerjasama

1.2 Mendeskripsikan gejala dan ciri-gejala dan ciri gelombang bunyi ( termasuk nada dan taraf intensitas) dan

1. Kognitif a.Produk

Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi.

Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang cahaya.

b.Proses

Mengumpulkan informasi dan mengerjakan beberapa masalah (soal) pada materi gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi baik secara berkelompok ataupun secara individu.

Mengumpulkan informasi dan mengerjakan beberapa masalah

Tes tertulis

Tes urain Sebuah kereta api sedang bergerak mendekati stasiun dengan laju 31,8 m/s. Kereta tersebut membunyikan sirine dengan frekuensi 136 Hz. Berapakah frekuensi yang didengar oleh anak yang sedang duduk di stasiun?

(57)

Silabus SMAN 1 Way Jepara

Pembelajaran Indikator

Penilaian dan ciri gelombang cahaya (misalnya: interferensi, difraksi, dan lain-lain)

(soal) pada materi gejala dan ciri-ciri gelombang suara baik secara berkelompok ataupun secara individu.

Mengkomunikasiakan hasil temuannya melalui presentasi dan diskusi.

2. Psikomotor

Melakukan percobaan

gelombang bunyi dan gelombang suara dengan menggunakan tabung resonansi, garpu tala, KIT optika dan animasi simulasi untuk mengetahui gejala dan siri-siri gelombang (bunyi dan suara).

3. Afektif

a.Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: Jujur

Tanggung jawab

b.Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:

Bertanya, dan berkomunikasi Menyumbang ide atau

berpendapat

Menjadi pendengar yang baik Bekerjasama

 Melakukan kajian literatur

Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dalam teknologi.

Tes tertulis

Tes uraian Suatu bunyi ultrasonik dengan frekuensi 2,5 Mhz dikirim ke darah dalam pembuluh darah. Darah tersebut bergerak mendekati sumber ultrasonik dengan

(58)

Silabus SMAN 1 Way Jepara

Pembelajaran Indikator

Penilaian dalam teknologi. ik kehidupan secara

individu melalui teknologi mesin fotokopi, CD, OHP dan scanner).

Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.

b.Proses

Mengumpulkan informasi dan mengerjakan beberapa masalah (soal) tentang prinsip kerja dari teknologi yang didasarkan pada konsep gelombang bunyi dan gelombang cahaya baik secara berkelompok ataupun secara individu.

Mengkomunikasiakan hasil temuannya melalui presentasi dan diskusi.

2. Psikomotor

Melakukan percobaan gelombang bunyi dan gelombang suara dengan menggunakan tabung resonansi, garpu tala, KIT optika dan animasi simulasi untuk mengetahui gejala dan siri-siri gelombang (bunyi dan suara).

3. Afektif

a.Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi:

Jujur

Tanggung jawab

Penugas

 Berapakah frekuensi ultrasonik yang diterima oleh darah?

 Berapakah frekuensi yang diterima sumber?

Buatlah artikel tentang pemanfaatan gelombang elektromagnetik pada produk teknologi dalam keseharian.

(59)

Silabus SMAN 1 Way Jepara

(60)

RPP SMAN 1 Way Jepara

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan pendidikan : SMAN 1 Way Jepara

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / Semester : XII / Ganjil

Alokasi Waktu : 2 x Jam Pelajaran

I. Standar Kompetensi : 1.Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah. II. Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang

secara umum. III. Indikator

1. Kognitif c. Produk

 Mengidentifikasi karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.

 Mengidentifikasi karakteristik gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.

 Menyelidiki sifat-sifat gelombang (pemantulan, pembiasan, superposisi, interferensi, difraksi, polarisasi dan dispersi) serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

 Mengidentifikasi persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner.

d. Proses

 Mengumpulkan informasi dan mengerjakan beberapa masalah (soal) pada materi gelombang baik secara berkelompok ataupun secara individu.

 Mengkomunikasiakan hasil temuannya melalui presentasi dan diskusi.

2. Psikomotor

Melakukan percobaan gelombang dengan menggunakan seutas tali dan animasi simulasi untuk mengetahui sifat dan jenis gelombang. 3. Afektif

a. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi:  Jujur

(61)

RPP SMAN 1 Way Jepara

b. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:  Bertanya, dan berkomunikasi

 Menyumbang ide atau berpendapat  Menjadi pendengar yang baik  Bekerjasama

IV. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

a. Produk

 Dengan kalimat sendiri siswa dapat mendefinisikan pengertian gelombang dan besaran-besaran gelombang.

 Dengan kalimat sendiri siswa dapat menjelaskan perbedaan gelombang transversal dan gelombang longitudinal.

 Dengan kalimat sendiri siswa dapat menjelaskan pengaruh sifat medium terhadap kecepatan gelombang.

 Siswa dapat menghitung besaran-besaran gelombang dengan menggunakan persamaan gelombang.

b. Proses

 Siswa menganalisis prinsip Huygens untuk memahami konsep muka gelombang.

 Siswa menganalisis konsep pemantulan dan pembiasan melalui hukum Snellius.

 Siswa menganalisis fenomena superposisi dua gelombang atau lebih.

 Mendiskusikan fenomena interferensi, difraksi, polarisasi, dan dispersi pada gelombang.

 Siswa mengidentifikasi persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner.

2. Psikomotor

Disediakan beberapa alat yang menunjang percobaan seperti tali, dawai dan beberapa animasi gelombang untuk siswa melakukan percobaan mengetahui sifat dan jenis gelombang.

3. Afektif

a. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: (1) Jujur

(2) Tanggung jawab

b. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: (1) Bertanya, dan berkomunikasi

(2) Menyumbang ide atau berpendapat

(62)

RPP SMAN 1 Way Jepara

(3) Menjadi pendengar yang baik (4) Bekerjasama

V. Materi Pembelajaran Pengertian Gelombang

Konsep gelombang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang bunyi, gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang air merupakan beberapa contoh bentuk gelombang. Ketika kita melihat fenomena gelombang laut, ternyata, air gelombang tidak bergerak maju, melainkan melingkar. Sehingga air hanya bergerak naik-turun begitu gelombang melintas. Tepi pantai menahan dasar gelombang, sehingga puncak gelombang bergerak lebih cepat untuk memecah di tepi pantai. Dengan demikian, terjadinya gerak gelombang laut dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, air mencapai dasar lingkaran pada lembah gelombang. Kemudian, air mencapai bagian atas lingkaran pada puncak gelombang. Lalu, puncak gelombang memecah di tepi pantai. Gelombang air bergerak dengan kecepatan yang bisa diketahui. Tetapi, setiap partikel pada air itu sendiri, hanya berosilasi terhadap titik setimbang.

Karakteristik Gelombang

Karakteristik utama suatu gelombang ditunjukkan oleh beberapa besaran yang penting, yang digunakan untuk mendeskripsikan gelombang sinusoida periodik, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2.

Titik-titik tertinggi pada gelombang disebut puncak gelombang, sedangkan titiktitik terendah disebut lembah gelombang. Amplitudo adalah perpindahan maksimum, yaitu ketinggian maksimum puncak, atau kedalaman maksimum lembah, relative terhadap posisi kesetimbangan. Makin besar amplitudo, makin besar energi yang dibawa. Ayunan total dari puncak sampai ke lembah sama dengan dua kali amplitudo. Jarak dua titik berurutan pada posisi yang sama disebut panjang gelombang ( λ ). Panjang gelombang juga sama dengan jarak antardua puncak yang berurutan. Frekuensi ( f ), adalah jumlah puncak atau siklus lengkap yang melewati satu titik per satuan waktu. Sementara itu, periode (T ), adalah waktu yang diperlukan untuk sekali osilasi, yaitu waktu yang berlalu antara dua puncak berurutan yang melewati titik yang sama pada ruang. Besar T adalah setara dengan 1

(63)

RPP SMAN 1 Way Jepara

Jarak yang ditempuh gelombang dalam satuan waktu disebut kecepatan gelombang (v). Jika sebuah gelombang menempuh jarak satu panjang gelombang ( λ ), dalam satu periode (T ), maka kecepatan gelombang adalah sama dengan λ/T, atau � =1.

Karena atau 1 = , maka :

Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju bersama dengan gelombang. Gelombang seperti ini disebut gelombang transversal, karena gangguannya tegak lurus terhadap arah rambat, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.4. Gelombang elektromagnetik termasuk jenis gelombang ini, karena medan listrik dan medan magnet berubah secara periodik dengan arah tegak lurus satu sama lain. Dan juga tegak lurus terhadap arah rambat.

Pada gelombang bunyi, udara secara bergantian mengalami perapatan dan perenggangan karena adanya pergeseran pada arah gerak. Gelombang seperti ini disebut gelombang longitudinal.

Gelombang Berjalan dan Gelombang Stasioner

Pada sebuah tali yang panjang diregangkan di dalam arah x di mana sebuah gelombang transversal sedang berjalan. Pada saat t = 0, bentuk tali dinyatakan dengan y = f (x) dengan y adalah pergeseran transversal tali pada kedudukan x. Bentuk gelombang tali yang mungkin pada t = 0 ditunjukkan pada Gambar 1.11(a). Pada waktu t gelombang tersebut berjalan sejauh vt ke kanan, dengan v menunjukkan besarnya kecepatan gelombang, yang dianggap konstan. Maka persamaan kurva pada waktu t adalah :

(64)

RPP SMAN 1 Way Jepara

Gelombang stasioner disebut juga gelombang berdiri atau gelombang tegak, merupakan jenis gelombang yang bentuk gelombangnya tidak bergerak melalui medium, namun tetap diam. Gelombang ini berlawanan dengan gelombang berjalan atau gelombang merambat, yang bentuk gelombangnya bergerak melalui medium dengan kelajuan gelombang. Gelombang diam dihasilkan bila suatu gelombang berjalan dipantulkan kembali sepanjang lintasannya sendiri.

Pada dua deret gelombang dengan frekuensi sama, memiliki kelajuan dan amplitudo yang sama, berjalan di dalam arah-arah yang berlawanan sepanjang sebuah tali, maka persamaan untuk menyatakan dua gelombang tersebut adalah :

Resultan kedua persamaan tersebut adalah:

Dengan menggunakan hubungan trigonometrik, resultannya menjadi:

Sifat-sifat Gelombang 1. Pemantulan

Pemantulan (refleksi) adalah peristiwa pengembalian seluruh atau sebagian dari suatu berkas partikel atau gelombang bila berkas tersebut bertemu dengan bidang batas antara dua medium.

2. Pembiasan

Perubahan arah gelombang saat gelombang masuk ke medium baru yang mengakibatkan gelombang bergerak dengan kelajuan yang berbeda disebut pembiasan. Pada pembiasan terjadi perubahan laju perambatan.

Panjang gelombangnya

bertambah atau berkurang sesuai dengan perubahan kelajuannya, tetapi tidak ada perubahan frekuensi. Peristiwa ini ditunjukkan pada Gambar 1.17. 3. Difraksi

Gambar

Tabel 1. Aspek Keterampilan Berfikir Kreatif (KBK)
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian.
Gambar 2. Model toeritis hubungan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y1) dan (Y2)
Tabel 2. Data Pengamatan Interaksi Siswa Pada Model Pembelajaran Problem Posing.
+7

Referensi

Dokumen terkait

The objectiveof the research was to determine the growth and rerproduction aspects based relationship of length weight with Gonad Maturity Index (IKG) of Fringescale

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja putri memiliki hubungan yang signifikan dengan personal hygiene pada saat menstruasi, dimana

Peternak tidak memberikan konsentrat, karena sulit diperoleh di daerah setempat, padahal berdasarkan Duldjaman (2004) penambahan konsentrat, seperti am- pas tahu, di dalam

8 Kegiatan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja 39,304,000 PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN. TAHUN 2017 KEGIATAN

Berdasarkan hasil uji t menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran terhadap kesiapan, atau dengan kata lain pemanfaatan TIK

[r]

perkawinan masyarakat Tionghoa dilaksanakan sesuai dengan aturan agama yang.. dipeluk oleh kedua mempelai dan disahkan dalam upacara adat yang

(2) demonstrates this and shows that even though a point has been identified as a change by being evaluated against a point on the cliff, the actual change relates to the