PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TRIGONOMETRI BERBASIS PBL
BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIS MAHASISWA S1
PENDIDIKAN MATEMATIKA UISU
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: MAYASARI NIM: 8146172043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji dan syukur penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Trigonometri Berbasis PBL Berbantuan Software GeoGebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika UISU”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulisan tesis ini sampai dengan selesai. 2. Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd serta Dr.
Izwita Dewi, M.Pd selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., dan Dr.Mulyono, S.Si, M.Si selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manulang, M.Si selaku staff Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan, nasihat serta semangat yang sangat berhrga bagi penulis.
4. Direktur, Asisten Direktur beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.
iv
6. Kedua Orang tua saya tercinta Ayahanda Samardi, dan Ibunda Sumarti, yang senantiasa mendo’akan penulis serta memberikan support yang luar biasa, motivasi dan dorongan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
7. Suamiku tercinta Ipan Witarsa yang senantiasa memberikan do’a , dukungan dan motivasinya.
8. Abang, kakak tersayang penulis, terutama abang aten, bg andri dan kak uli selalu memberikan dukungannya, semangat, motivasi dan dorongan moral dan material kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 9. Rekan-rekan tercinta khusunya Ibu Lilis, Ibu Ika, Kak Ita, Kak Efri, Bang
Tuani, Bang Nadran, Minda, Lia, Nova, Dahlia yang menjadi tempat bertanya disela-sela penyusunan tesis ini. Serta Keluarga besar Dikmat B-1 stambuk 2014 yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studinya.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat member inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.
Penulis
v
2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika... 19
2.1.1 Belajar Matematika... 19
2.1.2 Pembelajaran Matematika ... 21
2.2 Bahan Ajar ... 23
2.2.1 Pengertian Bahan Ajar ... 23
2.2.2 Jenis Bahan Ajar ... 24
2.2.3 Karakteristik Bahan Ajar ... 27
2.2.4 Manfaat Penyusunan Bahan Ajar ... 28
2.2.5 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ... 29
2.2.6 Lembar Kerja Mahasiswa ... 31
2.2.7 Kualitas Bahan Ajar ... 37
2.2.8 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 40
2.3 Problem Based Learning (PBL) ... 43
2.3.1 Definisi Problem Based Learning ... 43
2.3.2 Karakteristik Model Problem Based Learning ... 45
2.3.3 Langkah Problem Based Learning ... 46
2.6.1 Masalah dan Pemecahan Masalah... 58
2.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 62
2.6.3 Indikator Pemecahan Masalah Matematis ... 65
vi
3.4 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ... 94
3.4.1 Tahap Pendefinisian (Define) ... 96
3.4.2 Tahap Perancangan (Design) ... 98
3.4.3 Tahap Pengembangan (Develop)... 99
3.4.4 Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 100
3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 102
3.6 Teknik Analisis Data ... 107
3.6.1 Analisis Data untuk Menghitung Validitas dan Reliabilitas ... 107
3.6.2 Analisis Data untuk Efektivitas Bahan Ajar...110
3.6.3 Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...114
3.6.4 Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis . 114
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 115
4.1 Hasil Penelitian ... 115
4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Bahan Ajar ... 115
4.1.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisi (Define)... 116
4.1.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 121
4.1.1.3 Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ... 126
4.1.1.3 Deskripsi Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 187
4.1.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Menggunakan Bahan Ajar BP-BSG yang dikembangkan ... 187
4.1.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Menggunakan Bahan Ajar BP-BSG yang dikembangkan ... 189
4.2 Pembahasan Penelitian ... 192
4.2.1 Validitas Bahan Ajar Trigonometri BP-BSG dikembangkan ... 192
4.2.2 Efektivitas Bahan Ajar Trigonometri BP-BSG dikembangkan .. 194
4.2.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis Menggunakan Bahan Ajar Trigonometri BP-BSG dikembangkan ... 197
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 200
5.1 Kesimpulan ... 200
5.2 Saran ... 201
viii
DAFTAR TABEL
2.1 Langkah Model Problem Based Learning ... 46
3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 106
3.2 Kisi-Kisi tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 107
3.3 Interprestasi Rerata Skor ... 109
3.4 Interprestasi Koefisien Validitas Butir Soal dan Realibilitas ... 110
3.5 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif ... 111
3.6 Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Mahasiswa ... 113
4.1 Hasil Validasi Satuan Acara Perkuliahan/SAP ... 127
4.2 Hasil Validasi Buku Mahasiswa/BM ... 130
4.3 Hasil Validasi Lembar Kegiatan Mahasiswa ... 133
4.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis ... 135
4.5 Validitas Butir Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 136
4.6 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 136
4.7 Rata-Rata Skor Kemampuan Memahami Masalah Pada Uji Coba I ... 139
4.8 Rata-Rata Skor Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah Uji Coba I ... 141
4.9 Rata-Rata Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah Uji Coba I ... 142
4.10 Rata-Rata Skor Kemampuan Mengevaluasi Kembali Uji Coba I ... 144
4.11 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba I ... 146
4.12 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Hasil Posttest uji coba I... 146
4.13 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Uji Coba I... 147
4.14 Rata-Rata Skor Indikator Kelancaran Pada Uji Coba I ... 149
4.15 Rata-Rata Skor Indikator Fleksibel Pada Uji Coba I ... 150
4.16 Rata-Rata Skor Indikator Originality Pada Uji Coba I ... 151
4.17 Rata-Rata Skor Indikator Elaborasi Uji Coba I ... 152
4.18 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Uji Coba I ... 153
4.19 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 154
4.20 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Uji Coba I ... 155
4.21 Rata-Rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Mahasiswa Uji Coba I ... 157
4.22 Hasil Analisis Respon Mahasiswa Uji Coba I ... 159
4.23 Revisi SAP... 162
4.24 Revisi Buku Mahasiswa ... 162
ix
4.26 Rata-Rata Skor Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah
Uji Coba II ... 166
4.27 Rata-Rata Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah Uji Coba II ... 168
4.28 Rata-Rata Skor Kemampuan Mengevaluasi Kembali Uji Coba II ... 170
4.29 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba II ... 171
4.30 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Hasil Posttest uji coba II ... 172
4.31 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Uji Coba II ... 173
4.32 Rata-Rata Skor Indikator Kelancaran Pada Uji Coba II ... 175
4.33 Rata-Rata Skor Indikator Fleksibel Pada Uji Coba II ... 175
4.34 Rata-Rata Skor Indikator Originality Pada Uji Coba II ... 176
4.35 Rata-Rata Skor Indikator Elaborasi Uji Coba II ... 177
4.36 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba II ... 178
4.37 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Hasil Posttest Uji Coba II ... 179
4.38 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Uji Coba I ... 180
4.39 Rata-Rata Representasi Waktu Ideal Aktivitas Mahasiswa Uji Coba II ... 182
4.40 Hasil Analisa Respon Mahasiswa Uji Coba II ... 184
4.41 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba II ... 187
4.42 Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Untuk Setiap Indikator ... 188
4.43 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis mahasiswa ... 190
4.44 Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Untuk Setiap Indikator ... 191
x
3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 95
3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Trigonometri Berbasis PBL Berbantuan Software Geogebra ... 101
4.1 Peta Konsep Trigonometri ... 118
4.2 Skor Indikator Kemampuan Memahami Masalah Pada Uji Coba I ... 140
4.3 Skor Indikator Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Uji Coba I... 142
4.4 Skor Indikator Kemampuan Menyelesaikan Masalah Pada Uji Coba I ... 144
4.5 Skor Indikator Kemampuan Mengevaluasi Kembali Pada Uji Coba I ... 145
4.6 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Hasil Posttest Uji Coba I... 147
4.7 Pesentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa pada Uji Coba I ... 148
4.8 Tingkat Kemampuan Kelancaran Hasil Posttest Uji Coba I ... 150
4.9 Tingkat Kemampuan Fleksibel Hasil Posttest Uji Coba I ... 151
4.10 Tingkat Kemampuan Originality Hasil Posttest Uji Coba I ... 152
4.11 Tingkat Kemampuan Elaborasi Hasil Posttest Uji Coba I ... 153
4.12 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ... 154
4.13 Pesentase Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa pada Uji Coba I ... 155
4.14 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Mahasiswa Uji Coba I ... 157
4.15 Skor Indikator Kemampuan Memahami Masalah Pada Uji Coba II... 166
4.16 Skor Indikator Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Uji Coba II ... 167
4.17 Skor Indikator Kemampuan Menyelesaikan Masalah Pada Uji Coba II ... 169
4.18 Skor Indikator Kemampuan Mengevaluasi Kembali Pada Uji Coba II ... 171
4.19 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ... 173
4.20 Pesentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa pada Uji Coba II... 174
4.21 Tingkat Kemampuan Kelancaran Hasil Posttest Uji Coba II ... 175
4.22 Tingkat Kemampuan Fleksibel Hasil Posttest Uji Coba II ... 176
xi
4.24 Tingkat Kemampuan Elaborasi Hasil Posttest Uji Coba II ... 178 4.25 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Hasil Posttest
Uji Coba II ... 180 4.26 Pesentase Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa
pada Uji Coba II... 181 4.27 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Mahasiswa Uji Coba II ... 182 4.28 Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
untuk Setiap Indikator... 189 4.29 Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Untuk Setiap
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika di perguruan tinggi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan
masalah dan kemandirian mahasiswa. Hal ini sesuai pendapat Anshar (2000),
pembelajaran matematika di perguruan tinggi perlu diberi penekanan pada aspek:
pemahaman konsep dengan baik dan benar, kekuatan bernalar matematika,
keterampilan dalam teknik dan metode dalam matematika, dan kemampuan
belajar mandiri. Martono (1999) menjelaskan tujuan pembelajaran matematika di
perguruan tinggi untuk memperoleh pengetahuan dasar dan pola pikir matematika,
dalam bentuk: (1) tertatanya pola pikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematik,
(2) terlatihnya daya nalar dan kreativitas setelah mempelajari berbagai strategi dan
taktik dalam pemecahan masalah kalkulus, (3) terlatih dalam merancang model
matematika sederhana, (4) terampil dalam teknik matematika yang baku dengan
didukung oleh konsep, penalaran, rumus, dan metode yang benar.
Mengingat pentingnya pendidikan matematika diperguruan tinggi, Namun
pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal ini
didukung oleh hasil survei World Competitiveness Year Book dimana Indonesia
berada pada tingkat 37 dari 60 negara (IMD_WCY, 2014:3). Sementara itu fakta
lain yang didapat dari The Third International Mathematics Science Study,
melaporkan bahwa persaingan Indonesia terhadap hasil belajar science dan
matematika sangat memprihatinkan. Prestasi peserta dalam matematika tidak
2
dari TIMSS-R-2011 dimana Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara
dengan nilai 386 (IEA, 2012:56). Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat
dari hasil studi yang dilakukan PISA (Programme For International Student
Assessment, dimana hasil studi PISA tahun 2012 Indonesia berada di peringkat
ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 375, sedangkan skor rata-rata
international 500 (OECD, 2014:5).
Rendahnya kualitas pendidikan seperti yang telah disebutkan di atas harus
diperbaiki, karena matematika adalah ilmu dasar yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, suatu bangsa yang ingin dapat menguasai IPTEK dengan
baik perlu mempersiapkan tenaga-tenaga yang memiliki pengetahuan matematika
yang cukup. Oleh karena itu maka matematika di sekolah harus mampu
mengupayakan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar,
mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan
pemecahan masalah. Semua permasalahan tersebut tidak akan terjadi apabila
kualitas dari guru sendiri sudah layak. Kelayakan seorang guru, bersumber dari
ilmu yang didapatnya ketika diperguruan tinggi.
Salah satu mata kuliah diperguruan tinggi yang paling dasar adalah mata
kuliah trigonometri. Trigonometri merupakan mata kuliah keilmuan dan
ketrampilan yang harus dipelajari dengan total 2 SKS oleh mahasiswa program
studi pendidikan matematika. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah matematika
tingkat dasar pertama perguruan tinggi yang perlu dikuasai oleh setiap mahasiswa
Fakultas KIP, MIPA dan Fakultas Teknik. Pembelajaran trigonometri selama ini
masih di dominasi oleh dosen dalam menjelaskan materi dan mahasiswa lebih
3
telah disajikan. Akibatnya pemahaman mahasiswa terhadap pemecahan masalah
matematis dan berpikir kreatif matematis pada trigonometri lemah.
Berdasarkan hasil penelitian awal peneliti dengan mengajukan soal uraian
yang mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis
materi trigonometri pada mahasiswa FKIP Matematika semester II, ternyata
kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis mahasiswa masih
rendah, mahasiswa kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal. Salah
satu persoalan kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajukan kepada
mahasiswa yaitu:
Pada segitiga ABC diketahui panjang jarak antara titik A dan titik B adalah 6 cm, panjang jarak antara titik B dan C adalah 8 cm, dan panjang antara titik A dan C adalah 7 cm. Titik P terletak pada perpanjang jarak antara titik B dan C sedemikian sehingga panjang CP samadengan setengah panjang BC. Hitunglah panjang jarak antara titik A ke titik P dengan berbagai cara?
Adapun hasil jawaban mahasiswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan dapat dilihat pada gambar 1.1:
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 1.1: Hasil Jawaban Mahasiswa
Hasil di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis
mahasiswa masih rendah. Hal ini terlihat dari indikator berpikir kreatif matematis,
adapun indikator dari berpikir kreatif matematis yaitu kelancaran, berpikir luwes,
4
terlihat dengan jelas bahwa mahasiswa belum mampu berpikir lancar dan luwes
memahami maksud soal. Seharusnya mahasiswa menuliskan apa yang diketahui
dan ditanya dari soal guna mempermudah untuk mengerjakan soal tersebut.
Mahasiswa belum mampu membuat gambar dari persoalan tersebut
(elaboration).
Contoh ini merupakan salah satu soal yang diujikan kepada 24 mahasiswa
yang hadir pada saat tes berlangsung dan tidak ada mahasiswa yang menjawab
benar. Berikut persentase tiap indikator berpikir kreatif berdasarkan hasil jawaban
mahasiswa. Untuk indikator kelancaran rata-rata mahasiswa mencapai 27,5%.
Untuk indikator fleksibel/keluwesan rata-rata mahasiswa mencapai 28,75%.
Sedangkan untuk indikator keaslian mencapai 30,0%. Dan untuk indikator
elaborasi rata-rata mahasiswa hanya mencapai 1,25%. Dengan demikian
disimpulkan bahwa mahasiswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis.
Selain berpikir kreatif matematis, ada hal lain yang juga penting dimiliki
mahasiswa dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut berkaitan dengan
kemampuan pemecahan masalah. Berikut persoalan kemampuan pemecahan
masalah matematis yang diajukan kepada mahasiswa yaitu:
Diketahui segitiga OAB. Titik C pada garis AB dan titik D pada garis OB. Titik T perpotongan OC dan AD sedemikian sehingga AC : CB = 2 : 1 dan OD : DB = 1 : 3. Uraikanlah berbagai cara yang kalian ketahui, untuk mencari perbandingan antara jarak yang belum diketahui.
5
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 1.2: Hasil jawaban mahasiswa 1
Hasil di atas menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis mahasiswa masih rendah. Hal ini terlihat dari indikator pemecahan
masalah matematis, pada proses penyelesaian masalah mahasiswa tersebut terlihat
dengan jelas bahwa mahasiswa sudah mampu menuliskan apa yang diketahui dan
ditanya dari soal guna mempermudah untuk mengerjakan soal tersebut, tetapi
mahasiswa belum mampu membuat gambar dari persoalan tersebut. Mahasiswa
tersebut belum memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan mengembangkan
gagasan/ide yang baru guna menghasilkan alternatif cara menyelesaikan masalah
soal. Hal ini terbukti dari salahnya mahasiswa memilih cara untuk memecahkan
soal tersebut. Mahasiswa tidak memeriksa kembali proses hasil pemecahan
masalah sehingga simpulan yang dihasilkan juga salah.
Contoh ini merupakan salah satu soal yang diujikan kepada 24 mahasiswa
yang hadir pada saat tes berlangsung dan tidak ada mahasiswa yang menjawab
benar. Berikut persentase tiap indikator pemecahan masalah matematis
berdasarkan hasil jawaban mahasiswa. Untuk indikator memahami masalah
rata-rata mahasiswa mencapai 50,0%. Untuk indikator merencanakan penyelesaian
rata-rata mahasiswa mencapai 34,38%. Sedangkan untuk indikator menyelesaikan
masalah mencapai 14,58%. Dan untuk indikator mengevaluasi rata-rata
6
mahasiswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis.
Kedua soal tersebut merupakan soal yang diujikan ke mahasiswa yang
hadir pada saat tes berlangsung, tidak ada satupun mahasiswa yang menjawab
benar dari kedua soal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir
kreatif dan pemecahan masalah matematis mahasiswa masih sangat rendah.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan pemecahan
masalah matematis diatas menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman mahasiswa
terhadap materi ajar sehingga tidak bisa menghasilkan alternatif penyelesaian
untuk memecahkan masalah.
Hal ini dapat disebabkan dari faktor desain bahan pembelajaran yang
dirancang atau bahkan penerapan dosen belum relevan terhadap tujuan
pembelajaran. Jika kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan mahasiswa semakin
tidak mengerti matematika mengingat mereka (mahasiswa) adalah calon pendidik.
Menurut Wahyudi (2010) “kualitas pendidikan ditentukan oleh berbagai
faktor dominan antara lain; guru, kepemimpinan kepala sekolah, sarana dan
perasarana sekolah termasuk kelengkapan buku, media/alat pembelajaran,
perpustakaan sekolah, tanpa terkecuali kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik”. Dari pendapat Wahyudi salah satu komponen yang sangat penting
dalam kualitas pendidikan adalah bahan ajar.
Kualitas bahan ajar yang digunakan juga menentukan kualitas
pembelajaran. Bahan ajar yang berkualitas adalah bahan ajar yang memenuhi
kriteria valid, praktis dan efektif. Dari pernyataan Akker (dalam Rochmad, 2012)
7
kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness). Sehingga dapat
dinyatakan bahwa bahan ajar yang berkualitas adalah yang memenuhi ketiga
aspek tersebut.
Terkait bahan ajar, menurut Trianto (2011) “bahan ajar yang diperlukan
dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Satuan Acara
Perkuliahan (SAP), Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), Instrumen Evaluasi, media
pembelajaran serta buku ajar mahasiswa”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar meliputi sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa bahan ajar yang lazim
didengar adalah silabus, SAP, LKM, bahan ajar dan alat evaluasi. Berdasarkan
analisis yang peneliti lakukan terhadap bahan ajar yang digunakan di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera Utara (FKIP UISU),
terdapat beberapa kelemahan pada bahan ajar. Mulai dari SAP, buku mahasiswa,
LKM dan juga media yang digunakan.
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) sangat menentukan tercapainya
pembelajaran yang diharapkan. Dengan perancanaan yang baik, maka hasil yang
diperoleh juga maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis terhadap
SAP yang ada di FKIP Matematika UISU masih terdapat beberapa kekurangan,
diantaranya: (1) SAP yang digunakan dosen bukan hasil rancangan sendiri dan
masih bersifat umum, sehingga kurang sesuai dengan kemampuan matematis yang
menjadi tujuan penelitian. Hal tersebut sejalan dalam Suprianto (2013)
mengemukakan dalam penelitiannya terkait bahan ajar dimana guru kurang
mampu atau kesulitan dalam membuat dan mengembangkan serta menerapkan
8
mahasiswa dalam mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya. Dengan kata lain,
kegiatan pembelajaran masih berpusat pada dosen. (3) Kriteria peniaian baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik masih sangat minim dan tidak adanya
rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar mahasiswa. (4) SAP yang dipakai
tidak mengarah pada kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif
matematis. Adapun SAP yang digunakan dosen dapat dilihat pada gambar 1.3
berikut:
Gambar 1.3 SAP Trigonometri semester II
Pada gambar 1.3 di atas, sintaks pembelajaran kurang jelas terlihat. Hal ini
terlihat dari metode pembelajaran yang digunakan dalam SAP masih pada
kegiatan rutin untuk semua materi seperti ceramah, tanya jawab, diskusi dan
penugasan. Berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematisnya tidak
diperlihatkan, melainkan diberikan langsung oleh dosennya. Pengetahuan yang
sampai kepada mahasiswa hanya berupa rumus dan contoh soal, sehingga ketika
diberi soal yang dimodifikasi, mahasiswa cenderung tidak mampu
9
akhirnya mahasiswa tidak punya keinginan yang kuat dalam menyelesaikan
masalah. Hal ini terlihat bahwa tidak mudah untuk mentransfer pengetahuan dari
dosen ke mahasiswanya.
Kelemahan selanjutnya terkait dengan buku teks sebagai salah satu bahan
ajar yang digunakan. Kesesuaian antara buku teks dengan model pembelajaran
yang digunakan akan lebih meningkatkan efektivitas pembelajaran yang
dilakukan dosen. Pengembangan buku ajar yang baik menurut akbar (2013:34)
meliputi (1) akurasi; (2) relevan; (3) komunikatif; (4) lengkap dan sistematis; (5)
berorientasi pada student centered; (6) berpihak pada ideology bangsa dan
Negara; (7) kaidah bahasa benar dan istilah serta struktur kalimat tepat; dan (8)
terbaca, buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan
struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.
Buku ajar yang digunakan di FKIP Matematika UISU masih memiliki
beberapa kelemahan, antara lain: buku mahasiswa yang digunakan masih bersifat
struktural dan kurang melibatkan mahasiswa secara aktif dari materi yang
dipelajari. Sehingga mahasiswa hanya hafal definisi dan rumus pada saat
pembelajaran saja yang menyebabkan lupa dalam penggunaannya. Ketika di beri
tes terkait materi yang telah berlalu, maka mahasiswa banyak yang lupa dan
kebingungan sewaktu mengerjakannya. Hal ini menunjukkan bahwa buku teks
tersebut kurang mampu menggiring mahasiswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
Di dalam proses belajar mengajar Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM)
juga tidak kalah penting diperhatikan.Walaupun banyak sekali Lembar Kegiatan
10
mempertimbangkan dengan bijak, Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) mana
yang seharusnya digunakan. Penilaian yang ada pada beberapa Lembar Kegiatan
Mahasiswa (LKM) hanya merupakan pemberian pemahaman terhadap materi,
bukanlah bertujuan untuk mengaktifkan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Jadi dengan kata lain Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) tersebut hanyalah
bentuk lain dari buku teks atau modul. Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM)
seharusnya memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh
mahasiswa untuk memaksimalkan kreativitas matematik mahasiswa dalam upaya
membentuk kemampuan dasar sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar
yang harus ditempuh. Kelemahan berikutnya terkait dengan media yang
digunakan. Dosen jarang menggunakan media yang melibatkan mahasiswanya
secara langsung. Terkadang dosen hanya menampilkan materi pembelajarannya
menggunkan infokus saja.
Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa bahan ajar sangat penting
dalam proses pembelajaran, karena dalam bahan ajar terdapat seluruh perencanaan
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar juga
dapat memudahkan dosen dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan yang
terjadi dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan
proses yang kompleks sehingga berbagai kemungkinan bisa terjadi. Disamping
itu, sebagai tenaga pendidik yang profesional dosen juga dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam mengembangkan bahan ajar, karena dengan mengembangkan
bahan ajar dosen dapat meningkatkan kreativitas dalam mengajar.
Jadi dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan
11
pengembangan bahan ajar adalah untuk meningkatkan dan menghasilkan sebuah
produk baru. Selain itu bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang mampu
memecahkan masalah pembelajaran di kelas, karena pada hakikatnya tidak ada
satu sumber belajar yang dapat memenuhi segala macam keperluan proses
pembelajaran. Dengan kata lain pemilihan bahan ajar, perlu dikaitkan dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran terutama dalam
meningkatkan kemampuan matematik mahasiswa, khususnya kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa.
Menanggapi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika
di universitas seperti yang telah diuraikan di atas, terutama berkaitan dengan
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa maka
perlu bagi dosen atau peneliti memilih pembelajaran yang dapat mengubah
paradikma tersebut.
Dalam standar National Council of Teachers of Mathematics (NCTM,
2000) dinyatakan:
Problem solving means engaging in a task for which the solution method is not known in advance. In order to find a solution, students must draw on their knowledge, and through this process, they will often develop new mathematical understandings. Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so. … In everyday life and in the workplace, being a good problem solver can lead to great advantages. … Problem solving is an integral part of all mathematics learning, …
Berdasarkan pernyataan tersebut pemecahan masalah berarti melibatkan tugas
yang metode penyelesaiannya tidak diketahui. Untuk menemukan solusi,
mahasiswa harus menggambar pengetahuan yang dimilikinya melalui proses ini,
mahasiswa mengembangkan pemahaman matematika yang baru. Memecahkan
12
mengutamakan arti dari apa yang dilakukan. Didalam kehidupan sehari-hari,
ditempat kerja, orang yang melakukan pemecahan masalah bisa memperoleh
keuntungan yang besar. Pemecahan masalah adalah bagian integrasi dari
pemecahan matematika.
Menurut Polya (1973) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak
begitu segera dapat dicapai. Sementara Sujono (1988) melukiskan masalah
matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas,
pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Lebih spesifik Sumarmo
(1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal
cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau
menguji konjektur. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan kegiatan
pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap mahasiswa.
Mengingat pentingnya pemecahan masalah bagi siswa, maka mahasiswa calon
guru yang akan mendidik siswa untuk belajar pemecahan masalah haruslah
meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah. Untuk itu, model
Problem Based Learning (PBL) dianggap cocok untuk mengatasi masalah ini.
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000:20)
menyatakan Students must learn mathematics with understanding, actively
building new knowledge from experience and prior knowledge yang dapat
diartikan bahwa siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif
13
Untuk itu, model Problem Based Learning (PBL) dianggap cocok untuk
mengatasi masalah ini.
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu solusinya,
sebab menurut Arends (2008b) menyatakan bahwa model PBL adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran mahasiswa pada masalah autentik
dan bermakna kepada mahasiswa yang berfungsi sebagai landasan bagi investasi
dan penyelidikan mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi
dan inkuiri, memandirikan mahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan diri
mahasiswa. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai
sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan menyelesaikan
masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting.
Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik
awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Masalah
yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang
dapat menyokong keilmuannya. Problem Based Learning memberikan tantangan
kepada mahasiswa, bekerja bersama dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan
permasalahan. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin
utama dalam penerapan Problem Based Learning.
Menurut Albanese & Mitchell; Dolmans & Schmidt (Cahyono, dkk.,
2013:3) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) selain melengkapi
mahasiswa dengan pengetahuan, PBL juga bisa digunakan untuk meningkatkan
14
sepanjang hayat, keterampilan komunikasi, kerjasama kelompok, adaptasi
terhadap perubahan dan kemampuan evaluasi diri. PBL dirancang untuk
membantu dosen memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa
melalui suatu permasalahan. Selain itu melalui PBL mahasiswa dapat
mempresentasikan gagasannya, mahasiswa terlatih merefleksikan persepsinya,
mengargumentasikan dan mengkomunikasikan ke pihak lain sehingga dosenpun
memahami proses berpikir mahasiswa, dan dosen dapat membimbing serta
mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip. Dengan demikian,
pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan mahasiswa, sehingga
interaksi antara dosen dan mahasiswa, serta mahasiswa dengan mahasiswa
menjadi terkondisi dan terkendali.
Untuk mengembangkan bahan ajar yang dapat menumbuhkembangkan
kemampuan matematika khususnya kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
kreatif matematus melalui Problem Based Learning (PBL), akan lebih efektif jika
dalam pengembangan bahan ajar tersebut dihubungkan dengan penggunaan
media. Media yang digunakan berupa aplikasi software GeoGebra yang
diintegrasikan sebagai alat bagi proses belajar untuk memotivasi mahasiswa
dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan bekerja secara kelompok. Selain itu
dalam pembelajaran, software GeoGebra menjadi sebuah media bagi mahasiswa
untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip
yang kreatif.
Berdasarkan uraian di atas, dalam mengatasi permasalahan-permasalahan
terkait rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis
15
PBL berbantuan software GeoGebra, maka penelitian ini berfokus dengan judul
“Pengembangan Bahan Ajar Trigonometri Berbasis PBL Berbantuan Software
Geogebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir
Kreatif Matematis Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika UISU”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukan pada latar belakang sebelumnya,
dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa kurang mampu memberikan ide/pendapat, pendekatan
pembelajaran yang diterapkan dosen dikelas dalam menyampaikan materi
pelajaran tidak melibatkan mahasiswa secara aktif.
2. Bahan ajar yang digunakan masih belum memadai
3. Mahasiswa kesulitan menyelesaikan soal kemampuan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah matematis.
4. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa.
5. Rendahnya kemampuan pemecahan matematis mahasiswa.
1.3Batasan Masalah
Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran
matematika seperti yang telah diidentifikasi diatas, maka penelitian ini perlu
dibatasi, sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan
memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian
ini dibatasi pada pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa.
Masalah yang teridentifikasi diatas merupakan masalah yang cukup luas dan
kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
16
1. Efektivitas pengembangan bahan ajar berbantuan Software geogebra untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan pemecahan masalah
matematis mahasiswa.
2. Pengembangan bahan ajar berbantuan Software geogebra untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa yang dibatasi pada Satuan
Acara Perkuliahan (SAP), buku mahasiswa, Lembar Kerja Mahasiswa (LKM).
3. Pengembangan bahan ajar berbantuan Software geogebra untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang dibatasi pada
Satuan Acara Perkuliahan (SAP), buku mahasiswa, Lembar Kerja Mahasiswa
(LKM).
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari identifikasi masalah serta batasan masalah
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana validitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis PBL berbantuan
software GeoGebra?
2. Bagaimana efektivitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis PBL
berbantuan software GeoGebra?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan
pemecahan masalah matematis mahasiswa dengan menggunakan bahan ajar
yang dikembangkan berbantuan software GeoGebra?
1.5Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang ditetapkan, maka yang menjadi
17
1. Untuk mendeskripsikan validitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis
PBL berbantuan software GeoGebra.
2. Untuk mendeskripsikan efektivitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis
PBL berbantuan software GeoGebra.
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis
dan pemecahan masalah matematis mahasiswa dengan menggunakan bahan
ajar yang dikembangkan berbantuan software GeoGebra.
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Mahasiswa mampu memecahakan masalah matematis dan berpikir kreatif
matematis.
2. Dosen sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan agar
pembelajaran lebih efisien, efektif, dan relevan.
3. Peneliti sebagai sumber ide dan referensi dalam pengembangan sumber belajar
dalam bentuk bahan ajar lain.
4. Pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun, serta sebagai
landasan untuk melanjutkan penelitian ini.
1.7Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap penafsiran istilah-istilah yang
digunakan, akan dijelaskan beberapa istilah yang didefinisikan secara operasional
dengan tujuan penelitian ini menjadi lebih terarah. Adapun istilah-istilah yang
18
1. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang akan
dikembangkan adalah SAP, buku mahasiswa, LKM, tes kemampuan
pemecahan masalah dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis.
2. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pembelajaran yang dimulai
dengan masalah didunia nyata dan kemudian mahasiswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri dengan kemampuan berpikir yang
dimilikinya.
3. Bahan ajar berbasis Problem Based Learning (PBL) adalah alat bantu yang
digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah dari PBL.
4. GeoGebra adalah Software matematika dinamis yang menggabungkan
geometri, aljabar dan kalkulus.
5. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan mahasiswa
dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:
(a) Memahami masalah; (b) Merencanakan pemecahan masalah;
(c) Menyelesaikan masalah sesuai rencana; (d) Memeriksa kembali prosedur
dan hasil penyelesaian
6. Kemampuan Berpikir Kreatif adalah kemampuan berpikir secara bervariasi dan
memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah yang melibatkan dimensi kreativitas, yakni: (a) Kelancaran (fluency)
(b) Fleksibilitas (flexibility); (c) Elaborasi (elaboration); dan (d) Orisinalitas
200 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Validitas bahan ajar yang dikembangkan termasuk dalam kategori valid dengan nilai rata-rata total validitas SAP sebesar 4,22 buku mahasiswa sebesar 4,19 LKM sebesar 4,21, butir soal tes kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis juga telah berada pada kategori valid. 2. Bahan ajar trigonometri yang dikembangkan berbasis PBL berbantuan
software GeGeobra telah memenuhi kriteria efektif. Kriteria efektif ditinjau
dari: (1) ketuntasan kemampuan pemecahan masalah secara klasikal telah tercapai 96,15% pada uji coba II; (2) ketuntasan kemampuan berpikir kreatif
matematis secara klasikal telah tercapai 96,15% pada uji coba II (3) aktivitas mahasiswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan; dan (3) respon mahasiswa positif terhadap komponen-komponen bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan.
201
4. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis berbasis PBL berbantuan software GeoGebra adalah rata-rata pencapaian kemampuan berpikir kreatif
matematis mahasiswa pada uji coba I sebesar 77,88 meningkat menjadi 83,15 pada uji coba II. Di samping itu, rata-rata setiap indikator kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.
5.1 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bahan ajar trigonometri berbasis PBL berbantuan software GeoGebra yang dikembangkan ini sudah memenuhi aspek kevalidan dan keefektifan, maka disarankan kepada dosen untuk dapat menggunakan bahan ajar ini dalam menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa, khususnya mahasiswa semester II pendidikan matematika.
2. Bahan ajar trigonometri berbasis PBL berbantuan software GeoGebra yang dihasilkan dapat disebarluaskan mengingat tahap penyebaran (disseminate) tidak dilakukan pada penelitian ini. Sehingga terbuka peluang bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh tentang keefektifan bahan ajar yang dikembangkan.
202
203
DAFTAR PUSTAKA
Akker, J. Van den. (1999). Principles and Method of Development Research. London. Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., &
Plomp, T. (pnyt.)”. Design approaches and tools in educational and
training.Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.
Anshar, M dan Sembiring RK.(2000). Hakekat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Arends, Richard. (2008).Learning to Teach.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ariawan, W. P. (2014). Pengembangan LKM Multi Representasi Berbantuan
GeoGebra Untuk Meningkatkan Kemmapuan Berpikir Kritis Mahasiswa.
ISSN: 2303-288X. Vol.3, No1.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Asyhar, R.( 2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:Gaung
Persada (GP) Press Jakarta.
Atun, I. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa SMA. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Bloom, B.S (1971). Handbook on Formative And Sumatve Evaluation Of Sudents Students Learning. New York: Mc Graw Hill Book Comoeby.
Burris, S & Garton, B.L. (2007). Effect of Instructional Strategy on Critical Thinking and Content Knowledge: Using PBL in the Secondary Clasroom. Journal of Agriculture Education, 48 (1): 106-116.
Cahyono, dkk. (2013). Problem Based Learning Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran Matematika Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Journal of Mathematics Education. UJME 2.
Costa, A.L (2001). Developing Mind A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Darmodjo, dkk. (1992). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
204
Masalah. Jurnal Paradikma PPs UNIMED. (Online) http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Article-0735/25828/leni-agustina-daulay.Akses tanggal 15 Desember 2015. Vol 4, No.1 Juni 2011. Medan:Universitas Negeri Medan.
Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta:Publisher.
Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.
Djamarah dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dwijanto.(2007). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Pakem) Dengan Pemanfaatan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Aktivitas, Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Peserta Didik Kelas VI SD Negeri Turus Pada Materi Luas Dan Keliling. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.
Fitrani, N. (2012). Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Secara Berkelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self ConfidenceSiswa SMP: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Ngamprah. Thesis tidak diterbitkan. UPI
Graff. E.D. (2003). Characteristics of Problem Based Learning. In J.EngEd, Vol.19, No. 5: 657-662.
Hamalik, Oemar. (2003). Proses belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara Hartono. (2009). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Aplikasi Matematika Mahasiswa pada Pembelajaran Open-Ended dengan Konvensional di Sekoalah Menengah Pertama. Disertasi. SPS. UPI. Tidak Dipublikasikan.
Hohenwarter, M. & Fuchs, K. (2004). Combination of Dynamic Geometry, Algebra, and Calculus in the Software System Geogebra. Tersedia: www.geogebra.org/publications/pecs_2004.pdf. [16 Nopember 2015]. Hohenwarter, M., et al. (2008). Teaching and Learning Calculus with Free
Dynamic Matematics Software GeoGebra. Tersedia; http://www. publications.uni.lu/record/2718/files/ICME11-TSG16.pdf. [15 Nopember 2015].
205
Joni, T. R (1983). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3LPTK
Kantowski. M.G. (1981). Problem Solving. Mathematics Education Research, Implications for 80’s. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.
Kusumah, Yaya S. (2003). Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasiskan Teknologi Komputer. Makalah terdapat pada Seminar Proceeding National Seminar on Science and Math Education. Seminar diselenggarakan oleh FMIPA UPI Bandung bekerja sama dengan JICA.
Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya _________ (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mann, E. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics:Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Dissertation University of Connecticut. (Online). Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/Dissert ations/Eric%20Mann.pdf. Martono, K. (1999). Kalkulus. Jakarta: Erlangga.
Muliyardi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Menggunakan Komik di Kelas I Sekolah Dasar. Disertasi UNESA Surabaya: Tidak Diterbitkan
Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Nara, H dan Siregar, E. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.
NCTM. (2000). Priciple and Stdandards for shool Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Nieveen. (2007). An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of the seminar conducted at the East China Normal University. Shanghai (PR China). Novembel 23-26, 2007.
Orbyt, Yusrin. (2012). Teori Belajar John Dewey. Tersedia di laman
http://yusrin-orbyt.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-john-dewey.html. Di akses pada
tanggal 6 Oktober 2014.
206
Pehkonen,E (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity. Zentrallblatt fur Didaktik der Mathematik
Polya, G. (1973). How To Solve It. Princeton: Princeton University Press.
Rahman & Amri. (2013). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Riyanto, Yatim . (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas.Jakarta: Kencana.
Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan Data Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano. Vol. 3 No 1.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
______. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT. Raja Grafindo Persada. Silver, E.A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in
Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X.
Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3).Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Unesa.
Siswono, Y.E. T. (2004). Identifikasi Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika. Berpandu dengan model Wallas. dan Creative Problem Solving (CPS). Jurusan Matematika FMIPA Unesa.
Soedjoko, E. (2004). Mengevaluasi Kegiatan Penalaran dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disajikan dalam Konferensi Nasional Matematika XII, Bali 23 – 27 Juli 2004.
207
Sternberg, R. J. (2007). Psikologi kogitif. (4th ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumarmo. U. (2010). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada
Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA UPI, melalui (http://math.sps.upi.edu)[ diakses 20 Desember 2015)
Suryobroto. B. (1986). Mengenal Metode Pengajaran di Skeolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar. Yokyakarta.
Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suhendri. (2006). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Problem-Centered Learning (PCL). Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Sujono. (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah, Jakarta, Ditjen Dikti P2LPTK.
Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian Psikologi, Pendidikan, Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Yogyakarta: CAPS.
Sukmadinata. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suprawoto. (2009). Mengembnagkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. (http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan-Ajar dengan-Menyusun-Modu, diakses 20 September 2015).
Supriadi, dkk (2014). Developing High-Order Mathematical Thinking
Competency on High School Students’ Through GeoGebra-Assisted
Blended Learning. Journal IISTE, Vol. 4. No.6
Tall,D. (1991). Advanced Mathematical Thinking. London: An ICMI Study.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Turmudi, Aljupri, (2009). Pembelajaran Matematika, Jakarta : Ditjen Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia.
Wahyudin. (2003). “Peranan Problem Solving”. Proceeding National Seminar on
Selence and Mathematics Education, the Role of IT/ICT in Supporting the Implementation of Competensy-Based Curriculum. Bandung: JICA-IMSTEP
208
Dan Kebencanaan Oleh Siswa. Journal of Innovative Science Education. JISE 2 (1) (2013). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise.