ABSTRACT
CANGGET LEARNING USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE INSIDE OUTSIDE CIRLCE (IOC) IN SMAN I MELINTING
EAST LAMPUNG
by
GALUH SUKMAWATI
The problem in this research is how cangget learning process using cooperative learning model of type (Inside Outside Circle) IOC in SMAN I Melinting East Lampung. This study aimed to describe the cangget dance lessons using IOC models of teaching and learning activities in SMAN I Melinting.
This research uses descriptive qualitative. The technique used to collect the data are observational participate (participation), interviews, documentation, and testing practices. Source of data in this study were students of class XI Science in SMAN I Melinting totaling 24 students.
Cooperative Learning Model type IOC cangget applied to learning from the initial meeting to the ninth meeting. Cangget learning process by using a model of the IOC can be done with five stages. The first stage is to present information, the second stage of organizing students into study groups, the third stage of group work and study guide, guiding the fourth stage results of the discussion, and the fifth stage of evaluation.
Cangget learning outcomes using IOC model in class XI Science at SMAN I Melinting shows that students are able to demonstrate dance well. Students well enough to receive and capture lessons given by teachers through the IOC model.
ABSTRAK
PEMBELAJARAN CANGGET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRLCE (IOC) DI SMA NEGERI I MELINTING LAMPUNG TIMUR
Oleh
GALUH SUKMAWATI
Permasalahan di dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe (Inside Outside Circle) IOC di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran tari cangget dengan menggunakan model IOCpada kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri I Melinting.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi berperan serta (partisipasi), wawancara, dokumentasi, dan tes praktik. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting yang berjumlah 24 siswa.
Model Cooperative Learning tipe IOCditerapkan pada pembelajaran cangget dari pertemuan awal hingga pertemuan kesembilan. Proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model IOC dapat dilakukan dengan lima tahap. Tahapan pertama yaitu menyajikan informasi, tahapan kedua mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, tahapan ketiga membimbing kelompok bekerja dan belajar, tahapan keempat membimbing hasil diskusi, dan tahapan kelima evaluasi.
Hasil pembelajaran cangget dengan menggunakan model IOC pada kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memeragakan gerak cangget dengan baik. Siswa-siswa cukup baik menerima dan menangkap pembelajaran yang diberikan oleh pengajar melalui model IOC.
Oleh
GALUH SUKMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
xiv
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
PERSETUJUAN ... iii
MENGESAHKAN ... iv
SURAT PERNYATAAN... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
MOTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
SANWACANA ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR DIAGRAM ... xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8
2.2 Makna Pembelajaran ... 10
2.3 Makna Model Pembelajaran ... 10
2.3.1 Cooperative Learning Type Inside Outside Circle (IOC) ... 11
2.4 Pengertian Tari ... 14
2.5 Cangget ... 14
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 43
4.1.1 Profil Singkat SMA Negeri I Melinting ... 44
4.1.2 Keadaan Guru ... 44
4.1.3 Keadaan Siswa ... 45
4.1.4 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 46
4.1.5 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 47
4.2Hasil Pembahasan Penelitian ... 48
4.2.1 Hasil Penelitian ... 48
4.3.1.9 Pertemuan Kedelapan ... 122
4.3.1.10 Pertemuan Kesembilan ... 133
4.3.1.11 Pertemuan Kesepuluh (Evaluasi) ... 143
4.2.2 Penyajian Data ... 142
4.3 Pembahasan ... 150
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 153
5.2 Saran ... 154
xix
Diagram Halaman
4.1 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 1 ... 58
4.2 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 2 ... 66
4.3 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 3 ... 74
4.4 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 4 ... 82
4.5 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 5 ... 95
4.6 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 6 ... 108
4.7 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 7 ... 122
4.8 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 8 ... 133
4.9 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 9 ... 143
xviii
10. Pengenalan Tari dan Unsur-Unsur di dalamnya ... 50
11. Pemahaman Materi Tentang Pengertian Tari dan Unsur-Unsur Yang Terdapat dalam Sebuah Tarian dengan Menggunakan Model IOC ... 52
12. Pengenalan Siswa Terhadap Cangget ... 59
13. Penerapan Model IOC terhadap Materi Cangget dan Macam-Macam Jenisnya ... 61
14. Presentasi Siswa TentangPengertian Cangget dan Macam-Macam Jenisnya ... 62
15. Siswa Masih Perlu Bantuan untuk Membentuk Lingkaran... 69
16. Siswa Menyampaikan Materi Tentang Gerak Dasar Cangget, dan Busana yang Dikenakan Kepada Kelompok Lain ... 69
17. Siswa Berkordinasi Menyapaikan Materi dengan Model IOC ... 77
18. Siswa Meniru Gerak Ngetir ... 83
19. Siswa Memeragakan Gerak Kenui Melayang, dan Ngetir ... 85
20. Siswa Memeragakan Gerak Ngetir di depan Kelas... 98
21. Siswa Meniru Gerak Kenui Tahabang ... 109
22. Siswa Memeragakan Gerak Kenui Tahabang dengan Menggunakan Model IOC ... 111
xviii
xvi
3.4 Penentuan Patokan Dengan Perhitungan Persentase Untuk Skala Lima ... 38
3.5 Instrument Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 39
3.6 Instrumen Penilaian Model IOC ... 41
xvi
Proses IOC ... 105
4.17 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Keenam ... 107
4.18 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Ketujuh ... 113
4.19 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Ketujuh Terhadap Proses IOC ... 119
4.20 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketujuh ... 121
4.21 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kedelapan Berdasarkan Aspek Wirama ... 127
4.22 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kedelapan Terhadap Proses IOC ... 130
4.23 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedelapan ... 132
4.24 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kesembilan Berdasarkan Aspek Wirama ... 138
4.25 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kesembilan Terhadap Proses IOC ... 141
4.26 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kesembilan ... 143
4.27 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kesembilan (Evaluasi) ... 145
“
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S Ar Ra’d 13:11
)
“
Ketika tidak ada lagi bahu untuk bersandar, kamu masih punya dahi untuk
bersujud. . .
“
(Mario Teguh)
“
When haters were busy talking, i was busy making it happen. When they were
busy mocking, i was busy walking. When they were busy loughing, i was busy
ix
Segala puji syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan nikmat dan
rahmat yang selalu menyertai dalam kehidupan keluarga dan orang-orang terdekat
yang selalu menyayangiku. Segala yang telah diberikan kuucapkan beribu-ribu
limpahan terima kasih.
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku kepada
1. Ayah tercinta alm. Bapak Sumarno, yang dulu selalu memberi semangat,
menasehati, dan mengajarkan tanggung jawab. Sampai akhir hayat masih
sempat mendoakan, dan bekerja keras untuk membiayai sekolah, dari
Sekolah Dasar, sampai dengan kuliah.
2. Ibu Rohayati, yang selalu mendoakan, menasehati, memberi semangat,
mengajarkan ketegaran dan tanggung jawab. Kuucapkan terima kasih segala
doa dan cucuran keringat yang selama ini telah bekerja keras membiayai
sekolah, dari Sekolah Dasar sampai Sarjana.
3. Saudara yang sangat kusayangi, Wisnu Wahyudi yang selalu memberi
ix
skripsi. Pembahas yang selalu sabar membahas skripsi dan bimbingannya.
5. Teman terkasih yang selalu di hati yang telah memberikan semangat,
memotivasi, menghargai arti waktu, dan selalu mendoakan.
6. Teman-teman seni tari angkatan 2010, yang selalu memberikan semangat dan
selalu membantu selama studi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya
untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan bermasyarakat (Hamalik,
2001:3).
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang terbentuk dari kata pais yang berarti anak dan again yang berarti membimbing. Dari arti kata itu maka dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa
(Purwanto, 2013:19).
Undang-undang No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembeajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengadilan diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta
Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan menjadi salah satu wadah bagi
manusia untuk belajar dan mengembangkan potensi diri. Selain itu, pendidikan
menjadi sarana untuk memberikan suatu pengarahan serta bimbingan bagi peserta
didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk membentuk kepribadian
yang berilmu, kreatif, mandiri, bertakwa kepada Tuhan, dan membentuk
karakteristik peserta didik menuju kedewasaan.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya (Hamalik, 2001:3).
Tari merupakan perpaduan gerakan-gerakan indah dan ritmis yang disusun atau
ditata sehingga dapat memberikan kesenangan dan kepuasan bagi pelaku dan
penikmatnya. Seni tari seperti halnya seni-seni yang lain merupakan pernyataan
budaya yang sifat, gaya dan fungsinya selalu tidak terlepas dari kebudayaan yang
menghasilkannya, karena lahirnya tari dilingkungan kehidupan manusia
bersamaan dengan tumbuhnya peradaban manusia.
Cangget secara umum diartikan sebagai pentas adat (gawi) yang di dalamnya terdapat berbagai macam seni pertunjukan. Salah satu diantaranya merupakan
dilakukan oleh gadis (muli), putri penyimbang adat yang berhadapan dengan bujang atau (meranai) yang disaksikan oleh para tetua adat (Martiara, 2012:8).
Cangget merupakan salah satu seni pertunjukan yang digunakan dalam upacara perkawinan atau pada saat pemberian adat (cakak pepadun) di kalangan masyarakat Lampung yang beradat pepadun (I Wayan Mustika, 2012:10).
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu kepada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Trianto, 2010:51).
Kinerja seorang guru harus lebih maksimal dan menyenangkan di dalam proses
pembelajaran agar dapat menciptakan suasana belajar yang efektif, sehingga
peserta didik mampu memahami materi yang disampaikan oleh seorang pendidik.
Dalam penerapan serta pengembangan proses pembelajaran Seni Budaya di dalam
kelas, model pembelajaran mempunyai pengaruh besar dalam menentukan
keberhasilan pendidik untuk menyampaikan materi ajar kepada peserta didik.
Semakin baik model mengajar yang diterapkan dalam suatu proses pembelajaran,
maka semakin baik pula peserta didik dapat menyerap ilmu yang diberikan oleh
pendidik. Salah satu model yang dianggap cocok untuk dapat menciptakan
suasana belajar yang lebih aktif dan dapat meningkatkan kreatifitas belajar peserta
Cooperative Learning type Inside Oudside Circle (IOC) merupakan sebuah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). IOC
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah strukturnya yang jelas dan
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi bersama, dengan singkat dan
teratur. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model yang menekankan
pada peserta didik agar lebih aktif, dan mampu berinteraksi dengan peserta didik
lain. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
mengkatkan keterampilan berkomunikasi. Model IOC juga dapat digunakan untuk
semua tingkatan kelas (Suprijono, 2009:97).
SMA Negeri I Melinting merupakan sekolah negeri yang ada di desa Wana Bunut,
kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur. Di sekolah ini, pendidikan seni
khususnya seni tari belum berkembang dengan baik. Pembelajaran tari di sekolah
ini hanya berkutat dengan tari bedana dan tari sigekh saja. Pembelajaran dan wawasan tentang tari lain di daerah Lampung belum dikembangkan dengan baik.
Siswa/i di SMA Negeri I Melinting hanya mengenal gerak dan tariannya saja
tanpa mengerti makna kostum dan aksesoris yang mereka kenakan. Guru yang
mengajar seni budaya bukan merupakan guru yang berlatar belakang seni,
sehingga di dalam proses belajar mengajar kurang menguasai materi seni budaya,
khususnya seni tari. Selain itu, di SMA Negeri I Melinting belum ada penggunaan
model pembelajaran di dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, diperlukan
Mata pelajaran seni budaya merupakan mata pelajaran yang dituntut dapat
mengembang kreatifitas peserta didik. Sesuai dengan tujuan pendidikan itu
sendiri, lembaga pendidikan dituntut untuk lebih profesional dalam menciptakan
kualitas pendidik.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Cangget dengan Menggunakan Model Cooperative
Learning Tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan masalah lebih rinci
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperatif Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran tari cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri 1 Melinting Lampung Timur.
2. Agar siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui
model Cooperatif Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC).
3. Agar guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang seni tari,
sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran di sekolah
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
4. Agar sekolah dapat memberikan ilmu yang berguna dalam upaya peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah.
5. Agar peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengelaman melalui
penelitian tersebut.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian adalah kelas XI IPA SMA Negeri I Melinting Lampung
Timur.
2. Objek penelitian adalah penerapan pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur.
3. Tempat penelitian di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada, penelitian ini
dikatakan orisinal. Belum ada yang mencatat tentang pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe IOC di SMA Negeri I Melinting.
Konsep pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang
bertujuan untuk membantu orang belajar (Karwono, 2010:11).
Konsep tujuan pembelajaran adalah memengaruhi peserta didik agar terjadi proses
belajar. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu cara atau metode membantu
terjadinya proses belajar agar belajar menjadi efektif, efisien dan terarah pada
tujuan yang ditetapkan (Karwono, 2010:9).
Cangget adalah suatu tarian berupa gerakan-gerakan yang bebas, yang ditampilkan pada suatu upacara adat. Oleh karena itu, bagi sebagian orang
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi
pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik (Hamzah, 2007:01).
Model pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside Outside Cirlcle) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan
individu, dimana individu – individu tersebut memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dan dijadikan dalam suatu kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi dua
kelompok yang nantinya akan membentuk dua lingkaran, yaitu satu lingkaran
besar, dan satu lingkaran kecil. Kelompok dengan kemampuan yang heterogen
tersebut, diharapkan antar individu dapat saling bekerjasama untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Suprijono, 2009:96).
2.1Landasan Teori
Ensiklopedia Indonesia, teori (Yunani: Teori, pandangan, tinjau), umumnya
berarti pandangan yang gunanya untuk memberi keterangan bagi suatu hal
tertentu. Teori dalam ilmu pengetahuan berguna untuk membari keterangan bagi
gejala-gejala tertentu; tapi umumnya teori dalam ilmu pengetahuan itu berupa
sistem yang berdiri atas berbagai dalil (yang dikutip dari dunia pengalaman) dan
hipotesa-hipotesa yang keduanya berdasar pada asas tertentu. Seterusnya istilah
teori itu sering pula dipakai sebagai lawan terhadap pengertian praktek atau
Teori merupakan prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa
tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan dari
proposisi-proposisi. Teori tersusun secara kausalitas atas fakta, fariabel atau konsep, dan
proposisi. Fungsi teori dalam konteks belajar adalah:
a. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar.
b. Memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran.
c. Mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Mengkaji kejadiaan belajar dalam diri seseorang.
e. Mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.
Fungsi teori belajar adalah sebagai pisau analisis berbagai fakta dan fenomena
belajar (Suprijono, 2013:15).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran model
Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC).
Teori pembelajaran digunakan untuk mengungkap proses dalam pembelajaran tari
cangget di SMA Negeri I Melinting. Teori Pembelajaran dipandang sangat tepat untuk melihat proses pembelajaran setiap pertemuan selama melakukan
penelitian.
Dilihat dari fungsi tari cangget sebagai tari yang dianggap sakral atau disakralkan, yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan adat. Seperti fungsinya yang
disakralkan, didalamnya tersirat makna pedoman masyarakat Lampung, yaitu
2.2Makna Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, atau perbuatan mempelajari (Suprijono,
2013:13)
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Gagne, Briggs, dan Wagner, mengutarakan pengertian pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada peserta didik (Karwono, Mularsih, 2010:11)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pembelajaran merupakan serangkaian
proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar,
yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.
2.3 Makna Model Pembelajaran
Menurut Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa model pembelajaran
merupakan setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu (Hamzah, 2007:01)
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu kepada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk untuk mencapai tujuan belajar.
(Suprijono, 2013:46).
Berdasarkan pengertian model pembelajaran di atas, model pembelajaan
merupakan unsur yang penting untuk menjalankan kegiatan belajar siswa di
sekolah. Dengan adanya penerapan model pembelajaran yang baik di sekolah,
akan mempermudah guru untuk mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini, seorang
guru arus mampu memahami kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran
yang akan diterapkan. Selain itu, guru harus mampu memilih model mengajar
serta mampu menelaah ciri – ciri model yang dianggap baik dalam penerapan
proses belajar mengajar di sekolah.
2.3.1 Cooperative Learning Type Inside Outside Circle (IOC)
Roger, dkk pada tahun 1992, menyatakan bahwa pembelajaran kooperaif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial
diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar
harus bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. (Huda, 2011:29)
Cooperative Learning type IOC (Inside Oudside Circle) merupakan sebuah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). IOC
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah strukturnya yang jelas dan
teratur. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model IOC juga dapat digunakan
untuk semua tingkatan kelas.
Metode pembelajaran kooperatif IOC terdiri dari beberapa komponen, yaitu
sebagai berikut :
1. Separuh kelas atau seperempat kelas (jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil, kemudian mereka berdiri melingkar dan menghadap
keluar. Separuh kelas lagi membentuk lingkaran besar, kemudian mereka berdiri
berhadap ke dalam. Pola bentukan dari kedua lingkaran ini adalah: siswa-siswa
dalam lingkaran kecil akan berada di dalam lingkaran siswa siswa yang
membentuk lingkaran besar, sehingga setiap siswa dalam lingkaran kecil nantinya
akan berhadapan dengan siswa yang berada di lingkaran besar. Kemudian
masing-masing akan menjadi pasangan.
2. Misalnya, anggap saja dalam satu ruangan kelas terdapat 24 siswa. Siswa 1-12
membentuk lingkaran dalam, sedangkan 13-24 membentuk lingkaran luar. Siswa
1 akan berhadapan dengan siswa 13, siswa 2 akan berhadapan dengan siswa 14,
siswa 3 akan berhadapan dengan siswa 15, begitu seterusnya dalam bentuk
lingkaran.
3. Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu. Kelompok
ini disebut kelompok pasangan asal. Sebaliknya, tugas yang diberikan pasangan
asal itu sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran yang telah dirumuskan.
Berikan waktu secukupnya kepada tiap-tiap pasangan untuk berdiskusi.
4. Kemudian siswa yang berada dilingkaran kecil diam di tempat, sementara
jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing mendapatkan pasangan yang baru
untuk berbagi informasi lagi. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan informasi
berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya. Pergerakan
dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal
bertemu kembali.
5. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan
sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar.
6. Di penghujung pertemuan, untuk mengakhiri pelajaran dengan metode inside outside circle guru dapat memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Inside Oudside Circle (IOC)
Fase Penjelasan
1. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi.
2. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru membentuk kelompok, dengan membuat siswa menjadi 2 kelompok yang nantinya akan membentuk lingkaran untuk menentukan pasangan dalam kelompok.
3. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru memberikan bimbingan seperlunya kepada masing-masing kelompok dan mengawasi jalannya diskusi. 4. Membimbing hasil
diskusi
Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengutarakan hasil diskusi
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa.
2.4 Pengertian Tari
Tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai, berirama sebagai ungkapan
jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan gerak,
ketepatan irama, dan ekspresi. Unsur yang terdapat didalam tari juga dikenal
sebagai wiraga (tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud). Keempat unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk
harmoni.
1. Wiraga (tubuh), yaitu gerak kaki sampai kepala yang merupakan media pokok gerak tari. Gerak tari dirangkai sesuai dengan bentuk yang tepat misalnya
seberapa jauh badan merendah tangan merentang, kaki diangkat atau ditekuk dan
seterusnya.
2. Wirama (tempo/irama), atau suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis. Seberapa lamanya rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan
perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama. Irama ini biasanya dari alat
musik yang mengiringi.
3. Wirasa (penghayatan), merupakan tingkat penghayatan dan penjiwaan dalam tarian, perasaan yang diekspresikan lewat raut wajah dan gerak. Keseluruhan
gerak tersebut menjelaskan jiwa dan emosi tarian seperti, sedih, gembira, tegas,
marah, dll.
4. Wirupa (wujud), memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui warna, busana, dan rias yang disesuaikan dengan peranannya (Mustika, 2012:22)
2.5 Cangget
Masyarakat suku Lampung terdiri atas dua kelompok masyarakat adat yaitu,
Masyarakat Lampung pepadun adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal
dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan
menyebar ke utara timur dan tengah provinsi ini. Masyarakat Lampung Sebatin
adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai
selatan Lampung. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka
menumbuhkembangkan seni tari yang berfungsi sebagai hiburan juga sebagai
penanda jati diri. Satu diantara beragam kesenian yang ditumbuhkembangkan oleh
masyarakat Lampung adalah tari cangget. Cangget merupakan tari adat masyarakat adat Lampung pepadun. (Abdulah, 2013:240)
Diperkirakan tahun 1942, cangget selalu ditampilkan pada setiap acara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti upacara mendirikan rumah, panen raya, dan digunakan untuk mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji.
Pada saat tari dipentaskan, orang-orang akan berkumpul menyaksikan pertunjukan
ini, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan, hal ini bertujuan selain untuk
mengikuti upacara, juga digunakan untuk berkenalan dengan sesamanya. Cangget ini biasa ditarikan oleh pemuda dan pemudi. Ketika cangget ditarikan, biasanya para orang tua memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam
membawakan tarian ini. Kegiatan seperti ini oleh masyarakat Lampung disebut
dengan nindai. Tujuannya pun tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi saat sedang menarikan cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan
Depdikbud dalam Ensiklopedi Tari Indonesia, Jakarta 1984. Cangget adalah tari tradisi Lampung yang dilakukan oleh sedikitnya 20 orang penari wanita dan 2
orang penari pria yang berpakaian adat. Seorang wanita menari di atas talam
dengan gerak tangan kenui melayang.
Cangget merupakan tari, pentas adat (gawi) pada masyarakat Lampung pepadun, yang merupakan ungkapan rasa gembira dan keagungan dari upacara adat yang
baru saja dilaksanakan. Cangget merupakan sarana pertemuan muda-mudi di balai adat sebagai wakil dari orang tua mereka yang ditempatkan sesuai kedudukan
kepenyimbangan orang tuanya (Martiara, 2012:171). Cangget secara sempit diartikan sebagai tarian wanita, namun cangget bermakna pula sebagai “pesta
adat” atau gawi. Gawi adalah sebutan untuk “kerja adat” dalam melaksanakan
perkawinan. Bersamaan dengan perkawinan, maka kedua pengantin dianggap
“naik tahta adat” menjadi golongan pemimpin, sehingga upacara perkawinan
tersebut disebut juga begawi cakak pepadun. Sebagai ungkapan kegembiraan,
maka seluruh kaum kerabat mewujudkannya dengan “menari” di sesat (balai
pertemuan adat). Akan tetapi arti kata “menari” dalam bahasa indonesia tidak
dapat di sepadankan dengan kata cangget dalam bahasa Lampung. Kata “tari”
bagi masyarakat Lampung lebih diartikan sebagai “suatu kegiatan menghibur oleh
sekelompok kaum (perempuan) untuk kaum lainnya (laki – laki), sehingga kata
“tari” bagi orang Lampung cenderung berkonotasi negatif. Inilah juga yang
menyebabkan penggunaan kata atau istilah dalam bahasa lokal dipilih sebagai
Tari cangget adalah suatu tarian khusus yang dipertunjukkan upacara adat (begawi). Tari cangget yang menjadi ciri khas masyarakat adat Pepadun Lampung ini memiliki beberapa macam, yaitu
1. Cangget Agung
Cangget Agung adalah tari yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi kepala adat (cakak pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini apabila si kepala adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung, dan setelah itu dia akan dianugrahi gelar inten, pujian, indoman atau dalom batin.
2. Cangget Bakha
Cangget Bakha adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulan purnama atau setelah selesai panen (pada saat panen raya).
3. Cangget Penganggik
Cangget penganggik adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru, yang dimaksud sebagai anggota baru adalah para
pemuda atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melakukan upacara busepei (kikir gigi).
4. Cangget Pilangan
Cangget Pilangan adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya (melepas lajang) yang akan
menikah dan pergi ke luar desa, mengikuti isteri atau suaminya.
Cangget Ulam Sambai/Nyambuk Temui adalah tarian yang dibawakan oleh pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke
daerahnya.
Walaupun Tari cangget ini terdiri dari beberapa macam, namun pada dasarnya tarian ini memiliki gerakan-gerakan yang relatif sama.
2.5.1 Gerak Dasar Cangget
Tari cangget dari hasil penyusunan ini memiliki beberapa gerak dasar pokok yang sudah manjadi gerak inti penari wanita seperti
1. Gerak Sembah (gerak memberi hormat)
Gambar 2.1 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan tegak, tidak
membungkuk, tangan ditekuk ke dalam dengan kedua telapak tangan menguncum disatukan dan
diletakkan di depan dada. Gerak ini merupakan pengungkapan rasa hormat penari terhadap tetua adat dan para tamu yang hadir.
2. Gerak ngetir
Keterangan:
Gambar 2.3 (Foto, Lina: 2014)
menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan. Kemudian, diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, sampai sejajar dengan perut.
3. Gerak Samber Melayang atau Kenui Melayang
Gambar 2.2 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan tegak, tangan
Sedangkan untuk gerak cangget penari laki-laki diantaranya:
1. Gerak sembah
Gambar 2.4 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan duduk tidak
membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk kedepan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk kebelakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan
diduduki. Sedangkan, posisi kedua telapak tangan disatukan dengan posisi menguncum dan sejajar dengan dada.
2. Gerak igel
Gambar 2.5 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Gerakan ini merupakan gerakan kaki yang digerakan bersamaan dengan gerak kenui tahang
3. Gerak kenui tahabang
Gambar 2.6 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan tegak tidak membungkuk, kedua tangan direntangkan, telapak tangan menguncum dengan ujung jari menghadap ke atas, tangan kiri sejajar dengan telinga dan tangan kanan di atas kepala, pergelangan tangan diukel berlawanan arah dengan jarum jam. Gerakan ini melambangkan kepercayaan diri yang tinggi
(Pamungkas, 2013:42)
2.5.2 Tata Rias dan Busana Cangget
Tata rias merupakan suatu cara atau metode untuk menutup muka dengan
memakai goresan yang mempunyai unsur keindahan, dan bertujuan untuk
mendapatkan bentuk karakter atau peran sesuai dengan keinginan manusia itu
sendiri (Mustika : 2009).
Busana yang dipakai penari cangget tidak jauh beda dengan tari sigekh panguten atau tari sembah, busana penari wanita diantaranya:
2. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh
jahat.
3. Gelang rui, merupakan gelang berbentuk seperti duri
4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiasan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan
serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.
5. Tapis, adalah kain tapis yang mempunyai motif-motif atau hiasan yang beragam.
6. Bebe (tutup dada), berupa kain tapis tipis yang berwarna merah jambu dan melambangkan ketulusan dan menghormati setiap makhluk hidup.
7. Bulu sertai, ikat pinggang yang terbuat dari kain bludru berwarna merah, yang memiliki unsur kebesaran dan kemewahan dari citra seseorang gadis
Lampung.
8. Tanggai, merupakan sarung kuku atau hiasan yang terdapat pada jari-jari tangan pda penari putri Lampung dan sebagian besar digunakan pada saat
upacara.
9. Kebaya panjang berwarna putih, merupakan baju kebaya berlengan panjang berwarna putih.
10. Bunga Melati, merupakan hiasan kepala wanita menyerupai bunga melati. 11. Sanggul, rambut palsu yang digunakan oleh penari wanita
12. Peneken, merupakan hiasan berupa kain berwarna merah dan berhias manik-manik menyerupai uang logam namun berwarna keemasan, yang kemudian
13. Kaos kaki berwarna putih.
14. Anting atau Giwang.
Gambar 2.7: Busana penari wanita (Foto: Hemi, 2014)
Busana yang dikenakan oleh penari pria, diantaranya;
1. Ikat pandan, merupakan kopiah yang yang terbuat dari besi berwarna kuning keemasan.
2. Tapis, tapis yang digunakan oleh penari pria lebih pendek dibandungkan dengan tapis penari wanita
3. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh
4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiaan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan
serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.
5. Celana dasar berwarna hitam dan baju kemeja putih berlengan panjang.
6. Jubah, berupa tapis penutup punggung.
7. Baju sebelah, merupakan baju berwarna putih berlengan panjang 8. Peci Lampung, merupakan peci atau penutup kepala khas lampung
Gambar 2.8 Busana penari laki-laki (Foto: Hemi,2014)
2.5.3 Musik Pengiring Tari Cangget
Peralatan musik yang diguakan untuk mengiringi tarian ini diantaranya adalah
canang lunik 8 sampai 12 buah, bende sebuah, gujeh sebuah, gong 2 buah, gendang 1 buah dan pepetuk 2 buah (Pamungkas, 2014:44)
Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga menggunakan
1. Jepana (tandu usungan), dipakai pada saat mengantar dan menjemput tamu agung, sesepuh adat atau pun putri kepala adat.
2. Tombak dan keris, dipakai pada saat igel
3. Talam emas, dipakai untuk landasan menurunkan serta menaikkan tetua adat dari jepana memasuki sesat agung atau pun sebaliknya.
4. Payung adat yang berwarna putih (lambang kesucian) dan warna kuning (lambang keagungan)
2.5.4 Tempat dan Waktu Pementasan
Tempat pementasan tari cangget biasanya digelar pada saat upacara gawi adat di Sesat atau Balai Adat Lampung. (Abdulah, 2013:241)
2.6 Nilai-Nilai Budaya Terkandung di dalam Cangget
Cangget sebagai tarian khas Lampung pepadun mengandung nilai estetika (keindahan), sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para
penarinya dan mengandung nilai kerukunan, dan kesyukuran.
Nilai kerukunan dalam fungsi tari tersebut adalah sebagai ajang berkumpul dan
berkenalan baik bagi orang tua, kaum muda, laki-laki maupun perempuan. Saat
berkumpul dan saling berkenalan antar warga dalam satu kampung atau desa
untuk merayakan suatu upacara adat, maka akan terjalin silaturahim antar sesama
dan akhirnya akan menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung atau desa
tersebut. Nilai rasa syukur dalam tarian tersebut adalah sebagai perwujudan rasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada, penelitian ini
dikatakan orisinal. Belum ada yang mencatat tentang pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe IOC di SMA Negeri I Melinting.
Konsep pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang
bertujuan untuk membantu orang belajar (Karwono, 2010:11).
Konsep tujuan pembelajaran adalah memengaruhi peserta didik agar terjadi proses
belajar. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu cara atau metode membantu
terjadinya proses belajar agar belajar menjadi efektif, efisien dan terarah pada
tujuan yang ditetapkan (Karwono, 2010:9).
Cangget adalah suatu tarian berupa gerakan-gerakan yang bebas, yang ditampilkan pada suatu upacara adat. Oleh karena itu, bagi sebagian orang
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi
pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik (Hamzah, 2007:01).
Model pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside Outside Cirlcle) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan
individu, dimana individu – individu tersebut memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dan dijadikan dalam suatu kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi dua
kelompok yang nantinya akan membentuk dua lingkaran, yaitu satu lingkaran
besar, dan satu lingkaran kecil. Kelompok dengan kemampuan yang heterogen
tersebut, diharapkan antar individu dapat saling bekerjasama untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Suprijono, 2009:96).
2.1Landasan Teori
Ensiklopedia Indonesia, teori (Yunani: Teori, pandangan, tinjau), umumnya
berarti pandangan yang gunanya untuk memberi keterangan bagi suatu hal
tertentu. Teori dalam ilmu pengetahuan berguna untuk membari keterangan bagi
gejala-gejala tertentu; tapi umumnya teori dalam ilmu pengetahuan itu berupa
sistem yang berdiri atas berbagai dalil (yang dikutip dari dunia pengalaman) dan
hipotesa-hipotesa yang keduanya berdasar pada asas tertentu. Seterusnya istilah
teori itu sering pula dipakai sebagai lawan terhadap pengertian praktek atau
Teori merupakan prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa
tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan dari
proposisi-proposisi. Teori tersusun secara kausalitas atas fakta, fariabel atau konsep, dan
proposisi. Fungsi teori dalam konteks belajar adalah:
a. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar.
b. Memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran.
c. Mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Mengkaji kejadiaan belajar dalam diri seseorang.
e. Mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.
Fungsi teori belajar adalah sebagai pisau analisis berbagai fakta dan fenomena
belajar (Suprijono, 2013:15).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran model
Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC).
Teori pembelajaran digunakan untuk mengungkap proses dalam pembelajaran tari
cangget di SMA Negeri I Melinting. Teori Pembelajaran dipandang sangat tepat untuk melihat proses pembelajaran setiap pertemuan selama melakukan
penelitian.
Dilihat dari fungsi tari cangget sebagai tari yang dianggap sakral atau disakralkan, yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan adat. Seperti fungsinya yang
disakralkan, didalamnya tersirat makna pedoman masyarakat Lampung, yaitu
2.2Makna Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, atau perbuatan mempelajari (Suprijono,
2013:13)
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Gagne, Briggs, dan Wagner, mengutarakan pengertian pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada peserta didik (Karwono, Mularsih, 2010:11)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pembelajaran merupakan serangkaian
proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar,
yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.
2.3 Makna Model Pembelajaran
Menurut Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa model pembelajaran
merupakan setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu (Hamzah, 2007:01)
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu kepada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk untuk mencapai tujuan belajar.
(Suprijono, 2013:46).
Berdasarkan pengertian model pembelajaran di atas, model pembelajaan
merupakan unsur yang penting untuk menjalankan kegiatan belajar siswa di
sekolah. Dengan adanya penerapan model pembelajaran yang baik di sekolah,
akan mempermudah guru untuk mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini, seorang
guru arus mampu memahami kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran
yang akan diterapkan. Selain itu, guru harus mampu memilih model mengajar
serta mampu menelaah ciri – ciri model yang dianggap baik dalam penerapan
proses belajar mengajar di sekolah.
2.3.1 Cooperative Learning Type Inside Outside Circle (IOC)
Roger, dkk pada tahun 1992, menyatakan bahwa pembelajaran kooperaif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial
diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar
harus bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. (Huda, 2011:29)
Cooperative Learning type IOC (Inside Oudside Circle) merupakan sebuah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). IOC
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah strukturnya yang jelas dan
teratur. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model IOC juga dapat digunakan
untuk semua tingkatan kelas.
Metode pembelajaran kooperatif IOC terdiri dari beberapa komponen, yaitu
sebagai berikut :
1. Separuh kelas atau seperempat kelas (jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil, kemudian mereka berdiri melingkar dan menghadap
keluar. Separuh kelas lagi membentuk lingkaran besar, kemudian mereka berdiri
berhadap ke dalam. Pola bentukan dari kedua lingkaran ini adalah: siswa-siswa
dalam lingkaran kecil akan berada di dalam lingkaran siswa siswa yang
membentuk lingkaran besar, sehingga setiap siswa dalam lingkaran kecil nantinya
akan berhadapan dengan siswa yang berada di lingkaran besar. Kemudian
masing-masing akan menjadi pasangan.
2. Misalnya, anggap saja dalam satu ruangan kelas terdapat 24 siswa. Siswa 1-12
membentuk lingkaran dalam, sedangkan 13-24 membentuk lingkaran luar. Siswa
1 akan berhadapan dengan siswa 13, siswa 2 akan berhadapan dengan siswa 14,
siswa 3 akan berhadapan dengan siswa 15, begitu seterusnya dalam bentuk
lingkaran.
3. Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu. Kelompok
ini disebut kelompok pasangan asal. Sebaliknya, tugas yang diberikan pasangan
asal itu sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran yang telah dirumuskan.
Berikan waktu secukupnya kepada tiap-tiap pasangan untuk berdiskusi.
4. Kemudian siswa yang berada dilingkaran kecil diam di tempat, sementara
jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing mendapatkan pasangan yang baru
untuk berbagi informasi lagi. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan informasi
berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya. Pergerakan
dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal
bertemu kembali.
5. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan
sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar.
6. Di penghujung pertemuan, untuk mengakhiri pelajaran dengan metode inside outside circle guru dapat memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Inside Oudside Circle (IOC)
Fase Penjelasan
1. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi.
2. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru membentuk kelompok, dengan membuat siswa menjadi 2 kelompok yang nantinya akan membentuk lingkaran untuk menentukan pasangan dalam kelompok.
3. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru memberikan bimbingan seperlunya kepada masing-masing kelompok dan mengawasi jalannya diskusi. 4. Membimbing hasil
diskusi
Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengutarakan hasil diskusi
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa.
2.4 Pengertian Tari
Tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai, berirama sebagai ungkapan
jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan gerak,
ketepatan irama, dan ekspresi. Unsur yang terdapat didalam tari juga dikenal
sebagai wiraga (tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud). Keempat unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk
harmoni.
1. Wiraga (tubuh), yaitu gerak kaki sampai kepala yang merupakan media pokok gerak tari. Gerak tari dirangkai sesuai dengan bentuk yang tepat misalnya
seberapa jauh badan merendah tangan merentang, kaki diangkat atau ditekuk dan
seterusnya.
2. Wirama (tempo/irama), atau suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis. Seberapa lamanya rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan
perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama. Irama ini biasanya dari alat
musik yang mengiringi.
3. Wirasa (penghayatan), merupakan tingkat penghayatan dan penjiwaan dalam tarian, perasaan yang diekspresikan lewat raut wajah dan gerak. Keseluruhan
gerak tersebut menjelaskan jiwa dan emosi tarian seperti, sedih, gembira, tegas,
marah, dll.
4. Wirupa (wujud), memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui warna, busana, dan rias yang disesuaikan dengan peranannya (Mustika, 2012:22)
2.5 Cangget
Masyarakat suku Lampung terdiri atas dua kelompok masyarakat adat yaitu,
Masyarakat Lampung pepadun adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal
dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan
menyebar ke utara timur dan tengah provinsi ini. Masyarakat Lampung Sebatin
adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai
selatan Lampung. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka
menumbuhkembangkan seni tari yang berfungsi sebagai hiburan juga sebagai
penanda jati diri. Satu diantara beragam kesenian yang ditumbuhkembangkan oleh
masyarakat Lampung adalah tari cangget. Cangget merupakan tari adat masyarakat adat Lampung pepadun. (Abdulah, 2013:240)
Diperkirakan tahun 1942, cangget selalu ditampilkan pada setiap acara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti upacara mendirikan rumah, panen raya, dan digunakan untuk mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji.
Pada saat tari dipentaskan, orang-orang akan berkumpul menyaksikan pertunjukan
ini, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan, hal ini bertujuan selain untuk
mengikuti upacara, juga digunakan untuk berkenalan dengan sesamanya. Cangget ini biasa ditarikan oleh pemuda dan pemudi. Ketika cangget ditarikan, biasanya para orang tua memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam
membawakan tarian ini. Kegiatan seperti ini oleh masyarakat Lampung disebut
dengan nindai. Tujuannya pun tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi saat sedang menarikan cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan
Depdikbud dalam Ensiklopedi Tari Indonesia, Jakarta 1984. Cangget adalah tari tradisi Lampung yang dilakukan oleh sedikitnya 20 orang penari wanita dan 2
orang penari pria yang berpakaian adat. Seorang wanita menari di atas talam
dengan gerak tangan kenui melayang.
Cangget merupakan tari, pentas adat (gawi) pada masyarakat Lampung pepadun, yang merupakan ungkapan rasa gembira dan keagungan dari upacara adat yang
baru saja dilaksanakan. Cangget merupakan sarana pertemuan muda-mudi di balai adat sebagai wakil dari orang tua mereka yang ditempatkan sesuai kedudukan
kepenyimbangan orang tuanya (Martiara, 2012:171). Cangget secara sempit diartikan sebagai tarian wanita, namun cangget bermakna pula sebagai “pesta
adat” atau gawi. Gawi adalah sebutan untuk “kerja adat” dalam melaksanakan
perkawinan. Bersamaan dengan perkawinan, maka kedua pengantin dianggap
“naik tahta adat” menjadi golongan pemimpin, sehingga upacara perkawinan
tersebut disebut juga begawi cakak pepadun. Sebagai ungkapan kegembiraan,
maka seluruh kaum kerabat mewujudkannya dengan “menari” di sesat (balai
pertemuan adat). Akan tetapi arti kata “menari” dalam bahasa indonesia tidak
dapat di sepadankan dengan kata cangget dalam bahasa Lampung. Kata “tari”
bagi masyarakat Lampung lebih diartikan sebagai “suatu kegiatan menghibur oleh
sekelompok kaum (perempuan) untuk kaum lainnya (laki – laki), sehingga kata
“tari” bagi orang Lampung cenderung berkonotasi negatif. Inilah juga yang
menyebabkan penggunaan kata atau istilah dalam bahasa lokal dipilih sebagai
Tari cangget adalah suatu tarian khusus yang dipertunjukkan upacara adat (begawi). Tari cangget yang menjadi ciri khas masyarakat adat Pepadun Lampung ini memiliki beberapa macam, yaitu
1. Cangget Agung
Cangget Agung adalah tari yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi kepala adat (cakak pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini apabila si kepala adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung, dan setelah itu dia akan dianugrahi gelar inten, pujian, indoman atau dalom batin.
2. Cangget Bakha
Cangget Bakha adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulan purnama atau setelah selesai panen (pada saat panen raya).
3. Cangget Penganggik
Cangget penganggik adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru, yang dimaksud sebagai anggota baru adalah para
pemuda atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melakukan upacara busepei (kikir gigi).
4. Cangget Pilangan
Cangget Pilangan adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya (melepas lajang) yang akan
menikah dan pergi ke luar desa, mengikuti isteri atau suaminya.
Cangget Ulam Sambai/Nyambuk Temui adalah tarian yang dibawakan oleh pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke
daerahnya.
Walaupun Tari cangget ini terdiri dari beberapa macam, namun pada dasarnya tarian ini memiliki gerakan-gerakan yang relatif sama.
2.5.1 Gerak Dasar Cangget
Tari cangget dari hasil penyusunan ini memiliki beberapa gerak dasar pokok yang sudah manjadi gerak inti penari wanita seperti
1. Gerak Sembah (gerak memberi hormat)
Gambar 2.1 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan tegak, tidak
membungkuk, tangan ditekuk ke dalam dengan kedua telapak tangan menguncum disatukan dan
diletakkan di depan dada. Gerak ini merupakan pengungkapan rasa hormat penari terhadap tetua adat dan para tamu yang hadir.
2. Gerak ngetir
Keterangan:
Gambar 2.3 (Foto, Lina: 2014)
menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan. Kemudian, diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, sampai sejajar dengan perut.
3. Gerak Samber Melayang atau Kenui Melayang
Gambar 2.2 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan tegak, tangan
Sedangkan untuk gerak cangget penari laki-laki diantaranya:
1. Gerak sembah
Gambar 2.4 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan duduk tidak
membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk kedepan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk kebelakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan
diduduki. Sedangkan, posisi kedua telapak tangan disatukan dengan posisi menguncum dan sejajar dengan dada.
2. Gerak igel
Gambar 2.5 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Gerakan ini merupakan gerakan kaki yang digerakan bersamaan dengan gerak kenui tahang
3. Gerak kenui tahabang
Gambar 2.6 (Foto, Lina: 2014)
Keterangan:
Posisi badan tegak tidak membungkuk, kedua tangan direntangkan, telapak tangan menguncum dengan ujung jari menghadap ke atas, tangan kiri sejajar dengan telinga dan tangan kanan di atas kepala, pergelangan tangan diukel berlawanan arah dengan jarum jam. Gerakan ini melambangkan kepercayaan diri yang tinggi
(Pamungkas, 2013:42)
2.5.2 Tata Rias dan Busana Cangget
Tata rias merupakan suatu cara atau metode untuk menutup muka dengan
memakai goresan yang mempunyai unsur keindahan, dan bertujuan untuk
mendapatkan bentuk karakter atau peran sesuai dengan keinginan manusia itu
sendiri (Mustika : 2009).
Busana yang dipakai penari cangget tidak jauh beda dengan tari sigekh panguten atau tari sembah, busana penari wanita diantaranya:
2. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh
jahat.
3. Gelang rui, merupakan gelang berbentuk seperti duri
4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiasan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan
serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.
5. Tapis, adalah kain tapis yang mempunyai motif-motif atau hiasan yang beragam.
6. Bebe (tutup dada), berupa kain tapis tipis yang berwarna merah jambu dan melambangkan ketulusan dan menghormati setiap makhluk hidup.
7. Bulu sertai, ikat pinggang yang terbuat dari kain bludru berwarna merah, yang memiliki unsur kebesaran dan kemewahan dari citra seseorang gadis
Lampung.
8. Tanggai, merupakan sarung kuku atau hiasan yang terdapat pada jari-jari tangan pda penari putri Lampung dan sebagian besar digunakan pada saat
upacara.
9. Kebaya panjang berwarna putih, merupakan baju kebaya berlengan panjang berwarna putih.
10. Bunga Melati, merupakan hiasan kepala wanita menyerupai bunga melati. 11. Sanggul, rambut palsu yang digunakan oleh penari wanita
12. Peneken, merupakan hiasan berupa kain berwarna merah dan berhias manik-manik menyerupai uang logam namun berwarna keemasan, yang kemudian
13. Kaos kaki berwarna putih.
14. Anting atau Giwang.
Gambar 2.7: Busana penari wanita (Foto: Hemi, 2014)
Busana yang dikenakan oleh penari pria, diantaranya;
1. Ikat pandan, merupakan kopiah yang yang terbuat dari besi berwarna kuning keemasan.
2. Tapis, tapis yang digunakan oleh penari pria lebih pendek dibandungkan dengan tapis penari wanita
3. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh
4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiaan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan
serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.
5. Celana dasar berwarna hitam dan baju kemeja putih berlengan panjang.
6. Jubah, berupa tapis penutup punggung.
7. Baju sebelah, merupakan baju berwarna putih berlengan panjang 8. Peci Lampung, merupakan peci atau penutup kepala khas lampung
Gambar 2.8 Busana penari laki-laki (Foto: Hemi,2014)
2.5.3 Musik Pengiring Tari Cangget
Peralatan musik yang diguakan untuk mengiringi tarian ini diantaranya adalah
canang lunik 8 sampai 12 buah, bende sebuah, gujeh sebuah, gong 2 buah, gendang 1 buah dan pepetuk 2 buah (Pamungkas, 2014:44)
Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga menggunakan
1. Jepana (tandu usungan), dipakai pada saat mengantar dan menjemput tamu agung, sesepuh adat atau pun putri kepala adat.
2. Tombak dan keris, dipakai pada saat igel
3. Talam emas, dipakai untuk landasan menurunkan serta menaikkan tetua adat dari jepana memasuki sesat agung atau pun sebaliknya.
4. Payung adat yang berwarna putih (lambang kesucian) dan warna kuning (lambang keagungan)
2.5.4 Tempat dan Waktu Pementasan
Tempat pementasan tari cangget biasanya digelar pada saat upacara gawi adat di Sesat atau Balai Adat Lampung. (Abdulah, 2013:241)
2.6 Nilai-Nilai Budaya Terkandung di dalam Cangget
Cangget sebagai tarian khas Lampung pepadun mengandung nilai estetika (keindahan), sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para
penarinya dan mengandung nilai kerukunan, dan kesyukuran.
Nilai kerukunan dalam fungsi tari tersebut adalah sebagai ajang berkumpul dan
berkenalan baik bagi orang tua, kaum muda, laki-laki maupun perempuan. Saat
berkumpul dan saling berkenalan antar warga dalam satu kampung atau desa
untuk merayakan suatu upacara adat, maka akan terjalin silaturahim antar sesama
dan akhirnya akan menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung atau desa
tersebut. Nilai rasa syukur dalam tarian tersebut adalah sebagai perwujudan rasa
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan
terhadap subyek penelitian pada suatu saat tertentu. Kata deskriptif berasal dari bahasa latin “descriptivus” yang berarti uraian. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subyek
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subyek
penelitian dan perilaku subyek penelitian pada suatu periode tertentu. Penelitian
ini mendiskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2013:10).
Deskriptif kualitatif di dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan
proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Inside Outside Circle (IOC) pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting. Selain itu, deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan